• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees) adalah salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees) adalah salah"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees) adalah salah

satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan tradisional. Sistem

pengobatan Ayurveda dan Unani di India menggunakan sambiloto untuk

pengobatan terkait antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi, sedangkan pada

pengobatan tradisional Cina, herba sambiloto dapat digunakan untuk meredakan

demam, inflamasi, dan detoksifikasi (Chao & Lin, 2010). Penelitian yang telah

dilakukan Sudarsono dkk. (1996) menunjukkan bahwa aktivitas sambiloto terkait

kandungan andrografolid dan senyawa diterpennya.

Kunir putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) adalah tanaman lain yang

telah diketahui secara luas dapat meningkatkan sistem imun. Secara empiris

rimpang kunir putih digunakan untuk pengobatan pencernaan, demam, dan infeksi

(Prajapati dkk., 2003). Masyarakat India menggunakan kunir putih untuk

pengobatan perut kembung, batuk, dan, demam (Wilson dkk., 2005). Penelitian

yang telah dilakukan Das& Rakhman(2012) membuktikan bahwa kunir putih

memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antimikroba. Berdasarkan penelitian dan

khasiat empiris diatas diharapkan kombinasi sambiloto dan kunir putihdapat

mengatasi gejala demam dan flu.

Penggunaan herba sambiloto dan kunir putih oleh masyarakat pada

(2)

dikonsumsi dan belum terjaga keajegan dosisnya, oleh karena itu pada penelitian

ini akan dibuat tabletkombinasi ekstrak sambiloto dan kunir putih.

Formulasi tablet dari ekstrak tumbuhan memiliki beberapa tantangan.

Karakteristik ekstrak etanolik yang kental dan lengket karena mengandung

berbagai senyawa terutamazat aktif, resin, dan glukosamembutuhkan penambahan

eksipien yang tepat pada formulasi tablet. Ekstrak yang bersifat lengket dan kental

tidak perlu lagi penambahan bahan pengikat karena akan terbentuk sediaan tablet

yang keras, sedangkan bahan penghancur dan bahan pengisi sangat diperlukan

karena tablet dari ekstrak tanaman memiliki kelemahan pada sifat alir dan waktu

hancurnya (Depkes RI, 2000).

Primojel® merupakan superdisintegran yang memiliki daya hancur lebih

besar dibandingkan bahan penghancur konvensional,namun peningkatan kadar

Primojel®dapat meningkatkan kerapuhan tablet yang dihasilkan(Popa, 2010).

Avicel® PH 101 merupakan salah satu bahan pengisi yangmemilikisifat sebagai

filler-bindersehingga dapat mengurangi kerapuhan dan meningkatkan kekerasan

tablet. Di samping itu, Avicel® PH 101 juga dapat digunakan untuk memperbaiki

sifat alir granul (Guy, 2009). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitianuntuk

mengetahuikomposisi optimum bahanpenghancur Primojel®dan bahan pengisi

Avicel®PH 101 yang dapat memberikanrespon sifat alir, kekerasan, kerapuhan,

dan waktu hancur yang memenuhi standar uji sifat fisik tablet.

Formula yang yang baik tidak mempengaruhi kadar senyawa bahan alam

dalam sediaan, sehingga perlu dilihat apakah formula yang dibuat akan

(3)

dihasilkan. Analisis kandungan senyawa bahan alam dapat menggunakan metode

KLT-Densitometri menggunakan pembanding yang sesuai. Kandungan herba

sambiloto dapat dianalisis dengan pembanding andrografolid (Kemenkes RI,

2008) dan kandungan rimpang kunir putih dapat dianalisis dengan pembanding

eugenol (Kemenkes RI, 2010).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh bahan penghancur Primojel® dan bahan pengisi

Avicel®PH 101 terhadap sifat alir granul dan sifat fisik tablet kombinasi

ekstrak sambiloto dan kunir putih?

2. Berapa komposisi optimum bahan penghancur Primojel® dan bahan pengisi

Avicel®PH 101 yang dapat menghasilkan sifat alir granul dan tablet yang

memenuhi uji sifat fisik?

