• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Gerakan Tanah,SIG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Gerakan Tanah,SIG"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GERAKAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI

DAERAH IUP PT. BINTANG SUMATERA PACIFIK,

KECAMATAN PANGKALAN KOTO BARU,

KABUPATEN LIMA PULUH KOTO,

PROVINSI SUMATERA BARAT

Mahdi Yono¹, Dian Hadiansyah², Alfi Sabri³,

Email: mahdiyono19@gmail.com

Dosen Program Studi Teknik Pertambangan (STTIND) Padang email: dian.hadiyansyah@gmail.com

Dosen Program Studi Teknik Pertambangan (STTIND) Padang email: alfisabri89@gmail.com

ABSTRAK:

PT. Bintang Sumatera Pacifik merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan batuan andesit yang berposisi sebagai kontraktor dan pemasok di Kabupataen Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Setelah dilakukan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa adanya longsor di 3 titik yang berada di daerah IUP dan wilayah penunjang. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode sistem informasi geografis (SIG) dengan cara

overlay dari 5 peta parameter pengontrol terjadinya gerakan tanah, kemudian dapat disimpulkan

bahwa lokasi penelitian masuk kedalam kelas kerawanan longsor menengah sampai tinggi. Berdasarkan data hasil pengamatan di lapangan dan melakukan pengambilan sampel tanah di 6 titik lokasi, lalu dilakukan pengujian sampel tanah di laboratorium yang diketahui bahwa kadar air daerah penelitian pada titik sampel ST4 dan ST5 termasuk jenis MH-OH yaitu tanah lempung-lanau dengan plastisitas tinggi dan kadar air nya lebih dari >50%. Kemudian untuk kadar air di daerah penelitian pada titik sampel ST1,ST2,ST3 dan ST6 termasuk jenis CL yaitu lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berpasir, lempung berlanau dengan kadar air kecil dari <50%. Berdasarkan hasil analisis yang didapat penulis menyarankan melakukan pemantauan dan evaluasi khusus nya di daerah IUP yang pernah terjadinya longsor agar selalu memperhatikan aliran drainase supaya tetap stabil dan membuat lereng tidak terlalu tinggi dibagian material yang dominan adalah lempung - lanau.

Kata Kunci: Gerakan Tanah,SIG

ABSTRACT:

PT. Bintang Sumatera Pacifik is a company that conducts andesite rock mining activities as a contractor and supplier in Lima Puluh Kota Regency, West Sumatra Province. After field observations, it was found that there were landslides in 3 points in the IUP area and the supporting area. After analyzing using the geographic information system (GIS) method by overlaying from 5 map parameters controlling the occurrence of ground motion, then it can be concluded that the research location is included in the medium to high landslide hazard class.

(2)

Based on observational data in the field and taking soil samples at 6 location points, soil testing in the laboratory was then determined, and the water content of the study area at the ST4 and ST5 sample points included MH-OH species, namely silt clay with high plasticity and water content of more than> 50%. Then for the water content in the study area at the sample point ST1, ST2, ST3 and ST6 including the type of CL that is non-organic clay with low to moderate plasticity, sandy clay, silty clay with a small water content of <50%. Based on the results of the analysis obtained by the author, it is recommended to carry out special monitoring and evaluation in the area of IUP that had occurred landslides to always pay attention to the drainage flow so that it remains stable and makes the slope is not too high in the dominant material is silt clay.

Key words: Land Movement, GIS

1. PENDAHULUAN

Kegiatan penambangan andesit di PT. Bintang Sumatera Pacific pada periode 2019 ini semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Situasi ini terlihat dengan telah dimulainya aktifitas penambangan dari melakukan l and clearing ,

pengupasan over burden sampai pengambilan bahan galian yang menggunakan proses peledakan yang dilakukan 1 (satu) minggu sekali. Secara geologi dan morfologi termasuk daerah yang unik, terutama pada wilayah-wilayah sekitar Izin Usaha Pertambangan (IUP) adanya beberapa lokasi daerah perbukitan yang curam berkisar 35º - 55º, serta mayoritas material tanah bercampur batuan keras. Kondisi daerah yang demikian tidak menutup kemungkinan mampu memicu terjadinya gerakan tanah yang dapat mengganggu aktivitas penambangan.

Berdasarkan data yang didapat dari PT. Bintang Sumatera Pacific bahwa luas wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) yaitu 6,060 hektar dan untuk wilayah penunjang yang berada diluar wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) yaitu seluas 2,967 hektar. Setelah dilakukan peninjauan

langsung ke lapangan terdapat 6 (Enam) titik pengambilan sampel tanah, yang mana 3 (tiga) titik diantara nya terdapat longsor pada tanggal 06 februari 2019 yang ditemukan di sekitar lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP). Beberapa permasalahan yang sering dijumpai di lapangan terkait dengan gerakan tanah adalah akibat dari sifat teknis tanah yang dapat dikatakan buruk, diantaranya ditandai dengan kadar air yang tinggi dapat mempercepat terjadinya gerakan tanah serta memiliki beberapa faktor pengontrol penyebab terjadinya gerakan tanah.

Peningkatan bahaya ini akan lebih tinggi bila perusahaaan sama sekali tidak menyadari dan tanggap terhadap adanya potensi bencana tanah longsor di lokasi tersebut. Pengalaman memperlihatkan bahwa kejadian-kejadian bencana alam selama ini telah banyak menimbulkan kerugian dan penderitaan yang cukup berat baik korban jiwa maupun material sebagai akibat dari perpaduan bahaya tanah longsor dan kompleksitas permasalahan lainnya. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang komprehensif untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor, antara lain dengan melakukan kegiatan migitasi yaitu upaya-2

(3)

upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana dengan melakukan analisis terhadap kerentanan gerakan tanah.

