• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan Produktivitas Dengan Pendekatan Green Productivity Di PT. Perkebunan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usulan Perbaikan Produktivitas Dengan Pendekatan Green Productivity Di PT. Perkebunan Sumatera Utara"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

NOTULENSI

“Penyebab Terjadinya Pencemaran Lingkungan” Diagram Sebab-Akibat

PERTANYAAN

Apa penyebab terjadinya pencemaran lingkungan pada masing-masing kategori berikut.

1. Lingkungan Kerja 1.

2. 3.

2. Metode Kerja 1.

2. 3.

3. Manusia 1. 2. 3.

4. Mesin dan Peralatan 1.

2. 3.

5. Bahan Baku 1.

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2006. Penyalahgunaan Formalin dan Peran Pemerintah. Media Industri.

Asian Productivity Organiztion. 2006. Handbook on Green Productivity. Tokyo

David M. Himmelblau. 1999. Prinsip Dasar dan Kalkulasi dalam Teknik Kimia. Jilid

1 Trans Ita Ananta. Jakarta : PT. Prenhalido Jakarta

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Iftikar Z Sutalaksana. 2005. Teknik Perancangan Sistem Kerja.Bandung: ITB Nazaruddin, Dkk. 2015. Industrialisasi Asap Cair Berbasis Limbah Padat Kelapa

Sawit. Medan: Lembaga Penelitian USU

Santoso, Nugrahaeni. 2015. Penerapan Green Productivity Untuk Peningkatan Produktivtas dan Kinerja Lingkungan di Pabrik Gula Sragi. Semarang: UNDIP

Sinulingga, Sukaria. 2010. Rekayasa Produktivitas. Medan: USUPress

(3)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Green Productivity

Green Productivity adalah suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan kinerja lingkungan pada saat yang bersamaan dalam pengembangan sosial ekonomi secara keseluruhan. Metode ini mengaplikasikan teknik, teknologi dan sistem manajemen untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan lingkungan atau ramah lingkungan. Green Productivity adalah strategi yang luas untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja lingkungan. Penggunaan secara efektif dapat menyebabkan perubahan positif dalam pembangunan sosial-ekonomi (Asian Productivity Organiztion, 2006).

Atribut Green Productivity terbesar adalah potensi untuk mengintegrasikan perlindungan lingkungan ke dalam operasi bisnis sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini dapat mengakibatkan profitabilitas meningkat, atau arus kas lebih baik.

(4)

seperti pengurangan sumber daya, minimasi waste, pengurangan polusi dan produksi yang lebih baik. Dari sini, perusahaan dapat mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan melindungi lingkungan yang akan mengarah pada terjadinya sustainable development. Ini meliputi penggunaan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup. Keseluruhan siklus hidup dari produk ini harus berdasarkan pada minimasi dari penggunaan sumber-sumber daya alam dan zat-zat beracun yang dapat mengakibatkan emisi (Asian Productivity Organiztion, 2006).

Konsep Green Productivity dikembangkan oleh Asian Productivity Organization (APO) pada 1994 untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan. Tujuan utama APO adalah untuk menunjukkan bahwa perlindungan terhadap lingkungan dan peningkatan produktivitas dapat diharmonisasikan, baik bagi perusahaan kecil maupun menengah, karena proses produksi seringkali mengakibatkan pembuangan material dan energi yang akan membebani lingkungan.

Konsep Green Productivity diambil dari penggabungan dua hal penting dalam strategi pembangunan, yaitu:

1. Perlindungan Lingkungan 2. Peningkatan Produktivitas

Tiga langkah penting dalam konsep Green Productivity antara lain : 1. Getting Started

(5)

urutan-urutan proses produksi. Pada tahap ini harus sudah menentukan block diagram process dan material balance sehingga diketahui operasi-operasi yang menghasilkan limbah termasuk estimasi atau perkiraan mengenai jumlah limbah yang dihasilkan. Perhitungan produktivitas awal dilakukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengestimasian solusi yang akan diperoleh untuk mengetahui apakah produktivitas mengalami peningkatan atau sebaliknya (Asian Productivity Organiztion, 2006).

2. Planning

Pada tahap planning ini dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu: a. Mengidentifikasi masalah dan penyebabnya

Informasi-informasi yang telah diperoleh dari walk through survey akan digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan penyebabnya. Tool yang akan digunakan untuk menggambarkan permasalahan tersebut adalah diagram sebab akibat (cause effect diagram).

b. Menentukan tujuan dan target

Setelah mengetahui permasalahan dan penyebabnya, maka perlu menentukan tujuan dan target sebagai penunjuk untuk memilih solusi yang dapat mengeliminasi permasalahan.

3. Generation and Evaluation of GP Options

(6)

mencakup sudut pandang terhadap pencegahan polusi dan prosedur kontrol yang telah direncanakan. Opsi-opsi dimunculkan dan diprioritaskan berdasarkan Green Productivity Indicator. Semua itu kemudian disintesis ke dalam rencana

implementasi.

Faktor dalam penerapan Green Productivity dan menjadi pembeda dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan sebelumnya, yang sering disebut triple focus, yaitu (Asian Productivity Organiztion, 2006):

1. Lingkungan 2. Ekonomi 3. Sosial

Indeks Produktivitas dapat dihitung dengan rumus: Produktivitas =

Indikator Green Productivity menurut IK Kim adalah suatu strategi, dimana diperlukan suatu indikator yang dapat mengukur kinerja strategi secara kuantitatif. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Green Productivity Index (GPI) dan Green Productivity Ratio (GPR) sebagai indikator.

GPindex =

(7)

GPRmaterial = GPRtenaga kerja =

GPRenergi =

GPRmaintanance = Rasio untuk waste dihitung sebagai bertikut:

GPRwaste =

3.2. Produktivitas

Istilah produktivitas pertama kali dikemukakan oleh Quesnay dalam sebuah artikel yang dituliskan pada tahun 1766. Beliau mengartikan istilah tersebut sebagai situasi dalam keadaan produksi. Lebih satu abad kemudian persisnya tahun 1883, Litre mendefenisikan produktivitas sebagai kemampuan membuat produk secara cakap atau keinginan untuk menghasilkan sesuatu (faculty to produce). Pada abad kedua puluh, istilah produktivitas kemudian diberikan artian sebagai hubungan antara output dan input. Pengertian tersebut selanjutnya digunakan dalam kaitan menghasilkan output yang lebih tinggi. Pada tahun 1950, The Organization for European Coorporation (OEEC) memberikan defenisi

produktivitas secara lebih formal yaitu (Sinulingga, 2010) :

……Productivity is the quotient obtained by deviding output by one of the factors

of production. In this way it is possible to speak of the productivity of capital,

investmenet or raw materials according to whether output is being consideratein

(8)

Dalam pengertian bebas, defenisi OEEC mengatakan bahwa produktivitas adalah rasio antara output yang dihasilkan dan salah satu faktor produksi adalah kapital, investasi atau bahan baku. Dengan demikian dikenal istilah produktivitas kapital, produktivitas investasi dan produktivitas bahan baku.

3.2.1. Tipe-Tipe Pengukuran Produktivitas

Untuk memudahkan penelusuran sumber permasalahan jika produktivitas menunjukkan kecendrungan menurun atau keunggulan produktivitas jika produktivitas cenderung meningkat, ukuran produktivitas dipandang dikelompokkan atas tiga tipe yaitu produktivitas total (total produvtivity), produktivitas parsial (partial productivity), produktivitas faktor total (total factor produvtivity) dan produktivitas total (total produvtivity).