3. Apakah formula yang dibuat mempengaruhikandungan andrografolid dan

(4)

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan penghancur

Primojel® dan bahan pengisi Avicel® PH 101 terhadap sifat fisik

tabletkombinasi ekstrak sambiloto dan kunir putih

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum dari bahan

penghancur Primojel®dan bahan pengisi Avicel® PH 101 yang memenuhi uji

sifat fisik tablet

3. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah formula yang dibuat

mempengaruhi kandungan andrografolid dan eugenol dalam sediaan tablet

D. Tinjauan Pustaka

1. Herba Sambiloto

a. Sistematika

Sistematika herba sambiloto menurut Backer & Van Den Brink dalam

buku Flora of Java (1965a) adalah sebagai berikut:

Divisi: Spermatophyta

Anak divisi: Angiospermae

Kelas: Dicotyledoneae

Anak kelas: Sympetalae

Bangsa: Solanales

Suku: Acanthaceae

Marga: Andrographis

(5)

b. Sinonim tanaman

Sinonim herba sambiloto menurut Dalimartha dalam buku Atlas

Tumbuhan Obat Indonesia (1999) adalah Justicia paniculata Burm.Dan

Justicialatebrosa Russ.

c. Nama daerah

Pepaitan (Melayu), Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata,

sambilata, takila (Jawa)

d. Kandungan kimia

Kandungan kimia dalam ekstrak etanol atau metanol

herbasambilotokurang lebih 20 diterpenoid dan lebih dari 10 flavonoid.

Gambar 1. Struktur molekulandrografolid (Chao & Lin, 2010)

Andrografolid merupakan senyawa utama dalam herba sambiloto. Struktur

molekul andrografolid dapat dilihat pada gambar 1. Senyawa diterpenoid utama

yang lain berupa deoksiandrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi-11,12

didehidroandrografolid, dan hormonandrografolid (Sudarsono dkk., 2006; Chao&

(6)

e. Kegunaan

Herba sambiloto secara empiris telah digunakan untuk mengatasi penyakit

influenza, dan dapat digunakan sebagai pembersih darah. Secara empiris herba

sambiloto sejumlah satu genggam atau 80 gram dapat digunakan untuk mengatasi

penyakit demam (BPOM RI, 2013). Penggunaan tradisional lain untuk

pengobatan dispepsia, membantu pencernaan, dan antipiretik. Secara in vitro,

herba sambiloto memiliki potensi sebagai agen antiinflamasi, dan telah diuji klinis

berkhasiat mengatasi demam dan influenza di Mediterania (Kligler dkk., 2006).

Kombinasi ekstrak etanolik herba sambiloto dan temulawak dengan

jumlah 56,25 : 18,75 mg dalam 1 mL pelarut DMSO dan RPMI menunjukkan

peningkatan proliferasi sel limfosit (Azimah, 2012). Sistem imun yang

diperantarai limfosit dapat memerangi mikroba dengan jalan mensekresi antibodi

yang dapat memblokir kemampuan mikroba untuk menginfeksi sel kemudian

mempromosikannya pada fagosit. Fagosit akan menelan dan membunuh mikroba,

dilanjutkan limfosit T yang akan menghancurkan sel yang terinfeksi oleh mikroba

(Abbas dkk., 2012).

2. Rimpang Kunir Putih

a. Sistematika

Sistematika herba sambiloto menurut Backer & Van Den Brink dalam

buku Flora of Java (1965b) adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae

(7)

Subdivisi: Angiospermae

Kelas: Monocotyledonae

Bangsa: Zingiberales

Suku: Zingiberaceae

Marga: Curcuma

Jenis: Curcumazedoaria (Berg.) Roscoe

b. Sinonim

Sinonim rimpang kunir putih menurut de Padua dkk. (1999) adalah

Curcumapallida Lour dan Curcumazerumbet Roxb.

c. Nama daerah

Kunyit putih, kunir putih, temu bayangan, temu poh (Jawa), temu pao

(Madura), temu mangga, temu putih (Melayu), koneng joho, koneng lalap, koneng

pare (Sunda)

d. Kandungan kimia

Kandungan kimia C.zedoaria terdiri dari seskuiterpen: furanodien,

furanodienon, zedoaron, kurzerenon, kurzeon, germakran, 1,3-hidroksigermakron,

dihidrokurdion, kurkumenon, zedoarondiol, kurkumanolida A, B, fenil propanoid:

etilparametoksisinamat, α dan β-turmeron; kurkuminoid: kurkumin, bisdesmetoksi

kurkumin, tetrahidrodemetoksi kurkumin, tetrahidrobisdesmetoksi kurkumin;

fitosterol : sitosterol dan stigmasterol; minyak atsiri: epikurzerenon, kurzeren, 1,8-sineol, simen, α-felandren, β-eudesmol, dan eugenol. Senyawa identitas dari

