21
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT, JAMINAN, DAN KOPERASI
2.1 Tinjauan Umum Tentang Kredit
2.1.1 Pengertian kredit dan kredit macet
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang, yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dalam perjanjian. Artinya kredit dapat berbentuk barang maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya dengan menggunakan
metode angsuran atau cicilan tertentu.23
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, memberi definisi kredit sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”.
Pengertian kredit menurut para ahli :
Savelberg menyatakan bahwa kredit adalah sebagai dasar dari setiap
perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari yang lain, kredit
22
diartikan pula sebagai jaminan dimana sesorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu.
M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan
dari seorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomi sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu.
Selanjutnya Achmad Anwari, memberikan arti kredit sebagai berikut:
kredit adalah suatu prestasi oleh satu pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan datang
dengan disertai suatu kontra prestasi (balas jasa berupa biaya).24
Kredit macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran ditambah 21 (dua satu) bulan atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadian /BUPLN atau telah diajukan ganti rugi kepada Perusahaan Asuransi Kredit, dengan demikian kredit macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit bermasalah belum / atau tidak
seluruhnya merupakan kredit macet.25
2.1.2 Unsur-unsur kredit
Pemberian kredit berarti memberikan kepercayaan kepada debitur oleh kreditur meskipun kepercayaan tersebut mengandung resiko yang tertinggi.
24 Achmad Anwari, 1980, Praktek Perbankan di Indonesia (kredit investasi), Balai Aksara, Jakarta, h. 14
23
Karena itu dalam pemberian kredit terdapat beberapa unsur yang sering disebut sebagai unsur-unsur kredit, yaitu :
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimana yang akan datang.
2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
3. Degree of risk, yaitu adanya tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dan pengembalian kredit dikemudian hari.
4. Prestasi yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang,
jasa, atau uang.26
2.1.3 Jenis-jenis kredit
Secara umum ada 2 (dua) jenis kredit yaitu kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dan kredit yang ditinjau dari segi jangka waktunya.
Jenis kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dapat berupa:
1. Kredit produktif
26Rudyanti Dorotea Tobing, 2014, Hukum Perjanjian Kredit, Laksbang Grafika, Yogyakarta, h. 182
24
Kredit produktif yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan barang atau jasa sebagai kontribusi dari usahanya. Untuk kredit jenis ini terdiri dari :
- Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha-usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau penjualan.
- Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan utuk pengadaan barang modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang dan ataupun jasa sebagai usaha yang bersangkutan.
- Kredit likuiditas yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membatu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditasnya. Misalnya kredit likuditas dari bank Indonesia yang diberikan untuk bank-bank
yang memiliki likuditas dibawah bentuk uang.27
2. Kredit konsumtif
Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang perorangan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakat umumnya.
Sedangkan jenis kredit ditinjau dari segi jangka waktunya dapat berupa:
1. Kredit jangka pendek
Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang diberikan dengan tidak melebihi jangka waktu satu (1) tahun.
2. Kredit jangka menengah
27Rahmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 61
25
Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari satu (1) tahun tetapi tidak lebih dari tiga (3) tahun.
3. Kredit jangka panjang
Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu
lebih dari tiga (3) tahun.28
2.1.4 Fungsi kredit
Dalam manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam perekonomian dan perdagangan mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang
Dengan adanya kredit dapat meningakatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.
2. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang
28H.R. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandug, h. 126
26
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Kredit salah satu alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas.
6. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Semakin banyaknya kredit disalurkan maka semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan.
7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian
kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.29
2.2 Tinjauan Umum Tentang Jaminan
2.2.1 Pengertian jaminan
Istilah jaminan itu berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung” sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Menurut Pasal 2 ayat (1)
29Murdansyah Sinangun, 2000, Manajemen Dana Bank, Edisi II, PT. Bumi Aksara, Jakarta, h. 211
27
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit menjelaskan bahwa jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan perjanjian.
