1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Nees) adalah salah
satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan tradisional. Sistem
pengobatan Ayurveda dan Unani di India menggunakan sambiloto untuk
pengobatan terkait antibakteri, analgetik, dan antiinflamasi, sedangkan pada
pengobatan tradisional Cina, herba sambiloto dapat digunakan untuk meredakan
demam, inflamasi, dan detoksifikasi (Chao & Lin, 2010). Penelitian yang telah
dilakukan Sudarsono dkk. (1996) menunjukkan bahwa aktivitas sambiloto terkait
kandungan andrografolid dan senyawa diterpennya.
Kunir putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) adalah tanaman lain yang
telah diketahui secara luas dapat meningkatkan sistem imun. Secara empiris
rimpang kunir putih digunakan untuk pengobatan pencernaan, demam, dan infeksi
(Prajapati dkk., 2003). Masyarakat India menggunakan kunir putih untuk
pengobatan perut kembung, batuk, dan, demam (Wilson dkk., 2005). Penelitian
yang telah dilakukan Das& Rakhman(2012) membuktikan bahwa kunir putih
memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antimikroba. Berdasarkan penelitian dan
khasiat empiris diatas diharapkan kombinasi sambiloto dan kunir putihdapat
mengatasi gejala demam dan flu.
Penggunaan herba sambiloto dan kunir putih oleh masyarakat pada
dikonsumsi dan belum terjaga keajegan dosisnya, oleh karena itu pada penelitian
ini akan dibuat tabletkombinasi ekstrak sambiloto dan kunir putih.
Formulasi tablet dari ekstrak tumbuhan memiliki beberapa tantangan.
Karakteristik ekstrak etanolik yang kental dan lengket karena mengandung
berbagai senyawa terutamazat aktif, resin, dan glukosamembutuhkan penambahan
eksipien yang tepat pada formulasi tablet. Ekstrak yang bersifat lengket dan kental
tidak perlu lagi penambahan bahan pengikat karena akan terbentuk sediaan tablet
yang keras, sedangkan bahan penghancur dan bahan pengisi sangat diperlukan
karena tablet dari ekstrak tanaman memiliki kelemahan pada sifat alir dan waktu
hancurnya (Depkes RI, 2000).
Primojel® merupakan superdisintegran yang memiliki daya hancur lebih
besar dibandingkan bahan penghancur konvensional,namun peningkatan kadar
Primojel®dapat meningkatkan kerapuhan tablet yang dihasilkan(Popa, 2010).
Avicel® PH 101 merupakan salah satu bahan pengisi yangmemilikisifat sebagai
filler-bindersehingga dapat mengurangi kerapuhan dan meningkatkan kekerasan
tablet. Di samping itu, Avicel® PH 101 juga dapat digunakan untuk memperbaiki
sifat alir granul (Guy, 2009). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitianuntuk
mengetahuikomposisi optimum bahanpenghancur Primojel®dan bahan pengisi
Avicel®PH 101 yang dapat memberikanrespon sifat alir, kekerasan, kerapuhan,
dan waktu hancur yang memenuhi standar uji sifat fisik tablet.
Formula yang yang baik tidak mempengaruhi kadar senyawa bahan alam
dalam sediaan, sehingga perlu dilihat apakah formula yang dibuat akan
dihasilkan. Analisis kandungan senyawa bahan alam dapat menggunakan metode
KLT-Densitometri menggunakan pembanding yang sesuai. Kandungan herba
sambiloto dapat dianalisis dengan pembanding andrografolid (Kemenkes RI,
2008) dan kandungan rimpang kunir putih dapat dianalisis dengan pembanding
eugenol (Kemenkes RI, 2010).
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh bahan penghancur Primojel® dan bahan pengisi
Avicel®PH 101 terhadap sifat alir granul dan sifat fisik tablet kombinasi
ekstrak sambiloto dan kunir putih?
2. Berapa komposisi optimum bahan penghancur Primojel® dan bahan pengisi
Avicel®PH 101 yang dapat menghasilkan sifat alir granul dan tablet yang
memenuhi uji sifat fisik?
