• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN

DI KOTA BOGOR

(Studi Kasus Jalan Pajajaran)

Yudi Rusdianto A34203020

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

SISTEM INFORMASI POHON

PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR

(Studi Kasus Jalan Pajajaran)

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Bidang Arsitektur Lanskap

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

OLEH : YUDI RUSDIANTO

A34203020

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(3)

RINGKASAN

YUDI RUSDIANTO. SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr

Untuk mengetahui tingkat usaha pemantauan pengelolaan pohon maka harus diketahui data seperti inventarisasi pohon di jalur hijau jalan, prasarana dan saran jalur hijau jalan serta tingkat intensitas kegiatan pemeliharaan serta data lain yang terkait. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengendaliaan faktor pembatas yaitu ketersediaan informasi.

Pohon yang diamati adalah pohon tepi jalan yang berada di bawah pengelolaan PEMDA Bogor yang letaknya di tepi jalan dan trotoar. Secara umum penelitian dibagi menjadi dalam 4 tahap: (1) Pengumpulan data pohon di lapang, (2) Pemetaan data pohon, (3) Pengelolaan data pohon, dan (4) Penyajian akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan merancang Sistem Informasi Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor Kususnya Jalan Pajajaran. Dalam pengambilan data di lapang dilakukan kegiatan berupa inventarisasi atau pendataan jenis pohon serta pengambilan titik kordinat pohon dengan mengunakan GPS, Pengukuran terhadap fisik pohon berupa tinggi pohon, diameter batang, lebar tajuk serta keseimbangan batang dan tajuk. Serta dilakukan penilaian terhadap kerusakan hama penyakit dan kerusakan mekanik individu pohon.

Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapang kemudian dipetakan menggunakan software ArcView melalui titik kordinat pohon yang diambil dengan GPS. Untuk pengolahan data spasial yang dilakukan dengan menggunakan ArcView sedangkan pengelolaan data atribut berupa angka dan huruf dengan program MS Excel XP dan Penyajian akhir secara digital di kemas dengan mengunakan MS4W (MapServer for Windows).

Berdasarkan studi yang dilakukan pada Jalan Pajajaran di Kota Bogor diperoleh data pohon sebanyak 965 pohon meliputi pedestrian kiri, median jalan, dan pedestrian kanan. Dari penilaian kondisi fisik pohon didapatkan kondisi pohon di Jalan Pajajaran termasuk dalam kategori peringkat 1 dengan persentase sebesar 80.0 % dimana kerusakan sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak ada (0 – 15%).

Sistem Informasi Pemeliharaan Pohon Tepi Jalan di Jalan Pajajaran dengan menggunakan metode SIG (Sistem Informasi Geografi) dapat menyajikan informasi spasial berupa peta sebaran pohon yang mempunyai hubungan dengan informasi (atribut). Informasi yang diberikan dapat berupa informasi posisi pohon dengan informasi ciri fisik dan rekomendasi terhadap pemeliharaan yang akan dilakukan. Penyajian basisdata pohon dilakukan dengan menggunakan program MS Excel XP. Serta diharapkan Penyajian akhir yang di kemas dengan mengunakan MS4W (MapServer for Windows) dapat memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi.

(4)

Judul skripsi : SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran).

Nama : Yudi Rusdianto

NRP : A 34203020

Disetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr NIP. 131 578 797

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP. 131 124 019

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Sistem Informasi Pohon Pada Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor Studi Kasus Jalan Pajajaran. Diharapkan penelitian ini dapat berguna.

1. Terima kasih kepada keluarga yang selalu mendukung saya, kepada Bapak Rusdi Djanan dan Ibu Rosmiati selaku kedua orang tua saya, saudara-saudara dan seluruh keluarga yang saya cintai dan saya banggakan. Permohonan maaf atas kesalahan dan kekhilafan serta beban yang telah saya berikan kepada keluarga semuanya,

2. Ucapan terima kasih tulus kepada Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan tenaga, membimbing dan selalu membantu sehingga penelitian dan tulisan ini dapat saya selesaikan,

3. Kepada Ir. Marietje Wungkar, MSi sebagai Pembimbing Akademik, terima kasih atas bantuan dan saran-sarannya,

4. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan, yang siap membantu dalam kesusahan, menasehati disaat aku melakukan kesalahan, dan selalu bisa berbagi cerita bahagia dan sedih,

5. Kepada semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih,

Penulis tidak bisa mengingkari kalau penulisan ini belumlah sempurna, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT, sehingga penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ini dan sangat berharap bila tulisan ini bisa bermamfaat untuk kita semua.. amin

Bogor, 14 Febuari 2008

(6)

Penulis terlahir 22 tahun silam, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 1985 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, dari seorang ibu yang bernama Rosmiati dan bapak yang bernama Rusdi Djanan. Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh sebelumnya, yaitu Sekolah Dasar pada SDN 16 Surau Gadang Siteba Padang, dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah tingkat menengah pada SLTPN 3 Bayang, dan menyelesaikannya pada tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Bayang, alhamdulillah menyelesaikan tepat waktu pada tahun 2003, dan berkat rahmat-Nya, penulis diizinkan untuk mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, karena pada tahun yang sama penulis diterima pada Jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanaian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Suatu nikmat dan rahmat yang tidak terhingga penulis rasakan dapat mengenyam pendidikan, sehingga penulis memamfaatkan masa pendidikan semaksimal mungkin. Selama itu, baik masa di bangku sekolah maupun di bangku perkuliahan, penulis mengisi waktu kosong dengan aktif pada beberapa organisasi.

(7)

DAFTAR ISI No Teks Halaman DAFTAR ... iv DAFTAR GAMBAR ... v I. PENDAHULUAAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Penelitian ... 2 1.3. Kegunaan Penelitian ... 2

1.4. Ruang Lingkup Studi ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Hijau ... 3

2.2. Jalan ... 4

2.3. Jalur Hiaju Jalan ... 5

2.4. Karakteristik Pohon ... 6

2.5. Pemeliharaan Pohon ... 8

2.6. Sistem Informasi ... 8

III. METODA 3.1. Tempat dan Waktu ... 10

3.2. Alat dan Bahan ... 10

3.3. Metoda ... 11

3.3.1. Pengumpulan Data Pohon di Lapang ... 11

3.3.2. Penilaian Kondisi Fisik Pohon ... 13

3.3.3. Pemetaan Data Pohon ... 16

3.3.4. Pengolahan Basis Data Pohon ... 16

3.3.5. Penyajian Hasil ... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi ... 19

4.1.1. Lokasi ... 19

4.1.2. Klimatologi ... 19

4.1.3. Panjang Jalur Jalan ... 19

4.1.4. Tata Guna Lahan ... 20

4.1.5. Tata Hijau Jalan ... 20

4.2. Pengumpulan Data ... 21

(8)

4.4.1. Pengukuran Fisik Pohon ... 22

4.4.1.1. Jalur Hijau Pedestrian Kiri ... 22

4.4.1.2. Jalur Hijau Median ... 25

4.4.1.3. Jalur Hijau Pedestrian Kanan... 28

4.4.2. Pengukuran Kondisi Fisik ... 31

4.4.2.1. Kerusakan Hama dan Penyakit ... 31

4.4.2.2. Kerusakan Mekanik ... 34

4.5. Manajemen Pemeliharaan ... 36

4.5.1. Pemangkasan Tinggi... 36

4.5.2. Pemangkasan Lebar Tajuk ...37

4.5.3. Pengendalian Kerusakan Hama dan Penyakit ... 38

4.5.4. Penambalan Pada Pohon Berlubang ...38

4.5.5. Penebangan Pohon... 40

4.5.6. Pemupukan ... 40.

4.6. Pengolahan Data ...41

4.6.1. Pengolahan Database Dengan Excel ... 41

4.6.2. Pengolahan Database Dengan ArcView ……….. 42

4.7. Penyajian Hasil ………... 47

4.7.1. Instalasi MS4W………... 48

4.7.2. Penggunaan MS4W MapServer for Windows ……….. 45

V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran... 52

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No Teks

Halaman

1. Klasifikasi Diameter Batang Pohon ... 11

2. Klasifikasi Kelas Tinggi Pohon ... 12

3. Klasifikasi Kelas Lebar Tajuk Pohon ... 12

4. Skoring Kerusakan pada Pangkal Akar dan Batang ... 13 5. Skoring Kerusakan pada Cabang dan Daun ... 13 6. Kerusakan Mekanik pada Pohon ... 15

