• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SANKSI PAJAK DAN PELAYANAN APARAT PAJAK TERHADAP KEPTUHAN WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SANKSI PAJAK DAN PELAYANAN APARAT PAJAK TERHADAP KEPTUHAN WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERASI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH SANKSI PAJAK DAN PELAYANAN APARAT PAJAK TERHADAP KEPTUHAN WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI RISIKO

SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Semarang Selatan)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Dian Nuswantoro

Disusun oleh :

SITI SEPTIANI B12.2012.02254

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG 2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Enggak semua yang kita harapin akan terwujud dan enggak semua yang kita

takutin itu akan terjadi.

Menjadi orang yang bodoh dalam satu hari lebih baik daripada menjadi orang

bodoh pada setiap harinya.

Bimbingan, pengajuan, revisi, proses berjuang, dan akhir dari semuanya adalah

kemenangan saya.

Kesabaran adalah kunci pertahanan yang paling nyata.

PERSEMBAHAN:

o

Ayah dan Ibu tercinta

o

Seluruh keluarga besar

o

Sahabat-sahabatku

o

Penyemangatku

(7)

vii ABSTRAK

Penerimaan dari sektor pajak yang tinggi dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat di Indonesia. Apabila pendapatan masyarakat meningkat maka kewajiban perpajakannya dapat terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak dan pelayanan petugas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan preferensi risiko sebagai variabel moderasi. Kepatuhan wajib pajak diukur dengan sanksi pajak, pelayanan petugas pajak dan preferensi risiko. Sampel yang diperoleh sebanyak 100 responden dengan metode Convenience Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun pelayanan petugas pajak dan preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko sebagai variabel moderasi tidak berpengaruh dan tidak dapat memoderasi hubungan antara sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak serta hubungan antara pelayanan petugas pajak dengan kepatuhan wajib pajak.

(8)

viii

ABSTRACT

The higher of the receipt of taxes would affect the income of Indonesian citizens. When income is increasing, the tax will be able to fulfilled. This research aims to determine the effect of tax penalties and tax authority services on taxpayer compliance of individual taxpayer by using risk preference as a moderating variable. Taxpayer compliance is measured by tax penalties, tax authority services and risk preference. The convenience sampling method is used in this research to collect the research sample and obtained as many as 100 respondents. The result shows that the tax penalty's effect on taxpayer compliance. However, tax authority services has no effect on taxpayer compliance. The risk preference as a moderating variable has no effect and could not moderate the relationship between tax penalties and taxpayer compliance also between tax authority services and taxpayer compliance.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia– Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sanksi Pajak dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi (Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Semarang Selatan) sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Ririh Dian Pratiwi, S.E, MSi, AK, CA. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan waktunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 2. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah berbagi ilmu

yang sangat berguna

3. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro

4. Dr. Agus Prayitno selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro

5. Bapak Yulita Setiawan, S.E, M.Si selaku Ketua Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro

6. Kedua orang tua tercinta atas doa, nasihat, kasih sayang, dan dukungan yang dengan tulus diberikan dan sampai kapanpun tak akan tergantikan

(10)

x

7. Kakak-kakakku tersayang yang telah membantu dan mendukung

8. Ponakan-ponakanku tersayang Maysha, Jaya, Febi, Anjani, Nur, Raka, Huma dan Irky yang memberi semangat dan dukungan

9. Sahabat-sahabatku Yuni, Arum, Luthfia, Lukita, Puput, Yuli, Ais, Mamah, Neng Titi, Desta, Novita, dll yang telah memberi dorongan dan semangat, doa serta saran

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini

Penulis telah menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin, namun penulis sadar bahwa penelitian ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Semarang, 24 Mei 2016 Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PENGESAHAAN SKRIPSI ... iv

PENGESAHAAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

(12)

xii 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 8 1.5 Sistematika Penulisan ... 9 BAB II ... 11 TINJAUAN PUSTAKA ... 11 2.1 Landasan Teori ... 11 2.1.1 Pengertian Pajak ... 11

2.1.2 Wajib Pajak Orang Pribadi ... 12

2.1.3 Self Assessment System ... 13

2.1.4 Teori Atribusi ... 13

2.1.5 Teori Pembelajaran Sosial ... 14

2.1.6 Teori Prospek (Prospect Theory) ... 15

2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak ... 16

2.1.8 Sanksi Pajak ... 16

2.1.9 Pelayanan Aparat Pajak ... 17

2.1.10 Preferensi Risiko ... 18

2.2 Penelitian Terdahulu ... 19

(13)

xiii

2.4 Perumusan Hipotesis ... 24

BAB III ... 30

METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ... 30

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5 Metode Analisis Data ... 35

3.5.1 Statistik Deskriptif ... 35

3.5.2 Pengujian Kualitas Data ... 35

3.5.2.1 Pengujian Validitas ... 35

3.5.2.2 Pengujian Reliabilitas ... 36

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 36

3.5.3.1 Uji Normalitas ... 36

3.5.3.2 Uji Multikolinieritas ... 37

3.5.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 37

3.5.4 Pengujian Hipotesis ... 38

(14)

xiv

3.5.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 39

3.5.5.2 Uji Signifikansi Parameter (Uji Statistik t) ... 39

3.5.5.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 40

BAB IV ... 41

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 41

4.1.1 Profil KPP Pratama Semarang Selatan ... 41

4.1.2 Struktur Organisasi ... 43

4.2 Populasi dan Sampel ... 45

4.3 Deskripsi Responden ... 46

4.4 Statistik Deskriptif ... 48

4.4.1 Variabel Sanksi Pajak ... 50

4.4.2 Variabel Pelayanan Aparat Pajak ... 51

4.4.3 Variabel Preferensi Risiko ... 53

4.4.4 Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... 54

4.5 Analisis Data ... 55

4.5.1 Uji Reliabilitas dan Validitas ... 55

(15)

xv

4.5.1.2 Uji Validitas ... 56

4.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 58

4.5.2.1 Uji Normalitas ... 58 4.5.2.2 Uji Multikolinieritas ... 58 4.5.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 60 4.5.3 Analisis Hipotesis ... 61 4.5.4 Analisis Model ... 62 4.5.4.1 Uji Model (F) ... 62

