• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENURUNAN TARIF PAJAK 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENURUNAN TARIF PAJAK 2008"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ANALISIS TINGKAT MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN

SESUDAH PENURUNAN TARIF PAJAK 2008

(Studi Empirirs pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : ANNAS SEDAYU

F0308031

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)
(3)
(4)
(5)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

Coins always make sounds but paper moneys are always silent. So, when you value increases you should keep your self silent and humble..

Kita tidak terlalu tua untuk belajar, tetapi kita terlalu tua untuk berpikir

mengenainya. Jadi, ketika kita ingin belajar sesuatu jangan pernah berpikir terlalu lama selama hal itu adalah hal positif

(6)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada :

- Kedua orang tua tercinta,

- Sahabat serta teman-temanku, dan

(7)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-Nya karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna meraih gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS TINGKAT MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENURUNAN TARIF PAJAK TAHUN 2008 (STUDI EMPITIS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE TAHUN 2006-2010) ”

Tak lupa shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Pada kesempatan ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada:

1. Drs. Eko Arief, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu beliau dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Drs. Wartono, M.Si., Ak. CPA., selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama studi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret.

3. Drs. Santoso Tri H., M.Si., Ak. selaku Kepala Jurusan atas bimbingan, waktu, dan kebaikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret.

4. Bapak/Ibu Pimpinan dan Pembantu Pimpinan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret atas segala kemudahan dan kebaikannya.

5. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuannya.

6. Kedua orangtua tercinta yang tiada putus memberikan kasih sayang, doa dan dukungan kepada ananda. Sungguh senyum dan perkataan bangga dari Bapak dan Ib u merupakan penghargaan terbesar bagi ananda.

7. Rekan-rekan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret angkatan 2008 khususnya Akuntansi kelas A, juga sahabat-sahabatku yang sudah mengisi hari-hariku selama empat tahun ini; Eka Widayati, Oktavia Mustika, Susiana

(8)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Wijaya, dan Gunawan Wibisono. Kalian yang membuat kuliah di sini menjadi tidak

membosankan..

8. My Close Friend Siti Noor Aisyiyah, Latifah Evry, Wilantika Cempaka Ruci, Dend y Santoso, Lulus Yoga, Ozie, Ardi Firmansyah dan Allyn Meity, terimakasih semua dukungan dan juga kesegaran yang kalian berikan di waktu-waktu senggang, yang membuatku tidak jenuh.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, menjadi pahala dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini kurang dari kesempurnaan, sehingga adanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juli 2012

(9)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

KATA PENGANTAR………... vi

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR……….. xii

ABSTRAK……….. xiii

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….……… 1

B. Rumusan Masalah………..……….. 5

C. Tujuan dan KegunaanPenelitian……….. 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori……..……….. 9

1. Teori Agency... 9

(10)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3. Discretionary Accrual ... 11

4. Perubahan Tarif PPh... 12

5. Mengukur Tingkat Manajemen Laba dengan Pendekatan Discretionary Accrual ………14

B. Penelitian Terdahulu………... 16

C. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis... 20

BAB 3. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 23

1. Variabel Penelitian... 23

2. Definisi Operasional... 23

B. Penentuan Populasi dan Sampel...………. 27

C. Jenis dan Data Penelitian...………... 28

D. Metode Pengumpulan Data……….……… 28

E. Metode Analisis Data………..….. 29

1. Uji Statistik Deskriptif... 29

2. Uji Normalitas... 29

3. Uji Beda Rata-rata...30

BAB 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian……….. 32

B. Hasil Analisis Data……….…….. 33

1. Hasil Statistik Deskriptif... 33

2. Hasil Uji Normalitas... 35

3. Hasil Hipotesis... 37

(11)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………... 42 B. Keterbatasan………. 43 C. Saran………. 43 D. Implikasi... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Sampel Penelitian...……… 31 Tabel 4.2 Descriptive Statistics...………... 33 Tabel 4.3 Uji Normalitas...………..…………. 35 Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rata-Rata Discretionary

(13)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Analisis Tingkat Earning Manajemen Sebelum dan Sesudah Penurunan

Tarif Pajak tahun 2008

ANNAS SEDAYU F0308031

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak penghasilan Badan tahun 2008. Sampel penelitian ini adalah 35 perusahaan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang telah mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2006-2010.

Metode analisis ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui nilai non-discretionary accrual dan uji beda T-test dengan menggunakan paired sample t-test sebagai alat uji beda tersebut. Uji beda T-test digunakan untuk menguji tingkat discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 yaitu sesudah penurunan tarif pajak, pihak manajemen terbukti melakukan discretionary accrual untuk melakukan penghematan laba.

Kata Kunci: discretionary accrual, manajemen laba, penurunan tarif PPh Badan 2008, penghematan laba, rekayasa laba

(15)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Analysis of Earning Management Before and After The Reduction Income Tax Rate for Fiscal year 2008

ANNAS SEDAYU F0308031

This study aims to test the level of discretionary accruals between before and after the reduction income tax rate for fiscal year 2008. The samples were 35 companies listed in Indonesia Stock Exchange, which has published its financial statements for the years 2006-2010

The method of analysis is using multiple regression analysis to determine the value of non-discretionary accruals and test different T-test using paired samples t-test as a means to test these differences. Test of different Ttest was used to test the level of discretionary accruals between before and after the reduction income tax rates Agency 2008.

The results showed that in 2009 after reducing the tax rate, the management has been convicted of discretionary accruals to make revenue savings.

Keywords:discretionary accruals, earnings management, the corporate income tax reduction in the rate of 2008, revenue savings, profit engineering.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah salah satu sumber pendapatan yang penting untuk pembiayaan pembangunan. Salah satu sektor pajak yang paling besar diperoleh Negara adalah pajak penghasilan. Pada tahun 2008, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat merevisi beberapa Undang-Undang Perpajakan, termasuk perubahan tarif pajak penghasilan badan tahun 2008, yang sebelumnya menggunakan tarif progresif 10 persen, 15 persen dan 30 persen diubah menjadi tarif tunggal yaitu sebesar 28 persen untuk tahun pajak 2009 serta 25 persen untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 mengenai Pajak Penghasilan yang akan mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2009. Pemerintah memberi keringanan tarif pajak sebesar 5 persen lebih rendah dari tarif yang berlaku umum bagi wajib pajak yang berbentuk perseroan terbuka dengan minimal 40 persen dari seluruh sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu.