Berdasarkan informasi yang didapat dari perusahaan bahwa daerah yang diteliti belum diketahui tingkat zona kerentaan gerakan tanah nya, maka dari itu perlu nya dilakukan pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah yang merupakan salah satu bentuk penanggulangan bencana, sehingga penelitian tersebut harus mengacu pada metode standar atau pedoman umum. Salah satu pedoman umum yang dapat digunakan ialah Standar Nasional Indonesia 13-7124-2005 tentang penyusunan peta zona kerentanan gerakan tanah. Pedoman ini merupakan salah satu standar minimal bagi penyelenggara penanggulangan bencana.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian berupa pemetaan zona kerentanan gerakan tanah menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi sangat penting untuk meminimalisir kerusakan dan kerugian baik secara fisik maupun sosial di daerah tersebut sehingga kita bisa melakukan berbagai macam cara melakukan pencegahan.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian mix-methods, yaitu suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk pendekatan dalam penelitian, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kuanlitatif adalah suatu permodelan matematis yang menggunakan model yang mengacu pada Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) Bogor 2004 sebagai alat untuk menganalisis keterangan yang ingin diketahui. sedangkan penelitian kualitatif adalah sebuah metode yang bersifat deskriptif atau memberikan gambaran secara jelas dan sesuai dengan fakta di lapangan. Penelitian ini juga

mengacu pada metode standar atau pedoman umum, salah satu pedoman umum yang digunakan ialah Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-7124-2005. Pedoman ini merupakan salah satu standar minimal bagi penyelenggara penanggulangan bencana. Model yang digunakan untuk menganalisis kerawanan kongsor adalah model pendugaan yang mengacu pada penelitian Puslittanak tahun 2004 dengan formula :

SKOR TOTAL = 0,3FCH+0,2FBD+0,2FKL +0,2FPL+0,1FJT

Keterangan :

FCH = Faktor Curah Hujan

FBD = Faktor Jenis Batuan FKL = Faktor Kemiringan lereng FPL = Faktor Penutupan Lahan

FJT = Faktor Jenis Tanah

0,3;0,2;0,1 = Bobot nilai

No. Faktor Pengontrol

Parameter Bobot Skor

1. Curah Hujan Sangat Basah (>3000) Basah (2501-3000) Sedang (2001-2500) Kering (1501-2000) Sangat Kering (<1500 30% 5 4 3 2 1 2 Kemiringan Lereng >140 56-140 21-55 14-20 8-13 3-7 <2 20% 5 4 3 2 1 1 1 3 Tataguna Lahan Tegalan, sawah Semak belukar Hutan dan perkebunan

Kota/pemukiman Tambak,waduk, perairan 20% 5 4 3 2 1

4 Jenis Tanah Regosol Andosol, podsolik

5 4

(4)

Latosol coklat Asosiasi latosol coklat

kekuningan Aluvial

10% 3 2 1

5 Jenis Batuan Batuan vulkanik Batuan sedimen Batuan aluvial 20% 3 2 1

Klasifikasi hasil akhir dengan analisis skor dan dilakukan dengan melakukan overlay dari 5 parameter yang didapat di lapangan. Kemudian dibuat 4 kelas kerawanan longsor yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi berdasarkan jumlah skor akhir, semakin besar jumlah skor maka semakin tinggi tingkat kerawanan,

2.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Pengukuran geometri lereng, stike dan

dip dibeberapa tempat yang terjadi

kelongsoran menggunakan kompas geologi, meteran dan GPS (Garmin) dan melakukan pengambilan sampel tanah di lokasi yang terjadi longsor.

2. Klasifikasi Tanah USCS

Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data Klasifikasi Tanah USCS adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Liquid Limit b. Pengujian Plastis Limit 2.1.1 Studi Pustaka

Yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pemecahan masalah yang akan dibahas nantinya.

2.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan proses untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Pada pengolahan data ini ada beberapa hal yang akan dibahas yaitu:

2.2.1 Klasifikasi tanah menurut USCS uji laboratorium

Klasifikasi yang digunakan untuk melakukan pengujian laboratorium mekanika tanah yang mana ada 2 (dua) cara pengujian yang dilakukan antara lain : A. Pengujian Liquid Limit (Batas cair)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentuan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair. Batas cair adalah kadar air batas dimana suatu tanah berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis.

Adapun alat yang digunakan dalam pengujian liquid limit antara lain:

1) Alat batas cair standart (cassagrande) 2) Alat pembuat Alur (Groofing Tool) 3) Sendok dempul (Spatula)

4) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram 5) Air

6) Oven yang dilengkapi dengan pengaturan suhu sampai 250°c

Dalam melakukan pengujian batas plastis dilakukan sekitar 4 kali percobaan untuk mengetahui perbandingan dari setiap pengujian yang di dapat dalam satu sampel tanah.

Batas Cair (LL) Banyaknya Pukulan Satuan

Nomor Cawan 1 2 3 4 Berat Cawan Gram

(5)

Berat Cawan + Tanah Basah

Gram Berat Cawan + Tanah Kering

Gram

Berat Air Gram Berat Tanah Kering Gram Kadar Air %

Berat air = berat cawan tanah basah – Berat cawan tanah kering

Berat Tanah Kering = Berat cawan tanah kering – Berat cawan

Kadar air= Berat air

Berat Tanah kering x 100 %

Setelah data kadar air telah didapat baru lah dibuat kurva penentuan batas cair tanah yang nanti nya akan terlihat dibawah ini.