4.5.4.2 Uji Hipotesis (Uji t) ... 63

4.5.4.2.1 Uji Hipotesis I ... 64

4.5.4.2.2 Uji Hipotesis II ... 64

4.5.4.2.3 Uji Hipotesis III ... 65

4.5.4.2.4 Uji Hipotesis IV ... 65

4.5.4.2.5 Uji Hipotesis V ... 65

4.5.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 66

4.6 Pembahasan Hipotesis ... 66

4.6.1 Hasil Uji Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 66

(16)

xvi

4.6.2 Hasil Uji Pengaruh Pelayanan Aparat Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak ... 68

4.6.3 Hasil Uji Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 69

4.6.4 Hasil Uji Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Hubungan Antara Sanksi Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 70

4.6.5 Hasil Uji Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Hubungan Antara Pelayanan Aparat Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... 71

BAB V ... 73 PENUTUP ... 73 5.1 Kesimpulan ... 73 5.2 Keterbatasan Penelitian ... 73 5.3 Implikasi Kebijakan ... 74 5.4 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN ... 78

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 19

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Semarang Selatan ... 43

Tabel 4.2 Golongan Pegawai KPP Pratama Semarang Selatan ... 43

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Pegawai KPP Pratama Semarang Selatan ... 43

Tabel 4.4 Hasil Penyebaran Kuesioner ... 45

Tabel 4.5 Jenis Kelamin Respoden ... 46

Tabel 4.6 Tingkat Usia Respoden ... 47

Tabel 4.7 Pendidikan Terakhir Responden ... 47

Tabel 4.8 Kategori Mean Variabel ... 48

Tabel 4.9 Deskriptif Statistik ... 48

Tabel 4.10 Penilaian Responden terhadap Sanksi Pajak ... 50

Tabel 4.11 Penilaian Responden terhadap Pelayanan Aparat Pajak ... 52

Tabel 4.12 Penilaian Responden terhadap Preferensi Risiko ... 53

Tabel 4.13 Penilaian Responden terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 54

Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas ... 56

Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas ... 56

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas ... 58

Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinieritas ... 59

Tabel 4.18 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 61

Tabel 4.19 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ... 62

Tabel 4.20 Hasil Uji F ... 63

Tabel 4.21 Hasil Uji t ... 64

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner

Lampiran II : Hasil Tabulasi Data Penelitian

Lampiran III : Hasil Output SPSS

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber utama pendapatan dan pembangunan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat saat ini berasal dari sektor penerimaan pajak. Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum ( Resmi, 2013).

Pada umumnya penerimaan pajak dan bukan pajak merupakan komponen pembiayaan APBN disamping pendapatan negara yang menjadi sumber utama belanja negara. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan dana untuk menggerakkan roda pemerintahan dan pelayanan publik karena sumber-sumber keuangan negara secara alternatif semakin terbatas. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pajak.

Pemerintah akhir-akhir ini gencar melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan penerimaan dari sektor pajak dengan pertimbangan atas penentuan target penerimaan yang sangat tinggi dan selalu meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Akibatnya, pemerintah mentargetkan penerimaan perpajakan non-migas sebesar Rp 1.489,3 triliun pada tahun 2015. Angka tersebut jauh lebih

(21)

keciljika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (www.economy.okezone.com).

Untuk saat ini perekonomian di Indonesia pada sektor properti cenderung mengalami penurunan dan mempengaruhi penerimaan dari sisi pajak.Jika pemerintah dapat menerapkan kebijakan pajak rendah, maka para pengusaha akan termotivasi untuk meningkatkan investasinya (www.economy.okezone.com).Secara logika apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan meningkat pula pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat mempunyai kondisi keuangan yang baik dalam kemampuan membayar pajaknya.

Pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A yang menyebutkan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur oleh undang-undang. Besarnya pemungutan pajak dan optimalisasi penggalian sumber pajak melalui objek pajak ikut berperan penting dalam meningkatkan penerimaan pajak. Sehingga wajar apabila pemerintah lebih memperhatikan penerimaan dari sektor pajak untuk pendapatan Negara.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia telah mengalami perubahan dari official

assessment system menjadi self assessment system sejak reformasi perpajakan pada

tahun 1983. Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan, dan mempertanggungjawabkan sendiri jumlah pajak terutang pada setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Resmi, 2013).

(22)

Penerapan prinsip self assessment system, menuntut perubahan paradigma pajak selama ini dalam pembayaran pajak, sehingga tidak lagi sebagai beban melainkan sebagai tugas kenegaraan yang harus dipenuhi mau tidak mau harus dilakukan.Perubahan sistem tersebut menuntut wajib pajak untuk aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya serta adanya tindakan pengawasan pemberdayaan masyarakat guna mencapai sasaran kebijakan perpajakannya.

Tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih rendah. Banyaknya wajib pajak yang menunggak dan malas melaporkan kewajibannya sebagai wajib pajak. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah agar dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang masih membandel. Salah satunya meningkatkan kualitas pelayanan aparat pajak. Pelayanan aparat pajak berperan serta dalam mendorong penerimaan negara, dimana para aparat pajak dituntut untuk melayani para wajib pajak secara profesional, jujur dan bertanggungjawab. Namun pada kenyataannya tidak semua aparat pajak bertindak semestinya, dalam arti penyalahgunaan kewenangannya untuk memanipulasi SPT wajib pajak hanya untuk kepentingan pribadi, bahkan mendapatkan keuntungan yang tidak seharusnya diterima.

