• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : OKtober ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : OKtober ISSN :"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

53

AQUAWARMAN

JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Efektivitas Penambahan Ekstrak Temu Kunci (Besenbergia

pandurata) Dan Terong Asam (Solaumferox Linn) Untuk

Meningkatkan Evikasi PSEUMULVACC®

The Effectiveness Addition of Extract Temu Kunci (Besenbergia pandurata)

And Terong Asam (Solaum ferox Linn) to Increasing Evikasi Pseumulvacc®

Agilo Agus Wibowo 1), Esti Handayani Hardi2), Gina Saptiani2)

1)Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan Universitas Mulawarman 2),3)) Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

ABSTRACT

This reseach aims to know the effectiveness of Temu Kunci (Basenbergia pandurata) extract and Terong Asam (Solaum ferox Linn) to improve evikasi Pseumulvacc® Vaccine as well as knowing the best extracts as additional material Pseumulvacc® vaccines to prevent septicemia disease. The vaccine was made from Pseudomonas bacteria that inactivated with formalin 3%. The Temu Kunci extract added 600 ppm and Terong Asam extract 900 ppm. The fish used in this research is Nile Tilapia (Oreochormis niloticus) with a weight 15 grams that come from Loa Kulu Kutai Kartanegara. This research uses treatment and 3 replicated that is, vaccines, vaccines and Temu Kunci, vaccinnes and Terong Asam, vaccinnes plus Temu Kunci and Terong Asam, and the control. The treatment given to the fish through intraperitonial with doses 0,1 ml/fish. The fish that had been given treatment was maintained while 6 days. Next the fish will be challenged with a the bacterial. Aeromonas hydrophila and Pseudomonas sp. by intra peritional injection as much as 0,1 ml/fish on the sixth day pasca treatment. The parameters observed were patological anatomy, Survival Rate (SR), Relative Percent Survival (RPS), and blood parameters (hematokrit, hemoglobin, eryphrocytes, leukocytes, and antibody titer). The research result showed that the addition of the Temu Kunci and Terong Asam extract can improve evikasi Pseumulvacc® vaccine, so as to prevent the attack of Septicemia bacterial. The best results to improve evikasi Pseumulvacc® vaccine is vaccines that mixed with Terong Asam and vaccines are mixed together with Temu Kunci and Terong Asam, both of them have same RPS value that is 53%.

Keywords: Pseumulvacc®, Temu Kunci, and Terong Asam.

1. PENDAHULUAN

Serangan hama dan penyakit adalah masalah dan aspek yang sangat penting dalam budidaya ikan air tawar, serangan

penyakit jarang ditemukan mewabah secara besar-besaran dalam budidaya ikan nila. Namun pembudidaya tetap harus berhati-hati, salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai

(2)

54 pada organisme budidaya adalah penyakit

bakterial yang disebabkan oleh bakteri

Aeromonas hydrophilla, dimana menurut

Swann dan White, (1989) bakteri merupakan patogen penyebab penyakit “Motil Aeromonas Septicemia” (MAS) terutama untuk spesies ikan air tawar di perairan tropis bakteri merupakan patogen penyebab penyakit “Motil

Aeromonas Septicemia” (MAS) terutama

untuk spesies ikan air tawar di perairan tropis. Cara penanganan ikan yang sakit (atau pengendalian penyakit) bisa diatasi dengan pencegahan maupun pengobatan. Salah satu cara pencegahan yang sekarang sudah mulai diaplikasikan adalah dengan cara menimbulkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi. Tujuannya adalah untuk memperoleh ketahanan terhadap suatu infeksi tertentu, sehinga diperoleh sintasan hidup yang tinggi akibat proteksi imunologik tersebut. Agar respon kekebalan yang disebabkan oleh vaksin semakin meningkat dan tahan lama, maka diperlukan penambahan adjuvant ke dalam vaksin untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan. Adjuvant seringkali ditambahkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin. Baratawidjaya (2006) menyebutkan bahwa adjuvant yang baik harus mempunyai sifat dapat melepas antigen secara perlahan sehingga memperpanjang paparan antigen dengan sistem imun, mempertahankan integritas antigen, dan memacu respon imun dengan afinitas tinggi. Rajput et al. (2007) menyatakan bahwa vaksin dengan penambahan adjuvant dapat meningkatkan potensi sistem imun serta menambah lamanya perlindungan terhadap suatu infeksi penyakit pada hewan dan manusia. Vaksin Pseumulvacc adalah vaksin yang diproduksi oleh Laboratorium Mikrobiologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda. Vaksin ini dibuat dari bakteri Pseudomonas sp. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat proteksi pengunaan mencapai

91,4% melalui pakan dan perendaman (Hardie

et al., 2011).