Pengertian jaminan menurut para ahli :
1. Menurut M. Bahasan jaminan adalah segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu hutang-piutang dalam
masyarakat.30
2. Menurut Mariam Darus Badrulzalman jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dengan dan atau pihak ketiga kepada
kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.31
3. Sedangkan menurut Sutarno menyebutkan bahwa jaminan adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari hutang debitur berdasarkan
perjanjian kredit yang dibuat kreditur dan debitur.32
2.2.2 Jenis-jenis jaminan
Pada dasarnya jenis-jenis jaminan kredit terdiri dari 2 (dua) yaitu : jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.
1. Jaminan perorangan
30M. Bahasan, op. cit, h. 148
31Frieda Husni Hasbulah, op. cit, h. 6
28
Hak jaminan perorangan timbul dari perjanjian jaminan antara kreditur dan pihak ketiga. Perjanjian jaminan perorangan merupakan hak relatif, yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terkait dalam perjanjian.
Jaminan perorangan adalah jaminan berupa pernyataan
kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila debitur yang bersangkutan ingkar janji (wanprestasi).
Menurut Djuhaendah Hasan dengan adanya jaminan perorangan, kreditur akan merasa lebih aman dari pada tidak ada jaminan sama sekali, karena dengan adanya jaminan perorangan kreditur dapat menagih tidak hanya kepada debitur, tetapi juga pada pihak ketiga yang menjamin yang
kadang-kadang terdiri dari beberapa orang.33
2. Jaminan kebendaan
Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak (absolut) atas suatu benda tertentu yang menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji.
Jaminan kebendaan adalah jaminan berupa harta kekayaan, baik benda maupun hak benda, yang diberikan dengan cara pemisahan bagian dari harta kekayaan, baik dari si debitur maupun pihak ketiga, guna
29
menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila debitur yang bersangkutan cidera janji (wanprestasi).
Menurut sifatnya, jaminan kebendaan ini terbagi 2 (dua), yaitu:
a. Jaminan dengan benda berwujud (materiel) b. Jaminan dengan benda tidak berwujud (imateriel)
Benda berwujud dapat berupa benda/barang bergerak dan atau benda/barang tidak bergerak. Sedangkan benda/barang tak berwujud yang lazim diterima oleh bank sebagai jaminan kredit adalah berupa hak tagih debitur terhadap pihak ketiga.
Barang bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank dapat berupa kendaraan bermotor, logam mulia, stok banrang, dan sebagainya yang dapat dinilai, baik secara kuantitatif maupun kulitatif.
Sedangkan barang yang tidak bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank dapat berupa tanah, bagunan, dan lain-lain termasuk
mesin-mesin pabrik yang melekat dengan tanah.34
2.2.3 Fungsi jaminan
Fungsi jaminan adalah kepastian hukum pelunasan hutang dalam perjanjian hutang piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi suatu perjanjian dengan mengadakan perjanjian peminjam melalui lembaga-lembaga jaminan yang dikenal dalam hukum Indonesia.
30
Fungsi jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno adalah
a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelubasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut, bila mana nasabah melakukan cidera janji yaitu tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
b. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usaha atau proyeknnya, sehingga kemungkinan untuk meniggalkan usaha dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.
c. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah
dijaminkan kepada bank.35
2.3 Tinjauan Umum Tentang Koperasi 2.3.1 Pengertian dan dasar hukum koperasi
Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu cooperatives merupakan gabungan dua kata co dan operation. Dalam bahasa
31
belanda disebut cooperatie, yang arinya adalah kerja bersaama. Dalam bahasa
Indonesia dilafalkan menjadi koperasi.36
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian memberikan definisi “koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Koperasi di Indonesia adalah organisasi rakyat yang berwatak sosial, yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yaang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Adapun pengertian koperasi menurut para ahli :
1. Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak memandang haluan agama dan politik dan secara sukarela memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.
2. Wirjono Prodjodikoro dalam Bukunya Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Indonesia, mendefinisikan koperasi adalah bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang termasuk golongaan kurang mampu, yang ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau beban kerja.
