• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS YASPINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS YASPINA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh:

Wahidah

NIM 11160110000094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

(2)
(3)

YASPINA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Menjadi Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

oleh:

Wahidah

NIM. 11160110000094

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Dimyati, M.Ag

NIP. 196407041993031003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

Membentuk Karakter Siswa di MTs Yaspina” disusun oleh Wahidah

NIM. 11160110000094, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas` Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 24 Oktober 2020

Yang Mengesahkan,

Dr. Dimyati, M.Ag

(5)
(6)

iii

Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa di MTs Yaspina.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa di MTs Yaspina serta faktor pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa di MTs Yaspina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Subjek penelitian ini di antaranya yaitu kepala sekolah, guru Akidah Akhlak dan siswa kelas VIII MTs Yaspina. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam proses pengimplementasian nilai-nilai karakter pada saat pembelajaran Akidah Akhlak, guru Akidah Akhlak melakukan pembelajaran dengan baik dan menyenangkan, beliau selalu mencontohkan nilai-nilai yang baik kepada peserta didik. Ketika pembelajaran beliau menggunakan beberapa metode. Namun saat pandemi ini guru Akidah Akhlak melakukan pembelajaran secara daring melalui Whatsapp.

Faktor pendukung dalam pembentukan karakter siswa yaitu sudah disepakati oleh seluruh guru agar selalu menanamkan nilai-nilai karakter, memiliki kerjasama dan hubungan baik dengan masyarakat, terdapat buku sanksi dan poin bagi siswa yang melanggar aturan, serta banyaknya kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan guna membentuk karakter siswa. Adapun faktor penghambatnya yaitu peserta yang sedang dihadapi ini sedang berada diusia transisi, sehingga mereka masih sulit untuk diatur. Dikarenakan saat ini sedang terjadi pandemi covid-19 sehingga pembelajaran dilakukan secara jarak jauh dan keterbatasan sarana dan prasarana dimana ada siswa yang sudah memiliki hp dan belum memiliki hp.

(7)

iv

ABSTRACT

Wahidah (NIM. 11160110000094). Implementation of Akidah Akhlak Learning in Forming Student Character at MTs Yaspina.

This study aims to determine the implementation of Akidah Akhlak learning in shaping the character of students at MTs Yaspina as well as supporting and inhibiting factors for implementing Akidah Akhlak learning in shaping the character of students at MTs Yaspina. The method used in this study is a qualitative method. The subjects of this research included the principal, Akidah Akhlak teachers and grade VIII students of MTs Yaspina. Sources of data used in this study are interviews, observation, and documentation.

This study concludes that in the process of implementing character values when learning Akidah Akhlak, the Akidah Akhlak teacher does the learning well and is fun, he always exemplifies good values to students. When learning he used several methods. However, during this pandemic, Akidah Akhlak teachers conducted online learning via Whatsapp.

Supporting factors in the formation of student character, namely that it has been agreed upon by all teachers to always instill character values, have cooperation and good relations with the community, there is a book of sanctions and points for students who violate the rules, and the number of routine activities carried out to shape character students. As for the inhibiting factor, the participants who are currently facing are in a transitional age, so they are still difficult to manage. Because currently there is a Covid-19 pandemic so learning is carried out remotely and there are limited facilities and infrastructure where there are students who already have cellphones and don't have cellphones.

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa di MTs Yaspina”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta kerabatnya, sahabatnya, dan seluruh umatnya sampai akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengalami beberapa tantangan dan hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak yang terkait, semuanya dapat teratasi dengan baik. Maka dari itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan kepada penulis sehinggga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena kemampuan dan pengetahuan penulis yang masih terbatas, namun dengan adanya bimbingan dan arahan, serta motivasi dari berbagai pihak hal tersebut dapat membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Amany Burhanuddin Lubis, MA, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Dr. Abdul Majid Khon, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang

(9)

v

5. Dr. Dimyati, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulisan skripsi ini

6. Segenap dosen PAI, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan, berkat mereka penulis banyak mendapatkan ilmu sehingga bisa menyusun skripsi ini

7. MTs Yaspina, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan penulis ucapkan terima kasih untuk para responden yang telah bersedia menyempatkan waktunya

8. Ibunda dan Alm Ayahanda yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis

9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam 2016 khususnya kelas C yang telah banyak memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

10. Teman-teman Madrasah Aliyah yang selalu memotivasi dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

11. Dan penulis ucapkan terima kasih kepada pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini

Semoga bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapatkan imbalan dari Allah swt. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan kedepannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat pembaca.

Jakarta, 12 September 2020

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Pembatasan Masalah ... 7 D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II ... 10

KAJIAN TEORI ... 10

A. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak ... 10

1. Pengertian Implementasi Pembelajaran ... 10

2. Pengertian Akidah Akhlak ... 11

3. Tujuan Akidah Akhlak... 13

4. Ruang Lingkup Akidah Akhlak ... 14

B. Karakter ... 16

1. Pengertian Karakter ... 16

2. Tujuan Pembentukan Karakter ... 17

3. Proses Pembentukan Karakter ... 18

(11)

vii

4. Nilai-Nilai Karakter ... 29

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

BAB III ... 35

METODOLOGI PENLITIAN ... 35

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Prosedur Pengumpulan Data ... 35

D. Pemeriksa Keabsahan Data ... 39

E. Analisis Data ... 40

BAB IV ... 43

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Sekolah ... 43 B. Pembahasan ... 49 BAB V ... 59 PENUTUP ... 59 A. Kesimpulan ... 59 B. Implikasi ... 60 C. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ... 67

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai-nilai Karakter dan Deskripsinya...29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara...36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi...37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Dokumentasi...39

