• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelemahan Kompetensi Siswa Pada Tingkat Kabupaten/Kota Berdasarkan Hasil UN Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kelemahan Kompetensi Siswa Pada Tingkat Kabupaten/Kota Berdasarkan Hasil UN Rendah"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Analisis Kelemahan Kompetensi Siswa Pada Tingkat Kabupaten/Kota

Berdasarkan Hasil UN Rendah

Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Penulis

:

1. Dr. Ir. Hari Setiadi, M.A

2. Prof. Dr. Djemari Mardapi

3. Prof. Dr. Badrun Kartowagiran

4. Drs. Giri S. Hamiseno

5. Drs. Fahmi

6. Rahmawati, ST.

7. Dr. Heri Retnawati

8. Dr. Haryanto, MT

9. Dr. Samsul Hadi

10. Dr. Jaeddun

Editor

: Drs. Fahmi

ISBN

:

(3)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidak tercapaian standar kompetensi lulusan di wilayah tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif esksploratif. Pada penelitian ini, dipilih 100 kabupaten berdasarkan pencapaian Ujian Nasionalnya, baik di jenjang SMP, SMA, dan SMK. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan angket. Responden tes adalah guru, dan responden angket adalah guru dan kepala sekolah.Soal tes yang digunakan adalah naskah soal ujian nasional, bentuk pilihan ganda, ditambah dengan tes bentuk uraian untuk mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Tes bentuk uraian disusun berdasarkan kisi-kisi ujian nasional dengan tingkat kesulitan menengah sampai tinggi. Laporan pada tingkat kabupaten/kota menggunakan analisis data secara deskriptif kuantitatif.

Kemampuan guru pada materi bidang studi yang diajarkannya masih banyak yang lemah, terutama pada tes berbetuk uraian. Rendahnya kemampuan guru ini menyebabkan banyak hasil tes guru yang nilainya lebih randah dibandingkan dengan nilai rerata siswa nya pada UN 2011 baik di tingkat sekolah masing-masing maupun di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Hasil angket guru menunjukkan iiielative masih diperlukan pelatihan bagi guru-guru terutama pelatihan yang berkaitan dengan materi bidang studi yang diajarkan oleh masing-masing guru.

Fungsi kepala sekolah dan pengawas sebagai supervisor proses belajar mengajar di kelas kurang dijalankan. Meskipun dijalankan, masih banyak guru yang jarang mendapatkan feedback untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran.

Daya serap UN yang disusun oleh Puspendik dan BSNP sebagai feedback hasil UN masih sebagian diterima ataupun dimanfaatkan oleh guru. Oleh karena itu guru menjadi tidak waspada dengan kelemahan yang dimiliki siswanya.

Sarana prasarana terutama alat bantu, buku-buku, serta teknologi informasi masih dirasakan kurang oleh sebagian besar sekolah sampel.

(4)

Kata Pengantar

Informasi mengenai daya serap hasil Ujian Nasional (UN) SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK telah tersedia setiap tahun. Belum semua guru di sekolah memanfaatkannya secara optimal. Berdasarkan daya serap, dapat diketahui kompetensi-kompetensi mana yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa. Dengan melihat kelemahan ini, guru dapat dengan mudah meningkatkan kompetensi siswa melalui proses pembelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.

Kesulitan-kesulitan siswa dalam mencapai kompetensi bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya faktor pendidik, peserta didik, pembelajaran, sarana dan prasarana. Oleh karena itu, terkait dengan hal di atas, Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Dikbud melaksanakanpenelitian untuk mengidentifikasi kompetensi yang sulit berdasarkan daya serap hasil UN di SMP, SMA, dan SMK, dan kemudian dicari faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya kompetensi yang belum dicapai, sehingga memeroleh rekomendasi untuk perbaikan kualitas pendidikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Penilaian Pendidikan mengucapkan banyak terima kasih dan menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah bekerja sama, memberi ide dan saran dalam pelaksanaan penelitian ini. Harapan kami, hasil studi ini dapat memberikan informasi balikan bagi guru, sekolah, pengawas, serta pemda sebagai acuan untuk meninkatkan kualitas dan keefektifan pembelajaran mengenai standar kompetensi/ kompetensi dasar yang dalam UN terbukti masih kurang. Di samping itu, dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, sekolah, guru sebagai bahan pertimbangan untuk pembinaan dan perbaikan mutu pendidikan.

Jakarta, Desember 2011

Kepala Pusat,

Dr. Ir. Hari Setiadi, M.A NIP 196103241986031001

(5)

Daftar Isi

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 4

2.1. Manfaat Evaluasi ... 4

2.2. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan ... 9

2.3. Kerangka Pikir ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 13

3.1. Pendekatan Penelitian ... 13

3.2. Subjek Penelitian... 13

3.3. Pengumpulan Data ... 13

3.4. Analisis Data ... 14

BAB IV HASIL ... 15

4.1. Kompetensi Guru SMP pada Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian... 15

4.2. Kompetensi Guru SMA pada Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian... 31

4.3. Kompetensi Guru SMK pada Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian... 31

BAB V PENUTUP ... 61

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan negara Indonesia, yang intinya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Meningkatkan berkualitas sumber daya manusia ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Wacana mengenai pendidikan yang berkualitas merupakan kajian yang sangat menarik dan menjadi perhatian oleh berbagai institusi dan negara-negara di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Selain pembangunan fisik berupa pemberian sarana dan pasarana untuk pelaksanaan pendidikan, pemerintah juga mengeluarkan kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan yang peraturan perundangan. Peraturan perundangan tersebut diantaranya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan.

UU No.20 tahun 2003 Mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan yang dilaksanakan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Agar

pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan dan memperoleh hasil standar,

pemerintah mengatur Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam PP 19 Tahun 2005. Standar pelaksanaan pendidikan melingkupi Standar isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan

Prasarana. Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian

Pendidikan. Standar ini merupakan ketentuan minimal yang harus dipenuhi oleh penyelenggara di satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan atau sekolah harus dapat mencapai kualitas minimal sama dengan standar tersebut atau lebih tinggi dari standar tersebut. Untuk memenuhi tujuan tersebut perlu ada penjaminan mutu yang berkelanjutan, untuk memastikan bahwa proses pendidikan akan menghasilkan output dan outcome yang bermutu, sesuai dengan standar pendidikan.

Indikator mutu pendidikan antara lain adalah keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran sesuai dengan standar isi. Keberhasilan ini diketahui melalui evaluasi seperti yang diatur dalam UU No 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Evaluasi ini meliputi (1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan; dan (2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik, untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Evaluasi oleh pendidik yang dilakukan pada proses pembelajaran sehari-hari disebut Penilaian kelas, dan evaluasi oleh pendidik pada akhir satuan pendidikan disebut ujian sekolah. Kedua jenis penilaian tersebut disebut Evaluasi Internal. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan pemerintah dalam rangka menilai pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional (salah satu standar nasional pendidikan) disebut Evaluasi Eksternal.

(7)

Asesmen nasional ingin memperoleh jawaban terhadap pertanyaan: (1) apa bukti-bukti tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik pada bidang pengetahuan dan keterampilan?, (2) .apakah terdapat disparitas pada pencapaian belajar peserta didik pada lokasi daerah urban dan rural, kota dan desa, daerah miskin, dan daerah yang kaya, pria dan wanita, dan perbedaan bahasa local?, (3) faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik, dan sejauh mana lingkuangan belajar peserta didik mempengaruhi prestasi yagn dicapainya. Untuk menjawab semua pertanyaan ini diperlukan asesmen yang memberikan hasil yang bisa di bandingkan antar tempat, dan antar waktu (Kellaghan and Greaney 2001b, 2004). Hal ini juga dinyatakan pada penjelasan pasal 66 ayat (3) PP 19 tahun 2005) bahwa hasil ujian nasional dapat dibandingkan baik antra satuan pendididkan, antar daerah, maupun antar waktu untuk pemetaaan mutu pendidikan secara nasional.

Ujian Nasional (UN) merupakan evaluasi ekternal. Salah satu fungsi dari UN adalah pembinaan bagi sekolah-sekolah yang hasil UN tidak memuaskan. Diharapkan dari hasil UN tersebut dapat diketahui kelemahan dari peserta didik. Kelemahan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya proses pembelajaran/ metode pembelajarannya. Untuk memperbaiki proses atau metode pembelajaran tersebut, maka diperlukan adanya perbaikan pembelajaran secara terus menerus pada setiap mata pelajaran yang diujikan pada UN.

