• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini akan dijelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk penelitian selanjutnya agar kesalahan-kesalahan yang terdapat pada penelitian ini dapat dihindari dan diperbaiki.

5.1 Simpulan

Dari hasil uji korelasi yang dilakukan pada 632 responden pada variabel

dukungan sosial dan kematangan karir didapatkan nilai Sig. sebesar 0,000. Dengan kata lain H0 dari penelitian ini ditolak atau dapat disimpulkan ada hubungan antara

dukungan sosial dengan kematangan karir pada siswa SMA di Kota Bogor. Berarti jika dukungan sosial tinggi maka kematangan karir juga tinggi. Sebaliknya, jika dukungan sosial rendah maka kematangan karir juga rendah. Ini menjadikan arah korelasi antara dua variabel yang dikaitkan adalah korelasi positif. Korelasi positif menunjukan bahwa kedua variabel berubah ke arah yang sama (Gravetter & Forzano, 2012). Sementara itu besaran nilai korelasi koefisien yang didapat dari kedua variabel adalah 0,593 yang berarti hubungan antara kedua variabel termasuk dalam kategori sedang.Dari hasil koefisien determinasi pada tabel diatas didapatkan hasil r square adalah 0,426 (42,6%) . Hal ini bisa desebabkan karena ada faktor-faktor lain yang memiliki kaitan yang lebih erat dengan kematangan karir selain dukungan sosial.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kematangan karir. Uji korelasi kematangan karir dengan dukungan sosial menggunakan uji korelasi Spearman dengan bantuan software IBM SPSS Statistic 22, didapatkan hasil nilai signifikasi sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai perencanaan dan eksplorasi karir yang menyatakan

(2)

(Rogers, Creed, & Glendon, 2008).Super juga menyatakan bahwa individu dengan kematangan karir tinggi cenderung mendapatkan informasi yang membantu dan mengarahkan mereka dalam memilih karir di masa depannya (Lau , Low , & Zakaria, 2013). Sementara itu korelasi koefisien yang didapat adalah 0,593 dimana nilai ini mengartikan bahwa hubungan antara dukungan sosial dan kematangan karir masuk dalam kategori sedang (0,40 – 0,599) (Priyatno,2013). Nilai korelasi koefisien ini mengartikan bahwa ada faktor-faktor lain yang memiliki hubungan yang lebih erat dengan kematangan karir. Menurut Seligman (1994, dalam Pinasti 2011) faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri individu seperti locus of control internal, self expectation (pengharapan diri), atau self efficacy (keyakinan akan kemampuan diri). Contohnya jika dukungan sosial yang didapat memang tinggi tetapi keyakinan individu pada dirinya sendiri tetap rendah, kematangan karir individu tersebut tidak memiliki nilai yang tinggi atau biasa-biasa saja. Maksudnya adalah individu tersebut sudah mampu menyelesaikan tugas dalam tahapan perkembangan karir di usianya seperti menyusun perencanaan dan pemilihan karir yang sesuai dengan minat dan bakatnya, tetapi keputusan itu masih bisa berubah karena rendahnya keyakinan dalam diri individu tersebut. Menurut Lachman (1986, dalam Mc Adams, 2001) individu dengan locus of control internal mempunyai usaha yang lebih besar untuk memperoleh informasi dari lingkungan. Siswa yang memiliki locus of control internal akan berusaha untuk melakukan eksplorasi karir dengan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya yang dapat membantunya untuk memutuskan karir yang tepat untuknya. Ini juga yang bisa menjadi salah satu penyebab dukungan sosial memiliki hubungan yang sedang dengan kematangan karir. Karena dukungan dari lingkungan sosial saja belum cukup untuk meningkatkan kematangan karir, harus ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk berusaha mencari informasi mengenai karir yang diminatinya. Internal factor lain yang dapat dihubungkan adalah motivasi belajar, dimana menurut Rice (1993) siswa dengan performa belajar yang maksimal, cenderung memiliki pilihan karir yang lebih tinggi dan lebih baik.

Berdasarkan perhitungan koefisien determinan dukungan sosial hanya

bersumbangsih sebesar 42,6% pada peningkatan kematangan karir. Selain karena ada faktor-faktor lain yang lebih erat kaitannya, korelasi yang rendah bisa disebabkan dari rendahnya nilai dukungan sosial itu sendiri. Nilai dukungan sosial yang rendah bisa

(3)

disebabkan oleh beberapa hal seperti terjadi penolakan bantuan oleh siswa atau individu yang bersangkutan. Seperti yang telah diuraikan oleh Saraafino (Sarafino & Smith, 2012), penolakan dapat terjadi karena bantuan yang diberikan orang lain tidak sesuai dengan kebutuhan individu sehingga tidak membantu individu mengatasi masalah yang sedang dialami (stressor). Hal ini dapat terjadi jika individu tidak menginginkan bantuan tersebut atau memang tidak menyadari bantuan yang diberikan. Selain itu ada juga faktor-faktor lain menurut Sarafino (Sarafino & Smith, 2012) yang mempengaruhi dukungan sosial seperti individu penerima dukungan (recipients) tidak assertive dalam membiarkan orang lain memberi bantuan untuknya, sumber pemberi dukungan