(8)

2010). Bila zedoaron tidak tersediadapat digunakan eugenol sebagai pembanding

untuk analisis kandungan kunir putih (Kemenkes RI, 2010)

e. Khasiat dan kegunaan

Rimpang kunir putih sebanyak satu ibu jari atau 20 gram secara empiris

dapat digunakan untuk pengobatan demam (BPOM RI, 2013). Penggunaan lain

rimpang kunir putih di masyarakat yaitu untuk pengobatan dispepsia, mual, dan

antikanker. Masyarakat pedalaman di India menggunakan rimpang kunir putih

untuk ekspektoran, diuretik, dan karminatif. Sedangkan akarnya digunakan untuk

mengatasi perut kembung, masuk angin, demam, dan batuk (Kaushik & Jalalpure,

2011).

Curcuma zedoaria dilaporkan memiliki berbagai efek farmakologis, baik

secara invitro maupunin vivo.Berdasarkan penelitian Das dan Rahman (2012),

ekstrak metanol dan petroleum eter memiliki khasiat sebagai analgesik dan anti

mikroba. Penelitian Kaushik dan Jalalpure (2011) juga menunjukkan aktivitas

antiinflamasi dari ekstrak kloroform dan petroleum eter rimpang kunir putih.

3. Ekstrak dan Cara Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai. Ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak cair, ekstrak kental, maupun

ekstrak kering. Ekstrak hanya dapat digunakan secara oral dan eksternal.

Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan zat berkhasiat dalam

(9)

Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan, antara lain

maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Maserasi merupakan metode penyarian

sederhana dengan prinsip dasar perendaman simplisia dengan pelarut yang sesuai

hingga tercapai kesetimbangan konsentrasi dengan beberapa kali pengadukan

(Depkes RI, 2000).

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang sangat penting

dalam analasis senyawa kimia dalam tumbuhan karena banyaknya variasi dan

kombinasi fase gerak dan fase diam. Kelebihan KLT dalam analisis adalah:

1. Sampel yang dibutuhkan sedikit

2. KLT dapat memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif

3. KLT dapat memberikan gambaran fingerprint suatu tanaman

4. KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi obat maupun tanaman

Identifikasi senyawa hasil KLT dapat menggunakan beberapa cara, yaitu:

1. Bercak dilihat langsung menggunakan sinar tampak dan sinar UV.

2. Bercak disemprot atau diuapi terlebih dahulu dengan pereaksi tertentu baru

dilihat pada sinar tampak dan sinar UV

3. Bercak dikerok terlebih dahulu, kemudian diekstraksi dan ditambah pereaksi

tertentu untuk mencari serapan maksimal.

Pada analisis menggunakan metode KLT, identifikasi dapat dilakukan

dengan melihat harga Rf senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak. Harga Rf

(10)

Rf =Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asalJarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal ...(1)

Harga Rf suatu senyawa dapat dibandingkan dengan harga Rf pada literatur jika

pelarut, fase diam, serta fase gerak yang digunakan sama (Sastrohamidjojo, 1985).

5. Uji Sifat fisik Granul

a. Sifat Alir Granul

Sifat alir suatu granul akan berpengaruh terhadap keseragaman bobot serta

kandungan zat aktif dari tablet yang dihasilkan. Suatu granul dengan sifat alir

yang baik akan memiliki keseragaman bobot yang baik. Parameter yang

digunakan untuk mengetahui sifat alir granul adalah kecepatan alir. Hasil yang

diperoleh berupa waktu alir, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan

sejumlah serbuk pada alat yang dipakai (Fassihi & Kanfer, 1986). Sifat alir granul

menggambarkan karakteristik suatu bahan dan sangat menentukan dalam

pemilihan metode pembuatan tablet. Sifat alir granul dapat ditetapkan melalui:

1) Waktu alir

Waktu alir merupakan waktu yang diperlukan granul untukmengalir dari

corong. Mudah tidaknya granul mengalir dipengaruhi oleh bentuk granul, sifat

permukaan granul, densitas, dan kelembaban granul (Fassihi & Kanfer, 1986).