3. Apakah formula yang dibuat mempengaruhikandungan andrografolid dan
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan penghancur
Primojel® dan bahan pengisi Avicel® PH 101 terhadap sifat fisik
tabletkombinasi ekstrak sambiloto dan kunir putih
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum dari bahan
penghancur Primojel®dan bahan pengisi Avicel® PH 101 yang memenuhi uji
sifat fisik tablet
3. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah formula yang dibuat
mempengaruhi kandungan andrografolid dan eugenol dalam sediaan tablet
D. Tinjauan Pustaka
1. Herba Sambiloto
a. Sistematika
Sistematika herba sambiloto menurut Backer & Van Den Brink dalam
buku Flora of Java (1965a) adalah sebagai berikut:
Divisi: Spermatophyta
Anak divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledoneae
Anak kelas: Sympetalae
Bangsa: Solanales
Suku: Acanthaceae
Marga: Andrographis
b. Sinonim tanaman
Sinonim herba sambiloto menurut Dalimartha dalam buku Atlas
Tumbuhan Obat Indonesia (1999) adalah Justicia paniculata Burm.Dan
Justicialatebrosa Russ.
c. Nama daerah
Pepaitan (Melayu), Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata,
sambilata, takila (Jawa)
d. Kandungan kimia
Kandungan kimia dalam ekstrak etanol atau metanol
herbasambilotokurang lebih 20 diterpenoid dan lebih dari 10 flavonoid.
Gambar 1. Struktur molekulandrografolid (Chao & Lin, 2010)
Andrografolid merupakan senyawa utama dalam herba sambiloto. Struktur
molekul andrografolid dapat dilihat pada gambar 1. Senyawa diterpenoid utama
yang lain berupa deoksiandrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi-11,12
didehidroandrografolid, dan hormonandrografolid (Sudarsono dkk., 2006; Chao&
e. Kegunaan
Herba sambiloto secara empiris telah digunakan untuk mengatasi penyakit
influenza, dan dapat digunakan sebagai pembersih darah. Secara empiris herba
sambiloto sejumlah satu genggam atau 80 gram dapat digunakan untuk mengatasi
penyakit demam (BPOM RI, 2013). Penggunaan tradisional lain untuk
pengobatan dispepsia, membantu pencernaan, dan antipiretik. Secara in vitro,
herba sambiloto memiliki potensi sebagai agen antiinflamasi, dan telah diuji klinis
berkhasiat mengatasi demam dan influenza di Mediterania (Kligler dkk., 2006).
Kombinasi ekstrak etanolik herba sambiloto dan temulawak dengan
jumlah 56,25 : 18,75 mg dalam 1 mL pelarut DMSO dan RPMI menunjukkan
peningkatan proliferasi sel limfosit (Azimah, 2012). Sistem imun yang
diperantarai limfosit dapat memerangi mikroba dengan jalan mensekresi antibodi
yang dapat memblokir kemampuan mikroba untuk menginfeksi sel kemudian
mempromosikannya pada fagosit. Fagosit akan menelan dan membunuh mikroba,
dilanjutkan limfosit T yang akan menghancurkan sel yang terinfeksi oleh mikroba
(Abbas dkk., 2012).
2. Rimpang Kunir Putih
a. Sistematika
Sistematika herba sambiloto menurut Backer & Van Den Brink dalam
buku Flora of Java (1965b) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Subdivisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledonae
Bangsa: Zingiberales
Suku: Zingiberaceae
Marga: Curcuma
Jenis: Curcumazedoaria (Berg.) Roscoe
b. Sinonim
Sinonim rimpang kunir putih menurut de Padua dkk. (1999) adalah
Curcumapallida Lour dan Curcumazerumbet Roxb.
