i
PENGARUH UKURAN BATANG DAN KONSENTRASI ZAT
PENGATUR TUMBUH ZEATIN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK
Dendrobium
sonia
Skripsi
Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Udayana
Oleh
Ni Ketut Mas Suratniasih 1208305017
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
SKRIPSI
PENGARUH UKURAN BATANG DAN KONSENTRASI ZAT
PENGATUR TUMBUH ZEATIN TERHADAP
PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK
Dendrobium
sonia
Oleh
Ni Ketut Mas Suratniasih 1208305017
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah dinyatakan lulus pada Kamis, 14 Juli 2016
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Dra. I Gusti Ayu Sugi Wahyuni, M.Si NIP. 19680327 199302 2 001 NIP. 19660127 199203 2 001
Mengesahkan
Ketua Program Studi Biologi FMIPA Universitas Udayana
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi FMIPA UNUD yang berjudul
“Pengaruh Ukuran Batang dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Zeatin Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sonia dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Sehubungan dengan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yth. Ibu Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc. PhD., dan Dra. IGA Sugi Wahyuni, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, ide-ide, serta bimbingan dan semangat selama penulisan skripsi ini.
2. Yth. Ibu Dr. Ir. Made Ria Defiani, M.Sc. (Hons), Bapak Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si., dan Bapak I Ketut Muksin, S.Si. M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini.
3. Yth. Ibu Dra. Ni Putu Adriani Astiti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama proses perkuliahan serta masukan-masukan dan dukungan yang telah diberikan.
4. Orang tua tercinta Bapak I Nyoman Sujana dan Ibu Ni Ketut Weli serta kakak saya Ni Luh Mas Sastrawati, I Kadek Mas Sastrawan S.E. dan Ni Komang Mas Sastika Wati S.Si. yang telah memberikan semangat dan doa selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
iv Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pencinta anggrek yang ingin mengetahui teknik perbanyakan vegetatif anggrek. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terimakasih.
Jimbaran, 24 Mei 2016
v
ABSTRAK
Anggrek Dendrobium sp. merupakan anggrek yang paling populer untuk tanaman hias pot dan bunga potong. Permintaan dari dalam negeri masih belum terpenuhi, dan masih mengimpor dari negeri tetangga. Salah satu usaha untuk memenuhi permintaan anggrek dalam dan luar negeri yaitu dengan perbanyakan vegetatif dengan menggunakan batang anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran batang dan konsentrasi zat pengatur tumbuh Zeatin terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sonia. Penelitian dilaksanakan pada November 2015 hingga Maret 2016 di shade house Puri Candra Asri, Batubulan, Gianyar – Bali. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu konsentrasi Zeatin (0 mg/L, 0,1 mg/L dan 0,2 mg/L) dan ukuran batang (0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm. Total ada sembilan kombinasi perlakuan dan masing – masing kombinasi perlakuan terdiri dari 7 ulangan. Data kuantitatif berupa jumlah akar, panjang akar, jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah daun pada 16 MST. Data jumlah akar, panjang akar, panjang tunas dan jumlah daun dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf 5%. Pertumbuhan panjang akar dan jumlah daun terbaik yaitu pada perlakuan Z2B2 (Zeatin 0,1 mg/L + batang 10-20 cm) sedangkan pertumbuhan jumlah akar, jumlah tunas dan panjang tunas terbaik yaitu pada perlakuan Z2B3 (Zeatin 0,1 mg/L + batang 20-30 cm).
vi
ABSTRACT
Dendrobium sp. is the most popular orchids for potted plants and cut flowers. Demand for domestic market is high, so orchid is still imported from neighboring countries. An effort to meet orchid demand for domestic and foreign market is by vegetative propagation using mature orchids stem. This study aimed to determine the effect of stem size and concentration of Zeatin on vegetative growth of
Dendrobium sonia. Research was conducted November 2015 - March 2016 in shade house Puri Chandra Asri, Batubulan, Gianyar - Bali. The study employed Completely Randomized Design (CRD) with two factors, i.e. Zeatin with three concentrations (0 mg / L, 0.1 mg / L and 0.2 mg / L) and stem size of 0-10 cm, 10-20 cm and 20-30 cm. There are 9 treatment combinations and 7 replicates each treatment combination. Quantitative data were number of roots, root length, number of shoots, shoot length and number of leaves at 16 MST. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) test followed by Duncan's multiple range test (DMRT) at 5% level. The best treatment combination for root length and number of leaves was Z2B2 (Zeatin 0.1 mg / L + stem 10-20 cm), while the best number of roots, shoots and shoot length was on treatment Z2B3 (Zeatin 0.1 mg / L + stem 20-30 cm).
