• Tidak ada hasil yang ditemukan

c. Diare Non Infektif, apabila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab dari penyakit tersebut, dan tanpa demam Menurut Ryle dan Bockus (1924) cit,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "c. Diare Non Infektif, apabila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab dari penyakit tersebut, dan tanpa demam Menurut Ryle dan Bockus (1924) cit,"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 Trigger

An. B usia 3 tahun BB 14 kg TB 88 cm dirawat di RSIA Kasih Ibu dengan keluhan berak cair tanpa ampas sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi lebih dari 8 kali sehari. Ny. A mengatakan bahwa anaknya rewel karena perutnya terasa sakit dan selalu memuntahkan kembali makanan yang diintake. Hasil pemriksaan fisik perawat didapatkan mukosa bibir kering, mata tampak cowong, turgor kulit menurun, dan kemerahan area perineal, konsistensi urin pekat. HR : 110 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 37oC. hasil pemeriksaan elektrolit Na : 136 K : 3,8 Cl : 115. Perawat memberikan KIE pada keluarga pasien untuk dilakuakan pemeriksaan feses dan memberikan terapi cairan sesuai order dokter.

SLO

1. Definisi & klasifikasi 2. Etiologi 3. Factor resiko 4. Patofisiologi 5. Manifestasi klinis 6. Pemeriksaan penunjang 7. Komplikasi 8. Penatalaksanaan medis 9. Asuhan keperawatan

(2)

2 PEMBAHASAN

1. Definisi & klasifikasi

 Gastroentiritis adalah suatu peradangan yang biasanya disebabkan oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (guyton & hall,2006)

 Dimanapun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas dan kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi selain itu motilitas dinding usus biasanya meningkat berlipat ganda akibatnya sejumlah besar cairan cukup untuk membuat agen infeksius tersapu kearah anus dan pada saat yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong cairan kedepan. Ini merupakan mekanisme yang penting untuk membebaskan traktus intestinal dari infeksi.

 Buang air besar (defakasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200ml sekali defakasi (Hendarwanto, 2003)

 Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah. (Hidayat, 2006 : 12)

 Gastroenteriris adalah keracunan makanan disertai inflamasi mukosa lambung dan usus halus , biasanya di sebabkan oleh mikroorganisme , tetapi bisa juga disebabkan oleh zat kimia , jamur beracun , dll. Pada kondisi ini biasanya terjadi diare dan muntah. ( Chris Brooker , 2009 )

Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis diare sebagai berikut :

a. Diare Peresisten, merupakan kelanjutan dari diare akut.

b. Diare Infektif, apabila penyebabnya infeksi dan ditandai adanya demam.

(3)

3 c. Diare Non Infektif, apabila tidak ditemukan infeksi sebagai

penyebab dari penyakit tersebut, dan tanpa demam

Menurut Ryle dan Bockus (1924) cit, Hadi sujono (1990) membagi diare berdasarkan variasi factor penyebab sebagai berikut :

a) Diare karena kelainan saluran pencernaan, dapat dibagi sebagai berikut:

 Kelainan di lambung / gastrogenosus dapat disebabkan oleh akilia gastrika, tumor, pasca gastrectomi, vagotomi.

 Kelainan di usus halus misalnya sindroma malabiorbi primer maupun sekunder.

 Kelainan usus besar, dapat disebabkan oleh colitis ulterosa, tumor, divertukulosis, endometriosis, obstruksi colon parsial. b) Diare karena penyakit infeksi

 Infeksi parasit : amoeba, ascaris, ankolis, sistoma, dll

 Infeksi bakteri : shigella, salmonella, eschariadium, closterdium, tuberkulosis

 Infeksi virus : entero virus  Infeksi jamur : monilia  Keracunan makanan

c) Diare karena kelainan di luar saluran makanan

 Penyakit di pancreas, ex : carcinoma pancreas, pancreas kronis

 Kelainan endokrin, ex : hipertiroidisme, DM  Uremia

 Penyakit neurologis

 Akibat pemberian antibiotic tinja  TBC Paru

Berdasarkan lama waktu terjadinya

a. Akut : berlangsung < 5 hari b. Presisiten : berlangsung 15 – 30 hari c. Kronik : berlangsung > 30 hari