Perusahaan terdorong untuk melakukan tindakan tertentu dalam mengkaji laporan keuangan karena adanya perubahan tarif pajak penghasilan, yaitu dengan melakukan manajemen laba, karena laba adalah komponen penting yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Manajemen laba sendiri

(17)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2

adalah tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengurangi atau menaikkan laba sesuai yang diharapkan dengan tujuan tertentu. Tarif PPh yang sebelumnya menggunakan tarif bertingkat berubah menjadi tarif tunggal. Perusahaan akan merasa lebih diuntungkan karena membayar pajak yang lebih sedikit. Karena Undang-Undang ini baru dikeluarkan pada tahun 2008, maka sebelum tahun 2008 perusahaan akan tetap membayar dengan tarif sebelumnya. Supaya tarif yang dibayarkan lebih ringan perusahaan biasanya mempunyai taktik dalam pengenaan Pajak Penghasilan. Manajemen laba atau pengaturan laba oleh pihak manajemen juga dapat dilakukan supaya perusahaan membayar pajak dengan jumlah yang lebih ringan daripada yang sebenarnya. Intinya, manajemen laba dilakukan untuk menghindari kerugian yang terjadi pada perusahaan. Bidang ini perlu direplikasi karena pada penelitian sebelumnya masih belum sempurna, bukan karena hasilnya yang salah atau tidak signifikan, tetapi karena ada beberapa jenis perusahaan yang belum diteliti, juga dengan adanya hasil yang berbeda dari setiap penelitian. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penurunan tarif pajak penghasilan badan sebelumnya telah banyak dilakukan. Antara lain:

Yamashita dan Otogawa (2007) meneliti tentang pengaruh publikasi perubahan Undang-Undang tarif pajak penghasilan badan terhadap perusahaan Jepang dan membuktikan adanya signifikansi negatif discretionary accrual untuk tahun sebelum penurunan tarif pajak. Hal ini membuktikan bahwa manager perusahaan menunda penghasilan dalam menanggapi perubahan Undang-Undang Perpajakan yang digunakan untuk meminimalkan biaya pajak penghasilan badan. Di Indonesia, Husni (2010) melakukan penelitian yang serupa. Dalam

(18)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3

penelitiannya, Husni ingin menguji apakah dengan dikeluarkannya UU Perpajakan tahun 2008 yang efektif per 1 Januari 2009, manajer akan berusaha menunda pengakuan laba suatu periode sebelum dikeluarkannya tarif baru yang lebih rendah. Hasil penelitian belum dapat menemukan bahwa manajemen merekayasa dengan adanya perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan tahun 2008.

Subagyo dan Octavia (2010) juga melakukan penelitian mengenai hal tersebut dan menemukan bahwa perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dalam rangka merespon perubahan tarif pajak badan di Indonesia adalah perusahaan yang memperoleh laba (profit firm) saja, yang memanipulasi labanya guna meminimalkan pembayaran pajak perusahaannya. Peneliti juga membuktikan bahwa manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang memperoleh laba (profit firm) dipengaruhi insentif pajak dan insentif non pajak, sedangkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm) hanya dipengaruhi oleh insentif non pajak saja.

Hasil penelitian Wenty Anggraeni (2011) menunjukkan bahwa pada tahun 2009 yaitu sesudah penurunan tarif pajak, pihak manajemen tidak terbukti melakukan discretionary accrual untuk melakukan penghematan laba. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen di Indonesia tidak melakukan tindakan opportunistik untuk melakukan manajemen laba dalam rangka penurunan tarif pajak Badan 2008.

(19)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4

respon perusahaan Publik terhadap penurnan tarif PPh dari 30 persen menjadi 28 persen pada tahun 2008. Perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian bukan hanya yang mendapatkan laba saja tetapi juga perusahaan yang mengalami kerugian. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah perusahaan menunda labanya ke tahun dimana tarif pajak lebih kecil dan juga apakah perusahaan memaksimalkan beban pada saat tarif pajak lebih tinggi. Selain itu penelitian ini ingin mengetahui apakah manajemen laba juga dipengaruhi insentif dan non insentif pajak. Yang terakhir untuk mengetahui apakah perusahaan yang mengalami kerugian juga melakukan insentif pajak. Penelitian ini membuktikan perusahaan melakukan manajemen laba, meskipun perusahaan yang mengalami laba tingkat discretionary accrual nya lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Manajemen laba juga dipengaruhi oleh insentif pajak (perencanaan pajak dan kewajiban pajak tangguhan bersih) dan non insentif pajak tangguhan yaitu earning pressure, sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian dipengaruhi oleh kewajiban pajak tangguhan bersih dan earning pressure. Manajemen laba tidak dipengaruhi banyaknya jumlah saham

yang beredar di BEI.

Balchandran, et al (2007) meneliti mengenai respon manajemen dengan adanya penurunan tarif pajak di Australia pada tahun 1988 dari 49 persen menjadi 39 persen dan juga pengenalan sistem imputasi deviden pajak pada tahun 1987. Perusahaan yang menjadi sampel di penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Australian Stock Exchange (ASX) dengan menggunakan purposive sampling dan terpilih 102 sampel. Penelitian ini menggunakan beberapa metode

(20)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

5

modifikasi dan variasi Jones (1991) yaitu dengan model current accrual yang juga digunakan oleh penelitian-penelitian lanjutnya antara lain Guenter (1994), Lopez, et al (1998), serta Yin dan Cheng (2004). Hasil dari penelitian ini yaitu manajer terbukti melakukan manajemen laba dengan hasil negatif dari discretionary accrual ketika adanya pengenalan pajak imputasi dan juga

penurunan tarif pajak oleh pemerintah di tahun 1987-1988.

Discretionary Accrual dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen

laba, perusahaan biasa melakukan tax shifting atau penggeseran laba dengan adanya Undang-Undang mengenai penurunan PPh, sehingga laba yang dibayarkan oleh perusahaan pada tahun sebelum adanya penurunan tarif PPh akan lebih sedikit karena digeserkan pada tahun setelah adanya UU penurunan tarif PPh. Berdasarkan perbedaan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini akan menguji perbedaan yang signifikan dan konsistensi dari hasil penelitian tingkat manajemen laba perusahaan dari dua tahun sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak penghasilan Badan tahun 2008. Untuk tujuan tersebut maka disusunlah penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Penurunan Tarif Pajak

Penghasilan Badan 2008 (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)”.

B. Rumusan Masalah

Penurunan tarif PPh Badan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Besarnya laba yang diinginkan perusahaan-perusahaan menyebabkan discretionary accrual yang diketahui dilakukan oleh

(21)

perusahaan-perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

6

perusahaan tersebut. Terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya sehingga dengan adanya perbedaan tersebut dan adanya perubahan tarif pajak tahun 2008, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya tindakan manajemen laba untuk meminimalkan beban pajak penghasilan dua tahun sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak 2008.

