BAB I PENDAHULUAN
I1; Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di segala bidang, terutama dalam bidang transportasi. Alat transportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia setiap hari untuk menuju dari suatu tempat ke tempat lain salah satunya adalah kendaraan roda empat.
Salah satu roda empat yang digunakan adalah TOYOTA KIJANG Pick Up 7K. Jenis kendaraan ini mempunyai komponen utama, yaitu transmisi utama yang didalamnya terdapat roda gigi yang tersusun sedemikian rupa sehingga dapat meneruskan daya dari output mesin dimana kecepatan putarannya dapat diubah berdasarkan perbandingan jumlah gigi yang pertama dengan roda gigi yang berikutnya.
I2; Tujuan
Penulis akan merancang ulang sistem transmisi roda gigi LURUS DAN MIRING dengan :
Daya (P) = 80 ps Putaran (n) = 4800 rpm I3; Batasan Masalah
Dalam hal ini dibatasi untuk mengetahui komponen-komponen yang ada pada transmisi, fungsi dan cara kerja serta perhitungan poros, spline, naff, dengan daya dan putaran yang telah ditentukan.
I4; Metodologi Perencanaan
Dalam perancangan roda gigi ini penulis melakukan survei ke lapangan untuk memperoleh data pada mobil TOYOTA KIJANG ini, serta melakukan tanya jawab kepada orang yang lebih mengerti dan mengetahui tentang roda gigi ini.
▸ Baca selengkapnya: untuk pembuatan roda gigi pada mesin frais, benda kerja dicekam dengan menggunakan
(2)I5; Sistematika Penulisan
Adapun dalam perancangan ini, Penulis membuat sistematika penulisan yaitu :
BAB I Pendahuluan
Pada Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, metodologi perencanaan dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam Bab ini menguraikan tentang sistem transmisi roda gigi dan komponen-komponen utama serta persamaan yang diberikan dengan perhitungan perancangan roda gigi.
BAB III Perhitungan Roda Gigi
Di dalam Bab ini melakukan perhitungan komponen utama, pemeriksaan kekuatan roda gigi
BAB IV Perhitungan Poros
Pada Bab ini menguraikan perhitungan poros input, poros counter, dan poros output.
BAB V Perhitungan Spline Dan Bantalan
Dalam Bab ini melakukan perhitungan pada spline dan bantalan. BAB VI Kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
II1; Fungsi dan Kegunaan Roda Gigi
Roda gigi adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk memindahkan atau meneruskan daya atau putaran yang tidak slip dan berlawanan arah melalui uraian bentuk serta ukuran, roda gigi juga dapat mentransmisikan putaran secara variasi, sehingga dengan demikian putaran roda gigi daspat dipercepat maupun diperlambat dengan cara perhitungan perbandingan diametri dan bentuknya. Roda gigi dapat mentransmisikan putaran ke segala arah sumbu yang diinginkan seperti : sejajar, tegak lurus atau membentuk sudut secara bervariasi maupun konstan dengan tidak mengurangi besarnya daya sebab tidak terjadi slip (kerugian putaran). Demikian juga pemeliharaan beban serta proses pembuatannya memerlukan ketelitian yang tinggi juga membutuhkan biaya yang mahal demi memperoleh kualitas roda gigi yang lebih baik.
II2; Klasifikasi Roda Gigi
Berdasarkan bentuknya serta kegunaannya, maka roda gigi dapat dibedakan atas :
a; Roda Gigi Lurus
Roda gigi lurus fungsinya adalah untuk memberikan transmisi daya yang positif antara dua poros yang sejajar dengan sebuah perbandingan kecepatan angular (sudut yang konstan/tetap). Roda ini merupakan roda gigi yang paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros, dimana roda gigi ini sejajar dengan poros pada dua bidang silinder atau bidang jarak bagi dan kedua bidang silinder tersebut saling bersinggungan dan satu lagi mengelilingi roda pada gigi yang lain dengan sumber tetap sejajar.
Gbr. Roda Gigi Lurus b; Roda Gigi Miring
Roda gigi miring berbeda dengan roda gigi lurus, dalam hal ini gigi yang dibuat tidak sama dengan poros yang silindris. Namun mempunyai sudut helix. Jumlah gigi yang membentuk ulir pada silinder. Jarak bagi roda gigi itu miring juga setiap jumlah pasangan membentuk saling kontak, sehingga pemindahan momen atau putaran melalui gigi-gigi tersebut berlangsung dengan halus, sehingga roda gigi sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan daya yang besar. Roda gigi ini memerlukan bantalan aksial dan kontak roda gigi yang besar karena jalur gigi yang membentuk ulir, sehingga menimbulkan daya reaksi yang sejajar dengan poros.
Gbr. Roda Gigi Miring
Roda gigi miring pada gambar, mempunyai kemiringan antara 7o s/d 23o
dapat ditransmisikan putaran yang paralel, beban yang ditransmisikan lebih besar daripada roda gigi halus. Hal ini dikarenakan adanya penguraian gaya dengan kemiringan tersebut dengan daya aksial dan tangensial.
c; Roda Gigi Miring Ganda
Roda gigi miring ganda ini mempunyai gaya aksial yang timbul pada gigi-gigi yang mempunyai bentuk alur “V” yang gaya-gayanya saling meniadakan. Roda miring ganda ini mempunyai perbandingan reduksi kecepatan keliling dan daya diteruskan dan dapat diperbesar, akan tetapi melihat bentuknya dapat dipastikan sangat sukar dalam pembuatannya.
d; Roda Gigi Dalam
Penggunaan roda gigi dalam ini, sebagai alat transmisi atau pemindah daya untuk ukuran-ukuran kecil dengan perbandingan reduksi yang besar sebab rodas gigi pinionnya terdapat dalam roda gigi pinionnya.
Gambar di bawah ini memperlihatkan batang gigi yang merupakan besar profil pembuatan gigi. Dimana pemasang antara batang dengan pinionnya digunakan untuk merubah gerakan berputar menjadi gerakan lurus atau gerakan putara sebaliknya.
Gbr. Roda Gigi Miring e; Roda Gigi Kerucut
Terlihat pada gambar, roda gigi kerucut mempunyai bidang jarak bagi dan bidang kerucut jaraknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut dan roda gigi lurus ini adalah yang paling mudah dibuat serta sering disebabkan perbandingan kontaknya yang kecil, serta konstruksinya tida mementingkan untuk dipasangkan bantalan pada kedua ujung porosnya, kegunaan roda gigi ini adalah untuk memindahkan getaran poros yang saling menyilang.