36Andjar PachtaW., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, 2005, Hukum Koperasi Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 15
32
3. Mohammad Hatta dalam Bukunya The Cooperative Movement in Indonesia, mengemukaan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
tolong-menolong.37
4. Arifin Chaniago dalam bukunya yang berjudul Koperasi Indonesia,
mendefinisikan Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan
jasmaniah para anggotanya.38
5. Henry Campbell Blacks, dalam Black’s Law Dictionary mendefinisikan cooperative sebagai a cooperative or association organized for purpose of rendering economic services, whitout gain to itself, to shareholders or members who own and control its. Type of business that is owned bay its member-customers.39 Yang artinya Koperasi atau asosiasi yang terorganisir untuk tujuan memberikan layanan ekonomi, tanpa keuntungan untuk dirinya sendiri, untuk pemegang saham atau pemilik dan pengawas. Jenis bisnis ini dimiliki oleh para anggotanya.
37Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13
38Arifin Chaniago, 2001, Koperasi Indonesia, Angkasa, Bandung, (selanjutnya disebut Arifin Chaniago I), h. 1
33
Dari berbagai definisi dan pengertian koperasi, pada umumnya terdapat beragam unsur yang terkandung, tetapi pada pokoknya sama, yaitu :
1. Merupakan perkumplan orang, bukan semata perkumpulan modal; 2. Adanya kesamaan baik dalam tujuan, kepentingan maupun dalam
kegiatan ekonomi, yang menyebabkan lahirnya beragam bentuk dan jenis koperasi;
3. Merupakan usaha yang bersifat sosial, tetapi tetap bermotif ekonomi; 4. Bukan bertujuan untuk keuntungan badan koperasi itu sendiri, tetapi
untuk kepentingan kesejahteraan anggota;
5. Diurus bersama, dengan semangat kebersamaan dan gotong royong; 6. Netral;
7. Demokratis;
8. Menghindari persaingan antar anggota;
9. Merupakan suatu sistem (terintegrasi dan terorganisasi); 10. Sukarela;
11. Mandiri dengan kepercayaan diri;
12. Keuntungan dan manfaat sama, proporsional dengan jasa yang
diberikan.40
Dalam pelaksanaan koperasi, perlu adanya dasar hukum untuk mengaturnya. Disamping untuk pengaturan ekonomi yang stabil juga untuk kegiatan ekonommi yang tertib. Dasar hukum Koperasi Indonesia adalah
34
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan Pasal 33 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dijelaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2.3.2 Tujuan koperasi
Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.
Pasal 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tujuan koperasi indonesia adalah “memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.
Tujuan koperasi secara umum dapat dibagi dua, yiatu tujuan ekonomi dan tujuan sosial. Tujuan koperasi secara ekonomi adalah sama halnya dengan tujuan badan-badan usaha lainnya, yaitu untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan tujuan koperasi secara sosial adalah lebih kepada hubungan antar anggota koperasi dimana berkaitan dengan tujuan ekonomi koperasi untuk mencari keuntungan, keuntungan tersebut digunakannya untuk mensejahterakan
kehidupan anggotanya41
2.3.3 Jenis-jenis koperasi
35
jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan jenis kegiatan usaha, jenis anggota, profesi anggota, fungsi/tujuan, dan kebutuhan koperasi itu sendiri. Namun pada dasarnya, koperasi itu dapat dibedakan menjadi 2 jenis besar, yaitu jenis koperasi yang dibedakan berdasarkan kegiatan usaha dan jenis koperasi berdasarkan keanggotaanya.
Jenis koperasi berdasarkan kegiatan usahanya adalah sebagai berikut :
a. Koperasi konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang menyediakan semua kebutuhan para anggota dalam bentuk barang antara lain berupa: bahan makanan, pakaian, alat tulis atau peralatan rumah tangga.
b. Koperasi produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara bersama - sama.
c. Koperasi simpan pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.
d. Koperasi serba usaha
Koperasi serba usaha adalah koperasi yang terdiri atas berbagai jenis usaha. Seperti menjual kebutuhan pokok dan barang-barang hasil produksi anggota, dan melayani simpan pinjam.
36
a. Koperasi primer
Koperasi primer dibentuk oleh sekurang - kurangnya 20 (dua puluh) orang. Lingkup kerja koperasi primer berada pada lingkungan suatu pekerjaan, satu kelurahan, atau satu desa.
b. Koperasi sekunder
Koperasi sekunder merupakan koperasi yang beranggotakan beberapa
koperasi (gabungan koperasi atau induk koperasi). 42