Gap dengan penelitian ini adalah peneliti mendeteksi manajemen laba

dengan Discretionary Accrual, karena Discretionary Accrual dinilai sebagai model yang baik untuk memprediksi laba (Dechow, et al.1995). Pada penelitian Wijaya dan Martani, variabel dependennya adalah Discretionary Accrual, sedangkan variabel independennya adalah perencanaan pajak, kewajiban pajak tangguhan bersih, earning pressure, tingkat hutang, earning bath, ukuran perusahaan serta persentase saham disetor yang diperdagangkan di BEI. Dari penelitian ini menunjukkan perusahaan terbukti melakukan manajemen laba meskipun perusahaan yang mengalami laba, tingkat discretionary accrualnya lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Manajemen laba juga dipengaruhi oleh insentif pajak (perencanaan pajak dan kewajiban pajak tangguhan bersih) dan non insentif pajak tangguhan yaitu earning pressure, sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian dipengaruhi

oleh kewajiban pajak tangguhan bersih dan earning pressure. Manajemen laba tidak dipengaruhi banyaknya jumlah saham yang beredar di BEI.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010. Kondisi perekonomian yang sekarang sedang berkembang berpengaruh terhadap bisnis real estate, bisnis real estate yang sedang

(22)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

7

berkembang menyebabkan para investor tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan tersebut hal ini menyebabkan manajemen perusahaan melakukan berbagai hal untuk membuat perusahaannya tampak bagus melalui pengerjaan laporan keuangan. Tak jarang para manajer melakukan manajemen laba. sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan publik. Pada penelitian Wijaya dan Martani (2011) sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di BEI dan pada penelitian Balachandran, et al (2007) sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Australian Stock Exchange (ASX). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut.

Apakah terdapat perbedaan tingkat discretionary accrual sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh tahun 2008 yang mendeteksi bahwa perusahaan melakukan manajemen laba?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dan kegunaan dilakukannya penelitian ini yaitu, untuk menguji apakah wajib pajak Badan memberikan respon dengan melakukan manajemen laba setelah adanya penurunan tarif PPh Badan tahun 2008 dan memperoleh bukti empiris mengenai ada atau tidaknya rekayasa discretionary accrual pada periode dua tahun sebelum dan dua tahun setelah ditetapkannya penurunan tarif PPh Badan tahun 2008. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan tambahan pengetahuan dan

(23)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

8

dapat menjadi bahan referensi untuk mengkaji topik yang berkaitan dengan manajemen laba, serta mengetahui lebih dalam tentang discretionary accrual dan juga dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya. Discretionary Accrual dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba, perusahaan biasa melakukan tax shifting atau penggeseran laba dengan adanya Undang-Undang mengenai penurunan PPh, sehingga laba yang dibayarkan oleh perusahaan pada tahun sebelum adanya penurunan tariff PPh akan lebih sedikit karena digeserkan pada tahun setelah adanya UU penurunan tariff PPh.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Teori Agency

Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal), menurut pernyataan Jensen dan Meckling (1976) dalam Siti Munfiah (2003). Kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan apa saja yang harus dilakukan manajer dalam melakukan pengelolaan dana yang diinvestasikan dan pembagian return antara manajer dan investor. Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan ada tiga jenis biaya keagenan. Principal dapat membatasi penyimpangan (divergencies) dari kepentingan dengan menetapkan insentif yang layak dan mengeluarkan biaya monitoring (monitoring cost) yang dirancang untuk membatasi penyimpangan aktivitas-aktivitas yang dilakukan agen. Dalam beberapa situasi tertentu, agen memungkinkan untuk membelanjakan sumber daya perusahaan (biaya bonding/bonding cost) untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan principal. Nilai uang yang ekuivalen dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami oleh principal juga merupakan biaya yang timbul dari hubungan keagenan. Biaya jenis ini disebut kerugian residual (residual loss).

(25)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

10

Adanya perbedaan kepentingan dan informasi antara principal dan agent memicu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi yang dihasilkan dapat lebih memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Cara yang dapat dilakukan agent untuk mempengaruhi angka akuntansi tersebut yaitu dengan melakukan manajemen laba.

2. Manajemen Laba

Setiawati dan Na’im (2000) dalam Wisnumurti (2010) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba sendiri dapat mengakibatkan berkurangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat membuat pemakai laporan keuangan mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) menyatakan bahwa membagi definisi earnings management menjadi dua, yaitu:

a. Definisi sempit

Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan

metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.

b. Definisi luas

Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan

(26)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

11

bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Menurut Healy dan James M. Wahley dalam Aprilia (2010), terdapat tiga aspek penting dalam manajemen laba, antara lain:

a. nampak bahwa banyak alasan atau justifikasi yang diajukan oleh manajer untuk mempengaruhi berbagai alasan untuk mengestimasi berbagai kejadian masa depan, misalnya umur mesin, nilai sisa (salvage value) asset jangka panjang, penundaan pajak atau kerugian sebagai akibat dari adanya bad deb,

b. manajemen laba digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak sebenarnya kepada pemegang saham (to mislead stock holder) atau beberapa tingkatan pemegang saham tentang kinerja ekonomi sebenarnya. Justifikasi yang dilakukan oleh manajer untuk menggunakan manajemen laba tidak saja berimplikasi pada manfaat tetapi juga biaya. Artinya manajemen laba memiliki dua implikasi langsung, yaitu manfaat dan biaya (cost and benefit).

3. Discretionary Accrual

Satwika dan Damayanti (2005) menyatakan bahwa akrual merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang dibutuhkan untuk mengubah arus kas operasi menjadi laba bersih. Akrual kemudian dibagi menjadi dua jenis, antara lain:

(27)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

12

a. nondiscretionary Accrual (Normal Accruals) yaitu pengakuan akrual yang wajar dan tunduk pada saat standar atau peraturan akuntansi yang berlaku umum,

b. discretionary Accrual (Abnormal Accruals) yaitu pengakuan akrual yang bebas, tidak diatur, dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Basis akrual akan menyediakan banyak keleluasaan bagi manajer dalam hal pengakuan pendapatan dan beban. Manajemen perusahaan kemudian dapat melakukan manipulasi dengan menggunakan discretionary accrual.

Pendapat lain yang dinyatakan oleh Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa discretionary accrual merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial

dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Pengertian non-discretionary accrual merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar yang diterima secara umum, misalkan metode depresiasi dan penentuan persediaan yang dipilih harus mengikuti metode yang diakui dalam prinsip akuntansi.

4. Perubahan Tarif PPh 2008

Perubahan Undang-Undang Perpajakan terbaru di Indonesia terjadi tahun 2008 meliputi Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), serta Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM). Hal ini diatur berdasarkan Aturan Pelaksanaan Ketentuan

(28)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

13

Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2007, UU No. 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan dipertegas dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK-238/PMK.03/2008. Menurut Peraturan Menteri Keuangan PMK- 238/PMK.03/2008 ada 5 (lima) hal yang diatur dalam penurunan tarif, diantaranya:

a. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat memperoleh potongan tarif pajak penghasilan sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang PPh,

b. Penurunan Tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud di atas

diberikan kepada Wajib Pajak apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh persen) dan atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak,

c. Masing-masing pihak sebagaimana dimaksud di atas hanya boleh

Memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang disetor,

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas harus dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pajak,

(29)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

14

e. Waktu enam bulan sebagaimana dimaksud di atas adalah 183 (seratus delapan puluh tiga) hari.

