• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab memerlukan adanya kemampuan yang besar untuk menggali sumber keuangan sendiri, salah satu sumber keuangan yang bisa dikembangkan oleh pemerintah daerah adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah, yang merupakan salah satu komponen PAD, seharusnya merupakan sumber penerimaan utama bagi daerah, sehingga ketergantungan daerah kepada Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan) semakin berkurang. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan pajaknya, termasuk dalam menggali potensi penerimaan pajaknya (Sutedi, 2009), yang kemudian Undang-undang tersebut direvisi dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 dan diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009. Wewenang yang lebih besar tersebut hendaklah mendorong pemerintah daerah semakin bisa mengoptimalkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerahnya.

Kota Yogyakarta sebagai daerah yang identik dengan kota wisata dan pendidikan, setiap tahunnya terus dipadati pendatang baik itu wisatawan maupun pelajar dan mahasiswa, hal tersebut menjadikan kota ini berkembang pesat dan semakin padat dengan luas wilayah yang hanya sebesar 32 km2 saja. Perkembangan kepariwisataan yang pesat akan mendorong berkembangnya pertumbuhan hotel dan restoran sebagai sarana penunjang wisatawan untuk tinggal, serta fasilitas lain sebagai pendukungnya, seperti semakin maraknya fasilitas hiburan dan juga perbelanjaan. Kondisi tersebut akan menyebabkan potensi pajak dan retribusi daerah yang dapat di pungut oleh Kota Yogyakarta akan berkembang semakin besar. Tentu saja akan berimbas pada pendapatan pajak dan retribusi daerah yang akan semakin meningkat. Dalam tabel berikut dapat dilihat peningkatan pendapatan pajak daerahnya:

(2)

Tabel 1.1

Pendapatan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Yogyakarta Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah

(Rp) (Rp) 2006 43.997.150.025 24.704.781.396 2007 54.783.202.892 29.197.466.013 2008 62.452.770.490 34.940.602.210 2009 71.852.539.011 11.330.601.054 2010 78.254.579.242 18.931.522.161 Sumber: DPDPK tahun 2012

Pajak daerah dan retribusi daerah dari tahun ke tahun selalu meningkat, penurunan retribusi daerah pada tahun 2009 disebabkan karena adanya retribusi yang tidak dipungut lagi sehubungan dengan adanya perubahan peraturan. Kemudian apabila dilihat dari besarnya kontribusi pajak daerah terhadap PAD dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2

Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD

Tahun PAD Pajak Daerah Kontribusi

(Rp) (Rp) terhadap PAD 2006 96.419.456.304 43.997.150.025 46% 2007 114.098.350.942 54.783.202.892 48% 2008 132.431.571.514 62.452.770.490 47% 2009 106.586.695.379 71.852.539.011 67% 2010 123.282.467.147 78.254.579.242 63% Sumber: DPDPK tahun 2012.

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa besarnya kontribusi pajak daerah terhadap PAD selalu meningkat, peningkatan terbesar pada tahun 2009 yaitu meningkat sebesar 20% dari tahun sebelumnya, namun ada penurunan sebesar 4% pada tahun 2010 yang dikarenakan kenaikan retribusi daerah yang signifikan, setelah mengalami penurunan karena beberapa jenis retribusi yang tidak dipungut lagi. Presentase dari kontribusi yang lebih dari 50% menunjukkan bahwa pajak daerah masih merupakan andalan dalam mendapatkan PAD.

(3)

Salah satu jenis pajak daerah yang dikelola oleh pemerintah kota Yogyakarta adalah pajak reklame. Pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan yang potensial untuk membiayai pembangunan kota, perkembangan sektor usaha yang pesat akan membawa dampak terhadap kebutuhan organisasi akan promosi dan publikasi melalui media iklan salah satunya dengan reklame, hal tersebut berimbas pada pertumbuhan objek pajak reklame yang akan semakin meningkat. Penerimaan PAD dari pajak reklame dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.3

Penerimaan pajak Reklame terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Yogyakarta tahun 2006-2011

Tahun Pajak Daerah Pajak Reklame Kontribusi thd

(Rp) (Rp) Pajak Daerah 2006 43.997.150.025 2.224.859.637 5,06% 2007 54.783.202.892 3.619.969.265 6,61% 2008 62.452.770.490 4.962.578.175 7,95% 2009 71.852.539.011 5.044.559.994 7,02% 2010 78.254.579.242 4.639.213.808 5,93% Sumber: DPDPK Kota Yogyakarta 2012.