Tabel 4.1 Guru MTs Yaspina...46

Tabel 4.2 Peserta Didik MTs Yaspina...47

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Hasil Wawancara

Lampiran 3 Dokumentasi

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern ini banyak sekali remaja yang memiliki karakter kurang baik, salah satunya remaja di lingkungan sekolah yaitu peserta didik. Sekolah merupakan salah satu tempat pembentukkan karakter yang sangat berpengaruh bagi peserta didik, karena peserta didik berada di lingkungan sekolah lebih lama dibandingkan yang lain. Sekolah pun tempat peserta didik belajar untuk memperoleh pengetahuan, yang mana pengetahuan tersebut akan mereka implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengimplementasikan teori-teori yang telah dipelajari, maka peserta didik harus mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan guru pun harus menyampaikannya dengan baik pula agar peserta didik dapat memahami dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan

mengkokohkan kepribadian. Yang mana dalam belajar ini siswa diharapkan menguasai ilmu pengetahuan dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, sehingga terjadi perubahan pada siswa, khususnya pada tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.1

Peserta didik adalah anak yang sedang mengalami perkembangan. Teori Tabularasa menjelaskan bahwa anak pada waktu lahir seperti kertas putih. Bila dimasukkan ke dalam cairan merah, biru, dan hitam maka kertas putih

(15)

itu akan menjadi merah, biru, dan hitam. Pendidikan merupakan lingkungan positif yang dapat membentuk karakter anak bangsa menjadi unggul.2

Di sekolah terdapat suatu kegiatan belajar mengajar, yang mana kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang sengaja diciptakan dan direncanakan. Sebagai guru mereka pasti sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar. Tentu saja guru berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik, karena dengan susana tersebut dapat mendatangkan keharmonisan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Seorang guru harus mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, agar pencapaian yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik dan ketika proses pembelajaran guru tidak bingung akan melakukan kegiatan apa saja di dalam kelas. Maka dari itu, sebelum mengajar guru seharusnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu.

Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.3

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan dengan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Komponen tersebut

2 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose Media

Jakarta, 2011), h. 45

(16)

harus diperhatikan oleh guru agar metode yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dan mudan dipahami oleh peserta didik. Sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan pelajaran yang dapat diambil dari proses pembelajaran tersebut.

Perencanaan pembelajaran adalah suau kegiatan yang direncanakan untuk proses belajar mengajar mulai dari tujuan, materi, metode, dan evaluasi agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efesien.

Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah peserta didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan terlalu banyak mengharapkan bantuan dari orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku tertentu.4

Membuat peserta didik berkarakter adalah tugas pendidikan, yang esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter.5 salah satu mata pelajaran di madrasah yang dapat membentuk karakter siswa yaitu mata pelajaran akidah akhlak. Akidah akhlak merupakan dasar keyakinan bagi seorang muslim yang memiliki fungsi dan peranan yang besar. Mata pelajaran akidah akhlak menekankan pada aspek keteladanan dan pembiasaan untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk.

4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakrta:Rineka Cipta,

2013), h. 38

5 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis

(17)

Karakter dapat diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang ciri-ciri tersebut membedakan antara satu individu dengan individu yang lain. Seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam, dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang jelek. Sedangkan orang yang berperilaku jujur, baik, dan disiplin dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik.

Karakter yang baik terbentuk dari kebiasaan yang baik, pengalaman dalam melihat keteladanan dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari, sehingga hal tersebut menjadi suatu kebiasaan.6 maka dari itu setiap guru di sekolah harus memberikan contoh yang baik agar peserta didik pun menjadi baik karena meniru sosok gurunya.

Guru adalah kunci penting untuk membangun karakter peserta didik. Profesi guru adalah amat mulia, ia mengajarkan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Memberikan nasihat-nasihat kepada anak didiknya sehingga anak didik memiliki karakter yang baik. Tantangan yang dihadapi guru mata pelajaran akidah akhlak adalah bagaimana mengimplementasikan, mengarahkan peserta didik agar memiliki karakter dalam bentuk iman, takwa, dan akhlak mulia.

Seorang guru memiliki tugas mengajar, mendidik, membimbing, serta membina kepribadian seseorang. Terutama pada guru akidah akhlak di madrasah, karena materi yang terdapat pada mata pelajaran tersebut terkandung nilai-nilai positif yang dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Peserta didik pergi dari rumah ke sekolah memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang baik dan kurang baik, karena berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Yang terpenting ketika di sekolah adalah perilaku guru merupakan contoh teladan bagi anak didiknya. Seperti pakaian guru, cara berucap guru, cara duduk guru, cara guru bergaul, hal-hal tersebut diperhatikan oleh peserta didiknya. Karakter guru akidah akhlak sangat

(18)

berpengaruh pada peserta didik, ketika di rumah anak dididik oleh orang tuanya, perilaku yang sudah baik dari rumah ditingkatkan dan ditumbuh

kembangkan, sedangkan perilaku yang kurang baik diluruskan,

diberitahukan, diajarkan bahwa perilaku tersebut tidak baik, dengan mengaitkan materi-materi yang terdapat dalam bahan ajar.

Seorang guru di sekolah harus selalu memberikan motivasi kepada peserta didik agar peserta didik selalu berpikir positif dan terdorong untuk melakukan kebaikan, terutama peserta didik tersebut jadi memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Dengan motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan yang ada pada diri peserta didik, sehingga akan berpengaruh pada persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi, kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan.7

Hubungan guru dengan peserta didik sejatinya harus harmonis, guru harus menjadi pribadi yang diidolakan, dicintai, dan disukai oleh peserta didik. Hal ini sangat berpengaruh untuk membentuk karakter yang baik pada peserta didik. Karena dengan itu para peserta didik pasti mengikuti apa yang diucapkan dan diperintahkan oleh guru. Dengan kata lain, peserta didik dapat menerimanya dengan sepenuh hati. Sehingga apa yang diucapkannya dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari.

Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan semangat yang kuat, pantang menyerah, berani berjalan dengan segala resiko. Karakter yang kuat merupakan suatu prasyarat untuk menjadi seorang pemenang dalam medan kompetisi seperti saat ini, dan yang akan datang. Begitupun sebaliknya, orang yang berkarakter lemah, mereka orang yang mudah menyerah, tidak memiliki prinsip dan keberanian, ia mudah menyerah, penakut sehingga langkahnya ceroboh. Oleh

(19)

karena itu, pembentukan karakter ini harus dilakukan untuk membangun mental pemenang bagi generasi bangsa di masa yang akan datang.8

Di sekolah selalu ada saja siswa yang memiliki karakter kurang baik. Di antaranya yaitu, tidak mentaati perintah guru, keluar kelas ketika proses pembelajaran, berkelahi antar teman di sekolah, makan ketika proses pembelajaran, tidur ketika proses pembelajaran, memakai pakaian yang tidak sesuai, dan lain sebagainya. Kemudian kurang efektifnya pembelajaran Akidah Akhlak di masa pandemi covid-19 ini. Dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Akidah Akhlak terdapat materi-materi untuk meningkatkan karakter peserta didik agar menjadi lebih baik. Karena, pelajaran yang didapat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga apabila pembelajaran tersebut terlaksanan dengan baik maka akan terbentuk karakter peserta didik tersebut dan siswa yang memiliki karakter kurang baik bisa membaik dengan mengikuti pembelajaran Akidah Akhlak tersebut.

MTs Yaspina yang terletak di Rempoa ini merupakan salah satu madrasah yang disiplin waktu menurut pengamatan saya ketika pelaksanaan PLP di madrasah tersebut. Jarang sekali saya menemukan peserta didik yang datang terlambat ke sekolah pada saat saya PLP di MTs Yaspina, akan tetapi dibalik semua itu terdapat permasalahan yang terjadi.

Dari temuan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait

“Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa di MTs Yaspina”

B. Identifikasi Masalah

8 Jamal Ma‟mur Asmani, Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Diva

(20)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurang Minatnya peserta didik dalam membaca Buku Mata Pelajaran, khususnya Akidah Akhlak

2. Terdapat Peserta didik yang kurang serius ketika proses pembelajaran

3. Peserta didik saling mengandalkan ketika ada tugas kelompok

4. Kurangnya semangat peserta didik ketika proses pembelajaran

5. Kurang efektifnya pembelajaran jarak jauh diera pandemi covid-19 ini khususnya pada mata pelajaran Akidah Akhlak

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan pada penelitian ini, peneliti akan membatasi beberapa hal yang berkaitan dengan masalah, yaitu mengenai pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa, yang meliputi:

1. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa di MTs Yaspina

2. Faktor Pendukung & Penghambat pembentukan karakter siswa di MTs Yaspina

(21)

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka ada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut ialah:

1. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa di MTs Yaspina ?

2. Apa faktor pendukung/penghambat dalam pembentukan karakter siswa di MTs Yaspina ?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa di MTs Yaspina

b. Untuk mengetahui apasaja faktor pendukung/penghambat dalam pembentukan karakter di MTs Yaspina

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan baru khususnya pada penerapan pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa untuk guru, masyarakat, dan lembaga terkait.

b. Manfaat Praktis

(22)

Dengan penelitian ini diharapkan memberikan ilmu pengetahuan yang baru kepada peneliti, serta dapat memberikan pengalaman baru dan pembelajaran terkait penerapan pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa kepada peneliti di masa yang akan datang.

2) Bagi Lembaga Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada pembelajaran Akidah Akhlak

3) Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat terkait penerapan pembelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa

4) Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam penelitian yang dilakukan.

(23)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak

1. Pengertian Implementasi Pembelajaran

Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, sehingga akan memiliki nilai.9 Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar.10

Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan suatu proses yang menggabungkan pekerjaan dan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia menjadi pengalaman

baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan,

pengetahuan atau pemahaman yang mencerminkan nilai yang dalam. Pembelajaran yang efektif akan mendorong ke arah perubahan, pengembangan serta meningkatkan hasrat untuk belajar.11

Pembelajaran merupakan suatu proses membimbing peserta didik agar belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dalam pengertian ini menggambarkan bahwa guru harus lebih banyak memperhatikan

9

Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah”, Tadrib Vol. 1 No. 1, 2015, h. 10

10 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2017), h. 10

11 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2013), h.