Perubahan tarif pajak penghasilan Badantelah berganti sebanyak empat kali yaitu UU PPh tahun 1983 yang mulai berlaku tahun 1984, tarif UU PPh tahun 1994 yang mulai berlaku tahun 1995, UU PPh tahun 2000 yang mulai berlaku tahun 2001, dan UU PPh tahun 2008 yang mulai berlaku tahun 2009.

5. Mengukur Tingkat Manajemen Laba dengan Pendekatan Discretionary

Accrual

Dechow, et al (1995) telah mengevaluasi beberapa model untuk mendeteksi dan mengukur manajemen laba berdasarkan akrual. Dalam penelitian ini, discretionary accrual sebagai proksi atas manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model, karena model ini mempunyai standar error dari εit (error term) hasil regresi estimasi nilai total akrual yang paling kecil dibandingkan model-model yang lainnya. (Dechow et. al, 1995).

Seperti yang dilakukan Jones (1991), perhitungan dilakukan dengan menghitung total laba akrual, kemudian memisahkan nondiscretionary accrual (tingkat laba akrual yang wajar) dan discretionary accrual (tingkat laba akrual yang tidak normal). Total akrual merupakan selisih antara net income dengan cash flow operation yang dirumuskan sebagai berikut (Sook, 1998):

TAit = Nit – CFOit ...(1) Keterangan:

TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t.

(30)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

15

CFOit = Kas dari operasi(cash flow operation) perusahaan i pada tahun t.

Total akrual (TAit) sendiri juga merupakan penjumlahan dari nondiscretionary accrual dengan discretionary accrual dengan persamaan berikut:

TAit =NDAit-DAit...(2) Keterangan:

TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t.

NDAit = Nondiscretionary accrual perusahaan i pada tahun t.

DAit = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t.

Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow et. Al (1995) sebagai berikut:

TAit / Ait−1= α1 (1/ATit-1) + β1 (ΔREV+Ait−1 – ΔRECit/ Ait−1) + β2 (PPEit/Ait−1) + ε ………...(3)

Keterangan:

TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t ATit−1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1

ΔREVit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t-1.

ΔRECit = piutang perusahaan i pada tahun t dikurang piutang tahun t-1.

PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t εit = Error term perusahaan i pada tahun t

(31)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

16

Perhitungan nondiscretionary accrual menurut model Jones yang dimodifikasi kemudian dirumuskan sebagai berikut:

NDAit =α1(1/Ait−1)+β1(ΔREVit/Ait−1–ΔRECit)+β2(PPEit/Ait−1)...(4) Keterangan:

DAit = Discretionary accrual pada perusahaan i pada tahun t TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

Ait−1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1

ΔREVit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1.

ΔRECit = piutang perusahaan i pada tahun t dikurang piutang tahun t-1. PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t.

Discretionary accrual sebagai proxy atas manajemen laba diukur dengan

menggunakan Modified Jones Model, karena model ini mempunyai standar error dari εit (error term) hasil regresi estimasi nilai total akrual yang paling kecil dibandingkan model-model yang lainnya. (Dechow,et al. 1995).

B. Penelitian Terdahulu

Tahun 2008 di Indonesia perubahan Undang-Undang perpajakan yang keempat untuk pajak penghasilan UU No.36 Tahun 2008. Dalam UU Pajak Penghasilan 2008 ada perubahan tarif untuk Wajib Pajak Badan. UU ini ditetapkan pada tangal 23 September 2008 yang memungkinkan adanya cukup

(32)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

17

waktu untuk manajemen melakukan earnings management dalam merespon perubahan UU Pajak Penghasilan.

Di Amerika Serikat terdapat studi empiris tentang perilaku yang memanfaatkan perubahan peraturan perpajakan (yang dikenal dengan TRA/ Tax Reform Act) yang mengevaluasi perilaku manajemen laba dalam kaitannya dengan

minimalisasi pajak (Guenther, 1994). Tax Reform Act (TRA) di Amerika serikat dipublikasikan pada bulan September 1986, dan berlaku efektif 1 Juli 1987 sehingga fleksibilitas kebijakan akuntansi berperan sebagai suatu peluang yang tersedia untuk menunda pelaporan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Guenther (1994) mencoba mengevaluasi pengaruh publikasi TRA terhadap perusahaan di United State (US) seperti banyak penelitian manajemen yang lain. Guenther memfokuskan pada total akrual. Dalam penelitiannya Guenther tidak berhasil membuktikan bahwa satu periode sebelum berlakunya TRA 1986, perusahaan melakukan penurunan akrual untuk memaksimumkan penghematan pajak. Kegagalan Guenther untuk membuktikan bahwa penurunan pajak dapat mempengaruhi kebijakan akrual perusahaan ini mungkin disebabkan tidak diperhitungkannya keterbatasan manajer untuk melakukan rekayasa akrual.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Siti Munfiah (2003) dalam mendeteksi adanya earning management menggunakan pendekatan discretionary accrual model Jones. Hasil penelitiaannya tidak dapat membuktikan adanya

perilaku perusahaan yang berusaha untuk menurunkan laba pada tahun 2000 dengan tujuan untuk mendapatkan penghematan pajak tahun yang bersangkutan.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

18

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2004) yang yang menguji adanya indikasi manajemen laba saat sebelum dan sesudah perubahan tarif Pajak Penghasilan Badan tahun 2000. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa faktor perubahan tarif pajak penghasilan badan berdampak pada perilaku manajemen laba perusahaan. Hal ini ditandai dengan nilai hasil pengujian manajemen laba yang membuktikan bahwa nilai discretionary accrual setelah perubahan tarif PPh Badan lebih tinggi daripada nilai discretionary accrual sebelum perubahan tarif PPh Badan. Hal ini berarti bahwa pihak

manajemen perusahaan cenderung untuk menunda penghasilannya pada tahun 2000, dimana tarif PPh Badannya masih tinggi, dan kemudian mengakuinya sebagai penghasilan pada tahun 2001, dimana tarif PPh Badannya lebih kecil, sehingga perusahaan dapat memperoleh penghematan pajak.

Balchandran, et al (2007) meneliti mengenai respon manajemen dengan adanya penurunan tarif pajak di Australia Hasil dari penelitian ini yaitu manajer terbukti melakukan manajemen laba dengan hasil negatif dari discretionary accrual ketika adanya pengenalan pajak imputasi dan juga penurunan tarif pajak

oleh pemerintah di tahun 1987-1988.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Yamashita dan Otogawa (2007) yang mencoba menginvestigasi pengaruh publikasi perubahan UU tarif pajak penghasilan badan terhadap perusahaan Jepang, seperti banyak penelitian manajemen laba yang lain. Dalam penelitiannya Yamashita dan Otogawa berhasil menemukan bahwa ada signifikan negatif diskresioanari akrual untuk tahun

(34)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

19

segera sebelum penurunan tarif pajak. Ini menunujukan perusahaan Jepang mengatur pendapatan akuntansi mereka untuk meminimumkan biaya pajak.

