• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU 1

Laporan Pertanggungjawaban Keuangan

Kebijakan Umum

Bagan Perkiraan Standar

Jurnal Standar

Pokja IV

Evaluasi Pembiayaan & Informasi Keuangan Daerah

Tim Evaluasi Dan Percepatan Pelaksanaan Perimbangan

Keuangan Pusat Dan Daerah

(2)

Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis

berupa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

manajemen keuangan yang sehat. Sesuai ketentuan peraturan perundangan

yang telah ditetapkan, pemerintah daerah berkewajiban untuk membuat Laporan

Pertanggung Jawaban Keuangan yang terdiri dari Laporan Perhitungan

Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Nota Perhitungan Anggaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2001 menyatakan bahwa pemerintah

daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur

pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah. Sistem tersebut

diperlukan untuk memenuhi kewajiban pemerintah daerah dalam membuat

Laporan Pertanggung Jawaban Keuangan daerah yang bersangkutan.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun

2000 dipandang perlu untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung

pelaksanaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Selanjutnya Menteri Keuangan dengan Keputusan Nomor 355/KMK.07/2001

telah membentuk Tim Evaluasi dan Pemantapan Pelaksanaan Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah yang terdiri dari berbagai Kelompok Kerja (Pokja)

diantaranya Pokja Evaluasi dan Informasi Keuangan Daerah.

Salah satu wujud nyata hasil dari Pokja Evaluasi dan Informasi Keuangan

Daerah tersebut adalah pembuatan Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah (SAKD) yang terdiri dari lima buku yaitu: Buku 1 mengenai Kebijakan

Umum, Bagan Akun, dan Jurnal Standar, Buku 2 mengenai Pos-Pos Neraca,

Buku 3 mengenai Pos-Pos Perhitungan Anggaran, Buku 4 mengenai Prosedur

Akuntansi (Bagan Arus Dokumen) dan Buku 5 mengenai Simulasi SAKD.

Pedoman SAKD Edisi 2 ini berupaya mengakomodasi masukan dari

stakeholders setelah adanya edisi 1 Oktober 2001. Perubahan antara lain

dilakukan terhadap akuntansi pos Ekuitas Dana

Pedoman SAKD ini diharapkan akan membantu penerapan SAKD

sehingga untuk waktu yang tidak terlalu lama, pemerintah daerah telah mampu

menghasilkan Laporan Pertanggung Jawaban Keuangan. Penerapan SAKD

menuntut adanya pemahaman utuh dari pelaksana manajemen keuangan

daerah dan adanya penyempurnaan secara terus menerus dari instansi yang

berkewenangan sehingga pencapaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

daerah sebagai bagian dari kepemerintahan yang baik (good governance) dapat

menjadi kenyataan.

Jakarta, 9 Januari 2002

TIM PENYUSUN

(3)

Daftar Isi

Halaman

I

ii

Kata Pengantar

Daftar Isi

Pendahuluan

1-3

BAB I

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

4 – 10

1. Format Laporan Perhitungan APBD Propinsi

5

2. Format Laporan Neraca Propinsi

6

3. Format Laporan Arus Kas Propinsi

7

4. Format Laporan Perhtiungan APBD Kab/Kota

8

5. Format Laporan Neraca Kabupaten/Kota

9

6. Format Laporan Arus Kas Kabupaten/Kota

10

BAB II

KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH

11-16

A. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah

11

B. Dasar hukum

11

C. Asumsi Dasar Akuntansi Keuangan Pemerintah

12

D. Ciri Dasar Akuntansi Keuangan Pemerintah

12

E. Entitas Akuntansi Pemerintah Daerah

13

F. Klasifikasi dan Kode Perkiraan Akuntansi

14

G. Penyusunan Laporan Keuangan

15

H. Penyajian Laporan Perhitungan Anggaran

16

BAB III

BAGAN PERKIRAAN STANDAR

17-50

(4)

PENDAHULUAN

A. DASAR KEBUTUHAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH

Reformasi politik di Indonesia telah mengubah sistem kehidupan negara.

Selain dipenuhi dengan tuntutan untuk menciptakan good governance yang

terbebas dari tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, penciptaan sistem

pemerintahan yang lebih berimbang di antara eksekutif, judikatif, dan

legislatif. Partisipasi itu mewujud dalam tuntutan akan Akuntabilitas Publik

dan Otonomi Daerah.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah adalah 2 (dua) undang-undang yang berupaya

mewujudkan otonomi daerah yang lebih luas. Sebagai penjabaran otonomi

tersebut di bidang administrasi keuangan daerah, berbagai peraturan

perundangan yang lebih operasional pun telah dikeluarkan. Beberapa

peraturan yang relevan disebut di sini adalah sebagai berikut:

- Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana

Perimbangan,

- Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah,

- Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam rangka Pelaksanaan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, dan

- Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah.

- Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tatacara

Pertanggungjawaban Kepala Daerah.

- Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan

Keuangan Daerah,

- Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan

Keuangan DPRD.

Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sudah

sangat disadari sebagaimana terlihat dari aturan yang dituangkan dalam

peraturan pemerintah tersebut diatas. Laporan pertanggungjawaban Kepala

Daerah pun tampaknya menjadi sangat strategis, lebih-lebih karena Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah yang sudah semakin sadar akan hak

konstitusionalnya. Akan tetapi, penyajian Laporan Pertanggungjawaban

kepala daerah yang antara lain berisikan Neraca, Laporan Perhitungan

Anggaran dan Laporan Arus Kas masih sangat sulit disusun.

(5)

Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis. Bahkan sebagian besar

adalah berasal dari permasalahan teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan

pelaporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Masalah teoritis, sistem

dan prosedur ini muncul sebagai konsekuensi logis dari implikasi

progresivitas pembaharuan yang dituntut oleh Peraturan Pemerintah Nomor

105 Tahun 2000.

Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai

berikut:

- Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses

penyusunan anggaran, perubahan format dan administrasi

pelaksanaannya, serta penerapan standar akuntansi;

- Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam

memanfaatkan dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan

dana pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan

- Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran,

pelaksanaan, maupun dalam perhitungannya.

Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini

memang secara khusus ditegaskan dalam pasal 8 dan pasal 20 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, yang mengatur bahwa APBD

disusun berdasarkan kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan

sehingga dapat dievaluasi atau diukur.

Perangkat perundang-undangan otonomi daerah sesungguhnya sudah pula

melengkapi manajemen pemerintahan daerah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala

Daerah. Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa Pertanggungjawaban

Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis. Setiap

daerah wajib menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu) bulan

setelah Kepala Daerah dilantik. Rencana strategis ini beserta dokumen

perencanaan daerah lainnya memerlukan pengesahan oleh DPRD.

B. TUJUAN PENYUSUNAN

Permasalahan yang telah diuraikan di atas memberikan keyakinan bahwa

suatu penyusunan pedoman akuntansi keuangan daerah sangat diperlukan.

Hal tersebut semakin relevan mengingat adanya batas waktu bagi

pemerintah daerah untuk dapat menyajikan laporan pertanggungjawaban

yang berisikan laporan keuangan sudah semakin mendesak.

(6)

Berdasarkan kebutuhan tersebut, pedoman akuntansi ini disusun dengan

tujuan sebagai berikut:

- Menyediakan bagi pemerintah daerah suatu pedoman akuntansi yang

diharapkan dapat diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan

pemerintah daerah yang berlaku dewasa ini, terutama dengan

diberlakukannya otonomi daerah yang baru.

- Menyediakan bagi pemerintah suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi

dengan klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar

yang telah disesuaikan dengan siklus kegiatan pemerintah daerah yang

mencakup penganggaran, perbendaharaan, dan pelaporannya

Pedoman ini memerlukan penyempurnaan secara terus menerus sesuai

kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang baik.

C. SISTEMATIKA PEDOMAN

Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini disusun dengan

sistematika sebagai berikut:

BUKU 1

Pendahuluan

BAB I. Laporan Pertanggungjawaban Keuangan

BAB II. Kebijakan Umum

BAB III. Bagan Perkiraan Standar

BAB IV. Jurnal Standar

BUKU 2 POS POS NERACA

BAB I. Pedoman Akuntansi Aset Lancar

BAB II. Pedoman Akuntansi Investasi Permanen

BAB III. Pedoman Akuntansi Aktiva Tetap

BAB IV. Pedoman Akuntansi Aktiva Lainnya

BAB V. Pedoman Akuntansi Kewajiban Jangka Pendek

BAB VI. Pedoman Akuntansi Kewajiban Jangka Panjang

BAB VII. Pedoman Akuntansi Ekuitas Dana

BUKU 3 POS POS PERHITUNGAN ANGGARAN

BAB I. Pedoman Akuntansi APBD

BAB II. Pedoman Akuntansi Pendapatan

BAB III. Pedoman Akuntansi Belanja

BAB IV. Pedoman Akuntansi Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa

BAB V. Pedoman Akuntansi Dana Cadangan

BAB VI. Pedoman Akuntansi Pembiayaan

BAB VII. Akuntansi Transaksi Non Anggaran

BUKU 4 PROSEDUR AKUNTANSI

(7)

BAB I

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

Format Laporan Keuangan :

Pemerintah Propinsi :

LAPORAN PERHITUNGAN APBD PEMERINTAH DAERAH PROPINSI

NERACA PEMERINTAH DAERAH PROPINSI

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH DAERAH PROPINSI

Pemerintah Kabupaten/Kota :

LAPORAN PERHITUNGAN APBD PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA

NERACA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA

(8)

(Rp.) (Rp.)

