• Tidak ada hasil yang ditemukan

Streptococcus Pyogenes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Streptococcus Pyogenes"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat, Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat,  bersifat

 bersifat gram gram positif, positif, tidak tidak berspora, berspora, dan dan bersifat bersifat anaerob anaerob fakultatif, fakultatif, tersusuntersusun  berderet

 berderet seperti seperti rantai, rantai, panjang panjang rantai rantai bervariasi bervariasi dimana dimana akan akan lebih lebih panjang panjang padapada media cair dibanding

media cair dibanding pada media padat pada media padat dan sebagian besar dan sebagian besar ditentukan oleh factor ditentukan oleh factor  lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya

hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tusaprofitik. Pada pertumbuhan tua a sifat gram positifnya akan hilang dsifat gram positifnya akan hilang danan menjadi gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang menjadi gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis.

sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis. Infeksi

Infeksi Streptococcus pyogenesStreptococcus pyogenes dapat dipengaruhi oleh bermacam-macamdapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologis bakteri dan cara host memberikan respon.Manusia factor, antara lain sifat biologis bakteri dan cara host memberikan respon.Manusia termasuk salah satu mahluk yang paling rentan terhadap infeksi Streptococcus termasuk salah satu mahluk yang paling rentan terhadap infeksi Streptococcus  pyogenes dan

 pyogenes dan tidak ada tidak ada alat alat tubuh atau tubuh atau jaringan dalam jaringan dalam tubuhnya yang betultubuhnya yang betul -betul-betul kebal.Bakteri ini

kebal.Bakteri ini dapat menyebabkan dapat menyebabkan penyakit epidemik anpenyakit epidemik antara lain scarlet fever,tara lain scarlet fever, erisipelas, pharyngitis (strep throat), impetigo, cellulitis, myositis ,streptococcal erisipelas, pharyngitis (strep throat), impetigo, cellulitis, myositis ,streptococcal toxic shock syndrome, rheumatic fever, glomerulonephritis akut dan toxic shock syndrome, rheumatic fever, glomerulonephritis akut dan bermacam-macam penyakit lainnya.

macam penyakit lainnya.

Faringitis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Faringitis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus pyogenes.

Streptococcus pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yangFaringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan

kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rashrash atau urtikaria.atau urtikaria. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.

(2)

BAB II ISI TAKSONOMI Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Lactobacillales Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pyogenes

MORFOLOGI

Streptococcus pyogenes adalah salah satu jenis bakteri Streptococcus beta hemolitikus grup A, yaitu Streptococcus yang dapat menyebabkan terjadinya hemolisis sel darah merah yang disertai dengan pelepasan hemoglobin. Streptococcus pyogenes adalah bakteri Gram positif, non-spora, bersifat fakultatif  anaerob, dan selnya berbentuk bulat dengan diameter 0.6-1 μm. Biasanya struktur  tersusun dalam bentuk rantai yang panjangnya beragam atau pasangan sel.

Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam media BAP. Penambahan glukosa dalam konsentrasi 0.5% akan meningkatkan pertumbuhannya, tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel darah merah. Dalam lempeng agar yang diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam akan membentuk koloni kecil abu-abuan,bentuknya bulat, pinggir rata pada permukaan media, koloni tampak seperti setitik cairan.

Streptococcus bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang  bersifat anaerob obligat. Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur   jika ke dalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Streptococcus hemolyticus

meragi glukosa dengan membentuk asam laktat yang dapat menghambat  pertumbuhannya. Tumbuhnya akan subur bila diberi glukosa berlebih dan

(3)

negatif untuk Streptococcus, ini dapat membedakan dengan Staphylococcus di mana tes katalase positif.

Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah,bakteri ini dibagi dalam:

a. hemolisis tipe alfa, membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian disekeliling koloninya, bila disimpan dalam peti es zona yang  paling luar akan berubah menjadi tidak berwarna.

 b. Hemolisis tipe beta, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tak  ada sel darah merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam peti es.

c. Hemolisis tipe gamma, tidak menyebabkan hemolisis.Untuk membedakan hemolisis yang jelas sehingga mudah dibeda-bedakan maka dipergunakan darah kuda atau kelinci dan media tidak boleh mengandung glukosa. Streptococcus yang memberikan hemolisis tipe alfa juga disebut Streptoccocus viridans. Yang memberikan hemolisis tipe beta disebut Streptococcus hemolyticus dan tipe gamma sering disebut sebagai Streptococcus anhemolyticus.

