• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN

MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI

Oleh:

WIDURI NUR ANGGRAIENI RA RETNO KUMOLOHADI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI

Telah Disetujui Pada Tanggal

________________________

Dosen Pembimbing Utama

(3)

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI

Widuri Nur Anggraieni RA Retno Kumolohadi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin rendah kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri dan semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri.

Subyek dalam penelitian ini adalah polisi dengan pangkat Bintara, maksimal 5 tahun menjelang pensiun yang berusia 53-57 tahun yang masih aktif bekerja, beragama islam.. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang dimodifikasi oleh peneliti dari peneliti Sugiharto (2005), untuk skala kecemasan menghadapi masa pensiun disusun dengan mangacu pada teori kecemasan yang dikemukakan oleh Lazarus dan aspek-aspek kecemasan yang di sebutkan oleh Haber dan Runyon (Suryani, 2007). Skala religiusitas di susun dengan mengacu pada aspek-aspek religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (Roberston, 1988; Ancok dan Suroso, 1995; Uyun, 1998).

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan uji korelasi

spearman. Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar r = -0,482 dengan p = 0,001

(p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel religiusitas terhadap variabel kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri 28,1% yang berarti masih ada 71,9% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun,yaitu faktor pengetahuan tentang objek kecemasan, faktor pengalaman tidak menyenangkan dan faktor kepasrahan jiwa.

(4)

PENGANTAR

Seiring dengan berjalannya waktu individu dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa tidak selamanya manusia dapat bekerja, ada saatnya ketika sudah mencapai masa tua, seseorang akan berhenti dari pekerjaannya atau pensiun dan beristirahat untuk dapat menikmati hasil yang diperolehnya selama bekerja (Monks,et.al, 1982 dalam Hartati, 2002). Seseorang yang pensiun berarti mengalami perubahan pola hidup dari bekerja menjadi tidak bekerja.

Berbagai reaksi terlihat pada individu dalam menghadapi masa pensiun. Hal ini tergantung dari kesiapan didalam menghadapinya. Secara garis besar ada tiga sikap ataupun reaksi yang diberikan (1) menerima; (2) terpaksa menerima; dan (3) menolak (dalam Hartati, 2002). Permasalahan semakin kompleks yang dihadapi oleh manusia, sehingga menimbulkan berbagai akibat bagi kesehatan mental seseorang baik yang ringan sampai yang berat. Salah satunya gangguan bagi kondisi mental individu adalah kecemasan yaitu kecemasan menghadapi masa pensiun. Pada saat memasuki masa pensiun, kebanyakan individu yang bekerja pasti mengalami perasaan cemas. Perasaan cemas yang muncul dengan tingkat kecemasan yang berbeda-beda, tergantung pada kepribadian individu masing-masing, dan juga tergantung dari pengaruh serta respon yang di berikan oleh individu, serta individu tersebut harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

(5)

Sebuah survei membuktikan hampir separuh penduduk Indonesia tidak merasa aman secara finansial dalam menghadapi masa pensiun, dan sekitar 58% dari 220 juta populasi memiliki pengetahuan rata-rata tentang pengelolaan uang dan finansial pribadi. Jika dirinci, dapat diketahui bahwa hasil survei itu menunjukkan enam dari sepuluh orang Indonesia ragu-ragu kehidupan paska pensiun bisa didukung dengan tabungannya. Responden cenderung menyatakan bahwa tabungan mereka tidak bisa memberikan rasa nyaman saat usia pensiun (Tis, 2007).

Individu yang sudah memasuki tahap akhir dari karirnya atau memasuki tahap

decline (kemunduran), pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah

memasuki masa pensiun (Hartati, 2002). Banyak individu yang memandang negatif tentang pensiun dan menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas, dan perasaan cemas muncul karena tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan kedepannya, dengan menunjukkan gejala fisiologi seperti merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebar-debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa, sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain (Sari dan Kuncoro, 2006). Kebanyakan dari pensiunan tidak bisa menikmati dan menjalani masa pensiunnya dengan santai, dan juga keadaan yang tidak menyenangkan harus dirasakan, yaitu jumlah tanggungan keluarga yang masih cukup besar ketika masa pensiun sudah didepan mata.

