• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social dalam Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social dalam Bahasa"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan.Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social dalam Bahasa Inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda, misalnya istilah sosial dalam

sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas kedua duanya memiliki menunjukan

makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto, apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi (Soekanto: 1982).

Istilah sosial Pada Departemen Sosial, menunjukan pada kegiatan-kegiatan dilapangan sosial, artinya kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu dan lain-lain. Selain itu Soekanto mengemukakan bahwa istilah sosial juga berkenaan dengan pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial(Soekanto, dalam Supardan, 2009: 27).

Defenisi sosial pada dasarnya diartikan sebagai kemasyarakatan atau suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak nyata. Kehadiran manusia secara nyata bisa dirasakan baik audio maupun visual, sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajinasi, kenangan, khayalan dan lain sebagainya.Defenisi sosial ini terkait pada hubungan-hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan kelompoknya dan manusia dengan organisasi yang diikutinya. Hal ini juga berkaitan

(2)

langsung dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial di muka bumi, karena manusia tidak bisa hidup sendirian dan pasti akanselalumembutuhkan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari (http://www.anneahira.com/defenisi-sosial.htm. Diakses pada tanggal 17 mei 2014 pukul 22.00).

Ekonomi (economic) dalam banyak literatur ekonomi disebutkan barasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Oleh sebab itu, pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, Negara dan dunia. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari(Putong, 2005: 9).

Salah satu yang terpenting dalam kehidupan sosial individu adalah interaksi sosial. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada di lingkungan pergaulan sosial diluar keluarganya dan dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya didalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosial dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.

Peran umum kelompok keluarga sebagai kelompok pertama, dimana tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial.Terdapat pula peran-peran tertentu dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial.Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar manjadi manusia sosial.Rumah tangga menjadi tempat pertama dalam perkembangan segi-segi sosial anak.Dalam interaksi sosial dengan orangtuanya yang wajar, anak dapat memperoleh hasil yang memungkinkan menjadi anggota

(3)

masyarakat berguna kelak.Sedangkan apabila hubungan dengan orangtuanya kurang baik, kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umunya berlangsung kurang baik pula (Gerungan, 2004:216).

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi

Kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari beberapa indikator seperti pendapatan, pendidikan, pekerjaan. Adapun rincian indikator sebagai berikut:

a. Pendapatan

Pendapatandapat didefenisikan sebagai gaji, upah, keuntungan, sewa dan setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat generasi sumber penghasilan (pendapatan) adalah dalam bentuk kompensasi pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau deviden, royalti, piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat atau bantuan keuangan keluarga.

Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah yaitu relatif dan mutlak. Pendapatan mutlak sebagaimana diteorikan oleh ekonomi John Maynard Keynes, pendapatan adalah hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan yang berpengaruh pada konsumsi tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang individu.

Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (primer) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang rendah hanya bisa

(4)

memenuhi kebutuhan pokoknya (primer), bahkan mereka terkadang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

b. Pendidikan

Tingkat Pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan fenomena “cross cutting” untuk semua individu.Pencapaian pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk-Nya atas semua prestasi dalam hidup yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya.Akibatnya pendidikan memainkan sebua peran dalam pendapatan.

Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan penghasilan.Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar professional dan doctor membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara mereka tanpa ijasah sekolah tertinggi terhukum secara finansial.Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan psikologis yang lebih baik yaitu pendapatan lebih, kontrol yang lebih dan dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar).

Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah.Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, dimana orang tua kelas menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan anak-anak mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan mendorong rasa hak melalui diskusi.

Lareau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka memiliki rasa kendala.Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan demikian lahir dari dua perbedaan dalam membesarkan anak.Secara teori, keluarga berpenghasilan rendah

(5)

memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak yang berpenghasilan menengah, yang merasa berhak, yang argumentatif dan lebih siap untuk kehidupan dewasa.

c. Pekerjaan

Pekerjaan yang bergengsi sebagai salah satu contoh komponen status sosial ekonomi, terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan.Status pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mengeksplorasi dan mempertahankan posisi yang baik.Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi sosial atau status dalam masyarakat, maka status sosial menggambarkan karakteristik pekerjaan, pengambilan membuat kemampuan dan pengendalian emosi serta sikologis tuntutan pada pekerjaan.