c. Nama daerah
Kunyit putih, kunir putih, temu bayangan, temu poh (Jawa), temu pao
(Madura), temu mangga, temu putih (Melayu), koneng joho, koneng lalap, koneng
pare (Sunda)
d. Kandungan kimia
Kandungan kimia C.zedoaria terdiri dari seskuiterpen: furanodien,
furanodienon, zedoaron, kurzerenon, kurzeon, germakran, 1,3-hidroksigermakron,
dihidrokurdion, kurkumenon, zedoarondiol, kurkumanolida A, B, fenil propanoid:
etilparametoksisinamat, α dan β-turmeron; kurkuminoid: kurkumin, bisdesmetoksi
kurkumin, tetrahidrodemetoksi kurkumin, tetrahidrobisdesmetoksi kurkumin;
fitosterol : sitosterol dan stigmasterol; minyak atsiri: epikurzerenon, kurzeren, 1,8-sineol, simen, α-felandren, β-eudesmol, dan eugenol. Senyawa identitas dari
2010). Bila zedoaron tidak tersediadapat digunakan eugenol sebagai pembanding
untuk analisis kandungan kunir putih (Kemenkes RI, 2010)
e. Khasiat dan kegunaan
Rimpang kunir putih sebanyak satu ibu jari atau 20 gram secara empiris
dapat digunakan untuk pengobatan demam (BPOM RI, 2013). Penggunaan lain
rimpang kunir putih di masyarakat yaitu untuk pengobatan dispepsia, mual, dan
antikanker. Masyarakat pedalaman di India menggunakan rimpang kunir putih
untuk ekspektoran, diuretik, dan karminatif. Sedangkan akarnya digunakan untuk
mengatasi perut kembung, masuk angin, demam, dan batuk (Kaushik & Jalalpure,
2011).
Curcuma zedoaria dilaporkan memiliki berbagai efek farmakologis, baik
secara invitro maupunin vivo.Berdasarkan penelitian Das dan Rahman (2012),
ekstrak metanol dan petroleum eter memiliki khasiat sebagai analgesik dan anti
mikroba. Penelitian Kaushik dan Jalalpure (2011) juga menunjukkan aktivitas
antiinflamasi dari ekstrak kloroform dan petroleum eter rimpang kunir putih.
3. Ekstrak dan Cara Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai. Ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak cair, ekstrak kental, maupun
ekstrak kering. Ekstrak hanya dapat digunakan secara oral dan eksternal.
Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan zat berkhasiat dalam
Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan, antara lain
maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Maserasi merupakan metode penyarian
sederhana dengan prinsip dasar perendaman simplisia dengan pelarut yang sesuai
hingga tercapai kesetimbangan konsentrasi dengan beberapa kali pengadukan
(Depkes RI, 2000).
4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang sangat penting
dalam analasis senyawa kimia dalam tumbuhan karena banyaknya variasi dan
kombinasi fase gerak dan fase diam. Kelebihan KLT dalam analisis adalah:
1. Sampel yang dibutuhkan sedikit
2. KLT dapat memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif
3. KLT dapat memberikan gambaran fingerprint suatu tanaman
4. KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi obat maupun tanaman
Identifikasi senyawa hasil KLT dapat menggunakan beberapa cara, yaitu:
1. Bercak dilihat langsung menggunakan sinar tampak dan sinar UV.
2. Bercak disemprot atau diuapi terlebih dahulu dengan pereaksi tertentu baru
dilihat pada sinar tampak dan sinar UV
3. Bercak dikerok terlebih dahulu, kemudian diekstraksi dan ditambah pereaksi
tertentu untuk mencari serapan maksimal.
Pada analisis menggunakan metode KLT, identifikasi dapat dilakukan
dengan melihat harga Rf senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak. Harga Rf
Rf =Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asalJarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal ...(1)
Harga Rf suatu senyawa dapat dibandingkan dengan harga Rf pada literatur jika
pelarut, fase diam, serta fase gerak yang digunakan sama (Sastrohamidjojo, 1985).