Fenomena penyalahgunaan kewenangan yang sangat populer telah terjadi pada tahun 2011 yang menimpa Gayus Tambunan dan Dhana Widyatmika pada tahun 2012. Kesamaan kedua kasus tersebut adalah penggelapan, korupsi dan pencucian uang yang paling mengejutkan bahwa kedua pelaku ini merupakan pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Dengan adanya kasus tersebut membuat pola pikir wajib pajak terhadap pelayanan petugas pajak menjadi jelek. Pelayanan petugas pajak terhadap wajib pajak sangat dibutuhkan untuk memerangi tindakan penunggakan

(23)

pajak yang dilakukan wajib pajak yang nakal. Apabila kasus-kasus seperti yang dilakukan oleh Gayus dan Dhana terulang kembali, maka kepercayaan wajib pajak lama-lama akan luntur dan cenderung menghindari kewajiban pajaknya. Oleh karena itu, pelayanan aparat pajak atau fiskus sangat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Apabila kualitas pelayanan aparat pajak sangat baik, maka tidak menutup kemungkinan kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat (Aryobimo dan Cahyonowati, 2012).

Ketentuan umum mengenai perpajakan telah diatur dalam undang-undang, termasuk dengan sanksi perpajakan. Sanksi pajak diberikan untuk memberi efek jera bagi para wajib pajak yang masih melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Sanksi pajak dinilai memberatkan oleh wajib pajak karena terdapat sanksi administrasi yang berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana yang tidak dapat dinegosiasikan (Ardyanto dan Utaminingsih, 2014).

Menurut Peraturan Menteri Keuangan (91/PMK.03/2015) yaitu tentang pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan surat pemberitahuan dan keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak (www.pajak.go.id). Keputusan tersebut diambil atas dasar pembinaan bagi penunggak pajak atau wajib pajak dalam membayar pajak dengan kondisi kesulitan keuangan. Keputusan tersebut hanya berlaku sampai dengan tahun 2015 saja untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak, selebihnya apabila ditahun berikutnya masih tetap menunggak maka akan langsung dijatuhi hukuman.

(24)

Selain itu, wajib pajak seharusnya dapat memahami kondisi keuangan yang dimilikinya dalam melakukan pembayaran agar kewajibannya terpenuhi. Apabila wajib pajak menerima penghasilan yang melebihi penghasilan kena pajak (PKP), maka diharuskan membayar pajak dan diwajibkan untuk melaporkan pajak penghasilannya yang diterima ke kantor pajak. Dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak wajib pajak akan dihadapkan dengan risiko yang perlu dipertimbangkan. Risiko yang sering dipertimbangkan wajib pajak anatara lain risiko kesehatan, risiko keuangan, risiko sosial, risiko pekerjaan dan risiko keselamatan (Aryobimo dan Cahyonowati, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto dan Utaminingsih (2014) Pengaruh sanksi pajak dan pelayanan aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan preferensi risiko sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel sanksi pajak, dan pelayanan aparat pajak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak di Kecamatan Blora. Variabel preferensi risiko berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap kepatuhan wajib pajak di Kecamatan Blora. Variabel preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap hubungan antara variabel sanksi pajak dengan variabel kepatuhan wajib pajak di Kecamatan Blora. Variabel preferensi risiko berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap hubungan antara variabel pelayanan aparat pajak dengan variabel kepatuhan wajib pajak di Kecamatan Blora.

Hasil penelitian Ardyanto dan Utaminingsih (2014) sesuai dengan penelitian yang dilakukan Jotopurnomo dan Mangoting (2013), Jatmiko (2006), Muliani dan Setiawan (2010) dan Asbar dkk (2014), Indriyani dan Sukartha (2014) dan Julianti

(25)

dan Zulaikha (2014) yang menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Masruroh dan Zulaikha (2013) serta Asbar dkk (2014) yang menunjukkan bahwa sanksi perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitianArdyanto dan Utaminingsih (2014) sesuai dengan penelitian yang dilakukan Julianti dan Zulaikha (2014), Jatmiko (2006), Indriyani dan Sukartha (2014) dan Asbar dkk (2014) yang menyatakan bahwa pelayanan aparat pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.Namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Masruroh dan Zulaikha (2013)yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Hasilpenelitian yang dilakukan oleh Ardyanto dan Utaminingsih (2014) sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aryobimo dan Cahyonowati (2010), dan Julianti dan Zulaikha (2014) yang menyatakan bahwa preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.Namun bertolak belakang dengan penelitian Adiasa (2013) yang menunjukkan bahwa preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ardyanto dan Utaminingsih (2014) yang menunjukkan bahwa preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap hubungan antara sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Hasil penelitian yang dilakukan Ardyanto dan Utaminingsih (2014) sesuai dengan penelitian yang dilakukan Julianti dan Zulaikha (2014), dan Aryobimo dan Cahyonowati (2010) yang menyatakan bahwa preferensi risiko berpengaruh dan

(26)

dapat memoderasi hubungan antara pelayanan aparat pajak dengan kepatuhan wajib pajak.Namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Adiasa (2013) namun dengan variabel yang berbeda, yaitu preferensi risiko tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.

Penelitianini dilakukan karena ketidak konsistenan hasil penelitian sehingga penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang dilakukan Ardyanto dan Utaminingsih (2014) yang membedakan adalah periode wajib pajak dan obyek yang diteliti yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan.

Oleh karena itu, berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan diatas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Sanksi Pajak

dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderasi Pada KPP Pratama Semarang Selatan.”.

1.2 Perumusan Masalah

Variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan WPOP dalam penelitian ini adalah sanksi pajak, pelayanan aparat pajak atau fiskus dan preferensi risiko. Akan tetapi dalam penelitian ini, variabel preferensi risiko sebagai variabel moderating.

Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan WPOP di KPP Pratama Semarang Selatan ?

(27)

2. Apakah pelayanan aparat pajak atau fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan WPOP di KPP Pratama Semarang Selatan ?

3. Apakah preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan WPOP di KPP Pratama Semarang Selatan ?

4. Apakah preferensi risiko dapat memoderasi hubungan antara sanksi pajak dan kepatuhan WPOP di KPP Pratama Semarang Selatan ?

5. Apakah preferensi risiko dapat memoderasi hubungan antara pelayanan aparat pajak atau fiskus dan kepatuhan WPOP di KPP Pratama Semarang Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP) di KPP Pratama Semarang Selatan.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh pelayanan aparat pajak atau fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP) di KPP Pratama Semarang Selatan.