1 PENDAPATAN

2 PENDAPATAN ASLI DAERAH

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx 4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx 5 Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya xxx xxx xx 6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah xxx xxx xx 7 Total Pendapatan Asli Daerah (3+4+5+6) xxxx xxxx xx

8 PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN

9 Pendapatan Bagian Daerah dari PBB & BPHTP xxx xxx xx 10 Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan xxx xxx xx 11 Pendapatan Bagian Daerah dari SDA xxx xxx xx

12 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx

13 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx

14 Total Pendapatan Asli Daerah (3+4+5+6) xxxx xxxx xx

15 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

16 Pendapatan Hibah xxx xxx xx

17 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx

18 Lain lain Pendapatan xxx xxx xx

19 Total Lain-Lain Pendapatan yang Sah (16+17+18) xxx xxx xx

20 TOTAL PENDAPATAN(7+14+19) xxxxx xxxxx xx

21 BELANJA

22 Belanja Operasi

23 Belanja Pegawai xxx xxx xx

24 Belanja Barang dan Jasa xxx xxx xx

25 Belanja Pemeliharaan xxx xxx xx

26 Belanja Perjalanan Dinas xxx xxx xx

27 Belanja Pinjaman xxx xxx xx

28 Belanja Subsidi xxx xxx xx

29 Belanja Hibah xxx xxx xx

30 Belanja Bantuan Sosial xxx xxx xx 31 Belanja Operasi Lainnya xxx xxx xx 32 Total Belanja Operasi (23+24+25+26+27+28+29+30+31) xxxx xxxx xx

33 Belanja Modal

34 Belanja Aset Tetap xxx xxx xx

35 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx

36 Total Belanja Modal (34+35) xxxx xxxx xx

37 Belanja Tak Tersangka xxx xxx xx

38 TOTAL BELANJA (32+36+37) xxx xxxx xx

39 BAGI HASIL PENDAPATAN KE KAB. / KOTA

40 Bagi Hasil Pajak ke Kab. / Kota xxx xxx xx 41 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten / Kota xxx xxx xx 42 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab. / Kota xxx xxx xx 43 TOTAL BAGI HASIL PENDAPATAN KE KAB. / KOTA (40+41+42) xxx xxxx xx

44 DANA CADANGAN

45 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx 46 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx

47 DANA CADANGAN NETTO (45-46) xxx xxxx xx

48 SURPLUS/DEFISIT (20-48-43-47) xxx xxx xx

49 PEMBIAYAAN

50 Penerimaan

51 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran xxx xxx xx 52 Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx 53 Penjualan Investasi Lainnya xxx xxx xx

54 Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx

55 Pinjaman dari Pemerintah Pusat xxx xxx xx 56 Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya xxx xxx xx 57 Pinjaman dari BUMN / BUMD xxx xxx xx 58 Pinjaman dari Bank / Lembaga Keuangan xxx xxx xx 59 Pinjaman Dalam negeri Lainnya xxx xxx xx 60 Total Penerimaan (51+52+53+54+55+56+57+58+59) xxxx xxxx xx

61 Pengeluaran

62 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx 63 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx xx 64 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah daerah Otonom xxx xxx xx 65 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada BUMN / BUMD xxx xxx xx 66 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Dalam Negeri lainnya xxx xxx xx 67 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx xx 68 Pengeluaran Investasi Permanen xxx xxx xx

(9)

2 ASET LANCAR

3 Kas di Kas Daerah XXX XXX

4 Kas di Pemegang Kas XXX XXX

5 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXX XXX

6 Bagian Lancar Pinjaman kpd BUMN/D & Lembaga Internasional XXX XXX

7 Bagian Lancar TGR XXX XXX

8 Piutang Pajak XXX XXX

9 Piutang Lain-lain XXX XXX

10 Persediaan XXX XXX

11 Jumlah Aset Lancar (3+4+5+6+7+8+9+10) XXX XXX

12 INVESTASI PERMANEN

13 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX

14 Pinjaman kpd BUMN/BUMD/Pemerintah Pusat/Daerah Otonom XXX XXX

15 Penyertaan Modal dlm Proyek Pembangunan XXX XXX

16 Investasi Permanen Lainnya XXX XXX

17 Jumlah Investasi Permanen (13+14+15+16) XXX XXX

18 ASET TETAP

19 Tanah XXX XXX

20 Peralatan dan Mesin XXX XXX

21 Gedung dan Bangunan XXX XXX

22 Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX

23 Aset Tetap Lainnya XXX XXX

24 Konstruksi dalam pengerjaan

25 Jumlah Aset Tetap (19+20+21+22+23+24) XXX XXX

26 ASET LAINNYA

27 Tagihan Penjualan Angsuran XXX XXX

28 Built Operating Transfer XXX XXX

29 Dana Cadangan XXX XXX

30 Lain-lain Aset XXX XXX

31 Jumlah set Lainnya (27 + 28 + 29 + 30) XXX XXX

32 XXXX XXXX

33

34 HUTANG JANGKA PENDEK

35 Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang XXX XXX

36 Hutang PFK XXX XXX

37 Jumlah Hutang Jangka Pendek (35+36) XXX XXX

38 HUTANG JANGKA PANJANG

39 Hutang Luar Negeri XXX XXX

40 Hutang kepada Pemerintah Pusat XXX XXX

41 Hutang kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya XXX XXX

42 Hutang kepada BUMN / BUMD XXX XXX

43 Hutang kepada Bank / Lembaga Keuangan XXX XXX

44 Hutang Dalam Negeri Lainnya XXX XXX

45 Hutang Bunga XXX XXX

46 Jumlah Hutang Jangka Panjang (39+40+41+42+43+44+45) XXX XXX

47 TOTAL HUTANG (37+46) XXX XXX

48 XXXX XXXX

49 EKUITAS DANA 50 Ekuitas Dana Lancar

SiLPA Tahun Pelaporan XXX XXX

51 Akumulasi SiLPA XXX XXX

52 Cadangan Piutang XXX XXX

53 Cadangan Persediaan XXX XXX

54 Dana Yang Harus Disediakan utk Pembayaran Hutang Jangka Pend (XXX) (XXX)

55 Total Ekuitas Dana Lancar XXX XXX

56

57 Diinvestasikan dalam Investasi Permanen XXX XXX

58 Diinvestasikan dalam Aset Tetap XXX XXX

59 Diinvestasikan dalam Aset Lain-lain XXX XXX

60 Dana Yang Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang (XXX) (XXX)

61 Total Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan XXX XXX

62 Ekuitas Dana Yang Dicadangkan

63 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan XXX XXX

64 Total Ekuitas Dana Yang Dicadangkan XXX XXX

65 NET EKUITAS DANA (50+51+52) XXXX XXXX HUTANG

TOTAL ASET (11+17+25+31)

Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan

(10)

2Arus Masuk Kas 3 PENDAPATAN ASLI DAERAH

4 Pendapatan Pajak Daerah XXX XXX

5 Pendapatan Retribusi Daerah XXX XXX 6 Pendapatan Bag. Laba dan BUMD dan Investasi Lainnya XXX XXX 7 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah XXX XXX 8 Total Pendapatan Asli Daerah (4+5+6+7) XXX XXX

9 PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN DARI PEMERINTAH PUSAT

10 Pendapatan Bagian Daerah PBB dan BPHTB XXX XXX 11 Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan XXX XXX 12 Pendapatan Bagian Daerah dari SDA XXX XXX 13 Pendapatan Dana Alokasi Umum XXX XXX 14 Pendapatan Dana Alokasi Khusus XXX XXX 15 Total Pendapatan Dana Perimbangan (10+11+12+13+14) XXX XXX

