• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PANEL INFORMASI INTERAKTIF MENGENAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PANEL INFORMASI INTERAKTIF MENGENAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1 Abstrak

Sebagai salah satu kota dengan jejak masa lalu yang cukup panjang di Indonesia, Bandung memiliki berbagai tinggalan bangunan yang bersejarah. Sayangnya demi ‘pembangunan ekonomi’ dan kepentingan komersialisasi, warisan bersejarah tersebut satu per satu hilang sehingga semakin banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan bangunan-bangunan tersebut. Dengan premis untuk meningkatkan jangkauan informasi keberadaan bangunan-bangunan bersejarah di Kota Bandung, diperlukan sebuah produk yang dapat berperan sebagai panel informasi untuk memberikan pembelajaran kepada masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungan sejarahnya. Produk dirancang untuk menyampaikan informasi yang bersifat interaktif agar masyarakat lebih mengenal konteks keberadaan bangunan yang menjadi cagar budaya dan perannya dalam perjalanan sejarah Kota Bandung.

Abstract

As one of historical cities in Indonesia, Bandung owns many heritage buildings. It is unfortunate that for the sake of ‘economic development’ and commercialization, several of those buildings were demolished and be forgotten as many people become unaware of them. Based on the above issue, it is necessary to design an object that may serve as information channel to make people mindful to the existence of such heritage buildings. It functions as an interactive bridge for the people to know and to learn the role of such heritage buildings in the history of Bandung.

Pendahuluan

Kota Bandung selain dikenal sebagai kota industri kreatif juga dikenal sebagai kota yang banyak terdapat bangunan bersejarah. Hal ini dapat terjadi karena pada akhir abad ke 19 hingga awal abad ke-20 pemerintahan kolonial Belanda mengadakan pembangunan gedung secara besar-besaran sebagai dampak dari rencana pemindahan ibukota Hindia Belanda ke Kota Bandung. Pada masa itu, ribuan bangunan dibangun di kota ini, mulai dari pembangunan rumah tinggal, gedung pemerintahan, hingga bangunan perkantoran [1].

Wajah Kota Bandung perlahan-lahan berubah semenjak kemerdekaan Indonesia. Perubahan drastis yang sangat mengancam tata kota terjadi sejak akhir abad ke-20. Banyak kawasan yang terdapat bangunan cagar budaya beralih fungsi menjadi area perkantoran dan bisnis. Kawasan kota tua telah berubah menjadi factory outlet, restoran maupun hotel tempat berwisata masyarakat dari luar Kota Bandung. Bangunan komersial tersebut dibangun untuk memberikan akomodasi terhadap turis yang singgah di Kota bandung, yang jumlah totalnya mencapai empat juta turis pada tahun 2011 lalu [2]. Selain itu, minimnya jumlah bangunan yang dilindungi undang-undang yaitu sekitar dua ratus dari sebelumnya lima ratus bangunan menjadikan keberadaan bangunan-bangunan tersebut terancam. Sebelum seluruh bangunan cagar budaya di Kota Bandung hilang, maka perlu diadakan revitalisasi terhadap bangunan-bangunan tersebut. Upaya ini dilakukan agar seluruh masyarakat semakin peduli dan memaknai arti penting bangunan cagar budaya terutama di Kota Bandung.

(2)

Gambar 1. Grafik penurunan bangunan cagar budaya di Kota Bandung

(Sumber : Kunto (1986,2000,2008), Dinas Pariwisata Kota Bandung)

Gambar 2. Pembangunan hotel di Jalan Braga diatas lahan bekas bangunan cagar budaya

Gambar 3. Polusi visual berupa coretan grafiti pada bangunan cagar budaya

Untuk memberikan wawasan kepada masyarakat, diperlukan suatu media informasi interaktif kepada masyarakat tentang bangunan cagar budaya tersebut. Media interaktif ini lebih bersifat memberikan informasi sederhana mengenai bangunan cagar budaya di Kota Bandung dan fungsi utamanya adalah sebagai jembatan penghubung antara pengguna dan bangunan tersebut. Alat ini tidak menjadi tujuan akhir dari keseluruhan proses informasi, karena yang menjadi obyek disini adalah bangunan cagar budaya tersebut.

Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi merupakan data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan [3].