Langkah kerja :

a) Giling sampel tanah hingga halus dengan keadaan kering, apabila sampel dalam keadaan basah harus dikeringkan terlebih dahulu didalam oven

b) Setelah sampel halus, timbang sampel sebanyak 100 gram, letakkan cawan yang berkapasitas 100 gram tanah dalam keadaan kosong diatas timbangan lalu tekan “TARE selama 5 detik untuk mendapatkan berat kosong “0,00 gram”, kemudian masukkan sampel tanah yang sudah halus kedalam cawan sebanyak 100 gram.

c) Timbang berat cawan kedap udara dalam keadaan kosong 1,2,3,4 d) Kemudian tanah yang sudah di

timbang di letakkan di wadah ulekan dan tambahkan air sedikit demi sedikit, usahakan tidak terlalu lunak untuk mendapatkan pukulan diatas 25 kali 2 buah dan pukulan dibawah 25 kali 2 buah apabila tanah dalam keadaan lunak atau terlalu banyak dicampur air.

e) Percobaan sampel 1 (satu) letakkan tanah basah diatas mangkuk batas air, dan ratakan permukaan hingga bagian paling tebal sekitar 1 cm f) Buat alur dengan membagi 2 tanah

sampel tersebut dengan Grooving Tools

g) Putar tuas alat dengan kecepatan jatuhan (pukulan) mangkuk 2 putaran perdetik

h) Lakukan putaran terus hingga belahan sampel bersinggungan sepanjang 1.25cm akan tetapi dikenyataannya tidak sampai 1,25cm sudah merapat, kemudian catatan jumlah pukulan nya

i) Masukkan sampel kedalam cawan kedap udara yang sudah disiapkan

5 0 6 12 18 24 30 36 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1.88 26.66 43.75 28.57 Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4

Jumlah Pukulan (Skala Log)

K ad ar A ir %

(6)

j) Panaskan masing-masing cawan kedap udara kedalam oven selama 20 menit dengan temperature 250°C k) Kemudian lakukan pekerjaan yang sama di sampel yang berbeda sehingga mendapatkan hasil yang di inginkan.

B. Pengujian Plastic Limit (Batas Plastis) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas plastis.

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan batas plastis (Plastic limit) antara lain :

a) Plat kaca 45 x 45 x 0,9 cm b) Sendok dempul Panjang 12,5 cm c) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram d) Cawan kedap udara

e) Tabung Ukur f) Air

g) Oven yang dilengkapidengan pengaturan suhu sampai 250°c

Batas Plastis

Nomor Cawan 1 2 3 Berat cawan (gram)

Berat cawan + tanah basah (gram) Berat cawan + tanah kering (gram) Berat air (gram)

Berat tanah kering (gram) Kadar air (%)

Berat air = (Berat cawan + tanah basah) – (Berat cawan + tanah kering)

Berat tanah kering = (Berat tanah kering) – (Berat cawan)

Kadar air= Berat air

Berat Tanah kering x 100 %

Langkah kerja :

a) Giling sampel tanah hingga halus dengan keadaan kering, apabila sampel dalam keadaan basah harus dikeringkan terlebih dahulu didalam oven

b) Setelah sampel halus, timbang sampel sebanyak 100 gram, letakkan cawan yang berkapasitas 100 gram tanah dalam keadaan kosong diatas timbangan lalu tekan “TARE selama 5 detik untuk mendapatkan berat kosong “0,00 gram”, kemudian masukkan sampel tanah yang sudah halus kedalam cawan sebanyak 100 gram.

c) Setelah sampel sudah siap di timbang, langkah selanjutnya letakkan sampel ke wadah ulekan untuk dibuat bola-bola tanah yang di campur air sehingga tanah mudah dibentuk seperti cacing-cacing ukuran 3 milimeter dibuat diatas kaca yang sudah disiapkan. Usahakan tanah dengan keadaan 3 milimeter dalam kondisi retak-retak kecil secara merata sehingga dapat mengetahui batas plastisitasnya. d) Timbang berat masing-masing

cawan 1,2,3 dalam keadaan kosong e) Lalu masukkan sampel yang sudah

jadi sekitar 2 buah sampel cacing berukuran 3 milimeter kedalam masing-masing cawan 1,2,3 yang sudah disiapkan.

f) Selanjutnya masukkan ke 3 cawan kedalam open pemanas selama 20 menit dalam temperature 250°C g) Setelah proses pemanasan selesai

timbang kembali berat sampel nya. 2.2.2 Analisis Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah

1. Pengolahan Data Spasial

Data spasial yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data analog dan data digital. Data analog berupa Peta Jenis Tanah, Peta Jenis Penutupan Lahan, dan Peta Geologi. Sedangkan yang berupa data digital adalah Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Peta Jenis Batuan, dan Peta 6

(7)

Kemiringan Lahan. Dalam pengolahan tahap awal setiap data harus dijadikan peta digital. Data analog berupa Peta Jenis Tanah, Peta Geologi serta Peta Curah Hujan diolah dan masing-masing dijadikan peta digital format

vektor. Peta digital format vektor merupakan

salah satu jenis data masukan yang disimpan dalam bentuk garis, titik dan poligon. Proses pemasukan data-data dilakukan melalui seperangkat komputer dengan software Arcgis 10.4.1. Data keluaran ini kemudian digunakan sebagai data acuan penelitian.

Zona kerentanan gerakan tanah adalah suatu areal/daerah yang mempunyai kesamaan derajad kerentanan relatif (relative susceptibility) untuk terjadi gerakan tanah. Maka dari itu pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah yang berguna untuk memberi/memuat informasi tentang tingkat kecenderungan untuk dapat terjadi gerakan tanah di suatu daerah. Dalam melaksanakan pemetaan daerah rawan bencana alam gerakan tanah ini akan digunakan gabungan metode mix-metodes yaitu kuantitatif dan kualitatif

1) Metoda kualitatif (pendekatan secara langsung)

Metoda kualitatif merupakan analisis yang menggunakan data hasil pemetaan langsung di lapanganditambah data dari hasil analisis mekanika tanah hasil penelitian terdahulu.