3.2.2. Produktivitas Total

Produktivitas total adalah rasio total output terhadap total atau keseluruhan faktor input yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dari pengertian diatas, produktivitas total mengukur pengaruh bersama (joint impact) dari seluruh sumberdaya produksi dalam menghasilkan output seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Input Output

- Tenaga Kerja - Bahan

(9)

- Kapital - Energi

- Lain-lain Waste

Gambar 3.1. Input-Output dan Produktivitas

Seperti telah dijelaskan dimuka, ouput ialah seluruh hasil terukur yang memberikan manfaat kepada perusahaan. Output yang terukur antara lain jumlah produk yang dihasilkan, work-in progress, penerimaan (revenue) atas jasa yang diberikan kepada pihak lain. Input yang terukur adalah jumlah operator (man-hours), jam mesin (machine-(man-hours), bahan baku serta luas lantai bangunan,

jumlah energi dan lain-lain yang dimanfaatkan.

3.2.3. Produktivitas Parsial

(10)

3.3. Material Balance

Untuk membuat suatu material balance (kesetimbangan materi) untuk sebuah proses, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan sistem apa yang akan dibuat kesetimbangannya dan menguraikan batas-batsnya. Menurut kamus, proses tadala satu atau kegiatan atau operasi atau perlakuan yang mengahsilkan sebuah tujuan (produk). Yang dimaksud dengan sistem adalah seluruh rangkaian proses yang dikemukakan secara khusus untuk analisis (Himmelblau, 1999).

(11)

Menurut salah satu hukum ini, massa tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan dalam perubahan materi apa saja yang dinyatakan dalam hukum pelestarian massa. Adapun rumus untuk kesetimbangan material adalah sebagai berikut:

Total massa masuk = Total massa keluar

Total massa yang masuk yaitu bahan baku, bahan tambahan, sedangkan bahan yang keluar adalah produk yang diinginkan (barang jadi) serta bahan yang hilang (waste). Persamaan diatas dapat pula diterapkan pada sistem untuk massa total, mol total, massa dari senyawa kimia maupun lainnya.

Hal-hal penting dalam Material Balance adalah sebagai berikut (Himmelblau, 1999):

1. Jenis permasalahan Material Balance yang terlihat pada proses produksi, dimana terdapat empat jenis dasar permasalahan :

a. Model lembar aliran Material Balance, untuk proses yang kontinu yang beroperasi dalam posisi stabil.

b. Pencampuran dan material campuran penyeimbang.

c. Model lembar aliran Material Balance, untuk proses yang kontinu maupun batch yang beroperasi dalam posisi tidak stabil.

d. Proses analisa data dan rekonsiliasi lembar aliran material balance.

(12)

pencampuran. Suatu substansi jumlah produk yang diproduksi oleh industri pengolahan bahan kimia adalah campuran atau campuran berbagai unsur atau ramuan.

2. Metodologi Material Balance, ada dua langkah utama untuk menerapkan prinsip kekekalan massa kimia dalam memproses kesetimbangan material yaitu, (Himmelblau, 1999):

a. Perumusan masalah yang dimaksud diharapkan dapat ditentukan uraian secara matematik yang sesuai sistem berdasar pada prinsip ilmu fisika dan ilmu kimia. Di dalam menyeimbangkan material balance, hukum phisik yang sesuai adalah hukum kekekalan massa.

b. Banyaknya penyamaan yang melibatkan model sebagai suatu solusi terhadap permasalahan dengan memberikan gambaran jelas besarnya input, output maupun material yang terbuang (yang hilang).

Reaksi dalam reaksi kimia jarang menggunakan bahan-bahan dengan perbandingan stokiometri untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan. Seringkali reaksi ini digunakan kembali secara berlebihan dimana kelebihan tersebut akan keluar kembali bersama hasil reaksi dan produktan. Untuk kelebihan ini umumnya digunakan kembali secara terpisah sehingga bahan-bahan dalam industri dianggap tidak sama dengan terakumulasi sempurna.

3.4. Cause and Effect Diagram

(13)

kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang dipelajari, selain itu juga dapat dilihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat dilihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Diagram sebab akibat ini diperkenalkan pertama kalinya oleh Profesor Kaoru Ishikawa pada tahun 1943.

Untuk mencari faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada lima faktor penyebab utama yang perlu diperhatikan, yaitu (Ginting, 2007):

1. Manusia 2. Metode Kerja

3. Mesin atau peralatan kerja lainnya 4. Bahan-bahan baku

5. Lingkungan Kerja

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat, yaitu: 1. Mengidentifikasikan masalah utama

2. Menempatkan masalah utama tersebut di sebelah kanan diagram utama

3. Mengidentifikasikan penyebab mayor dan meletakkannya pada diagram utama 4. Mengidentifikasikan penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab mayor 5. Diagram sebab akibat telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya

(14)

MANUSIA METODE KERJA

LINGKUNGAN KERJA

BAHAN BAKU MESIN / PERALATAN

KUALITAS

(15)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Sumatera Utara, pabrik ini berlokasi di desa Tanjung Kasau, Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan November 2015 hingga Februari 2016.

4.2. Rancangan Penelitiaan

Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Terapan (Applied Research). Penelitian terapan mengarahkan kepada pengambilan tindakan untuk merubah keadaan persaingan dan memecahkan masalah yang nyata. (Sinulingga, 2015).

4.3. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah PKS PT. Perkebunan Sumatera Utara unit kebun Tanjung Kasau.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel dependen (variabel tergantung, akibat, terpengaruh)

(16)

2. Variabel Independen (veriabel bebas, sebab mempengaruhi)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi nilai variabel dependen. Adapun variabel independen penelitian adalah output dan input perusahaan.

4.5. Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan melakukan identifikasi tentang proses produksi dan pengolahan terhadap pihak perusahaan. Adapun untuk mengetahui produktivitas adalah dengan menganalisa semua variabel dengan pendekatan green productivity. Adapun kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1.

4.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara.

4.7. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian dapat dilihat di blok diagram pada Gambar 4.2.

4.8 Pengolahan Data

(17)

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis pemecahan masalah pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan setelah diterapkannya pengolahan limbah, di mana pada tahap ini memberikan pembahasan atau analisis yang lebih tentang pengurangan limbah dan peningkatan produktivitas dengan diterapkannya solusi pengolahan limbah.

4.10. Kesimpulan dan Saran

(18)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Input

Input yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas terdiri dari, biaya material, biaya tenaga kerja, biaya energi dan biaya maintenance (pemeliharaan mesin dan instalasi).

5.1.1.1. Biaya Material

Biaya material yakni biaya untuk pengadaan material yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama Tahun 2015.

5.1.1.2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yakni gaji yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama tahun 2015.

5.1.1.3. Biaya Energi

Biaya energi berupa biaya untuk genset, solar dan gas yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama tahun 2015.

(19)

Biaya maintanance yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi selama tahun 2015.

5.1.1.5. Biaya Total

Biaya total merupakan penjumlahan dari seluruh biaya material, biaya tenaga kerja, biaya energi dan biaya maintenance (pemeliharaan mesin dan instalasi) di PT. Perkebunan Sumatera Utara dalam pelaksanaan proses produksi pada periode tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Biaya Total PT. Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2015

Periode Biaya (Rp)

Output dari PT. Perkebunan Sumatera Utara adalah minyak CPO dan PK.

Jumlah Output yang dihasilkan selama tahun 2015.

(20)

Jumlah output total adalah jumlah penjualan minyak sawit dan inti sawit yang diterima perusahaan selama tahun 2015 yaitu dengan mengalikan jumlah produksi minyak dan inti sawit dengan harga per kilogram. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai penjualan adalah:

Penjualan = (Jumlah produksi minyak sawit setiap bulan x harga jual CPO perkilogram) + (Jumlah produksi inti sawit setiap bulan x harga jual inti sawit perkilogram)

Dengan cara yang sama maka akan diperoleh output total untuk bulan selanjutnya, Output total dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Output PT. Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2015

Periode Output (Rp)

5.1.3. Limbah Produksi Pabrik Kelapa Sawit

Limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Sumatera Utara adalah:

(21)

Limbah padat yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Sumaetra Utara berupa fiber, cangkang, dan tandan kosong. Fiber dan cangkang dimanfaatkan sebagai bahan bakar Boiler, sedangkan tandan kosong dibakar sempurna di dalam innecerator dan ditebar di kebun pabrik.