Untuk meningkatkan evikasi dari

Pseudomonas sp, penelitian ini

mengkombinasikan vaksin dengan adjuvant yang berasal dari tanaman rempah temu kunci (Kaempferia pandurata) dan terong asam (Solaum ferox Linn). Temu kunci merupakan tumbuhan golongan rimpang, satu famili dengan jahe. Rhizoma pada temu kunci memiliki aktifitas biologis yaitu antibakterial, antioksidan dan anti peradangan (Zaeong et al., 2005). Potensi sebagai antibiotik telah dibuktikan melalui beberapa penelitian terhadap Escherichia coli, Staphylococcus

aureus dan Candida albicans (Sudarsono et

al., 2001) dan dapat menghambat

pertumbuhan Salmonella typhii (Sjoekoer et

al., 2006).

Terong asam adalah buah yang berbentuk bulat sebesar apel, berwarna orange. Terong asam juga memiliki khasiat dapat membantu dalam mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Buah terong asam mempunyai macam-macam antioksidan yang baik yang berbentuk vitamin dan yang bukan, seperti vitamin E, vitamin A, vitamin C, vitamin B6, senyawa karotenoid, antosianin, dan serat. Kandungan vitamin C pada terung belanda cukup untuk pencegahan penyakit (Astawan, 2008).

Tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui efektivitas ekstrak temu kunci dan terong asam untuk meningkatkan evikasi Pseumulvacc, sehingga dapat mempertahankan tubuh ikan dari serangan patogendan mengetahui bahan ekstrak yang terbaik sebagai bahan tambahan vaksin Pseumulvacc untuk mencegah penyakit

Septicemia.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Perairan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Samarinda.

(3)

55

Persiapan ikan uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang ukurannya berkisar 15 gram, berasal dari Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegera. Ikan dipelihara dalam wadah pemeliharaan di laboratorium selama 7 hari sebelum digunakan, selama proses pemeliharaan ikan diberi pakan 2 kali sehari, tempat penampungan disipon 2 hari sekali serta dilakukan pengantian air.

Pembuatan Vaksin Pseumulvacc®

Vaksin Pseumulvacc dibuat dengan membiakan bakteri Pseudomonas sp pada media BHIB, setelah bakteri ditumbuhkan, bakteri dicampurkan dengan cairan TSB dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu

28-30 ºC setelah diperoleh kepadatan bakteri 1010 CFU/ml, ditambahakan formalin 3% dan dikultur kembali pada suhu 30 ºC selama 24 jam, dan setiap jam distirer untuk mencampurkan larutan formalin dengan suspensi bakteri Pseudomonas sp.

Vaksin dan Uji Tantang

Masing-masing ikan diinjeksikan vaksin yang dicampur ekstrak sebanyak 0,1 ml/ekor, ikan dipelihara selama 6 hari, kemudian setiap perlakuan diuji tantang dengan bakteri

A.hydrophila dan Pseudomonas sp yang telah

digabungkan. Pada hari ke 7 pasca vaksinasi dengan diinjeksi sebanyak 0,1 ml/ekor. Setelah itu ikan dipelihara hingga hari ke-12 setelah vaksinasi dan setelah uji tantang.

Tabel 1. Uji tantang dengan bakteri Septicemia pasca pemberian vaksin dan ekstrak temu

kunci dan terong asam

Parameter yang di amati

Untuk mengetahui evikasi dari vaksin

yang di berikan , dilakukan pengamatan pada beberapa parameter yaitu :

1. Relative Percent Survival (RPS)

Relative Percent Survival (RPS) merupakan tingkat perlindungan relatif vaksin terhadap ikan uji. Pengambilan data RPS dilakukan pada hari terakhir penelitian yaitu hari ke-12 pasca perlakuan. Pengamatan yang dilakukan berupa kematian ikan pada setiap perlakuan dan perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus Ellis (1998).