Berdasarkan data hasil UN diperoleh pula informasi mengenai daya serap hasil UN SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK, berupa persentase menjawab benar suatu butir soal. Berdasarkan daya serap ini, dapat diketahui kompetensi-kompetensi mana yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa. Dengan melihat kelemahan ini, dapat diperbaiki kompetensi siswa melalui proses pembelajaran, sehingga di tahun mendatang dapat diperbaiki.

Kesulitan-kesulitan siswa dalam mencapai kompetensi bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal ini disebabkan ada berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Perbaikan dapat dilakukan pula dengan mencari faktor-faktor penyebab beberapa kompetensi sulit dicapai oleh siswa. Faktor-faktor ini diantaranya faktor pendidik, peserta didik, pembelajaran, sarana dan prasarana, dan lain-lain. Perbaikan ini melibatkan banyak komponen yang sangat berperan dalam menentukan kualitas pendidikan, baik siswa sebagai input, kualitas pendidik dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, manajemen sekolah, dan juga sarana dan prasarana. Terkait dengan hal di atas, diperlukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi kompetensi yang sulit berdasarkan daya serap hasil UN di SMP, SMA, dan SMK, dan kemudian dicari faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya kompetensi yang belum dicapai, sehingga memeroleh rekomendasi untuk perbaikan kualitas pendidikan.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan mengetahui hal berikut ini.

2. Kompetensi pendidik yang mengampu mata pelajaran yang diujikan secara nasional.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian standar kompetensi lulusan di wilayah tersebut.

(8)

1.3. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi balikan (feedback) bagi pemerintah, guru, sekolah, pengawas serta pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pembelajaran pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional.

Meningkatkan kompetensi pendidik terhadap standar kompetensi/kompetensi dasar mata pelajaran yang diujikan secara nasional.

Meningkatkan kompetensi peserta didik terhadap standar kompetensi mata pelajaran yang diujikan secara nasional

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Manfaat Evaluasi

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutubagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikanmemerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.

Harapan terhadap ujian nasioanl tidak saja untuk memberi informasi tentang keadaan pendidikan, tetapi juga akan memberi informasi untuk peningkatan prestasi belajar peserta didik (Greaney dan Kellaghan (2010: 9). Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena pada hakekatnya kualitas pembelajaran merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik, diperlukan hasil evaluasi program sebelumnya sebagai acuan.

A. Konsep Dasar Evaluasi

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian (test, measurement, dan assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008). Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.

Pengukuran dapat didefinisikan sebagai the process by which information about the attributes or characteristics of thing are determinied and differentiated (Oriondo & Antonio: 1998). Guilford mendefinisi pengukuran dengan assigning numbers to, or quantifying, things according to a set of rules (Griffin & Nix: 1991). Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie: 1986). Allen & Yen (2002) mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu.

Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

(10)

Pengukuran memiliki konsep yang lebihluas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.

Penilaian memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham (1995) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa, kurikulum atau program, institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi, yaitu: processes that provide information about individual students, about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of institutions (Stark & Thomas: 1994). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes. Menurut Stufflebeam dan Shinkfield evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involved phenomena (Stark & Thomas: 1994).

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation) dari UCLA menyatakan bahwa: evaluation is the process of ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and collecting and analyzing information in order to report summary data useful to decision makers in selecting among alternatives (Oriondo & Antonio: 1998). Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai. Karena itu evaluasi bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses

yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,

mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 21 menyatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan ini tentu memerlukan pengukuran atau penilaian

(11)

terhadap berbagai komponen pendidikan baik menggunakan alat berupa tes atau bukan tes.

B. Jenis Evaluasi

Dilihat dari fungsinya evaluasi dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi lima jenis evaluasi. Kelima evaluasi tersebut yaitu evaluasi formatif, sumatif, diagnostik, selektif, dan penempatan (Depdiknas, 2008).Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, evaluasi formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar untuk memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir unit program, yakni akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh kompetensi siswa dan kompetensi mata pelajaran dikuasai oleh para siswa. Evaluasi ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses. Peran asesmen diantaranya adalah untuk mengetahui performans peserta didik sebagai individu. Asemen ini menurut Harlen, Gipss, Broadfoot & Nutnall (Pollard, edited, 2011:285) tidak banyak pengaruhnya terhadap perbaikan pembelajaran pada peserta didik, karena dilakukan di akhir tahun belajar di satuan pendidikan, Namun apabila hasil asesemen dianalisis dan digunakan untuk perbaikan proses pemebelajaran, maka asesmen sumatif ini memiliki pengaruh terhadap kualitas pendidikan. Hal ini ditegaskan oleh Horn, Wolf, and Velez 1992) bahwa hasil asesemen nasional bisa digunakan untuk mengubah proses pembelajaran di kelas.

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Evaluasi ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dan lain-lain. Soal-soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk ke sekolah tertentu. Sedangkan evaluasi penempatan adalah evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang

diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang

diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, evaluasi ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

Dari segi alatnya, evaluasi hasil belajar dapat dibedakan menjadi (a) tes dan (b) bukan tes (nontes). Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala penilaian, sosiometri, studi kasus, dan lain-lain.

Tes hasil belajar ada yang sudah dibakukan (standardized test), ada pula yang dibuat guru, yakni tes yang tidak baku. Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru untuk semua bidang studi/mata pelajaran. Tes baku, sekalipun lebih baik dari pada tes buatan guru, masih sangat langka sebab membuat tes baku memerlukan beberapa kali percobaan dan analisis dari segi reliabilitas dan validitasnya. Tes sebagai alat penilaian hasil belajar ada yang mengutamakan kecepatan (speed test) dan ada pula yang mengutamakan kekuatan (power test). Tes objektif pada umumnya termasuk speed tes sebab jumlah pertanyaan cukup banyak waktunya relatif

(12)

terbatas, sedangkan tes esai termasuk power test sebab jumlah pertanyaan sedikit waktunya relatif lama. Dilihat dari objek yang dinilai atau penyajian tes ada yang bersifat individual dan ada tes yang bersifat kelompok.

C. Ujian Nasional Sebagai Bentuk Evaluasi

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 75 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa ujian nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dilihat dari pelaksanaannya, UN dapat dianggap sebagai evaluasi sumatif karena dilaksanakan di akhir program satuan pendidikan dan berorientasi kepada produk, yaitu pencapaian kompetensi lulusan. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 2 dari Permendiknas tersebut, yaitu ujian nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Permendiknas nomor 75 tahun 2009 pasal 3 hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; dan pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Pasal ini menunjukkan bahwa selain dapat dikategorikan sebagai evaluasi sumatif, UN juga dapat dikategorikan sebagai diagnostik, selektif, dan penempatan.

UN dianggap sebagai evaluasi diagnostik karena hasil UN digunakan untuk mengetahui satuan dan/atau program pendidikan yang kurang bermutu dan kompetensi apa saja dari standar kompetensi yang daya serapnya kurang. UN dianggap sebagai evaluasi selektif dan penempatan karena hasil UN dapat digunakan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, misalnya dari SD ke SMP/MTs, dari SMK ke SMA/MA/ SMK. Selain itu berdasarkan rata-rata hasil UN pada tingkat satuan pendidikan dapat ditentukan satuan pendidikan mana yang harus dibantu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

D. Ujian Nasional SMP, SMA, dan SMK

Setiap tahun pemerintah menyelenggarakan UN. Namun sampai saat ini UN masih dianggap sebagai momen yang menakutkan bagi siswa, sehingga mengundang pro dan kontra. Mereka yang kontra terhadap UN beralasan bahwa setiap anak memiliki potensi masing-masing yang tidak bisa diukur dalam waktu yang singkat. Karena itu hasil belajar selama tiga tahun tidak adil bila hanya ditentukan oleh hasil ujian yang dilaksanakan dalam beberapa jam saja. Selain itu tidak setiap sekolah memiliki sumber daya fasilitas dan manusia yang seragam, sehingga tidak boleh diukur dengan ukuran yang seragam pula.

Pendapat yang setuju dengan pelaksanaan UN mempunyai tiga argumentasi utama, yaitu mutu pendidikan tidak dapat dibiarkan tanpa standar yang jelas sesuai dengan amanat undang-undang. Penentuan batas kelulusan akan memacu sekolah dan siswa untuk meningkatkan dirinya. Penyelenggaraan UN dapat menjadi salah tolok ukur keberhasilan pendidikan suatu sekolah atau daerah.