(24)

kepentingan perkembangan peserta didik, guru dituntut harus menjadi fasilitator, yaitu memberikan kemudahan pada peserta didik untuk belajar, membantu agar peserta didik memiliki motivasi untuk belajar, mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan belajar, sosial, kemandirian yang dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal.12

Berikut ini terdapat beberapa konsep mengenai pembelajaran di antaranya yaitu:

a) Pembelajaran bersifat psikologis. Dalam hal ini, pembelajaran dideskripsikan dengan merujuk pada apa yang terjadi dalam diri manusia secara psikologis. Ketika pola prilakunya stabil, maka proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil.

b) Pembelajaran merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya, yang artinya proses psikologis tidak terlalu tersentuh di sini

c) Pembelajaran merupakan produk dari lingkungan eksperiental seseorang, terkait dengan bagaimana ia merespons lingkungan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan pengajaran, yang mana seseorang akan belajar dari apa yang diajarkan kepadanya.13

2. Pengertian Akidah Akhlak

Aqidah adalah bentuk masdar dari kata aqada, ya‟qidu, „aqdan, aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh.14 Kata Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Kata

12

Leli Halimah, Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang Excellent di Abad ke-21, (Bandung: Refika Aditama, 2017), h. 36

13 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

pelajar, 2013), h. 6

14 Andi Banna, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah Akhlak”,

(25)

ini, sering juga disebut dengan „aqaid, yaitu kata plural (jama‟i) dari „aqidah yang artinya simpulan. Kata lain yang serupa adalah i‟tiqad, mempunyai arti kepercayaan. Dari kata-kata tersebut secara sederhana memiliki arti kepercayaan yang tersimpul dalam hati.15

Aqidah adalah hukum yang tidak menerima keraguan didalamnya bagi orang yang meyakininya. Aqidah dalam agama adalah keyakinan tanpa perbuatan, seperti tentang keyakinan keberadaan Allah dan diutusnya para Rasul. Aqidah menurut istilah yaitu hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa, sehingga menjadi keyakinan yang kokoh dan tidak ada keraguan dalam dirinya. Jika ilmu tidak sampai pada derajat keyakinan keyakinan yang kuat maka tidak bisa disebut aqidah. Disebut akidah karena manusia mengikat hatinya kepada Allah Swt.16

Akhlak secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar dari kata khalaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan tsulasi mazid af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan, yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah (kelakuan, tabi‟at, watak dasar), ‟adat (kebiasaan, kelaziman) al-maru‟ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).17

Namun dalam hal ini, kata akhlaqa dari bentuk tergolong infinitif khalaqa masih kurang pas, pasalnya isim mashdar dari khalaqa adalah ikhlaqan bukan akhlaqan. Sehingga muncul pendapat baru yang mengatakan bahwa akhlak tergolong kedalam isim jamid (bentuk isim yang tidak memiliki asal kata) atau ghoir musytaq. Jadi, kata akhlak merupakan bentuk kata yang tidak memiliki akar kata dan bentuk kata tersebut memang sudah ada seperti demikian. Dengan pendapat terakhir

15

Mahrus, Aqidah, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 4

16 Nur Hidayat, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta: Ombak, 2015), h. 24-25

17 Achmad Gholib, Akidah dan Akhlak dalam Perspektif Islam, (Ciputat: Diaz Pratama

(26)

ini arti kata akhlak secara bahasa masih sama seperti pendapat yang pertama.18Akhlak dapat pula diartikan sebagai sikap yang melekat pada diri seseorang yang mana hal tersebut dilakukan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.19

3. Tujuan Akidah Akhlak

Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-kitab-kitab-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-Asma‟ al-Husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan seharihari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak al-Karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.20

18 Ibid., h. 107

19 A. Zaimuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2 (Muamalah dan Akhlak), (Bandung:

Pustaka Setia, 1999), h. 73

20

(27)

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:

a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt.;

b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.21

4. Ruang Lingkup Akidah Akhlak

Akhlak mempunyai makna yang lebih luas, karena akhlak tidak hanya bersangkutan dengan lahiriah akan tetapi juga berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Berikut ini pemaparan ruang ingkup akhlak:

a) Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah merupakan suatu sikap,pengakuan, dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Perilaku yang menunjukkan Akhlak terhadap Allah, diantaranya:

1) Bersyukur kepada Allah

2) Meyakini kesempurnaan Allah

3) Taat terhadap perintah-Nya

b) Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak terhadap sesama manusia adalah suatu perilaku baik yang harus kita lakukan kepada setiap manusia. Sesama manusia kita

(28)

tidak boleh melakukan hal-hal yang negatif. Seperti membunuh, menyakiti, mencela, dan lainnya.

c) Akhlak Terhadap Lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan adalah suatu perilaku terhadap sesuatu yang berada di sekitar manusia, seperti binatang, tumbuhan, maupun benda-benda lainnya.22

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah meliputi:

a) Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, al-Asma‟ al-Husna , iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar.

b) Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, taat, khauf, tobat, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaa‟ah, tawaduh, husnuz-zan, tasamuh dan ta„awun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja.

c) Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaq, ananiah, putus asa, gadab, tamak, takabur, hasad, dendam, gibah, fitnah, dan namimah.

d) Aspek adab meliputi: Adab beribadah: adab salat, membaca Al-Qur‟an dan adab berdoa, adab kepada kepada orang tua dan guru, adab kepada kepada, saudara, teman, dan tetangga, adab terhadap lingkungan, yaitu: pada binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan

e) Aspek kisah teladan meliputi: Nabi Sulaiman a.s. dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus (10) a.s. dan Nabi Ayyub a.s., Kisah

(29)

Sahabat: Abu Bakar r.a., Umar bin Khattab r.a, Usman bin Affan r.a., dan Ali bin Abi Talib r.a..23

B.

Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan hati,jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Adapaun berkarakter adalah berkepribadian,, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Karakter ini mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan.24

Istilah berkarakter berarti memiliki karakter, memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.25 Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.26

Karakter dapat diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang ciri-ciri tersebut membedakan antara satu individu dengan individu yang lain.27 seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam, dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang jelek.

23 Ibid., h. 48

24 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 30

25 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 2

26 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h. 84

(30)

Sedangkan orang yang berperilaku jujur, baik, dan disiplin dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik.