Pekerjaan dirangkingkan oleh jejak pendapat (antara organisasi lainnya) dan pendapat dari masyarakat umum yang disurvei.Beberapa pekerjaan yang paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan biomedis, spesialis komputer dan komunikasi analisis.Pekerjaan ini, dianggap dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan lebih banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih besar terhadap kondisi kerja. Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan dan tukang parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan kurang dan lebih melelahkan, secara fisikberbahaya dan memberikan otonomi yang

kurang(http://tenagasosial.blogspot.com/2013/08/faktor-yang-mempengaruhi-status-sosial. html.Diakses pada tanggal 28 februari 2014 pukul

(6)

Berdasarkan indikator sosial ekonomi seperti pekerjaan, penghasilan dan pendapatan, masyarakat dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk kedudukan sosial yaitu:

a. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain. b. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan yang hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

c. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain (Tan, dalam Koentjaraningrat, 1981 : 35)

2.2. Keluarga Pemulung 2.2.1 Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses. Menurut Iver dan Page“family is a group defined by sex relationship sufficiently precise and

enduring to provide for the procreation and upbringing of children”. Sedangkan menurut

A.M. Rose “a family is a group of interacting person who recognize a relationship with each

(7)

Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus.Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak (Su’adah, 2005: 22-23).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anak atau ayah dan anak atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga. Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara

c. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan

d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22).

Hal senada dari beberapa definisi keluarga, fungsi keluarga adalah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih bersifat interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain. Sementara itu menurut Ki Hajar Dewantara,

(8)

suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja.Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169).

Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak tersendiri.Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil, disinilah anak dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali dan mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia.Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompok. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarga (Gerungan, 2004: 195).

Adapun bentuk-bentuk keluarga menurut Polak yaitu:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah.

b. Keluarga Besar (Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya( Polak, dalam Khairuddin, 1997: 19)

Keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

a. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial b. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras

(9)

c. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu

d. Besarnya keluarga terbatas

e. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial. f. Pertanggungjawaban daripada anggota-anggota.

g. Adanya aturan-aturan sosial yang homogeni(Ahmadi, 2007:222).

Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh individualism dan sistem kekeluargaan ini menjadi kabur.Hal ini disebabkan karena urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial yaitu:

a. Keluarga berubah fungsinya dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu. b. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah

kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan kekeluargaan

c. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur karena tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi, 2007: 223).

Adapun fungsi-fungsi keluarga meliputi :

a. Fungsi pengaturan seksual, dimana keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual

(10)

c. Fungsi afeksi, salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai. Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik dalam mengatasi masalah remaja, secara garis besar tugas-tugas tersebut adalah:

a. Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok seperti sandang, pangan dan kesehatan b. Memberi ikatan dan hubungan emosional dimana hubungan yang erat merupakan

bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak c. Memberikan suatu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan

kehidupan keluarga yang stabil

d. Membimbing dan mengendalikan perilaku

e. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman ini secara alami

f. Mengajarkan cara berkomunikasi dimana orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan atau amarah

g. Membantu anak menjadi bagian dari keluarga.

h. Memberi teladan (Horton, dalam Su’adah, 2005: 109).

Perkembangan anak-anak juga memiliki keterkaitan pada keadaan sosio-ekonomi. Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentu berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila diperhatikan dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarga itu lebih luas dimana anak mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak dapat prasarananya. Hubungan orang tua yang hidup dalam status

(11)

sosio-ekonomi serba cukup dan kurang mengalaminya tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh kebutuhan hidupnya yang memadai. Orang tua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-masalah kebutuhan primer manusia. Secara umum hal ini dianggap benar, namun tentulah status sosio-ekonomi tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak(Gerungan, 2004: 196).