Terlepas dari semua pendapat tersebut, ternyata penyelenggaraan UN telah mendorong semua pihak yang berkaitan dengan UN menyikapinya dengan cara masing-masing. Sekolah sebagai salah satu pihak yang secara langsung menyelenggarakan UN, melakukan kebijakan mengarah pada peningkatkan tingkat kelulusan siswa dan capaian

(13)

nilai UN. Siswa meningkat motivasi belajarnya. Orang tua siswa berlomba-lomba memfasilitasi anaknya untuk belajar lebih giat menghadapi UN.

Karena manfaat dan dampak positifnya tersebut, maka pemerintah terus melaksanakan UN setiap tahu. Pelaksanaan UN seperti ini tidak lepas dari usaha pemerintah untuk mencapai standar isi, proses, kompetensi lulusan seperti yang diamanatkan dalam pasal 35 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Dengan cara ini maka kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin baik dari waktu ke waktu.

Penelitian terhadap Ebtanas (Depdikbud, 1998) menyimpulkan bahwa dalam lima tahun terakhir hasil NEM SLTP dan SMU menunjukkan angka yang fluktuatif, dengan rata-rata NEM bergerak antara 4,00 sampai 6,00, kecuali mata pelajaran PPKN dan bahasa Indonesia. Inipun karena pada saat itu ada ketentuan bahwa syarat lulus adalah nilai PPKN dan bahasa Indonesia minimal 6,00. Informasi ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan Ebtanas belum memberi kontribusi yang berarti untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Hasil evaluasi terhadap dampak UAN (Djemari dkk, 2004) menyimpulkan bahwa dampak positif UAN adalah sekolah berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran, semangat guru mengajar dan semangat siswa belajar meningkat, perhatian orang tua terhadap belajar anaknya meningkat. Dampak negatifnya adalah tingkat kecemasan guru dan siswa meningkat. Kecemasan dalam batas tertentu diperlukan untuk mendorong peserta didik belajar lebih baik, tetapi kalau terlalu tinggi bisa menjadi stress.

Berdasarkan keputusan Badan Standar Nasional Pendidikan nomor 0024/SK-Pos/ BSNP/XII/2009 tentang prosedur operasi standar (POS) ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010, pada jenjang SMP mata pelajaran yang di-UN-kan meliputi: Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Perdasarkan keputusan tersebut siswa SMP dinyatakan lulus UN jika memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

Berdasarkan masukan dari legislatif dan masyarakat, kriteria kelulusan ujian nasional pada tahun pelajaran 2010/2011 mengalami perubahan. Ujian nasional pada tahun pelajaran 2010/2011, ada nilai ujian sekolah (US, ada nilai rata-rata rapor (NR). Kedua nilai terseut digabung menjadi nilai sekolah (NS) dengan proporsi 60 % nilai US dan 40 % NR. Selanjutnya NS digabung dengn nilai ujian nasional (UN) dengan proporsi 40 % NS dan 60 % UN menjadi nilai akhir (NA). Kriteria kelulusan ujian nasional yang dinyatakan dengan nilai akhir ditetapkan BSNP adalah peserta didik dinyatakan lulus bila memilik nilai rata-rata NA minimum 5,0 dan nilai pada mata pelajaran lainnya paling rendah 4,0.

Kelulusan peserta didik daari satuan pendidikan ditentukan oleh satuan pendididkan melalui rapat dewan guru dengfan berpegang pada nilai akhir dan penilaian akhak mulia peserta didik. Ketentuan ini banyak didukung pakar pendididkan, legislatif, sekolah, dan orang tua. Salah satu indikatornya adalah tidak banyak kritik terhadap pelaksanaan ujian nasional. Laporan hasil ujian nasional dinyatakan dengan nilai sekolah, nilai ujian nasional, dan nilai akhir. Dengan demikian nilai ujian nasional masih tercantum pada laporan kelulusan peserta didik.

(14)

2.2. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan

Mutu pendidikan dengan indikator hasil pendidikan, dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Bridge, Judd, dan Mocck (1979) menyatakan bahwa hasil pendidikan merupakan fungsi produksi dari sistem pendidikan. Mutu sekolah merupakan fungsi dari dari proses pembelajaran yang efektif, kepemimpinan, peran serta guru, peran serta siswa, manajemen, organisasi, lingkungan fisik dan sumberdaya, kepuasan pelanggan sekolah, dukungan input dan fasilitas, dan budaya sekolah. Optimalisasi dari masing-masing komponen ini menentukan mutu sekolah sebagai satuan penyelenggara pendidikan.

A. Keefektifan Pembelajaran (Effective Learning and Teaching

Process)

Ada beberapa indicator untuk mengetahui keefektifan pembelajaran, diantaranya (1) kurikulum (meliputi kesesuaian dengan kebutuhan siswa (dinamis) dan kesesuaian dengan perkembangan ipteks (responsif), (2) rencana pembelajaran (kejelasan tujuan, kesesuaian dengan materi, kemutakhiran sumber), (3) strategi pembelajaran (kesesuaian strategi dan variasi strategi pembelajaran), (4) metode pembelajaran, meliputi kesuaian metode pembelajaran dengan karakteristik siswa dan variasi metode pembelajaran, (5) media pembelajaran (kesesuaian media pembelajaran dengan kompetensi dasar) dan variasi media pembelajaran, (6) keterlibatan siswa dalam belajar (orientasi belajar pada siswa dan kemudahan memanfaatkan sumber belajar), (7) interaksi dalam pembelajaran (interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan materi pembelajaran), serta (8) monitoring dan evaluasi belajar meliputi strategi pemantauan dan evaluasi, criteria evaluasi hasil belajar, melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran dan umpan balik tindak lanjut.

Keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekolah merupakan komponen terpenting dalam perbaikan mutu sekolah (Sallis, 2005). Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian yang telah dilakukannya, bahwa keefektifan pembelajaran memberikan kontribusi 20% dalam menentukan mutu sekolah, dengan indikator 3 komponen, yaitu kesesuaian metode mengajar, kurikulum yang tepat, serta monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Amir Hidayat (2005) bahwa perbaikan mutu sekolah dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Siswa atau sering disebut sebagai peserta didik merupakan sumberdaya yang akan ditingkatkan kualitasnya melalui pembelajaran. Dari sisi siswa, ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Faktor internal meliputi motivasi belajar, kemampuan awal, kemampuan belajar mandiri, akses informasi, penguasaan bahasa, dan kesenjangan belajar. Faktor eksternal meliputi guru, bahan ajar, metode, media dan teknologi, budaya belajar dan system pembelajaran.

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dalam penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) (Depdiknas, 2000). Melalui monitoring dan evaluasi dapat diketahui pelaksanaan dari program sekolah yang telah direncanakan, kemajuan hasil pendidikan yang telah dicapai, hambatan yang terjadi, dan mengatasi masalah yang terjadi pada pelaksanaan program. Dengan informasi hasil monev, dapat diketahui langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah yang menjadi kendala dalam mencapai keberhasilan program.

(15)

B. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan merupakan komponen kedua mutu sekolah setelah proses pembelajaran. Kepemimpinan ini memberikan kontribusi 15% dalam membentuk mutu sekolah (Sallis, 2002). Ada lima bagian yang menjadi indicator kepemimpinan, yaitu

kepemimpinan pembelajaran, kepemimpinan organisasi, kepemimpinan moral,

kepemimpinan manajerial, dan keteladanan dalam kepemimpinan.

Rost dan Yukl menyatakan bahwa kepemimpinan berkaitan dengan ciri kepribadian individu, perilaku pemimpin, jawaban perilaku pemimpin, hubungan antar pribadi, pola interaksi keteladanan, peran hubungan, persepsi pengikut, tujuan tugas, budaya organisatoris, dan proses pekerjaan (Mello, 2003). Keberhasilan seorang pimpinan dalam pemimpin terkait erat dengan konsep pemimpin yang efektif. Seorang pemimpin dikatakan efektif jika pemimpin tersebut dapat membantu perkembangan perubahan dengan memberikan kewenangan kepada yang dipimpinnya untuk mencapai visi-visi tertentu.

Untuk dapat menjadi pemimpin yang efektif, seseorang perlu menjadi ahli dalam menilai dan memahami orang lain, mampu melihat masa depan, dan menyesuaikan pandangan yang dipimpinnya untuk memenuhi semua kebutuhan dan permintaan yang sedang diusulkan. Terkait dengan kepemimpinan di sekolah, pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk merintis, menciptakan dan mendorong tumbuhnya budaya mutu di sekolah dan memiliki daya pikir jauh ke depan sehingga mampu menangani perubahan dan menciptakan perubahan pendidikan untuk meningkatkan mutu dan mencapai sekolah yang efektif (Hodas, 1993).