Menurut Guyot cit. Fudholi (1983), untuk 100 g granul atau serbuk dengan waktu

(11)

2) Sudut diam

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel

bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang

dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran

dan kelembaban granul atau serbuk. Granul atau serbuk kan mengalir dengan baik

jika mempunyai sudut diam antara 25-40o (Wadke & Jacobson, 1980).

b. Kompaktibilitas

Kompaktibilitas adalah kemampuan granul untuk memadat menjadimasa

yang kompak. Padauji ini digunakan mesin tablet single punch dengan berbagai

tekanan. Mulai dari tekanan terendah hingga tertinggi dengan mengatur

kedalaman punchatas. Kompaktibilitas diGambarkan dengan kekerasan tablet

yang dihasilkan (Alderborn & Nystrom, 1996).

c. Daya serap air

Faktor yang mempengaruhi masuknya air adalah porositas tablet, dimana

hal ini tergantung oleh kompresi dan kemampuan menyerap air dalam material

yang dipakai. Air dapat berpenetrasi ke dalam pori- pori tablet karena adanya aksi

kapiler bahan penghancur (Lerk & Doombos, 1987)

d. LOD dan MC

Material yang akan dikempa harus memiliki kandungan lembab/kadar air

dalam batas tertentu. Hal ini behubungan dengan sifat alir, proses pengempaan,

kompaktibilitas dan stabilitas. Kelembaban suatu zat padat dapat dinyatakan

berdasarkan berat basah dan berat kering. Bila dihitung berdasarkan berat basah,

(12)

sedangkan bila berdasarkan berat kering, kandungan air dinyatakan sebagai persen

dari bahan kering.

Dalam bidang farmasi, istilah kadar air atau zat menguap lainnya yang

ditetapkan dengan cara pemanasan hingga konstan disebut dengan susut

pengeringan. Susut pengeringan dalam farmasi disebut dengan LOD (Loss On

Drying), yang dapat dihitung dengan persamaan (2)

LOD= Bobot air dalam sampel

Bobot seluruh sampel basahx 100% ...(2)

Cara untuk mengetahui kelembaban suatu bahan padat adalah dengan

menggunakan data berdasarkan bobot keringnya. Angka hasil perhitungan ini

dianggap sebagai kandungan lembab (moisture content). MC dapat dihitung

dengan persamaan (3)

MC= Bobot seluruh sampel keringBobot air dalam sampel x 100%...(3)

Nilai LOD dapat berkisar 0-100%, sementara nilai MC antara 0 sampai tak

terhingga (Fonner dkk., 1981).

6. Tablet

Tablet dibagi menjadi dua jenis, yaitu tablet tidak bersalut dan tablet salut.

Tablet tidak bersalut termasuk tablet single-layer hasil kompresi dari partikel dan

(13)

berbeda. Eksipien yang digunakan dalam pembuatan tablet tidak hanya

dimaksudkan untuk membantu pelepasan bahan aktif di cairan pencernaan. Tablet

tidak bersalut sangat luas pengembangannya, beberapa contohnya adalah tablet

effervescent, tablet buccal, tablet sublingual, tablet kunyah, orally disintegrating tablet (ODT), dan bolus (USP, 2013)

Tablet salut adalah tablet yang dilapisi dengan satu atau lebih lapisan hasil

campuran berbagai jenis bahan seperti resin, gom, gelatin, bahan pengisi, gula,

wak, pewarna, perasa, serta bahan aktif. Beberapa contoh tablet salut adalah tablet

salut tipis, extended-release tablet, dan delayed release tablet. Uji kualitas yang

perlu dilakukan untuk apapun jenis tablet adalah uji disintegrasi, uji kerapuhan,

ujikekerasan, dan uji keseragaman bobot (USP, 2013).

Agar tablet yang dibuat memiliki keamanan, kualitas, dan bentuk yang

baik, perlu dilakukan kontrol kualitas pada sediaan tablet yang telah diproduksi.