16 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

17 Pendapatan Hibah XXX XXX

18 Pendapatan Dana Darurat XXX XXX

19 Lain-lain Pendapatan XXX XXX

20 Total Lain-lain Pendapatan yang Sah (17+18+19) XXX XXX

21Total Arus Masuk Kas XXX XXX

22Arus Keluar Kas

23 Belanja Pegawai XXX XXX

24 Belanja Barang dan Jasa XXX XXX

25 Belanja Pemeliharaan XXX XXX

26 Belanja Perjalanan Dinas XXX XXX

27 Belanja Pinjaman XXX XXX

28 Belanja Subsidi XXX XXX

29 Belanja Hibah XXX XXX

30 Belanja Bantuan Sosial XXX XXX

31 Belanja Operasi Lainnya XXX XXX

32 Belanja Tak Tersangka XXX XXX

33 Bagi Hasil Pajak ke Kab. / Kota XXX XXX 34 Bagi Hasil Retribusi ke Kab. / Kota XXX XXX 35 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota XXX XXX 36Total Arus Keluar Kas (23+24+25+26+27+28+29+30+31+32+33+34+35) XXX XXX

37Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Operasi XXXX XXXX

38 Arus Kas dari Transaksi Aset Tetap dan Aset Lainnya 39Arus Masuk Kas

40 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap XXX XXX 41 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya XXX XXX

42 Total Arus Masuk Kas (40+41) XXX XXX

43Arus Keluar Kas

44 Pembelian Aset Tetap XXX XXX

45 Pembelian Aset Lainnya XXX XXX

46 Total Arus Keluar Kas (44+45) XXX XXX

47 Arus Kas Bersih dari Transaksi Aset Tetap dan Aset Lainnya (42-46) XXXX XXXX

48Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

49Arus Masuk Kas

50 Penerimaan Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan XXX XXX 51 Penerimaan Kembali Pinjaman kpd BUMN/D/Pem. Pusat/ Daerah Otonom Lainnya XXX XXX 52 Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Pusat XXX XXX 53 Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya XXX XXX 54 Penerimaan Pinjaman Dalam negeri Lainnya XXX XXX 55 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX 56 Total Arus Masuk Kas (50+51+52+53+%4+55) XXX XXX

57Arus Keluar Kas

58 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Pusat XXX XXX 59 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri XXX XXX 60 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah daerah Otonom Lainnya XXX XXX 61 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX 62 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX 63 Pemberian Pinjaman kepada BUMN/D/Pem. Pusat / daerah Otonom Lainnya XXX XXX 64 Total Arus Keluar Kas (58+59+60+61+62+63) XXX XXX

65Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (56-64) XXX XXX

66Arus Kas dari Aktivitas Non-Anggaran

67Arus Masuk Kas

68 Penerimaan PFK XXX XXX

69Arus Keluar Kas

70 Pengeluaran PFK XXX XXX

71Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-Anggaran (68-70) XXX XXX

72Kenaikan/Penurunan Kas (37+47+65+71) XXX XXX

73Saldo Awal Kas XXX XXX

(11)

(Rp.) (Rp.)

1 PENDAPATAN

2 PENDAPATAN ASLI DAERAH

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx 4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx 5 Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya xxx xxx xx 6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah xxx xxx xx 7 Total Pendapatan Asli Daerah (3+4+5+6) xxxx xxxx xx

8 PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN

9 Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB xxx xxx xx 10 Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan xxx xxx xx 11 Pendapatan Bagian Daerah dari SDA xxx xxx xx

12 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx

13 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx

14 Total Dana Perimbangan (9+10+11+12+13) xxxx xxxx xx

15 PENDAPATAN BAGI HASIL DARI PEMERINTAH PROPINSI xxxx xxxx xx

16 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx 17 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx 18 Total Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi ( 16+17) xxxx xxxx xx

19 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

20 Pendapatan Hibah xxx xxx xx

21 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx

22 Lain lain Pendapatan xxx xxx xx

23 Total Lain-lain Pendapatan yang Sah (20+21+22) xxx xxx xx

24 TOTAL PENDAPATAN (7+14+18+23) xxxxx xxxxx xx

25 BELANJA

26 Belanja Operasi

27 Belanja Pegawai xxx xxx xx

28 Belanja Barang dan Jasa xxx xxx xx

29 Belanja Pemeliharaan xxx xxx xx

30 Belanja Perjalanan Dinas xxx xxx xx

31 Belanja Pinjaman xxx xxx xx

32 Belanja Subsidi xxx xxx xx

33 Belanja Hibah xxx xxx xx

34 Belanja Bantuan Sosial xxx xxx xx 35 Belanja Operasi Lainnya xxx xxx xx 36 Total Belanja Operasi (27+28+29+30+31+32+33+34+35) xxxx xxxx xx

37 Belanja Modal

38 Belanja Aset Tetap xxx xxx xx

39 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx

40 Total Belanja Modal (38+39) xxxx xxxx xx

41 Belanja Tak Tersangka xxx xxx xx

42 TOTAL BELANJA (36+40+41) xxx xxxx xx

43 BAGI HASIL PENDAPATAN KE DESA

44 Bagi Hasil Pajak ke Desa xxx xxx xx 45 Bagi Hasil Retribusi ke Desa xxx xxx xx 46 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa xxx xxx xx 47 TOTAL BAGI HASIL PENDAPATAN KE DESA (44+45+46) xxx xxxx xx

48 DANA CADANGAN

49 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx 50 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx

51 DANA CADANGAN NETTO (49-50) xxx xxxx xx

52 SURPLUS/DEFISIT (24-42-47-51) xxx xxx xx

53 PEMBIAYAAN

54 Penerimaan

55 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran xxx xxx xx 56 Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx 57 Penjualan Investasi Lainnya xxx xxx xx

58 Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx

59 Pinjaman dari Pemerintah Pusat xxx xxx xx 60 Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya xxx xxx xx 61 Pinjaman dari BUMN / BUMD xxx xxx xx 62 Pinjaman dari Bank / Lembaga Keuangan xxx xxx xx 63 Pinjaman Dalam Negeri Lainnya xxx xxx xx 64 Total Penerimaan (55+56+57+58+59+60+61+62+63) xxxx xxxx xx

65 Pengeluaran

66 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx 67 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx xx 68 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah daerah Otonom Lainnya xxx xxx xx 69 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada BUMN / BUMD xxx xxx xx 70 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Bank / Lembaga Keuangan

71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya xxx xxx xx 72 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx xx 73 Pemberian Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx xx 74 Total Pengeluaran (66+67+68+69+70+71+72+73) xxx xxx xx

(12)

2 ASET LANCAR

3 Kas di Kas Daerah XXX XXX

4 Kas di Pemegang Kas XXX XXX

5 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXX XXX 6 Bagian Lancar Pinjaman kpd BUMN/D/Pem. Pusat/Daerah Otonom & Lbg. Interna XXX XXX

7 Bagian Lancar TGR XXX XXX

8 Piutang Pajak XXX XXX

9 Piutang Lain-lain XXX XXX

10 Persediaan XXX XXX

11 Jumlah Aset Lancar (3+4+5+6+7+8+9+10) XXX XXX

12 INVESTASI PERMANEN

13 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX 14 Pinjaman kpd BUMN/BUMD/Pem. Pusat/Daerah Otonom & Lbg. Internasional XXX XXX 15 Penyertaan Modal dlm Proyek Pembangunan XXX XXX

16 Investasi Permanen Lainnya XXX XXX

17 Jumlah Investasi Permanen (13+14+15+16) XXX XXX

18 ASET TETAP

19 Tanah XXX XXX

20 Peralatan dan Mesin XXX XXX

21 Gedung dan Bangunan XXX XXX

22 Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX

23 Aset Tetap Lainnya XXX XXX

24 Konstruksi dalam pengerjaan

25 Jumlah Aset Tetap (19+20+21+22+23+24) XXX XXX

26 ASET LAINNYA

27 Tagihan Penjualan Angsuran XXX XXX

28 Built Operating Transfer XXX XXX

29 Dana Cadangan XXX XXX

30 Lain-lain Aset XXX XXX

31 Jumlah Aset Lainnya (27+28+29+30) XXX XXX

32 XXXX XXXX

33

34 HUTANG JANGKA PENDEK

35 Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang XXX XXX

36 Hutang PFK XXX XXX

37 Jumlah Hutang Jangka Pendek (35+36) XXX XXX

38 HUTANG JANGKA PANJANG

39 Hutang Luar Negeri XXX XXX

40 Hutang kepada Pemerintah Pusat XXX XXX

41 Hutang kepada Pemerintah Daerah Otonom Lainnya XXX XXX

42 Hutang kepada BUMN / BUMD XXX XXX

43 Hutang kepada Bank / Lembaga Keuangan XXX XXX

44 Hutang Dalam Negeri Lainnya XXX XXX

45 Hutang Bunga XXX XXX

46 Jumlah Hutang Jangka Panjang (39+40+41+42+43+44+45) XXX XXX

47 TOTAL HUTANG (37+46) XXX XXX

48 XXXX XXXX

49 EKUITAS DANA 50 Ekuitas Dana Lancar

Akumulasi SiLPA XXX XXX

Cadangan Piutang XXX XXX

Cadangan Persediaan XXX XXX

Dana Yang Harus Disediakan utk Pembayaran Hutang Jangka Pendek XXX XXX

Total Ekuitas Dana Lancar XXX XXX

51

Diinvestasikan dalam Investasi Permanen XXX XXX

Diinvestasikan dalam Aset Tetap XXX XXX

Diinvestasikan dalam Aset Lain-lain XXX XXX Dana Yang Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang XXX XXX Total Ekuitas Dana Yang Diinvestasikan XXX XXX