Kriteria untuk zona kerentanan gerakan tanah ini didasarkan pada kondisi lapangan, yang meliputi :

a. Penelitian gerakan tanah di lapangan, meliputi : morfologi, pengambilan contoh tanah, geologi, kondisi tataguna lahan, struktur geologi, aktifitas manusia, keterdapatan gerakan tanah.

b. Mempelajari sifat fisik dan keteknikan tanah hasil uji laboratorium

c. Menyusun tingkat kerentanan gerakan tanah

2) Metoda Kuantitatif (Statistik/ pendekatan langsung)

Metoda yang digunakan untuk mendeterminasi faktor-faktor penyebab gerakan tanah yaitu dengan tumpang tindih peta kejadian gerakan tanah (peta sebaran gerakan tanah) dengan peta-peta parameter lainnya dengan menggunakan metode SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk menghitung (mengevaluasi) unit atau kelas mana dari setiap individu peta yang penting (berpengaruh) terhadap kejadian gerakan tanah. Metoda ini didasarkan atas penelitian yang mengacu pada Pulsittanak Bogor 2004 yang menetapkan nilai bobot dari masing-masing unit pada setiap peta parameter. Tiap individu peta parameter telah ditumpang tindih (overlay) dengan peta distribusi gerakan tanah, kemudian tiap peta parameter akan menghasilkan nilai kerawanan gerakan tanah pada tiap kelas (unit)-nya, metoda ini disebut metoda statistik.

Tahapan dan prosedur perhitungan adalah sebagai berikut :

a. Tumpang tindih antara peta parameter dan peta distribusi gerakan tanah b. Hitung luas daerah yang terkena

gerakan tanah dan luas seluruh peta c. Pada proses overlay setiap parameter

memiliki klasifikasi skor berdasarkan model pendugaan pulistanak bogor 2004 yang dikalikan dengan bobot masing-masing parameter, kemudian hasil perkalian skor dan bobot tersebut dijumlahkan.

d. Klasifikasikan hasil dari penjumlahan menjadi 4 kelas dengan menggunakan tabel dominan untuk klasifikasi pembagian zona, yaitu kerentanan gerakan tanah sangat rendah, kerentanan gerakan tanah rendah, kerentanan gerakan tanah menengah dan kerentanan gerakan tanah tinggi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

(8)

3.1 Pengumpulan Data

Sebelum melakukan analisis kestabilan lereng, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan dan arsip perusahaan, adapun data-data tersebut berupa :

3.1.1 Data Primer 1. Data lapangan.

Data yang dikumpulkan melalui pengukuran di lapangan berupa data 3 titik longsor dan data 6 titik sampel yang terdiri dari:

a. Data lokasi titik longsor dan pengambilan sampel

Ada 3 lokasi titik longsor kemudian

dilakukan pengukuran dan

pengambilan sampel tanah, selanjutnya diberi kode sampel disetiap titik kelongsoran sebagai berikut :

1) Kode Sampel ST1

Merupakan lokasi pertama terdapatnya kelongsoran yang berada di bagian atas dekat (batas limit penambangan).

2) Kode Sampel ST2

Merupakan lokasi ke-2 (dua) terdapatnya kelongsoran yang berada di sebelah pinggir penambangan.

3) Kode Sampel ST3

Merupakan lokasi ke-3 (tiga) terdapatnya kelongsoran yang berada di sebelah pinggir sungai tepatnya di luar lokasi IUP PT.

Bintang Sumatera Pacific.

8 Hari : Senin Tanggal : 05 Mei 2019 Waktu : 10.00 WIB Koordinat : N 00º01’04,1” E 100º44’57,3” Elevasi : 245 Meter Pipa Sampel : ST1

Jenis Tanah : Podsolik merah kekuningan Jenis Longsor : Longsoran Busur Tinggi lereng : 5 Meter

Lebar lereng : 15 Meter Panjang

Kemiringan Lereng : 25 Meter Strike Lereng : N 215 Dip Lereng : 50º Hari : Senin Tanggal : 05 Mei 2019 Waktu : 11.00 WIB Koordinat : N 00º01’02,9” E 100º44’50,7” Elevasi : 188 Meter Kode Sampel : ST2

Jumlah Sampel : Diameter lubang 0,5, panjang setenga meter Jenis Tanah : Podsolik merah kekuningan Jenis Longsoran : Longsor Aliran

Tinggi lereng : 5 Meter Lebar lereng : 5 Meter Panjang Kemiringan Lereng : 5 Meter Strike Lereng : N 202 Dip Lereng : 50º Hari : Senin Tanggal : 05 Mei 2019 Waktu : 12.00 WIB Koordinat : N 00º01’10,9” E 100º44’44,5” Elevasi : 154 Meter Kode Sampel : ST3

Jumlah Sampel : Diameter lubang 0,5, panjang setenga meter Jenis Tanah : Podsolik merah kekuningan Jenis Longsoran : Longsoran Aliran

Tinggi lereng : 20 meter Lebar lereng : 10 meter Panjang Kemiringan Lereng : 10 meter Strike Lereng : N 230 Dip Lereng : 45º

(9)

4) Kode Sampel ST4

Merupakan lokasi ke-4 (empat) yang tidak ada kelongsoran tetapi menjadi lokasi tambahan dalam penambahan pengambilan sampel tanah yang berada pada bagian top soil (batas limit penambangan).

5) Kode Sampel ST5

Merupakan lokasi ke-5 (lima) yang tidak ada kelongsoran tetapi menjadi lokasi tambahan dalam penambahan pengambilan sampel tanah yang berada di luar IUP tepatnya dibagian lahan perkebunan karet warga.

6) Kode Sampel ST6

Merupakan lokasi ke-6 (enam) yang tidak ada kelongsoran tetapi menjadi lokasi tambahan dalam penambahan pengambilan sampel tanah yang berada di luar IUP tepatnya dibagian pinggir jalan raya.