Uji sifat fisik yang harus dilakukan untuk berbagai macam jenis tablet meliputi

waktu disintegrasi, kerapuhan, kekerasan, dan keseragaman bobot (USP, 2013).

7. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet

Formulasi suatu bentuk sediaan tentunya memerlukan berbagai macam

tambahan atau biasa disebut eksipien. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan

eksipien yang memiliki kegunaan tertentu untuk menghasilkan tablet yang

(14)

a. Bahan penghancur

Bahan penghancur adalah salah satu eksipien tablet yang berfungsi

menghancurkan matriks tablet ketika bersentuhan dengan air. Fungsi bahan

penghancur berlawanan dengan bahan pengikat, makin kuat daya ikat dari bahan

pengikat yang digunakan maka makin besar bahan penghancur yang harus

digunakan agar tablet dapat melepaskan obat. Macam-macam eksipien yang dapat

digunakan sebagai bahan penghancur adalah sodium starch glycolate,

crosspovidone, crosscarmellose (Ansel dkk., 2005).

Bahan penghancur dapat ditambahakan ke dalam formula dengan dua cara,

yaitu secara ekstragranular dan intragranular. Penambahan secara ekstragranular

dilakukan saat tablet sudah siap dikempa dan ditujukan untuk memecah tablet

menjadi bagian-bagian kecil. Sedangkan penambahan bahan penghancur secara

intragranular dilakuakn saat granulasi basah dan bertujuan untuk mengecilkan

bagian tablet menjadi partikel-partikel halus (Ansel dkk., 2005).

Mekanisme aksi bahan penghancur dapat dikelompokkan menjadi

beberapa cara, antara lain:

1) Pengembangan (Swelling)

Air merembes ke dalam tablet melalui celah antar partikel atau lewat

jembatan hidrofil yang dibentuk bahan penghancur. Bahan penghancur akan

mengembang setelah kontak dengan air, dimulai dari bagian lokal lalu meluas ke

seluruh bagian tablet yang akhirnya pengembangan bahan penghancur

(15)

2) Perubahan bentuk (Deformation)

Beberapa partikel akan mengalami deformasi dengan adanya tekanan

tetapi kemudian dapat kembali ke bentuk asalnya setelah bersinggungan dengan

air, selain itu ada partikel yang mengalami perubahan bentuk tapi tidak kembali ke

bentuk asalnya walaupun tekanan telah dihilangkan.

3) Perembesan (Wicking)

Ketika tablet kontak dengan air, air akan masuk ke dalam tablet melalui

saluran pori yang terbentuk selama proses penabletan. Sifat hidrofilisitas dari

bahan penghancur mempercepat perembesan air melewati pori, sehingga akan

lebih efektif dalam memisahkan partikel granul dan menghancurkan tablet.

4) Perenggangan (Repulsion)

Teori ini menerangkan bahwa patikel tidak mengembang tetapi dengan

adanya air yang masuk melalui jaringan kapiler yang tersusun di dalam tablet

maka partikel akan tolak-menolak sehingga akan saling memisahkan diri

kemudian lepas dari susunannya dalam tablet. Proses ini akan membantu

terjadinya disintegrasi (Kanig & Rudnic, 1984).

b. Bahan pengisi

Bahan pengisi biasanya ditambahkan untuk memperbaiki sifat alir dan

kompaktibilitas suatu bahan. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

memilih bahan pengisi untuk formulasi, dari karakteristik bahan, kompaktibilitas,

stabilitas, hingga harga. Hal ini perlu dipertimbangkan karena mayoritas bahan

penyusun tablet adalah bahan pengisi. Beberapa contoh bahan pengisi adalah

(16)

Diantara sekian banyak bahan pengisi, bahan yang paling sering digunakan

adalah laktosa karena kelarutan dan kompatibilitasnya, serta Avicel® atau

microcrystalline cellulose karena kompaktibilitas, kompatibilitas, dan kemampuannya menyeragamkan bobot (Ansel dkk., 2005). Turunan selulosa

sering dipilih karena dapat juga berperan sebagai disintegran dan pengikat, namun

karena sifatnya yang higroskopis dapat terjadi inkompatibilitas dengan bahan

yang mudah terdegradasi (Goran, 2013).