Tabel di atas menunjukkan bahwa kontribusi yang disumbangkan oleh pajak reklame dalam penerimaan pajak daerah memang tidak begitu besar. Rata-rata kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah setiap tahunnya sebesar 6,51%. Apabila dibandingkan dengan kondisi di lapangan yang begitu padatnya pemasangan reklame terutama di jalan-jalan utama Kota Yogyakarta (lihat Gambar 1.1), serta opini yang berkembang di masyarakat umum tentang mahalnya biaya pemasangan reklame, sangat mengherankan bahwa kontribusi terhadap total pendapatan pajak begitu sedikit. Walaupun dapat dikatakan bahwa pajak reklame memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan Pajak Daerah. Karena selain mendapatkan pendapatan dari pajaknya, Kota Yogyakarta juga mendapatkan kontribusi sumbangan dari pemasang reklame terhadap keindahan kota dari pemasang reklame yang diwujudkan dalam dana maupun dalam wujud fisik, misalnya taman-taman kota, besarnya sumbangan dari pemasangan pajak reklame tersebut

(4)

tergantung dari lokasi dan nominal yang dibayarkan wajib pajak. Namun begitu tetaplah penting untuk mengetahui apakah terhadap reklame-reklame tersebut sudah dilakukan pembayaran pajaknya.

Intisari-online.com Gambar 1.1

Padatnya Reklame

Optimal atau tidaknya pemungutan suatu pajak dilakukan dengan membandingkan dengan potensinya, dalam tabel berikut ditunjukkan potensi dan realisasinya untuk pajak reklame:

Tabel 1.4

Potensi dan Realisasi Pajak Reklame

Tahun Potensi Realisasi

(Rp) (Rp)

2010 6.072.459.768 4.639.213.808 2011 6.831.517.239 5.439.731.728 Sumber dari P3ADK

Berdasarkan perhitungan potensi yang dihasilkan oleh bagian P3ADK memperlihatkan bahwa realisasi pajak reklame pada tahun 2010 baru sebesar 79% dan pada tahu 2011 sebesar 76% dari potensi yang diperkirakan. Dengan demikian masih ada potensi yang belum bisa diraih sebesar 21% sampai dengan 24% yaitu kira-kira Rp 1,39 milyar sampai 1,43 milyar.

(5)

Sedangkan apabila dilihat dari realisasi berdasar target yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5

Penerimaan Pajak Reklame Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2006-2011 No Tahun Target Realisasi Pencapaian

(Rp) (Rp) 1 2006 2.369.800.000 2.224.859.637 94% 2 2007 3.100.000.000 3.619.969.265 117% 3 2008 5.492.500.000 4.962.578.175 90% 4 2009 5.000.000.000 5.044.559.994 101% 5 2010 5.100.000.000 4.639.213.808 91% 6 2011 5.355.000.000 5.439.731.728 102% Sumber: DPDPK Kota Yogyakarta 2012.

Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan pajak reklame menunjukkan bahwa rata-rata target selama enam tahun tersebut hanya tercapai 99,07%, namun apabila tahun 2006 dikeluarkan dari tabel karena pengaruh bencana gempa bumi yang terjadi di tahun tersebut sangat besar mempengaruhi pajak ini rata-rata pencapaian sebesar 100,11%. Pada tahun 2008 dan 2010 target tidak dapat tercapai tanpa adanya alasan khusus yang mendasari. Padahal, hal tersebut tidak terjadi pada jenis pajak yang lain, data pencapaian target selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.6

Pencapaian Target Pajak Daerah tahun 2006-2011

Jenis Pajak 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pajak Hotel 88 121 110 101 103 111 Pajak Restoran 102 104 101 114 107 103 Pajak Hiburan 105 114 123 162 108 102 Pajak Reklame 94 117 90 101 91 102 PPJ 123 105 103 107 106 107 Parkir 121 107 107 135 113 111 Sumber: DPDPK 2012.