Gbr. Roda Gigi Kerucut
b; Roda Gigi Kerucut Spiral
Seperti gambar di bawah ini, roda gigi ini mempunyai perbandingan kontak dengan besar dan dapat ditransmisikan daya pada putaran yang tinggi dengan beban yang besar, dan biasanya kerucut spiral ini mempunyai sudut poros dari kedua roda gigi seperti telah dijelaskan pada roda gigi kerucut lurus.
Gbr. Roda Gigi Kerucut Spiral a; Roda Gigi Cacing
Pada roda gigi cacing fungsinya adalah untuk memindahkan daya dan putaran yang tinggi pada dua poros yang tidak berpotongan (tegak lurus). Batang penggerak mempunyai jenis ulir yang dipasang pada sebuah atau lebih roda gigi dan biasanya disebut roda gigi cacing. Roda gigi cacing digolongkan pada dua jenis yaitu rodas gigi cacing silindris dan globoid.
Gbr. Roda Gigi Cacing Silindris Gbr. Roda Gigi Cacing Globoid Selain roda gigi tersebut. ada tiga (3) jenis roda gigi lain diantaranya adalah :
1; Roda gigi miring silang 2; Roda gigi hipoid
3; Roda gigi pinion batang gigi
b; Roda Gigi Permukaan
Roda gigi ini berfungsi untuk meneruskan putara untuk perbandingan reduksi yang besar, selain dari pada itu, terdapat pula roda gigi yang berbanding kecepatan sudutnya itu dapat bervariasi, misalnya roda gigi eksentrik, roda gigi bukan lingkaran dan roda gigi lonjong, dan lain-lain.
Gbr. Roda Gigi Permukaan II3; Persamaan-persamaan pada Perhitungan Roda Gigi a; Persamaan Ukuran Utama pada Roda Gigi
Dalam pembahasan berikut, akan ditinjau dari beberapa persamaan-persamaan, dimana dalam hal tersebut merupakan langkah untuk melakukan perhitungan perencanaan pada roda gigi. Misalnya pada kecepatan (1) sampai dengan kecepatan reverse (R).
Jarak bagi gigi (t) t = π x M
dimana harga M diperoleh dari :
M = n M n T Z T ... (pers. 2.3.1)
Tebal profil gigi (h) h = 2 M ... (pers. 2.3.2) Kelunggaran Puncak (ck) ck = 0,25 x M ... (pers. 2.3.3) Tinggi kaki gigi (hf)
hf = k x M x ck ... (pers. 2.3.4) Harga k (faktor tinggi kepala) ditentukan.
Diameter lingkaran bagi (d)
d = M x Z ... (pers. 2.3.5) Harga Z (jumlah gigi yang direncanakan) ditentukan
Diameter lingkar kepala (dk)
dk = (Z+2) x M ... (pers. 2.3.6) Diameter lingkar kaki (df)
df = dk – 2 (hk + hf) ... (pers. 2.3.7) b; Persamaan Umum pada Perhitungan Poros
Gbr. Poros
Dalam hal ini penyambungan roda gigi output dengan roda gigi counter maka moment torsi terjadi pada roda gigi input. Pada saat meisn dihidupkan terjadi beban yang besar, dengan demikian diperlukan faktor koreksi rata-rata dengan daya rencana (Pd) dengan rumus sebagai berikut :
Pd = P x Fc ... ... (pers. 2.3.8) Dimana :
Pd = Fc P
Momen torsi rencana (T) T = 9,74 x 105 x n
Pd
(kg.mm) ... (pers. 2.3.9) Untuk bahan poros diambil dasri baja karbon 545c dengan kekuatan tarik (B
) = 58 kg/mm2, maka tegangan geser yang diizinkan adalah :
2 1 SF SF b a ... ... (pers. 2.3.10) Dimana :
SF1 = Faktor pengaruh massan dan baja paduan (6,0)
SF2 = Pengaruh kekerasan permukaan
= (1,3 – 3,0) 2,3 diambil Diameter Poros (ds) ds = 3 1 1 , 5 d a cb kt ... (pers. 2.3.11) dimana :
kt = faktor koreksi tumbukan (1,0 / 1,5) diambil (1,2) cb = faktor lenturan (1,2 / 2,3) diambil (1,6)
Pemeriksanaan kekuatan poros
a ... ... (pers. 2.3.12)
c; Persamaan Umum untuk Perhitungan Spline
Daya dan putaran mesin yang ditransimisikan melalui roda gigi kemudian dipindahkan ke poros output melalui sebuah penyambungan. Konstruksi yang sesuai untuk ini adalah sambungan dengan menggunakan spline. Spline yang direncanakan adalah jumlah alurnya (n) = 8 buah dan diameter poros output (ds) = 32 mm.
Diameter Spline (D) D = 810,
ds
Panjang Spline (L) L = 1,5 . D mm ... ... (pers. 2.3.14) Tinggi Spline (h) h = 2 ds D mm ... ... (pers. 2.3.15) Lebar Spline (w) w = 0,098 . D mm ... (pers. 2.3.16) Besar gaya pada spline (Fs)
Fs = rm
T
kg ... (pers. 2.3.17) Dimana : T = momen puntir
rm = jari-jari spline
Besar tegangan yang terjadi pada spline (c) c
= AcFb ... (pers. 2.3.18)
Besar tegangan yang terjadi (g) g
= AqFb ... (pers. 2.3.19) d; Persamaan untuk Bantalan
Dalam perancangan ini ada tida buah bantalan yang direncanakan yaitu :
- Bantalan poros input - Bantalan poros counter - Bantalan poros output
Ukuran utama bantalan dapat dilihat pada tabel bantalan (Sularso dan Suga, hal 143)
Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas nominal dinamis spesifik C(kg) Kapasitas nominal statis spesifik Co (kg) Jenis
terbuka Dua sekat