Subagyo dan Oktavia (2010) melakukan penelitian tentang manajemen laba yang digunakan sebagai respon atas perubahan tarif pajak penghasilan badan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dalam rangka merespon perubahan tarif pajak badan di Indonesia adalah perusahaan yang memperoleh laba, sedangkan perusahaan yang mengalamai kerugian tidak melakukan manajemen laba dalam rangka merespon perubahan tarif pajak badan. Selain itu, diketahui pula bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan yang memperoleh laba dipengaruhi oleh insentif pajak dan non pajak, sedangkan manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang mengalami kerugian hanya dipengaruhi oleh insentif non pajak.

Wijaya dan Martani (2011) hasil penelitiannya menemukan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba dalam menanggapi penurunan tarif pajak badan di Indonesia. Hal ini menunjukkan Perusahaan yang memperoleh laba (profit firm) melakukan praktik manajemen laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm). Hal ini terlihat dari tingkat rata-rata discretionary accrual perusahaan yang memperoleh laba lebih negatif (rendah) bila dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian.

Mengacu pada penelitian terdahulu yang hasilnya berbeda-beda, penelitian ini akan menguji penurunan Penghasilan Kena Pajak dan perubahan tarif pada Wajib Pajak di Indonesia tahun 2008, yang diberlakukan efektif tahun 2009 dan 2010, memberikan peluang kepada perusahaan untuk menikmati penghematan

(35)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

20

pajak, sehingga menyebabkan manajer untuk melakukan rekayasa laba akrual atau beban.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Gambar.1 Kerangka Pemikiran

a. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menguji apakah dengan adanya perubahan tarif PPh Badan dalam Undang-Undang tahun 2008 direspon manajemen untuk melakukan manajemen

Undang Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Sebelum penurunan tarif PPh 2008 Setelah penurunan tarif PPh 2008 Uji Normalitas Discretionary Accrual Discretionary Accrual

Uji Beda rata-rata dengan Wilcoxon test

Uji Beda rata-rata dengan Paired sample

(36)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

21

laba yang bertujuan supaya beban pajak penghasilan lebih minim dengan menguji perbedaan tingkat discretionary accrual sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PPh 2008.

b. Pengembangan Hipotesis

Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang berlaku efektif pada 1 Januari 2009, terdapat perubahan tarif pajak yang dikenakan, salah satunya adalah penurunan tarif pajak penghasilan Badan yang tertuang pada pasal 17 ayat 1 huruf (b) di mana wajib pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dikenakan tarif pajak penghasilan sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Tarif yang dikenakan ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tarif pajak yang dikenakan pada periode sebelumnya di mana tarifnya tergantung dari tingkat penghasilan kena pajak. Adanya penurunan tarif pajak ini dapat memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan rekayasa laba dengan cara mempercepat pengakuan biaya sebelum penurunan tarif yaitu pada tahun 2008, atau menunda pengakuan pendapatan dan memasukkan pendapatan tersebut ke laba tahun 2009. Dari hal tersebut, maka rumusan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha: Tingkat discretionary accrual setelah penurunan tarif pajak penghasilan Badan Tahun 2008 lebih tinggi daripada sebelum penurunan tarif pajak penghasilan Badan Tahun 2008.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

22

Ho: Tingkat discretonary accrual setelah penurunan tarif pajak penghasilan Badan Tahun 2008 lebih rendah dari pada sebelum perubahan UU perpajakan tahun 2008.

(38)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan ukuran discretionary accrual yang diperoleh dari error term total akrual dengan menggunakan model Jones(1991) yang telah dimodifikasi oleh Dechow (1995). Model Jones yang telah dimodifikasi ini dipilih karena pada model ini memperhitungkan kas pada operasi, variabel arus kas operasi digunakan untuk mengontrol tingkat kinerja yang ekstrim karena arus kas operasi sangat menentukan besarnya laba yang akan diperoleh di mana semakin besar kas operasi akan menunjukkan kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba yang besar sehingga sangat dimungkinkan manajemen laba akan dilakukan.

2. Defenisi Operasional

a. Total Akrual

Model pengujian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model Jones (1991) yang telah dimodifikasi untuk menghitung total akrual yaitu:

1) Menghitung total akrual

(39)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

24

Keterangan:

TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t.

Nit = Laba bersih (net income) perusahaan i pada tahun t.

CFOit = Kas dari operasi(cash flow operation) perusahaan i pada tahun t.

Total akrual tersebut dapat dipergunakan sebagai perhitungan untuk mencari proksi discretionary accrual yang merupakan ukuran manajemen laba. Total accrual sebuah perusahaan dapat dipisahkan menjadi non-discretionary accrual dan discretionary accrual. Model Jones (1991) memisahkan tingkat

akrual discretionary dan non-discretionary. Dalam penelitiannya Jones menggunakan aktiva tetap dan perubahan pendapatan untuk mengontrol perubahan non-discretionary accrual karena perubahan kondisi yang terjadi. Pendapatan digunakan sebagai kontrol terhadap lingkungan perusahaan karena pendapatan merupakan ukuran objektif dari operasi perusahaan sebelum manipulasi manajer Jones (1991). Aktiva tetap digunakan karena berkaitan dengan biaya depresiasi yang non-discretionary. Kemudian oleh Jones model tersebut dibagi dengan total aktiva tahun sebelumnya (Ait-1) dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh heteroskedastisitas.

Penelitian ini menggunakan model Jones yang telah dimodifikasi oleh Dechow, et al (1995) yaitu bahwa perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang karena dalam pendapatan atas penjualan sudah tentu ada yang berasal dari penjualan secara kredit. Pengurangan terhadap nilai piutang untuk

(40)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

25

menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima benar-benar merupakan pendapatan bersih.

Penelitian ini juga menggunakan model yang dikembangkan oleh Gill- de-Albonorz and Illueca (2005), Phillips et al. (2003), Kaznik (1999), and Jeter and Shivakumar (1999) yang memasukkan arus kas dari operasi (CFO) untuk mengurangi pengaruh tingkat kinerja yang ekstrim, karena arus kas menunjukkan kesempatan untuk memperoleh laba besar.

Model modifikasi Jones untuk melakukan estimasi terhadap akrual tersebut adalah sebagai berikut:

TAit/Ait-1 = α1 (1/Ait−1) + β1(ΔREVit/Ait−1−ΔRECit/Ait−1) + β2 (PPEit/Ait-1) +β3(CFOit/Ait−1)+εit ………... (2)

Keterangan:

TAit/Ait-1 = Total akrual perusahaan i pada tahun t Ait−1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1

ΔREVit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t-1.