(4)

4 Berdasarkan mekanisme patofisiologik :

a. Diare sekretotik

Pada diare jenis ini terjadi penurunan penyerapan dan peningkatan sekresi air dan transport elektrolit ke dalam usus.Hal ini biasanya disebabkan oleh zat yang merangsang terjadinya peningkatan sekresi, baik dari luar (misalnya toksin kolera) atau dari dalam (pada penyakit inklusi mikrovili kongenital). Fesesnya biasanya akan berupa Contoh diare jenis ini adalah diare karena penyakit kolera, E. coli toxigenik, karsinoid, neuroblastoma, diare klorida kongenital, Clostridium difficile, dan cryptosporidiosis (AIDS).

b. Diare Osmotik

Diare jenis ini terjadi karena konsumsi makanan yang sulit diserap, baik karena memang makanan tersebut sulit diserap (magnesium, fosfat, laktulosa, sorbitol) atau karena terjadi gangguan penyerapan di usus (penderita defisiensi laktose yang menelan laktosa). Makanan yang tidak diserap (malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral) di usus ini akan difermentasi di usus besar, dan kemudian akan terbentuk asam lemak rantai pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek ini dapat diserap oleh usus, tetapi jika produksinya berlebihan, akibatnya jumlah yang diserap kalah banyak dibandingkan jumlah yang dihasilkan, sehingga menyebabkan peningkatan osmolaritas di dalam usus. Peningkatan osmolaritas ini akan menarik air dari dalam dinding usus untuk keluar ke rongga usus. Akibatnya, terjadi diare cair yang bersifat asam, Contoh diare jenis ini adalah diare pada penderita defisiensi enzym laktase yang mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa.

(5)

5 2. Etiologi

Faktor penyebab diare menurt Ngastiyah (2005) yaitu : a. Faktor infeksi

Infeksi enteral ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut : infeksi bakteri : vibrio, E.colli, Salmonella, Shigella, campylobacter, dan sebagainya; infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackle); infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strogyloides), protozoa (Entoamoeba histolitica, Glardia lambia) dan jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parenteral

Infeksi diluar alat pencernaan mkanan seperti : otitis media akut, tonsillitis, tonsilfaringitis, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

c. Faktor malabsorpsi

Malabsorpsi karbohidrat, misalnya disakarida (intoleran laktosa, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleran glukosa, fruktosa, dan galaktosa); malabsorpsi lemak dan protein.

d. Faktor makanan, makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan tertentu.

e. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tetap dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

f. Diare juga bisa di akibatkan oleh efek samping penggunaan obat misalnya obat antacid yang kandungan magnesium di dalamnya dalam jumlah besar, obat antibiotic, obat anti kanker dan obat2an pencahar.

Ada 5 jenis mikroorganisme penyebab utama Gastroenteritis yaitu : a. Salmonela infeksi ini disebabkan oleh kontaminasi makanan dan

minuman

b. Escherichia Colli  merupakan komersial ( flora normal ) dalam usus manusia tetapi ada beberapa jenis yang berbahaya, yang dapat menyebabkan gastroenteritis seperti Enteropatogenik.

(6)

6 c. Bosilus disenteri basillus ditularkan secara peroral melalui air , makanan, lalat yang tercemar untuk ekstreta penderita , area yang diserang kolon dengan kegiatan terberat pada sigmoid

d. Vibrio organisme patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia apabila sistem imun tubuhnya lemah, jenisnya antara lain : vibrio diare, dan vibrio eltem.

e. Entera virus  terdiri dari polio virus, coxashi virus dan encho virus. 3. Faktor resiko

Ada dua factor resiko gastroenteritis yaitu : a. Faktor lingkungan

- Air yang tidak memadai atau tercemar - Sarana sanitasi yang kurang baik

- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang kurang baik - Hygiene perorangan dan pemukiman yang kurang baik b. Faktor penjamu