Kendala pada faktor pendidikan pada tingkat remaja dihadapkan pada berbagai faktor, diantaranya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak masih banyak yang rendah. Disisi lain tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk bekerja membantu mencari nafkah Sebagian besar permasalahan sosial-ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak memadainya sumber-sumber penghidupan, seperti pekerjaan yang tidak layak dan tidak tetap atau bahkan tidak memiliki pekerjaan, penghasilan rendah, tidak memiliki aset memadai (tanah, sawah dan lain-lain), ketidakmampuan mengelola ekonomi rumah tangga, perilaku konsumtif dan lain-lain(Anwas, 2013: 117).

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan ekonomi keluarga diantaranya meliputi: a. Tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memadai dan layak sehingga daya beli

rendah.

b. Tidak memiliki asset yang memiliki nilai ekonomi, seperti tanah, sawah, kebun dan ternak

c. Ketidakmampuan dalam mengelola ekonomi rumah tangga dimana pengeluaran lebih besar dari pada pemasukan (dari segi keuangan)

d. Perilaku konsumtif yaitu perilaku senang berbelanja secara berlebihan sehingga menghabiskan sebagian keuangan rumahtangga, bahkan berbelanja secara kredit dan menggunakan kartu kredit tanpa perhitungan

(12)

e. Terbatasnya akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan pelayanan-pelayanan sosial f. Tidak memiliki keterampilan atau keahlian atau kejuruan kerja

g. Minimnya kepemilikan pribadi seperti rumah atau tempat tinggal, peralatan rumah tangga, kendaraan dan sumber daya lainnya(Departemen Sosial Republik Indonesia, 2009: 42-43).

2.2.2 Pemulung

Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu tertentu. Kehidupan masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu hal yang disebut interaksi sosial. Kelompok sosial terjadi karena adanya interaksi dan persamaan ciri dalam kelompok tersebut.

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera karena dengan kehidupan yang sejahtera dapat menghindari manusia dari penyakit sosial seperti kemiskinan, tuna wisma serta menghindari manusia dari keinginkan untuk berbuat kejahatan seperti pencurian, perampokkan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian kehidupan yang sejahtera tersebut setiap manusia akan berusaha dengan bekerja dengan keras agar dapat menambah perekonomian keluarga, walaupun hanya bekerja sebagai pengumpul barang-barang bekas dan mengais barang-barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah serta berkeliling ke rumah-rumah warga tetap dilakukan demi memenuhi perekonomian keluarganya. Pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan sampah lebih sering disebut dengan istilah pemulung.

Berdasarkan teori di dalam masyarakat, salah satunya adalah teori Gemein Schaft Of

Place (paguyuban berdasarkan tempat tinggal), di mana kelompok sosial terbentuk ketika

masing-masing individu di dalamnya memiliki rasa persamaan karena berada di satu tempat tinggal yang sama. Berdasarkan teori Gemeinschaft terdiri suatu kelompok masyarakat

(13)

terutama masyarakat miskin terbentuk atas pekerjaan dan tingkat sosial yang sama. Seperti yang terjadi pada kelompok pemulung.Pada umumnya dapat dikatakan pemulung adalah orang yang bekerja memungut barang-barang bekas atau sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang (http://ekatasia.blogspot.com/2009/06/bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January 2014 pukul 11.50 WIB).

Keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang pemulung itu sendiri, masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung.Banyak diantara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya.Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung sangat kumuh, dan sebagainya.Padahal kalau dicermati, pemulung merupakan komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan. Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Oleh karena itu, volume sampah yang menggunung di lingkungan sekitar merupakan permasalahan yang tidak kunjung berakhir dapat diminimalisasikan oleh pemulung.

Pemulung adalah orang-orang yang bekerja mencari danmengumpulkan sampahyang kemudian sampah-sampah tersebut akan dijualkembali. Adapun beberapa definisi pemulung sebagai berikut:

a. Pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut, dan mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang yang dapat di olah kembali untuk di jual.

b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari kata pe dan pulung. Jadi memulung artinya mengumpulkan barang-barang bekas (limbah yang terbuang sebagai sampah) untuk dimanfaatkan kembali. Sedangkan pemulung adalah orang yang pekerjaannya memulung yaitu orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan

(14)

memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas untuk kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengelolahnya kembali menjadi barang komoditi baru atau lain

c. Menurut Jhones, pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua dan barang bekas lainnya (http://www.scribd.com diakses pada tanggal 8 Juni 2014 Pukul 20:00).