STRUKTUR ANTIGEN a) Karbohidrat C

Zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu aminosegar.

 b) Protein M

Protein ini ada hubungannyadengan vaktor virulensi kuman streptococcus grup A, kerjanya menghambat fagositosis./ terutama dihasilkan oleh kumandengan koloni tipemukoid.

(4)

c) Substansi T

Antigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan enzim proteolitik. antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.

d) Protein R 

Antigen R tip 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan rusak secara perlahn lahan oleh asam dan pemanasan.

e)  Nucleoprotein

Ekstrasi streptococcus dengan basa lemah , menghasilkan suatu campuranyang terdiri protein dan substansi P yang mungkin merupakan  bagian dari badan sel kuman.

f) Bakteriofaga

Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.

g) Metabolit bakteri

h) Toksin eritogenik 

Toksin ini ntahan selama jam pada suhu 60°C, tetapi dalam air mendidih akan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash pada febris scarlatina.

i) Hemolisis

In vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis.

(5)

Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang nonhemolitik.

 j)  NAdase

Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.

k) Streptokinase

Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi  plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein

lainnya.

l) Streptodornase

Enzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.

m) Hialuronidase

Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringanikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yangdapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan G.

n) Proteinase

Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5. Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.

o) Amylase

Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam  perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.

(6)

 p) Esterase

Enzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadapsubstrat yang berupa beta naptil asetat.

q) K oloni bentuk L

Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.

r) Alergi

Ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan  bahwaalergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya,

mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis.

PATOGENESIS

Infeksi streptokokus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, antara lain sifat biologik kuman, cara host memberikan respons, dan cara masuknya kuman kedalam tubuh. Penyakit yang ditimbulkan oleh kuman streptokokus dapat dibagi dalam beberapa kategori.

1. Penyakit yang terjadi karena invasi

Pada setiap kasus dapat terjadi selulitis yang cepat meluas secara difus ke  jaringan sekitarnya dan saluran getah bening, tetapi peradangan setempatnya sendiri hanya terjadi secara ringan. Dari saluran getah bening infeksinya cepat meluas ke dalam peredaran darah, sehingga terjadi bakteremia.

(7)

a) Erysipelas

Erysipelas merupakan suatu infeksi kulit akut dan saluran limfa yang di sebabkan oleh bakteri Streptokokkus pyogenes . Erysipel biasanya bermula dari luka kecil dan muncul di bagian wajah, tangan dan kaki. Penderita nampak sakit berat dengan demam tinggi. Pada pemeriksaan ditemukan lekositosis, lebih dari 15.000 lekosit. Titer ASO meningkat setelah 7-10 hari. Kuman tidak ditemukan dalam pembuluh darah, tetapi di dalam cairan getah  bening dari pinggir lesi yang sedang meluas, terutama dalam jaringan

subkutan.

Pada penyakit ini dapat terjadi bakteremia yamg menyebabkan infeksi metastatik di lain organ. Dengan pemakaian antibiotika mortalitasnya dapat ditekan, tetapi pada bayi, orang tua yang debil dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, penyakit ini dapat berkembang demikian cepat sehingga berakibat fatal.

Penyakit ini cenderung untuk kambuh di tempat yang sama, sehingga terjadi sumbatan pada saluran getah bening yang bersifat menahun. Kulit setempat tumbuh secara tidak teratur, sehingga terjadi elephantiasis nostras verrucosa. Jika lokalisasinya di bibir dapat terjadi macrocheilia, suatu  pembengkakan bibir yang bersifat persiten.

 b) Sepsis puerpuralis

Kuman streptokokus masuk ke dalam uterus sehabis persalinan. Septikimia terjadi karena luka yang terkena infeksi, yaitu berupa endometritis.

c) Sepsis

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi karena luka bekas operasi atau karena trauma, terkena infeksi oleh kuman streptokokus. Ada yang menyebut  penyakit ini sebagai surgical scarlet fever.