RPS= 100 %

2. Parameter pendukung

Gejala klinis serta pengamatan anatomi organ luar dan dan organ dalam, pengamatan gambaran darah ikan meliputi pengamatan total leukosit (Blaxhall dan Daisley, 1973) serta total eritrosit (Blaxhall dan Daisley), pengamatan kadar hematokrit (Anderson dan Swicki, 1995) dan pengamatan kadar hemoglobin (Wedemeyer dan Yastuke, 1997) juga dilakukan pengamatan titer antibodi dengan uji mikrotiter aglutinasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggkat Kelangsungan Hidup Relatif (Relative Percent Survival)

Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Setelah uji tantang

Perlakuan Jenis Perlakuan Uji Tantang

1 Vaksin A. hydrophila dan Pseudomonas sp

2 Vaksin dan Temu Kunci A. hydrophila dan Pseudomonas sp

3 Vaksin dan Terong Asam A. hydrophila dan Pseudomonas sp

4 Vaksin dan Temu kunci dan Terong Asam

A. hydrophila dan Pseudomonas sp

(4)

56 dapat diperkirakan bahwa vaksin yang

ditambah ekstrak temu kunci dan terong asam, yang sama-sama memiliki nilai RPS tertinggi yang sama yaitu 53%, kurang efektif asam kurang mampu mencegah infeksi dari kedua bakteri tersebut, kerena RPS yang dihasilkan di akhir penelitian tidak sampai mencapai 60%. Hal ini didukung dengan pernyataan Grizes dan Tan (2005), yang mengatakan bahwa vaksinasi yang berhasil minimal nilai RPS pada ikan adalah 60%.

Gejala Klinis ( Pengamatan Anatomi Luar dan Dalam Pasca Uji Tantang)

Ikan mengalami perubahan abnormal setelah pasca uji tantang, Hal tersebut mulai terlihat pada jam ke-24, ikan mengalami perubahan pola renang seperti berenang di dasar yang disertai pergerakan pola renang menjadi lemah, lamban terkadang tampak diam di dasar. Pada sebagian ikan uji yang telah mati saat dibedah organ dalam

mengalami kerusakan, seperti hati berwarna hitam pucat, empedu pecah, ginjal rusak serta berair hal ini terjadi pada beberapa ikan di setiap perlakuan yang berbeda, yang artinya tidak semua ikan uji menunjukan gejala klinis yang bersamaan melainkan secara bertahap.

Pasca infeksi A. hydrophila ikan menunjukkan gejala kemerahan pada bagian tubuh ikan dan exopthalmia. Sesuai dengan pernyataan Oliver et al., (1981) dalam Asniatih et al. (2013) bahwa warna kemerahan pada bagian tubuh ikan, disebabkan oleh patogen A. hydrophila yang mendegradasi jaringan organ tubuh serta mengeluarkan toksin yang disebarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah sehingga menimbulkan warna kemerahan pada tubuh ikan. Perubahan abnormal stadium lanjut terus terjadi pada jam jam berikutnya sampai akhir pengamatan yaitu jam ke-144 pasca uji tantang.

Tabel 2 . Gejala klinis Patologi Anatomi luar dan dalam pasca uji tantang

Gejala klinis Paorgan luar dan dalam

Waktu terjadinya perubahan di tiap perlakuan

1 2 3 4 5

Perubahan Tingkah Laku :

Berenang di permukaan 48 24 24 48 Melayang 24 24 24 24 24 Tenggelam di dasar 24 24 24 24 Lemah 24 24 24 24 24 Agresif 24 24 48 48 24 Berulang - - - - - Gaspring - - - - - Whirling - - - - -

Patologi Anatomi Organ Luar:

Eksoptalmia - - 120 - -

Purulens - 72 114 48 -

Opacity 72 96 96 72 96

Luka borok 48 24 72 96 48

Sirip gripis 24 24 24 72 24

Patologi Anatomi Organ Dalam:

(5)

57 Organ dalam berair dan rusak 24 24 24 48 24

Gambaran Darah

Gambar 1. Kadar Hemoglobin Ikan Nila Pengamatan gambaran darah (haematologi) yang diamati pada penelitian ini berupa hemoglobin (Hb), hematokrit (He), total eritrosit (Te), total leukosit (TL), serta Titer Antibodi. Kadar Hb ikan pada penelitian yang terlihat pada grafikdi atas rata-rata meningkat, berkaitan total eritrosit dan jumlah sel darah, peningkatan Hb yang diikuti dengan penurunan yang sangat cepat terjadi karena adanya infeksi. %. Hemoglobin berperan untuk trasnport oksigen ke dalam sel darah merah (Orgunlesi et al., 2009). Satu gram Hemoglobin dapat mengikat 1.34 oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defsiensi vitamin atau hewan terkena infeksi. Kadar normal hemoglobin ikan adalah 12-14 Hb/100ml (Oktavia, 2011).