ΔRECit = Piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang pada tahun t-1.

PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t CFOit = Arus kas operasi perusahaan i pada tahun t εit = Error term perusahaan i pada tahun t

(41)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

26

Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa total akrual merupakan penjumlahan antara non-discretionary accrual dengan discretionary accrual dengan persamaan sebagai berikut:

TAit = NDAit-DAit……… (3) Keterangan:

TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t.

NDAit = Nondiscretionary accrual perusahaan I pada tahun t. Dait = Discretionary accrual pada perusahaan i pada tahun t 2). Menghitung tingkat akrual yang normal

NDAit = α1 (1/Ait−1) + β1 (ΔREVitAit−1−ΔRECitAit−1) + β2 (PPEit/Ait-1) + β3(CFOit /Ait−1)……….. ...(4)

Oleh karena itu jika dilihat dari persamaan (3) dan (4) maka estimasi discretionary accrual adalah εit (error term). Jadi proxy discretionary accrual adalah:

DAit = TAit / Ait−1 – [α1 (1/Ait−1) + β1 (ΔREVitAit−1−ΔRECitAit−1 ) + β2 (PPEit /Ait−1) +β3(CFOit /Ait−1)]……… (5) Keterangan:

DAit = Discretionary accrual pada perusahaan. TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t. Ait−1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1.

ΔRECit = Piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang pada tahun t-1

(42)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

27

CFOit = Arus kas operasi perusahaan i pada tahun t.

ΔREVit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1

B. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2010. Pemilihan sampel dalam penelitian ini mengguanakan metode purposive sampling. Purvosive sampling merupakan suatu metode pengambilan sampel non probabilita yang disesuaikan dengan kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan sampel penelitian ini adalah:

1. Menerbitkan data laporan keuangan tahunan yang lengkap selama periode pengamatan 2006-2010. Pemilihan rentang waktu bertujuan agar penelitian hanya berfokus pada tahun sekitar perubahan UU PPh Tahun 2008 sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal.

2. Perusahaan Real Estate harus memperoleh laba selama periode pengamatan 2006-2010. Perusahaan harus memperoleh laba karena laba yang direkayasa oleh manajemen merupakan penghasilan kena pajak. Sedangkan perusahaan yang rugi akan mengkreditkan pajaknya ke tahun-tahun berikutnya. Selain itu perusahaan tidak kena kompensasi pajak akibat rugi tahun sebelumnya yang menutupi laba pada tahun bersangkutan.

(43)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

28

C. Jenis dan Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan Wajib Pajak Badan perusahaan Real Estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006-2010. Di dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006-2010 dan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit tahun 2006-2010 dari www.idx.co.id.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan, yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku–buku bacaan yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data dan gambaran cara pengolahan data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian pokok yang digunakan untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab persoalan penelitian dan memperkaya literatur untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh.

(44)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

29

E. Metode Analisis Data

Dalam pengelolaan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak statistik yang dikenal dengan SPSS. Sedangkan teknik analisis yang digunakan meliputi: uji statistik deskriptif, uji normalitas, dan uji beda rata-rata.

1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran variabel-variabel yang diteliti. Uji statistik deskriptif mencakup range, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), serta standar deviasi dari data discretionary accrual selama tahun pengamatan 2006-2010.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan alat uji yang digunakan sebagai teknik statistik analisis data. Normalitas suatu data dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot, melihat grafik histogram dari residualnya, atau menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika data berdistribusi normal maka langkah yang

diambil atau digunakan statistik parametrik sedangkan data tidak berdistribusi normal dengan menggunakan statistik non parametrik. Dasar pengambilan keputusan untuk analisis grafik normal plot adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009):

(45)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

30

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis histogram, menuju pola distribusi normal, maka data berdistribusi normal,

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti Garis diagonal atau garis histograf, maka data tidak berdistribusi normal.

Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah sebagai berikut:

a. Jika p-value < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal, b. Jika p-value > 0.05 maka data berdistribusi normal.

3. Uji Beda Rata-rata

Menurut Santoso (2002) uji beda mean adalah dua sampel berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama akan tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Dalam studi ini dilakukan pembandingkan antara nilai Discretionary Accrual penurunan tarif pajak penghasilan Badan Tahun 2008. Nilai Discretionary Accrual untuk tahun 2006 dan 2007 merupakan nilai sebelum penurunan tarif pajak penghasilan Badan Tahun 2008. Dan nilai Discretionary Accrual tahun 2009 dan 2010 merupakan nilai setelah penurunan tarif pajak penghasilan Badan Tahun 2008.

Dalam penelitian ini, jika data berdistribusi normal adalah paired sample t-test sedangkan data tidak berdistribusi normal adalah Wilcoxon Test. Manajemen

(46)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

31

discretionary accrual pada periode sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak

penghasilan Badan 2008 untuk tahun 2006-2010. Pada penelitian ini tingkat signifikansi yang ditetapkan adalah 5 persen (α = 0,05) (Ghozali, 2009). Pengambilan keputusannya adalah: jika rata-rata discretionary accrual tahun 2006-2007 > rata-rata discretionary accrual tahun 2009-2010 dengan probabilitas < 0,05, maka HA diterima yang berarti perusahaan melakukan manajemen laba tahun 2009-2010 untuk menghemat pajak. Jika rata-rata discretionary accrual tahun 2006-2007 < rata-rata discretionary accrual tahun 2009-2010 dengan probabilitas < 0,05, maka maka HA ditolak yang berarti perusahaan tidak melakukan manajemen laba tahun 2009 untuk menghemat pajak.

(47)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

32

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian.

Sampel yang terpilih dalam penelitian ini dengan metode purposive sampling sebanyak 35 perusahaan, pada sub sektor perusahaan and property

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan 2006-2010. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Adapun perusahaan ya ng me me nuhi pers yara ta n adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah

1.

Perusahaan real estate yang terdaftar di BEI selama

periode tahun 2006-2010. 52

2. Perusahaan real estate yang datanya tidak lengkap pada laporan keuangan selama periode penga matanta hun 2006-2010.

17

Jumlah Sampel Akhir 35

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Dari keseluruhan jumlah perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010, terdapat 52 perusahaan. Sedangka n perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai sampel sebanyak 17 sehingga sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 35 perusahaan pada

(48)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

33

setiap tahunnya yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam pemilihan sampel sehingga jumlah observasi (n) dalam penelitian adalah 35 x 5 = 1 7 5 perusahaan real estate yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Dilihat dari komposisi sampel perusahaan maka dapat diketahui bahwa sampel yang diambil sudah cukup mewakili populasi.