7. Penyebaran Jumlah dan Jenis Pohon ... 22

8. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kiri ... 22

9. Jenis dan Jumlah Pohon Di Median ... 25

10. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kanan ... 28

11. Peringkat Kerusakan Hama dan Penyakit Di Jalan Pajajaran ... 31

12. Peringkat Kerusakan Mekanik Di Jalan Pajajaran ... 34

(10)

No Teks Halaman

1. Bagan-bagan jalan ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 10

3. Tampilan Arsitektur Aplikasi Web-GIS dengan MapServer ... 17

4. Bagan Kerangka Kerja ... 18

5. Penomoran Pada Pohon ... 21

5. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di PL ... 23

7. Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di PL ... 23

8. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di PL ... 24

9. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Di PL ... 24

10. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di Median ... 26

11. Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di Median ... 26

12. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di Median ... 27

13. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Di Median ... 27

14. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon Di PR ... 29

15. Jumlah dan Persentase DBH Pohon Di PR ... 29

16. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon Di PR ... 30

17. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Pohon Di PR ... 30

18. Pohon Yang Ditumbuhi Epifit ... 32

19. Pohon Yang Ditumbuhi Benalu ... 32

20. Gerowong Pada Pohon ... 33

21. Kerusakan Mekanik Akibat Vandalisme Yang Ditemui Di Lapang ... 33

22. Sayatan Pada Pohon ... 35

23. Tahap Pemotongan Pada Dahan Pohon... 38

24. Metode Cavity Treatment ... 39

25. Database Jalur Hijau Jalan ... 41

26. Tampilan Add Theme Pada ArcView ... 42

27. Tampilan Extension Pada ArcView ... 43

28. Tampilan Peta Bogor dan Titik Pohon ... 43

29. Informasi Yang Ditampilkan Dengan Mengklik Identify Pada Salah Satu Titik Pohon ... 44

(11)

30. Informasi Yang Ditampilkan Dengan Open Theme Table ... 45

31. Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Median dan Identify Results ... 45

32. Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kiri dan Identify Results ... 46

33. Tampilan Peta Serta Titik Pohon Jalur Pedestrian Kanan dan Identify ... 46

34. Tampilan Posisi MS4W dan Tampilan Sub-direktori ... 47

35. Tampilan Browsing pada Localhost ... 48

36. Tampilan MapServer Saat Browsing pada localhost ... 49

37. Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Median ... 50

38. Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian kiri ... 50

39. Tampilan Informasi dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan ... 51

40. Tampilan dengan Mengaktifkan Layer Jalan dan Titik Pohon Pedestrian Kanan dengan Detail Informasi ... 51

(12)

1.1. Latar Belakang

Kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan pusat aktivitasnya seperti industri, perdagangan, pendidikan dan jasa. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Kebutuhan akan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus meningkat.

Pesatnya pembangunan di kota Bogor semakin memicu peningkatan populasi penduduk. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah maupun ragam kegiatan masyarakat. Sekarang ini kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau atau RTH meningkat, disebabkan oleh adanya penurunan kualitas lingkungan perkotaaan sebagai akibat tidak langsung dari aktifitas yang dilakukan masyarakat itu sendiri. Selain mengalami berbagai pencemaran, dampak lainnya adalah menurunnya kualitas serta ketersediaan air. Di satu pihak, pembangunan di perkotaan telah meningkatkan kesejahteraan manusia, tetapi di lain pihak terjadi degradasi mutu lingkungan hidup dan pada gilirannya kesehatan manusia dan mahkluk hidup lainnya terganggu.

RTH mempunyai peran yang penting dalam suatu kawasan perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan alami perkotaan ini. Fungsi dan manfaat yang didapatkan dari RTH ini terutama untuk kawasan perkotaan adalah dalam bentuk kenyamanan fisik, ekologis, sosial, dan arsitektural (Nurisjah, 1997).

Salah satu bentuk hutan kota menurut Dahlan (1992) adalah jalur hijau jalan dengan elemen utama pohon tepi jalan. Kehadiran pohon tepi jalan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi pengguna jalan karena memiliki sifat fisiologis antara lain kemampuan menyerap polusi dan penghasil oksigen. Selain itu pohon memiliki sifat fisik yang dapat memberikan nilai estetika dari bentuk, testur, warna, aroma dan bagian lainnya.

Pembangunan yang lebih mengarah pada pembangunan fisik telah menyampingkan keberadaan ruang terbuka hijau, khususnya jalur hijau jalan. Hal ini mempengaruhi kondisi fisik yang ada pada pohon dengan terlihatnya berbagai gejala kerusakan secara fisik dan visual. Dengan gejala kerusakan yang ada dapat mempengaruhi kualitas lingkungan kota. Oleh sebab itu pengembangan,

(13)

penggelolaan, dan pemeliharaan jalur hijau harus ditangani dengan serius terutama pada lingkungan perkotaan.

Untuk mengetahui tingkat usaha pemantauan penggelolaan pohon maka harus diketahui data seperti inventarisasi pohon di jalur hijau jalan, prasarana dan sarana jalur hijau jalan serta tingkat intensitas kegiatan pemeliharaan serta data lain yang terkait. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha pengendaliaan faktor pembatas yaitu ketersediaan informasi.

Sehingga sistem informasi mengenai penggelolaan jalur hijau khususnya pohon terutama di jalan protokol yang ada di kota Bogor, dapat dijadikan pedoman dalam pertimbangan untuk Penggelolaan, pemanfaatan dan pengembangan jalur hijau dan dapat memberikan teknik penggelolaan pemeliharaan yang lebih efisien.

1.2. Tujuan Penelitian

Menyusun dan merencanakan sistem informasi yang berbasis komputer dengan menampilkan data base yang terhimpun dari lapang dan dikemas dalam bentuk aplikasi program MS4W (MapServer for Windows) serta rekomendasi teknik pemeliharaan pohon di jalur hijau jalan di kota Bogor.

1.3. Manfaat Penelitiaan

Diharapkan dapat memberikan informasi dan pedoman terhadap semua pihak baik itu pemerintah daerah Kota Bogor, masyarakat umum serta akademisi. Bagi pemerintah daerah tersedianya data base pohon jalan Pajajaran, dan tersedianya rekomendasi sebagai pertimbangan pemeliharaan pohon. Masyarakat umum dapat mengakses dan mengetahui informasi yang ada pada data base pohon, dan bagi akademisi memperoleh pengetahuan mengenai penyusunan basis data berbasis komputer dan dapat dijadikan sebagai pedoman terhadap penelitian lebih lanjut.

1.4. Ruang Lingkup Studi

Penelitian dibatasi pada Jalan Pajajaran karena jalan ini merupakan jalan utama dengan intensitas kendaraan yang melaluinya cukup tinggi di kota Bogor.

(14)

2.1 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka (open space) dalam Daftar Istilah Dinas Pertamanan DKI (2001) adalah lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan dengan jarak bangunan yang saling berjauhan; ruang terbuka ini dapat berupa pertamanan, tempat olahraga, tempat bermain anak, perkuburan, dan daerah hijau pada umumnya. Selain itu Simonds (1983) mengemukakan bahwa ruang terbuka

memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga

keberlangsungan hidupnya.

Ruang terbuka hijau pada dasarnya adalah ruang terbuka baik dalam bentuk area kawasan maupun dalam bentuk memanjang atau jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertaniaan, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988). Selanjutnya Ruang Terbuka Hijau disebutkan sebagai ruang-ruang dalam kota baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka hijau ditinjau dari segi tujuan, yaitu (1) untuk tujuan konservasi; (2) untuk keindahan kota; (3) sebagai fungsi untuk kegiatan tertentu; (4) pengaturan lalu lintas; (5) sarana olahraga bagi kepentingan lingkungan perumahan; (6) untuk kepentingna flora dan fauna seperti kebun binatang; (7) untuk halaman bangunan.

Menurut Carpenter et all. (1975) lingkungan hijau adalah sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, menolong manusia mengatasi tekanan-tekanan kebisingan, udara yang panas, dan polusi udara di sekitarnya, serta sebagai pembentuk kesatuan ruang. Tanaman merupakan elemen dari RTH. Menurut Grey dan Deneke (1978) tanaman memiliki empat fungsi utama yaitu : (1) fungsi memperbaiki iklim yaitu yang berperan dalam modifikasi suhu dan kelembaban udara sebagai pelindung dari pengaruh udara, (2) fungsi teknis yaitu tanaman berperan dalam mencegah erosi, melindungi ketersediaan air, meredam suara, mengurangi populasi udara, mengurangi silau pantulan cahaya matahari dan mengontrol lalu lintas, (3) fungsi arsitektur, (4) fungsi keindahaan.