3. Untuk menentukan apakah hubungan sanksi pajak dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dapat dimoderasi oleh preferensi risiko.

4. Untuk menentukan apakah hubungan pelayanan aaparat pajak atau fiskus dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi dapat dimoderasi oleh preferensi risiko.

1.4 Manfaat Penelitian

(28)

1. Bagi Direktorat Jendral Pajak dan KPP Pratama, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi aparat pajak / fiskus dalam memberikan pelayanan terhadap wajib pajak sehingga dapat meningkatkan kepercayaan wajib pajak terhadap aparat pajak atau fiskus.

2. Bagi pihak akademisi dan peneliti yang tertarik melakukan kajian di bidang yang sama, hasil penelitian ini diharapkan menjadi literatur bagi penelitian selanjutnya dan dapat memberikan bukti empiris dalam pengembangan teori mengenai perpajakan.

3. Bagi pihak pembaca dan penulis sendiri, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi yang bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai pelayanan aparat pajak serta sanksi perpajakan bagi WPOP.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini, dikelompokkan menjadi lima bab, yaitu Bab Pendahuluan, Bab Tinjauan Pustaka, Bab Metode Penelitian, Bab Hasil dan Pembahasan dan Bab Penutup.

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistimatika Penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai Tinjauan Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Teoritis, dan Perumusan Hipotesis.

(29)

Bab ini berisi tentang Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel, jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis.

4. BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab ini berisi Deskripsi Objek Penelitian, Hasil Analisis Data dan Interprestasi Hasil Penelitian.

5. BAB V PENUTUP

(30)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Istilah pajak ialah iuran yang dipaksakan, meskipun memiliki pengertian dan penjelasan yang berbeda-beda dari sudut pandang masalah, tujuan dan kegunaan pajak itu sendiri adalah sama.

Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH, (Resmi, 2013), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Unsur-unsur pokok (Mardiasmo, 2011) dari definisi diatas, yaitu : (1) iuran dari rakyat kepada negara, (2) pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya, (3) tidak ada jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara, dan (4) digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Definisi pajak menurut S. I. Djajadiningrat (Resmi, 2013), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

(31)

2.1.2 Wajib Pajak Orang Pribadi

WP (Wajib Pajak) yang secara umum diartikan sebagai orang atau badan yang dikenakan kewajiban pajak.

Menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (www.dpr.go.id),Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar, pemungut, atau pemotong pajak dan mempunyai hak serta kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang telah berlaku (Resmi, 2013). Wajib pajak dibagi menjadi 2 (Adiasa, 2013), antara lain :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi, adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak. Terdapat kriteria yang harus dipenuhi, yaitu setiap orang pribadi diwajibkan untuk mendaftarkan diri dan memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-undang.

2. Wajib Pajak Badan, adalah setiap perusahaan yang dibangun atau berdiri di Indonesia dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta memiliki hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia. Pengertian badan sendiri adalah sekumpulan orang atau modal yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer. Perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

(32)

organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

2.1.3 Self Assessment System

Self Assessment System merupakansistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Resmi, 2013).

Menurut Mardiasmo (2011) terdapat ciri-ciri mengenai sistem pemungutan pajak, yaitu :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2. Wajib Pajak aktif, mulai menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus atau aparat pajak tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan sistem pemungutan pajak yang diterapkan tergantung pada Wajib Pajak sendiri karena peran utama ada pada Wajib Pajak.

2.1.4 Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan mengenai individu-individu yang mengamati perilaku seseorang sehingga timbul rasa ketertarikan, maka mereka akan mencoba menentukan apakah perilaku tersebut muncul karena pengaruh internal atau eksternal (Ikhsan Lubis, 2010). Perilaku yang muncul karena pengaruh internal, biasanya bersumber dari pengendalian diri indivisu itu sendiri. Sedangkan pengaruh yang

(33)

berasal dari eksternal disebabkan oleh pihak luar yang membuat individu secara terpaksa berperilaku sesuai dengan keadaan dan situasi dilingkungan tersebut.

Berdasarkan teori atribusi, sanksi pajak dan pelayanan aparat pajak atau fiskusmerupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya (Robbins dan Judge, 2008). Hal ini dapat dikatakan menjadi dasar adanya dugaan bahwa sanksi pajak dan pelayanan aparat pajak atau fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.1.5 Teori Pembelajaran Sosial

Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung (Robbins dan Judge, 2008). Terdapat empat proses proses dalam pembelajaran sosial yaitu: (1) proses perhatian (attentional), (2) proses penahanan (retention), (3) proses reproduksi motorik dan (4) proses penguatan

(reinforcement).

Proses perhatian adalah proses dimana seseorang hanya akan mempelajari suatu objek yang membuatnya tertarik ataupun mengenal orang atau model tersebut. Proses penahanan adalah proses dimana suatu model atau tindakan model sudah tidak lagi tersedia, maka hal yang harus dilakukan dengan mengingat model atau tindakan model tersebut. Proses reproduksi motorik adalah proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan. Dan yang terakhir proses penguatan adalah proses dimana individu-individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model.

Berdasarkan teori pembelajaran sosial, dapat menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan patuh untuk

(34)

membayar pajak tepat pada waktunya apabila orang tersebut secara langsung mengamati bahwa uang pajak yang dibayarnya telah terkontribusi dalam pembangunan yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu, sanksi pajak dan pelayanan aparat pajak diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. 2.1.6 Teori Prospek (Prospect Theory)

Teori ini berawal dari penelitian yang dilakukan oleh Kahneman dan Tversky (1979) mengenai perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa seseorang akan mencari informasi terlebih dahulu kemudian akan dibuat beberapa “decision frame” atau konsep keputusan. Setelah konsep keputusan dibuat maka seseorang akan mengambil keputusan dengan memilih salah satu konsep yang mnenghasilkan expected utilityyang terbesar. Teori prospek menunjukkan bahwa orang yang memiliki irasional untuk lebih tinggi enggan mempertaruhkan keuntungan (gain) daripada kerugian (loss).