52 Ekuitas Dana Yang Dicadangkan

Diinvestasikan dalam Dana Cadangan XXX XXX Total Ekuitas Dana Yang Dicadangkan XXX XXX

NET ASET (32 - 47) HUTANG

TOTAL ASET (11+17+24+31)

(13)

3 PENDAPATAN ASLI DAERAH

4 Pendapatan Pajak Daerah XXX XXX

5 Pendapatan Retribusi Daerah XXX XXX

6 Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya XXX XXX 7 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah XXX XXX

8 Total Pendapatan Asli Daerah (4+5+6+7) XXX XXX

9 PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN DARI PEMERINTAH PUSAT

10 Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB XXX XXX 11 Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan XXX XXX 12 Pendapatan Bagian Daerah dari SDA XXX XXX

13 Dana Alokasi Umum XXX XXX

14 Dana Alokasi Khusus XXX XXX

15 Total Pendapatan Dana Perimbangan (10+11+12+13+14) XXX XXX

16 PENDAPATAN BAGI HASIL DARI PEMERINTAH PROPINSI

17 Pendapatan Bagi Hasil Pajak XXX XXX

18 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya XXX XXX 19 Total Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi (17+18) XXX XXX

20 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

21 Pendapatan Hibah XXX XXX

22 Pendapatan Dana Darurat XXX XXX

23 Lain lain Pendapatan XXX XXX

24 Total Lain-lain Pendapatan yang Sah (21+22+23) XXX XXX

25 Total Arus Masuk Kas (8+15+19+24) 26 Arus Keluar Kas

27 Belanja Pegawai XXX XXX

28 Belanja Barang dan Jasa XXX XXX

29 Belanja Pemeliharaan XXX XXX

30 Belanja Perjalanan Dinas XXX XXX

31 Belanja Pinjaman XXX XXX

32 Belanja Subsidi XXX XXX

33 Belanja Hibah XXX XXX

34 Belanja Bantuan Sosial XXX XXX

35 Belanja Operasi Lainnya XXX XXX

36 Belanja Tak Tersangka XXX XXX

37 Bagi Hasil Pajak ke Desa XXX XXX

38 Bagi Hasil Retribusi ke Desa XXX XXX 39 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa XXX XXX 40 Total Arus Keluar Kas (27+28+29+30+31+32+33+34+35+36+37+38+39) XXX XXX

41 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (25-40) XXX XXX

42 Arus Kas dari Transaksi Aset Tetap dan Aset lainnya 43 Arus Masuk Kas

44 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap XXX XXX 45 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya XXX XXX 46 Total Arus Masuk Kas (44+45) XXX XXX

47 Arus Keluar Kas

48 Pembelian Aset Tetap XXX XXX

49 Pembeliaan Aset Lainnya XXX XXX

50 Total Arus Keluar Kas (48+49) XXX XXX 51 Arus Kas Bersih Dari Transaksi Aset Tetap dan Aset lainnya (46-50) XXX XXX

52 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan 53 Arus Masuk Kas

54 Penerimaan Penjualan Aset yang Dipisahkan XXX XXX 55 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada BUMN/D/Pem. Pusat/Daerah Otonom Lainnya XXX XXX 56 Penerimaan Pinjaman dari BUMN / BUMD XXX XXX 57 Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Pusat XXX XXX 58 Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya XXX XXX 59 Pinjaman dari Bank / Lembaga Keuangan XXX XXX 60 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri Lainnya XXX XXX 61 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX 62 Total Arus Masuk Kas (54+55+56+57+58+59+60+61) XXX XXX

63 Arus Keluar Kas

64 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Pusat XXX XXX 65 Pembayaran Pokok Pinjaman BUMN/BUMD XXX XXX 66 Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah Daerah Otonom Lainnya XXX XXX 67 Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Bank / Lembaga Keuangan XXX XXX 68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya XXX XXX 69 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX 70 Pemberian Pinjaman Jangka Panjang XXX XXX 71 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX 72 Total Arus Keluar Kas (63+64+65+66+67+68+69+70+71) XXX XXX

73 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (62-72) XXX XXX

74 ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON-ANGGARAN 75 Arus Masuk Kas

76 Penerimaan PFK XXX XXX

77 Arus Keluar Kas

78 Pengeluaran PFK XXX XXX

79 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-Anggaran (75-77) XXX XXX

80 Kenaikan/Penurunan Kas (41+51+73+79) XXX XXX

81 Saldo Awal Kas XXX XXX

(14)

BAB II

KEBIJAKAN UMUM

AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

A. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah:

a. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan

pemerintah secara periodik;

b. Manajerial

Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan

pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang

efektif atas seluruh aset, hutang, dan ekuitas dana.

c. Transparansi

Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam

rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan

pertanggungjawaban merupakan hasil proses akuntansi atas

transaksi-transaksi keuangan pemerintah. Laporan pertanggungjawaban untuk tujuan

umum, terdiri dari laporan perhitungan anggaran, neraca, laporan arus kas dan

nota perhitungan anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan

dapat dikembangkan untuk tujuan khusus.

B. Dasar Hukum

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan, antara lain :

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia khususnya yang mengatur

mengenai keuangan negara;

b. Indische Comptabiliteitswet (ICW) / Undang-Undang Perbendaharaan

Indonesia (UUPI);

c. Undang-undang APBN;

d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan

daerah;

e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah;

(15)

f. Keputusan Presiden (Keppres) tentang Pelaksanaan APBN;

g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan

pusat dan daerah.

Apabila terdapat pertentangan antara standar akuntansi keuangan pemerintah

dengan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi, maka yang berlaku

adalah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

C. Asumsi Dasar Akuntansi Keuangan Pemerintah

Dasar Kas

Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Kas Daerah

dan belanja diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Kas Daerah.

Azas Universalitas

Semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran.

Azas Bruto

Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.

Dana Umum

Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggung

jawabkan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara/daerah, termasuk

aset, hutang, dan ekuitas dana.

Dana Umum yang dimaksud disini adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah.

Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu

dipertanggungjawabkan sebagai dana khusus yang merupakan bagian tak

terpisahkan dari Dana Umum.

D. Ciri Dasar Akuntansi Keuangan Pemerintah

Akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang mencakup

pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan atas

transaksi keuangan pemerintah.

(16)

Akuntansi keuangan pemerintah merupakan bagian dari disiplin ilmu

akuntansi yang memiliki ciri-ciri tersendiri yang berbeda dengan akuntansi

komersial, yaitu :

a. Tidak bertujuan untuk mengukur laba

Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat,

sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai

sumber-sumber yang digunakan untuk pelayanan dan dari mana sumber-sumber-sumber-sumber

tersebut diperoleh;

b. Tidak ada kepentingan pemilik

Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana perusahaan.

Bila aset melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan

kepada rakyat sebagaimana layaknya badan usaha komersial yang

membagikan dividen pada akhir tahun buku;

c. Adanya akuntansi anggaran

Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan,

apropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit

anggaran (allotment) serta realisasi pendapatan dan belanja untuk

pembuatan laporan yang menunjukkan / membuktikan ketaatan dengan

syarat-syarat yang ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit anggaran

(allotment) dan peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.

E. Entitas Akuntansi Pemerintah Daerah

Untuk memastikan prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability

discharge), perlu ditetapkan entitas pelaporan keuangan untuk menunjukkan

entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan

pemerintah. Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa setiap

pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab atas pelaksanaan

tugasnya sesuai dengan peraturan.

Entitas pelaporan keuangan pemerintah daerah terdiri atas :

a. Pemerintah Daerah secara keseluruhan

b. DPRD, Pemerintah Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas pemerintah

tingkat propinsi/kabupaten/kota dan Lembaga Teknis Daerah

Propinsi/Kabupaten/Kota

Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan

pada pengertian bahwa pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas

(17)

suatu fungsi. Dalam struktur pemerintah daerah, dinas merupakan suatu unit

kerja yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintah daerah.