(15)

2.2. Jalan

Jalan merupakan sarana penting untuk transportasi barang dan penumpang, keberadaan kendaraan di jalan memberikan beragam dampak negatif seperti polusi udara, bising, kabut asap, kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu pengembangan RTH jalan akan memberikan kenyamanan, keindahan, dan mengurangi dampak negatif dari kendaraan bermotor.

Jalan yang baik memiliki perlengkapan dan kelengkapan jalan. Perlengkapan jalan dapat berupa : (1) jembatan; (2) gorong-gorong; (3) terowong; (4) guard rel; (5) retaining wall. Sedangkan kelengkapan jalan diantaranya : (1) rambu jalan; (2) lampu penerang jalan; (3) pagar pinggir jalan; (4) jam jalan.

Menurut Haris dan Dines (1988), jalan dikelompokkan berdasarkan peranannya yaitu:

1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, volume satuaan angkutan rata-rata besar dan jalan masuk dibatasi secara efisien.

2. Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagiaan dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang dengan volume satuan angkutan dan kecepatan rata-rata sedang, serta jumlah kendaraan yang masuk dibatasi.

3. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek dengan kecepatan rata-rata rendah dan volume satuan angkutan rata-rata kecil serta jumlah jalan masuk dibatasi.

Gambar 1. Bagan jalan

Peratauran Pemerintah Republik Indonesia No. 26 tahun 1985 membagi jalan menjadi tiga bagian :

(16)

1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan.

2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukan bagi damaja dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengguna jalan.

3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), merupakan ruang sepanjang jalan di luar damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukan untuk pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 tahun 1985 tentang penempatan tanaman pada sistem jaringan jalan dapat dilakukan di luar Damaja, di batas damaja , atau median jalan. Tanaman sebagai salah satu elemen lanskap yang mempunyai fungsi tertentu dalam lanskap. Tujuan penanaman jalur tepi jalan adalah untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapis jalur lalu lintas, dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pandangan tidak menarik, menghilangkan kesilauaan, serta mengurangi polusi udara dan polusi suara (Simonds,1983).

RTH jalan dapat memberikan keselamatan, kenyamanan bagi pemakai jalan serta meningkatkan kualitas fisik dan visual di sekitar jalan. Elemen tanaman di sepanjang jalan harus dapat pula mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor di jalan dan memberikan komposisi keindahan dan kenyamanan terhadap lingkungan di sekitar jalan.

2.3. Jalur Hijau Jalan

Salah satu bentuk jalur hijau adalah jalur hijau jalan. Terdapat beberapa struktur pada jalur hijau jalan yaitu daerah sisi jalan, median jalan, maupun pulau lalu lintas (traffic islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi bentukan alam.

(17)

Simonds (1983) menyatakan bahwa karakter dan tingkat kelayakan untuk hidup dari sebuah kota sangat ditentukan oleh kondisi alamnya dan pengaturan ruang-ruang terbukanya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bentuknya berupa tepi laut, jalur biru, jalur hijau, taman kota dan area rekreasi dan lain-lain. Bentuknya jalur hijau dapat berupa jalan raya lintas, jalan raya yang berumput tengahnya, koridor transportasi, lereng, jalan setapak, jalur jogging dan jalur sepeda.

Jalur hijau merupakan daerah hijau sekitar lingkungan pemukiman atau sekitar kota, yang bertujuan mengendalikan pertumbuhan pembangunannya, mencegah dua kota atau lebih menyatu, mempertahankan daerah hijau, rekreasi ataupun daerah resapan hujan, di daerah ini tidak diperbolehkan ada bangunan apapun (Daftar Istilah Dinas Pertamanan, 2001). Menurut Arifin (1993) jalur hijau jalan merupakan ruang terbuka hijau yang memanjang baik yang berada di sisi jalan maupun sebagai pemisah atau median jalan. UU No. 23/1997 tentang penggelolaan lingkungan hidup menyebutkan bahwa jalur hijau diperuntukan sebagi resirkulasi udara sehat bagi masyarakat guna mendukung kenyamanan lingkungan dan sanitasi yang baik.

Penanaman jalur hijau jalan merupakan hal penting dalam merancang dan mengelola ruang serta memecah masalah (Booth, 1983). Vegetasi merupakan faktor penting dalam lingkungan sehingga pemilihan vegetasi harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan karakteristik vegetasi yang ditanam, terutama untuk penanaman jalur hijau di lingkungan perkotaan yang berada di lingkungan yang penuh polusi dan keadaan yang kurang mendukung. Pemilihan tanaman untuk suatu lanskap harus memperhatikan aspek agronomis, arsitektural tanaman dan nilai identitas tertentu, misalnya tanaman langka, unik, eksklusif dan lainnya (Nurisjah, 1991).

2.4. Karakteristik Pohon

Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lanskap jalan (Ditjen Bina Marga, 1996), antara lain: (1) perakaran tidak merusak konstruksi jalan. (2) mudah dalam perawatannya. (3) batang/percabangannya tidak mudah patah. (4) daun tidak mudah rontok atau gugur.

Menurut Sulistyantara (2006) dasar pemilihan tanaman yaitu: 1) sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. 2) toleran terhadap polusi udara/ mempunyai kemampuan tinggi dalam mengurangi polusi udara. 3) pemeliharaan 6

(18)

minimum. 4) sesuai dengan fungsi yang ingin dimunculkan apakah keselamatan, konversi lingkungan atau estetika.

Pohon yang normal memiliki 3 karakteristik standar yaitu sistem percabangan yang simetris dan rimbun, bentuk daun yang menarik dan perakaran yang sehat (Pirone, 1972). Kriteria tanaman jalan dalam kota adalah 1) pohon penaung dengan tinggi sedang atau tinggi < 15 m. 2) bentuk tajuk pohon bulat atau kolumar. 3) tinggi cabang paling bawah 5 m. 3) tidak membahayakan pengguna jalan : tidak berduri, berbiji besar dan percabangan kuat. 4) perakaran tidak ektensif, sehingga tidak merusak trotoar dan saluran drainase (Sulistyantara, 2006).

Tanaman pohon tua akan layak hidup dan dipertahankan bila dilihat dari 2 aspek yaitu, (1) tingkat kerusakan pada akar atau pada tajuk (batang dan cabang) pohon, (2) lingkungan tumbuh, baik tanah maupun space yang masih cukup untuk pohon berdiri tegak dan optimum untuk pertumbuhan. Kerusakan yang parah pada akar atau tajuk, dan lingkungan tumbuh khususnya space bagi akar yang tidak cukup bagi pohon tua/besar menyebabkan pohon tua tersebut tidak layak lagi dipertahankan. Namun bila space untuk akar masih tersedia cukup, bila tidak terdapat kerusakan yang parah (tidak akan tumbang), sedang pertumbuhan tidak optimum, maka pohon tersebut masih layak dipertahankan dengan memperbaiki lingkungan tumbuh pohon tua tersebut (Nasrullah, 2005).

Pohon yang tumbuh sehat pada jalur hijau kota menampilkan sifat fisik yang diinginkan sesuai desain penanaman, ditentukan oleh faktor (1) pemilihan tanaman, (2) metode penanaman, dan (3) pengelolaan pemeliharaan tanaman pasca penanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).

(19)

2.5. Pemeliharaan Pohon

Pemeliharaan pohon dibedakan dalam dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrol hama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Pirone, 1972). Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hujau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin Hadi, 2002).

Menurut Internasional Society Of Arboriculture (2003) kerusakan pada pohon menggambarkan kondisi pohon dan potensi kerugian yang akan diterima, yaitu (a) potensi kegagalan hidup pohon, (b) potensi kehilangan serius akibat kegagalan hidup pohon. Penggelolaan kerusakan pada pohon dapat menurunkan atau mengurangi tingkat kerusakan. Penggelolaan dilakukan melalui pemeriksaan dan pemeliharaan kondisi pohon secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pemetaan, pengukuran dan penilaian kondisi fisik pohon, serta dokumentasi. Komponen yang termasuk dalam sistem penilaian tingkat kerusakan antara lain: (a) kerusakan yang tampak misal pohon mati, percabangan, (b) penyakit, misal busuk, luka dan retak, (c) kecenderungan, terbagi menjadi dua yaitu kecenderungan alami dan tidak alami.

2.6. Sistem Informasi

Informasi didefinisikan sebagai data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai nyata atau bermanfaat bagi pengambilan keputusan pada masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Informasi ini memberikan manfaat jika sesuai dengan kebutuhan penerima, memiliki ketelitian dalam mengolah data, tidak kadaluarsa (up to date), dan dapat digunakan secara efektif.