(provider) yang tidak mampu memperikan bantuan yang sesuai kebutuhan atau tidak menyadari bahwa dirinya dibutuhkan, dan faktor eksternal lainnya seperti struktur dan kondisi keluarga siswa (keluarga utuh,bercerai,atau kurang harmonis), kemampuan bersosialisasi individu, atau situasi yang kurang kondusif saat mengisi soal, dan lain sebagainya Sementara itu Taylor (2012) menyatakan bahwa dukungan sosial akan lebih berguna bagi individu jika diberikan oleh orang tua, keluarga, teman, dan orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan lainnya. Rendahnya nilai dukungan sosial individu bisa mengindikasikan bahwa individu tersebut tidak memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sosialnya. Rendahnya nilai dukungan sosial yang didapat siswa SMA di Bogor bisa disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya tingkat sosial ekonomi. Siswa yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah biasanya kekurangan dukungan finansial dan juga tidak memiliki role model yang dapat membantunya untuk merencanakan karirnya dengan baik.

Pada gambaran profil responden, rentang usia subjek dimulai dari usia 15-17 tahun, dimana memang salah satu karakteristik responden dalam penelitian ini adalah individu yang berada dalam tahapan perkembangan exploration. Tahapan ini dibagi menjadi tiga substages, yaitu tentative,transisi, dan trial little commitment. Yang menjadi fokus peneliti adalah individu di Substages tentative yang dimulai dari usia 15-17 tahun. Karakteristik responden lainnya adalah siswa SMA kelas XI yang bersekolah di Kota Bogor. Penelitian ini tidak membedakan responden berdasarkan jurusan dan sekolah (swasta/negeri). Selain itu dalam hasil penelitian didapatkan jumlah responden wanita lebih mendominasi dibandingkan pria.

(4)

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa responden wanita lebih banyak

mendapatkan nilai pada kategori tinggi dalam kematangan karir dibandingkan dengan pria, yaitu dengan jumlah 183 orang (57,2%). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Luzzo (1995 dalam Akbulut, 2010 dalam Pinasti, 2011) bahwa perempuan memiliki kematangan karir yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, salah satu penyebabnya adalah karena perempuan lebih mampu dalam menghadapi hambatan karir

dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian yang terkait dengan perbedaan gender dalam kematangan karir juga menemukan bahwa anak perempuan di tingkat SMA

mendapatkan score yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dalam kematangan karir (Herr & Enderlein, 1976; Mintzer, 1976; Omvig & Thomas, 1977 dalam Naidoo, 1988). Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa wanita tidak hanya lebih matang dalam karir tetapi juga lebih berkomitmen dalam bekerja (Naidoo, 1993).

Selain kematangan karir, responden wanita juga lebih banyak mendapatkan nilai pada kategori tinggi dalam dukungan sosial yaitu 189 responden (59,1%) mendapat nilai tinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Leavey (1983, dalam Osseiran-Waines & Elmacian, 1994) yang mengatakan bahwa wanita cenderung memiliki hubungan yang lebih supportive dibandingkan pria. Pada penelitiannya, Sarason (1988, dalam Osseiran-Waines & Elmacian, 1994) juga melihat perbedaan dukungan sosial pada pria dan wanita, dengan hasil pria cenderung lebih mencari hubungan persaudaraan dan memilih untuk tidak menceritakan rahasianya. Sementara wanita cenderung mencari hubungan yang terbuka dan penuh kasih sayang. Penelitian-penelitian serupa juga menunjukan bahwa perempuan mengatasi stres dengan mencari kenyamanan dari orang lain, sementara pria lebih menanggapi stress dengan penarikan sosial. Hal inilah yang mungkin menyebabkan wanita lebih banyak mendapatkan dukungan sosial dari

lingkungan sekitar, dan menjadikan nilai dukungan sosial pria lebih kecil dibandingkan wanita.

Penelitian ini telah disusun sedemikian rupa, namun penulis menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini sehingga menjadikan ada kekurangan didalamnya. Kurangnya data kontrol subjek membuat penelitian ini tidak dapat

menggambarkan faktor-faktor yang turut serta mempengaruhi nilai dukungan sosial dan kematangan karir, seperti latar belakang pendidikan orang tua, uang saku, dan lain-lain. Adanya keterbatasan informasi mengenai jumlah siswa kelas XI di Kota Bogor juga

(5)

membuat penelitian ini tidak mengetahui dengan pasti jumlah populasi dan juga jumlah penarikan sampel yang kurang merata. Selain itu faktor situasional di lapangan pada saat pengambilan data juga kurang lebihnya mempengaruhi hasil penelitian, dimana pengambilan data dilakukan saat siswa SMA sedang mempersiapkan Ujian Akhir Semester (UAS) sehingga mungkin kurang begitu fokus dalam menjawab pertanyaan yang ada. Selain itu sekolah atau lebih spesifiknya guru Bimbingan Konseling (BK) sendiri juga disibukan dengan SNMPTN undangan kelas XII sehingga penulis tidak mendapat banyak data tambahan yang berguna untuk hasil penelitian.