2. Data Laboratorium

Data yang didapatkan pada pengujian laboratorium adalah data batas cair (Liquid

Limit) menggunakan alat pengujian casagrande dan data batas plastis (Plastic Limit) menggunakan alat pengujian berupa

plat kaca. Sampel yang digunakan berupa sampel tanah yang didapat dari 6 (enam) titik pengambilan. Setiap sampel terdiri dari 1 (satu) sampel tanah yang diambil menggunakan pipa besi berdiameter 0,5 dan panjang 50 cm. Sampel diambil disekitar 9 Hari : Senin Tanggal : 05 Mei 2019 Waktu : 16.00 WIB Koordinat : N 0º 0’ 04.1” E 100º 44’ 57,3” Elevasi : 279 Meter Kode Sampel : ST4

Jumlah Sampel : Diameter lubang 0,5, panjang setenga meter Jenis Tanah : Podsolik merah

kekuningan Tinggi lereng : 5 Meter Lebar lereng : 5 Meter Panjang Kemiringan Lereng : 5 Meter Strike Lereng : N 320 Dip Lereng : 45º Hari : Selasa Tanggal : 06 Mei 2019 Waktu : 09.00 WIB Koordinat : N 0º 0’12.2” E 100 º45’11.0” Elevasi : 370 Meter Kode Sampel : ST5

Jumlah Sampel : Diameter lubang 0,5,

panjang setenga meter

Jenis Tanah : Podsolik merah

kekuningan Hari : Selasa Tanggal : 06 Mei 2019 Waktu : 09.00 WIB Koordinat : N 0º 00’ 51.7” E 100º44’36.2” Elevasi : 270 Meter Kode Sampel : ST6

Jumlah Sampel : Diameter lubang 0,5,

panjang setengah meter

Jenis Tanah : Podsolik merah

(10)

lereng tambang dan beberapa titik pengambilan tambahan sehingga sampel yang digunakan 6 (enam) sampel untuk 1 (satu) jenis tanah.

3.1.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah ada di perusahaan, bersumber dari arsip dan literatur yang menyangkut kajian penelitian berupa:

1. Data dan peta curah hujan tahun 2018 (BMKG Sicincin)

2. Data dan peta tataguna lahan, jenis tanah BAPPEDA Lima Puluh Kota dan jenis batuan. 3. Peta geologi

4. Peta topografi

5. Peta kemiringan lereng 6. Data Koordinat IUP dan WP 7. Data kondisi geomorfologi

SRTM USGS 2019

8. Data tataguna lahan lokasi penelitian

3.2 Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka selanjutnya adalah pengolahan data, dalam pengolahan data ini bertujuan untuk mengetahui kadar air tanah dari masing-masing titik pengambilan sampel, mengetahui faktor-faktor pengontrol terjadinya gerakan tanah dan mengetahui daerah zona gerakan tanah agar dapat menjadi reverensi bagi PT. Bintang Sumatera Pacific.

3.2.1 Penentuan Kadar Air A. Uji Batas Cair (Liquid Limit)

Uji batas cair tanah dilakukan dengan menggunakan alat casagrande, pengujian ini

dibutuhkan untuk menentukan kadar air tanah. Batas cair adalah kadar batas dimana suatu tanah berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis. Dalam pengujian ini ada sejumlah 6 (enam) sampel tanah dibeberapa titik pengambilan berbeda.

Dari hasil pengujian liquid limit nanti akan dilihat berdasarkan wilayah zona kerentanan gerakan tanah yang ada di daerah IUP PT. Bintang Sumatera Pacific, yang mana nantinya akan di analisis sebagai data pendukung dalam pembuatan pemetaan zona kerentanan gerakan tanah di dalam skala peta 1 : 5.000.

B. Uji Batas Plastis (Plastic Limit)

Batas plastis adalah kadar air tanah pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat. Uji batas plastis tanah dilakukan dengan menggunakan alat berupa plat kaca yang berguna untuk membuat tanah berbentuk cacing yang berukuran 3 milimeter dengan kondisi retak-retak. Pembuatan 1 (satu) buah sampel tanah yang berbentuk cacing yang berukuran 3 milimeter tidak lah mudah, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam proses pembuatan nya sampai sampel yang dibuat dalam kondisi retak-retak nya merata tidak patah.

Dapat ditarik kesimpulan dari hasil pengujian liquid limit dan plastic limit, bahwa batas cair adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi tanah antara cair dan plastis. dari hasil pengujian liquid limit sampel ST1= 26,83%, ST2= 20,5%, ST3= 41,18%, ST4= 56,42%, ST5= 51,31%, ST6= 48,30% dan untuk pengujian plastic limit sampel ST1= 44,33%, ST2= 41,33%, ST3= 36%, ST4= 60,66%, ST5= 52,33%, ST6= 38,66%. Berdasarkan hasil akhir yang didapat dari pengujian laboratorium mekanika tanah dapat direkapitulasikan sebagai berikut:

(11)

No. PENGUJIAN SAMPELNAMA KADARAIR % 1 Liquid Limit ST1 26,83 2 Liquid Limit ST2 20,5 3 Liquid Limit ST3 41,18 4 Liquid Limit ST4 56,42 5 Liquid Limit ST5 51,31 6 Liquid Limit ST6 48,30 7 Plastic Limit ST1 44,33 8 Plastic Limit ST2 41,33 9 Plastic Limit ST3 36 10 Plastic Limit ST4 60,66 11 Plastic Limit ST5 52,33 12 Plastic Limit ST6 38,66

3.2.2 Parameter Faktor Pengontrol Terjadinya Gerakan Tanah 3.2.2.1 Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang besar perannya terhadap kejadian longsor. Infiltrasi air hujan ke dalam lapisan tanah akan menjenuhi tanah dan melemahkan material pembentuk lereng sehingga memicu terjadinya longsor. Hujan dengan curahan dan intensitas yang tinggi akan memberikan bahaya gerakan tanah yang lebih tinggi.