Model dasar sistem informasi terdiri dari tiga komponen masukan, pengolahan data dan keluaran. Fungsi pengolahan data sering memerlukan data 8

(20)

yang dikumpulkan dan yang telah diolah sebelumnya. Oleh karena itu pada model dasar sistem informasi ditambahkan media penyimpan data (database), sehingga kegiatan pengolahan mempunyai data, baik buruk maupun sudah disimpan sebelumnya.

Salah satu bentuk dari sistem informasi adalah Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografi (Arnoff, 1989). Sedangkan menurut Borrough (1983) dalam Scholten dan Stillwel (1990), sistem informasi geografi merupakan alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menyajikannya kembali data spasial dari permukaan bumi.

Teknologi SIG mengintegrasikan pengoperasian database seperti pertanyaan analisis statistika dengan cara menampilkan secara khas dan menganalisis sacara geografi dari suatu peta. Ada 4 komponen dalam menggunakan SIG, yaitu:

1. Perangkat keras (hardware) merupakan komputer sebagai wadah untuk mengoperasikan SIG

2. Perangkat lunak (software) dari SIG berfungsi menganalis informasi geografi 3. Data, berupa data geografi dan data tabular yang dapat diperoleh

melalui pengukuran langsung di lapang

4. Manusia, yang dapat mengatur sistem dan membangun rencana untuk mengaplikasikan masalah-masalah yang ada

(21)

III. METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2007 sampai dengan Juli 2007. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Bogor dengan lokasi studi di Jalan Pajajaran. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106º 48’ BT dan 6º 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat untuk mendukung dalam pengelolahan data, yang terdiri dari perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).

Perangkat lunak (software) - Microsoft office excel

- ArcView GIS

- MS4W (MapServer for Windows)

Perangkat keras (hardware)

- Komputer

- Kompas

- Kamera digital

- GPS (Global Positioning System) - Rollmeter

(22)

Selain itu data penggelolaan jalur hijau jalan juga diperoleh dari Suku Dinas Pertamanan Kota Bogor berupa data inventarisasi prasarana dan sarana jalur hijau Kota Bogor serta ditampilkan data primer yang meliputi : foto-foto jalur dan data inventarisasi pohon pada jalur hijau jalan Kota Bogor.

3.3. Metoda

Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode survei dan studi pustaka. Metode survey dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon tepi jalan di kota Bogor, sedangkan studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai standar kondisi fisik pohon tepi jalan dan memperoleh informasi mengenai standar pemeliharaan pohon. Pohon yang diamati adalah pohon tepi jalan yang berada di bawah penggelolaan Pemda Bogor yang letaknya di tepi jalan dan trotoar. Secara umum penelitian dibagi menjadi dalam 4 tahap: (1) pengumpulan data pohon di lapang, (2) pemetaan data pohon, (3) pengolohan data pohon, dan (4) penyajian akhir.

3.3.1. Pengumpulan Data Pohon di Lapang

Inventarisasi pohon dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah pohon serta letak geografi titik pohon dengan menggunakan GPS dan pengukuran fisik pohon dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut:

1. Diameter Batang Setinggi Dada atau Diameter at Breast Height (DBH) Pengukuran DBH batang pohon 140-145 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan DBH meter pada batang pohon dengan menggunaan rollmeter. Data DBH yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kelas (Tabel 1).

Tabel 1. Klasifikasi Diameter Batang Pohon

Kelas Kualifikasi Diameter (cm)

D1 Semai DBH < 10

D2 Tiang (kecil) 10 ≤ DBH < 30

D3 Hampir dewasa (sedang) 30 ≤ DBH < 60

D4 Dewasa (besar) DBH ≥ 60

Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995)

(23)

Pengukuran tinggi pohon menggunakan Hagameter untuk memperoleh sudut bawah dan sudut atas pohon (gambar 2). Tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan sebagi berikut:

T = (TAN (α) + TAN (β))* d

Keterangan : T : tinggi pohon (meter); α: sudut atas (º); β: sudut bawah (º);

d: jarak pengmatan (meter)

Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan dalam 4 kategori : semai, pohon muda, tiang dan pohon tua / dewasa (Tabel 2)

Tabel 2. Klasifikasi Kelas Tinggi Pohon

Kelas Kualifikasi Tinggi (m)

T1 Semai (rendah) T < 1

T2 Pohon muda (sedang) 1 ≤ T < 6

T3 Tiang (tinggi) 6 ≤ T < 28

T4 Pohon tua / Dewasa (sangat tringgi) T ≥ 28

Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995)

3. Lebar Tajuk

Lebar tajuk mengunakan rollmeter. Pengukuran tajuk dilakukan dengan menentukan 2 titik terluar tajuk yang memiliki jarak yang paling lebar (diameter tajuk) dari pohon tersebut. Data tajuk yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 4 kelas (Tabel 3).

Tabel 3. Klasifikasi Kelas Lebar Tajuk Pohon

Kelas Kualifikasi Lebar (m)

L1 Semai L < 2

L2 Pohon muda 2 ≤ L < 5

L3 Tiang 5 ≤ L < 9

L4 Besar L ≥ 9

Sumber : Daniel, Helms, Baker (1995)

(24)

3.3.2. Penilaian Kondisi Fisik Pohon

Berdasarkan studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003) pengamatan kondisi fisik pohon berdasarkan 2 cara yaitu menggunakan skoring/nilai dan secara deskriptif. Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan penekanan pada bagian pangkal akar yang berada dipermukaan tanah, batang, daun, dan percabangan.

Penilaian kondisi fisik berdasarkan 2 kerusakan yaitu kerusakan dan penyakit tanaman, dan kerusakan mekanik. Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan secara deskriptif berdasarkan keadaan visual di lapang. Sistem penilaiaan pohon berdasarkan sistem skoring/nilai, sebagai berikut:

1. Kerusakan dan penyakit tanaman

Pengamatan kerusakan dan penyakit tanaman dibagi menjadi 2 bagian pengamatan pada pohon, yaitu: (a) Kerusakan pada pangkal akar di permukaan tanah dan batang (tabel 4); (b) Kerusakan pada cabang dan daun (Tabel 6).

Tabel 4. Skoring Kerusakan pada Pangkal Akar dan Batang

No Kerusakan dan Penyakit Nilai

1 Tidak ada kerusakan hama dan penyakit 0

2 Adanya kerusakan hama dan penyakit 1

3 Adanya tumbuhan parasit (jamur, benalu) 2

4 Batang kering/ lapuk; akar kering/ lapuk 3

5 Batang busuk; akar busuk 4

6 Gerowong/ keropos yang tampak 5

Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003)

Tabel 5. Skoring Kerusakan pada Cabang dan Daun

No Kerusakan dan Penyakit Nilai

1 Tidak ada kerusakan hama dan penyakit 0

2 Adanya kerusakan hama dan penyakit 1

3 Adanya tumbuhan parasit (jamur, benalu) 2

4 Klorosis 3

5 Nekrosis 4

6 Percabangan lapuk 5

(25)

Tab = Σ (ni . .Pi) x 100%

ni

Tcd = Σ (ni . .Pi) x 100%

ni

Untuk menghitung tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang digunakan rumus:

Keterangan : Tab : Tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan batang

Pi : Skala nilai intensitas kerusakan

ni : Nilai

∑ni : Jumlah total nilai dari kerusakan dan penyakit pada pangkal

akar dan batang

Sedangkan tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan : Tcd : Tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun

Pi : Skala nilai intensitas kerusakan

ni : Nilai

∑ni : Jumlah total nilai dari kerusakan dan penyakit pada

cabang dan daun

Untuk menghitung total tingkat kerusakan dan penyakit menggunakan rumus:

Keterangan :

Tingkat kerusakan dan penyakit yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dalam peringkat sebagai berikut:

a. Peringkat 1 (tidak ada) : serangan 0% ≤ TPT < 15%

b. Peringkat 2 (sedikit) : serangan 15% ≤ TPT < 30%

c. Peringkat 3 (banyak) : serangan 30% ≤ TPT < 50%

d. Peringkat 4 (sangat banyak) : serangan TPT > 50%

2. Kerusakan mekanik

TPT = Tab + Tcd

2

TPT : Tingkat kerusakan dan penyakit pohon

Tab : Tingkat kerusakan dan penyakit pada pangkal akar dan

batang

Tcd : Tingkat kerusakan dan penyakit pada cabang dan daun

(26)

Kerusakan mekanik merupakan kerusakan pada pohon yang disebabkan oleh kontak dengan benda-benda fisik (corat-coret, gesekan, goresan, benturan dan sebaginnya) yang dapat menimbulkan luka dan merusak visual dari pohon tersebut. Pengamatan yang dilakukan juga berdasarkan sistem nilai (Tabel 6).