B. Hasil Analisis Data

1. Hasil Statistik Deskriptif

Sebelum dapat menemukan nilai discretionary accrual, pertama-tama menghitung nilai dari total akrual yang akan menjadi variabel dependen. Kemudian dilakukan regresi untuk dapat menemukan nilai dari estimasi non-discretionary accrual. Estimasi non-non-discretionary accrual menggunakan model

Jones yang telah dimodifikasi oleh Dechow, et al (1995). Dari hasil regresi, diperoleh koefisien yang digunakan untuk mencari nilai non-discretionary accrual yang nantinya akan digunakan untuk mencari nilai discretionary accrual.

Penelitian dilakukan pada periode 2006-2010 dengan sampel adalah 35 perusahaan. Data penelitian diambil berdasarkan laporan tahunan yang merupakan data akhir tahun dari masing-masing perusahaan. Nama-nama perusahaan selama tahun 2006–2010 tersebut adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran. Setelah diketahui nilai dari discretionary accrual pada tahun 2006 sampai tahun 2010, maka dapat diketahui range, nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, serta standar deviasinya setiap tahun dari 35 perusahaan tersebut pada analisis statistik deskriptif. Tabel 4.2 berikut ini menyajikan statistik deskriptif

(49)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

34

untuk discretionary accrual tahun 2006-2010.

Tabel 4.2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DA.06 35 -0,0648 0,5320 0,095192 0,1162051 DA.07 35 -1,6749 0,2023 -0,089535 0,3372315 DA.08 35 -2,9587 3,4249 0,217641 0,9049129 DA.09 35 -0,1656 2,2779 0,228225 0,4176019 DA.10 35 -0,3971 1,9178 0,207381 0,4405472 DA_Sblm 35 -0,7546 0,2513 0,002828 0,1754274 DA_Ssdh 35 -0,2814 1,9669 0,217803 0,4107720 Valid N (listwise) 35 Sumber: OutputSPSS

Tabel statistik deskriptif menjelaskan bahwa nilai minimum variabel discretionary accrual tahun 2006 sebesar -0,0648, discretionary accrual tahun

2007 sebesar -1,6749, discretionary accrual tahun 2008 sebesar 2,9587, discretionary accrual tahun 2009 sebesar -0,1656, discretionary accrual tahun

2010 sebesar -0,3971, discretionary accrual sebelum penurunan pajak 2008 sebesar -0,7546 dan discretionary accrual sesudah penurunan pajak 2008 sebesar -0,2814. Sedangkan nilai maksimumnya discretionary accrual ta hun 2006 sebesar 0,5320, discretionary accrual tahun 2007 sebesar 0,2023, discretionary accrual tahun 2008 sebesar 3,4249, discretionary accrual tahun

2009 sebesar 2,2779, discretionary accrual tahun 2010 sebesar 1,9178, discretionary accrual sebelum dan DA sesudah 2,0600. Rata-rata nilai

discretionary accrual pada tahun 2006 sebesar 0,095192, dengan standar deviasi

sebesar DA tahun 2007 sebesar -0,089535 dengan standar deviasi sebesar 0,3372315, DA tahun 2008 sebesar 0,217641 dengan standar deviasi 0,9049129,

(50)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

35

DA tahun 2009 sebesar 0,228225 dengan standar deviasi 0,4176019, DA 2010 sebesar 0,207381 dengan standar deviasi 0,4405472, DA sebelum 0,002828 dengan standar deviasi 0,1754274 dan DA sebelum 0,217803 dengan standar deviasi 0,4107720. Nilai discretionary accrual yang bertanda positif menunjukkan bahwa terdapat discretionary accrual yang menaikkan laba (income increasing) dan bertanda negatif menurunkan laba (income decreasing).

Rata-rata discretionary accrual setelah adanya peraturan pajak 2008 menunjukkan nilai positif hal ini menunjukkan bahwa terjadi usaha menurunkan laba di mana tarif pajaknya lebih tinggi sebelum adanya penurunan tarif pajak 2008.

2. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan alat uji yang digunakan sebagai teknik statistik analisis data. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika data berdistribusi normal maka langkah yang diambil atau digunakan statistik parametrik sedangkan data tidak berdistribusi normal dengan menggunakan statistik non parametrik.. (Ghozali,2009).

Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah sebagai berikut:

a. Jika p-value< 0.05 maka data tidak berdistribusi normal, b. Jika p-value> 0.05 maka data berdistribusi normal.

Pada pengujian ini nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov jika lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal, tetapi jika nilai signifikansi di

(51)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

36

bawah 0,05 menunjukkan bahwa variabel yang diuji tidak berdistribusi normal (Ghozali,2009).

Tabel 4.3 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DA.06 DA.07 DA.08 DA.09 DA.10 DA_Sblm DA_Ssdh

N 35 35 35 35 35 35 35 Normal Parameters(a,b) Mean 0,095192 -0,089535 0,217641 0,228225 0,207381 0,002828 0,217803 Std. Deviation 0,116205 0,337232 0,904913 0,417602 0,440547 0,1754274 0,4107720 Most Extreme Differences Absolute 0,.288 0,311 0,278 0,311 0,249 0,246 0,284 Positive 0,288 0,257 0,278 0,311 0,249 0,170 0,284 Negative -0,126 -0,311 -0,275 -0,229 -0,205 -0,246 -0,243 Kolmogorov-Smirnov Z 1,702 1,842 1,647 1,838 1,472 1,458 1,681 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,006 0,002 0,009 0,002 0,026 0,029 0,007

Sumber: output SPSS

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa nilai Z Kolmogorov-Smirnov untuk periode tahun 2006 sebesar 1,702 dengan p-value 0,006 periode tahun 2007 sebesar 1,842 dengan p-value 0,002, periode tahun 2008 sebesar 1,647 dengan p-value sebesar 0,009, periode tahun 2009 sebesar 1,838 dengan p-value 0,002 periode tahun 2010 dengan p-value 0,026, DA sebelum adanya penurunan tarif pajak 2008 sebesar 1.458 dengan p-value 0,029 dan DA setelah adanya penurunan tarif pajak 2008 sebesar 1.681 dengan p-value 0,007. Dari tabel 4.2 terlihat bahwa nilai KS-Z mempunyai p-value < 0,05 sehingga alat uji statistik yang digunakan sebagai penelitian adalah non parametrik yaitu wilcoxon test

(52)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

37

3. Hasil Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas, maka data discretionary accrual dilakukan tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, dan discretionary accrual sebelum dan discretionary accrual setelah adanya penurunan tarif pajak 2008 dilakukan uji wilcoxon test karena dari uji normalitas terbukti bahwa data tidak berdistribusi normal. Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak Badan 2008, dimana perusahaan yang melakukan manajemen laba diindikasikan tingkat discretionary accrualnya lebih rendah pada saat sesudah penurunan tarif pajak tersebut. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis tersebut, maka dilakukan uji beda wilcoxon test antara tingkat discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak 2008. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara tahun 2006 dengan 2010, antara tahun 2007 dengan 2009 dan DA sebelum dengan DA sesudah adanya penurunan tarif pajak 2008 pada 35 perusahaan yang telah dijadikan sampel pengujian, maka perusahaan-perusahaan tersebut melakukan manajemen laba sehubungan dengan adanya penurunan tarif pajak 2008. Perusahaan tidak melakukan manajemen laba jika nilai total akrual sama dengan nilai non-discretionary accrual, atau nilai discretionary accrual sama dengan nol, maka peneliti menguji nilai discretionary accrual antara sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak. Alat uji yang digunakan adalah uji beda wilcoxon test. Tabel 4.4 dibawah ini menunjukkan hasil dari uji beda tersebut