2. Limbah cair

Limbah cair pada PKS PT. Perkebunan Sumatera Utara yang berasal proses produksi dialirkan ke 15 kolam treatment. Air yang sudah memenuhi standar untuk digunakan kembali akan digunakan sebagai Land application untuk kebutuhan Pabrik.

Jumlah limbah padat dan limbah cair dari proses produksi kelapa sawit selama tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Jumlah Limbah Padat dan Limbah Cair PKS PT Perkebunan

Sumatera Utara Tahun 2015

Periode Jumlah Limbah

Padat (Ton)

Jumlah Limbah Cair (Ton)

Januari 2.356,84 99,75

Februari 2.484,78 109,67

Maret 2.166,28 92,71

April 2.141,45 91,98

(22)

Tabel 5.9. Jumlah Limbah Padat dan Limbah Cair PKS PT Perkebunan

Sumatera Utara Tahun 2015 (Lanjutan)

Periode Jumlah Limbah

Agustus 2.361,71 102,82

September 2.153,69 100,67

Oktober 2.348,93 102,41

November 2.531,94 110,72

Desember 2.587,89 116,83

Rata-rata 2.321,57 104,38

Sumber: PT Perkebunan Sumatera Utara

5.2. Pengolahan Data

Setelah data telah dikumpulkan maka dilakukan pengolahan data untuk menghitung material balance, tingkat produktivitas perusahaan, identifikasi permasalah dan penyebabnya, dan mencari solusi pemecahan masalah.

5.2.1. Getting Started

(23)

TBS Timbangan

Gambar 5.1. Block Diagram Process Pengolahan Sawit di PKS PT

Perkebunan Sumatera Utara

(24)

Produktivitas didapat dari perbandingan antara output dengan input. Untuk menghitung produktivitas maka digunakan rumus sebagai berikut:

Produktivitas =

Sehinggga, untuk mengitung produktivitas total perusahaan pada bulan Januari 2015 dilakukan sebagai berikut:

Produktivitas total Januari 2015=

= 23,79

Selanjutnya dilakukan perhitungan produktivitas total perusahaan selama satu tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Produktivitas Total PT. Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2015

Periode Jumlah Output

Januari 26.306.052.988 1.105.689.792 23,79 Februari 25.263.938.093 1.213.837.078 20,81

Maret 22.666.427.662 1.160.570.329 19,53

April 23.867.444.316 1.293.255.969 18,46

Mei 27.932.076.358 1.196.860.136 23,34

Juni 25.082.971.353 1.245.225.518 20,14

Juli 28.148.884.009 1.424.058.217 19,77

Agustus 31.792.815.989 1.140.687.556 27,87 September 33.746.454.200 1.327.428.568 25,42 Oktober 34.341.766.061 1.300.658.570 26,40 November 34.657.335.056 1.372.581.294 25,25 Desember 33.728.446.129 1.403.634.829 24,03

Dari hasil perhitungan produktivitas diatas dapat dilihat bahwa produktivitas total PT. Perkebunan Sumatera Utara mengalami penurunan dan peningkatan dalam tahun 2015.

(25)

Pada tahap planning dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu: mengidentifikasi masalah dan penyebabnya lalu menentukan tujuan dan target.

5.2.2.1. Identifikasi Masalah dan Penyebabnya

Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah adalah mencari informasi mengenai pengolahan sawit serta penanganan limbah terhadap lingkungan dengan menganalis menggunakan diagram sebab-akibat. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilkakukan didapat bahwa penanganan yang dilakukan terhadap limbah adalah sebagai berikut:

1.

Penanganan yang dilakukan untuk tandan kosong kelapa sawit adalah menumpuk tandan kosong kelapa sawit di sekitar innecerator sebelum dibakar sempurna dan sebagian dibuang diareal kebun.

2. Penanganan yang dilakukan terhadap limbah cair adalah dengan melakukan perlakuan (treatment) dengan pembuatan kolam penampungan. Setelah ambang batas yang ditetapkan dicapai maka limbah ini akan digunakan sebagai land application.

(26)

Lingkungan kerja Metode kerja Bahan Baku

Gambar 5.3. Diagram Sebab-Akibat Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan Gambar diatas, limbah padat tandan kosong yang diperoleh dari pengolahan minyak perlu diambil tindakan untuk mengatasi permasalah dampak negatif limbah terhadap lingkungan. Penanganan limbah merupakan masalah serius yang harus dipertimbangkan untuk menjaga kelastarian lingkungan dan dampak negatif bagi masyarakat sekitar.

5.2.2.2. Menentukan Tujuan dan Target

Tujuan dan target yang ingin dicapai adalah mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah terhadap lingkungan dengan mengolah kembali limbah untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

5.2.3. Generation and Evaluation of GP Option

(27)

mencakup sudut pandang terhadap pencegahan polusi dan prosedur kontrol yang telah direncanakan berdasarkan solusi yang direncankan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan.

5.2.3.1. Usulan Solusi

Berdasarkan hierarki pencegahan terhadap pencemaran, menurut urutan reduce, reuse, dan recycle, maka daur ulang (recycle) dilakukan dengan menggunakan kembali tandan kosong sawit sebagai bahan baku untuk pembuatan asap cair dengan menggunakan proses pirolisis sehingga tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan minyak sawit dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

5.2.3.1.1. Usulan Asap Cair

(28)

1. Aspek Pasar

Asap cair mempunyai banyak fungsi salah satunya untuk bidang pertanian dan industri. Limbah tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan dari produksi sangat memungkinkan digunakan sebagai bahan baku pembuatan asap cair baik dalam skala besar maupun skala kecil. Manfaat asap cair diantaranya: a. Pengawet makanan siap saji seperti bakso, tahu, mi, dll

b. Pengawet bahan makanan pengganti formalin seperti ikan, daging, dan ayam.

c. Penghilang bau pada pengolahan karet. d. Bahan pengawet kayu terhadap rayap

e. Membasmi dan memperlambat perkembangan hama dan jamur f. Perindustrian tambak

g. Penghilang bau

h. Penghilang bau amis pada ikan laut/tawar i. Menghilangkan gatal-gatal pada badan j. Mengobati sakit gigi

k. Mengobati jerawat

l. Pengganti cuka sebagai pengawet buah

(29)

mencapai 800.000 Ton di dalam negeri (Media Industri,2006). Asap cair bisa digunakan sebagai pengawet ikan, banyaknya ikan yang terdapat di pelabuhan sangat memungkinkan menjadi pasar asap cair. Kapasitas pelabuhan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.11

Tabel 5.11 Jenis Pelabuhan di Indonesia

No Jenis Pelabuhan Kapasitas

Pertahun (Ton)

Tabel 5.11 menjelaskan banyaknya jumlah ikan yang masuk dipelabuhan di indonesia tiap tahunnya. Belum lagi pangkalan pendaratan ikan dalam skala kecil dan kegiatan lainnya yang memerlukan pengawet. Jumlah asap cair yang dihasilkan dalam sebulan dengan kapasitas olah tandan kosong kelapa sawit sebesar 100 Kg didapat 25 liter asap cair, dengan limbah tkks yang mencapai 99 ton/ hari maka didapat 24750 Liter Asap cair setiap harinya jika semua limbah tandan kosong kelapa sawit diolah menjadi asap cair.

2. Aspek Teknik

(30)

dan penampungan. Komponen-komponen alat penghasil asap cair adalah sebagai berikut:

a. Cangkang dan serat sebagai bahan bakar utama. b. Solar sebagai bahan bakar pembantu.

c. Tungku pembakaran berfungsi sebagai tempat pembakaran

d. Tabung pembakar adalah alat yang berfungsi untuk menghasilkan asap melalui pembakaran bahan secara tak langsung.

e. Blower digunakan sebagai alat pengatur udara untuk penyebaran api di

tungku pembakaran.

f. Thermomether (termokopel) untuk mengukur suhu di ruang pirolisis. g. Pipa pengeluaran asap berfungsi untuk menyalurkan asap dari ruang

pirolisis ke ruang kondensator.

h. Tabung penampung tar sebagai tempat penampungan sementara tar hasil pirolisis pada pipa pengeluaran asap.

i. Kondensator adalah ruang pendingin untuk merubah asap yang berfasa uap jenuh menjadi berfasa cair.

j. Pipa destilasi pengeluaran asap cair berfungsi untuk tempat mengeluarkan asap cair dari hasil kondensasi pada tabung kondensator.

k. Tabung penampung asap cair berfungsi sebagai wadah penampung asap cair.

i. Selang sebagai saluran air pendingin.