2. Tujuan Pembentukan Karakter

Peserta didik dibentuk karakternya karena memiliki tujuan, di antaranya yaitu:

a. Menjadikan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.28

b. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.29

c. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi karakter yang khas pada peserta didik

d. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak berkesesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah30

e. Terciptanya hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain

28

Jamal Ma‟mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 43

29 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit., h. 37

30 Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter, (Bandung:

(31)

3. Proses Pembentukan Karakter

Untuk membentuk karakter siswa yang baik, guru harus melakukan hal-hal yang positif, di antaranya yaitu:

a) Bertindak sebagai sosok yang peduli, model, dan mentor. Guru memperlakukan siswa dengan kasih dan hormat, memberikan contoh yang baik, mendorong perilaku sosial, dan memperbaiki perilaku yang merusak.

b) Menciptakan komunitas moral di kelas. Guru membantu siswa untuk saling mengenal satu sama lain, hormat dan saling memperhatikan satu sama lain, serta merasa dihargai sebagai anggota kelompok.

c) Mempraktikkan disiplin moral. Guru menciptakan dan menegakkan aturan

d) Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis. Guru melibatkan siswa dalam pembuatan keputusan dan membagi tanggung jawab yang menjadikan kelas sebagai tempat baik untuk berkembang dan belajar.

e) Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum. Guru menggunakan mata pelajaran akademi sebagai sarana untuk mempelajari isu-isu etis.

f) Menggunakan pembelajaran kooperatif. Guru mengajar siswa mengenai sikap dan berbagai keterampilan untuk saling membantu satu sama lain dan bekerja sama

g) Membangun kepekaan nurani. Guru membantu siswa

mengembangkan tanggung jawab akademis dan menghargai pentingnya belajar dan bekerja.

h) Mendorong refleksi moral, melalui membaca, menulis, berdiskusi, berlatih membuat keputusan, dan berdebat.

(32)

i) Mengajarkan resolusi konflik, sehingga murid memiliki kapasitas dan komitmen untuk menyelesaikan konflik secara adil dan wajar, dengan cara-cara tanpa kekerasan.31

4. Metode Pembelajaran Berkarakter

Untuk membentuk karakter peserta didik terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat dilakukan, di antaranya yaitu:

a. Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan dengan sengaja secara berulang-ulang sehingga sesuatu tersebut menjadi kebiasaan. Pembiasaan dapat mendorong seseorang untuk berperilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya.32

Metode pembiasaan dalam bidang psikologi pendidikan dikenal dengan istilah operan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras, ikhlas, jujur, dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Model pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik selalu bersifat baik dan terpuji, sehingga tersimpan pikiran-pikiran positif di dalam otaknya.33

31 Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam As, Membumikan Pendidikan

Karakter, (Jakarta: 2015), h. 183-184

32 E. Mulyasa., Op.Cit, h. 166

(33)

Pembentukan karakter melalui model pembiasaan ini dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran dan di luar pembelajaran.

 Kegiatan Pembiasaan dalam Pembelajaran

1) Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan

sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan,

keterampilan, dan sikap baru dalam setiap pembelajaran. 2) Biasakan melakukan kegiatan inkuiri dalam setiap

pembelajaran

3) Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran

4) Biasakan belajar secara kelompok untuk menciptakan masyarakat belajar

5) Guru harus membiasakan diri menjadi model dalam setiap pembelajaran

6) Biasakan menggunakan refleksi pada setiap akhir pembelajaran

7) Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya dan adil 8) Biasakan peserta didik mencari perubahan yang lebih baik  Kegiatan pembiasaan di luar pembelajaran

1) Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti: Upacara bendera, senam, shalat berjamaah, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.

2) Spontan, pembiasaan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antre, mengatasi pertengkaran

(34)

3) Keteladanan, pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, datang tepat waktu.34

b. Pembinaan Disiplin Peserta Didik

Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan

berbagai situasi, dan memahami faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Maka dari itu, sebaiknya para guru melakukan hal-hal berikut:

1) Memula seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, patuh, dan taat aturan

2) Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan kumulatif

3) Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir kelas

4) Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik

5) Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele

6) Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan tidak terdapat penyimpangan

7) Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran

8) Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan semangat belajar peserta didik 9) Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik,

jangan memaksa peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya

10) Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksankan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.35

(35)

c. CTL (Contextual Teaching and Learning)

Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu metode pembelajaran yang berusaha mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman nyata siswa, hal ini bisa dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas sebagai alternatif pendidikan karakter.36

Model CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat

dikembangkan menjadi salah satu model pembelajaran berkarakter, karena dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik dapat menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Zahorik mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

a) Pembelajaran harus memerhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik

b) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagian yang lebih khusus

c) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman dan

pembentukan karakter tertentu, dengan cara:  Menyusun konsep sementara

 Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain

35 Ibid., h. 173

36 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan

(36)

 Merevisi dan mengembangkan konsep

d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.

e) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan

pengembangan pengetahuan yang dipelajari.37

d. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang penyampaian materinya dilakukan secara lisan kepada peserta didik. Metode ceramah ini hendaknya mudah diterima, isinya mudah dipahami, serta mampu mendorong peserta didik melakukan hal-hal yang baik dan benar.38

Alasan guru menggunakan metode ceramah saat pembelajaran harus benar-benar dipertimbangkan, dengan beberapa pertimbangan seperti:

a) Anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena pembahasan baru guna menghindari kesalahpahaman

b) Benar-benar tidak ada sumber bahan ajar bagi peserta didik

c) Menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila menggunakan metode yang lain sulit diterapkan

d) Menghemat biaya, waktu dan peralatan39

e. Metode Kisah Qurani dan Nabawi

Al-Quran dan Hadis banyak meredaksikan kisah untuk

menyampaikan pesan-pesan seperti kisah malaikat, Nabi, umat

37 Ibid., h. 176

38 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Rosdakarya:Bandung, 2013), h. 137