5. Uji Sifat fisik Granul
a. Sifat Alir Granul
Sifat alir suatu granul akan berpengaruh terhadap keseragaman bobot serta
kandungan zat aktif dari tablet yang dihasilkan. Suatu granul dengan sifat alir
yang baik akan memiliki keseragaman bobot yang baik. Parameter yang
digunakan untuk mengetahui sifat alir granul adalah kecepatan alir. Hasil yang
diperoleh berupa waktu alir, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan
sejumlah serbuk pada alat yang dipakai (Fassihi & Kanfer, 1986). Sifat alir granul
menggambarkan karakteristik suatu bahan dan sangat menentukan dalam
pemilihan metode pembuatan tablet. Sifat alir granul dapat ditetapkan melalui:
1) Waktu alir
Waktu alir merupakan waktu yang diperlukan granul untukmengalir dari
corong. Mudah tidaknya granul mengalir dipengaruhi oleh bentuk granul, sifat
permukaan granul, densitas, dan kelembaban granul (Fassihi & Kanfer, 1986).
Menurut Guyot cit. Fudholi (1983), untuk 100 g granul atau serbuk dengan waktu
2) Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang
dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran
dan kelembaban granul atau serbuk. Granul atau serbuk kan mengalir dengan baik
jika mempunyai sudut diam antara 25-40o (Wadke & Jacobson, 1980).
b. Kompaktibilitas
Kompaktibilitas adalah kemampuan granul untuk memadat menjadimasa
yang kompak. Padauji ini digunakan mesin tablet single punch dengan berbagai
tekanan. Mulai dari tekanan terendah hingga tertinggi dengan mengatur
kedalaman punchatas. Kompaktibilitas diGambarkan dengan kekerasan tablet
yang dihasilkan (Alderborn & Nystrom, 1996).
c. Daya serap air
Faktor yang mempengaruhi masuknya air adalah porositas tablet, dimana
hal ini tergantung oleh kompresi dan kemampuan menyerap air dalam material
yang dipakai. Air dapat berpenetrasi ke dalam pori- pori tablet karena adanya aksi
kapiler bahan penghancur (Lerk & Doombos, 1987)
d. LOD dan MC
Material yang akan dikempa harus memiliki kandungan lembab/kadar air
dalam batas tertentu. Hal ini behubungan dengan sifat alir, proses pengempaan,
kompaktibilitas dan stabilitas. Kelembaban suatu zat padat dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah dan berat kering. Bila dihitung berdasarkan berat basah,
sedangkan bila berdasarkan berat kering, kandungan air dinyatakan sebagai persen
dari bahan kering.
Dalam bidang farmasi, istilah kadar air atau zat menguap lainnya yang
ditetapkan dengan cara pemanasan hingga konstan disebut dengan susut
pengeringan. Susut pengeringan dalam farmasi disebut dengan LOD (Loss On
Drying), yang dapat dihitung dengan persamaan (2)
LOD= Bobot air dalam sampel
Bobot seluruh sampel basahx 100% ...(2)
Cara untuk mengetahui kelembaban suatu bahan padat adalah dengan
menggunakan data berdasarkan bobot keringnya. Angka hasil perhitungan ini
dianggap sebagai kandungan lembab (moisture content). MC dapat dihitung
dengan persamaan (3)
MC= Bobot seluruh sampel keringBobot air dalam sampel x 100%...(3)
Nilai LOD dapat berkisar 0-100%, sementara nilai MC antara 0 sampai tak
terhingga (Fonner dkk., 1981).
6. Tablet
Tablet dibagi menjadi dua jenis, yaitu tablet tidak bersalut dan tablet salut.
Tablet tidak bersalut termasuk tablet single-layer hasil kompresi dari partikel dan
berbeda. Eksipien yang digunakan dalam pembuatan tablet tidak hanya
dimaksudkan untuk membantu pelepasan bahan aktif di cairan pencernaan. Tablet
tidak bersalut sangat luas pengembangannya, beberapa contohnya adalah tablet
effervescent, tablet buccal, tablet sublingual, tablet kunyah, orally disintegrating tablet (ODT), dan bolus (USP, 2013)
Tablet salut adalah tablet yang dilapisi dengan satu atau lebih lapisan hasil
campuran berbagai jenis bahan seperti resin, gom, gelatin, bahan pengisi, gula,
wak, pewarna, perasa, serta bahan aktif. Beberapa contoh tablet salut adalah tablet
salut tipis, extended-release tablet, dan delayed release tablet. Uji kualitas yang
perlu dilakukan untuk apapun jenis tablet adalah uji disintegrasi, uji kerapuhan,
ujikekerasan, dan uji keseragaman bobot (USP, 2013).