(31)

- Persiapan bahan baku tandan kosong kelapa sawit sebanyak 100 kg yang sudah dicacah dan dijemur selama sehari untuk mencapai kadar air yang sesuai

- Sampel yang telah dijemur dimasukkan ke dalam tabung pirolisis. Tahap Pembuatan Asap Cair:

- Tahap Pembakaran (Pirolisis)

Dari bagian bawah dinyalakan tungku api pembakar sehingga sampel terbakar secara tidak langsung. Suhu yang dicapai hingga asap cair keluar dari tabung kondensator adalah 200-480 0C dan waktu pembakaran 3-5 jam untuk terbentuknya asap cair. Asap yang dihasilkan akan mengalir ke tabung kondensasi. Pembakaran pada tabung pirolisis dilakukan sebanyak dua kali ulangan.

- Tahap kondensasi

Pendinginan ini dilakukan dengan kondisi air yang berada di tabung kondensator. Cara kerja pada tabung kondensator adalah sebagai berikut : a. Asap yang keluar dari tabung pirolis akan mengalir ke kondensator. b. Asap akan terkondensasi dan mencair serta dialirkan ke penampungan. c. Asap cair diendapkan selama dua hari.

(32)

5.2.3.2. Solusi Pengolahan Limbah

5.2.3.2.1. Kondisi Eksisting

Kondisi eksisting digunakan untuk melakukan pembandingan perhitungan produktivitas dengan pembuatam asap cair penyelesaian masalah yang direncanakan sesuai dengan pendekatan green productivity. Rata-rata input dan output perusahaan selama Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Rata- Rata Input dan Output PT. Perkebunan Sumatera Utara

Output (Rp)

Penjualan Minyak dan Inti sawit 28.961.217.685

Input (Rp)

Input Material 363.794.103

Input Tenaga Kerja 579.352.468

Input Energi 107.080.985

nput Maintanance 215.146.432

Waste (Ton) 2.371,56 + 104,2

Perhitungan Green Productivity Ratio untuk bahan baku, material, tenaga kerja, energi, dan maintenance dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini:

GPRmaterial =

GPRtenagakerja = GPRenergi = GPRmaintanance = GPRwaste =

(33)

GPRmterial =

= 79,61

Perhitungan Green Productivity Ratio untuk bahan baku, material, tenaga kerja, energi, dan maintenance apat dilihat padat tabel 5.13

Tabel 5.13. Hasil Perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) PT.

Perkebunan Sumatera Utara

Input Green Productivity Ratio

Input Material 79,61

Input Tenaga Kerja 49,99

Input Energi 270,46

Input Maintanance 134,61

Waste 0,21

5.2.3.2.2. Pengolahan Asap Cair

Perhitungan untuk biaya pada asap cair adalah sebagai berikut: 1. Proyeksi Pendapatan

Pendapatan dari proyek pembuatan asap cair ini adalah penjualan asap cair dan abu hasil pembakaran:

(34)

Tabel 5.15 Perbandingan Biaya Kondisi Eksisting dengan Penerapkan

Asap Cair

Faktor Kondisi Eksisting Penerapan Asap

Cair

Input Material 363.794.103 363.794.103 Input TenagaKerja 579.352.468 582.652.468

Input Energi 107.080.985 107.605.985

Input perawatan dan

instalasi 215.146.432 216.646.432

Waste (Ton) 2.321,57 2.309,07

Untuk perhitungan Green Productivity Ratio (GPR) caranya sama dengan perhitungan kondisi eksisting. Untuk menghitung Green Productivity Index (GPI) digunakan dengan menggunakan rumus berikut:

GPIAsap cair = x GPIdasar =

= 1,01

(35)

Tabel 5.16. Hasil Perhitungan GPR dan GPI untuk Kondisi Eksisting dan

Input TenagaKerja 49,99 50,00 1,00

Input Energi 270,46 270,57 1,00

Input maintenance 134,61 134,48 1,00

Waste 0,21 0,20 0,99

Berdasarkan tabel 5.16 dapat dilihat nilai GPI material, tenaga kerja, energi, maintenance mendapat nilai 1 yang berarti terjadi perbaikan dan waste berada dibawah 1 yang berarti berkurangnya dampak limbah.

5.2.4. Estimasi Asap Cair sebagai Solusi

Estimasi solusi dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas pada asap cair. Rumus perhitungan estimasi produktivitas adalah:

Estimasi Produktivitas Asap Cair = =

= 22,88

Tabel 5.17. Perhitungan Produktivitas Total

Faktor Kondisi Eksisting Penerapan Asap

Cair

Penjualan 28.961.217.685 29.135.217.685 Input Material 363.794.103 363.794.103 Input TenagaKerja 579.352.468 582.652.468

Input Energi 107.080.985 107.605.985

(36)

Rata-rata nilai produktivitas total yang diperoleh periode Tahun 2015 adalah 22,88 dan pada estimasi produktivitas total asap cair diperoleh sebesar 22,92 yang berarti terjadi peningkatan produktivitas sebesar 0,04%. Produktivitas yang diperoleh menggunakan 1 alat pembuat asap cair berkapasitas limbah padat tandan kososng kelapa sawit 100 Kg untuk sekali produksi.

Kajian untuk penghabisan tandan kosong kelapa sawit dilakukan perbandingan jumlah limbah yang diolah

Perhitungan untuk biaya pada asap cair

Tabel 5.19 Kajian Peggunaan Semua Tandan Kosong

Faktor Kondisi Eksisting Penerapan Asap

Cair

Penjualan 28.961.217.685 63.413.217.685 Input Material 363.794.103 363.794.103 Input TenagaKerja 579.352.468 1.239.352.468

Input Energi 107.080.985 227.080.985

Input maintance 215.146.432 515.146.432

Produktivitas total 22,88 27,04

Tabel 5.19 Menunjukkan produktivitas yang dihasilkan jika semua limbah padat tandan kososng kelapa sawit digunakan akan meningkatkan produktivitas perusahaan dari 22,88 menjadi 27,04 yang berarti terjadi peningkatan produktivitas sebesar 4,16%.

(37)

Tabel 5.20. Hasil Perhitungan GPR dan GPI untuk Kondisi Eksisting dengan

Penerapan Asap Cair

Green Productivity Indicators

Green Proructivity Ratio Eksisting

Green Productivity Ratio Asap Cair

Green Produtivity Index

Input Material 79,61 170,25 2,13

Input TenagaKerja 49,99 50,24 1,00

Input Energi 270,46 274,19 1,01

Input maintenance 134,61 136,81 1,02

(38)

BAB VI

ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Perhitungan Produktivitas.

Perhitungan produktivitas yang dilakukan adalah menggunakan produktivitas total. Produktivitas total diperoleh dengan membandingkan antara jumlah output total dengan input total. Data yang digunakan sebagai output adalah data penjualan minyak sawit dan inti sawit sedangkan data input terdiri dari data biaya material, data tenaga kerja, data biaya energi dan biaya maintenance. Dari perhitungan produktivitas total yang dilakukan, produktivitas paling rendah terjadi pada bulan april 2015 sebesar 19,17% dan yang tertinggi terjadi pada bulan oktober 2015 sebesar 26,40%.