C. Pendidik

Pendidik sering pula diidentikan dengan guru. Seperti halnya kepemimpinan,

komponen pendidik memberikan kontribusi 15% dalam membentuk mutu sekolah

(Sallis, 2002). Untuk dapat menjadi guru yang mempunyai peran besar dalam menentukan mutu sekolah, idealnya guru memiliki kompetensi pribadi, kompetensi social, dan kompetensi professional akademik.

Ada beberapa karakter guru yang efektif. Polk (2006) menyatakan bahwa karakteristik dasar guru yang efektif yaitu (1) performansi akademisnya sangat baik, (2) terampil berkomunikasi, (3) kreatif, (4) professional, (5) memiliki pengetahuan tentang pedagogi, (6) melakukan penilaian dan evaluasi yang sesuai, (7) pengembangan diri untuk belajar sepanjang waktu, (8) memiliki kepribadian yang baik, (9) berbakat atau berpengetahuan, (10) memiliki kemampuan sebagai model yang baik. Untuk dapat mengetahui pengaruh karakteristik guru tersebut dalam pembelajaran, dapat terlihat melalui (1) tanggungjawab dalam melakukan kerja, (2) prestasi yang dicapai, (3) pengembangan diri, (4) kemandirian dalam bertindak (Uno, 2007). Komitmen untuk menjadi pendidik juga mempengaruhi karakter guru dalam beraktivitas untuk menjadi guru yang efektif.

D. Peserta didik

Peserta didik merupakana subjek pendidikan, merupakan unsur pendidikan yang akan ditingkatkan kualitasnya. Sallis (2002) menjelaskan bahwa siswa memberikan sumbangan 15% dalam menciptakan mutu sekolah. Hasil belajar jika dikaitkan dengan peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) latar belakang social dan ekonomi siswa, (2) lingkungan belajar di rumah, (3) latar belakang kemampuan kognitif, (4) sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah, (5) sikap positif siswa terhadap mata pelajaran, (6) tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, (7)

(16)

bentuk evaluasi yang digunakan, (8) frekuensi tes yang diberikan, (9) metode pembelajaran yang digunakan guru, dan (10) kejelasan kurikulum yang digunakan.

E. Manajemen Sekolah

Manajemen merupakan seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art of getting things done through people). Manajemen sebagai seni dan ilmu mengelola sumberdaya pendidikan di sekolah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Ada berbagai tugas manajemen. Everard, Morris, dan Wilson (2004:4) menyatakan bahwa tugas manajemen meliputi (1) setting direction, aims and objectives, (2) planning how progress will be made or goal achieved, (3) organizing available resources (people, time, materials) so that the goal can be economically achieved in the planned way, (4) controlling the process, and (5) setting and improving organizational standards. Tugas utama manajer dalam sebuah manajemen menurut Gaspersz (2005) dan juga Everard, dkk. (2004) yakni planning, organizing, directing, conditioning, and controlling.

Terkait dengan manajemen di sekolah, depdiknas memberlakukan paradigm baru, yang dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Pada manajemen ini, sekolah diberikan kebebasan mengelola sumberdaya dan sumberdana sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan sekolah, dan menawarkan keleluasaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi yang professional. Dalam organisasi sekolah, strategi perencanaaan, budaya organisasi, dan komunikasi merupakan hal yang menentukan mutu sekolah.

F. Lingkungan dan Sumberdaya

Lingkungan sekolah dan sarana yang ada menunjang keberhasilan siswa.

Lingkungan sekolah mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Sarana

pembelajaran yang lengkap juga akan memotivasi belajar siswa dan mendukung lancarnya pembelajaran yang dilaksanakan. Selain lingkungan dan sarana, yang sangat terkait dengan kedua hal ini yaitu orangtua dan kondisi sosial masyarakat.

Arcaro (2006) menjelaskan bahwa keterlibatan orangtua dan anggota masyarakat (komite sekolah) dalam sistem pendidikan yang efektif menentukan mutu sekolah. Faktor lain yang mempengaruhi yakni fasilitas belajar berupa ketersediaan media pembelajaran, lengkapnya koleksi buku di perpustakaan, laboratorium, sarana olahraga, sarana rekreasi, juga menentukan keberhasilan pembelajaran.

G. Iklim dan Budaya Sekolah

Iklim dan budaya sekolah mempengaruhi mutu sekolah. Kedua hal tersebut sangat terkait dengan nilai yang dianut bersama oleh komponen sekolah mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, dan lain-lain. Iklim dan budaya ini juga terkait dengan bagaimana hubungan antara sekolah dengan masyarakat, kepala sekolah dengan staf, kepala sekolah dan guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Salah satu hal yang mempengaruhi iklim dan kultur akademik di sekolah yakni kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan kultur akademik yang kolaboratif.

Menurut Hargreaves (Nadine, 1997) memberikan penjelasan mengenai kultur kolaboratif. Kultur kolaboratif memiliki 3 kriteria, yaitu: (1) adanya perasaan kesatuan dari para guru untuk saling menolong, saling mendukung, dan memiliki budaya keterbukaan dan kepercayaan, (2) para guru tidak menyembunyikan, melindungi, atau mempertahankan kegagalan atau kekurangan, namun berbagi rasa dan berdiskusi dalam

(17)

rangka mencari solusi, saling membantu dan mendukung dalam mengatasi kegagalan, dan (3) nilai-nilai pendidikan dibahas dan dirundingkan.

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini sebagai berikut:

1. Mutu pendidikan merupakan keunggulan dari sejumlah proses sehingga peserta didik dan orangtua merasa puas dengan pendidikan yang dilaksanakan, yang dapat diketahui dengan pencapaian skor UN siswa, hasil belajar di sekolah (ujian sekolah), dan hasil penilaian guru.

2. Penggunaan informasi daya serap UN, akan diketahui kompetensi yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa.

3. Keberhasilan pendidikan yang diselenggarakan di suatu sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendidik, peserta didik, sarana prasarana, bahan ajar, dan lain-lain.

4. Penyebab-penyebab belum dikuasainya suatu kompetensi oleh siswa dapat diketahui melalui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, misalnya pendidik, peserta didik, sarana prasarana, bahan ajar, dan lain-lain. 5. Dengan diketahuinya kompetensi yang belum dikuasai pendidik dan peserta

didik dan penyebab tidak dikuasainya kompetensi tersebut berdasarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan, dapat direkomendasikan upaya

peningkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan di sekolah sehingga di tahun-tahun mendatang pencapaian kompetensi peserta didik pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional akan meningkat.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Kompetensi pendidik yang mengampu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional di SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK untuk mata pelajaran yang diujikan. Selanjutnya diidentifikasi pula faktor-faktor penyebab tidaktercapainya standar kompetensi ujian pada mata pelajaran yang diujikan pada UN, dikaitkan dengan unsur-unsur yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Faktor-faktor tersebut misalnyapembelajaran, kepemimpinan, pendidik, siswa, peserta didik, dan sarana dan prasana termasuk bahan ajar, kepemimpinan, dan kultur sekolah.

3.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sekolah, baik SMP, SMA, dan SMA di 100 kabupaten di Indonesia yang pencapaian hasil UN rendah. Adapun kesulitan yang diidentifikasi yakni untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Matematika, Bahasa Inggris untuk tingkat SMP/MTs.Untuk SMA/MAjurusan IPA dan IPS meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Fisika, Biologi, Kimia, Matematika, Bahasa Inggris, jurusan IPS Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi-akuntansi, Geografi, Sosiologi,untuk SMK meliputi mata pelajaran IPS Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika (Teknik, Akuntansi, Pariwisata). Seratus kabupaten tersebut dikelompokkan menjadi 4 wilayah, meliputi (1) Jawa, (2) Sumatera, (3) Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat, (4) Papua, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Daftar sekolahdan kabupaten untuk wilayah 2 meliputi Sumatera dan sekitarnya terlampir di Lampiran 1.