- Malnutrisi - Defek imun

- Penurunan asam lambung - Penurunan mortilitas usus

Terdapat berbagai faktor resiko pada gastroenteritis sebagai berikut: a. Faktor Penyakit

Factor penyakit seperti pancreatitis, uremia, dan penyakit kolagen, kelainan endokrin seperti hipertiroidisme, DM, dan penyakit Addison. Berdasarkan sifat dan karakteristik penyakit ini dalam keadaan bereaksi, saluran pencernaan berespon terhadap relaksasi penyakit tersebut dan menyebabkan gangguan pergerakan usus menurun atau meningkat (normal 5-30 x/menit), sehingga terjadi hipereksresi yang menyebabkan diare.

b. Faktor Psikologis

Adanya rasa cemas dan takut akan mempengaruhi hipotalamus yang dapat mengakibatkan penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu. Hal ini mengakibatkan hiperperistaltik pada

(7)

7 kolon sehingga terjadi penambahan jumlah cairan dalam kolon dan mengakibatkan diare.

c. Faktor Infeksi

Parasit, bakteri, virus, dan jamur yang masuk ke dalam lambung dan dinetralisir oleh asam lambung (HCl), mikroorganisme akan mati atau tetap hidup, jika hidup makan akan masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Di dalam usus mengeluarkan toksin yang merusak vili-vili usus dan meningkatkan peristaltic usus, sehingga penyerapan makanan,air, dan elektrolit terganggu, teradilah hipersekresi yang menyebabkan gastroenteritis.

d. Faktor Makanan

Makanan yang terkontaminasi masuk ke lambung, apabila lolos oleh asam lambung akan diserap oleh usus halus dan bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan GE. e. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan

Kelainan pada lambung, usus halus, dan usus besar yang disebabkan untuk penyakit antara lain pasca gastrektomi, tumor, vagotomi, dan vistula intestinal. Obstruksi intestinal menyebabkan perubahan pergerakan dinding usus, jika pergerakan dinding usus meningkat, peristaltic usus juga meningkat, sehingga terjadi percepatan kontak makanan dengan permukaan usus, makanan lebih cepat masuk ke lumen dan kolon, sehingga kolon reaksi cepat mengeluarkan isinya dan terjadi hipersekresi yang menambah keenceran tinja.

(8)

8 4. Patofisiologi Factor malabsorpsi (karbohidarat, lemak, protein) Gangguan absorbs pada usus halus = zat

- zat penting

Factor infeksi (virus, bakteri, parasit)

Factor makanan (basi & beracun)

F. psikologis (takut, cemas) Masuk ke system pencernaan Masuk ke saluran pencernaan Merangsang kerja system saraf simpatis Mengandung toksin Makanan tidak

dapat diabsorpsi Pelepasan asetil & muatan fleksus

meisentikus Menempel di usus Hiperperistaltik Peningkatan motalitas usus - hiperperistaltik - rasa tdk enak - mulas

Intansi mukosa usus Peningkatan

produksi mucus

mukosa usus Kemampuan

absorpsi menurun Pergerakan materi

pada usus terlalu cepat ke rongga

usus

Peningkatan produksi sekretorik gastrointestinal Merangsang sekresi asam Hcl

Isi rongga usus meningkat

Suasana asam pada

usus halus Tinja menjadi lebih asam

- Sekresi air & asam meningkat

- Tinja cair - Mual muntah

Gangguan system absorbs air dan elektrolit

Iritasi kulit sekitar anus saat defekasi Gangguan integritas kulit GASTROENTERITIS

Diare

Air dan elektrolit banyak yang terbuang

Dehidrasi - Lemah pucat - Kulit kurang elastic - Mata tampak cekung - Mukosa bibir kering