Dua sekat tampak kantak d D B r 6000 6001 6002 6003 6004 6005 6006 6001ZZ 02ZZ 6003ZZ 04ZZ 05ZZ 6006ZZ 6001VV 02VV 6003VV 04VV 05VV 6006VV 10 12 15 17 20 25 30 26 8 28 8 32 9 35 10 42 12 47 12 55 13 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 1,5 360 400 440 470 735 790 1030 1296 229 263 296 465 530 740 6007 6008 6009 6010 07ZZ 08ZZ 6009ZZ 10ZZ 07VV 08VV 6009VV 10VV 35 40 45 50 62 14 68 15 75 16 80 16 1,5 1,5 1,5 1,5 1250 1310 1640 1710 915 1110 1320 1430 6200 6210 6202 6203 6204 6205 6206 6207 6208 6209 6210 6200ZZ 01ZZ 02ZZ 6203ZZ 04ZZ 05ZZ 6206ZZ 07ZZ 08ZZ 6209ZZ 10ZZ 6200VV 01VV 02VV 6203VV 04VV 05VV 6206VV 07VV 08VV 6209VV 10VV 10 12 15 17 20 25 30 35 40 45 50 30 9 32 10 35 11 40 12 47 14 52 15 62 16 72 17 80 18 85 19 90 20 1 1 1 1 1,5 1,5 1,5 2 2 2 2 400 535 600 750 1000 1100 1530 2010 2380 2570 2750 236 305 360 460 635 730 1050 1430 1650 1880 2100 6300 6301 6302 6303 6304 6300ZZ 01ZZ 02ZZ 6303ZZ 04ZZ 6300VV 01VV 02VV 6303VV 04VV 10 12 15 17 20 35 11 37 12 42 13 47 14 52 15 1 1,5 1,5 1,5 2 635 760 895 1070 1250 365 450 545 660 785
6305 6306 6307 6308 6309 6310 05ZZ 6306ZZ 07ZZ 08ZZ 6309ZZ 10ZZ 05VV 6306VV 07VV 08VV 6309VV 10VV 25 30 35 40 45 50 62 17 72 19 80 20 90 23 100 25 110 27 2 2 2,5 2,5 2,5 3 1610 2090 2620 3200 4150 4850 1080 1440 1840 3200 3100 3650 e; Persamaan Pelumasan dan Temperatur
Untuk roda gigi dengan kondisi kerja dengan putaran lebih dari 1500 rpm dengan V = 37 – 60 (est) V = 7,6(E) - 4 E Viskositas Pelumas V Temperatur Kerja T T 18 00022 , 0
BAB III
PERHITUNGAN POROS
III1; Perhitungan Poros Input
Daya dan putaran dalam rancangan ini digunakan pada mobil “TOYOTA KIJANG 7k” dengan data-data sebagai berikut :
Daya (N) = 80 ps Putaran (n) = 4800 rpm
Gambar 3.1. Poros
Dalam hal ini penyambungan roda gigi output dengan rodas gigi counter maka momen torsi terjadi pada roda gigi input. Pada saat mesin dihidupkan terjadi beban yang besar, dengan demikian diperlukan faktor koreksi rata-rata dengan daya rencana (Pd) adalah sebagai berikut dengan menggunakan persamaan 2.3.8. yaitu : Pd = P . Fc Dimana : 1 Ps = 0,735 kW P = 80 x 0,735 kW = 58,8 kW Fc = Factor keamanan
= 0,8 / 1,2 (daya rata-rata) tabel 4.1 = diambil (1,1)
Sehingga : Pd = P . Fc = 58,8 x 1,1
= 64,68 kW
Tabel 3.1. Faktor Keamanan (Sularso, 1997)
Daya yang akan ditransmisikan Fc Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan Daya normal
1,2 – 2,0 0,8 – 1,2 1,0 – 1,5 Untuk menghitung momen Torsi (T) dari persamaan 2.3.9.
T = 9,74 x 105 n Pd kg . mm = 9,74 x 105 4800 68 , 64 kg . mm = 13124,65 kg . mm
Dalam perancangan ini bahan poros diambil dari baja karbon konstruksi mesin yang disebut bahan S-C yaitu baja steel (S40C) dengan kekuatan tarik
b 55 kg/mm2. Sularso 1997 Maka 2 2 1 / mm kg SF SF b a Dimana :
SF1 = kekuatan yang dijamin, bahan S-C (6,0)
SF2 = 1,3 / 3,0 (diambil 2,0) Maka : 2 / 2 6 55 mm kg a = 4,58 kg/mm2
Tabel 3.2. Baja Karbon untuk Konsruksi Mesin (Sularso, 1997) Standar dan macam Lambang Perlakuan
panas
Kekuatan tarik (kg/mm2)
Keterangan Baja karbon
konstruksi mesin (JIS G 4501) S30C S35C S40C S45C S50C S55C Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan penormalan 48 52 55 58 62 66 Batang baja yang
difinis dingin S35C-D S45C-D S55C-D -53 60 72 Ditarik dingin, digerinda, dibubut, atau gabungan antara hal-hal tersebut Untuk mengukur diameter poros dari persamaan 2.3.11
Ds = 3 1 1 , 5 Kt Cb T a Dimana : Ds = diameter poros
Cb = faktor koreksi pada pemakaian beban lentur (1,2 / 2,3) diambil 2,0
Kt = faktor koreksi untuk kejutan
= 1,5 / 3,0 : jika terjadi kejutan yang besar diambil (1,5) Maka Ds = 3 1 65 , 13124 0 , 2 5 , 1 58 , 4 1 , 5 = 23,58
Tabel 3.3. Diameter Poros (Sularso, 1997) (Satuan mm) 4 4,5 5 *5,6 6 *6,3 7 *7,1 8 9 10 11 *11,2 12 *12,5 14 (15) 16 (17) 18 19 20 22 *22,4 24 25 28 30 *31,5 32 35 *35,5 38 40 42 45 48 50 55 56 60 63 65 70 71 75 80 85 90 95 100 (105) 110 *112 120 125 130 140 150 160 170 170 180 190 190 200 220 *224 240 250 260 280 300 315 320 340 *355 360 380 400 420 440 450 460 480 500 530 560 600 630
Keterangan :
1; Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar.
2; Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang bantalan gelinding.
III2; Perhitungan Poros Counter Daya (P) = 80 ps
Putaran (n) = 3428 (sesuai dengan putaran yang terjadi pada poros counter) Daya sebenarnya P = 80 . 0,735 kW = 58,8 kW Daya rencana Pd = Fc . P = 1,1 . 58,8 kW = 64,68 kW
Momen puntir rencana T = 9,74 x 105 n Pd = 9,74 x 105 3428 68 , 64 = 18377,57 kg.mm
Bahan poros direncanakan S45C dengan b= 58 kg/mm2
Maka 2 2 1 / mm kg SF SF b a Dimana : SF1 = diambil 6,0 SF2 = diambil 2,0 Maka : 6,0 2,0 58 a = 4,83 kg/mm2
Diameter poros Ds = 3 1 1 , 5 T Cb Kt a = 3 1 57 , 18377 0 , 2 5 , 1 83 , 4 1 , 5 = 38,75 mm
Sehingga diameter poros diambil 38 (Sularso, 1997) Pemeriksaan kekuatan poros
a 3 2 1 , 5 Ds T = 383 57 , 18377 1 , 5 = 1,708 kg/mm2
4,83 kg/mm2 1,708 kg/mm2. Poros layak digunakan.