(37)

terkemuka di zaman dahulu, dan sebagainya yang mana dalam kisah tersebut terdapat nilai-nilai yang dapat dipetik oleh peserta didik. Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan kesanpada peserta didik, sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk karena mereka telah melihat dampak dari kisah-kisah itu, apalagi penyampaian kisah-kisah tersebut dilakukan dnegan cara menyentuh hati dan perasaan.40

Dalam islam, metode kisah menjadi metode pendidikan yang sangat penting. Dikarenakan dengan beberapa hal sebagai berikut:

a) Kisah selalu memikat karena mengundang pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Yang mana makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pendengar tersebut.

b) Kisah Qurani dan Nabawi dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh. Karena tokoh ditampilkan dalam konteks yang menyeluruh, maka pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.

c) Kisah Qurani mendidik perasaan keimanan dengan cara:

- Membangkitkan berbagai perasaan seperti khauf, rida, dan cinta - Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu

puncak, yaitu kesimpulan kisah

- Melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.41

40Ibid., h. 143-144

41 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2014), h.

(38)

f. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang merangsang peserta didik untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran. Metode tanya jawab ini telah ada ketika zaman Rasulullah Saw, peristiwa tanya jawab sering kali terjadi antara Rasulullah dengan para sahabatnya.42

Proses tanya jawab terjadi apabila ada ketidaktahuan atau ketidakpahaman akan suatu peristiwa. Pada proses pembelajaran, tanya jawab menjadi salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya kepada guru. Metode tanya jawab ini dilakukan karena memiliki beberpa tujuan, diantaranya:

a) Mengecek dan mengetahui sampai sejauhmana kemampuan peserta didik terhadap pelajaran yang dikuasainya

b) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan kepada guru tentang suatu masalah yang belum dipahaminya

c) Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar peserta didik d) Melatih anak didik untuk berpikir dan berbicara.43

g. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode yang digunakan sebagai jalan untuk memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses pembelajaran.44 Diskusi pada dasarnya ialah saling tukar menukar informasi, pendapat, dan pengalaman untuk mendapat kesimpulan bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu.45

Metode diskusi dilakukan bertujuan untuk:

42

Abdul Majid, Op.Cit., h. 138

43 Ibid., h. 140

44 Kamsinah, “Metode dalam Proses Pembelajaran: Studi tentang Ragam dan

Implementasinya”, Lentera Pendidikan Vol. 11 No. 01, 2008, h. 109

(39)

a) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan materi

b) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional

c) Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif

d) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat

e) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial

f) Melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang suatu masalah46

h. Metode Pemberian Tugas

Metode ini biasa dikenal dengan metode resitasi, yaitu suatu pembelajaran yang bercirikan kegiatan perencanaan bersama antara guru dan murid berupa tugas-tugas atau masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama. Metode ini berlangsung melalui tiga tahapan yaitu: (1) guru memberi tugas kepada peserta didik, (2) peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru, (3) peserta didik mempertanggung jawabkan kepada guru apa yang dia kerjakan.47 i. Metode Kuis Tim

Metode kuis tim ini dapat meningkatkan rasa tanggungjawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak membuat mereka takut.48 Pembelajaran menggunakan kuis tim ini diawali dengan guru menerangkan materi pelajaran secara klasikal, lalu siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Semua anggota kelompok

46 Ibid., h. 142

47 Maria Ulfa dan Saifuddin, “Terampil Memilih dan Menggunakan Metode Pembelajaran”,

Suhuf Vol. 30 No. 01, 2018, h. 48-49

(40)

bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling bertanya jawab untuk memahami materi tersebut, maka diadakan suatu pertandingan akademis. Adanya pertandingan akademis ini agar terciptanya kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha, belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.49

Adapun prosedur pelaksanaan kuis tim ini, yaitu: a) Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen b) Bagilah peserta didik menjadi tiga tim

c) Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materinya. Batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu

d) Perintahkan tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam tidak lebih dari 5 menit. Tim B dan C menggunakan waktu ini untuk memeriksa catatan mereka

e) Tim A memberi kuis kepada anggota tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaannya, tim C segera menjawabnya

f) Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C, dan mengulang proses tersebut

g) Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dnegan segmen kedua dari pelajaran, dan tunjuklah tim B sebagai pemandu kuis

h) Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran, dan tujuklah tim C sebagai pemandu kuis.50 j. Metode Tutor Teman Sebaya

Metode tutor sebaya adalah suatu pembelajaran yang jadi murid dan jadi guru adalah teman sebaya. Pembelajaran ini merupakan suatu pemberian bantuan dalam belajar oleh peserta didik kepada temannya

49 Anik Sulistyowati, “Penerapan Model Pembelajaran Quiz Team Untuk Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Materi Pemerintah Kabupaten dan Kota pada Siswa Kelas IV SD 4 Kaliwungu”, Jurnal Prakarsa Paedagogja, Vol. 1 No. 2, 2018, h. 145

(41)

yang telah ditunjuk oleh guru berdasarkan pada prestasi akademik yang baik dan memiliki hubungan sosial yang tinggi. Dengan kata lain tutor teman sebaya ini memanfaatkan kemampuan siswa yang berprestasi untuk memberikan bimbingan berupa arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi kepada teman-temannya yang berada di bawah kemampuannya atau kurang berprestasi.51

Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut: a) Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas b) Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa

c) Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yanng baik d) Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama

e) Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik

f) Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab g) Suka membantu temannya yang mengalami kesulitan.52

k. Metode Keteladanan

Metode keteladanan merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengajarkan nilai-nilai, karena peserta didik akan meniru apa yang dilakukan oleh guru dan orangtuanya. Hal ini penting bagi guru dan orangtua agar memberikan teladanan yang baik.53

51

Irfan Fajrul falah, “Model Pembelajaran Tutor Sebaya: Telaah Teoritik”, Jurnal Pendidikan agama Islam, Vol 12 No. 2, 2014, h. 180

52 Ningrum Pusporini Anggorowati, “Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya pada

Mata Pelajaran Sosiologi”, Jawa Tengah: Jurnal Komunitas, Vol. 3 No. 1 2011, h. 106

(42)

4. Nilai-Nilai Karakter

Terdapat nilai-nilai karakter yang dapat diterapkan pada peserta didik, di antaranya yaitu:54

No Nilai Deskripsi

1

Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Mengakui dan menghormati adanya perbedaan dalam beragama

2

Jujur Kejujuran adalah perpaduan antara

keteguhan watak, sehat dalam prinsip-prinsip moral, tulus hati dan perasaan halus mengenai etika keadilan dan kebenaran. Perilaku ini menjadikan diri kita sebagai orang dapat dipercaya

dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

3

Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat dan sikap orang lain

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku

tertib dan patuh pada berbagai

(43)

ketentuan dan peraturan yang berlaku

5

Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan ikhtiar

sungguh-sungguh untuk mengatasi

berbagai hambatan dalam menjalankan tugas, tanggung jawab dan fungsinya

dengan sebaik-baiknya dalam

masyarakat

6

kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7

Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak

bergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya

8

Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak

yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9

Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

10

Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

(44)

11

Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat

menunjukkan kesetiaan, kepedulian,

dan penghargaan yang tinggi

kehidupan sosial kemasyarakatan

untuk membangun karakter bangsa

12

Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat,

mengakui, dan menghormati

keberhasilan orang lain

13

Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

14

Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya

15

Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya

16

Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

(45)

memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18

Tanggung Jawab Sikap dan perilaku dalam melaksnakan

tugas dan kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

(46)

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 6, 2019, yang ditulis oleh Rifdah Rohadatul „Aisy, Mohammad Afifulloh, dan Devi Wahyu Ertanti, dengan judul “Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa di MTs Al-Maarif 01 Singosari”. penelitian ini membahas tentang strategi guru dalam membentuk karakter siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Untuk membentuk karakter siswa strategi yang digunakan yaitu menggunakan strategi pembelajaran langsung, interaktif, belajar, startegi dan metode pembentukan karakter komunikasi yang baik, pembiasaan, karakter keteladanan di dalam pembelajaran, metode tanya jawab, dan demonstrasi. Selain strategi tersebut diterapkan juga kebiasaan sebagai berikut, menerapkan 6s, membaca doa sebelum dan sesudah pembelajaran, membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.55

2. Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, Vol. 4, No. 2, Januari 2019, yang ditulis oleh Sapirin, Adlan, dan Candra Wijaya, dengan judul “Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli Tengah”. penelitian ini membahas tentang penerapan mata pelajaran Akidah Akhlak dalam membentuk karakter siswa, yang mana bentuk materi pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli Tengah memerlukan pengajaran, keteladanan, dan refleksi akhlak, ibadah, dan aqidah. Implementasi yang dilakukan dengan 3 cara, yaitu kegiatan pembelajaran di dalam kelas, kegiatan diluar kelas, dan kegiatan diluar sekolah.56

55

Rifdah Rohadatul „Aisy, Mohammad Afifulloh, dan Devi Wahyu Ertanti, “Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa di MTs Al Maarif 01 Singosari”, Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 2, 2019, h. 88

56 Sapirin, Adlan, dan Candra Wijaya, “Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam

Pebentukan Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli Tengah”, Antropologi Sosial dan Budaya, Vol. 4, No. 2, 2019, h. 219-220

(47)

3. Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol. 9, No. 2, Desember 2017, yang ditulis oleh Purniadi Putra, dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak (Studi Multi Kasus di MIN Sekunduk dan MIN Pemangkat Kabupaten Sambas)”. penelitian ini membahas tentang penerapan pendidikan karakter pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Perencanaan pembelajaran guru Aqidah Akhlak sebagai upaya pembentukan karakter adalah dengan mendesain perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang dibuat oleh guru adalah penyususnan perencanaan penggunaan media pembelajaran dan bentuk belajar yang berdasarkan pada tujuan. Kemudian mengacu pada tata tertib maupun aturan yang yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan. Lalu metode dan media yang digunakan dalam penyampaian pembelajaran dapat digunakan sebagai upaya untuk pembentukkan karakter siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.57

57 Purniadi Putra, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak

(Studi Multi Kasus di MIN Sekuduk dan MIN Pemangkat Kabupaten Sambas)”, Pendidikan Dasar Islam, Vol. 9, No. 2, 2017, h. 44-45

(48)

35

BAB III

METODOLOGI PENLITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Yaspina yang beralamat di Jalan Pahlawan, 1 No. 18, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu dimulai pada bulan Juni-September 2020

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penlitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball.58

C. Prosedur Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Dalam penelitian ini akan menggali data dari beberapa sumber data yang ada. Berikut sumber data yang akan dimanfaatkan peneliti :

1) Sumber data primer : Sumber data primer adalah sumber data utama dalam penelitian ini, yang peneliti dapatkan langsung dilapangan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

58 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D,

(49)

2) Sumber Sekunder : sumber sekunder adalah sumber data tambahan yang dapat diperoleh melalui buku-buku terkait penelitian, artikel, jurnal, dan lain sebagainya.

b. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, di antaranya yaitu:

1) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Namun, adakalanya juga wawancara dilakukan secara berkelompok.59 Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara terstruktur, guna mendapat informasi lebih dalam mengenai Implementasi pembelajaran akidah akhlak dalam membentuk karakter siswa di MTs Yaspina. Dalam penelitian ini yang akan diwawancara adalah:

1) Kepala Sekolah MTs Yaspina 2) Guru Akidah Akhlak MTs Yaspina 3) Peserta didik MTs Yaspina

Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan acuan dalam wawancara. Berikut ini kisi-kisi wawancara dalam penelitian ini

No Indikator Responden

1 Kondisi sekolah dalam

pembentukan karakter

Kepala Sekolah, Guru Akidah Akhlak

2 Peran guru dalam membentuk Kepala Sekolah, Guru Akidah

59 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya,

(50)

karakter siswa Akhlak, Peserta didik

3 Program-program

pembentukan karakter

Kepala Sekolah, Peserta Didik

4 Faktor pendukung dan

penghambat dalam

pembentukan karakter siswa

Kepala Sekolah, Guru Akidah Akhlak, Peserta Didik

2) Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, dan lain-lain.60 Observasi ini dilakukan langsung di MTs Yaspina, namun karena terjadinya pandemi covid-19 terdapat beberapa observasi yang dilakukan secara online.

Kisi-kisi Observasi

No Objek Penelitian Indikator

1 Kepala Sekolah 1.1 Kondisi sekolah dalam

Pembentukan Karakter

1.2 Peran guru dalam

Membentuk karakter

1.3 Program-program yang

dapat membentuk karakter

1.4 Faktor pendukung dan

penghambat dalam

pembentukan karakter

(51)

1.5 Sarana dan prasarana

2 Guru Akidah Akhlak 2.1 kondisi sekolah dalam

pembentukan karakter

2.2 peran guru dalam

Membentuk karakter

2.3 program-program yang

dapat membentuk karakter

2.4 faktor pendukung dan

penghambat dalam

pembentukan karakter

3 Peserta Didik 3.1 Implementasi Pembelajaran

Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan Teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.61 Dokumentasi ini merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak yang berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen lainnya.62

61

Ibid., h. 221

62 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:

(52)

Berikut merupakan kisi-kisi dokumentasi dalam penelitian ini

No Indikator

1 Identitas Sekolah

2 Sejarah singkat sekolah

3 Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah

4 Sarana dan Prasarana

5 Data Pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik

6 Foto-foto kegiatan siswa

D.

Pemeriksa Keabsahan Data

Untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan uji kredibilatas. Uji kredibilitas ini digunakan untuk membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Teknik yang digunakan di antaranya ialah :

1. Triangulasi data

Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, teknik, dan waktu.

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibiltas data dengan mengecek data yang sudah diperoleh melalui beberapa sumber. Apabila mendapatkan data dari tiga sumber yang berbeda, maka tidak dapat diratakan seperti penelitian kuantitaif, tetapi dideskripsikan, dispesifikan,

(53)

mana pandangan yang berbeda, mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis peneliti dan menhasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan sumber data tersebut.63

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya diperoleh data melalui wawancara, lalu dicek melalui observasi atau dokumentasi. Bila menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lainnya. Hal itu dilakukan untuk memastikan data mana yang benar. Atau mungkin semuanya benar karena sudut pandang yang berbeda-beda.64

c. Triangulasi waktu

Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan wawancara pada pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka menguji kredibelitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara atau obervasi kembali di waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka lakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.65

E. Analisis Data

Analisis data adalah mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

63 Sugiyono, Op.Cit., 373 64 Ibid., 373-374

(54)

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berikut proses analisis data yang digunakan oleh peniti dalam penelitian ini :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.66

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka tahap selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penyajian data dalam penelitian kuantitatif. Apabila dalam penelitian kuantitatif penyajian datanya dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, dan lain sebagainya, maka dalam penelitian kualitatif tidak seperti itu. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.67

3. Conclusion Drawing / Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan langkah akhir dalam suatu penelitian. Setelah melaukan reduksi data dan penyajian data, maka peneliti melakukan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

66 Ibid., 338 67 Ibid., 341

Referensi

Dokumen terkait

Dalam 1 sampai 2 tahun memaksimalkan bahasa Jepang siswa sehingga dapat masuk ke Universitas maupun Sekolah Kejuruan yang diinginkan.. Tidak hanya bahasa Jepang, juga

Bivariat Hubungan antara efikasi diri dalam pelaksanaan diet dengan kadar gula darah Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hubungan antara efikasi diri dalam pelaksanaan

individual functioning or whether they need to undertake further work at the text modelling or joint construction stages... INDEPENDENT CONSTRUCTION OF

Gambar 9 menunjukkan rule viewer tentang jarak posisi mobil dengan rintangan, kecepatan mobil dan daya pengereman dengan menggunakan kontrol logika mamdani. Ditunjukkan bahwa

Uskonnonopetuksen tulisi olla enemmän elämänkatsomustiedon kaltaista ja oman uskonnon opetuksen tulisi olla oppilaille valinnainen aine.. Räsäsen tutkimuksessa uskonnon

Mc. Clelland berpendapat bahwa motif berprestasi ialah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan

Dengan demikian asumsi yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah pentingnya makna mataraga dan tolopena yang menjadi simbol komunikasi budaya pada proses ritual

Pemilihan subjek difokuskan pada mahasiswa dengan perolehan tes awal yang tinggi karena dalam hal ini peneliti berharap objek kajian yang akan diperhatikan dalam proses penelitian