Penelitian yang dilakukan Ardyanto dan Utaminingsih (2014) menggunakan teori prospek untuk meneliti pengaruh preferensi risiko terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa perilaku wajib pajak dalam menghadapi risiko tidak dapat diartikan bahwa wajib pajak tersebut tidak akan memenuhi kewajiban pajaknya.

Hubungan antara penelitian ini dengan teori prospek dimana teori ini menjelaskan mengenai preferensi risiko dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak memiliki risiko yang tinggi maka wajib pajak tersebut belum tentu tidak akan membayar kewajiban pajaknya. Karena apabila wajib pajak memiliki sifat risk seeking artinya walaupun wajib pajak memiliki risiko tinggi maka

(35)

tidak akan mempengaruhi wajib pajak untuk tetap membayar pajak, sedangkan wajib pajak yang memiliki sifat risk aversion apabila wajib pajak memiliki risiko yang rendah atau terlalu rendah maka wajib pajak justru akan menghindari kewajiban pajaknya (Aryobimo dan Cahyonowati, 2012).

2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa kepatuhan memiliki arti tunduk atau patuh pada aturan atau ajaran. Kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan saat wajib pajak berusaha memahami dan melaksanakan kewajibannya sesuai aturan yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku. Oleh karena banyaknya definisi yang ada, peneliti menyimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak dapat memenuhi kewajibannya dan memiliki haknya dalam membayar pajak. Terdapat dua macam kepatuhan wajib pajak (Asbar dkk, 2014), yaitu:

a. Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. b. Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif

atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yaitu sesuai dengan undang-undang perpajakan.

2.1.8 Sanksi Pajak

Menurut Mardiasmo (2011) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti atau dipatuhi atau dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Ancaman

(36)

terhadap para pelanggar norma perpajakan dapat dikenakan sanksi administrasi atau pidana bahkan pula dapat terkena kedua sanksi tersebut.

Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan terdapat tiga macam sanksi yang dapat dikenakan bagi wajib pajak. Sanksi administrasi tersebut berkaitan dengan denda, bunga dan kenaikan (Resmi, 2013).

Sanksi pidana merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan aparat pajak agar norma perpajakan dipatuhi. Sanksi pidana juga merupakan siksaan dan penderitaan yang dapat dirasakan wajib pajak. Sanksi ini dapat dikenakan jika masih banyak wajib pajak yang menunggak atau mangkir dalam melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terdapat tiga macam sanksi pidana yang dikenakan, yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara (Mardiasmo, 2011).

2.1.9 Pelayanan Aparat Pajak

Menurut Masruroh dan Zulaikha (2013) pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus atau berkala. Apabila aparat pajak memberikan pelayanan tidak memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak, maka dapat dikatakan bahwa pelayanan tersebut tidak berkualitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto dan Utaminigsih (2014) menunjukkan bahwa terdapat indikator dalam menentukan kualitas pelayanan

(37)

dengan menggunakan tiga faktor, yaitu kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, dan hasil kualitas pelayanan. Yang dimaksud dengan kualitas interaksi adalah bagaimana cara aparat pajak dalam mengkomunikasikan pelayanan pajak kepada wajib pajak sehingga wajib pajak merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Kualitas lingkungan fisik adalah bagaimana peranan kualitas dilingkungan kantor pajak sendiri dalam melayani wajib pajak, agar tetap merasa nyaman dan dipahami. Kemudian untuk hasil kualitas pelayanan adalah apabila pelayanan dari aparat pajak baik dan dapat memberikan kepuasan terhadap wajib pajak maka dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.1.10 Preferensi Risiko

Menurut Torgler (2003) keputusan seorang wajib pajak dapat dipengaruhi oleh perilakunya terhadap risiko yang dihadapi. Preferensi risiko seseorang merupakan salah satu komponen dari beberapa teori yang berhubungan dengan pengambilan keputusan termasuk teori kepatuhan pajak seperti teori rasionalitas dan teori prospek. Namun dasar teori yang digunakan untuk mengetahui preferensi risiko dalam mempengaruhi kepatuhan wajib pajak pajak adalah teori prospek.

Dasar teoritis untuk memoderasi preferensi risiko dalam hubungan antara kepatuhan wajib pajak dengan sanksi pajak dan pelayanan aparat pajak terdapat dalam teori prospek. Teori ini menerangkan bahwa ketika wajib pajak mempunyai tingkat risiko yang tinggi maka dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.Penelitian yang dilakukan Aryobimo dan Cahyonowati (2012) menggunakan teori prospek untuk meneliti pengaruh preferensi risiko terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

(38)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Aryobimo dan Cahyonowati (2012) Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Semarang) Variabel Independen Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Variabel Moderating Kondisi Keuangan Wajib Pajak Preferensi Risiko

Hasil penelitian ini : 1) Persepsi wajib pajak

tentang kualitas pelayanan fiskus, kondisi keuangan wajib pajak, dan preferensi risiko terbukti berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi wajib pajak yang baik tentang kualitas pelayanan fiskus, kondisi keuangan wajib pajak yang tinggi dan tingkat risiko yang dimiliki wajib pajak tinggi maka akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak.

2) Kondisi keuangan wajib pajak sebagai variabel moderasi berpengaruh positif terhadap hubungan antara persepsi tentang kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kondisi keuangan wajib pajak tinggi dan persepsi tentang kualitas pelayanan fiskus baik maka kepatuhan

(39)

wajib pajak akan tinggi pula. 3) Variabel preferensi risiko pula berpengaruh positif terhadap hubungan antara persepsi tentang kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa apabila risiko yang dimiliki wajib pajak tinggi dan persepsi wajib apajak tentang kualitas pelayanan fiskus baik maka akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Masruroh dan Zulaikha (2013) Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris pada WPOP di Kabupaten Tegal) Variabel Independen Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Hasil penelitian : 1) Pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. 2) Kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Ardyanto dan Utaminingsih (2014) Pengaruh Sanksi Pajak dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Preferensi Risiko sebagai Variabel Variabel Independen Sanksi Pajak dan Pelayanan Aparat Pajak Variabel Hasil penelitian : 1) Sanksi pajak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada

(40)

Moderasi Moderasi Preferensi Risiko Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi KPP Pratama Blora. 2) Pelayanan aparat

pajak secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap keptuhan wajib pajak

(WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar di KPP Pratama Blora. 3) Preferensi risiko berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yamg terdaftar di KPP Pratama Blora.