III3; Perhitungan Poros Output
Pada poros output, putaran yang terjadi berubah-ubah sesuai dengna kecepatan yang dikehendaki, putaran yang tertinggi pada poros output yaitu speed 5 dengan putaran n = 5640 rpm
Daya yang dipindahkan Daya (P) = 80 ps Putaran (n) = 5640 rpm Daya rencana Pd = Fc . P = 1,1 . 58,8 kW = 64,68 kW Maka : T = 9,74 x 105 n Pd = 9,74 x 105 5640 8 , 58
= 10154,46 kg.mm
Bahan yang direncanakan S45C dengan b= 58 kg/mm2
Maka 2 2 1 / mm kg SF SF b a Dimana : SF1 = diambil 6,0 SF2 = diambil 2,0 Maka : 6,0 2,0 58 a = 4,83 kg/mm2 Diameter poros Ds3 = 3 1 1 , 5 T Cb Kt a = 3 1 46 , 10154 0 , 2 5 , 1 83 , 4 1 , 5 = 31,8 mm
= 32 (sesuai dengan table 1,7 hal 9 Sularso) Pemeriksaan kekuatan poros
a 3 3 1 , 5 Ds T = 323 46 , 10154 1 , 5 = 1,58 kg/mm2 Maka :
BAB IV
SPLINE DAN BANTALAN
IV1; Perhitungan Spline
Gambar Spline
Spline yang direncakan atau ketentuan ukuran dari spline Z = jumlah spline = 8 buah
h = tinggi spline = D – ds/2 Ws = lebar spline = 0,098 . D D = Diameter spline = ds / 0,81 Diameter poros (diambil ds = 32 mm) Dimana ds = 0,81 . D jadi D = 810, ds = 810, 32 = 39,5 mm Maka L = panjang spline L = 1,5 . D = 1,5 . 39,5 = 59,25 mm hs = 2 ds D = 2 32 5 , 39 = 3,75 mm L rs D hW
Ws = 0,098 . D = 0,098 . 39,5 = 3,87 mm
Jari-jari (rm) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
rm = 4 ds D ... (Sularso hal 59) = 4 32 5 , 39 = 17,87 mm
Besar gaya pada spline adalah
Fs = rm
T
Dimana :
T = momen puntir (10154,46 kg.mm) Fs = besar gaya yang bekerja (kg) Fs = 17,87
46 , 10154 = 568,24 kg
Besar tegangan tumbukan yang terjadi pada spline (C) adalah :
Ac Fb
C
Dimana :
Fb = Gaya yang diterima oleh masing-masing spline (kg) Ac = Luas yang mengalami tumbukan (mm2)
Fb = n Fs = 8 24 , 568 = 71,03 kg Ac = h . L = 3,75 x 59,25 = 222,18 mm2 Maka :
18 , 222 03 , 71 C = 0,319 kg/mm2
Tegangan gesek yang terjadi (q) adalah :
Aq Fb
q
Dimana :
Aq = Luas bidang yang mengalami gesekan Aq = W . L = 3,87 x 59,25 = 229,29 mm2 Maka : 29 , 229 03 , 71 q = 0,309 kg/mm2
Pemeriksaan tegangan kombinasi, maka tegangan kombinasi yang terjadi ( ) adalah :
2 2 q c
2
2 309 , 0 319 , 0 45 , 0 kg/mm2Bahan poros dan spline diambil sama dengan kekuatan tarik b=58 kg/mm2
(S45C)
Maka tegangan tarik izin adalah (a) = 4,83 kg/mm2
Dimana : a = 4,83 kg/mm2 0,45 kg/mm2 maka konstruksi spline layak
digunakan.
IV2; Perhitungan Bantalan (Bearing)
D
Bantalan merupakan tempat dudukan dari poros. Ukuran-ukuran bantalan dapat disesuaikan berdasarkan diameter poros. Dalam perancangan ini ada tiga buah bantalan yaitu :
- bantalan poros input - bantalan poros counter - bantalan poros output a; Bantalan poros input
Ukuran-ukuran utama pada bantalan dapat dilihat pada tabel bantalan (Sularso dan Suga hal 143). Untuk diameter poros 24 mm diperoleh sebagai berikut :
Diameter dalam (d) = 24 mm Diameter luar (D) = 47 mm Tebal bantalan (B) = 12 mm
Jari-jari (r) = 1 mm
Kapasitas nominal statis spesifik co = 530 kg b; Bantalan poros counter
Dengan diameter poros 38 mm
Diameter dalam (d) = 38 mm Diameter luar (D) = 68 mm Tebal bantalan (B) = 15 mm
Jari-jari (r) = 1,5 mm
Kapasitas nominal statis spesifik co = 1110 kg c; Bantalan poros output
Dengan diameter poros 32 mm
Diameter dalam (d) = 32 mm Diameter luar (D) = 55 mm Tebal bantalan (B) = 13 mm
Kapasitas nominal statis spesifik co = 740 kg Jenis-jenis bantalan yang dipakai adalah :
- Untuk bantalan poros input dipakai jenis terbuka 6005 - Untuk bantalan poros counter dipakai jenis terbuka 6008 - Untuk bantalan poros output dipakai jenis terbuka 6006
Tabel Bantalan (Sularso dan Suga 1997, hal 143) Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas
nominal dinamis spesifik C(kg) Kapasitas nominal statis spesifik Co (kg) Jenis
terbuka Dua sekat
Dua sekat tampak kantak d D B r 6000 6001 6002 6003 6004 6005 6006 6007 6008 6009 6010 6001ZZ 02ZZ 6003ZZ 04ZZ 05ZZ 6006ZZ 07ZZ 08ZZ 6009ZZ 10ZZ 6001VV 02VV 6003VV 04VV 05VV 6006VV 07VV 08VV 6009VV 10VV 10 12 15 17 20 25 30 35 40 45 50 26 8 28 8 32 9 35 10 42 12 47 12 55 13 62 14 68 15 75 16 80 16 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 360 400 440 470 735 790 1030 1250 1310 1640 1710 1296 229 263 296 465 530 740 915 1110 1320 1430 6200 6210 6202 6203 6204 6205 6200ZZ 01ZZ 02ZZ 6203ZZ 04ZZ 05ZZ 6200VV 01VV 02VV 6203VV 04VV 05VV 10 12 15 17 20 25 30 9 32 10 35 11 40 12 47 14 52 15 1 1 1 1 1,5 1,5 400 535 600 750 1000 1100 236 305 360 460 635 730
6206 6207 6208 6209 6210 6206ZZ 07ZZ 08ZZ 6209ZZ 10ZZ 6206VV 07VV 08VV 6209VV 10VV 30 35 40 45 50 62 16 72 17 80 18 85 19 90 20 1,5 2 2 2 2 1530 2010 2380 2570 2750 1050 1430 1650 1880 2100 6300 6301 6302 6303 6304 6305 6306 6307 6308 6309 6310 6300ZZ 01ZZ 02ZZ 6303ZZ 04ZZ 05ZZ 6306ZZ 07ZZ 08ZZ 6309ZZ 10ZZ 6300VV 01VV 02VV 6303VV 04VV 05VV 6306VV 07VV 08VV 6309VV 10VV 10 12 15 17 20 25 30 35 40 45 50 35 11 37 12 42 13 47 14 52 15 62 17 72 19 80 20 90 23 100 25 110 27 1 1,5 1,5 1,5 2 2 2 2,5 2,5 2,5 3 635 760 895 1070 1250 1610 2090 2620 3200 4150 4850 365 450 545 660 785 1080 1440 1840 3200 3100 3650
BAB V
PERHITUNGAN RODA GIGI
Merencanakan sistem transmisi pada roda gigi yaitu sebuah desain roda gigi yang digunakan untuk meneruskan daya dan putaran dari mesin dimana rancangan ini digunakan pada mobil “TOYOTA KIJANG 7K” dengan daya sebagai berikut :
Daya (N) = 80 ps Putaran (n) = 4800 rpm
Dimana daya (N) merupakan daya yang ditransmisikan dan putaran maksimum per menit berasal dari mesin penggerak, sehingga pemindahan daya dan putaran direncanakan dengan transmisi roda gigi secara bertingkat dengan perbandingan kecepatan berikut :
Speed Perbandingan putaran
I 3,928:1 rpm mesin : rpm output
II 2,142:1 rpm mesin : rpm output
III 1,397:1 rpm mesin : rpm output
IV 1,000:1 rpm mesin : rpm output
V 0,851:1 rpm mesin : rpm output
R 4,743:1 rpm mesin : rpm output
Dalam hal ini, perbandingan penyambungan roda gigi output dengan roda gigi counter, maka momen torsinya terjadi pada poros input, pada saat mesin distart terjadi beban yang besar sehingga memerlukan daya yang besar pada saat di start.