Ke-100 kabupaten yang terpilih yakni kabupaten dengan kelulusan kabupaten kurang dari 80%, nilai rata-rata kurang dari 6,5, dengan siswa SMP minimal 750 siswa, untuk SMA minimal 300 siswa, untuk SMK minimal 200. Dari 100 kabupaten tersebut, kemudian dipilih sekolah-sekolah untuk subjek penelitian dengan kelulusan sekolah kurang dari 80%, nilai rata-rata kurang dari 6,5. Pada Kabupaten Pariaman terdapat sampel 11 SMP, 5 SMK, dan 10 SMA. Sekolah sampel ini adalah sekolah yang teridentifikasi memiliki nilai rata-rata UN rendah atau yang tingkat kelulusannya rendah relatif terhadap sekolah lain di kabupaten Pariaman.

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakuan dengan berbagai macam metode, diantaranya tes dan

angket. Instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

menentukan mutu pendidikanadalah berupa:

1. Angket (untuk guru kelas akhir, siswa kelas akhir dan kepala sekolah) Tes ( meliputi tes pilihan ganda dan esai untuk guru kelas akhir)

Tes digunakan untuk mengetahui penguasaan materi guru terhadap SK/KD yang dianggap sulit oleh siswa berdasarkan daya serap selama beberapa tahun. Angket digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan kompetensi siswa, meliputi faktor pembelajaran, kepemimpinan, pendidik, peserta didik, manajemen, lingkungan dan sumber daya, iklim dan budaya sekolah.

(19)

3.4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk melihat faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya penguasaan kompetensi siswa, meliputi faktor pembelajaran, kepemimpinan, pendidik, peserta didik, manajemen, lingkungan dan sumber daya, iklim dan budaya sekolah. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis ini, direkomendasikan saran untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya, khususnya meningkatkan pencapaian ujian nasional.

(20)

BAB IV

HASIL

4.1 Kompetensi Guru SMP pada Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian

4.1.1. Bidang Studi Bahasa Indonesia

Dari hasil studi terlihat bahwa ke

bahasa Indonesia yang terlibat dalam studi ini pada soal pil

dibandingkan rerata nilai UN siswa tahun ajaran 2010/2011. Namun nilai guru pada soal uraian ternyata pada semua sampel lebih rendah dibandingkan dengan nilai rerata UN siswanya. Demikian pula ketika membandingkan nilai guru pada st

nilai bahasa Indonesia UN 2010/2011 kabupaten

pilihan ganda lebih rendah, semua guru nilai soal uraiannya juga lebih rendah. Hanya 3 sekolah yang menunjukkan nilai pilihan ganda gurunya lebih tinggi sec

terhadap rerata nilai siswa kabupaten

kognitif guru pada materi bidang studi di sekolah

Kelemahan kompetensi kognitif ini terutama sekali tercermin dari hasil tes uraian.

Jika dilihat dari nilai rerata bahasa Indonesia hasil

ajaran 2010/2011, maka perbandingannya hampir serupa, karena nilai rerata provinsi 7.73 hanya terpaut sedikit dari nilai rerata Kabupaten Timur Tengah Selatan

Artinya baik pada level kabupaten maupun pada level provinsi penguasaan kompetensi kognitif guru bidang studi bahasa Indonesia sekolah sampel masih lemah.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 SMPN 1 Soe SMPN1 Amanatun Selatan SMPN Satap NILAI GURU-PG

4.1 Kompetensi Guru SMP pada Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian

4.1.1. Bidang Studi Bahasa Indonesia

Dari hasil studi terlihat bahwa ke 8 sekolah sampel SMP, nilai guru bidang studi bahasa Indonesia yang terlibat dalam studi ini pada soal pilihan ganda lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN siswa tahun ajaran 2010/2011. Namun nilai guru pada soal uraian ternyata pada semua sampel lebih rendah dibandingkan dengan nilai rerata UN siswanya. Demikian pula ketika membandingkan nilai guru pada studi dengan rerata nilai bahasa Indonesia UN 2010/2011 kabupaten TTS, maka guru dari 2 sekolah nilai pilihan ganda lebih rendah, semua guru nilai soal uraiannya juga lebih rendah. Hanya 3 sekolah yang menunjukkan nilai pilihan ganda gurunya lebih tinggi sec

terhadap rerata nilai siswa kabupaten TTS. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi kognitif guru pada materi bidang studi di sekolah-sekolah sampel sebagian besar kurang. Kelemahan kompetensi kognitif ini terutama sekali tercermin dari hasil tes

Jika dilihat dari nilai rerata bahasa Indonesia hasil UN siswa provinsi NTT tahun ajaran 2010/2011, maka perbandingannya hampir serupa, karena nilai rerata provinsi 7.73 hanya terpaut sedikit dari nilai rerata Kabupaten Timur Tengah Selatan

Artinya baik pada level kabupaten maupun pada level provinsi penguasaan kompetensi kognitif guru bidang studi bahasa Indonesia sekolah sampel masih lemah.

SMPN Satap Fatukopa SMPS Sinar Pancasila Soe SMPS Yapenram Kapan SMP Kristen 2 Mollo Utara-Fatumnasi SMP Bina Karya Tuapakas

Bahasa Indonesia

NILAI UN-SISWA NILAI RERATA UN-SISWA KAB.

4.1 Kompetensi Guru SMP pada Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian

sekolah sampel SMP, nilai guru bidang studi ihan ganda lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN siswa tahun ajaran 2010/2011. Namun nilai guru pada soal uraian ternyata pada semua sampel lebih rendah dibandingkan dengan nilai rerata UN udi dengan rerata , maka guru dari 2 sekolah nilai pilihan ganda lebih rendah, semua guru nilai soal uraiannya juga lebih rendah. Hanya 3 sekolah yang menunjukkan nilai pilihan ganda gurunya lebih tinggi secara nyata . Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi sekolah sampel sebagian besar kurang. Kelemahan kompetensi kognitif ini terutama sekali tercermin dari hasil tes bentuk UN siswa provinsi NTT tahun ajaran 2010/2011, maka perbandingannya hampir serupa, karena nilai rerata provinsi 7.73 hanya terpaut sedikit dari nilai rerata Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) 7.76. Artinya baik pada level kabupaten maupun pada level provinsi penguasaan kompetensi kognitif guru bidang studi bahasa Indonesia sekolah sampel masih lemah.

SMP Bina Karya Tuapakas

SMPN 1 Matpunu

(21)

4.1.2. Bidang Studi Bahasa Inggris

Dari hasil studi terlihat bahwa ke

bahasa Inggris yang terlibat dalam studi ini pada soal pilihan ganda lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN siswa tahun ajaran 2010/2011. Namun nilai guru pada soal uraian ternyata pada semua sampel lebih rendah dibandi

siswanya. Demikian pula ketika membandingkan nilai guru pada studi dengan rerata nilai bahasa Indonesia UN 2010/2011 kabupaten

gandanya lebih tinggi dari rerata, namun semua guru nilai soal ur

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi kognitif guru pada materi bidang studi di sekolah-sekolah sampel sebagian besar kurang. Kelemahan kompetensi kognitif ini terutama sekali tercermin dari hasil tes bentuk uraian.

Jika dilihat dari nilai rerata bahasa Indonesia hasil

ajaran 2010/2011, maka perbandingannya hampir serupa, karena nilai rerata provinsi 6.69 hanya terpaut sedikit dari nilai rerata Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) 6.72. Artinya baik pada level kabupaten maupun pada level provinsi penguasaan kompetensi kognitif guru bidang studi bahasa Inggris sekolah sampel masih lemah.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

SMP Negeri 1 Soe SMP Negeri 1 Amanatun Selatan NILAI GURU-PG

4.1.2. Bidang Studi Bahasa Inggris

Dari hasil studi terlihat bahwa ke 5 sekolah sampel SMP, nilai guru bidang studi bahasa Inggris yang terlibat dalam studi ini pada soal pilihan ganda lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN siswa tahun ajaran 2010/2011. Namun nilai guru pada soal uraian ternyata pada semua sampel lebih rendah dibandingkan dengan nilai rerata UN siswanya. Demikian pula ketika membandingkan nilai guru pada studi dengan rerata nilai bahasa Indonesia UN 2010/2011 kabupaten TTS, semua guru nilai soal pilihan gandanya lebih tinggi dari rerata, namun semua guru nilai soal uraiannya juga lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi kognitif guru pada materi bidang studi sekolah sampel sebagian besar kurang. Kelemahan kompetensi kognitif ini terutama sekali tercermin dari hasil tes bentuk uraian.

dari nilai rerata bahasa Indonesia hasil UN siswa provinsi NTT tahun ajaran 2010/2011, maka perbandingannya hampir serupa, karena nilai rerata provinsi 6.69 hanya terpaut sedikit dari nilai rerata Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) 6.72. a level kabupaten maupun pada level provinsi penguasaan kompetensi kognitif guru bidang studi bahasa Inggris sekolah sampel masih lemah.