Terdapat dua jenis pemulung, yaitu

a. Pemulung lepas dimana pemulung ini bekerja sebagai wirausaha dan tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung.

b. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang didiami bandar atau di mana terletak tempat penampungan barangnya. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari industri daur ulang(Wudjinem,2001: 40).

Berdasarkan penjelasan tersebut, keluarga pemulung adalah hubungan suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah

2.3 Kemiskinan

2.3.1 Pengertian Kemiskinan

Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia.Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga,

(15)

masyarakat, negara bahkan dunia (Siagian, 2012: 1).Masalah kemiskinan dapat dipahami memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, oleh karena itu langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Pemahaman masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yaitu kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seorang atau sekelompok orang yang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara itu sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau sekelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencari taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak (Mencher dalam Siagian, 2012: 5).

2.3.2 Aspek-aspek Kemiskinan

Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Matias Siagian, yaitu: a. Kemiskinan bersifat multidimensi

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial,

(16)

kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekunder dari kemiskinan adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh sesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.

b. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial akan membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri.

c. Kemiskinan adalah fakta yang terukur

Fenomena yang sering dijumpai adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai suatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur.Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur (Siagian, 2012: 13).

Kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012:14), seperti:

(17)

2. Sangat miskin

3. Sangat miskin sekali.

Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasikan kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti:

1. Prasejahtera 2. Sejahtera 1 3. Sejahtera 2

d. Bahwa yang miskin adalah manusianya baik secara individual maupun kolektif

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty) dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota. Kondisi desa dan kota merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia, dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia baik secara individual maupun kelompok dan bukanlah wilayah (Siagian, 2012: 14).

2.3.3 Ciri-ciri Kemiskinan

Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan yaitu:

a. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai ataupun keterampilan untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada

(18)

umumnya sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi faktor-faktor produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan konsumsi, bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau dana tidak digunakan untuk investasi melainkan hanya untuk konsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal

b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendapatan hanya cukup untuk konsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh

terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian atara lain menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai ekonomis

d. Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. Bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja,

(19)

mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian mengakibatkan mereka memiliki produktivitas yang rendah dan seterusnya mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.

e. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang makin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung melakukan migrasi ke kota karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib(Siagian, 2012: 20).

Kemiskinan juga tidak lepas daripada cangkupan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hidup selain dari sisi material.Cangkupan beberapa elemen yang turut menentukan kualitas hidup dalam pengukuran kesejahteraan ekonomi. Ada 3 pendekatan konseptual dalam memikirkan cara mengukur kualitas hidup, yaitu:

a. Pendekatan pertama, untuk menilai keadaan diri mereka sendiri, mengupayakan manusia untuk “bahagia’ dan “puas” dengan hidup mereka merupaka tujuan universal eksistensi manusia

b. Pendekatan kedua, pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara “kegiatan dan kedirian” (functionings) dan kebebasannya untuk memilih fungsi-fungsi tersebut (capabilities). Sebagian diantara kapabilitas yang sangat mendasar, seperti tercukupinya gizi dan terbebas dari kematian dini, kapabilitas lain seperti melek huruf dan berpartisipasi dalam politik

(20)

c. Pendekatan ketiga yang dikembangkan dalam kondisi ekonomi. Gagasan tentang alokasi yang adil dan berfokus pada kesetaraan diantara anggota masyarakat (Siglitz, 2011: 70-71).

2.3.4 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik

Secara umum, faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

a. Faktor internal yang dalam hal ini berasal dari individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan yang meliputi:

1. Fisik, misalnya cacat, kurang gizi dan sakit-sakitan

2. Intelektual, seperti kurangnya pengetahuan, kebodohan dan miskin informasi

3. Mental emosional atau temperamental, seperti malas, mudah menyerah dan putus asa

4. Spiritual, seperti tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin

5. Secara psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stres, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan

6. Keterampilan, seperti tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja

7. Aset, seperti tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

b. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi:

(21)

2. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai aset dan alat memenuhi kebutuhan hidup

3. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal

4. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro

5. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan, dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.

6. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal 7. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan

8. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana 9. Pembangunan yang lebih beriorentasi fisik material

10. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata

11. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin(Siagian: 2012: 114).

Penyebab utama kemiskinan ialah ketidakmampuan kaum miskin menghadapi perubahan yang cepat dan radikal serta realita yang baru dan kompleks. Perubahan-perubahan itu terpenting dan paling jelas adalah tekanan populasi, perubahan struktur sosial dan ekonomi, kondisi-kondisi teknologi, ekologi, perang dan perselisihan warga. Sementara itu, perubahan-perubahan yang tidak begitu tampak namun sama mengancamnya adalah perubahan iklim, degradasi tanah, polusi air dan udara.

2.4 Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru baik dalam wacana global maupun nasional.Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) misalnya telah mengatur masalah ini sebagai salah

(22)

satu bidang kegiatan masyarakat internasional. Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah ada da;am sistem ketatanegaraan Indonesia (Suharto, 2009: 1).

Perserikatan Bangsa-Bangsa memberi batasan kesajahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat.Defenisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas yang terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.

Kesejahteraan sosial dalam artian luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual Kesejahteraan sosial dapat dilihat dalam empat sudut pandang yaitu:

a. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadilan (kondisi).

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi, kesejahteraan sosial dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial dimana kesejahteraan sosial adalah sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.

(23)

b. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu.

Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik dari level mikro, mezzo, maupun makro.

c. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan.

Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat dilihat antara lain dari defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander ‘’Kesejahteraan sosial merupakan sisitem yang terorganisir dari berbagai institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan”. Pengertian ini sekurang-kurangnya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun dalam pengertian yang dikemukakan Friedlender secara eksplisif menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu dan kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian Friedlender juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas.

e. Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan.

Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi gerakan tersendiri yang bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan hal yang perlu diperhatikan secara seksama oleh masyarakat dunia baik secara global maupun parsial.Oleh karena itu, muncullah berbagai macam gerakan dalam wujud organisasi lokal, regional maupun internasional yang berusaha menangani isu kesejahteraan sosial ini(Adi, 2003: 40).

(24)

2.5 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal yang tidak pernah henti-hentinya dipersoalkan dan diperbincangkan oleh banyak pihak dewasa ini, sehingga menjadikan kemiskinan menjadi topik yang sangat penting dan krusial. Hal ini terjadi karena kemiskinan merupakan masalah yang menyangkut pribadi, keluarga, masyaakat, negara bahkan dunia. Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri bahwa kemiskinan akan selalu diminati untuk dipersoalkan atau diperbincangkan dalam pencarian solusinya. Faktor penyebab kemiskinan disebabka oleh beberapa faktor di antaranya adalah Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), lingkungan atau lembaga sosial, kebijakan dan implementasi kebijakan melalui program, perilaku birokrat dan sistem hukum.

Kemiskinan yang ada tersebut memaksa masyarakat untuk melakukan berbagai tindakan dalam pemenuhan kebutuhan sosial ekonominya. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan masyarakat agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satu pekerjaan yang dirasakan cukup membantu adalah menjadi seorang pemulung. Memulung bukan merupakan jalan bagi masyarakat untuk dapat memuhi kebutuhannya, akan tetapi keterbatasan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki sebagian masyarakat mau tidak mau memaksa mereka menjadi pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama mereka.

Pemulung merupakan salah contoh kegiatan sektor informal yang ada di perkotaan. Pemulung melakukan pengumpulan barang bekas karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang bahan-bahan bekas. Hadirnyapemulung karena di dasarkan pada pengalaman kerja mereka sebelumnya yangtidak menguntungkan, akibat kurangnya pendapatan, kerugian usaha, danketidakbebasan serta pemulung lebih karena tergiur sosialisasi tetangga yangmenjanjikan kemudahan dalam mencari pekerjaan dengan pendapatan besar dikota. Bentuk kerjasama yang terjadi diantara pemulung dan lapak sangat baik. Halini terjadi karena adanya kepercayaan dan hubungan timbal balik serta

(25)

jaringaninformasi yang mereka miliki inilah yang menjadi modal sosial mereka untukbertahan hidup di Kota.