Agar tablet yang dibuat memiliki keamanan, kualitas, dan bentuk yang
baik, perlu dilakukan kontrol kualitas pada sediaan tablet yang telah diproduksi.
Uji sifat fisik yang harus dilakukan untuk berbagai macam jenis tablet meliputi
waktu disintegrasi, kerapuhan, kekerasan, dan keseragaman bobot (USP, 2013).
7. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet
Formulasi suatu bentuk sediaan tentunya memerlukan berbagai macam
tambahan atau biasa disebut eksipien. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan
eksipien yang memiliki kegunaan tertentu untuk menghasilkan tablet yang
a. Bahan penghancur
Bahan penghancur adalah salah satu eksipien tablet yang berfungsi
menghancurkan matriks tablet ketika bersentuhan dengan air. Fungsi bahan
penghancur berlawanan dengan bahan pengikat, makin kuat daya ikat dari bahan
pengikat yang digunakan maka makin besar bahan penghancur yang harus
digunakan agar tablet dapat melepaskan obat. Macam-macam eksipien yang dapat
digunakan sebagai bahan penghancur adalah sodium starch glycolate,
crosspovidone, crosscarmellose (Ansel dkk., 2005).
Bahan penghancur dapat ditambahakan ke dalam formula dengan dua cara,
yaitu secara ekstragranular dan intragranular. Penambahan secara ekstragranular
dilakukan saat tablet sudah siap dikempa dan ditujukan untuk memecah tablet
menjadi bagian-bagian kecil. Sedangkan penambahan bahan penghancur secara
intragranular dilakuakn saat granulasi basah dan bertujuan untuk mengecilkan
bagian tablet menjadi partikel-partikel halus (Ansel dkk., 2005).
Mekanisme aksi bahan penghancur dapat dikelompokkan menjadi
beberapa cara, antara lain:
1) Pengembangan (Swelling)
Air merembes ke dalam tablet melalui celah antar partikel atau lewat
jembatan hidrofil yang dibentuk bahan penghancur. Bahan penghancur akan
mengembang setelah kontak dengan air, dimulai dari bagian lokal lalu meluas ke
seluruh bagian tablet yang akhirnya pengembangan bahan penghancur
2) Perubahan bentuk (Deformation)
Beberapa partikel akan mengalami deformasi dengan adanya tekanan
tetapi kemudian dapat kembali ke bentuk asalnya setelah bersinggungan dengan
air, selain itu ada partikel yang mengalami perubahan bentuk tapi tidak kembali ke
bentuk asalnya walaupun tekanan telah dihilangkan.
3) Perembesan (Wicking)
Ketika tablet kontak dengan air, air akan masuk ke dalam tablet melalui
saluran pori yang terbentuk selama proses penabletan. Sifat hidrofilisitas dari
bahan penghancur mempercepat perembesan air melewati pori, sehingga akan
lebih efektif dalam memisahkan partikel granul dan menghancurkan tablet.
4) Perenggangan (Repulsion)
Teori ini menerangkan bahwa patikel tidak mengembang tetapi dengan
adanya air yang masuk melalui jaringan kapiler yang tersusun di dalam tablet
maka partikel akan tolak-menolak sehingga akan saling memisahkan diri
kemudian lepas dari susunannya dalam tablet. Proses ini akan membantu
terjadinya disintegrasi (Kanig & Rudnic, 1984).