SMP Negeri 1

Amanatun SelatanSMP Negeri SatapFatukopa Yapenram KapanSMP Swasta SMP Kristen 2Mollo Utara

Bahasa Inggris

NILAI UN-SISWA NILAI RERATA UN-SISWA KAB.

mpel SMP, nilai guru bidang studi bahasa Inggris yang terlibat dalam studi ini pada soal pilihan ganda lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN siswa tahun ajaran 2010/2011. Namun nilai guru pada soal ngkan dengan nilai rerata UN siswanya. Demikian pula ketika membandingkan nilai guru pada studi dengan rerata , semua guru nilai soal pilihan aiannya juga lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi kognitif guru pada materi bidang studi sekolah sampel sebagian besar kurang. Kelemahan kompetensi kognitif ini UN siswa provinsi NTT tahun ajaran 2010/2011, maka perbandingannya hampir serupa, karena nilai rerata provinsi 6.69 hanya terpaut sedikit dari nilai rerata Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) 6.72. a level kabupaten maupun pada level provinsi penguasaan kompetensi

SMP Kristen 2 Mollo

Utara-Fatumnasi SISWA KAB.

(22)

4.1.3. Bidang studi Matematika

Jika melihat hasil tes guru baik pada soal berbentuk pilihan ganda maupun soal berbentuk uraian, maka nilainya baik dan secara signifikan lebih baik dibandingkan hasil rerata UN siswanya pada tahun ajaran 2010/2011 baik pada level Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) maupun pada level provinsi

kompetensi kognitif guru, tidak ada permasalahan lemah kompetensi kognitif di bidang matematika.

4.1.4. Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam

Hasil Uji kompetensi kognitif guru IPA menunj

Terdapat satu sekolah nilai guru pada soal bentuk pilihan ganda lebih rendah dibandingkan nilai rerata siswa sekolah tersebut pada UN tahun ajaran 2010/2011. Semua sekolah menunjukkan nilai tes guru pada soal uraian lebih r

rerata nilai UN siswa sekolah tersebut, dan juga lebih rendah dibandingkan rerata nilai -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SMP Negeri 1 Soe SMP Negeri Satap Fatukopa NILAI GURU-PG -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SMP Negeri 1 Soe SMP Swasta Sinar Pancasila Soe

Ilmu Pengetahuan Alam

NILAI GURU-PG

4.1.3. Bidang studi Matematika

Jika melihat hasil tes guru baik pada soal berbentuk pilihan ganda maupun soal berbentuk uraian, maka nilainya baik dan secara signifikan lebih baik dibandingkan hasil rerata UN siswanya pada tahun ajaran 2010/2011 baik pada level Kabupaten Timur latan (TTS) maupun pada level provinsi NTT. Artinya dari perspektif kompetensi kognitif guru, tidak ada permasalahan lemah kompetensi kognitif di bidang

4. Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam

Hasil Uji kompetensi kognitif guru IPA menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Terdapat satu sekolah nilai guru pada soal bentuk pilihan ganda lebih rendah dibandingkan nilai rerata siswa sekolah tersebut pada UN tahun ajaran 2010/2011. Semua sekolah menunjukkan nilai tes guru pada soal uraian lebih rendah dibandingkan rerata nilai UN siswa sekolah tersebut, dan juga lebih rendah dibandingkan rerata nilai

SMP Negeri Satap

Fatukopa SMP Swasta SinarPancasila Soe SMP Kristen 2Mollo Utara-Fatumnasi

SMP Bina Karya Tuapakas

Matematika

NILAI UN-SISWA NILAI RERATA UN-SISWA KAB.

SMP Swasta Sinar

Pancasila Soe Yapenram KapanSMP Swasta SMP Kristen 2Mollo Utara-Fatumnasi

Ilmu Pengetahuan Alam

NILAI UN-SISWA NILAI RERATA UN-SISWA KAB.

Jika melihat hasil tes guru baik pada soal berbentuk pilihan ganda maupun soal berbentuk uraian, maka nilainya baik dan secara signifikan lebih baik dibandingkan hasil rerata UN siswanya pada tahun ajaran 2010/2011 baik pada level Kabupaten Timur . Artinya dari perspektif kompetensi kognitif guru, tidak ada permasalahan lemah kompetensi kognitif di bidang

ukkan hasil yang memprihatinkan. Terdapat satu sekolah nilai guru pada soal bentuk pilihan ganda lebih rendah dibandingkan nilai rerata siswa sekolah tersebut pada UN tahun ajaran 2010/2011. endah dibandingkan rerata nilai UN siswa sekolah tersebut, dan juga lebih rendah dibandingkan rerata nilai

SMP Negeri Matpunu SISWA KAB. SMP Negeri Matpunu SISWA KAB.

(23)

UN siswa Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) dan provinsi NTT. Empat sekolah menunjukkan nilai guru pada tes kompetensi berbentuk pilihan ganda lebih rendah dibandingkan rerata nilai UN siswa Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) dan provinsi NTT bidang studi IPA tahun ajaran 2010/2011. Dari hasil analisis tes kompetensi guru ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi kognitif guru IPA di sekolah sampel cenderung lemah.

4.1.5. Hasil analisis angket

Beberapa variabel pada angket guru dan sekolah dianalisis secara deskriptif dan dikelompokkan menjadi analisis yang terkait dengan pendidik serta kepala sekolah dan analisis yang terkait dengan sarana prasarana di sekolah. Berikut ini adalah hasil analisis secara deskriptif naratif mengenai kondisi sekolah sampel SMP di Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) ditinjau dari jawaban angket guru maupun angket kepala sekolah:

SMPN 1 SOE

Berikut adalah informasi yang diperoleh dari jawaban angket guru:

Mata Pelajaran Diampu IPA B. Inggris B. Indonesia Matematika Tahun diangkat menjadi Guru 1996 2010 2008 2005

Pendidikan Tertinggi D4 atau S1 D4 atau S1 D4 atau S1 D4 atau S1

Kesesuaian Bidang Studi sesuai sesuai sesuai sesuai

Beban mengajar 12 - 13 jam 12 - 13 jam kurang dari 12jam 12 - 13 jam

Mengajar di Sekolah Lain Mengajar ditempat lain Tidak

Pengalaman Mengajar

Status Kepegawaian PNS guru honorer guru honorer PNS

Mengikuti Pelatihan 3 - 4 kali 1 - 2 kali 1 - 2 kali 3 - 4 kali

Kehadiran di MGMP selalu tidak pernah tidak pernah jarang

Supervisi dari Kepsek Ya Ya Ya Ya

MsknKS selalu sering selalu sering

Supervisi Pengawas 2 - 4 kali 1 kali tidak pernah 2 - 4 kali

Pengawas mengamati PBM jarang jarang tidak pernah jarang

Pengawas memberi Feedback sering jarang sering jarang

Menerima Daya Serap UN Tidak Ya menerimadaya serap

Pemanfaatan Daya Serap UN jarang sering sering Informasi untuk Pembuat Kebijakan Terkait dengan Sarana Prasarana di sekolah:

Bangunan ruang kelas tidak cukup, bangunan ruang wakil kepala sekolah sekolah tidak cukup & tidak memadai, bangunan ruang TU tidak cukup & tidak memadai, ruang kantin tidak cukup & tidak memadai, perabot kelas tidak cukup, peralatan elektronik tidak cukup.