vii
2.3. Perbanyakan Vegetatif Anggrek ... 11
2.4. Zat Pengatur Tumbuh ... 12
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data ... 13
3.1.1. Tempat dan waktu penelitian ... 13
3.1.2. Persiapan tempat dan tanaman ... 13
3.1.3. Pembuatan larutan stok ... 14
3.1.4. Aplikasi zat pengatur tumbuh Zeatin ... 15
3.1.5. Pemeliharaan tanaman ... 15
viii 3.1.7. Variabel pengamatan... 16 3.2. Metode Pengolahan Data ... 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jumlah Akar dan Panjang Akar pada Pertumbuhan Vegetatif
Anggrek Dendrobiumsonia ... 17 4.2. Jumlah Tunas dan Panjang Tunas pada Pertumbuhan Vegetatif
Anggrek Dendrobiumsonia ... 21 4.3. Jumlah Daun pada Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium
sonia ... 26 V. KESIMPULAN DAN SARAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Kombinasi konsentrasi Zeatin dan ukuran batang ... 16 Tabel 2. Pengaruh kombinasi hormon Zeatin dan ukuran batang terhadap
jumlah akar dan panjang akar pada umur 16 MST ... 19 Tabel 3. Pengaruh kombinasi hormon Zeatin dan ukuran batang terhadap
panjang tunas pada umur 16 MST ... 21 Tabel 4. Pengaruh kombinasi hormon Zeatin dan ukuran batang terhadap
x
Gambar 8. Perlakuan anggrek sebelum ditanam ... 14
Gambar 9. Jumlah akar dan panjang akar Dendrobium sonia umur 16
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Hasil analisis Rancangan Acak Kelompok jumlah akar
dengan perlakuan hormon Zeatin + ukuran batang dan kontrol menggunakan Anova dan hasil yang berbeda nyata
menggunakan uji DMRT ... 35 Lampiran 2. Hasil analisis Rancangan Acak Kelompok panjang akar
dengan perlakuan hormon Zeatin + ukuran batang dan kontrol menggunakan Anova dan hasil yang berbeda nyata
menggunakan uji DMRT ... 36 Lampiran 3. Hasil analisis Rancangan Acak Kelompok panjang tunas
dengan perlakuan hormon Zeatin + ukuran batang dan kontrol menggunakan Anova dan hasil yang berbeda nyata
menggunakan uji DMRT ... 38 Lampiran 4. Hasil analisis Rancangan Acak Kelompok jumlah daun
dengan perlakuan hormon Zeatin + ukuran batang dan kontrol menggunakan Anova dan hasil yang berbeda nyata
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia termasuk salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dengan keanekaragaman tanaman berbunga paling tinggi. Salah satu kelompok tanaman berbunga yang memiliki anggota terbanyak ialah famili Orchidaceae. Menurut Luan et al. (2006), anggrek terdiri atas lebih dari 600 genera, dan sekitar 25.000 spesies asli ditemukan di kawasan Indonesia, misalnya di Kalimantan terdapat 1.400 spesies, Sumatera 1.126 spesies, Jawa 769 spesies, Sulawesi 500 spesies, Maluku 369 spesies, dan Nusa Tenggara sekitar 200 spesies.
Anggrek dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong. Anggrek memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki variasi bentuk, warna, keragaman jenis dan bunga yang tahan lama, sehingga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri (Santi, 1992). Bunga anggrek sangat diminati oleh penikmat florikultur karena dari segi warna, bentuk serta coraknya anggrek sangat bervariasi (Sulistyono, 2005).
Salah satu jenis anggrek yang banyak dibudidayakan di Indonesia sebagai tanaman hias pot dan bunga potong ialah anggrek Dendrobium sp. Anggrek tersebut merupakan salah satu genus terbesar yang dapat diperkirakan memiliki 1.600 spesies. Anggrek ini banyak disukai karena masa segarnya (shelf life) dapat mencapai beberapa minggu dengan perawatan yang mudah dan tahan kering (Wijaya, 2006).
Anggrek Dendrobium sonia merupakan anggrek hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara dua anggrek hibrida yaitu Dendrobium Caesar dan
2 sepanjang tahun dengan jumlah perbungaan yang tinggi. Setiap tahun Thailand dapat mengekspor anggrek D. sonia dalam jumlah yang besar (Abdullakasim et al., 2015).