F. Klasifikasi dan Kode Perkiraan Akuntansi

Bagan perkiraan standar dan kode perkiraan mutlak diperlukan sebagai

pedoman dalam penyelenggaraan akuntansi pemerintah. Dengan adanya

standarisasi perkiraan berikut kodenya memungkinkan perlakuan akuntansi

yang seragam dan konsisten sehingga mempermudah dalam penyusunan

laporan keuangan konsolidasi di tingkat daerah maupun di tingkat pusat.

Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan berarti bahwa

daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari negara kesatuan Republik

Indonesia, maka dalam era otonomipun tetap diperlukan informasi keuangan

per wilayah ataupun secara nasional untuk analisa fiskal maupun ekonomi

makro. Konsekuensi dari tuntutan kebutuhan tersebut adalah diperlukannya

harmonisasi praktik akuntansi antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini

diatur melalui bagan perkiraan standar yang menjadi acuan bagi pemerintah

pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem akuntansinya.

Di samping untuk memfasilitasi pengkonsolidasian kinerja keuangan per

pemerintah daerah atau pemerintah pusat, klasifikasi perkiraan dan

pengkodeannya juga diperlukan untuk menyelaraskan akuntansi keuangan

pemerintah dengan sistem statistik keuangan Internasional, sebagaimana

diusulkan oleh International Monetary Fund dalam konsep Government

Finance Statistic (GFS). Satu hal yang mendasar dari klasifikasi menurut GFS

adalah bahwa klasifikasi tersebut harus dapat mengakomodasi pengukuran

kinerja pemerintah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka klasifikasi perkiraan selain

berdasarkan sistem anggaran lama, yaitu per mata anggaran penerimaan

(MAP), mata anggaran pengeluaran (MAK), maka seluruh aktivitas keuangan

pemerintah daerah harus dapat dirinci berdasarkan organisasi, fungsi dan

klasifikasi ekonomi. Di samping itu, agar konsisten dengan penerapan sistem

perencanaan strategik sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Presiden

Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, klasifikasi

rekening pun harus mampu dirinci hingga menggambarkan program dan

aktivitas setiap entitas akuntansi.

Untuk mengakomodasikan kebutuhan ini, klasifikasi rekening pemerintah

daerah disusun dalam 29 digit. Susunan kode perkiraan sebanyak 29 digit

dialokasikan sebagai berikut:

(18)

xxxx.xxxxxx.xx.xxx.xx.xxx.xx.xx.xx.xxx.

xxxx

Buku besar

xxxxxx

Buku pembantu

xx

Fungsi

xxx

Sub fungsi

xx

Program

xxx

Kegiatan

xx

Organisasi Level 1 (Dinas)

xx Organisasi Level 2 (UPTD)

xx Lokasi (Propinsi)

xxx Lokasi (Kabupaten/Kota)

Bagan perkiraan yang dikembangkan berdasarkan kode buku besar dan buku

pembantu ada pada Bab III.

G. Penyusunan Laporan Keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah harus menyajikan secara wajar dan

mengungkapkan secara penuh atas kegiatan pemerintah dan sumber daya

ekonomis yang dipercayakan, serta menunjukkan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Fungsi laporan keuangan adalah untuk

mengkomunikasikan informasi keuangan kepada para pemakai. Standar

umum pelaporan keuangan ini merupakan pedoman penyajian informasi dalam

laporan keuangan untuk memenuhi fungsi tersebut.

Laporan keuangan harus disajikan dengan memenuhi hal-hal berikut:

a) Disajikan dengan menunjukkan perbandingan antara periode berjalan

dengan periode sebelumnya. Agar perbandingan dapat bermanfaat, maka

informasi keuangan dari periode berjalan harus dilaporkan secara konsisten

dengan informasi pada periode sebelumnya. Apabila terjadi perubahan

akuntansi harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

b) Diterbitkan tepat waktu segera setelah periode akuntansi berakhir.

c) Laporan keuangan harus menyajikan transaksi-transaksi atau

kejadian-kejadian yang penting. Informasi laporan keuangan dapat diandalkan bila

pemakai laporan dapat menggunakan informasi tersebut untuk

pengambilan keputusan atas transaksi dan kejadian yang penting

berdasarkan kondisi keuangan yang sesungguhnya.

d) Mencakup Laporan Perhitungan Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan

Nota Perhitungan Anggaran.

(19)

H. Penyajian Laporan Perhitungan Anggaran

Laporan Perhitungan Anggaran merupakan laporan yang menyajikan

pendapatan, belanja dan pembiayaan selama tahun anggaran tertentu untuk

suatu Pemerintah Daerah. Laporan ini memuat angka-angka anggaran dan

realisasi tahun berjalan dan tahun sebelumnya. Oleh karena itu dengan

memperbandingkan angka-angka tersebut dan memanfaatkan informasi

lainnya yang ada dalam Nota Perhitungan Anggaran dapat digunakan untuk

mengukur dan mengevaluasi kinerja suatu unit pemerintah daerah.

Nota Perhitungan Anggaran serta daftar tambahan yang terkait di dalamnya

harus disajikan sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan laporan kinerja

input, process, output, dan outcome kegiatan pemerintah daerah yang

dikaitkan dengan laporan keuangannya. Nota Perhitungan Anggaran dan

daftar tambahan ini diperlukan antara lain untuk memuat ringkasan realisasi

pendapatan, belanja, pembiayaan, kinerja keuangan dan

menjelaskan

perkiraan-perkiraan dalam laporan keuangan serta memberikan referensi

silang terhadap perkiraan laporan keuangan tertentu.

(20)

BAGAN PERKIRAAN STANDAR

Kelompok Perkiraan Buku Besar

Sub Kelompok

Buku Besar

Kode BB Kode BP

Buku Pembantu

No.

Sub Sistem (tidak muncul dalam laporan akuntansi)

(*)

ASET

ASET LANCAR 0001 - 0999

1 Kas di Kas Daerah 0100

(*)

Kas di BPD 000010

Kas di Bank A 000020

Kas di Bank B 000030

Kas di Bank. Dst. 000040

Deposito 000050

Sertifikat Bank Indonesia dst…. 000060

2 Kas di Pemegang Kas 0200

Kas di Pemegang Kas A 000010

Kas di Pemegang Kas B 000020

Kas di Pemegang Kas. Dst. 000030

3 Bagian Lancar dari Tagihan Penjualan Angsuran 0300

4 Bagian Lancar Pinjaman kpd BUMN/BUMD dan Lembaga Internasional 0400

5 Bagian Lancar TGR 0500

6 Piutang Pajak 0600

(*)

Piutang pajak hotel 000010

Piutang pajak restoran 000020

Piutang pajak lainnya 000030

7 Piutang Lain-lain 0700

(*)

(21)

Persediaan Pakai Habis 000010

Persediaan Tak Habis Pakai 000020

Persediaan Bekas Pakai 000030

Persediaan untuk Dijual/Diserahkan (contoh benih ikan) 000040

INVESTASI PERMANEN 1000 - 1999

9 Penyertaan Modal Pemda (PMP) 1100

(*)

PMP BUMN 000010

PMP BUMD 000020

PMP Lembaga Keu. Negara 000030

PMP Badan Hukum Milik Negara 000040

PMP Badan Hukum Milik Daerah 000050

PMP Badan Internasional 000060

PMP Badan Usaha Lainnya 000070

10 Pinjaman kpd BUMN/BUMD/Pem. Pusat/Daerah Otonom Lainnya dan Lembaga Internasional 1200

(*)

Pinjaman kepada BUMN 000010

Pinjaman kepada BUMD 000020

Pinjaman kepada Pem. Pusat 000030

Pinjaman kepada Daerah Otonom Lainnya 000040

Pinjaman kepada Lembaga Internasional 000050

11 Penyertaan dlm. Proyek Pembangunan (contoh PIR) 1300

(*)

12 Investasi Permanen Lainnya 1400

(*)

ASET TETAP 2000 - 2999

13 Tanah 2100

14 Peralatan dan Mesin 2200 (*)

Alat berat (buldoser dll.) 000010

Alat angkutan (alat angkut apung, alat angkut darat & kereta api) 000020

Alat bengkel dan alat ukur (alat bengkel berbensin, alat bengkel tak bermesin, alat ukur) 000030

Alat pertanian (traktor dll.) 000040

Alat kantor & rumah tangga (mesin ketik, mesin fotocopy, mesin pembersih debu, dan mesin cuci) 000050

Alat studio, komunikasi & pemancar (amplifier, telepon dan faksimili) 000060

Alat kedokteran dan kesehatan (bedah gigi dan unit x-ray) 000070

Alat laboratorium (incubator dll.) 000080

Alat persenjataan 000090

Komputer (PC dll.) 000100

(22)