(8)

2. Penyakit yang terjadi karena infeksi lokal a) Radang tenggorok 

Disebabkan oleh streptococcus beta hemolyticus. pada bayi dan anak kecil timbul sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret serosa dan sedikit demam dan infeksinya cenderung meluas ke telinga tengah, prosesus mastoideus dan selaput otak. Kelenjar getah bening cervical   biasanya membesar. Penyakitnya dapat berlangsung berminggu-minggu. Pada anak-anak yang lebih besar daripada orang dewasa, penyakitnya berlangsung lebih akut dengan nasofaringitis dan tonsilitis yang hebat, selaput lendir hiperemis dan membengkak dengan eksudat yang purulen. Kelenjar getah bening cervical membesar dan nyeri, biasanya disertai demam tinggi. Duapuluh  persen dari infeksi ini tidak menimbulkan gejala (asimptomatik).

Jika kuman dapat membuat dapat membuat toksin eritrogenik, dapat timbul scarlet fever rash. Pada scarlet fever rash kuman terdapat dalam faring, tetapi toksin eritrogenik yang dihasilkannya menyebabkan terjadinya kemerah-merahan yang difus. Eritema mulai timbul di leher, meluas ke tubuh, kemudian menyebar ke ekstremitas.

 b) Impetigo

Pada impetigo lokalisasi infeksi sangat superfisial, dengan pembentukan vesicopustulae di bawah stratum korneum. Terutama terdapat pada anak  kecil, penyebaran terjadi per continuitatum. Bagian kulit yang mengelupas diliputi oleh crusta yang berwarna kuning madu. Penyakit ini sangat menular   pada anak-anak dan biasanya disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus. Infeksi kuman streptokokus tipe 49 dan 57 pada kulit sering menyebabkan timbulnya nephritis post streptococcalis.

3. Endokarditis bakterialis

a) Endokarditis bakterialis akuta

(9)

 pecandu narkotika, stafilokokus dan kandida merupakan penyebab utama terjadinya endokarditis. Penyakit ini dapat mengenai katup jantung yang normal maupun yang telah mengalami deformasi, dan menyebabkan terjadinya endokarditis bakterialis ulseratif yang akut. Destruksi katup  jantung yang terjadi secara cepat maupun ruptura chordae tendinae, seringksli menyebabkan terjadinya kematian dalam waktu beberapa hari atau  beberapa minggu.

 b) Endokarditis bakterialis subkuta

Penyakit ini terutama mengenai katup jantung yang abnormal, lesi rematik, kalsifikasi ataupun penyakit jantung kontinental. Penyebabnya terutama  streptococcus viridans dan  streptococcus faecalis; stafilokokus kadang-kadang dapat menjadi penyebabnya, tetapi pada hakekatnya setiap mikroorganisme, termasuk fungi dapat menjadi penyebabnya.

4. Infeksi lainnya

Berbagai macam streptokokus terutama enterokokus, merupakan penyebab infeksi traktus urinarius. Streptokokus anaerob, normal dapat ditemukan dalam traktus genitalis wanita, dan dalam mulut dan dalam intestinum. Kuman ini dapat menimbulkan lesi supuratif, baik sendirian ataupun bersama kuman anaerob lainnya, biasanya golongan bakteriodes. Infeksi yang demikian dapat terjadi dalam luka, emdometritis postpartum, sehabis terjadi

(10)

ruptura dari suatu viscus abdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis. Pus yang timbul biasanya berbau busuk.

5. Penyakit pasca infeksi

setelah suatu infeksi streptokokus grup A, terutama radang tenggorokan, dapat disusul suatu masa laten selama 2-3 minggu, setelah mana dapat timbul nefritis atau demam demam rheuma. Adanya masa laten ini menunjukkan  bahwa penyakit yang timbul setelah infeksi streptokokus bukan merupakan akibat langsung dari penyebaran bakteri, melainkan merupakan reaksi hipersensitif daripada organ yang terkena terhadap zat anti streptokokus.

a) Glomerulonefritis akut

Penyakit ini dapat timbul 3 minggu setelah infeksi kuman streptokokus, tetutama dari tipe 1, 4, 12, 18, 25, 49, dan 57. jenis tertentu memang beesifat nefritogenik. Pada 23% dari anak-anak yang terkena infeksi kulit oleh streptokokus tipe 49 terkena nefritis hematuria. Tetapi pada infeksi kuman streptokokus secara random, incidence untuk terjadinya nefritis kurang dari 0,5%.