Tabel 6. Kerusakan Mekanik pada Pohon

No Kerusakan Mekanik Nilai

1 Tidak ada kerusakan mekanik 0

2 Vandalisme 1

3 Goresan 2

4 Sayatan 3

5 Patah cabang 4

6 Tersambar petir 5

Sumber : studi arsitektur lanskap dengan proteksi hama dan penyakit tanaman (2003)

Untuk menghitung tingkat kerusakan digunakan rumus, sebagai berikut:

TM = Σ(pi . ni) x 100%

Σ ni

Keterangan : TM : Tingkat kerusakan yang diamati; ni : Nilai;

pi : Skala nilai intensitas serangan kerusakan

Σni : Jumlah total nilai dari kerusakan yang diamati

Tingkat kerusakan yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dalam peringkat sebagi berikut:

a. Peringkat 1 (tidak ada) : serangan 0% ≤ TM < 15%

b. Peringkat 2 (sedikit) : serangan 15% ≤ TM < 30%

c. Peringkat 3 (banyak) : serangan 30% ≤ TM < 50%

d. Peringkat 4 (sangat banyak) : serangan TM > 50%

persentase kerusakan dan penyakit serta kerusakan mekanik kemudian digunakan untuk memperoleh tingkat kerusakan total pohon dengan menggunakan rumus:

T = TPT + TM 2

Keterangan : T tot : Total tingkat kerusakan pohon

(27)

TM : Tingkat kerusakan mekanik pada pohon

Data tingkat kerusakan pohon yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan peringkat sesuai dengan metode Grey dan Deneke (1978) yang dimodifikasi:

a. Peringkat 1 (sangat baik)

Pohon sehat dan vigor. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan

mekanik 0% ≤ T tot < 15%. Sedikit atau tidak memerlukan tindakan perbaikan.

b. Peringkat 2 (baik)

Pohon cukup baik. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 15% ≤T tot < 30%. Memerlukann perbaikan.

c. Peringkat 3 (buruk)

Pohon kurang baik dan kurang sehat. Rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik 30%≤ T tot <50%. Memerlukan banyak tindakan perbaikan.

d. Peringkat 4 (sangat buruk)

Pohon dengan rata-rata serangan penyakit dan kerusakan mekanik T tot > 50% atau terancam mati atau mati.

3.3.3. Pemetaan Data Pohon

Data hasil pengukuran lapang dan data dari GPS dimasukkan ke dalam sistem SIG. Data spasial untuk plotting menggunakan sistem koordinat dalam UTM (Universal Tranverse Mercator) yang sesuai dengan koordinat peta rupa bumi digital dari BAKOSURTANAL.

Hasil yang diperoleh dari pengamatan di lapang kemudian dipetakan menggunakan software ArcView melalui titik pohon yang diambil menggunakan GPS. Pengemasan hasil pengamatan dalam SIG ini untuk memudahkan pengguna dalam mencari informasi.

3.3.4. Pengolahan Basis Data Pohon

Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan ArcView sedangkan pengolahan data atribut berupa angka dan huruf mengunakan MS Excel.

(28)

3.3.5. Penyajian Hasil

Penyajian hasil basis data informasi penggelolaan jalur hijau kota Bogor dalam bentuk digital yang ditampilkan melalui program MS4W atau MapServer for Windows. Tujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna dalam mengakses atau mengetahui dalam penggelolaan jalur hijau jalan di Kota Bogor.

Gambar 3. Tampilan Arsitektur Aplikasi Web-GIS dengan MapServer

MapServer MapServ CGI Or MapScrip + PHP MapFile HTML Template (app.scripts) Map Data External Data HTTP Server (apache) Internet Browser

(29)

Gambar 4. Bagan Kerangka Kerja

Menentukan Lokasi Jalur Hijau Penelitian

Survei Lapang

Pengumpulan Data Pohon (Inventarisasi Titik Letak dan Jenis

Pohon)

Penilaian Kondisi Pohon (Penilaian Kerusakan Hama

Penyakit dan Mekanik)

Pengolahan Basis Data

Analisis Pemeliharaan Pohon

Pemetaan Data Pohon

Penyajian Hasil Akhir

(30)

4.1. Kondisi Umum Lokasi 4.1.1. Lokasi

Jalan Pajajaran memiliki panjang 6,4 km yang membentang dari utara ke selatan melalui dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Timur serta meliputi 5 kelurahan. Wilayah Kecamatan Bogor Utara terdiri dari Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Babakan. Wilayah Bogor Timur terdiri dari Kelurahan Tegal Lega, Kelurahan Baranangsiang dan Kelurahan Sukasari.

Secara umum Kota Bogor merupakan perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 0 s/d > 350 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0 – 2 % (datar), 2 – 15 % (landai), 15 – 25 % (agak curam), 25 – 40 % (curam), dan > 40 % (sangat curam). Jalan Pajajaran terletak diatas dataran yang relatif datar dan berombak. Berada pada ketinggian 350 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan berkisar antara kelompok 0 - 8 %, 8 – 15 %, dan 15 – 25 % (Pemda Bogor).

4.1.2. Klimatologi

Jumlah curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3000 sampai 4000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250 – 335 mm dengan curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 345 mm. temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 260 C. Temperatur tertinggi sekitar 30,40 C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70 % (Pemda Bogor).

4.1.3. Panjang Jalur Jalan

Jalan Pajajaran memiliki panjang keseluruhan 6,4 Km dan damija 40 m dengan jenis jalan beraspal. Jalan Pajajaran memiliki trotoar pada sisi kiri dan kanan jalan dengan lebar kurang lebih 3 m dengan jenis conblock/rumput (C/R). Jalan Pajajaran termasuk kedalam kategori jalan nasional dengan fungsi sebagai jalan arteri (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007).

Berdasarkan UU No 13 tahun 1980 dan PP no 25 tahun 1985 tentang jalan yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan

(31)

Umum, jalan arteri memiliki karakteristik dimensi sebagai berikut : 1) jalan arteri dirancang berdasarkan kecepatan rencana minimal 30 Km/jam dengan lebar jalan tidak kurang dari 20 m, 2) mempunyai kapasitas yang sama atau lebih dari volume lalu lintas rata-rata, 3) lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat dan 4) persimpangan pada jalan arteri dan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan yang termasuk di atas.

Jalan Pajajaran merupakan jalan dua arah dengan kondisi jalan sedang (bergelombang atau berlubang) serta tingkat kepadatan ramai, yang dilalui berupa angkutan berat maupun angkutan umum (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007).

4.1.4. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di sepanjang Jalan Pajajaran adalah pemukiman, perkantoran pemerintahan/swasta, perdagangan/jasa, pendidikan, rumah ibadah, rumah sakit dan terminal. Jalur pedestrian tepi jalan Pajajaran pada sisi kiri dan kanan digunakan sebagai jalur sirkulasi utama pejalan kaki.

Jalan Pajajaran dilengkapi oleh fasilitas pelengkap jalan dan perlengkapan jalan. Fasilitas pelengkap jalan berupa jembatan penyeberangan, saluran drainase, pagar pembatas, dan halte bus, sedangkan perlengkapan jalan terdiri dari rambu-rambu lalu lintas yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran.

4.1.5. Tata Hijau Jalan

Tata hijau jalan Pajajaran berupa jalur hijau tepi jalan dan jalur hijau median jalan. Jalur hijau median hanya terdapat beberapa bagian ruas jalan yaitu dari arah Warung Jambu sampai depan MAB IPB serta dari Baranangsiang sampai dengan Ekalokasari. Jenis pohon yang terdapat di sepanjang Jalan Pajajaran adalah akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar (Agathis dammara), Glodongan (Polyalthia longifolia) Jambu biji (Syzygium guajava), kamboja (Plumeria rubra), ketapang (Terminalia catappa), mangga (Mangifera indicai), Mahoni (Swietenia mahagoni), Nangka (Artocarpus integra), palm (Roystonea regia), pinus (Pinus merkusii), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), sawit (Elaeis guinuensis), tanjung (Mimusops elengi), bintaro (Cerbera manghas), dan kapuk (Ceiba pentadra).

(32)

4.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pohon dilakukan dengan cara turun lapang dengan inventarisasi kondisi fisik individu pohon yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran. Mengetahui letak geografis titik pohon mengunakan GPS (Global Positioning System) dengan cara menitik sebaran pohon di sepanjang Jalan Pajajaran sehingga menghasilkan peta sebaran jalur hijau jalan.