Dengan demikian sering digunakan koreksi rata-rata dengan daya yang diperlukan (direncanakan).
Tabel 5.1. Faktor Koreksi yang Ditransmisikan
Daya yang ditransmisikan Fc Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan Daya normal
1,2 – 2,0 0,8 – 1,2 1,0 – 1,5
Dimana :
Daya (N) = 80 ps Putaran (n) = 4800 rpm
Dengan faktor koreksi (Fc) = 1,2 – 2,0 = (1,9) diambil Pd = Fc x P
Pd = 1,8 x 80 Ps = 152 Ps
Dari spesifikasi telah diketahui bahwa torsi maksimum (max torque) SAE-NET adalah diperoleh dari spesfikasi :
T2 rpm m kg 4800 . 6 , 14
Momen torsi rencana (Mt)
Mt = 71620 rpm ps 4800 152 = 2267,96 kg.mm
Dari perhitungan diatas diperoleh Td < Tmax, sehingga konstruksi dapat aman untuk digunakan : Td = 11,9135 kg.m / 4800 rpm < Tmax = 8,8 kg.m / 4800 rpm. Selanjutnya untuk mendapatkan harga modul yang sesuai dengan standart JIS dapat dilihat pada Tabel 2.2, dimana dalam pemakaian modul ini dapat menjadi ukuran roda gigi dalam pemilihan. Dianjurkan untuk mengambil modul dari seri pertama dan memungkinkan untuk menghindari seri kedua atau ketiga. Untuk menghemat biaya pengadaan pahatnya.
Tabel 5.2. Harga Modul Standart (JIS B 1701 – 1973) Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3 Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,15 0,25 0,35 0,45 0,55 0,7 0,65 4 5 6 8 10 3,5 4,5 5,5 7 9 11 3,75 6,5
0,8 1 1,25 1,5 2 2,5 3 0,75 0,9 1,75 2,25 2,75 3,25 12 16 20 25 32 40 50 14 18 22 28 36 45
Pada tabel 3.3. Adalah faktor bentuk gigi. Pada tabel ini diberi harga-harga untuk profil roda gigi sesuai dengan standar dengan sudut tekanan 20o.
Tabel 5.3. Faktor Bentuk Gigi untuk Profil Roda Gigi dengan Sudut Tekanan 20o
Jumlah Gigi Z Y Jumlah Gigi Z Y
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 0,201 0,226 0,245 0,261 0,276 0,289 0,295 0,302 0,308 0,314 0,320 0,327 25 27 30 34 38 43 50 60 75 100 150 300 0,339 0,349 0,358 0,371 0,383 0,396 0,408 0,421 0,434 0,446 0,459 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484 IV3; Ukuran Utama Roda Gigi
V.11; Ukuran Utama Roda Gigi (4) Jarak bagi gigi (t)
T4 = M = 2,5 = 7,85 mm
Harga M dapat dicari dengan cara menggunakan persamaan 2.3. yaitu :
M = 3 b Z Td Dimana : M = modul Td = Torsi rencana (kg.m) b
= Kekuatan tarik bahan (sc 45c) Z = Jumlah gigi Jadi : M = 3 58 15 96 , 2267 = 1,37 (diambil 1,4) Tebal profil gigi (h)
Diperoleh dari persamaan 2.3.2. hb = 2 M = 2 4 , 1 = 2,2 mm Kelonggaran puncak (ck) Diperoleh dari persamaan 2.33 ck6 = 0,25 x M
= 0,25 x 1,4 = 0,35 mm
Tinggi kepala gigi (hc) Hc6 = M = 1,4 mm
Tinggi kaki gigi (hf)
Didapat dari persamaan 2.3.4. yaitu : hf4 = k x M x ck4
= 1 x 1,4 x 0,35 (k = faktor tinggi kepala = 1) = 1,75 mm
Tinggi profil gigi (H) H4 = 2 x M + ck4 = 2 x 1,4 + 0,35 = 3,15 mm Lebar gigi (b) bb = 7 x M = 7 x 1,4 = 9,8 mm = 10 mm (6 - 10mm) diambil
Diameter lingkaran bagi (d) didapat persamaan dari 2.3.5 d4 = M x Z4
= 1,4 x 15 (Z4 = jumlah gigi yang direncanakan)
= 21 mm
Diameter lingkaran kepala (dk) dengan menggunakan persamaan 2.3.6 dk4 = (Z+2) x M = (15+2) x 1,4 = 23,8 mm df4 = 23,8 – 2 (1,4+1,75) = 17,5 mm = 18 mm
V.12; Ukuran Utama Counter Gear (A)
Dimana roda gigi (4) dan counter (A) merupakan perpanjangan dan menggunakan modul yang sama, maka ukuran counter gear A.