Potensi ekonomi anggrek sebagai salah satu komoditas tanaman hias telah dimanfaatkan dan dikembangkan oleh banyak negara. Menurut Yasid et al.
(2015), pada tahun 2013 produksi tanaman anggrek di Indonesia mencapai 20.277.672 tangkai dan pada tahun 2014 menurun menjadi 19.739.627 tangkai. Dengan menurunnya produksi tanaman anggrek di Indonesia, maka diperlukan teknologi penyediaan bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dengan waktu yang relatif singkat. Teknik perbanyakan vegetatif yang umum dilakukan untuk perbanyakan anggrek adalah teknik kultur jaringan. Namun pada penerapannya, membutuhkan waktu dua tahun untuk memperbanyak anggrek Dendrobium hingga siap dibungakan (Rupawan et al., 2014).
Alternatif teknik perbanyakan vegetatif yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan batang dewasa (batang anggrek yang sudah pernah berbunga) sebagai bahan perbanyakan vegetatif. Penggunaan batang dewasa anggrek sebagai bahan perbanyakan belum pernah dilaporkan, sehingga dalam penelitian ini digunakan batang dewasa tersebut untuk perbanyakan vegetatif anggrek
Dendrobium sonia.
3 Perbanyakan dengan pemisahan anakan sebaiknya dipilih tanaman yang bebas penyakit dan dilakukan pada tanaman anggrek simpodial seperti
Dendrobium sp. (Rimando, 2001). Apabila unsur hara terpenuhi bagi
pertumbuhannya dan berada pada kondisi lingkungan optimal, maka tanaman akan berpotensi menghasilkan jumlah anakan yang banyak. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek. Faktor iklim seperti cahaya, suhu dan kelembaban serta faktor jenis media dan hara sangat menentukan pertumbuhan tanaman anggrek (Widiastoety et al., 2000).
Media tanam yang baik bagi pertumbuhan anggrek adalah yang mampu mengikat air dan unsur hara secara optimal, mempunyai aerasi yang baik, tidak mudah lapuk, tidak mudah menjadi sumber penyakit, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar, tersedianya udara yang cukup bagi perakaran, mudah didapat dan harga relatif murah (Andalasari et al., 2014). Secara umum terdapat beberapa jenis media tumbuh tanaman anggrek yang digunakan yakni pakis, arang kayu, serabut kelapa, moss, potongan kayu, potongan bata atau genting dan serutan kayu (Ginting et al., 2001).
Penelitian Adi et al. (2014), menunjukkan bahwa proses aklimatisasi anggrek hitam pada media tanam moss, pakis, dan campuran arang dan sabut kelapa mampu menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan persentase hidup terbaik, sedangkan media arang kayu memiliki persentase hidup terendah. Hal ini dikarenakan media arang kayu sukar mengikat air, sedangkan anggrek pada usia semai harus menggunakan media yang mempunyai kemampuan mengikat air yang cukup baik.
4 larutan untuk sebagian besar anggrek dan khususnya anggrek epifit, karena unsur hara yang diserap melalui akar sangat terbatas. Berbagai macam merek dagang pupuk anorganik sudah dijual dan mengandung bahan campuran utama yang seimbang, yaitu terdiri dari tiga elemen esensial dasar untuk pertumbuhan dan pembungaan, yakni Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Wijaya 2006).
Menurut Sodikin (2005), didalam tubuh tumbuhan terdapat hormon tumbuh yaitu senyawa organik yang jumlahnya hanya sedikit sehingga diperlukan penambahan hormon dari luar. Induksi tunas dapat dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) sitokinin. Pada penelitian Wijayani et al. (2013), pemberian kinetin 5 mg/L + NAA 4 mg/L merupakan kombinasi paling baik dalam menginduksi Protocorm Like Bodies (PLBs) membentuk tunas
Grammatophyllum scriptum (Lindl.) secara in vitro. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi kinetin dan NAA pada konsentrasi tersebut aktif berperan dalam penggandaan tunas.
Sitokinin dapat merangsang terbentuknya tunas, berpengaruh dalam metabolisme sel, merangsang pemecahan dormansi mata tunas dan aktifitas utamanya adalah mendorong pembelahan sel. Zat pengatur tumbuh yang termasuk golongan sitokinin, yaitu BAP (Benzil Adenine Purin), Kinetin (furfuril amino purin), 2-Ip (dimethyl allyl amino purin), dan Zeatin (Lestari, 2011). Dalam penelitian ini pemberian Zeatin diharapkan dapat menginduksi pertumbuhan tunas tanaman anggrek pada perbanyakan vegetatif.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh ukuran batang yang berbeda pada perbanyakan vegetatif anggrek ?