Alat pemboran 000120

Alat produksi, pengolahan dan pemurnian 000130

Alat bantu eksplorasi 000140

Alat keselamatan kerja 000150

Alat peraga 000160

Unit peralatan proses/produksi 000170

15 Gedung dan Bangunan 2300(*)

Bangunan gedung 000010

Monumen (bangunan bersejarah, candi) 000020

Bangunan menara 000030

Rambu-rambu 000040

Tugu titik kontrol/pasti 000050

Rumah dinas 000060

Gedung kantor 000070

16 Jalan, irigasi dan jaringan 2400(*)

Jalan dan jembatan 000010

(jalan raya & jalan umum, jembatan pada jalan dan jembatan layang)

Bangunan dan air (waduk, bendungan) 000020

Instalasi (instalasi air minum & air kotor) 000030

Jaringan (jaringan air minum & listrik) 000040

17 Aset Tetap lainnya 2500(*)

Koleksi perpustakaan/buku (buku ilmu pengetahuan dan sejarah) 000010

Barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga (pahatan kayu dan lukisan) 000020

Hewan (di Pusat, khusus hewan tertentu masuk BM/KN seperti kuda dan anjing pelacak) 000030

Ikan (di pusat tidak masuk neraca, dicatat secara extra comptable) 000040

Tanaman (di pusat tidak masuk neraca, dicatat secara extra comptable) 000050

18 Konstruksi dalam Pengerjaan 2600(*)

Peralatan dan Mesin 000010

Gedung dan Bangunan 000020

Jalan, irigasi dan jaringan 000030

ASET LAINNYA 3000 - 3999

19 Tagihan Penjualan Angsuran 3100(*)

Tagihan Angsuran Rumah 000010

(23)

Tagihan Angsuran Lainnya 000030

20 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 3200(*)

Built, Operate and Transfer (BOT) 000010

BOT A BOT B dst

Kerja Sama Operasional (KSO) 000020

KSO A KSO B dst Kemitraan Lainnya 000030 21 Dana Cadangan 3300 Dana Cadangan A 000010 Dana Cadangan B 000020 Dana Cadangan C dst 000030

22 Lain Lain Aset 3400 (*)

Tagihan TGR pada Pegawai 000010

Tagihan TGR pada Pihak Ketiga 000020

HUTANG

HUTANG JANGKA PENDEK 4000 - 4999

23 Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang 4100

24 Hutang Biaya Pinjaman 4200

25 Hutang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 4300 (*)

Hutang Perwalian/PFK Beras 000010

Hutang Perwalian/PFK Taspen 000020

Hutang Perwalian/PFK Askes 000030

Hutang Perwalian/PFK PPh Pusat 000040

Hutang Perwalian/PFK PPN Pusat 000050

Hutang Perwalian/PFK Taperum 000060

Hutang Perwalian/PFK Lainnya 000070

HUTANG JANGKA PANJANG 5000 - 5999

26 Hutang Jangka Panjang 5100 (*)

Hutang Luar Negeri 000010

Hutang kepada Pemerintah Pusat 000020

(24)

Hutang kepada BUMN/BUMD 000040

Hutang kepada Bank / Lembaga Keuangan 000050

Hutang Dalam Negeri Lainnya 000060

27 Hutang Bunga 5200 (*)

Hutang Bunga Luar Negeri 000010

Hutang Bunga kepada Pemerintah Pusat 000020

Hutang Bunga kepada Daerah Otonom Lainnya 000030

Hutang Bunga kepada BUMN/BUMD 000040

Hutang Bunga kepada Bank / Lembaga Keuangan 000050

Hutang Bunga Dalam Negeri Lainnya 000050

EKUITAS DANA

EKUITAS DANA LANCAR 6000 - 6999

28 Akumulasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 6100

29 SiLPA Tahun Pelaporan 6200

30 Surplus / Defisit Tahun Pelaporan 6300

31 Pembiayaan Netto Tahun Pelaporan 6400

32 Cadangan untuk Piutang 6500

33 Cadangan untuk Persediaan 6600

34 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek 6700

35 Dana yang harus disediakan untuk hutang PFK 6800

EKUITAS DANA YANG DIINVESTASIKAN 7000 - 7899

36 Diinvestasikan dalam investasi permanen 7100

37 Diinvestasikan dalam aset tetap 7200

38 Diinvestasikan dalam aset lainnya (cat. Tidak termasuk dana cadangan) 7300

39 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka panjang 7400

EKUITAS DANA YANG DICADANGKAN 7900 - 7999

40 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 7900

PENDAPATAN 8000 - 8399

PENDAPATAN ASLI DAERAH 8000 - 8099

41 Pendapatan Pajak Daerah 8010 (*)

(25)

Pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kend. Di Atas air Ayat

Pendapatan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Ayat

Pendapatan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (ABTAP)

Ayat

Pendapatan Pajak Hotel Ayat

Pendapatan Pajak Restoran Ayat

Pendapatan Pajak Hiburan Ayat

Pendapatan Pajak Reklame Ayat

Pendapatan Pajak Penerangan Jalan Ayat

Pendapatan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Ayat

Pendapatan Pajak Parkir Ayat

Pendapatan Pajak Daerah Lainnya Ayat

Pengembalian Pendapatan Pajak Daerah (tidak dianggarkan) Pasal

42 Pendapatan Retribusi Daerah 8020

Pendapatan RJUm – Pelayanan Kesehatan (RJUm = Retribusi Jasa Umum) Ayat

Pendapatan RJUm – Pelayanan Persampahan / Kebersihan Ayat

Pendapatan RJUm – Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil Ayat

Pendapatan RJUm – Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Ayat

Pendapatan RJUm – Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Ayat

Pendapatan RJUm – Pelayanan Pasar Ayat

Pendapatan RJUm – Pengujian Kendaraan Bermotor Ayat

Pendapatan RJUm - Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran Ayat

Pendapatan RJUm – Penggantian Biaya Cetak Peta Ayat

Pendapatan RJUm – Pengujian Kapal Perikanan Ayat

Pendapatan RJUs – Pemakaian Kekayaan Daerah (RJUs = Retribusi Jasa Usaha) Ayat

Pendapatan RJUs – Pasar Grosir dan / atau Pertokoan Ayat

Pendapatan RJUs – Tempat Pelelangan Ayat

Pendapatan RJUs – Terminal Ayat

Pendapatan RJUs – Tempat Khusus Parkir Ayat

Pendapatan RJUs – Tempat Penginapan, Pesanggrahan, dan Villa Ayat

Pendapatan RJUs – Penyedotan Kakus Ayat

Pendapatan RJUs – Rumah Potong Hewan Ayat

Pendapatan RJUs – Pelayanan Pelabuhan Kapal Ayat

Pendapatan RJUs – Tempat Rekreasi dan Olah Raga Ayat

(26)

Pendapatan RJUs – Pengelolaan Limbah Cair Ayat

Pendapatan RJUs – Penjualan Produksi Usaha Ayat

Pendapatan RPT – Ijin Mendirikan Bangunan (RPT = Retribusi Perizinan Tertentu) Ayat

Pendapatan RPT – Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Ayat

Pendapatan RPT – Ijin Gangguan Ayat

Pendapatan RPT – Ijin Trayek Ayat

Pendapatan Retribusi Daerah Lainnya Ayat

Pengembalian Pendapatan Retribusi Daerah (tidak dianggarkan) Pasal

43 Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya 8030 (*)

Pendapatan dari PMP BUMD Ayat

Pendapatan dari PMP BUMN Ayat

Pendapatan dari PMP Lembaga Keu. Negara Ayat

Pendapatan dari PMP Badan Hukum Milik Negara Ayat

Pendapatan dari PMP Badan Hukum Milik Daerah Ayat

Pendapatan dari PMP Badan Internasional Ayat

Pendapatan dari PMP Badan Usaha Lainnya Ayat

Pendapatan dari Investasi Lainnya Ayat

Pengembalian Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya (tidak dianggarkan) Pasal

44 Pendapatan Lain-lain PAD 8040 (*)

Pendapatan dari Tuntutan Ganti Rugi Ayat

Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja Tahun Berjalan (perkiraan sementara) Ayat

Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja Tahun Lalu Ayat

Pendapatan dari Penjualan Kendaraan Bermotor Ayat

Pendapatan dari Penjualan Sewa Beli Rumah Dinas Ayat

Pendapatan dari Penjualan Rumah / Bangunan / Gedung dan Tanah Ayat

Pendapatan dari Penjualan Hasil Produksi / Sitaan Ayat

Pendapatan dari Penjualan Aset yang berlebih / Rusak Ayat

Pendapatan Asli Daerah Lainnya Ayat

Pengembalian Lain-lain PAD (tidak dianggarkan) Pasal

PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN 8100 - 8199

45 Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB 8110

Pendapatan Bagian Daerah dari PBB Ayat

Pendapatan Bagian Daerah dari BPHTB Ayat

(27)