Diameter lingkaran bagi (d) dA = M x ZA
= 1,4 x 21 = 29,4 mm (Z= jumlah gigi yang direncanakan = 21) Diameter lingkaran kepala
dFA = dA – 2 (hkA + hF6)
= 29,4 – 2(1,4 + 1,75) = 23,1 mm
Diameter lingkaran kepala dkA = (ZA + 2) M
= (21 + 2) 1,4 = 32,2 mm
Jarak sumbu poros gigi yang berpasangan (a) a = 2 4 dA d = 2 4 , 29 21 = 25,2 mm
Putaran counter gear A nA = ZA Z n 4 = 21 15 4800 = 3428,6 rpm
Sehingga perbandingan putaran didapat n = 4800 rpm, nA = 3428,6 rpm
IV4; Ukuran Utama Roda Gigi yang dipakai pada Kecepatan 1
Roda gigi yang dipakai poros output dikaitkan dengan roda gigi yang dipasang pada poros gear atau roda gigi (1) yang terpasang dengan counter gear (D). Pemindahan daya dan putaran dengan roda gigi akan menimbulkan kerugian atau kehilangan sebagian daya oleh gesekan yang terjadi pada roda gigi yang berpasangan tersebut. kerugian gesekan akibat pemindahan daya dengan sistem roda gigi tersebut dengan rendemen pemindahan roda gigi.
% 100 7 1 1 6 A A c Z Z Z Z % 100 21 15 21 15 7 1 1 = 98,36 % = 0,98
Sehingga daya yang diteruskan counter gear (E) adalah Pd E = Pd x
= 152 x 0,98 = 148,96 ps
Jadi daya yang hilang akibat gesekan itu adalah : = Pd – PdE
= 152 – 148,96 = 3,04 ps
Putaran counter gear D (n) adalah nA = nD = 3428,6 rpm
maka momen torsi yang terjadi pada counter gear (E) dan roda gigi (1)
Mt = 71620 x A d n P = 71620 x rpm ps 3428 152 = 3175,7 kg.mm
V.21; Ukuran Utama Roda Gigi 1
Karena counter gear D berpasangan dengan rodas gigi 1 maka ukuran roda giginya sama yaitu :
t1 = 6,28 mm hF1 = 2,5 mm
h1 = 3,14 mm H1 = 4,5 mm
ck1 = 0,5 mm b1 = 14 mm
hk1 = 2 mm
Diameter lingkaran bagi (d)
d1 = M x Z1 Z1 (jumlah roda gigi I = 21)
= 1,4 x 21 = 29,4 mm
Diameter lingkaran kepala (dk) dk1 = (Z1 + 2) x M
= (21 + 2) x 1,4 = 32,2 mm
Diameter lingkar kaki (dF) dF1 = dk1 – 2 (hc1 + hF1)
= 28 – 2 (2 + 2,5) = 117 mm
Jarak sumbu poros yang berpasangan (a) a1 = 2 1 d dE = 2 4 , 29 24 = 26,7 mm
Putaran roda gigi (1) 1
1
n nE
1 6 , 3428 n = 3,928 Perbandingan ratio 3,928 : 1 n = 873 rpm
Maka dapat disimpulkan bahwa putaran yang terjadi pada roda gigi satu (1) adalah :
n = 4800 rpm nA = nE = 3428,6 rpm
n1 = 873 rpm
IV5; Ukuran Utama yang dipakai untuk Kecepatan II
Roda gigi yang berpasangan adalah counter gear D dan pada roda gigi 2 yang berputar bersama-sama. Putaran counter gear D sama dengan putara counter gear A.
Dimana : n = 4800 rpm nA = 3428 rpm
V.31; Ukuran Utama Counter Gear C Jarak bagi gigi (t)
tD = M
= 2 = 6,28 mm
Dimana harga M dapat dicari dengan cara
M = 3 b Zc Td Dimana : M = modul Td = torsi rencana (kg.m)
Zd = jumlah gigi di D (direncanakan 21)
Jadi : M = 3 58 21 96 , 2287 = 1,2 mm (diambil 1 mm)
Tebal profil gigi (h) hD = 2 M = 2 2 = 3,14 mm Kelonggaran puncak (ck) ck = 0,25 x M = 0,25 x 2 = 0,5 mm
Tinggi kepala gigi (hk) hkD = M = 2 mm
Tinggi kaki gigi (hF) hFD = k x (M + ckc) = 2 x (2 + 0,5) = 5 mm Tinggi profil (H) HD = 2 x M + ckc = 2 x 2 + 0,5 = 4,5 mm Lebar gigi (b) bD = 7 x M (6 / 10) diambil 7 = 7 x 2 = 14 mm
Diameter lingkaran bagi (d)
= 2 x 13 = 26 mm
Diameter lingkaran kepala (dk) dkD = (ZC+ 2) x M
= (13 + 2) x 2 = 30 mm
Diameter lingkaran kaki (dF) dFD = dkC – 2 (hkC + HfC)
= 30 – 2 (2 + 5) = 196 mm
V.32; Ukuran Utama Roda Gigi II
Karena counter gear D berpasangan dengan roda gigi II maka ukuran roda gigi sama yaitu :
t2 = 6,28 mm h2 = 3,14 mm ck2 = 0,5 mm hk2 = 2 mm hF2 = 5 mm b2 = 14 mm
Diameter lingkar bagi (d)
d2 = M x Z2 (Z2 = jumlah gigi direncakan 19)
= 2 x 19 = 38 mm
Dimana harga M dapat dicari dengan cara :
M = 3 2 b d T Z T = 3 58 19 96 , 2287
= 1,3 mm diambil = 2 mm Diameter lingkaran bagi (dk)
dk2 = (Z2 + 2) . M Z2 (jumlah roda gigi 2)= 19
= (19 + 2) . 2 = 42 mm
Diameter lingkaran kaki (dF) dF2 = dk2 – 2 (hk2 + hF2)