Asidosis metabolic - Takipnue

- Nyeri/kram perut - TD menurun

- Tugor kulit menurun Kehilangan cairan ekstraseluler

berlebih

KEMATIAN Kekurangan volume

cairan

Ketidakseimbangan elektrolit

Hilangnya cairan dlm intrasel

Syok hivopolemik - Takikardi - Gelisah, pucat - sianosis

(9)

9 5. Manifestasi klinis

Menurur mansjoer arif (2000)

a. Feses cair dengan darah atau lender

Feses bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus (Hidayat,2006,13)

b. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam

Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare (Ngastiyah,2005)

c. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare

Gejala muntah dapat timbul setelah atau sebelum diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Ngastiyah, 2005)

d. Dehidrasi

Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonic karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan PH darah, penurunan ini akan merangsang pusat pernafasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan dalam (kusmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar PH dapat naik kembali normal, pada keadaan asidosis metabolic yang tidak terkompensasi, bikarbonat standar juga rendah, PCO2 normal dan base excess negative.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan enzim, untuk menilai keterlibatan rotavirus dengan elisa (enzima liked imunorsorbent assay). (Levine, 2009)

b. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

c. Pemeriksaan feses

 Untuk mengetahui makropis dan mikropis  Untuk mengetahui penyebab

(10)

10  Tes resistensi terhadap berbagai antibiotic

 Serta untuk mengetahui PH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa

Karakteristik hasil

 Feses berwarna hitam

Efek dari obat seperti fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti brokoli

 Feses seperti pucat

Malabsorbsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu  Feses orange atau hijau

Infeksi usus

 Feses cair atau berlendir Diare penyebabnya bakteri

 Feses yang seperti tepung berwarna putih Diare penyebab virus

 Feses seperti ampas Diare penyebab parasit

d. Pemeriksaan analisis gas darah, untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan asam basah dalam darah.

e. Pemeriksaan elektrolit tubuh : untuk mengatahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat pada penderita diare yang mengalami pernafasan cepat dan dalam, kelemahan otot-otot.

f. Duodenal intubation : Untuk mengatahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

g. Radiologi : untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan abdomen

h. Endoskopi : untuk melihat langsung kelainan mukosa pada sel pencernaan

7. Komplikasi

a. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, brandikardia, disritmia jantung) Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot

(11)

11 skeletal dan jantung. Penuerunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bias menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan bradikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan hipotoni otot.

b. Kejang

Merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan asidosis metabolic sehingga aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan ke organ- organ tubuh yang vital.

c. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

d. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

e. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

(12)

12 f. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh :

 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.

 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.  Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan

diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. g. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

8. Penatalaksanaan medis  Oralit

Untuk mencegah dehidrasi dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga. Seperti air tajin, kuah sayur, air matang, oralit merupakan cairan pengganti cairan yang hilang. (Kemenkes RI, 2011)

 Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit.

 Pemberian makanan

Diberikan makanan yang mudah di cernah dan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk menbantu pemulihan BB. (Kemenkes RI, 2011)

(13)

13  Obat-obatan

a. Obat Spamolitik

Obat spasmolitik contohnya Loperamid dan difenoksilat. b. Obat Antibiotik.

Obat antibiotik akan digunakan bila terbukti adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Contoh: polimiksin B SO4 (Collistine) dengan dosis bayi dan anak-anak: 100.000-150.000 UI/Kg BB dalam dosis bagi selama 24 jam. Dewasa : 100.000 UI/Kg BB

 Pemberian cairan.

Pada rehidrasi ini ada 4 hal yang perlu diperhatikan : a. Jenis cairan

pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringer laktat, bila tak tersedia dapat diberikan cairan Na calsiotonik ditambah satu ampul Na Bikarbonat 7,5 % 50 ml. b. Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara :

 Metode pierce berdasarkan klinis

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x berat badan Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x berat badan Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan  Metode daldiyono berdasarkan skor klinis kebutuhan

cairan = x10% x kgbb x 1 liter

c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau intra vena.

d. Jadwal pemberian cairan

Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk

(14)

14 memperhitungkan kebutuhan cairan. Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

 Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, Hco, Kal dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumahsakit untuk mencegah dehidrasi lebihl anjut.

 Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

 Dehidrasi ringan. 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari. Kemudian 125 ml / Kg BB / oral

 Dehidrasi sedang. 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.

 Dehidrasi berat. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg

o 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.

o 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).

o 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

(15)

15 Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.

o 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).

o 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.

o 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).

o 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral  Dietetik :

Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

a. Memberika nasi.

b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

 Obat-obatan.

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala:

a. Paling efektif yaitu derivat opioid missal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil.

b. Obat yang mengeraskan tinja yaitu apulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/bab encer sampai diare berhenti.

c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase yaitu hidrasec 3 x 1 tab/hari

(16)

16 d. Vitamin dan mineral

e. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat empedu.

f. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.

Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.

a. Aeromonasdan campylobacter

Agen antimicrobial : tmp/smz. Indikasi untuk terapi antimikrobial : dysentery,diare berkepanjangan.

b. Campylobacter

Agen antimicrobial : erythromycintatau azithromycin. Indikasi terapi antimikrobial : pada awal penyakit.

c. Clostridium difficile

Agen antimikrobial : metronidazole atauvancomycin. Indikasi terapi antimicrobial penyakit sedang hingga berat.

d. Escherichia coli.

Agen antimikrobial :metronidazole atauvancomycin. Indikasi terapi antimikrobial : penyakit sedang hingga berat.

e. Enterotoxigenic

Agen antimikrobial : tmp/smz. Indikasi terapi antimikrobial : penyakit berat atau berkepanjangan.

f. Enteropathogenic

Agen antimikrobial : tmp/smz†. Indikasi terapi antimikrobial : nursery epidemiks, penyakit pengancam jiwa.

g. Enteroinvasive

Agen antimikrobial : tmp/smz†

Indikasi terapi antimikrobial : semua pada kasus jika organism rentan

h. Salmonella

(17)

17 atau chloramphenicol atautmp/smz†. Indikasi terapianti mikrobial : pasien bayi

 Pencegahan :

a. Penggunaan air bersih dan sanitasi yang baik b. Memasak makanan dan minuman hingga matang

c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan d. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat e. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi

f. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare g. Makan dan minum secara teratur

9. Asuhan keperawatan I. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama : An. B Usia : 3 tahun Jenis kelamin : L Alamat : -

Nama orang tua : Ny.A Pekerjaan : - Pendidikan : -

Agama : -

2. Status Kesehatan Sekarang a) Keluhan utama :

 Saat MRS : berak cair tanpa ampas  Saat pengkajian : anak rewel , perut terasa

sakit dan selalu memuntahkan kembali makanan dan minuman yang di intake

b) Lama keluhan : sejak 2 hari yang lalu c) Kualitas Keluhan : -

d) Faktor Pencetus : - e) Faktor pemberat : -

(18)

18 g) Diagnosa medis : Gastroenteritis

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini

An. B sejak 2 hari yang lalu, berak cair tanpa ampas dengan frekuensi > 8 kali sehari. Ny. A mengatakan anak rewel karena perut terasa sakit dan selalu memuntahkan kembali makanan dan minuman yang diintake.

4. Riwayat Kesehatan terdahulu -

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan -

6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan - 7. Riwayat Keluarga - 8. Lingkungan Rumah - 9. Pola Aktifitas - 10. Pola Nutrisi

Anak B selalu memuntahkan semua makanan dan minuman yang di intake.

11. Pola Eliminasi a) BAB

 Frekuensi : lebih dari 8x sehari  Konsistensi : berak cair tanpa ampas b) BAK

 Frekuensi : -

 Konsistensi : urine pekat 12. Pola Istirahat dan Tidur

-

13. Pola Kebersihan Diri -

(19)

19 14. Pola Koping Keluarga

 Pengambil Keputusan : ibu atau Ny. A

 Masalah terkait anak di rumah sakit atau penyakit : Anak B berak cair tanpa ampas , mengeluh sakit peut, selalu memuntahkan makanan dan minuman yang di intake