5.3 Saran

5.3.1 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

Dari penelitian ini penulis memiliki saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu: a. Menambah dan memperluas jumlah subjek penelitian seperti di daerah

kabupaten atau wilayah-wilayah lainnya untuk melihat apakah siswa/i yang tinggal di wilayah pinggiran atau terpencil memiliki kematangan karir yang sama seperti siswa/i di kota-kota besar pada umumnya. Selain itu bisa juga melihat bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan sekolah, orangtua, keluarga, atau lingkungan sosial pada siswa yang tinggal di daerah-daerah terpencil.

b. Penelitian ini juga memiliki keterbatasandalam data kontrol subjek, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan mampu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian seperti pendidikan orang tua,uang saku, dan lain-lain.

c. Memperhatikan faktor-faktor lain yang memiliki hubungan dengan kematangan karir seperti locus of control,self esteem,regulasi emosi, dan faktor-faktor lainnya.

d. Penelitian ini dilakukan di kota kecil, sehingga disarankan penelitian selanjutnya membahas mengenai perbandingan kematangan karir dan dukungan sosial di kota kecil dan kota besar.

e. Penelitian ini hanya meneliti siswa kelas reguler, disarankan penelitian selanjutnya untuk dapat menjadikan kelas akselerasi sebagai subjek juga

(6)

sehingga menghasilkan gambaran tambahan mengenai perbedaan kematangan karir pada siswa di kelas reguler dan akselerasi.

5.3.2 Saran Praktis

Penelitian ini memberikan hasil adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kematangan karir. Artinya, pemberian dukungan sosial oleh orang-orang terdekat dapat meningkatkan kematangan karir siswa. Hasil dari penelitian ini dapat memberi masukan bagi lingkungan sosial siswa bahwa dukungan sosial diperlukan dalam upaya meningkatkan kematangan karir siswa. Siswa dapat memiliki perencanaan karir yang baik, jika lingkungan turut serta membantu siswa dalam

memutuskan karir yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Tentunya, bantuan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Menurut Sarafino bantuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan individu tidak akan membantu individu mengatasi masalah yang sedang dialami (Sarafino & Smith, 2012).

Melihat adanya faktor lain yang memiliki hubungan yang lebih erat dengan kematangan karir seperti internal factor, siswa yang sudah mendapatkan dukungan sosial juga diharapkan mampu memotivasi dirinya sendiri dan lebih aktif dalam mencari informasi yang dibutuhkan terkait dengan karir yang diminati. Sementara siswa yang merasa belum mendapat dukungan dari lingkungan sosialnya, dapat melakukan evaluasi diri. Evaluasi diri dapat dilakukan dengan cara mengingat dan merefleksikan ukuran jumlah, frekuensi hubungan, intensitas serta kedekatan hubungan dirinya dengan orang-orang sekitar. Siswa juga diharapkan untuk lebih aware dengan lingkungannya,

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan skor domain psikomotorik pada kelompok perlakuan ini disebabkan karena pengetahuan yang didapat dari konseling farmasis berupa pengetahuan tentang

Penghalusan dilakukan dengan cara mengasumsikan bahwa zeolit Bayah mengandung campuran dua fasa yakni fasa mordenit bentuk poli kation memiliki data parameter

Alasan bagi mereka yang berkali-kali mencari pekerjaan tetapi tidak berhasil mendapatkan pekerjaan sehingga ia merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau mereka yang merasa

(2) Dalam hal Wajib Pajak telah membuka Rekening Khusus untuk pengalihan dana dari luar wilayah NKRI berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan mengenai

Made Wena, Strategi Pembelajaran …2.. dan mampu membuat keputusan rasional terkait kapan tiap strategi yang ada dianggap paling efektif untuk dilaksanakan. Dengan

Sikap jujur dibiasakan dengan cara guru harus berkerja sama dengan orang tua untuk memantau siswa, misalnya jika di sekolah maka tugas guru untuk memantau siswa bersikap jujur

Di dalam kelas dimulai dari guru mengucapkan salam, menyapa anak, berdo‟a dan bernyanyi (kegiatan rutin), absensi, dan tanya jawab mengenai tema pada hari ini.

Pembentukan Peraturan Presiden No.45 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung merupakan satu gagasan program dan peraturan yang