5
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran batang yang berbeda pada perbanyakan vegetatif anggrek.
2. Untuk mengetahui konsentrasi optimum Zeatin yang mampu menginduksi pertumbuhan tunas baru dari batang anggrek Dendrobium sonia.
1.4. Manfaat Penelitian
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Anggrek
2.1.1. Botani
Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae dan hidup secara epifit. Sebaran dari tanaman ini sangat luas karena tanaman anggrek dapat tumbuh di daerah tropis hingga daerah subtropis (Steenis, 2005). Nilai ekonomis tanaman anggrek lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman hias lainnya, baik sebagai bunga potong maupun bunga pot. Pertumbuhan tanaman anggrek sangat bergantung pada beberapa faktor seperti: cahaya matahari, ketersediaan air, ketinggian tempat, tempat tumbuh serta perawatan yang sesuai (Pranata, 2009).
Tanaman anggrek umumnya dapat dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan pola pertumbuhannya, yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial (Gambar 1). Anggrek tipe simpodial yaitu anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga akan keluar dari ujung batang dan biasanya bunga akan kembali tumbuh pada anakan atau tunas. Pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Contoh anggrek tipe simpodial yaitu Dendrobium sp. dan
Cattleya sp. (Widiastoety et al., 2010). Anggrek tipe monopodial yaitu anggrek yang memiliki batang dengan titik tumbuh yang ada diujungnya, sehingga pertumbuhannya akan lurus dan bunga akan keluar dari sisi batang di antara kedua sisi daun. Contoh anggrek tipe monopodial ialah Aranthera sp. dan Phalaenopsis
sp. (Widiastoety dan Purbadi, 2003).
2 Bunga anggrek termasuk kedalam bunga yang berkelamin dua atau hermaprodit dan tersusun dalam karangan bunga dengan jumlah satu hingga banyak kuntum. Bunga anggrek terdiri dari lima bagian utama yakni daun mahkota (petal), daun kelopak (sepal), benang sari (stamen), putik (pistil), dan bakal buah (ovari) (Prasetyo, 2009). Daun kelopak kerap kali berwarna serupa daun mahkota, tetapi mudah dibedakan. Daun kelopak (sepal) berjumlah tiga buah, yakni bagian atas dinamakan sepalum dorsale, sedangkan dua lainnya dinamakan sepalum laterale (Gambar 2). Jumlah daun mahkota (petal) berjumlah tiga buah yakni dua buah yang sama persis dan terpisah, sedangkan yang paling bawah termodifikasi menjadi bibir atau labellum. Labellum umumnya dijadikan sebagai karakter pembeda antara satu jenis anggrek dengan jenis anggrek yang lain (Steenis, 2005).
Gambar 2.Struktur bunga anggrek Dendrobium sonia (Abdullakasim et al., 2015) Keterangan: (a) sepalum dorsale, (b) petal, (c) collumna, (d) sepalum laterale,
(e) labellum
Anggrek memiliki bentuk daun yang sangat beragam antara lain yakni agak bulat, lonjong hingga lanset. Selain itu, daun anggrek juga mempunyai ketebalan yang berbeda tergantung jenisnya, yaitu ada yang memiliki daun tipis hingga yang berdaging dengan tekstur yang rata dan sedikit kaku. Anggrek memiliki posisi tulang daun sejajar, tidak bertangkai dan menyebar seperti tanaman monokotil lainnya. Susunan daun kerap kali berhadapan dan berselang-seling (Steenis, 2005).
3 anggrek terdiri dari dua bagian yaitu, biji bagian inti terdiri dari sel-sel yang hidup (embrio). Bagian yang kedua merupakan selubungnya berupa selaput yang sangat tipis membungkus biji dinamakan testa (Widiastoety dan Purbadi, 2003).