Kadar Hematokrit

Gambar 2. Kadar Hematokrit Ikan Nila

Hematokrit adalah plasma darah, cairan yang jernih berisikan mineral terlarut, hasil buangan jaringan, enzim, antibodi dan gas terlarut (Bond, 1979).Pengamatan terhadap jumlah kadar hematokrit dalam darah ikan nila dengan perlakuan yang berbeda, menunjukan bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan 3 dan perlakuan 4 dengan rata-rata 20% setelah vaksinasi dan nilai terendah setelah vaksinasi ditunjukan pada perlakuan 5 dengan rata-rata 5%. Setelah uji tantang nilai hematokrit tertinggi terdapat di perlakuan 5 dengan rata-rata 45%. Pengamatan hematokrit dalam darah ikan nila pada perlakuan vaksin yang ditambahkan ekstrak yang berbeda, pada masing masing perlakuan menunjukan peningkatan, kecuali pada perlakuan 3 nilainya menjadi turun. Kadar hematokrit ini dapat bervariasi tergantung pada faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan pasca pemijahan (Kuswardani, 2006).

Kadar Eritrosit

Hasil pengamatan total eritrosit dalam darah ikan nila dengan vaksin yang ditambahkan ekstrak yang berbeda, menunjukan bahwa rata-rata ikan yang telah divaksin menghasilkan eritrosit yang tinggi dibandingkan setelah uji tantang. Pengamatan rata-rata total eritrosit menurun ketika pasca uji tantang, hal ini diduga karena ikan yang telah diuji tantang sudah terinfeksi bakteri yang merusak sel-sel maupun jaringan darah ikan nila pada perlakuan vaksin yang ditambahkan ekstrak yang berbeda, pada masing masing perlakuan menunjukan peningkatan, kecuali pada perlakuan 3 nilainya menjadi turun. Kadar hematokrit ini dapat bervariasi tergantung pada faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan pasca pemijahan (Kuswardani, 2006).

(6)

58 Gambar 3. Total Eritrosit Ikan Nila

Total Leukosit

Gambar 4. Total Leukosit Ikan Nila

Pemeriksaan jumlah total leukosit pada ikan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi dalam tubuh ikan, apabila total leukosit meningkat menandakan bahwa ikan megalami infeksi. Hal ini sejalan dengan penelitian Balxhall (1972). Berdasarkan pengamatan rata-rata total leukosit pada ikan yang diberi perlakuan vaksin dengan ekstrak yang berbeda setelah uji tantang nilainya meningkat. Peningkatan dan aktivitas leukosit disebabkan oleh infeksi yang memicu aktivitas (Hardi et al., 2011 dalam Yuliani, 2014). Hasil pengamatan ini menunjukan bahwa vaksinasi dapat meningkatkan jumlah leukosit.

Titer antibodi

Titer antibodi tertinggi terdapat pada perlakuan 3 dan perlakuan 4, yaitu 111 setelah diuji aglutinasi dengan A.

Hydrophila dan pada saat diuji aglutinasi

dengan bakteri Pseudomonas sp mengahasilkan titer antibodi sebesar 110.

Perlakuan yang menghasilkan titer antibodi yang rendah dari yang lainya terdapat pada perlakuan 2 dan 5. Hal ini diduga sistem kekebalan tubuh ikan kurang mampu melawan antigen yang masuk karena jumlah antigen yang masuk terlalu banyak. Seperti yang dikemukakan Rukyani et al. (1997) adanya peningkatan intensitas serangan patogen akan memicu kebutuhan antibodi.

Gambar 5. Titer Antibodi pasca uji tantang

4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian penambahan ekstrak temu kunci dan terong asam dapat meningkatkan evikasi vaksin Pseumulvacc, sehingga dapat mencegah serangan dari bakteri Septicemia dan hasil terbaik untuk meningkatkan evikasi vaksin Pseumulvacc adalah yang dicampur dengan terong asam, dan yang dicampur dengan temu kunci dan terong asam, keduanya memiliki nilai RPS yang sama yaitu 53%.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, D. P and A. K. Siwicki. 1993. Basic Hematology and Serology for Fish Health Programs. Paper presented in second symposium on diseases in

Asian Aquaculture “Aquatic Animal Health and the Environment”. Phuket, Thailand. 25 – 29 th October 1993. P. 185-202.

Asniatih, M. Idris, dan K. Sabilu. 2013. Studi Histopatologi pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3 (12) :13-21.