Inventarisasi pada Jalan Pajajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama adalah pedestrian kanan dari Warung Jambu sampai ekalokasari pemberian ID (PR), Bagian kedua merupakan median jalan dengan pemberian ID (M), dan Bagian ketiga pedestrian kiri dari Warung Jambu sampai Ekalokasari dengan pemberian ID (PL).

Untuk inventarisasi pohon, seluruh pohon diamati baik tua maupun muda. Penyusunan database pohon pada jalur hijau dilakukan dengan mengamati aspek tanaman : nama tanaman, koordinat tanaman dengan GPS, tinggi pohon dengan hagameter, diameter tajuk yang diukur dengan rollmeter, diameter batang setinggi dada diukur dengan rollmeter, dan pengambilan gambar dengan kamera digital.

4.3. Penomoran

Dalam melakukan pengamatan pohon dilakukan pemberian nomor pohon. Pohon diurut dari ujung jalan Warung Jambu dan diberi nomor 1 dan seterusnya sampai ujung jalan Ekalokasari.

Gambar 5. Penomoran Pada Pohon di Jalan Pajajaran

Label nomor pohon hanya diberi pada pohon ke 1, 10, 20, dan seterusnya setiap kelipatan 10. Pada jalur pedestrian kiri diberi inisial A, pada jalur pedestrian kanan diberi inisial B, sedangkan pada median jalan diberi inisial M.

(33)

Label nomor pohon ditulis pada lembaran plastik tebal yang kaku dan dipaku pada batang pohon (gambar 5).

4.4. Hasil Inventarisasi Pohon 4.4.1. Pengukuran Fisik Pohon

Berdasarkan data yang didapat pada Jalan Pajajaran di Kota Bogor terdapat 965 pohon yang terdiri dari 20 jenis. Jumlah dan jenis pohon terbanyak terdapat pada pedestrian kanan (PR) dan paling sedikit terdapat pada median jalan.

Tabel.7. Penyebaran Jumlah dan Jenis Pohon Jalan Pajajaran

ID Keterangan Spesies Pohon Jumlah Pohon

PL Pedestrian Kiri 10 330

M Median 10 294

PR Pedestrian Kanan 13 341

Jumlah 965

4.4.1.1. Jalur Hijau Pedestrian Kiri

Pedestrian kiri jalan Pajajaran (PL) memiliki jumlah pohon 330 dari 10 jenis pohon. Pohon yang tumbuh di PL adalah akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), mahoni (Swietenia mahagoni), mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus integra), palm (Roystonea regia), pinus (Pinus merkusii), kapuk (Ceiba pentadra), dan saga (Adenanthera precatorius).

Tabel 8. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kiri

ID Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Pohon

Akasia Acasia auriculiformis 1

Angsana Pterocarpus indicus 33

Beringin Ficus benjamina 4

Mahoni Swietenia mahagoni 275

Kapuk Ceiba pentadra 3

Mangga Mangifera indica 1

Nangka Artocarpus integra 1

Palm Roystonea regia 2

Pinus Pinus merkusii 1

PL

Saga Adenanthera precatorius 9

Jumlah 330

(34)

83.3% 0.9% 1.2% 10.0% 0.3% 0.3% 2.7% 0.3% 0.6% 0.3% Akasia 1 Angsana 33 Beringin 4 Kapuk 3 Mahoni 275 Mangga 1 Nangka 1 Palem Raja 2 Pinus 1 saga 9 0.0% 29.1% 54.8% 16.1% D1 0 D2 96 D3 181 D4 53

Berdasarkan data yang didapat pada PL pohon yang memiliki jumlah terbanyak adalah mahoni (Swietenia mahagoni), dan yang jumlah pohon yang paling sedikit adalah akasia (Acasia auriculiformis), mangga (Mangifera indica), nangka (Artocarpus integra), dan pinus (Pinus merkusii). Hasil data pohon pada PL dapat dilihat pada tabel 10.

Gambar 6. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon di PL

Dari jumlah dan persentase jenis pohon di PL, diperoleh bahwa pohon mahoni sekitar 83,3 %, dan diikuti oleh angsana sekitar 10,0 %. Data ini menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan jenis pohon yang paling banyak tumbuh di pedestrian kiri dan dapat dilihat pada gambar 6.

Ket :

D1 : DBH < 10 cm D2 : 10 ≤ DBH < 30 cm D3 : 30 ≤ DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm

Gambar 7. Jumlah dan Persentase DBH Pohon di PL

Berdasarkan hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di pedestrian kiri (PL) diperoleh DBH kelas D3 memiliki jumlah yang paling banyak , yaitu pohon yang memiliki 30 ≤ DBH < 60 cm sebesar 54,8 % ini menunjukkan

(35)

0.0% 12.4% 87.6% 0.0% T1 0 T2 41 T3 289 T4 0 18.8% 74.2% 0.0% 7.0% L1 0 L2 62 L3 245 L4 23

bahwa pohon yang ada di PL merupakan termasuk kelas pohon hampir dewasa atau sedang, sedangkan pada DBH kelas D1 tidak terdapat pada PL (gambar 7).

Hasil pengukuran tinggi pohon di PL didapatkan hanya dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di PL. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 ≤ T < 28 m sebesar 87,6 %, untuk kelas T2 (1 ≤ T < 6 m) memiliki persentase sebesar 12,4 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan bahwa pada daerah PL merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang, dapat dilihat pada gambar 8. Ket : T1 : T < 1 m T2 : 1 ≤ T < 6 m T3 : 6 ≤ T < 28 m T4 : T ≥ 28 m

Gambar 8. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di PL

Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada PL diperoleh bahwa kelas L3 memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 74,2 %, kemudian kelas L2 sebesar 18,8 % dan kelas L4 sebesar 7,0 % sedangkan untuk kelas L1 tidak ditemukan pada PL. Ini menunjukkan bahwa untuk di PL termasuk kualifikasi L3 atau tiang, dapat dilihat pada gambar 9.

Ket : L1 : L < 2 m L2 : 2 ≤ L < 5 m L3 : 5 ≤ L < 9 m L4 : L ≥ 9 m

Gambar 9. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk di PL

(36)

4.4.1.2. Jalur Hijau Median

Median jalan atau M memiliki jumlah 294 pohon dari 10 jenis pohon, yang tersebar di sepanjang Jalan Pajajaran. Pohon yang tumbuh di median yaitu akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), bintaro (Cerbera manghas), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), glodongan (Polyalthia longifolia), jambu (Syzygium guajava), Kamboja (Plumeria rubra), ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Swietenia mahagoni), dan sawit (Elaeis guinuensis).

Tabel 9. Jenis dan Jumlah Pohon di Median Jalan

ID Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Pohon

Akasia Acasia auriculiformis 8

Angsana Pterocarpus indicus 33

Bunga Kupu-kupu Bauhinia purpurea 22

Glodongan Polyalthia longifolia 5

Jambu biji Syzygium guajava 1

Kamboja Plumeria rubra 7

Ketapang Terminalia catappa 1

Mahoni Swietenia mahagoni 210

Sawit Elaeis guinuensis 1

M

Bintaro Cerbera manghas 6

Jumlah 294

Bersdasarkan data yang didapat pada median pohon yang memiliki jumlah paling banyak yaitu mahoni (Swietenia mahagoni), dan yang jumlah pohon yang paling sedikit terdapat pada median adalah jambu biji (Syzygium guajava), ketapang (Terminalia catappa), dan sawit (Elaeis guinensis), hasil data pohon pada median dapat dilihat pada tabel 11.

Dari jumlah dan persentase jenis pohon di median, didapatkan bahwa pohon mahoni merupakan pohon yang banyak terdapat pada median jalan dengan jumlah 210 pohon (71,4 %). Kemudian diikuti oleh angsana dengan jumlah 33 pohon (11,2 %) dan sisanya pohon yang ada pada median jalan persentasenya tidak mencapai 10 %. Data ini menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan jenis pohon yang paling banyak tumbuh di median jalan dan dapat dilihat pada gambar 10.

(37)

11.2% 71.4% 2.7% 0.3% 2.0%7.5% 2.4% 0.3% 0.3% 1.7% A kasia 8 A ngsana 33 B intarao 6 B unga Kupu-kupu 22 Glo do ngan 5 Jambu 1 Kambo ja 7 ketapang 1 M aho ni 210 Sawit 1 0% 59% 40% 1% D1 0 D2 172 D3 118 D4 4

Gambar 10. Jumlah dan Persentase Jenis Pohon di Median Jalan

Berdasarkan hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di median (M) diperoleh DBH kelas D2 (10 ≤ DBH < 30 cm) yang memiliki jumlah yang paling banyak yang terdapat pada 172 pohon yang ada di median jalan dengan persentase sekitar 59 %. Diikuti dengan kelas D3 (30 ≤ DBH < 60 cm) dengan persentase 40 % dari 118 pohon, sedangkan untuk kelas D4 DBH ≥ 60 % hanya 1 % dari 4 pohon yang ada pada median. Dari data menunjukkan bahwa pohon yang ada di median jalan merupakan termasuk kelas pohon hampir tiang dapat dilihat pada gambar 11.