(53)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

38

Ta be l 4.4

Hasil Uji Beda Rata-Rata

Discretionary Accrual Uji Statistik

Wilcoxon Test

N Mean Sig. (p-value) DA 2006 DA 2010 DA 2007 DA 2009 DA Sebelum DA Setelah 35 35 35 35 35 35 0,095192 -0,089535 0.217641 0,228225 0,002828 0,217803 0,039 0,000 0,001

Sumber: Output SPSS, data diolah

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari uji beda rata-rata discretionary accrual menunjukkan bahwa secara statistik terlihat bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara periode 2 tahun sebelum penurunan tarif pajak Badan 2008 dengan 2 tahun sesudah penurunan tarif pajak Badan 2008 yaitu dengan nilai signifikansi sebesar 0,039, antara periode 1 tahun sebelum penurunan pajak Badan 2008 dengan 1 tahun sesudah penurunan tarif pajak Badan 2008 yaitu dengan nilai signifikan sebesar 0,000 dan discretionary accrual sebelum dengan discretionary accrual setelah tarif pajak pajak Badan 2008 sebesar 0,001. Oleh karena nilai p-value < 0.05 maka ada perbedaan setelah adanya penurunan tarif pajak Badan 2008 pada periode 1 tahun sebelum dengan 1 tahun sesudah adanya penurunan tarif pajak Badan 2008, periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun sesudah adanya penurunan tarif pajak Badan 2008, dan discretionary accrual sebelum dengan discretionary accrual sesudah adanya

penurunan tarif pajak Badan 2008. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa data empiris mendukung hipotesis alternatif yang diajukan.

(54)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

39

C. Pe mba hasa n

Dalam penelitian yang dilakukan digunakan uji wilcoxon test denga n analisis compare means untuk dapat mengetahui perbedaan tingkat discretionary accrual pada tahun sebelum penurunan tarif pajak Badan 2008 yang

dibandingkan dengan tingkat discretionary accrual sesudah perubahan tarif pajak Badan 2008. Rata-rata discretionary accrual sebelum penurunan tarif pajak Badan 2008 yaitu sebesar 0,003939, dimana nilai rata- rata discretionary accrual sebelum adanya tarif pajak Badan 2008 lebih rendah daripada discretionary accrual setelah adanya tarif pajak Badan 2008 sebesar 0,217803. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi usaha penurunan laba pada tahun sebelumnya di mana tarif pajaknya lebih tinggi sebelum adanya penurunan tarif. Tingkat signifikansi yang diperoleh menunjukkan probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,001, hal tersebut menunjukkan bahwa secara absolut, akrual tahun sebelumnya lebih rendah dan secara statistik ada perbedaan secara signifikan, hal ini menandakan manajemen menggunakan akrual untuk menghemat pajak.

Hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa tingkat discretionary accrual sesudah penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008 akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008 dapat diterima. Hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa adanya perubaha n tarif PPh Badan yang lebih kecil direspon oleh perusahaan untuk melakuka n manajemen laba. Oleh karena itu data yang dihasilkan mendukung hipotesis alternatif (HA). Pada penelitian ini perusahaan real estate melakuka n

(55)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

40

penghematan laba pada tahun sesudah penurunan tarif pajak, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa perusahaan menunda pelaporan laba tahun sebelumnya yaitu tahun 2006-2007 dan menggeser laba tersebut ke tahun 2009-2010 dalam merespon Undang-Undang Perpajakan tarif PPh Badan 2008. Dari hasil yang diperoleh tersebut membuktikan bahwa manajemen menggunakan akrual untuk menghemat pajak, selain itu manajemen di Indonesia melakukan tindaka n opportunistik dalam merespon penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008. Pada penelitian ini perusahaan terbukti melakukan manajemen laba setelah penurunan tarif pajak penghasilan Badan 2008.

Hasil penelitian ko nsisten dengan penelitian yang dilakukan Wulandari, dkk (2004) yang meneliti tentang adanya indikasi manajemen laba menjelang Undang-Undang Perpajakan tahun 2000. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa praktik manajemen laba masih tetap dilakukan dengan adanya perubahan Undang-Undang Perpajakan 2000. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat discretionary accrual yang lebih tinggi setelah perubahan Undang-Undang

dibandingkan sebelum perubahan Undang-Undang. Dengan dibuktikannya penelitian ini, maka menunjukkan bahwa pihak manajemen perusahaan cenderung untuk mentransfer labanya pada periode setelah Undang-Undang Perpajakan, karena pada periode ini tarif pajak penghasilannya telah menurun sehingga perusahaan dapat memperoleh penghematan pajak. Dan Hasil penelitian juga didukung oleh Yamashita dan Otogawa (2007) yang meneliti tentang pengaruh publikasi perubahan Undang- Undang tarif pajak penghasilan badan terhadap perusahaan Jepang. Dalam penelitiannya ini membuktikan terdapat perbedaan

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengujian didapatkan hasil bahwa sensor DS18B20 merupakan sensor suhu udara yang memiliki ketelitian yang paling tinggi dibandingkan dengan LM35, DHT11, DHT22

Rancang bangun simulasi sistem informasi tempat parkir berbasis web terdiri dari beberapa komponen perangkat keras yaitu sensor infrared obstacle sebagai deteksi kendaraan

Berdasarkan hasil analisis, maka didapatkan sebuah karakteristik jaket yang sesuai untuk masyarakat kota adalah jaket yang memiliki pembatasan ruang gerak pada tempat

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program Social Trust Fund dalam meningkatkan pendapatan usaha anggota

Pada penderita yang mengalami gangguan fungsi tiroid, AIT atau hipotiroid, selama mendapatkan terapi amiodaron, dapat diberikan alternatif obat anti aritmia lain,

Karya ilmiah skripsi ini berjudul Mantra “Pangaberen Sowarah ” Masyarakat Madura Di Kabupaten Situbondo telah diuji dan disahkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan

“PROSES PENGELOLAAN BERSAMA ASET WISATA RELIGI MAKAM TROLOYO DI DESA SENTONOREJO KECAMATAN TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO”. Adalah bukan karya tulis orang lain, baik

Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan masalah utama pada pasien tersebut adalah adanya nyeri pada punggung bawah sampai ke lutut kanan