Berdasarkan hasil daya serap UN 2011, sekolah ini memiliki kesenjangan kemampuan siswa yang cukup besar (lebih dari 35%) dengan kemampuan rata-rata siswa nasional untuk topik-topik berikut ini:

(24)

Indikator Kemampuan

Sekolah Kota/ Kab. Prop Nas Delta Menentukan sudut pandang pengarang dalam

penggalan cerpen. 7.27 13.04 19.58 60.28 53.01 Menentukan salah satu besaran yang terkait dengan

kalor dan pengaruhnya pada zat. 9.09 84.46 84.83 75.98 66.89 Menjelaskan proses pada sistem ekskresi (ginjal). 7.27 58.71 56.16 72.80 65.53

Menentukan besaran fisika pada usaha atau energi. 12.73 71.35 66.82 74.08 61.35

Menjelaskan fenomena yg terjadi akibat perubahan

suhu di permukaan bumi/peredaran bumi/bulan. 3.64 56.34 42.46 62.81 59.17 Mengidentifikasi jenis-jenis pesawat sederhana serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 20.00 74.07 75.90 78.51 58.51 Menghitung besar sudut pusat atau sudut keliling pada

lingkaran. 9.09 73.33 78.89 65.44 56.35

Menentukan volume bangun ruang sisi datar dan sisi

lengkung. 29.09 50.27 45.50 85.00 55.91

Menjelaskan proses fotosintesis berdasarkan percobaan

tentang proses tersebut. 20.00 78.53 84.45 75.83 55.83 Menentukan menentukan makna kata/frasa 18.18 69.70 71.05 73.14 54.96

Menentukan pikiran utama paragraf 10.91 13.40 19.68 64.20 53.29

Menjelaskan hubungan antara kepadatan populasi

manusia dengan lingkungan. 27.27 39.36 67.26 80.06 52.79 Menentukan salah satu besaran fisika pada getaran

atau gelombang. 14.55 66.90 71.83 65.54 50.99 Menentukan perbedaan tema atau sudut pandang

dalam penggalan novel. 16.36 50.64 56.08 67.24 50.88 Menentukan penulisan daftar pustaka. 10.91 35.50 44.30 61.12 50.21

Menentukan besaran yang terkait dengan massa jenis. 29.09 81.20 82.65 77.20 48.11

Menghitung luas juring lingkaran dari unsur yang

diketahui. 30.91 74.22 83.41 78.14 47.23

Menentukan isi pesan singkat sesuai dengan ilustrasi. 10.91 20.35 20.93 56.44 45.53

Menghitung luas gabungan dua bangun datar 30.91 76.29 81.39 75.75 44.84

Menentukan berbagai besaran fisika jika benda

diletakkan di depan lensa atau cermin. 29.09 74.25 80.84 72.98 43.89 Menentukan tujuan komunikatif dari teks invitation 41.82 79.19 85.36 85.70 43.88

Menentukan gambaran umum 27.27 73.83 81.28 71.14 43.87

Menentukan informasi tersirat 43.64 86.76 88.26 85.48 41.84

Menentukan informasi rinci 40.00 84.08 87.25 81.80 41.80

Menentukan makna teks notice 45.45 91.37 92.07 85.92 40.47

Menentukan pesan moral 16.36 76.91 79.05 56.26 39.90

Menentukan pesan moral 36.36 78.83 85.43 75.80 39.44

Menentukan besaran fisika pada berbagai bentuk

rangkaian listrik. 30.91 37.06 60.06 69.91 39.00 Melengkapi teks deskriptif dengan kata benda majemuk

yang tepat 27.27 68.86 79.31 65.48 38.21

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

perbankan atau koperasi. 34.55 74.14 83.86 72.27 37.72 Menentukan kritik terhadap isi bacaan. 49.09 77.37 84.39 85.66 36.57

(25)

SMPN 1 ANANATUN SELATAN

Berikut adalah informasi yang diperoleh dari jawaban angket guru:

Mata Pelajaran Diampu IPA Terpadu B. Inggris B. Indonesia Matematika Tahun diangkat menjadi Guru 1996 2010 2001 2001

Pendidikan Tertinggi D4 atau S1 D4 atau S1 D4 atau S1 D4 atau S1

Kesesuaian Bidang Studi sesuai sesuai sesuai sesuai

Beban mengajar lebih dari 24 jam 12 - 13 jam 24 jam 12 - 13 jam

Mengajar di Sekolah Lain Mengajar ditempat lain Mengajar ditempat lain Mengajar ditempat lain Pengalaman Mengajar

Status Kepegawaian PNS PNS PNS guru honorer

Mengikuti Pelatihan 1 - 2 kali 1 - 2 kali 1 - 2 kali 1 - 2 kali

Kehadiran di MGMP jarang selalu sering jarang

Supervisi dari Kepsek Ya Ya Ya Ya

MsknKS sering jarang sering jarang

Supervisi Pengawas 2 - 4 kali 1 kali 1 kali 1 kali

Pengawas mengamati PBM tidak pernah jarang tidak pernah jarang

Pengawas memberi Feedback selalu jarang jarang sering

Menerima Daya Serap UN Ya menerimadaya serap Tidak Ya menerimadaya serap Ya menerimadaya serap

Pemanfaatan Daya Serap UN sering jarang sering jarang Informasi untuk Pembuat Kebijakan Terkait dengan Sarana Prasarana:

Bangunan ruang praktik tidak cukup & tidak memadai, bangunan perpustakaan tidak cukup & tidak memadai, bangunan ruang wakil kepala sekolah sekolah tidak cukup & tidak memadai, bangunan toilet tidak memadai, bangunan kantin tidak cukup & tidak memadai, bangunan parkir tidak cukup & tidak memadai,buku pelajaran dan referensi tidak cukup & tidak memadai, peralatan elektronik tidak memadai; jaringan internet tidak memadai.

Sedangkan perbedaan daya serap yang besar antara kemampuan siswa di sekolah ini dibandingkan kemampuan siswa nasional terdapat pada indikator kompetensi berikut:

Indikator Kemampuan

Sekolah Kota/ Kab. Prop Nas Delta Menentukan sudut pandang pengarang dalam

penggalan cerpen. 2.06 13.04 19.58 60.28 58.22 Menjelaskan hubungan antara kepadatan populasi

manusia dengan lingkungan. 1.03 39.36 67.26 80.06 79.03 Menentukan informasi tertentu 13.40 82.02 86.40 79.36 65.96

Mendeskripsikan pengaruh zat adiktif/psikotropika

pada tubuh kita. 3.09 28.90 39.16 65.20 62.11 Menentukan besaran fisika pada berbagai bentuk

rangkaian listrik. 8.25 37.06 60.06 69.91 61.66 Menjelaskan proses pada sistem ekskresi (ginjal). 15.46 58.71 56.16 72.80 57.34

Menghitung besar sudut pusat atau sudut keliling pada

lingkaran. 8.25 73.33 78.89 65.44 57.19

(26)

Indikator Kemampuan

Sekolah Kota/ Kab. Prop Nas Delta Menentukan gambaran umum 16.49 73.83 81.28 71.14 54.65

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas

gabungan dua bangun datar. 12.37 71.24 81.07 66.39 54.02 Melengkapi kutipan dialog drama yang rumpang. 28.87 43.87 55.60 81.76 52.89

Menghitung luas juring lingkaran dari unsur yang

diketahui. 25.77 74.22 83.41 78.14 52.37

Menyajikan dan menafsirkan data. 17.53 24.80 32.65 69.14 51.61

Menentukan informasi tertentu 25.77 77.66 80.74 76.90 51.13

Menentukan volume bangun ruang sisi datar dan sisi

lengkung. 34.02 50.27 45.50 85.00 50.98

Menentukan gagasan utama. 22.68 71.80 79.59 72.77 50.09

Menjelaskan konsep perilaku makhluk hidup untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. 30.93 78.22 74.92 80.32 49.39 Menentukan informasi tertentu 26.80 79.71 83.60 76.18 49.38

Menentukan besaran fisika pada usaha atau energi. 25.77 71.35 66.82 74.08 48.31

Menentukan gambaran umum 42.27 85.74 86.70 90.12 47.85

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

jual-beli. 32.99 80.80 88.70 79.09 46.10

Menentukan penulisan daftar pustaka. 15.46 35.50 44.30 61.12 45.66

Menjelaskan cara pembuatan magnet dan atau

menentukan kutub-kutub yang dihasilkan. 5.15 53.87 34.93 50.65 45.50 Menentukan informasi tersirat 27.84 81.06 84.91 72.48 44.64

Menentukan informasi tertentu 21.65 25.91 36.69 66.18 44.53

Menentukan berbagai besaran fisika jika benda

diletakkan di depan lensa atau cermin. 28.87 74.25 80.84 72.98 44.11 Menjelaskan proses fotosintesis berdasarkan percobaan

tentang proses tersebut. 31.96 78.53 84.45 75.83 43.87 Menjelaskan proses pencernaan makanan dan

enzim-enzim yang berperan pada proses tersebut. 38.14 84.95 87.98 81.77 43.63 Menyusun kalimat acak menjadi sebuah teks yang padu

bentuk recount 27.84 58.85 47.60 70.77 42.93

Menentukan besarnya energi dan daya listrik dalam

kehidupan sehari-hari. 42.27 82.98 86.46 85.16 42.89 Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua

variabel. 29.90 64.70 72.78 72.00 42.10

Menentukan isi pesan singkat sesuai dengan ilustrasi. 18.56 20.35 20.93 56.44 37.88