 Perubahan yang dirasakan setelah anak sakit : Anak B rewel dan gelisah

15. Konsep Diri -

16. Pola Peran dan Hubungan -

17. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum

 Kesadaran : compos mentis

 TTV :

N = 110x/ menit RR = 22x/menit S = 37,1 0c

 TB = 88 cm BB = 14 kg b) Kepala dan leher

Mata : tampak cowong

Mulut dan tenggorokan : mukosa bibir tampak kering c) Abdomen

Perut terasa sakit d) Genetalia dan anus

Tampak kemerahan di area perineal e) Kulit dan kuku

Kulit = turgor kulit menurun 18. Hasil emeriksaan Penunjang

Na = 136 K = 3,8

(20)

20 Cl = 115

19. Terapi

Terapi cairan sesuai dengan order dokter II. Analisis data

No. Data Etiologi Masalah

Keperawatan

1. Data Subjektif:

Keluarga pasien mengeluh, pasien berak cair tanpa ampas sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi >8x/hari. Anak rewel karena perut terasa sakit, selalu memuntahkan kembali makanan dan minuman yang

diintake.

Data Objektif:

Didapatkan mukosa bibir kering tampak mata cowong, turgor kulit menurun , BB=14Kg, RR=22x/menit, T=37,1oC, HR=100x/menit, Na=136, K=3,8,Cl=115, konsentrasi urin

Bakteri, virus, parasit ↓

Masuk dalam saluran cerna

Berkembangbiak di dalam usus

Reaksi pertahanan dari E. Coli

Pertahanan tubuh menurun

Infeksius usus dan lambung

Makanan tidak dapat diserap

Tek.osmotik dalam rongga usus

Pergeseran air dan elektrolit dalam rongga

usus ↓ Merangsang mengeluarkannya ↓ Kekurangan Volume Cairan Kekurangan Volume Cairan

(21)

21 pekat.

2. Data Subjektif:

Keluarga pasien mengeluh, pasien berak cair tanpa ampas sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi >8x/hari. Anak rewel karena perut terasa sakit, selalu memuntahkan kembali makanan dan minuman yang

diintake.

Data Objektif:

Didapatkan mukosa bibir kering tampak mata cowong, turgor kulit menurun,

konsentrasi urin pekat, kemerahan area perineal.

Bakteri, virus, parasit ↓

Bakteri ion invasive ↓

Toksin bakteri meningkat

Hidrasi pada mukosa usus halus

Sekresi air, ion bikarbonat, kation, Cl, Na & K meningkat ↓ Diare Diare 3. Data Subjektif: Keluarga pasien mengeluh, pasien berak cair tanpa ampas sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi >8x/hari.

Data Objektif:

Usia 3th, didapatkan mukosa bibir kering

Agen Gastroenteritis Bakteri, virus, dan

parasit ↓

Merusak sel epitel mukosa

Absorbs air, dan elektrolit menurun

Sekresi cairan ke lumen meningkat ↓ Intoleransi laktosa ↓ Risiko Kerusakan Integritas Kulit

(22)

22 tampak mata cowong,

turgor kulit menurun, konsentrasi urin pekat, kemerahan area perineal. RR=22x/menit, T=37,1oC, HR=100x/menit. Frekuensi diare meningkat ↓

Iritasi daerah mukosa perianal

Risiko Kerusakan Integritas Kulit

III. Masalah keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif 2. Diare b.d proses infeksi

3. Resiko kerusakan integritas kulit IV. Intervensi

DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Dx: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

 Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien mampu mempertahankan hidrasi yang kuat.

 Kriteria Hasil

Klien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti: - Mukosa bibir lembab

- Turgor kulit normal (kembali <2detik) - Konsentrasi urin encer, dan jernih.

INTERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi factor penyebab, awitan (onset) spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit lain.

1. Parameter dalam menentukan intervensi kedaruratan, adanya riwayat keracunan dan usia anak atau lanjut usia

(23)

23 2. Kolaborasi skor

dehidrasi.