6.2. Analisa Identifikasi Masalah

Identifkasi masalah dilakukan dengan mencari informasi dari limbah pengolahan sawit dan menemukan solusi pengolahan limbah dengan menggunakan diagram sebab-akibat dan material balance.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengolahan minyak sawit, limbah tandan kosong kelapa sawit yang menumpuk dapat menimbulkan bau dan polutan dari hasil pembakaran langsung tandan kosong kelapa sawit yang mengganggu lingkungan sehingga perlu dilakukan tinjauan untuk mengatasi masalah tersebut.

(39)

6.3. Analisa Penentuan Tujuan dan Target

Tujuan dan target green productivity dapat dicapai dengan menurunkan dampak limbah terhadap lingkungan dengan penggunaan kembali limbah dari hasil produksi yang berguna untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Langkah yang dilakukan untuk mengurangi limbah adalah dengan membuat mengolah kembali limbah menjadi asap cair.

6.4. Analisa Penilaian Asap Cair

Penilaian dilakukan dengan membandingkan kondisi sekarang dengan pembuatan produk asap cair dengan hasil perhitungan Green productivity ratio (GPR), Green Productivity Index (GPI), dan perhitungan produktivitas.

1. Green productivity ratio (GPR)

Green productivity ratio (GPR) adalah nilai perbandingan antara output dan

input dari proses produksi yaitu material, Tenaga Kerja, Energi dan maintenance. Hasil perhitungan Green productivity ratio (GPR) dapat dilihat pada Tabel 6. 1.

Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Green Productivity Ratio Kondisi Eksisting

dengan Penerapan Asap Cair

Input Material 79,61 80,09

Input Tenaga Kerja 49,99 50,00

Input Energi 270,46 270,57

Input maintanance 134,61 134,48

(40)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa asap cair memiliki nilai GPR yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sekarang.

2. Green productivity index (GPI)

Green productivity index (GPI) adalah produktivitas limbah yang

didapatkan berdasarkan dampak lingkungan. Hasil perhitungan Green productivity index (GPI) dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Hasil Perhitungan Green Productivity Index Kondisi

Eksisting dengan Penerapan Pengolahan Asap Cair

Green Productivity terjadinya peningkatan perbaikan. Untuk waste yang bernilai dibawah 1 menunjukkan terjadinya pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan. 3. Produktivitas

(41)

Tabel 6.3. Perhitungan Peningkatan Produktivitas

Faktor Kondisi Eksisting Penerapan Asap

cair

Penjualan 28.961.217.685 29.135.217.685 Input Material 363.794.103 363.794.103 Input Tenaga Kerja 579.352.468 582.652.468 Input Energi 107.080.985 107.605.985 Input maintance 215.146.432 216.646.432

Produktivitas

total 22,88 22,92

Rata-rata nilai produktivitas total yang diperoleh selamat tahun 2015 adalah 22,88 dan pada estimasi produktivitas total penerapan asap cair diperoleh sebesar 22,92 yang berarti terjadi peningkatan produktivitas sebesar 0,04% dan jika seluruh limbah digunakan produktivitas menjadi 27,04.

6.5. Analisa Alat Asap Cair

(42)

Gambar 6.1. Alat Produksi Asap Cair

Komponen-komponen alat penghasil asap cair adalah sebagai berikut: l. Cangkang dan serat sebagai bahan bakar utama.

m. Solar sebagai bahan bakar pembantu.

n. Tungku pembakaran berfungsi sebagai tempat pembakaran

o. Tabung pembakar adalah alat yang berfungsi untuk menghasilkan asap melalui pembakaran bahan secara tak langsung.

p. Blower digunakan sebagai alat pengatur udara untuk penyebaran api di

tungku pembakran.

q. Thermometer untuk mengukur suhu di ruang pirolisis.

r. Pipa pengeluaran asap berfungsi untuk menyalurkan asap dari ruang pirolisis ke ruang kondensator.

(43)

t. Kondensator adalah ruang pendingin untuk merubah asap yang berfasa uap jenuh menjadi berfasa cair.

u. Pipa destilasi pengeluaran asap cair berfungsi untuk tempat mengeluarkan asap cair dari hasil kondensasi pada tabung kondensator.

v. Tabung penampung asap cair berfungsi sebagai wadah penampung asap cair.

w. Selang sebagai saluran air pendingin

6.6. Analisa Faktor Green Productivity

Penerapan pengolahan asap cair di PT. Perkebunan Sumatera Utara mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah padat tandan kosong kelapa sawit yang belum diolah secara optimal oleh perusahaan. Ada faktor dalam green productivity yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi yang dijelaskan sebagai berikut (Asian Productivity Organization, 2006):

a. Lingkungan

Melalui pendekatan green productivity yang dilakukan didapat nilai green productivity index dari limbah sebesar 0,99 yang berarti terjadi penurunan dampak

(44)

b. Sosial dan ekonomi

Melalui pendekatan green productivity yang dilakukan juga harus memiliki kesenjangan sosial dan ekonomi dalam penerapannya. Selain berhasil melakukan perlindungan lingkungan dengan mengurangi dampak limbah, sisi sosial dan ekonomi tidak bisa dikesampingkan. Penambahan jumlah tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitar pabrik mampu mengurangi angka pengangguran dengan penerapan produksi asap cair yang berbahan baku tandan kosong kelapa sawit dan tersedianya sarana untuk pembuatan usaha kecil menengah yang mampu meningkatan pendapatan sandang dan pangan masyarakat sekitar pabrik.

6.7. Implementasi Pembuatan Asap Cair

Pendekatan green productivity memberikan kebutuhan dasar untuk mengurangi limbah yang dihasilkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari pembangkitan solusi berdasarkan hierarki pencegahan terhadap pencemaran, menurut urutan reduce, reuse, dan recycle, maka dilakukan dengan menggunakan kembali tandan kosong sawit sebagai bahan baku untuk pembuatan asap cair dengan menggunakan proses pirolisis sehingga tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa mengurangi dampak negatif terhadap lingkugnan yang disebabkan oleh limbah padat tandan kosong kelapa sawit.

(45)

Dari analisa pemecahan masalah dengan soulusi sebagai bahan utama pembuatan produk asap cair. Pembuatan produk asap cair ini mampu memberikan peningkatan produktivitas dan mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan. Perencanaan Implementasi Asap cair daat dilihat pada tabel 6.3.

Tabel 6.5. Perencanaan Implementasi Asap cair

Tujuan Target Tindakan Pelaksana

Meningkatkan

Dalam menerapkan solusi untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi limbah atau usulan di instalasi pengolahan limbah hasil produksi, diperlukan urutan pengerjaan yaitu (Asian Productivity Organization, 2006): 1. Trial and small scale implementation

Untuk mengurangi dan melihat dampak yang akan ditimbulkan terhadap sistem yang ada sekarang, maka sebaiknya dilakukan percobaan dan implementasi dalam skala yang kecil terlebih dahulu.

2. Regular meetings and trouble shotting session

(46)

dihadapi selama implementasi dan membahas tindakan koreksi yang diperlukan tetapi tidak mengubah tujuan pemilihan alternatif tersebut.

3. Follow-up and accountability

Memastikan setiap bagian mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjalankan pengolahan. Hal ini dilakukan diawal sebelum percobaan implementasi ini dilakukan. Dalam sesi tersebut, dijelaskan tugas dan tanggung jawab karyawan secara jelas.

4. Allocate resources

Memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan ada saat dibutuhkan sehingga dapat mengefisienkan waktu.

5. Management support needed

Memastikan bahwa dukungan dari tenaga kerja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan implementasi. Kerjasama seluruh tenaga kerja untuk mensukseskan implementasi tersebut dan dengan adanya sikap setiap tenaga kerja untuk tidak membuang limbah tandan kosong sawit dan limbah cair dengan sembarangan maka akan semakin menurunkan dampak terhadap lingkungan.

6. Review and refinement of option

(47)

7. Capture information “before” and “after” implemented option

(48)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembuatan alat produksi asap cair diusulkan untuk mengurangi jumlah limbah dengan menggunakan bahan utama tandan kosong kelapa sawit dari hasil produksi.