Menentukan salah satu besaran fisika pada getaran

atau gelombang. 27.84 66.90 71.83 65.54 37.70 Menentukan besaran-besaran pada alat optik dan

penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. 13.40 57.79 61.67 50.43 37.03 Menentukan rujukan kata 41.24 69.13 68.84 78.12 36.88

Menentukan informasi rinci 48.45 63.83 74.11 85.23 36.78

Menentukan gambaran umum 25.77 80.74 83.66 62.46 36.69

Menentukan keberpihakan penulis tajuk. 46.39 62.79 66.77 82.79 36.40

Melengkapi pesan. 48.45 61.11 63.60 84.84 36.39

Menentukan perbedaan tema atau sudut pandang

dalam penggalan novel. 30.93 50.64 56.08 67.24 36.31 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

perbankan atau koperasi. 36.08 74.14 83.86 72.27 36.19 Menentukan kritik terhadap isi bacaan. 49.48 77.37 84.39 85.66 36.18

(27)

Indikator Kemampuan

Sekolah Kota/ Kab. Prop Nas Delta Menentukan kalimat fakta dalam tajuk. 44.33 73.36 84.23 80.19 35.86

Menentukan bagian-bagian dalam teks pidato. 47.42 65.09 58.13 83.18 35.76

SMPN STAP FATUKOPA

Tabel berikut menunjukkan hasil angket guru :

Mata Pelajaran Diampu B. Indonesia IPA Matematika B. Inggris Tahun diangkat menjadi Guru 2011 2006 1994 2010

Pendidikan Tertinggi D4 atau S1 D4 atau S1 D4 atau S1 D4 atau S1

Kesesuaian Bidang Studi sesuai sesuai sesuai sesuai

Beban mengajar 12 - 13 jam 12 - 13 jam 24 jam 24 jam

Mengajar di Sekolah Lain Tidak Mengajar ditempat lain

Pengalaman Mengajar

Status Kepegawaian guru honorer PNS PNS PNS

Mengikuti Pelatihan tidak pernah 1 - 2 kali 1 - 2 kali 1 - 2 kali

Kehadiran di MGMP sering tidak pernah selalu selalu

Supervisi dari Kepsek Ya Tidak Tidak Tidak

MsknKS sering Tidak pernah

Supervisi Pengawas 2 - 4 kali 2 - 4 kali 2 - 4 kali tidak pernah

Pengawas mengamati PBM sering sering jarang

Pengawas memberi Feedback sering sering sering

Menerima Daya Serap UN Ya menerimadaya serap Ya menerimadaya serap Ya menerimadaya serap Pemanfaatan Daya Serap UN sering sering selalu Informasi untuk Pembuat Kebijakan Terkait dengan Sarana Prasarana

Bangunan perpustakaan tidak memadai, bangunan ruang wakil kepala sekolah sekolah tidak cukup & tidak memadai, bangunan kantin tidak cukup & tidak memadai, perabot kelas tidak cukup & tidak memadai, peralatan elektronik tidak cukup & tidak memadai

Kompetensi siswa sekolah ini yang masih rendah relatif terhadap rerata siswa secara nasional berdasarkan hasil UN 2011 terletak pada indikator berikut:

Indikator Kemampuan

Sekolah Kota/ Kab. Prop Nas Delta Menentukan sudut pandang pengarang dalam

penggalan cerpen. 6.31 13.04 19.58 60.28 53.97 Menyajikan dan menafsirkan data. 9.91 24.80 32.65 69.14 59.23

Menentukan pikiran utama paragraf 8.11 13.40 19.68 64.20 56.09

Menentukan pikiran utama paragraf 16.22 38.46 47.95 65.92 49.70

Menentukan kalimat fakta dalam tajuk. 30.63 73.36 84.23 80.19 49.56

Menentukan volume bangun ruang sisi datar dan sisi

(28)

Indikator Kemampuan

Sekolah Kota/ Kab. Prop Nas Delta Mendeskripsikan pengaruh zat adiktif/psikotropika

pada tubuh kita. 18.92 28.90 39.16 65.20 46.28 Menentukan informasi rinci 36.04 60.72 71.08 80.44 44.40

Menentukan tujuan komunikatif 40.54 84.84 83.82 83.98 43.44

Menentukan penulisan daftar pustaka. 18.92 35.50 44.30 61.12 42.20

Menyelesaikan masalah berkaitan dengan skala dan

perbandingan. 30.63 63.25 62.52 71.55 40.92

Menghitung besar sudut yang terbentuk jika dua garis

sejajar berpotongan dengan garis lain. 45.95 77.66 83.27 85.55 39.60 Menentukan isi pesan singkat sesuai dengan ilustrasi. 17.12 20.35 20.93 56.44 39.32

Menentukan latar (waktu, tempat) dalam kutipan

drama. 33.33 63.41 65.29 71.66 38.33

Menentukan kalimat fakta dalam paragraf. 45.95 82.32 87.13 83.78 37.83

SMPS SINAR PANCASILA SOE

Berikut adalah informasi yang diperoleh dari respon angket guru:

Mata Pelajaran Diampu Fisika Matematika B. Inggris B. Indonesia Tahun diangkat menjadi Guru 2007 2010 2009 2006

Pendidikan Tertinggi D4 atau S1 D4 atau S1 D3 D4 atau S1

Kesesuaian Bidang Studi tidak sesuai sesuai sesuai sesuai

Beban mengajar 12 - 13 jam kurang dari 12jam 12 - 13 jam 12 - 13 jam

Mengajar di Sekolah Lain Tidak Tidak Tidak Tidak

Pengalaman Mengajar 1

Status Kepegawaian guru honorer guru honorer guru honorer guru honorer

Mengikuti Pelatihan 1 - 2 kali 1 - 2 kali tidak pernah tidak pernah

Kehadiran di MGMP jarang sering sering sering

Supervisi dari Kepsek Ya Ya Ya Ya

MsknKS selalu sering sering sering

Supervisi Pengawas > 4 kali 1 kali 1 kali 1 kali

Pengawas mengamati PBM selalu sering sering sering

Pengawas memberi Feedback tidak pernah selalu sering sering

Menerima Daya Serap UN 4 Ya menerimadaya serap Ya menerimadaya serap Ya menerimadaya serap

Pemanfaatan Daya Serap UN jarang selalu sering sering Informasi untuk Pembuat Kebijakan Terkait dengan Sarana Prasarana

Bangunan ruang praktik tidak cukup & tidak memadai, bangunan perpustakaan tidak cukup & tidak memadai, bangunan ruang wakil kepala sekolah sekolah tidak cukup & tidak memadai, bangunan toilet tidak memadai, bangunan kantin tidak cukup & tidak memadai, bangunan parkir tidak cukup & tidak memadai, perabot kelas tidak cukup & tidak memadai, peralatan elektronik tidak cukup & tidak memadai.

Gambar

Tabel berikut menunjukkan hasil angket guru :
Tabel berikut menampilkan kompetensi siswa yang relatif lemah dibandingkan dengan rerata siswa nasional berdasar UN 2011:
Tabel berikut menampilkan kompetensi siswa yang relatif lemah dibandingkan dengan rerata siswa nasional berdasar UN 2011:
Tabel berikut menampilkan kompetensi siswa yang relatif lemah dibandingkan dengan rerata siswa nasional berdasar UN 2011:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar Ekonomi yang dites menggunakan bentuk soal pilihan ganda lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar Ekonomi yang dites menggunakan bentuk soal analisis hubungan

Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui butir soal tes pilihan ganda buatan guru SMP untuk ulangan tengah semester gasal bidang studi IPS di Kecamatan

Dari 45 butir soal pilihan ganda yang dibuat oleh guru bahasa Prancis SMA di kota Pati, sudah semuanya disusun sesuai dengan kaidah “ Tidak adanya pengulangan kata atau kelompok

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas soal pilihan ganda pada Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Magelang

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil tes soal yang telah dikembangkan berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 10 soal dan soal uraian yang

diminta menjawab dengan mengisi sejumlah tes kalimat bahasa Arab yang berjumlah 25 soal yang dibagi dalam 3(tiga) bentuk, yaitu 23 soal dalam bentuk pilihan ganda

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil tes soal yang telah dikembangkan berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 10 soal dan soal uraian yang

Hasil analisis butir soal bentuk pilihan ganda dari aspek validitas soal yang valid berjumlah 15 butir (60%) dan butir soal yang tidak valid berjumlah 10 butir (40%), berdasarkan