Ket :

D1 : DBH < 10 cm D2 : 10 ≤ DBH < 30 cm D3 : 30 ≤ DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm

Gambar 11 . Jumlah dan Persentase DBH Pohon di Median Jalan

Hasil pengukuran tinggi pohon di median didapatkan hanya memilki dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di median. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 ≤ T < 28 m sebesar 79,3 %, untuk kelas T2 (1 ≤T< 6 m) memiliki persentase sebesar 20,7 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan

(38)

0.0% 20.7% 79.3% 0.0% T1 0 T2 61 T3 233 T4 0 11.9% 43.2% 42.2% 2.7% L1 35 L2 127 L3 124 L4 8

bahwa pada daerah median jalan merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang, dapat dilihat pada gambar 12.

Ket : T1 : T < 1 m T2 : 1 ≤ T < 6 m T3 : 6 ≤ T < 28 m

T4 : T ≥ 28 m

Gambar 12. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di Median Jalan

Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada median diperoleh bahwa kelas L2 (2 ≤ L < 5 m) memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 43,2 %, kemudian kelas L3 (5 ≤ L < 9 m) sebesar 42,2 % dan kelas L1 (L < 2) sebesar 11,9 % sedangkan untuk kelas L4 sebesar 2,7 %. Ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di median jalan termasuk kualifikasi L2 atau pohon muda, dapat dilihat pada gambar 13. Ket : L1 : L < 2 m L2 : 2 ≤ L < 5 m L3 : 5 ≤ L < 9 m L4 : L ≥ 9 m

(39)

4.4.1.3. Jalur Hijau Pedestrian Kanan

Pedestrian Kanan atau PR memiliki jumlah pohon 341 dari 13 jenis pohon, yang tersebar di sepanjang Jalan Pajajaran. Pohon yang tumbuh di PR yaitu akasia (Acasia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar (Agathis damara), glodongan (Polyalthia longifolia), ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Swietenia mahagoni), mangga (Mangifera indica), palm (Chamadedorea spp), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), dan tanjung (Mimusops elengi).

Tabel 10. Jenis dan Jumlah Pohon Pedestrian Kanan

ID Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah Pohon

Akasia Acasia auriculiformis 2

Angsana Pterocarpus indicus 61

Beringin Ficus benjamina 6

Bunga Kupu-kupu Bauhinia pupurea 1

Damar Agathis damara 3

Glodongan Polyalthia longifolia 5

Ketapang Terminalia catappa 4

Mahoni Swietenia mahagoni 199

Mangga Elaeis guinensis 4

Palm Chamadedorea spp 14

Pete cina Laucaena glauca 11

Saga Adenanthera precatorius 1

PR

Tanjung Mimusops elengi 30

Jumlah 341

Berdasarkan data yang didapat pada PR pohon yang memiliki jumlah paling mayoritas yaitu mahoni (Swietenia mahagoni) dengan 199 pohon, dan jumlah pohon yang paling sedikit terdapat pada PR adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dan saga (Adenanthera precatorius) yang hanya terdapat 1 pohon saja di sepanjang PR. hasil data pohon pada PR dapat dilihat pada tabel 12.

Jumlah dan persentase jenis pohon di PR, didapatkan pohon mahoni memilki jumlah dan persentase yang terbayak dari jenis pohon yang lain. mahoni memiliki jumlah 199 pohon (58,4 %) dan angsana memilki jumlah 61 pohon (17,9 %). Sedangkan jenis pohon lainnya yang ada di PR persentase yang ada tidak mencapai 10 %. Data ini menunjukkan bahwa pohon mahoni merupakan 29

(40)

58.4% 1.2% 3.2% 0.3% 8.8% 0.6% 4.1% 17.9% 1.2% 0.3% 0.9% 1.8% 1.5% Akasia 2 Angsana 61 Beringin 6 Bunga Kupu-Kupu 1 Damar 3 Glodongan 5 Ket apang 4 M ahoni 199 M angga 4 Palm 14 Pet e Cina 11 Saga 1 Tanjung 30 0.0% 39.9% 52.5% 7.6% D1 0 D2 136 D3 179 D4 26

jenis pohon yang paling banyak tumbuh di pedestrian kiri dan dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Jumlah dan Persentase Pohon di PR

Hasil pengukuran diameter batang pohon (DBH) di PR diperoleh DBH kelas D3 (30 ≤ DBH < 60 cm) yang memiliki jumlah yang paling banyak yang terdapat pada 179 pohon (52,5 %). Diikuti dengan kelas D2 (10 ≤ DBH < 30 cm) dengan persentase 39,9 % dari 136 pohon, dan kelas D4 DBH ≥ 60 % terdapat pada 26 pohon (7,6 %). Sedangkan untuk kelas D1 tidak terdapat pada PR ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di PR merupakan termasuk kelas pohon hampir dewasa atau tiang dengan diameter antara (30 ≤ DBH < 60 cm) dapat dilihat pada gambar 15.

Ket :

D1 : DBH < 10 cm D2 : 10 ≤ DBH < 30 cm D3 : 30 ≤ DBH < 60 cm D4 : DBH > 60 cm

Gambar 15. Jumlah dan Persentase DBH Pohon di PR

Hasil pengukuran tinggi pohon di PR didapatkan hanya memilki dua kelas tinggi yaitu kelas T2 dan T3. Sedangkan untuk kelas T1 dan T4 tidak ditemukan pada pohon di PR. Jumlah pohon terbanyak terdapat pada kelas T3 yang memiliki tinggi 6 ≤ T < 28 m sebesar 71,8 %, untuk kelas T2 (1 ≤ T < 6 m)

(41)

0.0% 28.2% 71.8% 0.0% T1 0 T2 96 T3 245 T4 0 7.0% 43.4% 48.1% 1.5% L1 24 L2 148 L3 164 L4 5

memiliki persentase sebesar 28,2 %. Dari persentase yang didapat menunjukkan bahwa pada daerah PR merupakan termasuk kelas tinggi atau tiang dapat dilihat pada gambar 16. Ket : T1 : T < 1 m T2 : 1 ≤ T < 6 m T3 : 6 ≤ T < 28 m T4 : T ≥ 28 m

Gambar 16. Jumlah dan Persentase Tinggi Pohon di PR

Untuk kualifikasi lebar tajuk pohon pada PR diperoleh bahwa kelas L3 (5 ≤ L < 9 m) memiliki jumlah yang paling banyak sebesar 48,1 % dari 164 pohon, kemudian kelas L2 (2 ≤ L < 5 m) sebesar 43,4 % dari 148 pohon dan kelas L1 (L < 2) sebesar 7,0 % sedangkan untuk kelas L4 sebesar 1,5 %. Ini menunjukkan bahwa pohon yang ada di PR termasuk kualifikasi L3 atau tiang dapat dilihat pada gambar 17. Ket : L1 : L < 2 m L2 : 2 ≤ L < 5 m L3 : 5 ≤ L < 9 m L4 : L ≥ 9 m

Gambar 17. Jumlah dan Persentase Lebar Tajuk Pohon di PR

\

(42)

4.4.2. Pengukuran Kondisi Fisik Pohon

Pengamatan kondisi fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual keseluruhan pohon dengan menekankan pada bagian pangkal akar yang ada di permukaan tanah, batang, daun, dan percabangan. Penilaian kondisi fisik berdasarkan 2 kerusakan yaitu kerusakan dan penyakit tanaman, dan mekanik.

4.4.2.1. Kerusakan dan Penyakit Tanaman

Dari data yang diperoleh persentase kerusakan dan penyakit pada pohon di Jalan Pajajaran secara umum termasuk sangat sedikit atau tidak ada. Ini terlihat kerusakan dan penyakit berada pada peringkat 1 dengan persentase sebesar 87,5 %, peringkat 2 sebesar 4,7 %, peringkat 3 sebesar 3,3 % dan peringkat 4 sebesar 4,4 % dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 11. Peringkat Kerusakan dan Penyakit Di Jalan Pajajaran

Hama dan Penyakit ID 1 2 3 4 PL 260 22 24 24 M 271 13 0 10 PR 313 10 10 8 Jumlah 844 45 34 42 % 87,5 4,7 3,5 4,4 Ket :

Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % ≤ TPT < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% ≤ TPT < 30%)

Peringkat 3 : banyak (30% ≤ TPT < 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TPT ≥ 50%)

Bentuk kerusakan yang terjadi pada pohon yang ada di Jalan Pajajaran ini sebagian disebabkan oleh tumbuhan pengganggu yang tumbuh pada pohon seperti epifit dan benalu. Epifit yang banyak ditemui yang ada pada pohon seperti jenis paku-pakuan dan anggrek. Epifit merupakan tumbuhan yang tumbuh di atas tanaman lain yang dapat memproduksi makanan sendiri dan tidak mengambil sari makanan dari tanaman inangnya.