2. Nilai Green Productivity Index untuk input material, tenaga kerja dan energi berada di atas 1 yang berarti terjadi perbaikan. Nilai Green Productivity Index Waste berada di bawah 1 yang menandakan adanya penurunan dampak negatif

lingkungan.

3. Produktivitas total rata-rata yang diperoleh pada selama tahun 2015 adalah sebesar 22,88% dan setelah estimasi produktivitas total dari asap cair diperoleh sebesar 22,92% yang berarti bahwa terjadi peningkatan produktivitas sebesar 0,04% dan jika semua limbah diolah produktivitas meningkat menjadi 27,04%.

(49)

7.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran yaitu:

1. Pengukuran produktivitas dengan menggunakan metode green productivity sebaiknya lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan dan kerancuan dalam perolehan hasil penelitian.

2. Bagi PT. Perkebunan Sumatera Utara sebaiknya dibuat pengawasan dalam pengelolaan limbah tandan kosong kelapa sawit dalam penyebaran dan penumpukan..

(50)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan Daerah Perkebunan Sumatera Utara (PDPSU). Pada tanggal 8 Agustus 2006 nama tersebut diubah menjadi PT. Perkebunan Sumatera. Pada saat ini PT. Perkebunan Sumatera Utara mengelola 5 kebun yaitu sebagai berikut:

1. Kebun Sei Kari di Kabupaten Serdang Berdagai

2. Kebun Tanjung Kasau Sei Suka di Kabupaten Serdang Bedagai 3. Kebun Simpang Gambir di Kabupaten Madina

4. Kebun Patiluban di Kabupaten Madina 5. Kebun Simpang Koje di Kabupaten Madina.

Perkebunan Tanjung Kasau adalah salah satu perkebunan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Sumatera Utara. Tujuan berdirinya unit Kebun Tanjung Kasau adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan komoditas ekspor produk karet dan kelapa sawit.

2. Pengurangan jumlah pengangguran untuk usia kerja di daerah Tanjung Kasau.

(51)

4. Membantu pemerintah daerah dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Sumatera Utara di dalam menjalankan perusahaannya memproduksi produk sebagai berikut:

1. Minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil), yaitu produk setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi minyak goreng. 2. Inti kelapa sawit (kernel), yaitu produk yang digunakan sebagai bahan

baku untuk membuat minyak kernel (Palm Kernel Oil).

2.3 Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Kebun Tanjung Kasau terletak diluar kota Tebing Tinggi yang jaraknya ±17 km dari pusat kota, yang mengarah ke kota Administrasi Kisaran dan merupakan daerah yang mempunyai jarak terdekat dengan pesisir pantai ±17 km. Tinggi lokasi Unit Kebun Tanjung Kasau ±9 m s/d ±12 m diatas permukaan laut.

2.4 Daerah Pemasaran

PT. Perkebunan Sumatera Utara memasarkan produk CPO (Crude Palm Oil) dan inti (kernel) ke perusahaan pengolah lebih lanjut yang berada di

(52)

berada di daerah Sumatera Utara. Proses pelelangan produk dilakukan dengan menyebarkan surat penawaran terhadap perusahaan-perusahaan tersebut.

2.5 Organisasi dan Manajemen

2.5.1 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagianserta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi

(53)

Sumber : Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Kebun Tanjung Kasau

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT.

Perkebunan Sumatera Utara Unit Kebun Tanjung Kasau

2.5.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Menurut data bagian kantor Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Tanjung Kasau, pembagian tugas dan wewenang berdasarkan jabatan pada struktur organisasi di Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Tanjung Kasau adalah sebagai berikut:

1. Manager Tugas :

a. Mengkoordinasi penyusunan perencanaan anggaran belanja tahunan. b. Menandatangani dan mengecek dokumen formulir dan laporan sesuai

(54)

c. Mengelola seluruh produksi yang dikirim dari kebun sesuai dengan kapasitas optimal pabrik dan menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan standart yang telah ditetapkan (nasional maupun internasional). Tanggung Jawab :

a. Manager pabrik bertanggung jawab terhadap direksi dalam memberikan bimbingan /pelatihan kepada anak buah guna mencapai tingkat batas minimum kemampuan yang diperlukan bagi teamnya dan mendisiplinkan anak buahnya sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku di perusahaan.

Wewenang :

a. Menyusun dan membuat rencana kerja dan anggaran perusahaan (RCAP) pabrik.

b. Menyusun program kerja di kebun yang berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja pabrik.

c. Melakukan pengawasan, penganalisaan, dan melakukan tindakan perbaikan dibidang pengolahan, administrasi dan keuangan.

d. Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait (Kepolisian, Militer, Pemuka Masyarakat) dalam pembinaan wilayah untuk pengamanan asset perusahaan.

Kewajiban :

(55)

b. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendaliaan, dan pengawasan di pabrik,guna menunjang usaha pokok secara efektif dan efisien.

c. Menyediakan informasi yang akurat dan up to date untuk kepentingan direksi dan pengambil keputusan.

2. Kepala Tata Usaha (KTU) Tugas :

a. Membuat draft Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Unit pabrik b. Menyusun dan menyiapkan laporan bulanan

c. Melakukan pembayaran kewajiban perusahaan terhadap pekerjaan dan mitra kerja

d. Mengendalikan cash flow unit pabrik

e. Menyiapkan pengajuan permintaan barang ke kantor pusat sesuai permintaan unit pabrik

f. Melaksanakan pengadaan barang orderan pembelian lokasi unit pabrik g. Melakukan seluruh administrasi keuangan

h. Menyiapkan laporan manajemen Wewenang :

a. Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi kantor.

b. Bersama dinas/bagian lain menyusun rencana kerja tahunan. c. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.

d. Pengendalian sumber dana dan penggunaan dana.

(56)

f. Melakukan inspeksi ke kantor unit dalam lingkungan pabrik/kebun. g. Pengamanan terhadap aset perusahaan

3. ASKEP (Asisten Kepala) Tugas :

a. Membuat Menyusun RKAP pengelolaan dan pemeliharaan instalasi. b. Program kerja pengolahan dan perawatan instalasi pabrik.

c. Mengawasi proses pengolahan di pabrik sesuai dengan standar proses dan standar mutu.

d. Mengawasi pemeliharaan seluruh mesin dan instalasi pabrik dan sarana pendukung.

e. Mengawasi proses pengolahan limbah. f. Mengawasi biaya produksi pabrik. g. Berkoordinasi dalam panen-angkut-olah.

h. Mengkoordinasi pengolahan, mutu, dan keteknikan. i. Membuat laporan kerja ke Manager Pabrik.

Wewenang :

a. Membuat rencana jangka pendek untuk pemeliharan dan pengoperasian mesin dan instalasi.

b. Mengendalikan biaya operasional di pabrik agar kegiatan berjalan efektif dan efisien.

c. Memantau, mengevaluasi dan membuat tindakan perbaikan terhadap penyimpangan operasional di pabrik.

(57)

4. Asisten TK, TB, dan TM Tugas:

a. Memberikan tugas terhadap Mandor dan divisi kebun b. Mengendalikan kegiatan operasional kebun

Tanggung Jawab:

a. Asisten bertanggungjawab terhadap segala kegiatan pada kebun 5. Asisten Pengolahan

Tugas:

a. Membuat rencana program kerja pengolahan

b. Melaksanakan dan mengendalikan proses pengolahan sesuai standar c. Mengoptimalkan kerja mesin dan peralatan

Tanggung jawab :

a. Asisten pengolahan bertanggung jawab kepada Maskep Wewenang :

a. Membantu rencana kerja jangka menengah dan jangka pendek untuk memelihara dan mengoperasi mesin peralatan.

b. Memantau,mengevaluasi dan membantu tindakan perbaikan tehadap mesin.