(6)

Masa-masa pensiun yang akan tiba, terutama pada para Bintara Polri harus dihadapi dan di alami, dimana semua itu dapat dilalui dengan kereligiusitasan yang dimiliki oleh setiap orang yang beragama, karena agama atau religius adalah bagaimana sikap bathin dan sikap keseharian individu yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hubungannya dengan sang pencipta (Shihab dalam Diana, 1999). Biasanya orang yang dapat menerima keadaan bahwa mereka akan memasuki masa pensiun, memiliki religiusitas yang tinggi dan rasa kecemasannya rendah, karena mereka sudah siap dan mereka sadar kalau mereka bekerja sebagai Bintara Polri akan mengalami namanya pensiun.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menduga bahwa semakin tinggi religiusitasnya, maka semakin rendah kecemasan yang dialami oleh Bintara Polri, karena para Bintara Polri sudah siap untuk memasuki masa pensiun dan itu sudah menjadi konsekuensinya bekerja sebagai Bintara Polri. Saat mengalami masa pensiun dan kebanyakan orang-orang seperti mereka, selalu mensyukuri apa yang telah diterima dan juga mereka percaya bahwa Allah swt akan memberikan yang terbaik buat mereka, karena Allah swt tidak akan memberikan cobaan kepada setiap umatnya diluar kemampuannya. Sedangkan dengan semakin rendah religiusitasnya, maka semakin tinggi kecemasannya memasuki masa-masa pensiun, karena mereka tidak siap memasuki masa pensiun dengan berkurangnya penghasilan, yang biasanya mendapatkan penghasilan penuh tiap bulannya. Individu seperti itu adalah Individu

(7)

yang kurang rasa bersyukur atas segala hal yang diterima selama ini dan tidak memiliki sikap pasrah terhadap kenyataan yang ada dalam sebuah kehidupan.

Penelitian yang dilakukan kali ini, memiliki arti penting karena ingin mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri.

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah Polisi dengan pangkat Bintara, maksimal 5 tahun menjelang pensiun yang berusia antara 53-57 tahun yang masih aktif bekerja, beragama islam. Asumsinya semakin mendekati pensiun, maka subjek semakin menghadapi kecemasan.

Dimana subyek penelitian ini akan diambil sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan, berdasarkan data yang didapat penulis dari Kepolisian.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua variabel, yaitu:

(8)

1. Skala Kecemasan menghadapi masa pensiun

Skala kecemasan menghadapi masa pensiun diungkap menggunakan Konsep yang di kemukakan oleh Haber dan Runyon (Suryani, 2007), yaitu dalam penelitiannya mengenai aspek – aspek kecemasan menghadapi masa pensiun meliputi empat dimensi yaitu : Dimensi Afektif , Dimensi Kognitif , Dimensi Somatis, Dimensi Motorik.

2. Skala Religiusitas

Aspek – aspek ( dimensi ) religiusitas yang diungkap dalam penelitian ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Glock dan Strak (Roberston, 1988; Ancok dan Suroso, 1995; Uyun, 1998).yaitu: Religious Belief (Dimensi Idelogis), Religious

Practice (Dimensi Ritualistik), Religious Feeling (Dimensi Eksperensial), Religious Effect (Dimensi Konsekuensial), Religious Knowledge (Dimensi Intelektual).

3. Metode Analisi Data

Metode analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun adalah dengan menggunakan Product

Moment dari Karl Pearson bila terdistribusi normal dan liniear, tetapi bila

berdistribusi tidak normal dan linier maka digunakan korelasi Spearman. Dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program komputer SPSS for windows 15.00.

(9)

HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya uji korelasi. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15,0 for windows

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sebaran dari skor jawaban subjek normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap distribusi skor kecemasan menghadapi masa pensiun dan religiusitas, dengan menggunakan teknik One- Sample Kolmogorov- Smirnov Test . Sebaran skor suatu variabel penelitian dikatakan mengikuti distribusi kurva normal jika harga p dari nilai K-S-Z lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Dari hasil pengolahan data kecemasan menghadapi menghadapi masa pensiun diperoleh koefisien K-SZ = 1,150 dengan p = 0,142 (p> 0,05) dan data religiusitas diperoleh K-SZ = 0,142 dengan p = 0,845 (p> 0,05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data kecemasan menghadapi masa pensiun dan religiusitas, terdistribusi atau tersebar dengan normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah

(10)

hubungan antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi masa pensiun mengikuti garis linier atau tidak. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 15.00

for Windows dengan teknik Compare Means. Uji linieritas dilakukan untuk

mengetahui linieritas antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi masa pensiun

Hasil uji linearitas menunjukkan F = 1,922 dengan p = 0,398 (p>0,05). Berdasarkan hasil uji linieritas yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada hubungan yang tidak linier antara variabel religiusitas dan variabel kecemasan menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu, pada variabel-variabel diatas dapat dikenakan analisis korelasi Spearman.

2. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif

antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polisi Republik Indonesia (Polri). Pengujian terhadap hipotesis tersebut menggunakan teknik korelasi Spearman, dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 15.00 for Windows.

Hasil analisis mengenai hubungan antara kecemasan menghadapi masa

pensiun dengan religiusitas menggunakan perhitungan melalui z-score. Analisis korelasi Spearman menunjukkan koefisien korelasi antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi masa pensiun adalah -0,482(r=-0,482) dengan p =

(11)

0,01(p<0,05). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun, semakin tinggi religiusitas semakin rendah kecemasan menghadapi masa pensiun dan semakin rendah religiusitas semakin tinggi kecemasan menghadapi masa pensiun, maka hipotesis yang diajukan diterima.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri, sesuai dengan hipotesis yang telah di ajukan yaitu ada pengaruh negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada bintara polri. Semakin tinggi tingkat religiusitasnya maka semakin rendah kecemasannya, semakin rendah religiusitasnya maka semakin tinggi kecemasannya. Hal ini berarti religiusitas mampu menjadi prediktor pada kecemasan menghadapi masa pensiun para Bintara Polisi Republik Indonesia (Polri) walaupun hanya berlaku pada kelompok subjek ini saja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lonetto dan Templer (Hong dan Duff, 1995) yang menyatakan bahwa orang-orang yang religius cenderung memiliki kecemasan yang rendah. Menurut Meichati (1983) mengungkapkan bahwa hidup keagamaan yang dijalani dan dihayati individu akan memberikan kekuatan jiwa bagi dirinya dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup, memberikan bantuan moral

(12)

dalam menghadapi krisis serta menumbuhkan sikap rela menerima kenyataan hidup sebagaimana yang telah ditakdirkan tuhan, sehingga ia mendapatkan keseimbangan mental. Agama juga mampu memberikan rasa aman, rasa tidak takut dan cemas menghadapi persoalan hidup, seperti perasaan cemas memasuki masa pensiun. sehingga pemecahan masalah kehidupan melalui keagamaan akan meningkatkan kehidupan itu sendiri menuju nilai-nilai spiritual dan individu akan memperoleh keseimbangan mental (Daradjat, 1993), sesuai dengan teori Gate-control bahwa adanya kontrol dari area otak yang dapat menolak rasa sakit bila ada rangsangan, sehingga dapat menimbulkan perasaan tenteram, damai, bahagia, gembira, bergelora dalam diri seseorang (Prawitasari,E.J. dkk, 2003).

Religiusitas atau penghayatan keagamaan memberikan pengaruh besar terhadap taraf kesehatan mental, seperti kecemasan menghadapi masa pensiun. karena individu yang religiusnya lebih kuat, maka kecemasan menghadapi pensiun lebih rendah (Hawari, 1996). Dister (1982) menyatakan bahwa salah satu fungsi agama adalah untuk mengatasi, frustasi (emosional afektif) atau kecemasan, seperti menghadapi masa pensiun dan untuk mengatasinya manusia harus bertindak religius. Dalam hal ini agama di abadikan untuk tujuan mengatasi perasaan-perasaan seperti itu.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Petersen dan Roy (1985) yaitu salah satu faktor kecemasan adalah suatu reaksi psikologis terhadap peristiwa-peristiwa problematis atau yang mengancam kehidupan, dimana tampak relevan untuk berfokus