b. Bahan pengisi
Bahan pengisi biasanya ditambahkan untuk memperbaiki sifat alir dan
kompaktibilitas suatu bahan. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih bahan pengisi untuk formulasi, dari karakteristik bahan, kompaktibilitas,
stabilitas, hingga harga. Hal ini perlu dipertimbangkan karena mayoritas bahan
penyusun tablet adalah bahan pengisi. Beberapa contoh bahan pengisi adalah
Diantara sekian banyak bahan pengisi, bahan yang paling sering digunakan
adalah laktosa karena kelarutan dan kompatibilitasnya, serta Avicel® atau
microcrystalline cellulose karena kompaktibilitas, kompatibilitas, dan kemampuannya menyeragamkan bobot (Ansel dkk., 2005). Turunan selulosa
sering dipilih karena dapat juga berperan sebagai disintegran dan pengikat, namun
karena sifatnya yang higroskopis dapat terjadi inkompatibilitas dengan bahan
yang mudah terdegradasi (Goran, 2013).
Bahan pengisi dapat ditambahkan untuk bahan aktif dengan dosis besar
dan kecil, untuk dosis kecil bahan pengisi berperan untuk membuat bulk sehingga
tablet dapat dikempa dengan meyakinkan, sedangkan untuk bahan aktif dengan
dosis besar, bahan pengisi dapat ditambahkan untuk menggenapi bobot tablet
yang akan dibuat. Bahan pengisi memiliki 3 peran utama:
1. Bulking agent: membuat bobot tablet memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi
oleh pasien. Minimal bobot tablet yang dapat dikosumsi adalah 50 mg.
2. Compression Aid: merubah bentuk partikel untuk memfasilitasi pengempaan
tablet
3. Good bulk powder flow: memperbaiki sifat alir yang sangat penting dalam
pembuatan tablet (Mills, 2010)
c. Bahan pengering
Bahan pengabsorbsi adalah bahan yang mempunyai kemampuanmenyerap
cairan dalam jumlah besar tanpa menjadi basah. Bahan obat seperti ekstrak cair
dapat dicampur dengan bahan pengabsorbsi lalu di granul, setelah granul
sebagai bahan pengering diantaranya adalah aerosil, avicel, bentonit, kaolin,
magnesium aluminium silikat dan trikalsium fosfat (Ansel dkk., 2005).
d. Bahan pelicin
Bahanpelicin dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pelincir
(lubrikan), bahan pengalir (glidant), dan anti adherent. Bahan pelicin digunakan
untuk mempermudah pengeluaran tablet dari die dan untuk mencegah sticking
tablet pada punch. Bahan pelicin bisanya bersifat hidrofobik sehingga dapat
memperlama waktu disintegrasi dan disolusi (Niazi, 2009).
8. Uji Sifat fisik Tablet
a. Keseragaman bobot
Keseragaman suatu sediaan dapat dinyatakan dalam keseragaman
kandungan (content uniformity) atau variasi bobot(weight variation).
Keseragaman kandungan didasarkan pada pengukuran kadar bahan aktif untuk
tablet tidak bersalut dengan dosis dan rasio bahan aktif <25 mg atau <25%. tablet,
sedangkan variasi bobot juga dapat digunakan sebagai alternatif untuk
memperkirakan keseragaman tablet dengan rasio bahan aktif ≥25 mg atau≥25%
tablet (USP, 2013).
Pada percobaan perhitungan keseragaman bobot menggunakan weight
variationkarena zat aktif lebih dari 25 mg. Menurut USP (2013) keseragaman
bobot dapat dilihat dari nilai Acceptance Value (AV). Nilai maximum Acceptance
Value (AV) yang diperbolehkan adalah 15,0.Nilai ini didapat dari perhitungan
AV = |M-X| + ks...(4)
Keterangan dari persamaan (4): AV= Acceptance Value M= Reference value
X=Rata-rata persentase bobot k = Konstanta
s = Deviasi standat
b. Kekerasan tablet
Kekerasan tablet memiliki pengaruh signifikan terhadap parameter kualitas
tablet, terutama disintegrasi dan disolusi tablet. Tablet yang baik harus cukup
keras untuk menghindari kerusakan dalam distribusi, namun cukup mudah untuk
disintegrasi. Kekerasan minimal tablet adalah 4kg. Alat yang digunakan untuk
mengukur kekerasan tablet adalah hardness tester (Ansel dkk., 2005)
c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan tablet adalah ukuran ketahanan tablet terhadap goresan ringan
atau kerusakan dalam proses produksi dan distribusi. Alat untuk mengukur
kerapuhan tablet adalah friability tester. Friability tester mengukur kerapuhan
tablet dengan cara melepaskan tablet dalam alat penggulir berputar. Tablet
ditimbang sebelum dan sesudah putaran, kemudian dihitung berat yang hilang.
Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen. Kerapuhan tablet yang baik adalah
kurang dari 1% (USP, 2005).
d. Waktu hancur tablet
Uji waktu hancur tablet dimaksudkan untuk melihat apakah tabletdapat
hancur dalam saluran pencernaan. Disintegrasi merupakan sifat yang penting dari
agar dapat diabsorbsi dalam saluran pencernaan harus hancur dan melepaskan
obat ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan (Ansel dkk., 2005).
Suatu sediaan dinyatakan hancur bila sisa sediaan yang tertinggal pada
kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas,
kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut. Tablet
dinyatakan lolos uji waktu hancur jika terdapat 16 tablet yang hancur sempurna
dari total 18 tablet yang diujikan (USP, 2005).
9. Metode Simplex Lattice Design
Simplex Lattice Design(SLD) merupakan salah satu metode untuk
mendapatkan formula optimum dari beberapa kombinasi bahan. Metode ini
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sederhana, mudah, dan sampel yang
digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan metode trial and error.
Prosedur dari SLD meliputi penyiapan variasi kombinasi dari bahan
tambahan yang akan dipotimasi. Hasil kombinasi formula dari SLD dapat
digunakan untuk menentukan formula optimal yang memenuhi uji sifat fisik
tablet.Persamaan (5) digunakan untuk mendapatkan variasi kombinasi dari bahan
tambahan yang digunakan dalam simplex lattice design.
Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B)...(5)
Keterangan dari persamaan (5): Y = respon
a, b, ab = koefisien yang didapat dari percobaan
10. Monografi Bahan
a. Primojel® (Sodium Starch Glycolate)
Primojel® atau Sodium Starch Glycolate merupakan salah satu eksipien
yang banyak digunakan dalam sediaan oral farmasi sebagai bahan penghancur.
Primojel® akan beraksi dengan baik untuk pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung atau metode granulasi basah. Kadar efektif Primojel® adalah
1-8% dan konsentrasi diatas 1-8% umumnya memperlama waktu hancur tablet.
Kemampuan bahan penghancur ini sangat baik karena kemampuan
mengembangnya cukup besar dan aksinya cepat (Ansel dkk, 2005). Struktur
molekul Primojel dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar2. Struktur molekulSodium Starch Glycolatedengan jumlah n=300 (Young, 2009)
Bahan penghancur ini berupa serbuk berwarna putih, tidak berasa, dan
tidak berbau. Penambahan gugus sodium dalam struktur amilum membuat
butir-butir amilum lebih bersifat hidrofilik tetapi tidak larut dalam air. Apabila Primojel
dimasukkan dalam air butir-butir amilum yang termodifikasi akan mengembang
yang larut dalam air kemungkinan dapat menambah viskositas lingkungan
sekitarnya yang akan menghambat penyerapan lebih lanjut. Bentuk partikel
Primojel dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar3. Bentuk partikel sferis Primojelperbesaran 200x voltase 1,5 kV (Young, 2009)
b. Avicel PH 101
Avicel® atau microcrystalline cellulose didapat dari hasil hidrolisis
selulosa denganspray drying (Goran, 2013). Avicel® dapat digunakan sebagai
bahan pengisi tablet pada metode kempa langsung maupun granulasi basah karena
sifat alirnya yang sangat bagus. Avicel® juga dapat berfungsi sebagai disintegran
dalam tablet karena sifatnya yang mudah terbasahi (Galichet, 2006).Struktur
Gambar 4. Struktur molekul microcrystalline cellulose dengan jumlah n=220 (Guy, 2009)
Mycrocrystalline cellulosadideskripsikan sebagai serbuk kristal putih yang
tidak berbau dan berasa, serta tersedia dalam bentuk dan spesifikasi yang
bervariasi. Bentuk kristal dari Avicel® dapat bervariasi tergantung sumber
selulosa dan penyiapannya. Bentuk partikel microcrystalline cellulose dapat
dilihat pada gambar 5. Derajat kristal dapat mempengaruhi sifat fisik dan teknis
partikel seperti higroskopisistas dan kompaktibilitas.