Bahan pengisi dapat ditambahkan untuk bahan aktif dengan dosis besar

dan kecil, untuk dosis kecil bahan pengisi berperan untuk membuat bulk sehingga

tablet dapat dikempa dengan meyakinkan, sedangkan untuk bahan aktif dengan

dosis besar, bahan pengisi dapat ditambahkan untuk menggenapi bobot tablet

yang akan dibuat. Bahan pengisi memiliki 3 peran utama:

1. Bulking agent: membuat bobot tablet memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi

oleh pasien. Minimal bobot tablet yang dapat dikosumsi adalah 50 mg.

2. Compression Aid: merubah bentuk partikel untuk memfasilitasi pengempaan

tablet

3. Good bulk powder flow: memperbaiki sifat alir yang sangat penting dalam

pembuatan tablet (Mills, 2010)

c. Bahan pengering

Bahan pengabsorbsi adalah bahan yang mempunyai kemampuanmenyerap

cairan dalam jumlah besar tanpa menjadi basah. Bahan obat seperti ekstrak cair

dapat dicampur dengan bahan pengabsorbsi lalu di granul, setelah granul

(17)

sebagai bahan pengering diantaranya adalah aerosil, avicel, bentonit, kaolin,

magnesium aluminium silikat dan trikalsium fosfat (Ansel dkk., 2005).

d. Bahan pelicin

Bahanpelicin dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pelincir

(lubrikan), bahan pengalir (glidant), dan anti adherent. Bahan pelicin digunakan

untuk mempermudah pengeluaran tablet dari die dan untuk mencegah sticking

tablet pada punch. Bahan pelicin bisanya bersifat hidrofobik sehingga dapat

memperlama waktu disintegrasi dan disolusi (Niazi, 2009).

8. Uji Sifat fisik Tablet

a. Keseragaman bobot

Keseragaman suatu sediaan dapat dinyatakan dalam keseragaman

kandungan (content uniformity) atau variasi bobot(weight variation).

Keseragaman kandungan didasarkan pada pengukuran kadar bahan aktif untuk

tablet tidak bersalut dengan dosis dan rasio bahan aktif <25 mg atau <25%. tablet,

sedangkan variasi bobot juga dapat digunakan sebagai alternatif untuk

memperkirakan keseragaman tablet dengan rasio bahan aktif ≥25 mg atau≥25%

tablet (USP, 2013).

Pada percobaan perhitungan keseragaman bobot menggunakan weight

variationkarena zat aktif lebih dari 25 mg. Menurut USP (2013) keseragaman

bobot dapat dilihat dari nilai Acceptance Value (AV). Nilai maximum Acceptance

Value (AV) yang diperbolehkan adalah 15,0.Nilai ini didapat dari perhitungan

(18)

AV = |M-X| + ks...(4)

Keterangan dari persamaan (4): AV= Acceptance Value M= Reference value

X=Rata-rata persentase bobot k = Konstanta

s = Deviasi standat

b. Kekerasan tablet

Kekerasan tablet memiliki pengaruh signifikan terhadap parameter kualitas

tablet, terutama disintegrasi dan disolusi tablet. Tablet yang baik harus cukup

keras untuk menghindari kerusakan dalam distribusi, namun cukup mudah untuk

disintegrasi. Kekerasan minimal tablet adalah 4kg. Alat yang digunakan untuk

mengukur kekerasan tablet adalah hardness tester (Ansel dkk., 2005)

c. Kerapuhan tablet

Kerapuhan tablet adalah ukuran ketahanan tablet terhadap goresan ringan

atau kerusakan dalam proses produksi dan distribusi. Alat untuk mengukur

kerapuhan tablet adalah friability tester. Friability tester mengukur kerapuhan

tablet dengan cara melepaskan tablet dalam alat penggulir berputar. Tablet

ditimbang sebelum dan sesudah putaran, kemudian dihitung berat yang hilang.

Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen. Kerapuhan tablet yang baik adalah

kurang dari 1% (USP, 2005).

d. Waktu hancur tablet

Uji waktu hancur tablet dimaksudkan untuk melihat apakah tabletdapat

hancur dalam saluran pencernaan. Disintegrasi merupakan sifat yang penting dari

(19)

agar dapat diabsorbsi dalam saluran pencernaan harus hancur dan melepaskan

obat ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan (Ansel dkk., 2005).