(3)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3 Skema 1. Skema proses desain

Hasil Studi dan Pembahasan

Pada sketsa desain dibawah mulai ditemukan bentuk-bentuk yang sesuai untuk menjawab kebutuhan pengguna. Bentuk-bentuk tersebut adalah sketsa awal dari tourist information kiosk , yakni alat/media informasi bagi para turis ketika berkunjung ke suatu daerah. Dalam sketsa kiosk-kiosk tersebut ada yang berfungsi sebagai tempat menyimpan pamflet, tempat memajang peta, dan ada pula kiosk yang berfungsi sebagai tempat telepon untuk panggilan internasional. Peneliti lalu menilai bahwa kiosk yang berukuran terlalu besar kurang cocok untuk ditempatkan di jalanan Kota Bandung karena karakter trotoar/public space-nya yang sempit. Lalu dicari alternatif lain yaitu dengan desain kiosk yang ramping dan bisa ditempatkan dimana saja.

Obyek (Heritage) Kebutuhan akan learning (konservasi) Kebutuhan akan informasi Permasalahan terkait informasi bagi publik

Studi lingkungan (Bandung sebagai kota wisata)

Studi material

Studi visual

Studi bentuk Studi ergonomi Aspek interaksi

Studi penempatan

Analisis

Rancangan produk interactive information kiosk

(4)

Gambar 4. Sketsa desain alternatif

Gambar 5. Sketsa desain terpilih

Studi material kemudian dilakukan guna mendapatkan bentuk yang baik dan sesuai untuk alat ini. Kemudian disimpulkan bahwa bahan yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang dipakai untuk information kiosk pada umumnya, seperti stainless steel untuk bagian tombol, akrilik untuk bagian cover, dan besi sebagai tiang penyangganya. Studi lingkungan dilakukan dengan cara mengadakan survei langsung ke tempat yang cocok untuk penempatan produk. Survei lapangan dilakukan di sekitar Jalan Braga, Jalan Asia-Afrika, Jalan Aceh dan jalan lain di Kota Bandung yang banyak terdapat bangunan cagar budaya. Dari hasil survei diatas dapat diketahui bahwa tidak sepenuhnya trotoar di Kota Bandung itu sempit dan rusak. Masih ada beberapa titik yang lebarnya cukup (sekitar 2 meter) dan kondisinya memungkinkan untuk dipakai sebagai tempat berdirinya produk ini. Contohnya adalah di sekitar Jalan Braga, Bandung. Kondisi trotoarnya cukup lebar dan juga banyak terdapat bangunan cagar budaya sehingga sangat cocok bagi penempatan produk ini.

(5)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5

Gambar 6. Survei terhadap trotoar di Jalan Braga dan Jalan Asia-Afrika

(6)

Gambar 8. Gambar tampak produk panel informasi interaktif

Studi ergonomi dilakukan dengan berdasar pada ukuran-ukuran pada fasilitas layanan umum yakni telepon umum. Hal ini dikarenakan telepon umum adalah alat yang biasa ditempatkan di luar ruangan (outdoor), digunakan oleh satu orang pengguna, dan dimensinya tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki di trotoar atau tempat umum.

Desain akhir dari studi diatas adalah kiosk yang berfungsi sebagai media informasi interaktif mengenai bangunan cagar budaya di Kota Bandung. Alat ini memanjakan pengguna tidak hanya secara visual, tetapi juga melalui interaksi fisikal. Informasi yang diberikan adalah informasi umum mengenai lokasi bangunan heritage dan bentuk fisiknya, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat mengoperasikannya tanpa perlu dipandu manual book.

(7)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7

Gambar 9. Penjelasan bagian-bagian dalam interactive information kiosk

Gambar 10. Ilustrasi penggunaan produk oleh pengguna

Alat ini harus memiliki ketahanan akan cuaca dan vandalisme, karena alat ini akan ditempatkan di area umum dan dikhawatirkan akan diganggu/dirusak tangan-tangan jahil. Oleh karena itu, material dan bentuk yang digunakan harus tahan terhadap kemungkinan-kemungkinan tersebut. Material yang digunakan untuk bagian tiang adalah besi yang ditanam ke dalam tanah lalu diperkuat dengan mur, sedangkan material untuk bagian badan adalah thermoplastic, akrilik, aluminium, dan sebagainya.

Alat ini memiliki beberapa bagian, yakni bagian panel denah lokasi bangunan cagar budaya, keyboard, dan bagian tambahan yaitu bagian tempat penyimpanan pamflet. Pamflet yang dimaksud adalah pamflet mengenai bangunan-bangunan heritage tersebut.