Gambar5. Bentuk partikel kristal microcrystalline celluloseperbesaran 200x voltase 5kV (Guy, 2009)
c. Talk
Magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
alumunium silikat. Berupa hablur, sangat halus, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran, warna putih atau putih kelabu dan tidak larut pada hampir semua
pelarut. (Depkes RI, 1979).
d. Magnesium stearat
Senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang
diperoleh dari lemak. Pemerian: serbuk sangat halus, putih, voluminous, bau
lemah khas, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, tidak larut dalam air,
etanol dan eter (Depkes RI, 1979). Diberikan dalam jumlah 0.25-1% sebagai
pelincir (Niazi, 2009)
E. Landasan Teori
Formulasi tablet dari kombinasi ekstrak etanolik sambiloto dan kunir putih
memiliki kelemahan dalam sifat alir granul dan waktu disintegrasinya (Prakash &
Majeed, 2012) sehingga perlu penambahan bahan pengisi dan bahan penghancur.
Primojel® dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada kadar 1-8%, oleh
karena itu formula dibuat dalam rentang tersebut. Peningkatan kadar
superdisintegran Primojel®dapat mempercepat waktu hancur tapi meningkatkan
kerapuhan tablet (Popa, 2012). Mekanisme bahan penghancur Primojel® adalah
dengan mengembang dalam air (swelling). Penelitian Rusliem (2012) menyatakan
Primojel pada kadar 5% memenuhi persyaratan uji kekerasan, kerapuhan, dan
Avicel® PH 101 merupakan eksipien yang memiliki beberapa fungsi dalam
formulasi tablet. Avicel® PH 101dapat berfungsi sebagi pengisi, memiliki
kompaktibilitas baik, memiliki sifat sebagai filler-binder sehingga dapat
mengurangi kerapuhan tablet, serta dapat membantu memperbaiki sifat alir granul
(Guy, 2009). Sifat bahan penghancur Primojel® dan bahan pengisi Avicel® PH
101 yang saling melengkapi diharapkan dapat menghasilkan granul dan tablet
yang memenuhi persyaratan uji kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.
Optimasi dilakukan menggunakan metode Simplex Lattice Design menggunakan
program Design Expert.
Penelitian yang dilakukan Murtada dkk. (2013) menyatakan bahwa
penambahan eksipien Avicel PH 101 dan Primojel tidak mempengaruhi kadar
obat dalam sediaan yang dihasilkan. Analisis kandungan senyawa bahan alam
dapat menggunakan KLT. KLT telah lama digunakan untuk identifikasi
kandungan dari obat tradisional.Deteksi menggunakan KLT sangat penting untuk
kontrol kualitas dan stabilitas produk herbal (Mohammad dkk., 2010). Analisis
kandungan herba sambiloto dapat menggunakan andrografolid karena
andrografolid merupakan senyawa identitas dari herba sambiloto (Kemenkes RI,
2008), sedangkan analisis kandungan kunir putih dapat menggunakan eugenol
karena eugenol merupakan senyawa yang terdapat dalam kunir putih dan dapat
F. Hipotesis
1. KombinasiPrimojel® dan bahan pengisi Avicel® PH 101 dapat
mempengaruhisifat alir granul, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur
tablet.
2. Kombinasi kadar Primojel® dan bahan pengisi Avicel® PH 101 5% : 5,25%
dari bobot tablet dapat memberikan sifat fisik tablet yang optimal
3. Formula yang dibuat tidak mempengaruhi kadar andrografolid dan eugenol