Dari tabel diatas terlihat bahwa target pajak reklame tidak tercapai dalam tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2010. Hal tersebut tidak terjadi

(6)

pada jenis pajak lain. Kemudian apabila dicermati kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan pajak daerah pun juga terus menurun, seperti terlihat pada tabel 1.3 diatas. Dari kontribusi pada tahun 2008 yang sebesar 7,9% pada tahun berikutnya menurun menjadi 7%, pada tahun 2010 sebesar 5,9%, dan 6,2% pada tahun 2011.

DPRD Kota Yogyakarta menduga selama ini terjadi kebocoran dalam pemungutan pajak reklame yang cukup besar. Hal tersebut dibuktikan bahwa hanya di Jalan Malioboro mulai ujung utara sampai pertigaan Jalan Dagen saja diketahui lebih 60 persen papan reklame yang terpasang tak berizin. Dari 52 papan reklame berjenis billboard, 32 di antaranya tak berizin. Sebanyak 32 billboard tersebut tidak memberi kontribusi pajak sama sekali ke Pemkot Jogja (Radar Jogja online, 26 Juni 2012). Ditengarai hal tersebut terjadi merata di seluruh Kota Yogyakarta.

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan pendapatan daerah di Kota Yogyakarta yaitu tentang pemungutan retribusi parkir juga menghasilkan kesimpulan bahwa pemungutan retribusi parkir di Kota Yogyakarta tidak optimal karena penerimaan daerah dari retribusi parkir hanya didasarkan pada target yang ditetapkan, sementara penentuan target pendapatannya ditentukan terlalu rendah. Didapati bahwa realisasi retribusi parkir di TKP Sriwedani hanya 8,3% dari potensi dan di TKP Malioboro II hanya sekitar 27-36% dari potensi (Novita, 2011). Diperkirakan fenomena tersebut juga terjadi pada pendapatan pajak reklame mengingat banyaknya persamaan karakteristik yang ada berkaitan dengan pemungutannya.

Oleh karena itu penting kiranya untuk mengetahui penyebab kurang optimalnya upaya pengelolaan pajak reklame di Kota Yogyakarta, padahal sebagai kota yang perkembangannya pesat seharusnya potensi pajak juga akan berkembang pesat yang bermuara pada peningkatan pendapatan pajak reklame yang seharusnya juga akan meningkat dengan pesat.

1.2. Perumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh hal tersebut dengan rumusan masalah: “mengapa pengelolaan pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh DPDPK Kota Yogyakarta kurang optimal”.

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab tidak optimalnya pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh DPDPK Kota Yogyakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai bahan kajian kebijakan publik tentang pengelolaan pajak reklame di kabupaten atau kota sebagai sumber pendapatan daerahnya, selain itu sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pengelolaan pajak daerah terutama pajak reklame.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan karena adanya kasus yang terjadi di lapangan yang menarik untuk dianalisis lebih jauh. Penelitian tentang upaya pemungutan pajak reklame di Kota Yogyakarta belum pernah dilakukan, demikian juga penelitian tentang upaya pemungutan pajak reklame di daerah lain. Adapun beberapa tulisan tentang pajak reklame yang dilakukan antara lain:

1. Tesis tentang upaya peningkatan penerimaan pajak reklame di Kabupaten Magelang oleh Indari Magister Akuntansi UGM tahun 2008 2. Tesis mengenai strategi peningkatan penerimaan pajak reklame untuk

meningkatkan PAD pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru yang ditulis oleh Dewi Chandra Ningsih dari MAP UGM tahun 2009.

Gambar

Gambar 1.1  Padatnya Reklame

Referensi

Dokumen terkait

Hasil data membuktikan bahwa Surat Kabar Harian Surya Malang melakukan penerapan kode etik jurnalis sesuai pedoman UUD yang diterapkan di Indonesia untuk wartawan agar

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan FGD pada orang tua atau keluarga korban, anak yang menjadi korban, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pejabat dari instansi terkait,

Kerusakan yang terjadi pada bahan perpustakaan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu menurut Martoatmodjo (2009, hlm. 2.3) : a) Faktor Biologi, Kerusakan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750