6. Koord Pengamanan Tugas :

a. Menjaga keamanan pabrik dan aset –aset yang dimilikinya. Tanggung jawab :

(58)

Kewajiban :

a. Membantu manager pabrik/ administrasi dalam melaksanakan tugasnya di bidang keamanan.

b. Melakukan patroli/ inspeksi secara sistematis.

c. Pengamanan terhadap aset perusahaan, tenaga kerja beserta keluarganya. d. Menganalisa dan memperbaiki serta miningkatkan hasil kerja dibidang

keamanan. 7. Mandor

Sebagai pembantu asisten mandor bertugas mengawasi para pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya dan membantu tugas dari asisten

8. Koordinator Divisi Tugas:

a. Melaporkan kondisi lapangan kepada asisten

b. Membantu manager dan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan

9. Mandor Pengolahan

Mandor pengolahan bertugas membantu Asisten pengolahan untuk mengawasi para pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya dan membantu tugas dari asisten

10. Bengkel

(59)

11. Sortase

Tugas dari bagian sortase adalah mengawasi dan mengkoordinir TBS yang akan diproduksi apakah telah sesuai dengan standar perusahaan

12. TU Umum Tugas:

a. Membantu KTU dalam membuat laporan administrasi dan laporan manajemen

b. Membantu KTU membuat PMK bulanan

c. Membuat laporan pembayaran kewajiban perusahaan terhadap pekerja 13. TU Gudang

Tugas:

a. Mencatat dan membuat laporan pengajuan permintaan barang

b. Mencatat dan membuat laporan jumlah barang yang tersedia di gudang 14. TU Pembukuan

Tugas:

a. Membantu KTU dalam membuat laporan keuangan pabrik mulai dari produksi, laboratorium dan kantor

b. Membantu KTU dalam melakukan administrasi 15. TU Produksi

Tugas:

a. Membuat catatan dan laporan hasil produksi

(60)

16. TU Upah Tugas:

a. Membantu KTU membuat PMK bulanan

b. Membuat laporan pembayaran kewajiban perusahaan terhadap gaji pekerja 17. Kepala Klinik

Tugas:

a. Menyediakan obat-obat yang diperlukan

b. Menjalankan program chek-up kesehatan kepada seluruh pekerja c. Membuat laporan kesehatan pekerja untuk kantor pusat

18. TU Lab Tugas:

a. Membuat rencana jangka pendek tentang operasional laboratorium.

b. Membuat program perawatan alat – alat laboratorium dan unit pengelolahan limbah.

c. Melaksanakan analisa/kontrol terhadap hasil kerja pengolahan/peralatan. d. Pengendalian biaya laboratorium.

19. TU Timbangan Tugas:

a. Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan perbaikan dan penanganaan peralatan pada stasiun timbangan

b. Melaksanakan standar fisik, biaya, dan mutu yang telah ditetapkan untuk proses penimbangan bahan ataupun produk.

(61)

d. Memantau, menganalisa, dan memperbaiki hasil kegiatan di stasiun timbangan

e. Membuat laporan pertanggung jawaban hasil kerja.

2.5.3 Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Tanjung Kasau adalah 152 orang. Tenaga kerja terbagi atas 3 tingkatan, yaitu :

1. Staff 2. Pegawai 3. Buruh

Rincian tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perincian Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Kelapa Sawit

PT. Perkebunan Sumatera Utara

No Departemen Jumlah

1 Manager 1

2 KTU 1

3 Pegawai 15

4 Buruh 135

Total Pekerja 152

(62)

Jam kerja di PKS PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Tanjung Kasau yaitu jam kerja di bagian kantor dan jam kerja di bagian pabrik, berikut rincian jam kerja di PKS PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Tanjung Kasau:

1. Kantor

Untuk pekerja di bagian kantor, jam kerja dapat kita lihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jam Kerja di Kantor

No. Hari Pukul Keterangan

Sumber: PKS PT. Perkebunan Sumatera Utara

2. Pabrik

Untuk pekerja yang bertugas di pabrik pada masa produksi, jam kerjanya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jam Kerja di Pabrik

No. Shift Pukul Keterangan

1. I 07.00-13.00 Bekerja

2. II 13.00-19.00 Bekerja

Sumber: PKS PT. Perkebunan Sumatera Utara

2.6 Sistem Pengupahan dan Fasilitas

(63)

Selain gaji pokok dan upah lembur, karyawan juga mendapat tunjangan kesejahteraan dan jaminan sosial.

1. Gaji dan Tunjangan Pegawai Bulanan

Gaji dan tunjangan pegawai bulanan terdiri atas tunjangan-tunjangan berikut : a. Gaji

b. Upah Lembur c. Sewa Rumah d. Tunjangan Beras e. Tunjangan Istri f. Tunjangan Anak

Gaji dan Tunjangan Buruh Bulanan

Gaji dan tunjangan buruh bulanan terdiri atas tunjangan-tunjangan berikut: a. Gaji

b. Upah Lembur c. Tunjangan Beras d. Tunjangan Istri e. Tunjangan Anak 2. Biaya Sosial

Biaya sosial terdiri atas pembiayaan-pembiayaan berikut : a. Biaya Pengobatan dan Perawatan

b. Biaya Hari Raya dan Tahun Baru c. Biaya Iuran Pensiun

(64)

e. Biaya Pendidikan

f. Biaya Pemakaman/Kematian g. Kemalangan

h. Biaya Uang Pesangon 3. Perhitungan

a. Iuran Askes

Keterangan : Jaminan Kecelakaan Kerja 0,54% dari gaji sebulan - Jaminan Hari Tua 5,7% dari gaji sebulan

- Jaminan Kematian 0,3% dari gaji sebulan - Jaminan Kesehatan 6% dari gaji sebulan

b. Iuran Hari Tua 3,7% oleh pengusaha dan 2% oleh tenaga kerja 4. Santunan kematian antar karyawan Rp. 150,00 dari gaji bulanan 5. Beras (sama untuk semua golongan)

Pembagian tunjangan untuk beras dibagikan untuk setiap anggota keluarga seperti keterangan berikut ini :

a. Untuk pekerja :15 Kg b. Istri : 9 Kg

c. 1 anak : 7.5 Kg d. 2 anak : 15 Kg e. 3 anak : 22 Kg

3 Tunjangan Khusus : Tunjangan Struktural 50 % dari gaji pokok dan fungsional.

(65)

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.

2.7.1 Standar Mutu Bahan / Produk

2.7.1.1 Standar Mutu Bahan Baku

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Kebun Tanjung Kasau melakukan pengujian kualifikasi Tandan Buah Segar (TBS) sebelum TBS tersebut diolah. Syarat atau ketentuan penerimaan Tandan Buah Segar adalah sebagai berikut:

1. Tandan Buah Segar (TBS) sesuai mutu “N” (Normal), memenuhi kriteria matang panen (brondol), dan dalam keadaan segar dengan Berat Janjang Rata-rata (BJR) lebih dari 6 kg.

2. Gagang TBS harus dipotong rapat.

3. Bukan merupakan buah TBS dengan mutu “A” (mentah) dan mutu “E” (busuk/restan/kadaluarsa).

(66)

5. Jumlah berondolan yang ikut diserahkan bersama TBS minimal 5% atau lebih kurang 5 (lima) berondolan per tandan dalam keadaan bersih dan segar serta bukan merupakan hasil ketekan dari peraman buah mentah.

6. Tandan Buah Segar (TBS) yang sudah ditolak melalui proses penyortiran karena tidak memenuhi persyaratan/ketentuan sebagaimana kualifikasi yang ditetapkan, akan dipulangkan/dikembalikan dan selanjutnya tidak dibenarkan untuk dicampur dengan pengiriman TBS berikutnya.

7. Dikenakan pemberlakuan potongan wajib sebesar 2% dari berat netto TBS diterima. Pada keadaan tertentu, apabila melihat kondisi TBS yang dikirim diketahui memiliki kandungan sampah/pasir/kotoran/lumpur/berair, tangkai panjang serta berimplikasi terhadap mutu melampaui batas perkiraan normal, maka akan dikenakan potongan tambahan dengan besaran masing-masing item akan disesuaikan menurut kondisi TBS tersebut sewaktu dibongkar di loading ramp (diluar ketentuan potongan wajib).