46 Pendapatan Bagian Daerah dari PPh 8120

PPh Karyawan (Ps 21) Ayat

PPh Orang Pribadi (Ps 25/29) Ayat

Pengembalian Pendapatan Bagian Daerah dari PPh (tidak dianggarkan) Pasal

47 Pendapatan Bagian Daerah dari SDA 8130

Pend. Bagian Daerah dari Sektor Kehutanan Ayat

Pend. Bagian Daerah dari Sektor Pertambangan Umum Ayat

Pend. Bagian Daerah dari Sektor Perikanan Ayat

Pend. Bagian Daerah dari Sektor Pertambangan Migas Ayat

Pend. Bagian Daerah dari Sektor Lainnya Ayat

Pengembalian Pendapatan Bagian Daerah dari SDA (tidak dianggarkan) Pasal

48 Pendapatan Dana Alokasi Umum 8140

Pendapatan Dana Alokasi Umum Ayat

Pengembalian Pendapatan Dana Alokasi Umum (tidak dianggarkan) Pasal

49 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 8150

Pendapatan Dana Alokasi Khusus Ayat

Pengembalian Pendapatan Dana Alokasi Khusus (tidak dianggarkan) Pasal

PENDAPATAN BAGI HASIL DARI PEMERINTAH PROVINSI 8200 - 8299

50 Pendapatan Bagi hasil Pajak Provinsi 8210

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor dan Kend. di Atas air Ayat

Pendapatan Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kend. di Atas air Ayat

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Ayat

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTAP Ayat

Pengembalian Pendapatan Bagi hasil Pajak (tidak dianggarkan) Pasal

51 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi 8220

Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Ayat

Pengembalian Pendapatan Bagi Hasil Lainnya (tidak dianggarkan) Pasal

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 8300 - 8399

52 Pendapatan Hibah 8310

Pendapatan Hibah dari Perorangan Ayat

Pendapatan Hibah dari Lembaga Ayat

Pengembalian Pendapatan Hibah (tidak dianggarkan) Pasal

(28)

Pendapatan Dana Darurat Ayat

Pengembalian Pendapatan Dana Darurat (tidak dianggarkan) Pasal

54 Lain-lain Pendapatan 8330

BELANJA 8400 - 8699

BELANJA OPERASIONAL 8400 - 8499

55 Belanja Pegawai 8410

Belanja Gaji dan Tunjangan Pasal

Belanja Tunjangan Beras Pasal

Belanja Honorarium dan Vakasi Pasal

Belanja Uang Lembur Pasal

Belanja Upah Pasal

Lain-lain Belanja Pegawai Pasal

56 Belanja Barang dan Jasa 8420

Belanja Alat Tulis Kantor Pasal

Belanja Ongkos Kantor Pasal

Belanja Kepustakaan Pasal

Belanja Pakaian Dinas Pasal

Belanja Jasa Konsultan Non Modal Pasal

Belanja Cetak dan Penggandaan Pasal

Belanja Pengembangan Sumber Daya Manusia Pasal

Belanja Langganan (Telepon, Listrik, Air dll) Pasal

Belanja Sewa Pasal

Lain-lain Belanja Barang dan Jasa Pasal

57 Belanja Pemeliharaan 8430 (**)

Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Pasal

Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Pasal

Belanja Pemeliharaan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Pasal

Belanja Pemeliharaan Aset Tetap Lainnya Pasal

Lain-lain Belanja Pemeliharaan Pasal

58 Belanja Perjalanan Dinas 8440

Belanja Perjalanan Dinas Biasa Pasal

Belanja Perjalanan Dinas Tetap Pasal

Belanja Perjalanan Pindah Pasal

(29)

Belanja Perjalanan Dinas Lainnya Pasal

59 Belanja Pinjaman 8450

Bunga Utang Pasal

Denda Pasal

Commitment Fee Pasal

Belanja Pinjaman Lainnya Pasal

60 Belanja Subsidi 8460

61 Belanja Hibah 8470

62 Belanja Bantuan Sosial 8480

63 Belanja Operasi Lainnya 8490

BELANJA MODAL 8500 -8599

64 Belanja Aset Tetap 8510

Belanja Tanah Pasal

Belanja Peralatan dan Mesin Pasal

Belanja Gedung dan Bangunan Pasal

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Pasal

Belanja Aset Tetap Lainnya Pasal

65 Belanja Aset Lainnya 8520 (*)

BELANJA TAK TERSANGKA 8600 - 8699

66 Belanja Tak Tersangka 8610

BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN / KOTA / DESA 8700-8799

67 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota 8710

Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air Pasal

Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kend. Di Atas air Pasal

Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pasal

Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTAP Pasal

68 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab. / Kota 8720

69 Bagi Hasil Pajak ke Desa 8730

Bagi Hasil Pajak Hotel Pasal

Bagi Hasil Pajak Restoran Pasal

Bagi Hasil Pajak Hiburan Pasal

(30)

Bagi Hasil Pajak Penerangan Jalan Pasal

Bagi Hasil Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pasal

Bagi Hasil Pajak Parkir Pasal

Bagi Hasil Pajak Daerah Lainnya Pasal

70 Bagi Hasil Retribusi ke Desa 8740

Bagi Hasil RJUm – Pelayanan Kesehatan (RJUm = Retribusi Jasa Umum) Pasal

Bagi Hasil RJUm – Pelayanan Persampahan / Kebersihan Pasal

Bagi Hasil RJUm – Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil Pasal

Bagi Hasil RJUm – Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Pasal

Bagi Hasil RJUm – Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Pasal

Bagi Hasil RJUm – Pelayanan Pasar Pasal

Bagi Hasil RJUm – Pengujian Kendaraan Bermotor Pasal

Bagi Hasil RJUm - Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran Pasal

Bagi Hasil RJUm – Penggantian Biaya Cetak Peta Pasal

Bagi Hasil RJUm – Pengujian Kapal Perikanan Pasal

Bagi Hasil RJUs – Pemakaian Kekayaan Daerah (RJUs = Retribusi Jasa Usaha) Pasal

Bagi Hasil RJUs – Pasar Grosir dan / atau Pertokoan Pasal

Bagi Hasil RJUs – Tempat Pelelangan Pasal

Bagi Hasil RJUs – Terminal Pasal

Bagi Hasil RJUs – Tempat Khusus Parkir Pasal

Bagi Hasil RJUs – Tempat Penginapan, Pesanggrahan dan Villa Pasal

Bagi Hasil RJUs – Penyedotan Kakus Pasal

Bagi Hasil RJUs – Rumah Potong Hewan Pasal

Bagi Hasil RJUs – Pelayanan Pelabuhan Kapal Pasal

Bagi Hasil RJUs – Tempat Rekreasi dan Olah Raga Pasal

Bagi Hasil RJUs – Penyeberangan di Atas Air Pasal

Bagi Hasil RJUs – Pengelolaan Limbah Cair Pasal

Bagi Hasil RJUs – Penjualan Produksi Usaha Pasal

Bagi Hasil RPT – Ijin Mendirikan Bangunan (RPT = Retribusi Perizinan Tertentu) Pasal

Bagi Hasil RPT – Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Pasal

Bagi Hasil RPT – Ijin Gangguan Pasal

Bagi Hasil RPT – Ijin Trayek Pasal

Bagi Hasil Retribusi Daerah Lainnya Pasal

(31)

DANA CADANGAN

72. Pembentukan Dana Cadangan 8760

73 Pencairan Dana Cadangan 8360

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 8800 - 8899

74 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 8810

75 Penerimaan Penjualan Aset Yang Dipisahkan (Divestasi) 8815

76 Penerimaan Kembali Pinjaman kpd BUMN/BUMD/Pem. Pusat/ Daerah Otonom Lainnya dan Lembaga Internasional

8820 77 Penerimaan Penjualan Penyertaan Modal dlm Proyek Pembangunan dan Lemb. Internasional 8825

78 Penerimaan Penjualan Investasi Permanen Lainnya 8830

79 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri 8835

80 Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Pusat 8840

81 Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonoom Lainnya 8845

82 Penerimaan Pinjaman dari BUMN/BUMD 8850

83 Penerimaan Pinjaman dari Bank/Lembaga Keuangan 8855

84 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri Lainnya 8860

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 8900 - 8960

85 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 8910

86 Pemberian Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Pusat/Daerah Otonom Lainnya dan

Lembaga Internasional 8915

87 Pengeluaran Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan 8920

88 Pengeluaran Penyertaan dalam Investasi Permanen Lainnya 8925

89 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri 8930

90 Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah Pusat 8935

91 Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah Daerah Otonom Lainnya 8940