Berdasarkan data yang didapat dari BMKG Sicincin pada tanggal 22 April 2019, dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2018 daerah penelitian termasuk kedalam daerah curah hujan diangka 3641 mm dengan luas yaitu 297,086 ha. Hal ini

berarti daerah penelitian berada pada kawasan yang mempunyai curah hujan rata-rata tahunan yang relatif tinggi yaitu > 3.000 mm/tahun tergolong kedalam daerah sangat basah.

Data curah hujan yang didapat dari BMKG Sicincin tahun 2018 dapat dilihat ditabel dibawah ini, kemudian dibuat sebaran spasial curah hujan lokasi penelitian

Data Curah Hujan BMKG Sicincin daerah Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota

Tahun 2018

Data Skor Dan Bobot Curah Hujan Daerah Penelitian

(12)

3.2.2.2 Jenis Tanah

Jenis tanah yang bersifat lempung dan pasir merupakan jenis tanah yang mudah meloloskan air. Sifat tersebut menjadikan tanah bertambah berat bobotnya jika tertimpa hujan. Apabila tanah tersebut berada diatas batuan kedap air pada kemiringan tertentu maka tanah tersebut akan berpotensi menggelincir menjadi longsor. Berdasarkan data yang didapat dari BAPPEDA Lima Puluh Kota, khusus di daerah Kec. Pangkalan Koto Baru pada tanggal 23 April 2019, dapat dijelaskan bahwa jenis tanah yang mendominasi daerah.

penelitian adalah jenis tanah Podsolik merah kekuningan dengan luas yaitu

297,086 ha. Pada umum nya daerah penelitian termasuk kedalam jenis tanah podsolik merah kekuningan yang memiliki tingkat porositas yang baik dan kadar airnya lebih dari 50%, oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian merupakan daerah yang rentan sekali terhadap kelongsoran. Adapun Sebaran spasial jenis tanah di daerah penelitian selengkapnya disajikan pada peta jenis tanah yang dibuat menggunakan aplikasi arcgis dengan skala 1: 5000.

12 Tabel 4.22

Data Skor Dan Bobot Jenis Tanah Daerah Penelitian

(13)

3.2.2.3 Jenis Batuan

Struktur batuan dan komposisi mineralogi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya longsor. Di daerah pegunungan, jenis batuan didominasi oleh bahan Volkanik dan Aluvial. Dimana batuan ini terbentuk dari batu liat, dan batu liat berbatu yang mempunyai sifat kedap air sehingga pada kondisi jenuh air dapat berfungsi sebagai bidang luncur pada kejadian longsor. Berdasarkan Peta Geologi

Lembar Pekanbaru Skala 1 : 250.000 khusus nya di daerah IUP PT. Bintang Sumatera Pacific, batuan dasar/induk daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2 satuan batuan yaitu Batuan Vulkanik, dan Batuan Aluvial. Daerah penelitian didominasi oleh formasi geologi batuan vulkanik yaitu 290,087 ha (97,64%) dari luas daerah penelitian sedangkan formasi geologi Batuan Aluvial merupakan formasi geologi dengan luasan terkecil di daerah penelitian dengan luasan 6,999 ha (2,35%).

(14)

3.2.2.4 Kemiringan Lereng

Unsur topografi yang paling besar pengaruhnya terhadap bencana longsor adalah kemiringan lereng. Semakin curam lerengnya maka semakin besar dan semakin cepat longsor terjadi. Pada lereng 56-140% longsor sering terjadi, terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi. Namun pada kenyataannya tidak semua lahan/wilayah berlereng mempunyai potensi terjadinya

longsor melainkan tergantung pada karakter lereng beserta materi penyusunnya terhadap respon tenaga pemicu, terutama respon lereng tersebut terhadap curah hujan, selain itu potensi terjadinya longsor tergantung dari keberadaan vegetasi pada kondisi lereng tersebut karena lereng mampu bertahan dalam kondisi kestabilan vegetasi yang terbatas.

Berdasarkan hasil pengolahan peta kontur daerah penelitian menjadi peta kelas lereng dengan menggunakan analisis DEM (Digital Elevation Model) dari forum USGS 2019, daerah penelitian diklasifikasikan menjadi lima kelas kemiringan lereng berdasarkan dari jurnal Ike Bermana, 2006 yaitu kelas kemiringan lereng datar dengan

(15)

sudut lereng berkisar antara <2%, kelas kemirigan lereng sedikit miring 3-7%, kelas kemiringan lereng miring 8-13%, diangka kemiringan lereng agak curam (14-20%), kelas kemiringan lereng curam (21-55%),

kelas kemiringan lereng sangat curam (56-140%) dan kelas kemiringan lereng sangat curam ekstrem (>140%). Kelas kemiringan lereng curam sampai sangat curam mendominasi daerah penelitian dengan luas 265,952 ha (89,51%), sedangkan kelas kemiringan lereng sedikit miring sampai

miring merupakan kelas kemiringan dengan luasan terkecil di daerah penelitian yaitu 31,147 ha (10,47%).

3.2.2.5 Tataguna Lahan

Banyaknya perubahan vegetasi (sebagai tutupan lahan) dari areal tegakan hutan atau vegetasi lebat menjadi kebun campuran, semak beukar, pemukiman, atau menjadi lahan kosong akan sangat berpengaruh besar terhadap gerakan tanah terutama pada area hutan yang diubah menjadi lahan pertambangan. meyatakan 15

(16)

bahwa peranan vegetasi pada kasus longsor sangat kompleks. Pada kasus tertentu tumbuhan yang hidup pada lereng dengan kemiringan tertentu justru berperan sebagai penambah beban lereng yang mendorong terjadinya longsor.