Epifit pada umumnya tumbuh pada pohon inangnya dan dapat memenuhi dari tubuh inangnya, disebabkan oleh teduh dan kelembaban yang tinggi terdapat pada bagian bawah tajuk. Untuk mengatasi hal ini, pihak pengelola sebaiknya melakukan pembersihan pada epifit yang ada secara rutin.

(43)

Gambar 18. Pohon yang Ditumbuhi Epifit

Tumbuhan pengganggu yang banyak ditemui adalah benalu, benalu merupakan tumbuhan pengganggu yang banyak ditemui pada pohon. Benalu merupakan tumbuhan yang semi parasit yang hidupnya menempel pada tanaman inangnya dan mengambil sari makanan yang ada pada inangnya juga. Benalu merupakan tumbuhan yang dapat mudah berkembang biak, benalu dapat membuat tanaman inangnya merana karena kekurangan makanan bahkan dapat menimbulkan kematian pada tanaman inanngnya (Najiyati dan Danarti,1999).

Untuk memberantas benalu, dengan melakukan pembersihan terhadap pohon yang ditumbuhi oleh benalu dan membersihkan semua akarnya karena akar benalu yang tinggal dapat berkembang biak lagi (Najiyati dan Danarti,1999).

Gambar 19. Pohon yang Ditumbuhi Benalu

(44)

Bentuk kerusakan yang ditemui adalah berupa luka-luka pada pohon, mengelupasnya kulit pohon atau lubang-lubang alami yang ada pada pohon. Hal ini dapat menimbulkan pohon terjangkit jamur yang dapat mengambil makanan dari tanaman inang untuk hidup dan berkembang. Jamur juga dapat tumbuh karena kondisi sekitar pohon yang lembab dan memungkinkan berkembangnya jamur. Cara mengatasi tumbuhnya jamur dengan menjaga kondisi tanah supaya tidak terlalu lembab dan tidak basah atau dengan cara kimia dengan pemberian fungisida pada pohon yang terkena jamur (Arifin dan Nurhayati, 2000).

Kerusakan atau penyakit yang dapat mengakibatkan kefatalan adalah gerowong atau rongga yang ada pada pangkal akar dan batang. Gerowong terbentuk karena timbulnya luka pada kulit pohon dan tidak langsung ditangani sehingga kulit pohon tersebut terserang oleh hama atau penyakit yang menimbulkan rongga pada batang. Gerowong juga dapat terjadi oleh vandalisme yang dilakukan oleh manusia seperti melakukan pembakaran sampah pada pangkal akar pohon yang dapat menimbulkan lubang pada batang (gambar 20).

(a) (b)

Gambar 20. a. Gerowong yang disebabkan oleh luka pada batang yang tidak langsung ditangani, b. Gerowong yang disebabkan oleh kerusakan mekanik

Gerowong pada pohon dapat mengancam pohon itu sendiri atau menggangu keselamatan pengguna jalan. Pihak pengelola yang berwenang dapat melakukan pengendalian atau penebangangan dan dilakukan penggantian pohon. Menurut Dahlan (1992) pohon yang perlu ditebang adalah pohon-pohon yang memiliki kriteria antara lain mati, membahayakan, saling

(45)

berhimpitan, pohon terkena penyakit dan mengancam pohon lain, atau mengganggu jalur listrik dan telepon.

4.4.2. 2. Kerusakan Mekanik

Persentase kerusakan mekanik pada pohon di Jalan pajajaran termasuk kedalam peringkat 1 dengan persentase 95,5 %, peringkat 2 sebesar 3,3 %, peringkat 3 sebesar 0,5 % dan peringkat 4 sebesar 0,6 %. Ini menunjukkan bahwa pada jalur hijau jalan di Jalan Pajajaran merupakan tidak ada atau sangat sedikit kerusakan mekanik (tabel 14).

Tabel 12. Peringkat Kerusakan Mekanik Di Jalan Pajajaran

Kerusakan Mekanik ID 1 2 3 4 PL 309 16 4 1 M 294 0 0 0 PR 319 16 1 5 Jumlah 922 32 5 6 % 95.5 3.3 0.5 0.6 Ket:

Peringkat 1 : tidak ada/sangat sedikit (0 % ≤ TM < 15%) Peringkat 2 : sedikit (15% ≤ TM < 30%)

Peringkat 3 : banyak (30% ≤ TM< 50%) Peringkat 4 : sangat banyak (TM ≥ 50%)

(a) (b)

Gambar 21. a. Kerusakan mekanik oleh tindakan vandalisme pencoretan pada Pohon (grafiti), b. Kerusakan mekanik penempelan iklan pada pohon

(46)

Dilihat dari kondisi yang ada di lapang kerusakan mekanik pada pohon pada umumnya di sebabkan oleh vandalisme, sayatan, dan patah cabang. Vandalisme seperti penempelan papan iklan di pohon, spanduk, pencoretan terhadap pohon, dan adanya warung di sekitar pohon. Hal ini dapat menimbulkan kesan kurang terawat dan mempengaruhi visual pada pohon tersebut (gambar 21). Selain itu vandalisme terjadi akibat letak pohon berada berdampingan pada jalur pedestrian dan sebagian warga membuang atau membakar sampah pada pangkal akar yang dapat menimbulkan kebakaran sehingga batang pohon menjadi berongga (gambar 20).

Sayatan oleh benda tajam, merupakan dapat menimbulkan kerusakan pada pohon. Sayatan yang terjadi pada pohon yang ada di Jalan Pajajaran masih dalam taraf relatif sedikit, tetapi sayatan pada pohon dapat menimbulkan luka pada kulit pohon dan dapat menimbulkan kematian pada pohon apabila sayatan yang terjadi mencapai pada lapisan kambium (gambar 22).

Gambar 22. Sayatan Pada Pohon

Dari data yang diperoleh persentase kerusakan dan penyakit tanaman serta kerusakan mekanik yang ada pada pohon di Jalan Pajajaran secara umum masih sangat sedikit, maka kondisi pohon di Jalan Pajajaran termasuk dalam kategori peringkat 1 dengan persentase sebesar 80.0 % dimana kerusakan sangat sedikit atau dapat dikatakan tidak ada (0 – 15%). Pada peringkat 2 terdapat 9,8 %, Peringkat 3 terdapat 5,6 %, dan peringkat 4 memiliki jumlah yang sedikit 4,6 %. Besarnya jumlah pohon pada peringkat 1 menunjukkan bahwa kondisi pohon di Jalan Pajajaran kondisi pohon sebagian besar masih baik atau sedikit mengalami serangan penyakit, dapat dilihat pada tabel 15.

Referensi

Dokumen terkait

Yang penting aku ketemu sama Mas Diky.” Selanjutnya pada scene 12 saat Ibu Lela akan mengikuti lomba, terdapat tiga elemen yang terlihat lemah dibanding elemen-elemen

Dalam buku Basic Japanese-English Dictionary dijelaskan bahwa shinu adalah ungkapan untuk menyatakan pada sesuatu yang sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya yang

Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan, maka H 0 ditolak dan H a diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa

Pernikahan Generasi Muda Berdasarkan penyajian data diatas, mengenai efek pemahaman pernikahan Dadung Kepluntir bagi praktek pernikahan generasi muda, khususnya yang peneliti teliti

apabila banyak awan di langit itu pertanda akan turun hujan awan yang banyak. membuat cuaca

DENGAN KESEMUA ASPEK TERSEBUT, MAKA ISSUE YANG BERKAITAN DENGAN TEMA SINERGI ADALAH ISSUE MENGENAI IMAGE : BAGAIMANA IDENTITASNYA DAPAT DISAMPAIKAN DAN BAGAIMANA STATUS ATAU

Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara antara kecepatan dan kelincahan terhadap ketrampilan menggiring bola dalam sepak bola pada siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB)

Adapun secara istilah, ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan keadaan beberapa bentuk kata (bina’) yang meliputi jumlah huruf, harakat