3. Berikan cairan parenteral, tranfusi darah sesuai indikasi.

4. Awasi hasil

laboratorium, contoh elektrolit

memebrikan tingkat keparahan dan kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Menentukan jmlh cairan yg akan diberikan sesuai derajat dehidrasi individu.

3. Memepertahankan istirahat usus akan

memadukan penggantian cairan untuk meperbaiki kehilangan (anemia). 4. Menentukan kebutuhan

dan pergantian terapi.

2. Dx: Diare berhubungan dengan proses infeksi.

 Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diare dapat teratasi

 Kriteria Hasil

- Keluarga klien mengatakan diare berkurang dan anak tidak rewel

- Bising usus normal 5-30x/menit, nyeri perut berkurang - Turgor kulit elastic, membrane mukosa bibir lembab,

mata tidak cowong.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.

1. Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan

(24)

24 2. Pantau intake dan output

3. Observasi atau catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlahnya.

4. Bantu perawatan area perineal.

5. Kolaborasi pemberian: a. antidiare

b. antimikroba

pemekatan urine. Memungkinkan untuk terapi pergantian cairan segera.

2. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus

membuat keluaran tidak adekuat untuk

membersihkan sisa metabolisme.

3. Melihat derajat diare.

4. Iritasi anal, pruritus

dapat terjadi karena diare.

5. Digunakan untuk menurunkan frekuensi diare, yg paling sering diberikan :loperamide (imodium). Diberikan sesuai jenis mikroba penyebab diare

3. Dx: Risiko kerusakan integritas kulit.

 Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

 Kriteria Hasil

(25)

25 - Pasien menunjukkan perilaku mempertahankan integritas

kulit

- Tidak ada iritasi kulit.

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi kemerahan dan TTV kulit sekitar area perineal.

2. Diskusikan tentang

pentingnya kebersihan area perineal dan jaga agar tetap kering.

3. Anjurkan menggunakan pelindung kulit dan barier pelembab sesuai kebutuhan. 4. Dorong pasien untuk

mengikuti rutinitas perawatan kulit, yaitu: - Mengelap atau

mengeringkan area perineal setelah defekasi. - Membersihkan dengan

nola kapas.

1. Untuk mengetahui sejauh mana iritasi pada area perineal terjadi. 2. Memberikan pengetahuan agar pasien memperhatikan kebersihan. 3. Mencegah terjadinya iritasi yang berlebihan.

4. Mencegah terjadinya iritasi kulit.

(26)

26 Daftar pustaka

Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC Corwin, E.S. 2000. Buku saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Hidayat, Alimul, Aziz, A. 2006. Pengantar ilmu Keperawtan anak. Jakarta : Salemba Medika

Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,ed.3 jilid 2. Jakarta.: Media Ausculapius

Muttaqin arief. 2011. Ganggguan gastrointestinal. Jakatra: Salmeba medika

Referensi

Dokumen terkait

Kertas yang sangat tipis dan berserat dan biasa digunakan untuk membersihkan sesuatu. Berdasarkan jenis-jenis kertas tersebut, jenis kertas yang paling memungkinkan untuk

Investment opportunity set tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio karena perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi yang besar tidak ada

terkandung dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan berbangsa

Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. Selain melalui

4.Suatu tempat parkir yang luasnya 00 m2 digunakan untuk memarkir sebuah mobil dengan rata  : rata 10 m2 dan untuk bus rata : rata 20 m2 dengan daya tampung hanya 24 kendaraan.

Karena indikasi-indikasi pada layar osiloskop mengukur waktu antara pantulan pulsadari permukaan depan dan belakang, maka  jarak indikasi adalah merupakan ketebalan

mengandung bahan korosi, harus terbuat dari bahan yang memenuhi syarat bagi pemasangan di tempat itu dan harus dipasang demikian rupa sehingga air tidak dapat masuk atau

Pada tugas akhir ini akan digunakan Incremental Genetic K-Means Algorithm yang merupakan pengembangan dari Genetic K-Means Algorithm(GKA)dalam melakukan klasterisasi