Cara kerjanya adalah, pertama-tama pengguna menekan tombol dengan nama bangunan tertentu di sebelahnya, ketika ditekan, maka salah satu bangunan di panel map akan menyala dan secara bersamaan, kubah hologram pun akan menyala dan menampilkan bentuk bangunan tersebut secara tiga dimensi. Setelah mendapatkan informasi melalui alat ini, pengguna kemudian tinggal menuju lokasi yang telah ditentukan.

(8)

Gambar 11. Skema cara kerja produk pada bagian panel map

(dimulai dengan menekan tombol (bawah), menyalanya kubah hologram (tengah) dan menyalanya lampu indikator lokasi bangunan pada bagian panel map (atas) )

(9)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 9

Gambar 12. Model akhir

Dengan adanya alat interaktif ini, diharapkan para pengguna mampu mencari informasi mengenai bangunan cagar budaya, karena apabila suatu masyarakat mengerti akan sejarah kotanya, maka mereka akan peduli dan melestarikannya.

Penutup

Perkembangan Kota Bandung sebagai kota wisata populer dan kota kreatif dunia sayangnya tidak dibarengi dengan perhatian yang serius terhadap kelestarian bangunan cagar budaya. Padahal bangunan-bangunan tersebut adalah saksi bisu perkembangan kota dan dapat menjadi media pembelajaran bagi generasi berikutnya akan peradaban di masa lampau. Panel informasi interaktif yang didesain diharapkan menjadi solusi bagi permasalahan terpinggirkannya bangunan-bangunan cagar budaya tersebut.

Hal yang perlu diingat oleh pengguna adalah alat ini bukanlah tujuan akhir dari proses informasi mengenai bangunan cagar budaya, tetapi lebih kepada media penghubung atau feeder agar kemudian pengguna mencari tahu keberadaan bangunan tersebut. Oleh karena itu diperlukan kerjasama multi-displin terutama dengan kalangan arsitek yang bertugas merevitalisasi bangunan cagar budaya itu sendiri.

Penelitian mengenai media interaktif tentang bangunan cagar budaya ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi generasi berikutnya untuk kemudian dikembangkan dan dihasilkan alat yang jauh lebih baik. Agar kemudian tercipta suatu tatanan masyarakat yang paham dan cinta akan bangunan-bangunan bersejarah di kotanya. Masyarakat yang mau berbagi ruang dengan bangunan cagar budaya dan mengerti arti penting dari keberadaannya.

Pembimbing

Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Produk FSRD ITB. Pengerjaan tugas akhir ini disupervisi oleh pembimbing Achmad Syarief, MSD, PhD.

(10)

Daftar Pustaka

[1] Hartono, Harastoeti Dibyo. 2011. 100 Bangunan Cagar budaya di Bandung. Bandung: CSS Publishing. [2] Badan Pusat Statistik Kota Bandung . 2011. Data Kunjungan Wisatawan yang Datang ke Kota Bandung

Tahun 2011.

Gambar

Gambar 3. Polusi visual berupa coretan grafiti pada bangunan cagar budaya
Gambar 4. Sketsa desain alternatif
Gambar 7. Survei terhadap Taman Cikapayang, Dago
Gambar 8. Gambar tampak produk panel informasi interaktif
+3

Referensi

Dokumen terkait

penggunaan diksi dan bahasa asing dalam filem Melayu ini tidak dilihat sebagai satu.. kekurangan atau kemunduran bahasa dan bangsa Melayu sebaliknya

Keberadaan Batik Banyumasan kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia oleh sebab itu perancangan ini memiliki tujuan untuk membantu memperkenalkan Batik Banyumasan kepada

Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme siswa dalam belajar ketika diterapkan model pendekatan Project Based Learning, siswa dilibatkan penuh dalam proses

(Sama-sama).. Pada tuturan 13 terdapat maksim kesederhanaan dari pembeli. Tuturan tersebut dituturkan oleh pembeli dengan pedagang tas. Setelah terjadi transaksi jual beli,

Di dalam diri Orang Maiyah selalu berlangsung konsentrasi untuk menemukan segala. sesuatu yang „tidak‟ dan yang „ya‟ berdasarkan pandangan

[r]

Menurut Artawan (2010) media animasi dalam proses pembelajaran ternyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena memiliki kemampuan untuk

Namun pada tahun 2007 masuknya redaktur baru Sumoktiasih kemudian membuat perubahan dengan mengganti nama rubrik olahraga Kedaulatan Rakyat menjadi Sportmania (Noviantoro,