Pada penyakit ini terjadi kompleks antigen zat anti pada selaput basal dari glumerolus. Antigen yang terpenting kemungkinan terdapat dalam selaput  protoplas dari streptokokus. Klinis ditemukan adanya demam ringan, malaise, sakit kepala, anoreksia, edema ringan tetapi meliputi seluruh tubuh, hipertensi ringan, dan pendarahan retina. Pada pemeriksaan urin akan ditemukan  gross hematuria, protein silinder yang terdiri dari sel darah merah, hialin dan granula, dan ditemukan juga adanya sel darah putih dan sel epithel. Pada pemeriksaan darah, titer ASO meningkat dan ada retensi nitrogen. Beberapa penderita dapat meninggal atau dapat timbul glumerulonefritis kronik dengan payah ginjal, tetapi sebagian besar dari  penderita sembuh sepenuhnya.

(11)

 b) Jantung rheuma

Demam rheuma atau rheumatic fever  merupakan  sequelae infeksi  streptococcus hemolyticus yang paling serius, sebab dapat mengakibatkan kerusakan pada otot dan katup jantung. Patogenesis rheuma  belum jelas tetapi ada yang menyatakan bahwa  streptococcus grup A mempunyai struktur glikoprotein yang sama dengan otot dan katup jantung manusia. Timbulnya demam rheuma  biasanya didahului oleh infeksi streptokokus grup A 2-3 minggu sebelumnya. Infeksinya mungkin hanya ringan tanpa memberikan gejala. Infeksi streptokokus yang tidak mendapat pengobatan,  pada 0,3-3% dari penderita dapat menyebabkan timbulnya demam rheuma.

EPIDEMIOLOGI, PENCEGAHAN DAN KONTROL

Sejumlah bakteri streptococcus misal, streptococcus viridians dan enterococcus, merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia. bakteri ini hanya akan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada sewaktu melakukan tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkan terjadinya  bakteremia temporer, pemberian obat-obatan antibiotika sangat diperlukan untuk 

mencegah atau untuk pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus beta hemolytikus grup A pada penderita yang diketahui mempunyai kelainan katup jantung.

Sumber infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier. Penularannya terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit.

Cara control terpenting adalah

1. Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratorius ataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.

(12)

2. Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus diberikan antibiotikadalam dosis profilaksis.

3. Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan cara mencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara, sinar ultra violet, dan pemakaian aerosol.

CONTOH KASUS

Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan tenggorokan, kultur swab tenggorokan. Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas 90-95% dari diagnosis, sehingga lebih diandalkan sebagai penentu penyebab faringitis yang diandalkan.

Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus  pyogenes yang merupakan Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa. Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas seperti adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV). Virus lain yang juga berpotensi menyebabkan faringitis adalah echovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus (HSV). Epstein barr virus (EBV) seringkali menjadi penyebab faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain. Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari influenza.

DIAGNOSA LABORATORIUM (Faringitis) a) Bahan pemeriksaan

Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara Swabbing dari hidung atau tengggorokan atau langsung dari darah , pus , sputum , liquor  cerebro spinalis, exudat, dan urine.

Jika pada faringitis bahan pemeriksaan dapat diperoleh dari swab tenggorok.

(13)

Pemeriksaan langsung dari sputum atau swab tenggorok seringkali hanya menemukan coccus tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk  rantai.

c) Pembiakan

Bahan pemeriksaan ditanam pada lempeng agar darah; jika diduga  bakterinya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada lempeng agar darah Streptococcus hemolyticus grup A akan tumbuh dalam  beberapa jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah, bakteri Streptococcus viridans dan Enterococcus tumbuhnya dapat sangat lambat. Kadar CO2 10% dapat mempercepat terjadinya hemolysis. Cakram Basitrasin

(14)

BAB III PENUTUP

Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat,  bersifat gram positif, tidak berspora, dan bersifat anaerob fakultatif, tersusun  berderet seperti rantai, panjang rantai bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media padat dan sebagian besar ditentukan oleh factor  lingkungan, Pada pertumbuhan tua atau bakteri yang mati sifat gram positifnya akan hilang dan menjadi gram negative.

Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam media BAP. Penambahan glukosa dalam konsentrasi 0.5% akan meningkatkan pertumbuhannya, tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel darah merah. Dalam lempeng agar yang diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam akan membentuk koloni kecil abu-abuan,bentuknya bulat, pinggir rata pada permukaan media, koloni tampak seperti setitik cairan.

Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara Swabbing dari hidung atau tengggorokan atau langsung dari darah , pus , sputum , liquor cerebro spinalis, exudat, dan urine.

Untuk mencegah terinfeksinya streptococcus, perlu adanya kesadaran untuk menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Pada saat operasi hendaknya menggunakan alat alat yang steril.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/33340412/bakteriologi diunduh 9 Okt 3012  pukul 21:45 WIB

Bagian mikrobiologi FKUI.1991.mikrobiologi kedokteran.binarupa aksara.jakarta barat

Behrman, R.E., Klegman, R.M., Jenson, H.B. 2004. Nelson Textbook  ofPediatrics 17th edition. Philadelphia : WB Saunders Co.

Streptococcus Map downloaded from www.cdc.org at J uly 14 2006

Gershon, A.A., Hotez, P.J., Katz, S.L. 2004. Krugman’s Infectious Diseases of Children 11th edition. Philadelphia : Mosby Inc.

Hadinegoro, S.R., Satari, H.I. 2005. Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter 

Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam: Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Hunt, M. 2005. Virology : Arboviruses. downloaded form http://www.med.sc.edu

Kresno, S.B. 2003. Imunisasi, Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Sujudi, 1993, Mikrobiologi Kedokteran, 112-122, staf pengajar UI, Binarupa Aksara, Jakarta.

Wills, B.A. et al. 2005. Comparison of Three Fluid Solutions for  Resuscitation in

Streptococus Shock Syndrome in: The New England Journal of Medicine  No. 9 Vol. 353, September 2005.

Wesley A. Volk 1990. Mikrobiologi Dasar, Jakarta: Erlangga, hal: 32-34 https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:bYEmLbeGDpcJ:mikrobia. files.wordpress.com/2008/05/anggun-aji-mukti

078114105.pdf+gambaran+klinis+streptococcus&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=A

(16)

I5vrS9eH9Tr_ad7NNONwC9RE2rMm-vOqeY1sNcbPfmAdvBXPFAovGfPbFWv0Jr8YWe_d8I6aeDd2KjnqkYadwNm myEa_a&sig=AHIEtbRO0B5z6OxojtAPpp14o6YcZj4gVw

diunduh 7 Okt 2012 pukul 22:00 WIB

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=penyakit%20yang%20disebab kan%20streptococcus%20pyogenes%20.pdf&source=web&cd=5&ved=0CDUQF  jAE&url=http%3A%2F%2Filmufarmasis.files.wordpress.com%2F2011%2F03% 2Fph-care- ispa.pdf&ei=Y9Z3UIDMBo6urAeM0ICYCQ&usg=AFQjCNE0aDDoi6q_Fvi_c-tp-eX2HC_XHg&cad=rja

Referensi

Dokumen terkait

resiko tinggi, konsep asuhan keperawatan keluarga dengan kehamilan.

Pelaksanaan dan ketentuan yang dilakukan jurusita pajak dalam melakukan penagihan pajak dengan surat paksa yang diterapkan di KPP Pratama Mojokerto dalam menerbitkan

Tugas akhir ini bertujuan untuk menciptakan suatu sistem penyimpanan kamera berbasis termoelektrik dengan menggunakan alat penyerap kelembaban moisture absorber

kali akan naik ojek dari sana, tidak mudah membedakan mana tukang ojek yang ramah dan mana yang suka marah sebab wajah mereka sama dinginnya.. Karena sudah larut petang, kendaraan

2. Yang mana lebih untung adalah subjektif sesangat aitu bergantung kepada pelbagai faktor. Kalau saya di tempat awak, kalau saya mampu layan loan ASB 100k 15 tahun iaitu dgn

Dalam 1 Korintus 12:28 Paulus menempatkan rasul-rasul (yang adalah universal), nabi-nabi dan pengajar-pengajar (yang adalah universal dan lokal), serta diaken-diaken dan

Hipotesis yang menyatakan Diduga faktor Pengawasan secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Semangat Kerja paramedis Rumah Sakit Nusalima pekanbaru

Selain dari bentuk dan juga perubahan gaya hidup pertama-tama akan saya jelaskan berbagai betuk ketertarikan dan alasan mereka para kaum urban yang memilih