4) Preferensi risiko tidak berpengaruh secara signifikan pada hubungan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

(WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar di KPP Prtama Blora. 5) Preferensi risiko berpengaruh secara negatif dan signifikan pada hubungan pelayanan aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

(WPOP) di

Kecamatan Blora yang terdaftra di KPP Pratama Blora.

(41)

Murni Julianti dan Zulaikha (2014) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Membayar Pajak dengan Kondisi Keuangan dan Preferensi Risiko Wajib Pajak sebagai Variabel Moserating (Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Candisari Semarang) Variabel Independen Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Perpajakan, Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak tentang Peraturan Perpajakan Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak Variabel Moderasi Kondisi Keuangan Prefernsi Risiko Hasil penelitian :

1) Persepsi wajib pajak tentang kualitas pelayanan perpajakan dan pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

2) Kondisi keuangan dan preferensi risiko wajib pajak memperlemah hubungan antara persepsi wajib pajak tentang kualitas pelayanan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

3) Kondisi keuangan dan preferensi risiko wajib pajak memperkuat hubungan antara pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Jotopurnomo dan Mangoting (2013) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya Variabel Independen Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, dan Lingkungan Wajib Pajak Berada Hasil penelitian : Kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan dan lingkungan wajib pajak berada berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Sawahan Surabaya. Karena sistem

perpajakan yang berlaku di Indonesia menuntut

(42)

Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak

Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya sendiri yaitu

mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melapor. Maka dari itu apabila wajib pajak memahami fungsi pajak akan meningkatkan kepatuhan karena sistem yang berlaku adalah sistem self assessment. Apabila pelayanan fiskus yang diberikan baik akan membantu meningkatkan kepatuhan. Sanksi pajak yang diberikan secara tegas akan meningkatkan tingkat kepatuhan, karena membuat wajib pajak takut dikenakan sanksi tersebut. Lingkungan wajib pajak berada berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Sawahan Surabaya, karena apabila masyarakat di tempat lingkungan wajib pajak berada patuh wajib pajak pun ikut patuh.

Nirawan Adiasa (2013) Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Moderating Preferensi Risiko Variabel Independen Pemahaman tentang Pajak Variabel Moderating Preferensi Risiko Variabel Dependen Hasil Penelitian: Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dan preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Selain itu

preferensi risiko tidak dapat memoderasi hubungan antara variabel pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.

(43)

Kepatuhan Wajib Pajak

2.3 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 2.4 Perumusan Hipotesis

Atas dasar kerangka pemikiran teoritis diatas, maka hipotesis yang akan dikembangkan dan akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Sanksi Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011). Pengenaan sanksi secara tegas akan semakin merugikan wajib pajak sehingga wajib pajak akan memilih untuk mematuhi peraturan yang berlaku dan melaksanakan kewajibannya membayar pajak.

Preferensi Risiko (Variabel Moderasi) Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) (Y) Pelayanan Aparat Pajak (X2) Sanksi Perpajakan (X1)

(44)

Berdasarkan teori atribusi, sanksi perpajakan merupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi penilaian wajib pajak terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi semua kewajiban membayar pajaknya. Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya melalui pemberian sanksi yang dikenakan aparat pajak kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ardyanto dan Utaminingsih (2014) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian ini didukung oleh Jotopurnomo dan Mangoting (2013), Indriyani dan Sukartha (2014), Muliani dan Setiawan (2010), dan Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa sanksi pajak yang diberikan secara tegas akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi, karena membuat wajib pajak orang pribadi merasa takut dikenakan sanksi tersebut.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka diajukan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1: Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP)

b) Pelayanan Aparat Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Kepatuhan wajib pajak dan kualitas pelayanan aparat pajak mempunyai hubungan erat dengan kualitas pelayanan terbaik yang diberikan aparat pajak kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya. Apabila pelayanan dari aparat pajak tidak dapat memuaskan wajib pajak atau aparat pajak bertindak diluar wewenangnya, berarti pelayanan yang diberikan tidak berkualitas baik.

(45)

Pegawai pajak yang sengaja melakukan tugasnya lalai dan bertindak diluar wewenangnya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, maka dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang berwenang melakukan pemeriksaan dan investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Resmi, 2013).

Berdasarkan teori atribusi, pelayanan aparat pajak merupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi penilaian wajib pajak terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi dan melaksanakan semua kewajiban membayar pajaknya. Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya mengenai bagaimana aparat pajak dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan Asbar dkk (2014) menunjukkan bahwa organisasi yang memiliki mutu pelayanan yang bagus, baik itu dari fasilitas maupun profesionalitas aparat dapat mempengaruhi sikap wajib pajak orang pribadi dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Penelitian ini diperkuat oleh Aryobimo dan Cahyonowati (2012), Jontopurnomo dan Mangoting (2013), Indriyani dan Sukartha (2014), Hardiningsih (2011), dan Jatmiko (2006) yang mengungkapkan bahwa pengaruh persepsi wajib pajak tentang kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka diajukan hipotesis kedua sebagai berikut:

H2: Kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP)

(46)

c) Preferensi Risiko dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Aryobimo dan Cahyonowati (2012) menyampaikan bahwa keputusan seorang wajib pajak dapat dipengaruhi oleh perilakunya terhadap risiko yang dihadapi. Preferensi risiko seseorang merupakan salah satu komponen dari beberapa teori yang berhubungan dengan pengambilan keputusan termasuk teori kepatuhan pajak seperti teori rasionalitas dan teori prospek.