= 42 – 2 (2 + 5) = 280 mm
Jarak sumbu poros yang berpasangan (a) a = 2 Z D d d = 2 38 26 = 32 mm Tinggi profil (H) H2 = 2 x M + ckE = 2 x 2 + 0,5 = 4,5 mm Putaran roda gigi II
Kecepatan putaran antara poros mesin dengan poros output dimana perbandingan rasionya adalah : 2,142 : 1, sehingga
2 n nD = 1 2 3428 n = 2,142 n2 = 1600 rpm
IV6; Ukuran yang dipakai untuk Kecepatan III
Pemindahan daya dimana roda gigi 3 berhubungan langsung dengan counter gear c dan berputar bersama-sama dengan counter gear A yaitu :
nA = nC = 3428 rpm dan modul yang digunakan M = 3
V.51; Ukuran Utama Counter Gear C Jarak bagi gigi (t)
tC = x M
= x 3 = 9,42 mm Tebal profil gigi (h)
hC = x M/2 = x 3/2 = 4,71 mm Kelonggaran puncak (ck) ckC = 0,25 x M = 0,25 x 3 = 0,75 mm
Tinggi kepala gigi (hk) hkC = M = 3 mm
Tinggi kaki gigi (hF)
hFC = k x M + ckC k (faktor tinggi kepala = 1)
= 1 x 3 + 0,75 = 3,75 mm Tinggi profil gigi (H)
HC = 2 x M + ckC = 2 x 3 + 0,75 = 6,75 mm Lebar gigi (b) bC = 7 x M (6 – 10 mm), diambil 7 mm = 7 x 3 = 21 mm
Diameter lingkar bagi (d)
= 3 x 14 = 42 mm
Diameter lingkar kepala (dk) dkC = (ZC + 2) . M
= (14 + 2) . 3 = 48 mm
Diameter lingkar kaki (dF) dFC = dkC – 2 (hkC + hFC)
= 48 – 2 (3 + 3,75) = 34,5 mm
V.52; Ukuran Utama Roda Gigi III
Karena counter gear berpasangan dengan roda gigi 3. maka ukuran gigi-giginya sama yaitu :
t3 = 9,42 mm h3 = 4,71 mm ck3 = 0,75 mm hk3 = 3 mm hF3 = 3,75 mm H3 = 6,75 mm b2 = 21 mm
Diameter lingkar bagi (d)
D3 = M x Z3 (Z3 = jumlah roda gigi 3 = 17)
= 3 x 17 = 51 mm
Dimana harga M dapat dicari dengan cara :
M = 3 3 b d T Z T
= 3 58 17 96 , 2287 = 1,4 mm diambil = 2 mm Diameter lingkaran bagi (dk)
dk3 = (Z3 + 2) . M
= (17 + 2) . 2 = 38 mm
Diameter lingkaran kaki (dF) dF3 = dk3 – 2 (hk3 + hF3)
= 38 – 2 (3 + 3,76) = 24,5 mm
Jarak sumbu poros yang berpasangan (a) a = 2 3 d dC = 2 51 42 = 46,5 mm
Putaran pada roda gigi 3 i n nC 3 397 , 1 3428 3 n n3 = 2454 rpm
Jadi perbandingan putarannya adalah n = 4800 rpm
nA = nC = 3428 rpm
n3 = 2454 rpm
Pemindahan shincronizer (9) mendekati gigi 4 yang berhubungan dengan counter gear B dan berputar bersama-sama dengan putaran counter gear A yakni : nA = nB = 3428 rpm dan modul yang digunakan (M = 3).
V.51; Ukuran Utama Counter Gear B Jarak bagi gigi (t)
tB = x M
= x 3 = 9,42 mm Tebal profil gigi (h)
hB = x M/2 = x 3/2 = 4,71 mm Kelonggaran puncak (ck) ckB = 0,25 x M = 0,25 x 3 = 0,75 mm
Tinggi kepala gigi (hC) hCB = M = 3 mm
Tinggi kaki gigi (hF)
hFB = k x M + ckB k (faktor tinggi kepala = 1)
= 1 x 3 + 0,75 = 3,75 mm Tinggi profil gigi (H)
HB = 2 x M + ckB = 2 x 3 + 0,75 = 6,75 mm Lebar gigi (b) BB = 7 x M (6 – 10 mm), diambil 7 mm = 7 x 3
= 21 mm
Diameter lingkar bagi (d)
dB = M x ZB ZB (jumlah gigi roda gigi 4 = 15)
= 3 x 15 = 45 mm
Diameter lingkar kepala (dk) dkB = (ZB + 2) . M
= (15 + 2) . 3 = 51 mm
Diameter lingkar kaki (dF) dFB = dkB – 2 (hkB + hFB)
= 51 – 2 (3 + 3,75) = 37,5 mm
V.52; Ukuran Utama Roda Gigi III
Karena counter gear B berpasangan dengan roda gigi A. Maka ukuran gigi dan jumlah giginya sama yaitu Z = 15
t4 = 9,42 mm h4 = 4,71 mm ck4 = 0,75 mm hk4 = 3 mm hF4 = 3,75 mm H4 = 6,75 mm B4 = 21 mm
Diameter lingkar bagi (d)
D4 = M x Z4 (jumlah roda gigi diambil = 15)
= 3 x 15 = 45 mm
dk4 = dk4 – 2 (hk4 + hF4) = 51 – 2 (3 + 3,75) = 37,5 mm dF4 = dk4 – 2 (hk4 + hF4) = 37,5 – 2 (3 + 3,75) = 239,625 mm
Jarak sumbu poros yang berpasangan (a) da = 2 4 d dB = 2 45 45 = 45 mm
Putaran pada roda gigi 4 1 3 n nB 1 3428 4 n n4 = 3428 rpm
Jadi perbandingan roda giginya adalah n = 4800 rpm
nA = nB = 3428 rpm
nA = 3428 rpm
IV8; Ukuran yang dipakai untuk Kecepatan V
Untuk kecepatan 5, putaran ditransmisikan langsung dari poros output mesin, ke posisi roda gigi tanpa bantuan dari counter gear.