Bagan Alir Pikir

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.6.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah khusus yang digunakan para ahli dalam menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Agar menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek, peneliti harus menegaskan dan membatasi konsep

Kemiskinan

Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

SOSIAL EKONOMI KELUARGA 1. Pendapatan 2. Perumahan 3. Pendidikan 4. Pangan 5. Sandang 6. Kesehatan 7. Interaksi

(26)

yang diteliti. Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti.Definisi konsep adalah adalah pengertian terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136).

Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang akan digunakan dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep-konsep yang digunaan sebagai berikut:

a. Keluarga Pemulung yang peneliti maksud adalah hubungan suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah

b. Sosial Ekonomi yang peneliti maksud adalah terpenuhinya kebutuhan keluarga yaitu kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal dan kesehatan.

c. Kemiskinan yang peneliti maksud adalah seorang atau sekelompok orang yang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

d. Kesejahteraan sosial dalam artian luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual.

(27)

2.6.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Definisi operasional bertujuan memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).

Defenisi operasional sering disebut sebagai proses opersasionalisasi konsep yang berarti menjadi konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional mengenai Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal dapat diukur melalui indikator yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapatan, adapun indikator dari pendapatan yaitu: a. Jenis Pekerjaan

b. Penghasilan

c. Pemenuhan kebutuhan d. Jumlah yang ditanggung e. Tabungan

2. Perumahan, adapun indikatornya yaitu: a. Tersedianya sistem pengadaan air b. Tersedianya fasilitas untuk makan

(28)

c. Adanya sistem pembuangan d. Adanya ventilasi

e. Luas rumah f. Bangunan rumah

3. Pendidikan, adapun indikatornya yaitu: a. Tingkat pendidikan anak

b. Jumlah anak yang sekolah 4. Pangan, adapun indikatornya yaitu:

a. Jenis makanan yang dikonsumsi

b. Unsur gizi pembangunan sel-sel jaringan yaitu protein, mineral, vitamin dan air c. Unsur gizi pengatur pekerjaan jaringan tubuh kita yaitu vitamin dan mineral. 5. Kesehatan, adapun indikatornya yaitu:

a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan b. Kemampuan berobat ke rumah sakit c. Kemampuan berobat ke puskesmas 6. Sandang, adapun indikatornya yaitu:

a. Jenis Pakaian yang di pakai

b. Berapa kali dalam setahun membeli pakaian 7. Interaksi, adapun indikatornya yaitu:

a. Komunikasi dengan anak b. Komunikasi dengan keluarga c. Komunikasi dengan tetangga d. Perkumpulan

Referensi

Dokumen terkait

Model perhitungan neutronik dalam analisis ini terdiri dari dua bahagian yaitu perhitungan generati tampang lintang yang dilakukan dengan menggunakan program

Para llevar un orden lógico a la hora de utilizar las herramientas vamos a plantear primero qué análisis vamos a realizar y en qué puntos vamos a centrarnos, hacer un

terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Aktivitas belajar siswa dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi promosi PT Fujifilm Indonesia melalui media Instagram dalam meningkatkan penjualan tahun 2015. 1.4

Uways Sulqurni Graha Piesta, Jalan Warung Buncit Raya No.. Bursa Efek

Adalah transaksi ini dicatat dalam jurnal penjualan atas dasar faktur penjualan yang dilampiri dengan surat order pengiriman dan surat muat yang diterima oleh

X : Perlakuan (treatment) yang diberikan (Variabel independen) Sugiyono (2013: 75). Penelitian ini akan dilaksanakan pengukuran yang dilakukan sebelum diberi perlakuan berupa

Dalam metode ini, kita tidak menspesifikasikan secara penuh distribusi bersama dari variabel-variabel respons, tetapi hanya menspesifikasikan fungsi link, hubungan