Penelitian yang dilakukan Ardyanto dan Utaminingsih (2014) yang diperkuat oleh penelitianAryobimo dan Cahyonowati (2010), dan Julianti dan Zulaikha (2014) yang menyatakan bahwa preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.Artinya jika seorang wajib pajak mampu menolak risiko yang muncul dan menghadapi risiko tersebut maka tingkat preferensinya tinggi. Jika wajib pajak menerima dan membiarkan risiko terjadi maka tingkat preferensi akan rendah. Jika semakin tinggi preferensi wajib maka tingkat risiko menjadi rendah dan sebaliknya jika tingkat preferensi wajib pajak rendah maka tingkat risiko menjadi tinggi.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka akan diajukan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3: Preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP)

d) Preferensi Risiko, Sanksi Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Penelitian yang dilakukan Ardyanto dan Utaminingsih (2014) menggunakan teori prospek untuk memprediksi pengaruh preferensi risiko memoderasi hubungan antara sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi risiko tidak berpengaruh terhadap hubungan antara sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun penelitian tersebut

(47)

tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aryobimo dan Cahyonowati (2012) yang mengungkapkan bahwa perilaku wajib pajak dalam menghadapi risiko tidak dapat diartikan bahwa wajib pajak tersebut tidak akan memenuhi kewajiban pajaknya. Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa preferensi risiko berpengaruh terhadap hubungan antara sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat diajukan hipotesis keempat sebagai berikut:

H4: Preferensi risiko berpengaruh terhadap hubungan antara sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP)

e) Preferensi Risiko, Pelayanan Aparat Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Penelitian Aryobimo dan Cahyonowati (2012) menggunakan teori prospek untuk memprediksi pengaruh preferensi risiko memoderasi hubungan antara persepsi wajib pajak tentang kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi risiko berpengaruh terhadap hubungan antara persepsi wajib pajak tentang kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Hasil penelitian Ardyanto dan Utaminingsih (2014) menunjukkan bahwa preferensi risiko berpengaruh terhadap hubungan antara pelayanan aparat pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Artinya variabel preferensi risiko dapat memoderasi namun memperlemah hubungan antara variabel sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak.

(48)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan hipotesis kelima sebagai berikut:

H5: Preferensi risiko berpengaruh terhadap hubungan antara pelayanan aparat pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi (WPOP)

(49)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

Ada 3 variabel utama dalam penelitian ini yaitu variabel independen, variabel dependen, dan variabel moderating. Variabel bebas atau independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sanksi pajak dan pelayanan aparat pajak, variabel terkait dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi, sedangkan variabel modertaing dalam penelitian ini adalah preferensi risiko. Masing-masing definisi operasional variabel akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Menurut Asbar dkk (2014) kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan wajib pajak dalam memenuhi semua kewajibannya dan melaksanakan hak perpajakannya.Variabel ini diukur dengan skala linkert 5 poin menggunakan kuesioner dengan indikator Adiasa (2013) dengan modifikasi penulis meliputi pernyataan :

a. Selalu mengisi formulir pajak dengan benar.

b. Selalu menghitung pajak dengan jumlah yang benar. c. Selalu membayar pajak tepat pada waktunya.

(50)

Melakukan pembayaran pajak sesuai dengan besaran pajak yang terutang dan tepat waktu. Variabel-variabel diatas diukur dengan skala linkert 5 poinmulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju.

2. Sanksi Pajak

Menurut Mardiasmo (2011) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti atau dipatuhi atau dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Ancaman terhadap para pelanggar norma perpajakan dapat dikenakan sanksi administrasi atau pidana bahkan pula dapat terkena kedua sanksi tersebut.

Sanksi pajak diukur dengan menggunakan pertanyaan dalam bentuk kuesioner dimana responden diberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sanksi pajak, meliputi :

a. Kedisiplinan sanksi pajak b. Ketegasan sanksi pajak c. Implementasi sanksi

d. Kesesuaian sanksi dengan undang-undang

e. Pelaporan pajak tepat waktu merupakan bentuk kepatuhan terhadap sanksi Indikator pertanyaan di atas merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto dan Utaminingsih (2014) dan diukur dengan menggunakan skala linkert lima poin mulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju.

(51)

Hasil penelitian Ardyanto dan Utaminingsih (2014) berkaitan dengan indikator normative beliefs pada Theory of Planed Behavior. Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memnuhi harapan tersebut. Keterkaitan dengan teori lain adalah dengan Social Learning Theory pada indikator proses perhatian. Proses perhatian adalah proses dimana seseorang hanya akan belajar dari orang lain atau model jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang atau model tersebut.

Menurut Ardyanto dan Utaminingsih (2014) kualitas pelayanan fiskus ditentukan oleh tiga faktor yaitu kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, dan hasil kualitas pelayanan. Pelayanan aparat pajak diukur dengan menggunakan pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Indikator pertanyaan yang diajukan merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Aryobimo dan Cahyonowati (2012) dan diukur dengan menggunakan skala linkert lima poin mulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju.

4. Preferensi Risiko

Preferensi risiko sebagai variabel moderasi dan secara operasional didefinisikan sebagai risiko atau peluang yang akan dipertimbangkan oleh wajib pajak yang menjadi prioritas utama diantara yang lainnya dari berbagai pilihan yang tersedia (Adiasa, 2013). Penelitian ini mengukur preferensi umum wajib pajak dengan mengambil risiko keuangan, risiko kesehatan, risiko sosial, risiko pekerjaan dan risiko keselamatan (Adiasa, 2013). Risiko keuangan misalnya: risiko berinvestasi, risiko berwirausaha; risiko kesehatan misalnya: risiko merokok, risiko diet buruk, risiko konsumsi alkohol berlebihan; risiko sosial misalnya: pemilu, perubahan kebijakan pemerintah; risiko pekerjaan misalnya: PHK, risiko

(52)

keselamatan misalnya: tidak menggunakan sabuk pengaman dalam mengendari modil, tidak menggunakan helm ketika naik motor.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui perantara, sedangkan data sekunder yaitu sumber data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang telah ada pada KPP Pratama Semarang Selatan, internet, dan sumber lainnya.