Berdasarkan data yang didapat dari BAPPEDA Lima Puluh Kota, khusus di daerah Kec. Pangkalan Koto Baru serta tinjauan langsung ke lapangan, dapat dijelaskan bahwa hasil up-dating peta penutupan lahan tahun 2019, diketahui jenis dan persentase penutupan lahan di daerah penelitian sebagian besar didominasi oleh hutan, perkebunan campuran dan semak belukar. Adapun sebaran spasial penutupan lahan selengkapnya disajikan pada peta

tataguna lahan dibawah ini. Setelah dilakukannya pemetaan tataguna lahan di daerah penelitian, selanjutkan melakukan pemberian skor dari setiap parameter yang didapat.

3.3 Analisis Daerah Zona Kerentanan Gerakan Tanah

3.3.1 Model Pendugaan Bencana Tanah Longsor

Pendugaan kawasan bencana tanah longsor dilakukan dengan menggunakan model pendugaan pulsittanak bogor, 2004 yang bersumber dari jurnal Riki Rahmad. Berdasarkan model tersebut parameter yang 16

(17)

digunakan untuk menduga kawasan rawan longsor meliputi parameter curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lahan, dan penutupan lahan

Berdasarkan hasil analisis 5 parameter pengontrol terjadinya gerakan tanah dengan menggunakan model pendugaan Pulsittanak Bogor, 2004 diperoleh 4 kriteria interval skor kelas kerawanan tanah longsor yaitu sangat rendah, rendah, menengah dan tinggi yang mana dapat dilihat pada tabel 2.7, halaman 34. Tingkat kerawanan tanah longsor yang tersebar di daerah PT. Bintang Sumatra Pacific terbentuk setelah penggabungan (overlay) semua parameter.

Berdasarkan hasil analisis skor total hasil tumpang susun (overlay) parameter yang ada di lokasi penelitian diperoleh klasifikasi kelas kerawanan dengan interval skor masing-masing tingkat kerawanan dimana semakin tinggi total skor maka semakin tingggi tingkat kerawanan tanah longsor di wilayah tersebut.

Akan tetapi teori dari pulsittanak bogor,2004

bersumber dari jurnal Riki Rahmad 2018,

yang mana penelitian tersebut meneliti daerah satu kabupaten. Dalam pemakaian teori skor dan bobot tidak ada kendala tetapi ada sedikit perbedaan ketika menentukan kelas kerawanan di daerah penelitian yang seluas 297,086 ha. Perbedaan nya dapat dilihat bahwa sumber jurnal menjelaskan diangka interval skor 3,1 - 4,5 tergolong

kelas kerawanan sangat rendah akan tetapi ketika dilakukan perhitungan interval skor kerawanan gerakan tanah di daerah penelitian, yang mana telah disesuaikan dengan kondisi lapangan bahwa diangka 3,9 - 41 tergolong kelas kerawanan tinggi seperti yang tercantum dibawah ini

Interaval Skor (%) Kelas Kerawanan

<3,1 Sangat rendah

3,3 – 35 Rendah

3,6 - 3,8 Menengah

3,9 - 4,1 Tinggi

Klasifikasi hasil akhir yang didapat dari overlay 5 parameter faktor ngontrol terjadinya gerakan tanah, kemudian dilakukan analisis skor dengan 4 kelas kerawanan longsor yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, menengah, dan tinggi.

(18)

4. KESIMPUAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan mengenai pemetaan zona kerentanan gerakan tanah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis akhir setelah dilakukannya overlay dari 5 (lima) parameter peta yang dibuat dan sudah disesuaikan dengan kondisi lapangan, maka daerah PT. Bintang Sumatera Pacific dapat dibagi menjadi 4 (empat)

zona kerentanan gerakan tanah, yaitu: a) Zona Kerentanan Gerakan

Tanah Sangat Rendah, meliputi luas 2,580 hektar atau 0,86 % dari seluruh daerah pemetaan. b) Zona Kerentanan Gerakan

Tanah Rendah, meliputi luas 11,666 hektar atau 3,92 % dari seluruh daerah pemetaan.

c) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah, meliputi luas 165,742 hektar atau 55,78 % dari seluruh daerah pemetaan.

d) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi, meliputi luas 117,377 hektar atau 39,50 % dari seluruh daerah pemetaan.

2. Faktor pengontrol yang sangat mempengaruhi terjadinya gerakan tanah di daerah pemetaan ada 3 (tiga)

(19)

faktor antara lain: kondisi geologi, kemiringan lereng dan jenis tanah/pelapukan.

3. Berdasarkan hasil analisis pengujian laboratorium mekanika tanah dari 6 (enam) titik lokasi pengambilan sampel yang berbeda di lapangan, yang mana proses pengujiannya menggunakan batas atterberg untuk

menggambarkan batas-batas

konsistensi tanah dengan

mempertimbangkan kandungan kadar air tanah.

Batas-batas yang digunakan dalam melakukan pengujian sebagai berikut: a) Pengujian Liquid Limit

Hasil akhir dari pengujian liquid limit didapat kadar air sampel ST1 = 26,83%, ST2 = 20,5%, ST3 = 41,18%, ST4 = 56,42%, ST5 = 51,31%, ST6 = 48,30%.

b) Pengujian Plastic Limit

Hasil akhir dari pengujian plastic limit didapat kadar air dari sampel ST1 = 44,33%, ST2 = 41,33%, ST3 = 36%, ST4 = 60,66%, ST5 = 52,33%, ST6 = 38,66%.

Dapat di tarik kesimpulan berdasarkan hasil kadar air yang didapat dari pengujian liquid limit dan

plastic limit, kemudian dicocokkan

dengan klasifikasi Unified Soil

Classification System (USCS). Kadar

air daerah penelitian pada titik sampel ST4 dan ST5 termasuk jenis MH-OH yaitu tanah lempung-lanau dengan plastisitas tinggi yang diketahui kadar air sebagian besar lebih dari >50%. Kemudian kadar air di daerah penelitian pada titik sampel ST1, ST2, ST3 dan ST6 termasuk jenis CL yaitu lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berpasir, lempung berlanau dengan kadar air kecil dari < 50%.