Suatu sediaan dinyatakan hancur bila sisa sediaan yang tertinggal pada

kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas,

kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut. Tablet

dinyatakan lolos uji waktu hancur jika terdapat 16 tablet yang hancur sempurna

dari total 18 tablet yang diujikan (USP, 2005).

9. Metode Simplex Lattice Design

Simplex Lattice Design(SLD) merupakan salah satu metode untuk

mendapatkan formula optimum dari beberapa kombinasi bahan. Metode ini

memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sederhana, mudah, dan sampel yang

digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan metode trial and error.

Prosedur dari SLD meliputi penyiapan variasi kombinasi dari bahan

tambahan yang akan dipotimasi. Hasil kombinasi formula dari SLD dapat

digunakan untuk menentukan formula optimal yang memenuhi uji sifat fisik

tablet.Persamaan (5) digunakan untuk mendapatkan variasi kombinasi dari bahan

tambahan yang digunakan dalam simplex lattice design.

Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B)...(5)

Keterangan dari persamaan (5): Y = respon

a, b, ab = koefisien yang didapat dari percobaan

(20)

10. Monografi Bahan

a. Primojel® (Sodium Starch Glycolate)

Primojel® atau Sodium Starch Glycolate merupakan salah satu eksipien

yang banyak digunakan dalam sediaan oral farmasi sebagai bahan penghancur.

Primojel® akan beraksi dengan baik untuk pembuatan tablet dengan metode

kempa langsung atau metode granulasi basah. Kadar efektif Primojel® adalah

1-8% dan konsentrasi diatas 1-8% umumnya memperlama waktu hancur tablet.

Kemampuan bahan penghancur ini sangat baik karena kemampuan

mengembangnya cukup besar dan aksinya cepat (Ansel dkk, 2005). Struktur

molekul Primojel dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar2. Struktur molekulSodium Starch Glycolatedengan jumlah n=300 (Young, 2009)

Bahan penghancur ini berupa serbuk berwarna putih, tidak berasa, dan

tidak berbau. Penambahan gugus sodium dalam struktur amilum membuat

butir-butir amilum lebih bersifat hidrofilik tetapi tidak larut dalam air. Apabila Primojel

dimasukkan dalam air butir-butir amilum yang termodifikasi akan mengembang

(21)

yang larut dalam air kemungkinan dapat menambah viskositas lingkungan

sekitarnya yang akan menghambat penyerapan lebih lanjut. Bentuk partikel

Primojel dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar3. Bentuk partikel sferis Primojelperbesaran 200x voltase 1,5 kV (Young, 2009)

b. Avicel PH 101

Avicel® atau microcrystalline cellulose didapat dari hasil hidrolisis

selulosa denganspray drying (Goran, 2013). Avicel® dapat digunakan sebagai

bahan pengisi tablet pada metode kempa langsung maupun granulasi basah karena

sifat alirnya yang sangat bagus. Avicel® juga dapat berfungsi sebagai disintegran

dalam tablet karena sifatnya yang mudah terbasahi (Galichet, 2006).Struktur

(22)

Gambar 4. Struktur molekul microcrystalline cellulose dengan jumlah n=220 (Guy, 2009)

Mycrocrystalline cellulosadideskripsikan sebagai serbuk kristal putih yang

tidak berbau dan berasa, serta tersedia dalam bentuk dan spesifikasi yang

bervariasi. Bentuk kristal dari Avicel® dapat bervariasi tergantung sumber

selulosa dan penyiapannya. Bentuk partikel microcrystalline cellulose dapat

dilihat pada gambar 5. Derajat kristal dapat mempengaruhi sifat fisik dan teknis

partikel seperti higroskopisistas dan kompaktibilitas.

Gambar5. Bentuk partikel kristal microcrystalline celluloseperbesaran 200x voltase 5kV (Guy, 2009)

(23)

c. Talk

Magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit

alumunium silikat. Berupa hablur, sangat halus, mudah melekat pada kulit, bebas

dari butiran, warna putih atau putih kelabu dan tidak larut pada hampir semua

pelarut. (Depkes RI, 1979).

d. Magnesium stearat

Senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang

diperoleh dari lemak. Pemerian: serbuk sangat halus, putih, voluminous, bau

lemah khas, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, tidak larut dalam air,

etanol dan eter (Depkes RI, 1979). Diberikan dalam jumlah 0.25-1% sebagai

pelincir (Niazi, 2009)

E. Landasan Teori

Formulasi tablet dari kombinasi ekstrak etanolik sambiloto dan kunir putih

memiliki kelemahan dalam sifat alir granul dan waktu disintegrasinya (Prakash &

Majeed, 2012) sehingga perlu penambahan bahan pengisi dan bahan penghancur.