Bentuk batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa batang semu (pseudoblub) (Steenis, 2005). Struktur anatomi batang anggrek dapat diilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur anatomi batang anggrek
Keterangan: (a) epidermis, (b) korteks, (c) berkas pengangkut, (d) perisikel (Bercu
et al., 2011)
Akar anggrek umumnya berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah dengan ujung akar yang meruncing dan sedikit lengket. Pada saat akar berada dalam keadaan kering, akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya pada bagian ujungnya yang berwarna hijau kekuningan. Akar akan kelihatan coklat dan kering apabila akar tersebut sudah tua (Gunadi, 1985). Akar anggrek dapat dilihat dari struktur anatomi (Gambar 4).
a
b
4 Gambar 4. Struktur anatomi akar anggrek
Keterangan: (a) exodermis, (b) velamen, (c) rhizodermis, (d) korteks, (e) endodermis, (f) floem, (g) xilem (Bercu et al., 2011)
2.1.2. Klasifikasi
Tanaman anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tanaman berbunga lidah (Widiastoety et all., 2010) (Gambar 5). Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae Genus : Denrobium Spesies : Dendrobium sonia
a
b c f g
5 Gambar 5. Tanaman Dendrobium sonia (a) dan bunga D. sonia (b) (Dokumen
pribadi)
2.1.3. Ekologi dan distribusi
Berdasarkan cara hidupnya, sebagian besar anggrek Dendrobium bersifat epifit. Anggrek Dendrobium termasuk pola pertumbuhan simpodial, yaitu mempunyai pertumbuhan pseudobulb terbatas. Dendrobium dapat berbunga beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya panjang dan dapat dirangkai sebagai bunga potong (Puchooa, 2004).
Genus Dendrobium mempunyai keragaman yang sangat besar, baik habitat, warna bunga, ukuran daun maupun bentuk pseudobulbnya. Spektrum penyebarannya luas, mulai dari daerah pantai sampai pegunungan. Tumbuh baik pada ketinggian 0 – 500 m dpl dengan kelembaban 70 – 80%. Tersebar di Sri Lanka, Cina Selatan, India, Jepang ke selatan sampai Asia Tenggara hingga kawasan Pasifik, Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Budidaya anggrek yang paling mudah adalah yang berasal dari tempat asalnya (Waston, 2004).
2.2. Syarat Tumbuh Anggrek
Tanaman anggrek memerlukan beberapa persyaratan tumbuh. Sebagian jenis anggrek, terutama Dendrobium sp. dapat tumbuh dan berkembang tergantung pada faktor abiotik (komponen mati) bahkan beberapa jenis anggrek
6 sangat tergantung pada faktor biotik (lingkungan hidup). Kondisi lingkungan yang optimal dibutuhkan oleh tanaman anggrek (Solvia dan Sutater, 1997).
Tanaman yang kekurangan cahaya matahari, maka proses fotosintesis menjadi rendah, akibatnya hasil fotosintesis dapat habis terombak oleh proses respirasi, sehingga tidak ada sisa untuk pertumbuhannya. Suhu udara yang dibutuhkan oleh anggrek Dendrobium sp. yaitu 26oC – 30oC pada siang hari, 21oC pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0 – 500 mdpl. Pertumbuhan anggrek membutuhkan kelembaban udara untuk pertumbuhannya yaitu berkisar antara 70% – 80% (Waston, 2004).
Media tanam pada tanaman anggrek berfungsi untuk menyimpan air serta berfungsi sebagai tempat berpijak bagi akar dan hara tanaman bagi keperluan proses pertumbuhan tanaman. Kelembaban media tanam sangat diperlukan oleh bibit tanaman, kelembaban yang dibutuhkan harus tepat dan relatif konstan dengan cara menggunakan bahan media yang mempunyai daya mengikat air yang tinggi. Widiastoety dan Santi (1997), menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan media tanam yang baik, yakni mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, tidak menjadi sumber penyakit, tidak lekas melapuk, mempunyai aerasi baik, mudah diperoleh dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya.
2.3. Perbanyakan Vegetatif Anggrek
7 pisau steril dan penanaman dilakukan dalam masing-masing pot yang terpisah (Rimando, 2001).
2.4. Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan hara, dalam konsentrasi rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. ZPT dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan auksin, sitokinin, giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong auksin adalah indol asam asetat (IAA), indol asam butirat (IBA), naftalen asam asetat (NAA) dan 2,4 dikhlorofenoksi asam asetat (2,4-D). ZPT yang termasuk golongan sitokinin adalah kinetin, zeatin, dan benziladenin (BA). Golongan giberelin misalnya GA1, GA2, GA3, GA4, dan golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Lestari, 2011).
Aplikasi ZPT dilakukan dengan cara penyemprotan, yang sebelumnya dilarutkan dalam air sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pemberian atau penyemprotan ZPT dilakukan ke seluruh bagian tanaman terutama daun. Menurut Santoso (2010), larutan ZPT juga disemprotkan selain ke daun juga ke bagian akar dan media tanaman yang kemudian diserap oleh tanaman melalui proses difusi dan osmosis.