4.2 Saran

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dan memperkecil kemungkinan terjadinya peningkatan tingkat daerah rawan longsor, meliputi:

1. Perlu upaya pemantauan dan evaluasi khusus nya di daerah IUP yang pernah terjadinya longsor agar selalu memperhatikan aliran drainase agar tetap stabil dan membuat lereng tidak terlalu tinggi dibagian material yang dominan adalah lempung - lanau.

2. Melakukan pemindahan lokasi wilayah penunjang agar tidak terlalu dekat dari

lokasi penambangan, yang mana lokasi

(20)

tersebut sangat rentan sekali terjadinya gerakan tanah yang dihasilkan dari proses peledakan maupun dari faktor pengontrol yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Alivia Desi Anita Kusuma Ningtyas, dkk. 2013. Analisa Tingkat Pergerakan Tanah Di Areal Tambang Terbuka Ditinjau Dari Survey Terestris dan Data Geologi, Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. http:// digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30004-3509100045-Paper.pdf. (08/10/2018).

Ardi Chandra Yunianto. 2011. Skripsi Analisis Kerawanan Tanah Longsor Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Dan Penginderaan Jauh Di Kabupaten Bogor, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. https://anzdoc.com/queue/analisis-kerawanan-tanah-longsor dengan-aplikasi-sistem-info.html,

(20/02/2019).

Arif Irwandy. 2016 Geoteknik Tambang (Mewujudkan Produksi Tambang yang Berkelanjutan dengan Menjaga Kestabilan Lereng, PT. Gramedia Pustaka Utama (Anggota IKAPI), Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional, Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005.

Penyusunan Peta Zona

Kerentanan Gerakan Tanah,https://kupdf.net/download/sn i-penyusunan-peta-zona-kerentanan-gerakan tanah_58e268d7 dc0d60f40c897108_pdf. (20/02/2019)

Clarke, M. C. G., Kartawa, W., Djunuddin, A., Suganda, E., dan Bagdja, M. 1982. Peta Geologi Lembar Pakanbaru, Sumatra, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Dinas Geologi Sumberdaya Mineral. 2007.

Laporan Pemetaan Daerah

Rawan Gerakan Tanah

Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatra Barat. Padang.

Dinas Geologi Sumberdaya Mineral. 2015. Dokumen Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Pemprov Sumatera Barat. Padang.

Hary Christady Hardiyatmo. 2010. Mekanika Tanah 1 Edisi V,

Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Hary Christady Hardiyatmo. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(21)

Ike Bermana. 2006. Klasifikasi Geomorfologi Untuk Pemetaan Geologi Yang Telah Dibakukan,

Jurusan Geologi, FMIPA,

Universitas Padjadjaran, Bandung. http://jurnal.unpad.ac.id/bsc/artic le/view/8125. (01/03/2019). Riki Rahmad, Suib dan Ali Nurman. 2018.

Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Tingkat Ancaman di Kecamatan

Sibolangit, Kabupaten

Deli Serdang, Sumatera Utara.

Pendidikan Geografi,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Negeri Medan, Medan.

https://www.researchgate.net/publica tion/325318418_Aplikasi_SIG_Untu k_Pemetaan_Tingkat_Ancaman_Lon gsor_Di_Kecamatan_Sibolangit_ Kabupaten_Deli_Serdang_Sumatera_ Utara/download. (08/11/2018). Riko Ervil, dkk. 2016. Buku Panduan

Penulisan dan Ujian Skripsi. Sekolah Tinggi Teknologi Industri. Padang.

Riko Ervil, dkk. 2019. Buku Pedoman Penulisan Laporan Kerja Praktek dan Tugas Akhir. Sekolah Tinggi Teknologi Industri. Padang.

Silvianengsih, Liliwarti, dan Satwarnirat. 2015. Pengaruh Kadar Air Terhadap Kestabilan Lereng (Kampus Politeknik Negeri Padang). Rekayasa Sipil,

Politeknik Negeri Padang.

Padang. https://www.scribd.com/ document/385574687/pengaruh-kadar-air-terhadap-kestabilan-l-pdf. 08/10/2018

Yogi Saktyan Respati, dkk. 2010. Analisis GIS Terhadap Gerakan Tanah di Girimulyo, Kulonprogo, D.I.

Yogyakarta, dan Kajian

Faktor – Faktor Pengontrolnya.

Geological Engineering Department.

Gadjah Mada University. Yogyakarta. http://hmtg.ft.ugm.ac.id/ web/wp-content/uploads/Analisis-GIS-Terhadap-Gerakan-Tanah-di Girimulyo.pdf, 08/10/2018.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian keberhasilan okulasi pohon indukjati Muna (Tectona grandis L.) bertujuan untuk mengetahui per s enta s e keberhasilan okula s i , pertumbuhan tinggi dan diameter

Dalam bab ini akan diuraikan akuntabilitas kinerja Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kediri pada tahun 2019 untuk mengukur pencapaian tujuan dan sasaran

menentukan lokasi informasi yang dibutuhkan dalam rangka membantunya dalam proses pengambilan keputusan. Banyak organisasi atau perusahaan telah mengembangkan website untuk

Abdurrahman adalah salah seorang sahabat nabi yang masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu di hari-hari pertama Islam muncul di

Keluarga Mahasiswa Muslim FTIP Senin, 25 Mei 2015. @Amphiteater

Dalam jaringan interkoneksi statis, jalur diantara terminal yang berbeda dari sistem bersifat pasif dan hanya jalur yang telah ditentukan oleh prosesor pengendali yang dapat

Kekurangan DTA adalah terlihat perbedaan yang nyata pada jangkauan temperatur yang lebar sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai jangkauan tersebut, dan kurva

Orang tua dan perawat diharapkan dapat menggunakan APE (kartu bergambar, bermain adonan kue, melipat kertas dan meronce) sebagai alternatif alat permainan untuk menunjang