Primojel® dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada kadar 1-8%, oleh

karena itu formula dibuat dalam rentang tersebut. Peningkatan kadar

superdisintegran Primojel®dapat mempercepat waktu hancur tapi meningkatkan

kerapuhan tablet (Popa, 2012). Mekanisme bahan penghancur Primojel® adalah

dengan mengembang dalam air (swelling). Penelitian Rusliem (2012) menyatakan

Primojel pada kadar 5% memenuhi persyaratan uji kekerasan, kerapuhan, dan

(24)

Avicel® PH 101 merupakan eksipien yang memiliki beberapa fungsi dalam

formulasi tablet. Avicel® PH 101dapat berfungsi sebagi pengisi, memiliki

kompaktibilitas baik, memiliki sifat sebagai filler-binder sehingga dapat

mengurangi kerapuhan tablet, serta dapat membantu memperbaiki sifat alir granul

(Guy, 2009). Sifat bahan penghancur Primojel® dan bahan pengisi Avicel® PH

101 yang saling melengkapi diharapkan dapat menghasilkan granul dan tablet

yang memenuhi persyaratan uji kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.

Optimasi dilakukan menggunakan metode Simplex Lattice Design menggunakan

program Design Expert.

Penelitian yang dilakukan Murtada dkk. (2013) menyatakan bahwa

penambahan eksipien Avicel PH 101 dan Primojel tidak mempengaruhi kadar

obat dalam sediaan yang dihasilkan. Analisis kandungan senyawa bahan alam

dapat menggunakan KLT. KLT telah lama digunakan untuk identifikasi

kandungan dari obat tradisional.Deteksi menggunakan KLT sangat penting untuk

kontrol kualitas dan stabilitas produk herbal (Mohammad dkk., 2010). Analisis

kandungan herba sambiloto dapat menggunakan andrografolid karena

andrografolid merupakan senyawa identitas dari herba sambiloto (Kemenkes RI,

2008), sedangkan analisis kandungan kunir putih dapat menggunakan eugenol

karena eugenol merupakan senyawa yang terdapat dalam kunir putih dan dapat

(25)

F. Hipotesis

1. KombinasiPrimojel® dan bahan pengisi Avicel® PH 101 dapat

mempengaruhisifat alir granul, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur

tablet.

2. Kombinasi kadar Primojel® dan bahan pengisi Avicel® PH 101 5% : 5,25%

dari bobot tablet dapat memberikan sifat fisik tablet yang optimal

3. Formula yang dibuat tidak mempengaruhi kadar andrografolid dan eugenol

Gambar

Gambar 1. Struktur molekulandrografolid (Chao &amp; Lin, 2010)
Gambar 4. Struktur molekul microcrystalline cellulose dengan jumlah n=220 (Guy, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana aktivitas antibakteri dari senyawa yang terdapat pada ekstrak etil asetat buah Cerbera manghas terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan metode difusi

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kebijakan dividen, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan

1) Bidan harus mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan pada ibu dan bayi baru lahir. Menggunakan sarung tangan bersih pada saat melakukan kontak dengan darah

Pusat Riset Pasca Panen &amp; Sosek Kelautan dan Perikanan 242 Tajerin Pusat Riset Pasca Panen &amp; Sosek Kelautan dan Perikanan 243 Tazwir Pusat Riset Pasca Panen &amp; Sosek

Penelahaan usulan program/kegiatan untuk masyarakat telah dirangkum dalam rancangan awal RKPD dan sudah termasuk dalam Renstra dan Renja Perangkat Daerah sehingga

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penentuan berat molekul dan derajat polimerisasi α-selulosa yang berasal dari alang-alang (Imperata cylindrica)

Perang dingin merupakan perang dalam bentuk ketegangan sebagai Perang dingin merupakan perang dalam bentuk ketegangan sebagai perwujudan dari konflik-konflik

[r]