(13)

pada aspek-aspek religiusitas yang berpotensi membantu individu dalam mengatasi kejadian-kejadian ini secara psikologis, seperti kecemasan menghadapi masa pensiun. Sumbangan yang diberikan religiusitas terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun adalah sebesar 28,1%. Sedangkan sebanyak 71,9% faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun tidak diteliti dalam penelitian ini. Pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun dapat dilihat dari data empirik yang didapat kategorisasi skor pada religiusitas dan kecemasan menghadapi masa pensiun, yaitu ditemukan bahwa mayoritas subjek memiliki kategori religiusitas sangat tinggi (lihat pada tabel 11). Ditemukan juga bahwa mayoritas subjek memiliki skor kecemasan yang termasuk dalam kategorisasi rendah (lihat pada tabel 10). Dengan kata lain kecemasan menghadapi masa pensiun subyek dipengaruhi oleh religiusitas subyek dan ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Walaupun tidak sesuai dengan prediksi awal peneliti yang melihat bahwa ada semakin tinggi kecemasan maka semakin rendah religiusitasnya.

Penelitian ini tidak sesuai yang diperkirakan peneliti, yang menyebabkan rendahnya kecemasan menjelang pensiun karena subyek yang digunakan peneliti memiliki rentang 5 tahun menjelang masa pensiun bukan ketika subyek memasuki MPP (Masa Persiapan Pensiun), selain itu pengaruh image juga dapat berpengaruh karena mereka berada dalam suatu struktur organisasi, sehingga mereka tidak menjawab sesuai dengan apa adanya diri mereka, tetapi mereka menjawab yang

(14)

menurut mereka baik dan budaya timur turut mendukung untuk tidak mengungkapkan apa adanya, karena bagi mereka adalah suatu hal yang tabu.

Kecemasan itu timbul karena adanya pikiran yang keliru tentang suatu hal dan bereaksi yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut. Kecemasan muncul,seperti kecemasan menghadapi masa pensiun karena terdapat beberapa situasi yang mengancam manusia sebagai makhluk sosial. Ancaman ini berasal adanya konflik, ancaman terhadap harga diri dan adanya tekanan untuk melaksanakan sesuatu diluar kemampuannya (Ancok;Badriyah, 2001 dalam Nugraheni, 2005). Kecemasan menghadapi masa pensiun yang dirasakan para Bintara Polisi Republik Indonesia (Polri) di wilayah Sleman termasuk rendah dan ternyata tiap individu yang mempunyai kepercayaan atau keyakinan (belief) yang kuat terhadap agamanya yang kemudian tercermin dalam mempraktekkan ajaran agama (practice) yang telah diterima oleh individu, sehingga membuat individu dapat menyeimbangkan kehidupannya dalam menghadapi masa pensiun yang dapatkan menimbulkan perasaan cemas pada tiap-tiap individu. Mengingat kecemasan lebih banyak dilami oleh wanita daripada pria, perbandingannya 2 wanita dibanding 1 laki-laki mengalami kecemasan yang memerlukan pertolongan (Priest, 1987), sehingga hasilnya kecemasan menghadapi masa pensiun yang dialami oleh Bintara Polri rendah. Daradjat (1993) mengatakan bahwa pada dasarnya agama dapat memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut atau cemas menghadapi persoalan hidup.

(15)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hubungan religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polisi Republik Indonesia (Polri) adalah adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi tingkat religiusitasnya maka semakin rendah kecemasannya, semakin rendah religiusitasnya maka semakin tinggi kecemasannya.

B. Saran-Saran

1. Bagi Subyek Penelitian

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap Allah SWT lebih tinggi daripada tingkat kepatuhan dalam menjalankan perintah agama saat cemas menghadapi masa pensiun. Maka dengan adanya penelitian ini diharapkan para polisi yang khususnya dengan pangkat bintara dalam struktur kepolisian untuk memperkokoh tingkat kepercayaan terhadap Allah SWT dan untuk lebih meningkatkan tingkat kepatuhan dalam menjalankan perintah agama, sehingga agar tetap terjaga tingkat religiusitas yang dimiliki untuk dapat

(16)

menyeimbangkan diri baik habluminallah dan habluminannas dalam segala aspek kehidupan.