92 Pembayaran Pokok Pinjaman BUMN/BUMD 8945

93 Pembayaran Pokok Pinjaman Bank/Lembaga Keuangan 8950

94 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya 8955

PENERIMAAN NON ANGGARAN

8970 – 8979

95 Penerimaan PFK 8971

Penerimaan Perwalian/PFK Beras Ayat

(32)

Penerimaan Perwalian/PFK Askes Ayat

Penerimaan Perwalian/PFK PPh Pusat Ayat

Penerimaan Perwalian/PFK PPN Pusat Ayat

Penerimaan Perwalian/PFK Taperum Ayat

Penerimaan Perwalian/PFK Lainnya Ayat

PENGELUARAN NON ANGGARAN

8980 – 8989

96 Pengeluaran PFK 8981

Pengeluaran Perwalian/PFK Beras Pasal

Pengeluaran Perwalian/PFK Taspen Pasal

Pengeluaran Perwalian/PFK Askes Pasal

Pengeluaran Perwalian/PFK PPh Pusat Pasal

Pengeluaran Perwalian/PFK PPN Pusat Pasal

Pengeluaran Perwalian/PFK Taperum Pasal

Pengeluaran Perwalian/PFK Lainnya Pasal

ESTIMASI PENDAPATAN 9000 – 9099

ESTIMASI PENDAPATAN ASLI DAERAH 9000 – 9009

97 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 9001

Estimasi Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air Ayat

Estimasi Pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kend. Di Atas air Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTAP Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Hotel Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Restoran Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Hiburan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Reklame Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Penerangan Jalan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Parkir Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Lainnya Ayat

98 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 9002

Estimasi Pendapatan RJUm – Pelayanan Kesehatan (RJUm = Retribusi Jasa Umum) Ayat

Estimasi Pendapatan RJUm – Pelayanan Persampahan / Kebersihan Ayat

(33)

Estimasi Pendapatan RJUm – Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Ayat

Estimasi Pendapatan RJUm – Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Ayat

Estimasi Pendapatan RJUm – Pelayanan Pasar Ayat

Estimasi Pendapatan RJUm – Pengujian Kendaraan Bermotor Ayat

Estimasi Pendapatan RJUm - Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran Ayat

Estimasi Pendapatan RJUm – Penggantian Biaya Cetak Peta Ayat

Estimasi Pendapatan RJUm – Pengujian Kapal Perikanan Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Pemakaian Kekayaan Daerah (RJUs = Retribusi Jasa Usaha) Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Pasar Grosir dan / atau Pertokoan Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Tempat Pelelangan Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Terminal Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Tempat Khusus Parkir Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Tempat Penginapan, Pesanggrahan, dan Villa Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Penyedotan Kakus Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Rumah Potong Hewan Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Pelayanan Pelabuhan Kapal Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Tempat Rekreasi dan Olah Raga Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Penyebrangan di Atas Air Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Pengelolaan Limbah Cair Ayat

Estimasi Pendapatan RJUs – Penjualan Produksi Usaha Ayat

Estimasi Pendapatan RPT – Ijin Mendirikan Bangunan (RPT = Retribusi Perizinan Tertentu) Ayat

Estimasi Pendapatan RPT – Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Ayat

Estimasi Pendapatan RPT – Ijin Gangguan Ayat

Estimasi Pendapatan RPT – Ijin Trayek Ayat

Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah Lainnya Ayat

99 Estimasi Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya 9003

Estimasi Pendapatan dari PMP BUMD Ayat

Estimasi Pendapatan dari PMP BUMN Ayat

Estimasi Pendapatan dari PMP Lembaga Keu. Negara Ayat

Estimasi Pendapatan dari PMP Badan Hukum Milik Negara Ayat

Estimasi Pendapatan dari PMP Badan Hukum Milik Daerah Ayat

Estimasi Pendapatan dari PMP Badan Internasional Ayat

Estimasi Pendapatan dari PMP Badan Usaha Lainnya Ayat

Estimasi Pendapatan dari Investasi Lainnya Ayat

(34)

Estimasi Pendapatan dari Tuntutan Ganti Rugi Ayat

Estimasi Pendapatan dari Penerimaan Kembali Belanja Tahun Lalu Ayat

Estimasi Pendapatan dari Penjualan Kendaraan Bermotor Ayat

Estimasi Pendapatan dari Penjualan Sewa Beli Rumah Dinas Ayat

Estimasi Pendapatan dari Penjualan Rumah / Bangunan / Gedung dan Tanah Ayat

Estimasi Pendapatan dari Penjualan Hasil Produksi / Sitaan Ayat

Estimasi Pendapatan dari Penjualan Aset yang berlebih / Rusak Ayat

Estimasi Pendapatan Asli Daerah Lainnya Ayat

ESTIMASI PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN 9010-9019

101 Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB 9011

Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PBB Ayat

Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari BPHTB Ayat

102 Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PPh 9012

Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PPh Karyawan (Ps 21) Ayat

Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PPh Orang Pribadi (Ps 25/29) Ayat

103 Estimasi Pendapatan Bagian Daerah SDA 9013

Estimasi Pend. Bagian Daerah dari Sektor Kehutanan Ayat

Estimasi Pend. Bagian Daerah dari Sektor Pertambangan Umum Ayat

Estimasi Pend. Bagian Daerah dari Sektor Perikanan Ayat

Estimasi Pend. Bagian Daerah dari Sektor Pertambangan Migas Ayat

Estimasi Pend. Bagian Daerah dari Sektor Lainnya Ayat

104 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Umum 9014

Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Umum Ayat

105 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus 9015

Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus Ayat

ESTIMASI PENDAPATAN BAGI HASIL DARI PEMERINTAH PROVINSI 9020-9029

106 Estimasi Pendapatan Bagi hasil Pajak Provinsi 9021

Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor dan Kend. di Atas air Ayat

Estimasi Pendapatan Bagi Hasil BBN Kendaraan Bermotor dan Kend. di Atas air Ayat

Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Ayat

Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTAP Ayat

107 Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi 9022

(35)

ESTIMASI LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 9030-9039

108 Estimasi Pendapatan Hibah 9031

Estimasi Pendapatan Hibah dari Perorangan Ayat

Estimasi Pendapatan Hibah dari Lembaga Ayat

109 Estimasi Pendapatan Dana Darurat 9032

Estimasi Pendapatan Dana Darurat Ayat

110 Estimasi Lain-lain Pendapatan 9033

Estimasi Lain-lain Pendapatan Ayat

ESTIMASI PENDAPATAN YANG DIALOKASIKAN 9100 – 9199

ESTIMASI PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG DIALOKASIKAN 9100 – 9109

111 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Yg Dialokasikan (Dinas/Unit Organisasi setingkat) 9101

Estimasi Pendapatan Pajak Kend. Bermotor dan Kendaraan Diatas Air Yg Dialokasikan Ayat Estimasi Pend Bagi Hasil BBN Kend. Bermotor dan Kend. Di Atas air Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTAP Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend. Pajak Hotel Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Restoran Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Hiburan Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Reklame Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Penerangan Jalan Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Parkir Yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Lainnya Yg Dialokasikan Ayat

112 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah yg Dialokasikan (Dinas/Unit Organisasi setingkat) 9102

Estimasi Pend Retribusi Jasa Umum (RJUm) – Pelayanan Kesehatan yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend RJUm – Pelayanan Persampahan / Kebersihan yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend RJUm – Penggantian Biaya Cetak KTP & Akte Catatan Sipil ygDialokasikan Ayat

Estimasi Pend RJUm – Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend RJUm – Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend RJUm – Pelayanan Pasar yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend RJUm – Pengujian Kendaraan Bermotor yg Dialokasikan Ayat

Estimasi Pend RJUm - Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran yg Dialokasikan Ayat

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh subtitusi gula fruktosa terhadap sifat sensori dan nilai total kalori roti yang dibuat dengan gula sukrosa.

Selama tahap pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai PBM, pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama kehidupan mereka

Suatu mesin arus searah shunt 220 volt mempunyai tahanan jangkar 0,5 jika pada waktu beban penuh arus jangkar 20 A.. Motor arus searah seri bekerja pada kecepatan 800 rpm dengan

Berdasarkan permasalahan di atas merupakan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, salah satu usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswanya

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya termasuk tenaga kesehatan

Analisis bivariat menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan berpenyedap, makanan yang digoreng, soft drink , dan aktivitas fisik berhubungan secara signifikan dengan

5) Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara berkelompok membaca dan berdiskusi menentukan perbedaan, struktur, dan kaidah

Analisa Infrastruktur Drainase pada Proyek Treepark City Cikokol Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..