(7)

59 Astawan, M. 2008. Khasiat Warna Warni

Makanan. Jakarta. PT. Gramedia

Pustaka Umum.135 hal.

Baratawijaya, K.G. 2006. Imunologi Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Balai penerbit FKUI.

Hal. 157-161.

Blaxhall, P. C dan K. W. Daisley. 1973. Routine Haematological Methods for Use with Fish Blood. J. of Fish Biol., 5: P. 577-581

Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes. Sauders College Publishing. Philadelphia. P. 514

Grisez, L. and Z. Tan. 2005. Vaccine Development for Asian Aquaculture. Disease In Asian.Aquaculture. 5 : P. 483-439.

Hardi, E. H, Sukenda, E Harris, A. M. Lusiastuti. 2011. Karakteristik dan Patogenitas Streptococcus agalacticae tipe Hemolitik dan Non- hemolitik pada ikan Nila. Jurnal Vetriener juni 2011. Vol. 12, No, 2: 152-164. Th. 2001.

Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah Maskoki Carassius auratus yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas

hydrophila. Skripsi. Program Studi

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Oktavia, Swastika. 2011. Pengukuran Jumlah Leukosit, Eritrosit dan Kadar Hemoglobin. http :// swastika-oktavia.blogspot.com. Diakses Tanggal 18 Maret 2014

Orgulensi, M. 2009. Novel Method for the Determination of Hemoglobin Phenotypes by Cyclic Voltametry Using Glassy Carbon Electrode. International journal Electrochemical Science. Volume 4 Halaman 1593-1606

Rajput, Z. Iqbal., S. HU, , C, Xiao, dan A.G. Arijo, 2007. Adjuvant Effects Of Saponins On Animal Immune Responses. Journal of Zhejiang University Science B. 8(3):153-161.

Sjoekoer, M.D Soemardini, dan S. Wikanadi. 2006. Pengaruh Ekstrak Temu Kunci (Kaempferia pandurata Roxb.) Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi Secara in Vitro. org/arsip-koleksi.html (2004). Sudarsono, Pudjoarinto, A. Gunawan, D.

Wahyuono, S. Donatus, A.L. Purnomo, Dradjad, M.Wibowo, dan S. Ngatijan. 2001. Tumbuhan Obat. PPTO UGM. Yogyakarta. 23 (12): 1127-1141

Wedemeyer G.A dan Yasutake WT. 1977. Clinical Methods for the Assesment of the Effect Environmental Stress on Fish Health. Technical Papers of the U.S. Fish and Wildlife Service. Us. Departement of the Interior 89: 1-18

Yuliani, 2014. Efikasi Vaksin Monovalen Dan Bivalen Untuk Mencegah Infeksi

Aeromonas hydrophila Dan Pseudomonas

sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis

niloticus). Skripsi.. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman, Samarinda, 56 hal.

Zaeoung, S., A. Plubrukarn, dan N. Keawpradub. 2004. Cytotoxic and Free Radical Scavenging Activities of

Zingiberaceous rhizomes, Songklanakarin

Gambar

Tabel 1. Uji tantang dengan bakteri  Septicemia  pasca pemberian vaksin dan   ekstrak temu  kunci dan terong asam
Tabel  2 . Gejala klinis Patologi Anatomi luar dan dalam  pasca uji tantang
Gambar 2. Kadar Hematokrit Ikan Nila
Gambar 4. Total Leukosit Ikan Nila

Referensi

Dokumen terkait

Pengkaji cuba membandingkan keberkesanan pembelajaran geografi berbantukan komputer dengan pengajaran bercorak tradisional (kaedah pengajaran tanpa penggunaan komputer)

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pengaruh pelayanan pusat pengembangan bahasa terhadap kepuasan mahasiswa sangat berpengaruh/signitifikan, hal ini diketahui dari

Hasil wawancara dengan para informan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan sumberdaya manusia untuk implementasi program pelayanan kepemudaan Dinas Pemuda dan Olahraga

1. Alat atau bahan yang digunakan untuk membantu pelaksanaan pekerjaan kantor, sehingga menghasilkan suatu pekerjaan yang diharapkan selesai lebih cepat, lebih tepat, dan lebih

Siswa dapat menuliskan persamaan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan dengan benar2.

$imbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga#. $imbah padat lebih dikenal sebagai sampah yang seringkali

Dari 55% kebutuhan pipa untuk kendaraan bermotor yang diproduksi oleh produsen dalam negeri, yaitu kira-kira setara dengan 181.000 ton, ada 3 perusahaan besar yang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMAMPUAN USAHA PENUNJANG