2. Bagi Departement Kepolisian

Dari hasil penelitian ini, menyarankan kepada Departemen Kepolisian yakni, MPP (Masa Persiapan Pensiun) yang diberikan pada anggota polisi yang akan memasuki pensiun agar tetap dipertahankan dan sebaiknya dalam MPP (Masa Persiapan Pensiun) hendaknya diberi pelatihan atau keterampilan pada anggota polisi yang akan memasuki masa pensiun, sehingga para anggota polisi yang akan pensiun kelak mempunyai bekal yang akan dilakukan setelah pensiun kelak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Religiusitas dan Kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri, diharapkan dapat meneliti hal tersebut lebih mendalam lagi seperti dengan menggunakan metode kualitatif, untuk mendapatkan data yang lebih detail. Selain wawancara mendalam, di perlukan juga observasi dan menjalin Raport yang baik dengan subjek karena masalah yang diangkat menyangkut hal yang sensitif untuk di ungkapkan dan dibicarakan. Mengingat bagi laki-laki yang bekerja sebagai polisi untuk menunjukkan perasaan cemas saat memasuki masa pensiun adalah suatu hal yang tabu dan bisa menjatuhkan harga diri mereka sebagai pencari nafkah bagi keluarganya, sehingga mereka akan menunjukkan bahwa mereka

(17)

adalah panutan keluarga dengan menunjukkan tingkat religiusitas yang baik di keluarganya.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Z. 1993. Ilmu Jiwa Agama. Penerbit: Bulan Bintang

Diana, R. 1999. Hubungan Antara Religiusitas Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal Psikologika Nomor 7 Tahun III

Dister, N.S. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (Leppenas)

Hartati, N. 2002. Post-Power Syndrome Sebagai Gangguan Mental Pada Masa Pensiun. Tazkiya Volume 2, Nomor 1, April 2002

Hawari, D. 1996. AlQuran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa

Hong, L.W dan Duff, R.W. 1995. Age Density, Religiosity And Death Anxiety In Retirement Communities. Review Of Religious Research. Vol. 37. No. 1.

September. 1995

Meichati, S. 1983. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Nugraheni, S.D. 2005. Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah Dengan Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Indigenous: Jurnal Berkala Ilmiah

Berkala Psikologi, Vol. 7, No. 1, Mei 2005: 18-38

Petersen, L.R and Roy, A. 1985. Religiosity, Anxiety, And Meaning And Purpose Religion’s Concequences For Psychological Well-Being. Review of Religious

(19)

Prawitasari, E.J. dkk. 2003. Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan

Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sari, E.V dan Kuncoro, J. 2006. Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun

Ditinjau Dari Dukungan Sosial Pada PT. Semen Gresik ( Persero ) Tbk.

Jurnal Psikologi, Volume 1, Nomor 1.

Suryani, A.O. 2007. Gambaran Sikap Terhadap hidup Melajang dan kecemasan Akan ketidakhadiran Pasangan Pada Wanita Lajang Berusia Di Atas 30 Tahun.

Jurnal Manasa, Vol. 1, No. 1, Juni 2007

Tis. 2007. Berbisnis Saat Pensiun. http://harianjoglosemar.com

Uyun, Q. 1998. Religiusitas dan Motif Berprestasi Mahasiswa. Psikologi, nomor 6

(20)

Identitas Penulis

Nama : Widuri Nur Anggraieni

Alamat : Jl. Kaliurang Km 7 Perum Graha Palem Indah E-10, Sengkan, Sleman, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

b) Laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan

Dari segi ekonomi, dapat dilihat bahwa harga ammonium nitrat lebih tinggi dibandingkan dengan harga bahan bakunya, yaitu ammonia dan asam nitrat.. Selain itu, di

Apart from using the images of sensor element 1 to derive the exterior camera orientation for reconstructing the spectral data the geospectral camera is able

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Dalam skema kerjasama, perguruan tinggi di Indonesia memiliki kesetaraan dengan mitranya di luar negeri, demikian pula dosen yang mengikuti PAR adalah mitra

BERITA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2011 NOMOR 250

Idealnya, PAR dirancang oleh pimpinan perguruan tinggi sebagai bagian dari program pengembangan sumber daya manusia yang telah memperhatikan berbagai hal, termasuk

Menetapkan : PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN TENTANG PEMBERIAN TALI ASIH DAN / ATAU SANTUNAN UANG DUKA BAGI APARATUR PEMERINTAHAN DESA,