V.61; Ukuran Utama Roda Gigi V Jarak bagi gigi (t)
t5 = x M
= x 3 = 9,42 mm
Dimana harga M dapat dicari dengan cara : M = 3 5 b d T Z T = 3 58 14 96 , 2287 = 1,5 mm diambil = 3 mm Tebal profil gigi (h)
h5 = x M/2 = x 3/2 = 4,71 mm Kelonggaran puncak (ck) ck5 = 0,25 x M = 0,25 x 3 = 0,75 mm
Tinggi kepala gigi (hC) hC5 = M = 3 mm
Tinggi kaki gigi (hF)
hF5 = k x M + ck5 k (faktor tinggi kepala = 1)
= 1 x 3 + 0,75 = 3,75 mm Tinggi profil gigi (H)
H5 = 2 x M + ck5 = 2 x 3 + 0,75 = 6,75 mm Lebar gigi (b) B5 = 7 x M (6 – 10 mm), diambil 7 mm = 7 x 3 = 21 mm
= 3 x 14 = 42 mm
Diameter lingkar kepala (dk) dk5 = (dkA + 2) . M
= (14 + 2) . 3 = 48 mm
Diameter lingkar kaki (dF) dF5 = dkA – 2 (hk5 + hF5)
= 48 – 2 (3 + 3,75) = 35 mm
Putaran pada roda gigi 5 i n n 5 851 , 0 4800 5 n N5 = 5640 rpm
Jadi perbandingan putarannya adalah n = 4800 rpm
n5 = 5640 rpm
BAB VI KESIMPULAN
Dari hasil perancangan roda gigi ini dan hasil literatur telah diperoleh ukuran-ukuran dan komponen yang direncanakan sebagai berikut :
Daya (N) : 80 Ps Putaran (n) : 4800 rpm
Dimana telah diperoleh ukuran-ukuran serta harga-harga dari spesifik diatas adalah sebagai berikut :
1; Hasil Perhitungan Poros Poros input
Bahan poros = S40C
Diameter poros (ds) = 24 mm Tegangan yang diizinkan (a) = 4,83 kg/mm2
Poros counter
Bahan poros = S45C
Momen torsi (T) = 18377,57 kg.mm Diameter poros (ds) = 38 mm
Tegangan yang diizinkan (a) = 4,83 kg/mm2
Poros output
Bahan poros = S40C
Momen torsi (T) = 10154,46 kg.mm Diameter poros (ds) = 32 mm
Tegangan yang diizinkan (a) = 4,83 kg/mm2
2; Hasil Perhitungan Spline
Bahan spline = S45C
Panjang spline (L) = 59,25 mm Diameter spline (D) = 39,5 mm Lebar spline (W) = 3,87 mm Tinggi spline (h) = 3,75 mm Besar gaya pada spline (Fs) = 568,24 kg Tegangan tumbukan pada spline (C) = 0,319 kg/mm2
3; Perhitungan Bantalan Bantalan Poros input
Diameter dalam (d) = 24 mm
Diameter luar (D) = 47 mm
Tebal bantalan (B) = 12 mm
Jari-jari (r) = 1 mm
Bantalan Poros counter
Diameter dalam (d) = 38 mm
Diameter luar (D) = 68 mm
Tebal bantalan (B) = 15 mm
Jari-jari (r) = 1,5 mm
Kapasitas nominal statis spesifik (Co) = 1110 kg BantalanPoros output
Diameter dalam (d) = 32 mm
Diameter luar (D) = 55 mm
Tebal bantalan (B) = 13 mm
Jari-jari (r) = 1,5 mm
Kapasitas nominal statis spesifik (Co) = 740 kg 4; Perhitungan Roda Gigi
a; Ukuran utama roda gigi Ukuran utama roda gigi (4)
Jarak bagi gigi (t) = 7,85 mm Tebal profil gigi (h) = 2,2 mm Kelonggaran puncak (ck) = 0,35 mm Tinggi kepala gigi (hc) = 1,4 mm Tinggi kaki gigi (hF) = 1,75 mm
Tinggi profil gigi (H) = 3,15 mm
Lebar gigi (b) = 10 mm
Diameter lingkar bagi (d) = 21 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 18 mm Ukuran utama counter gigi (A)
Diameter lingkar bagi (d) = 29,4 mm Diameter lingkar kaki (dF) = 23,1 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 32,2 mm Jarak sumbu poros gigi yang berpasangan (a) = 25,2 mm
Putaran counter gear A(n) = 3428,6 rpm b; Ukuran utama roda gigi pada kecepatan 1
Ukuran utama counter gear D
Jarak bagi gigi (t) = 6,28 mm
Tebal profil gigi (h) = 3,14 mm Kelonggaran puncak (ck) = 0,5 mm Tinggi kepala gigi (hc) = 2 mm
Tinggi kaki gigi (hF) = 5 mm
Tinggi profil gigi (H) = 4,5 mm
Lebar gigi (b) = 14mm
Diameter lingkar bagi (d) = 26 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 30 mm Diameter lingkar kaki (dF) = 196 mm Ukuran utama roda gigi 2
Diameter lingkar bagi (d) = 38 mm Diameter lingkar kaki (dF) = 280 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 42 mm Jarak sumbu poros gigi yang berpasangan (a) = 32 mm
Tinggi profil (H) = 4,5 mm
Putaran roda gigi (n) = 160 rpm c; Ukuran utama roda gigi pada kecepatan 3
Ukuran utama counter gear C
Jarak bagi gigi (t) = 9,42 mm
Tebal profil gigi (h) = 4,71 mm Kelonggaran puncak (ck) = 0,75 mm Tinggi kepala gigi (hc) = 3 mm Tinggi kaki gigi (hF) = 3,75 mm
Lebar gigi (b) = 21 mm Diameter lingkar bagi (d) = 42 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 48 mm Diameter lingkar kaki (dF) = 34,5 mm Ukuran utama roda gigi 3
Diameter lingkar bagi (d) = 51 mm Diameter lingkar kaki (dF) = 24,5 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 38 mm Jarak sumbu poros gigi yang berpasangan (a) = 46,5 mm Putaran roda gigi (n) = 2454 rpm d; Ukuran utama roda gigi pada kecepatan 4
Ukuran utama counter gear
Jarak bagi gigi (t) = 9,42 mm
Tebal profil gigi (h) = 4,71 mm Kelonggaran puncak (ck) = 0,75 mm Tinggi kepala gigi (hc) = 3 mm Tinggi kaki gigi (hF) = 3,75 mm Tinggi profil gigi (H) = 6,75 mm
Lebar gigi (b) = 21 mm
Diameter lingkar bagi (d) = 45 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 51 mm Diameter lingkar kaki (dF) = 37,5 mm Ukuran utama roda gigi 4
Diameter lingkar bagi (d) = 45 mm Diameter lingkar kaki (dF) = 239,625 mm Diameter lingkar kepala (dk) = 37,5 mm Jarak sumbu poros gigi yang berpasangan (a) = 45 mm Putaran roda gigi (n) = 3428 rpm 5; Perhitungan Pelumasan dan Temperatur
Untuk roda gigi kondisi kerja dengan putaran lebih dari 1500 rpm dengan : V = 37 – 60 (est) Dimana E 3,2 (diambil 7) Viskositas dinamik 425 mPa . s Temperatur kerja T = 42,3 oC Maka :
DAFTAR PUSTAKA
1; Sularso dan Suga, K, 1997, “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, Edisi ke 9, PT. Pradya Pramitya, Jakarta.
2; Umar Sukrisno J. 1984, “Bagian-bagian Mesin dan Merencana”, Penerbit Erlangga, Jakarta.\
3; Jhosepeshir Lengen, 1991, “Dasar Konstruksi Mesin” Edisi 4 Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta.
4; Jack Steck, 1993, “Elemen Konstruksi Bangunan Mesin”, Edisi 21, Penerbit Erlangga, Jakarta.
5; Suratman M., 1998, “Menggambar Teknik Mesin”, Penerbit Pustaka Grafika, Bandung.