Sumber data primer dalam penelitian inidiperolehdari para WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan. Data ini berupa kuesioner yang nantinya akan diisi oleh para Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjadi responden terpilih dalam penelitian ini.

Sejumlah pertanyaan akan diajukan kepada responden dan kemudian responden yang sempat dan bersedia langsung untuk menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala lima angka yaitu mulai angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Perinciannya adalah sebagai berikut :

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Netral (N) Angka 4 = Setuju (S)

(53)

3.3 Populasi dan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi di Kota Semarang yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

convenience sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dengan

pertimbangan kemudahan akses yang dapat dijangkau oleh peneliti. Berdasarkan data WPOP efektif yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan per 31 Desember 2014. Wajib pajak orang pribadi yang dijadikan sampel adalah wajib pajak orang pribadi efektif yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Wajib pajak orang pribadi yang telah terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan minimal selama dua tahun.

2. Wajib pajak orang pribadi yang mengurus kewajiban perpajakannya sendiri. Dalam menentukan jumlah sampel penelitian dihitung dengan rumus Slovin :

= N

(1 + )

Keterangan :

n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi

e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditoleransi, pada penelitian ini adalah 10%.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner yang berupa angket. Jenis kuesioner yang digunakan kuesioner

(54)

tertutup. Kuesioner tertutup dalam penelitian adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih oleh responden dari berbagai pilihan jawaban yang tersedia. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling. Dalam pengambilan sampel berdasarkan akses yang dapat dijangkau oleh peneliti dalam menyebarkan kuesioner.

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan program pengolahan data yaitu SPSS versi 20. Data penelitian yang akan dianalisis menggunakan alat analisis yang terdiri dari :

3.5.1 Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskriptif atas suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, nilai minimum, nilai maksimum, sum, range, kurtosis, dan skewness kemencengan distribusi (Ghozali, 2013).

3.5.2 Pengujian Kualitas Data

Menurut Aryobimo dan Cahyonowati (2012) kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Prosedur pengujian kualitas data adalah sebagai berikut :

3.5.2.1 Pengujian Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner

(55)

mampumengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Mengukur validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Correlated Item atau membandingkan r hitung dengan r tabel. Total Correlated dengan kriteria sebagai berikut : Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilainya positif, maka semua butir pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan “valid”. Namun sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka semua indikator pertanyaan tersebut dikatakan “tidak valid” (Ghozali, 2013).

3.5.2.2 Pengujian Reliabilitas

Reabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Menurut Ghozali (2013) suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung koefisien cronbach’s alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai

cronbach’s alpha lebih dari 0,70 (Ghozali, 2013).

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik

Karena pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda (multiple regression), maka terlebih dulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari :

3.5.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013).Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogrov- Smirnov. Alat uji ini digunakan

(56)

untuk memberikan angka-angka yang lebih detail untuk menguatkan apakah terjadi normalitas atau tidak dari data-data yang digunakan. Normalitas terjadi apabila hasil dari uji Kolmogrov- Smirnov lebih dari 0,05 (Ghozali, 2013).

3.5.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikoonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas data dapat dilihat dari besarnya nilai VIF (Variation Inflation

Factor) dan nilai toleransi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

di antara variabel independen atau tidak terjadi mulikolonieritas. Sedangkan, jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (R2 di ats 0,90) maka hal ini mengindikasikan adanya multikolonieritas.

3.5.3.3 Pengujian Heteroskedastisitas

Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu secara teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit), maka hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Akan tetapi, apabila pada grafik scatterplot tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

(57)

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

Selain itu, untuk memperkuat asumsi dari uji scatterplot maka terdapat cara lain yang dilakukan dengan pengujian secara statistik adalah uji park. Dalam uji park apabila variabel independen tingat signifikansinya melebihi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

3.5.4 Pengujian Hipotesis

Dalam menganalisis hipotesis dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda dan Analisis Selisih Nilai Mutlak. Alasan menggunakan uji selisih nilai mutlak adalah adanya variabel moderasi dalam penelitian ini. Selain itu, uji analisis ini juga direkomendasikan oleh penelitian terdahulu dari Ardyanto dan Utaminingsih (2014) serta Adiasa (2013). Dalam uji hipotesis penelitian ini terdapat persamaan sebagai berikut :

Y = α + β1X1+β2X2+β3MOD+β4x1.mod+β5x2.mod + ℮

Keterangan dari persamaan diatas sebagi berikut :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak X1 = Sanksi Pajak

X2 = Pelayanan Aparat Pajak

MOD = Preferensi Risiko

α = Konstanta

β1 - β4 = Koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan

(58)

℮ = Error

3.5.5 Uji Model

3.5.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas atau independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (α = 5%).

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan (Ghozali, 2013) sebagai berikut :.

a) Bilanilai signifikansi F < 0.05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang berarti koefisien regresi signifikan, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.

b) Bila nilai signifikansi F > 0.05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti koefisien regresi tidak signifikan. Hal ini berarti semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5.5.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel penjelas atau variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Prosedur pengujian hipotesis dengan uji t (Ghozali, 2013) :

1) Menentukan hipotesis.

2) Membandingkan probabilitas t-hitung dengan α = 5%. 3) Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis :

Gambar

Gambar 2.1  2.4  Perumusan Hipotesis
Tabel 4.4. Hasil Penyebaran Kuesioner
Tabel 4.7  Pendidikan Terakhir
Tabel 4.15  Uji Validitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Pengetahuan Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan ( PPh ) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. Tingkat kepatuhan

“ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Paja k Penghasilan” , Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Penelitian ini mereplikasikan penelitian oleh Andinata (2015) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah adanya sosialisasi perpajakan didalam masyarakat, sehingga individu bergerak

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI.. (STUDI KASUS DI

Faktor-faktor yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi adalah Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak.. Populasi dalam

Pengaruh NJOP, Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan dan SPPT Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Sanksi Pajak Sebagai