8. Jika dalam keadaan hujan (truck belum ditimbang) akan dikenakan potongan dengan ketentuan:

a. Truk tronton sebesar 300 kilogram b. Truk engkel sebesar 200 kilogram c. Truk colt dieselt sebesar 100 kilogram.

2.7.1.2 Standar Mutu Hasil Produksi

(67)

ALB (Asam Lemak Bebas) dalam kotoran. Pengujian pada inti sawit (kernel) meliputi pengujian kadar air, kadar kotoran, inti pecah, dan inti warna. Data kualitas minyak dan inti sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Kualitas Minyak dan Inti Sawit

No Uraian Mutu Minyak Kelapa Sawit dan

Inti Kelapa Sawit Standard (%)

A. Minyak Sawit

1. Kadar air 0,2

2. Kadar kotoran 0,02

3. Kenaikan ALB (Asam Lemak Bebas) dalam

kotoran <3

B. Inti Sawit

1. Kadar air 8,00

2. Kadar kotoran 6,00

3. Inti pecah 20,00

4. Inti warna 60,00

Sumber: PT. Perkebunan Sumatera Utara Tanjung Kasau

2.7.2. Bahan yang Digunakan

2.7.2.1. Bahan Baku

(68)

2.7.2.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.Pabrik Kelapa Sawit (PKS)PT. Perkebunan Sumatera Utara Unit Kebun Tanjung Kasau tidak menggunakan bahan tambahan selama proses produksi.

2.7.2.3 Bahan Penolong

Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan pada pabrik ini antara lain:

1. Air yang digunakan dalam proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS) dan sebagai air umpan boiler.

2. Cangkang inti kelapa sawit dan serabut (fiber) digunakan sebagai bahan bakar boiler.

3. CaCO3 sebagai media pada proses pemisahan inti dari cangkang pada Claybath.

2.7.3 Uraian Proses

(69)

2.7.3.1 Uraian Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO)

Proses produksi Crude Palm Oil (CPO) terdiri dari 5 stasiun kerja yang dijelaskan pada uraian berikut ini.

1. Stasiun Penerimaan Buah

2. Stasiun Perebusan (SterillizingStation) 3. Stasiun Penebahan (Threshing Station) 4. Station Pengempa (Pressing Station)

5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

2.7.3.2 Uraian Proses Pengolahan Inti Kelapa Sawit (Kernel Station)

Proses produksi inti kelapa sawit (Kernel) terdiri dari beberapa proses sebagai berikut

1. Cake Breaker Conveyor

2. Pemisahan Ampas dan Biji (Despricaper) 3. Polishing Drum

4. Nut Transport Fan 5. Nut Silo

6. Pemecahan biji (Ripple Mill)

7. Pengiriman Hasil Pemecahan Ke LTDS I dan LTDS II menggunakan Cracked Mixture Conveyor dan Cracked Micture Elevator

(70)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri kelapa sawit memainkan peran penting di dalam pembangunan perekonomian Nasional umumnya dan Khususnya Provinsi Sumatera Utara. Meskipun adanya manfaat ekonomi yang jelas dari pembangunan industri berbasis kelapa sawit, tetapi disisi lain industri tersebut juga memberikan kontribusi yang siginifikan terhadap degradasi lingkungan, baik pada masukan (input) maupun pada sisi (output) dari kegiatan industri tersebut.

Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan sebagai salah satu cara untuk melihat kinerja produksinya. Pengukuran produktivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan yang terus-menerus (Sinulingga, 2014).

(71)

land application. Limbah padat yang dihasilkan berupa cangkang dan fiber akan digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler. Tandan kosong dibuang di kebun dan dibakar sempurna di dalam tabung innecerator dan menghasilkan abu yang digunakan sebagai land application pada kebun sawit. Tandan kosong yang dibakar sempurna di innecerator mengeluarkan asap yang menghasilkan polutan yang mencemari lingkungan.

Nazaruddin (2015) dalam penelitiannya mengatakan berlimpahnya bahan baku berupa limbah padat tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan pabrik kelapa sawit (PKS) di Sumatera Utara merupakan trade off sehingga perlu dilakukan pengkajian. Selain mengurangi potensi pencemaran lingkungan yang timbul dari limbah padat tandan kosong kelapa sawit hasil produksi, pengolahan limbah padat tandan kosong kelapa sawit juga diharap mampu meningkatkan pendapatan perusahaan.

Green Productivity adalah suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan kinerja lingkungan pada saat yang bersamaan dalam pengembangan sosial dan ekonomi. Green Productivity menerapkan produktivitas dengan tools dan teknik-tenik yang tepat untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan-kegiatan proses produksi (Asian Productivity Organization, 2006).

Widuri (2015) dalam penelitiannya menggunakan metode green productivity pada proses penyepuhan perak, yaitu meminimalisir kadar zat kimia

(72)

dan peningkatan produktivitas dalam penelitian adalah pengolahan limbah dengan teknik koagulasi yang dimana terjadi peningkatan produktivitas sebesar 1,25%.

Penerapan Green Productivity dengan menggunakan blog diagram, material balance, dan cause and effect diagram untuk mencari tahu permasalahan

dan dapat mereduksi limbah padat pabrik yang dihasilkan dari proses produksi pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Sumatera Utara sehingga dapat menghasilkan capaian lingkungan yang aman dan dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan mengolah kembali limbah padat.

1.2. Rumusan Masalah

(73)

1.3. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengurangi dampak limbah sekaligus meningkatkan produktivitas PT Perkebunan Sumatera Utara dengan mengolah limbah padat tandan kosong kelapa sawit.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan solusi dalam menurunkan jumlah limbah b. Mengetahui tingkat produktivitas perusahaan

c. Membantu perusahaan mengatasi permasalahan lingkungan, sosial dan ekonomi.

3. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: a. Bagi pihak perusahaan

Dapat menjadi solusi perusahaan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan dengan pendekatan Green Productivity

b. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat diperkuliahan dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat untuk meningkatkan kemapuan soft skill dan hard skill peneliti dalam menganilisis dan menyelesaikan permasalahan yang didapat.

-Bagi universitas

(74)

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penentuan jumlah limbah yang digunakan selama tahun 2015.

2. Data-data variabel kerja menggunakan data sekunder yang diambil di PT. Perkebunan Sumatera Utara.

3. Limbah yang diolah adalah limbah padat tandan kosong kelapa sawit. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Proses produksi berlangsung secara normal

2. Perekonomian Indonesia dalam keadaan stabil, sehingga tidak terjadi perubahan signifikan terhadap harga-harga bahan baku, peralatan dan mesin.

3. Perusahaan memiliki keinginan untuk mengolah limbah padat tandan kosong kelapa sawit.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar

Gambar 3.1.
Gambar 3.2. cause and effect Diagram
Tabel 5.5. Biaya Total PT. Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2015
Tabel 5.8. Output  PT. Perkebunan Sumatera Utara Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan.. laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usulan alternatif perbaikan yang diestimasikan dapat meningkatkan produktivitas dan mereduksi penumpukan limbah yaitu produk pellet ikan..

Limbah yang dihasilkan dari pada proses produksi tergolong dalam 2 jenis yaitu limbah padat dan limbah cair.. Limbah padat yang dihasilkan adalah onggok sedangkan limbah cair

4/1982, antara lain mengharuskan membuat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum pembangunan pabrik dan melaksanakan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Salah satu usaha yang dilakukan adalah menerapkan pendekatan green productivity dengan mencari solusi alternatif – alternatif perbaikan untuk meningkatkan produktivitas dengan

Nabati Asahan terdiri dari unit pengolahan minyak sawit kasar (Dept. Refinery ), unit pengolahan inti sawit (Dept. Palm kernel Plant ), dan unit pengolahan kelapa sawit (Dept.

Iftikar Z Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja, ( Bandung: ITB.2005).. Studi Kelayakan Bisnis , Prenada