• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Asas Persamaan Perlakuan di Depan Hukum dalam Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia T1 312010038 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Asas Persamaan Perlakuan di Depan Hukum dalam Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia T1 312010038 BAB IV"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

95

BAB IV

PENUTUP

Tibalah saatnya bagi Penulis, sesuai dengan judul Bab di atas untuk

mengajukan kesimpulan dan saran, dengan mengacu kepada rumusan tujuan penelitian yang telah dikemukakan oleh Penulis di Bab I skripsi ini yaitu

Bagaimana asas persamaan perlakuan di depan hukum yang berlaku di Indonesia

dalam PBM dan dalam Putusan 41 serta 127 Mahkamah Agung yaitu dalam

sengketa TUN antara Umat di Rumah Ibadat A Quo dengan Kepala Dinas?

Setelah meneliti berbagai satuan amatan, seperti yang telah Penulis

kemukakan di dalam Bab III Hasil Penelitian dan memeriksa atau

mengeksaminasi satuan-satuan amatan itu, Penulis berkesimpulan, ada temuan bahwa baik PBM maupun Putusan-putusan Pengadilan yang ada semuanya

mengandung pengakuan terhadap asas perlakuan yang sama di depan hukum

(equality before the Law). Namun, terdapat satu pasal yang dapat menciderai

PBM tersebut, berpotensi tidak mencerminkan asas persamaan perlakuan di depan

hukum, dan menimbulkan diskriminasi yaitu Pasal 14 Ayat (2) huruf (a) dan (b)

(2)

96 persamaan perlakuan di depan hukum (equality before the Law) yang menjadi

satu strand penting dalam fabrik atau sistem hukum itu, dalam sistem hukum di

Indonesia, merefleksikan atau memanifestasikan diri dan mengejawantah di dalam

PBM maupun Putusan-putusan yang ada dan yang telah menjadi satuan amatan

menurut Penulis, asas persamaan di depan hukum itu juga adalah suatu kontrak (a

contract). Dan sebagai suatu kontrak, asas itu menjadi kewajiban banyak pihak

yang telah Penulis kemukakan di atas untuk dipatuhi. Disamping adanya judicial

review, yaitu mekanisme bagi rakyat atau siapa saja yang merasa dirugikan oleh

perbuatan hukum konkret badan atau pejabat TUN yang melanggar asas

persamaan di depan hukum dimana lembaga pengadilan sebagai pihak (the party

to contract) juga penting memikul kewajiban (contractual obligation atau

constitutional obligation) menjamin bahwa tindakan dari Pejabat TUN tidak

bertentangan dengan asas persamaan di depan hukum.

Hanya saja, sehubungan dengan apa yang baru saja Penulis kemukakan di

atas, hal yang juga tidak kalah penting untuk dikemukakan di sini adalah bahwa

barangkali, karena menganggap bahwa prinsip perlakuan yang sama di depan

hukum itu bukanlah suatu kaedah perlindungan hak-hak asasi manusia dan pilar

negara hukum yang konkret, maka para pihak yang berwenang di dalam PBM

(3)

97 penulisan karya tulis ini tidak menyatakan secara tegas di dalam semua produk

hukum itu, kecuali hanya dapat dicerna secara tersirat.

Oleh sebab itu, saran yang perlu Penulis kemukakan di sini adalah hendaknya para pihak yang memegang wewenang dalam menegakkan peraturan

undangan di Indonesia dan dalam pembuatan peraturan

perundang-undangan hendaknya memperjelas atau membuat perumusan asas persamaan di

depan hukum itu sebagai suatu rumusan yang terang sehingga tidak perlu

dilakukan interpretasi untuk memahami pemanifestasian atau pengejawantahan

asas itu di dalam peraturan perundang-undangan maupun putusan-putusan hakim

di kemudian hari. Sebab, demikianlah suatu tuntutan hukum (the dictate of the

Law) yaitu bahwa suatu kaedah hukum seharusnya dirumuskan secara jelas dan

terang sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi serta memberi

arah kepada tindakan, baik itu tindakan pemerintah dan penguasa maupun rakyat

atau mereka yang harus dilayani oleh penguasa yaitu Rakyat sebagai pemilik

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pimpinan puskesmas dan Pemerintah Daerah Kota Denpasar untuk memperhatikan juga kepuasan pegawai puskesmas

Hal ini sesuai dengan hipotesis dimana variabel usia, jumlah anggota keluarga, lamanya menjadi anggota kelompok tani, dan luas lahan garapan dapat menentukan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi penentuan penerima raskin dengan metode TOPSIS ( Technique for Order of Preference by Similiarity to Ideal

Sesuai dengan jenis permasalahan dan tujuan yang ingirt dicapai yaitu mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam pendidikan agama Islam di SLTP, maka metode yang digunakan

/ alam  fixed-sample-size attribute sampling au-ito' $a'us menaksi' tingkat kesala$an 7ang te'-apat -alam populasi -alam menentukan &esa'n7a sampel 7ang $a'us

Kemudian data hasil survei diberikan kepada bagian kredit untuk diperiksa.Kepala Bagian Kredit memiliki kewenangan untuk memutuskan diterima atau tidaknya pengajuan

Target dari penelitian ini adalah suatu alat yang dapat memberitahu penggunanya akan adanya listrik dengan komponen yang sederhana sehingga rendah biaya.. Prosedur yang