• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembuatan Keranjang Tradisional/Hasil panen (Saloi) Di Kelurahan Topo, Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proses Pembuatan Keranjang Tradisional/Hasil panen (Saloi) Di Kelurahan Topo, Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhmmadiyah Makassar

Oleh:

Shindy Pratami Putri

NIM: 10541078214

UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI SENI RUPA 2020

(2)
(3)
(4)

dan kadang ada yang membencinya, semuanya tergantung penikmatnya. Shindy Pratami Putri

Saya mengenal orang-orang seniman/pengrajin, yang menjadi lebih intelektual daripada professor.

Noam Chomsky

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tua dan adik-adiku yang telah menjadi motivasi dan inspirasi serta tiada hentinya memberikan doa yang tiada henti-hentinya. Dan juga kepada kawan berjuangku yang telah menjadi penyemangatku. Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.

(5)

dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Baetel Mukaddas dan Irsan kadir.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini untuk mengungkapkan bagaimanakah proses pembuatan keranjang Tradisional saloi di Kelurahan Topo Kota Tidore kepulauan, serta Apa sajakah yang membedakan keranjang Tradisional saloi di Tidore kepulauan dengan keranjang pada umumnya. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan keadaan secara langsung berdasaarkan hasil penelitian di lapangan. Mengenai proses pembuatan keranjang tradisional saloi di kelurahan Topo Kota Tidore Kepulauan. Hasil penelitian ini diperoleh dari gambaran mengenai pembuatan keranjang tradisional saloi yang meliputi pemilihan bahan, pengolahan bahan baku hingga menjadi sebuah keranjang tradisional saloi. Pembuatan keranjang tradisional saloi di kelurahan topo kota tidore kepulauan sesuai dengan kriteria-kriteria pembuatan keranjang tradisional yang telah dibuat sejak dahulu, karena sama dengan yang dijelaskan dalam wawancara dengan narasumber dan tata cara pembuatannya, terlihat dari proses pengerjaannya yang masih mengikuti cara lama yang dilakukan oleh pengrajin terdahulu. Perbedaan keranjang tradisional saloi dengan keranjang pada umumnya Ciri khasnya terletak pada pembuatan keranjang tradisional saloi ini, membuat saloi harus mendekati waktu musim panen misalnya pada musim panen hasil bumi. Ciri khas lain juga terletak pada bentuk saloi, bentuk dari keranjang ini sangat unik karena dibuat sesuai dengan bentuk punggung agar dalam mengangkat berat beban dari hasil panen tidak terasa terlalu berat, sedangkan keranjang pada umumnya berbeda dan tidak memiliki cirri khas serta tidak terkandung makna yang menyangkut adat dan kebudayaan.

KATA KUNCI : Proses pembuatan keranjang tradisional saloi, perbedaan Keranjang saloi dengan keranjang padaumumnya.

(6)

Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayah-Nya pada semua umat manusia, shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, yang telah membebaaskan kita dari belenggu-belenggu dari zaman jahiliyah.

Sukaduka, senang susah mewarnai proses-proses dalam menjalani penulisan skripsi ini. Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat sehingga segala tantangan mampu ditaklukan sampai akhir penyelesaian penulisans kripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Proses Pembuatan Keranjang Tradisional saloi di Tidore Kepulauan Maluku Utara” Dengan penuh kerendahan hati tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Erwin Akip., S.Pd.,M.Pd.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Andi. Baetal Mukaddas, S.Pd, M.Sn. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

5. Dr. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn. Pembimbing I. 6. Irsan Kadir, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing II.

7. Khususnya, Kedua Orang Tua ayahanda Sofyan Yusuf dan Ibunda Hisma Ismail S.Pd yang tulus memberikan doa yang tiada hentinya dan penuh kasih saying mendukung langkah kemajuan Ananda.

8. Kepada adinda M.ImamNugraha dan Nayla Tri Wulandari yang telah memberikan semangat dan doa.

9. Seluruh pengurus Himpunan Pendidikan Seni Rupa yang telah memberikan semangat dan motifasi.

10. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan Paterodactyla ngkatan 2014 tanpa terkecuali, terimakasih atas kerjasama dan kekompakanya yang diberikan selama menjalani perkuliahan.

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya.

(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Penulisan yang Relevan ... 5

2. Pengertian proses ... 7

3. Pengertian pembuatan ... 7

4. Pengertian kerajinan ... 8

5. Pengertian Estetika ... 8

6. Pengertian keranjang tradisional/saloi ... 10

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 20

B. Variable dan Desain Penelitian ... 22

C. Defenisi Operasional Variabel ... 24

D. Sasaran Penulisan ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian... 29

B. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN PERSURATAN RIWAYAT HIDUP

(10)

Gambar 1. Saloi rotan ... 12

Gambar 2. Saloi bambu ... 12

Gambar 3. Saloi kayu ... 13

Gambar 4. Bambu wuluh ... 14

Gambar 5. Bambu duri ... 15

Gambar 6. Bambu apus ... 15

Gambar 7. Anyaman lungsi dan pakan ... 17

Gambar 8. Skema kerangka pikir ... 19

Gambar 9. Peta kota tidore kepulauan ... 21

Gambar 10. Design penelitian ... 23

Gambar 11. Parang memotong bambu ... 31

Gambar 12. Parang membelah bambu ... 31

Gambar 13. Gergaji ... 32

Gambar 14. pisau ... 33

Gambar 15. Proses pengambilan bambu ... 33

Gambar 16. Proses memotong bambu apus ... 34

Gambar 17. Proses pengambilan rotan... 34

Gambar 18. Proses memotong rotan ... 35

Gambar 19. Pohon balsa ... 35

Gambar 20. Proses pemotongan bambu apus ... 36

Gambar 21. Proses pengupasan kulit luar bambu apus ... 36

Gambar 22. Proses pemilihan bambu apus ... 37

(11)

Gambar 26. Hasil pengukiran kayu balsa untuk penahan saloi ... 40

Gambar 27. Proses membentuk ruas bambu secara horizontal ... 40

Gambar 28. Membuat bentuk saloi ... 41

Gambar 29. Membuat dasar kerangka saloi menjadi segi empat ... 41

Gambar 30. Meraut bambu ... 42

Gambar 31. Proses menganyam saloi ... 43

Gambar 32. Menganyam rotan sama bambu ... 43

Gambar 33. Mengikat kayu balsa ... 44

Gambar 34. Saloi setelah dijemur selama dua hari ... 44

Gambar 35. Saloi siap digunakan (finishing) ... 45

Gambar 36. Pembuatan bakul ... 48

Gambar 37. Keranjang pada umumnya ... 49

(12)

Lampiran 2 Format wawancara

Lampiran 2 Dokumentasi

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penciptaan hasil karya seni manusia berwujudkan pada benda-benda yang difungsikan sebagai kebutuhan hidup sehari-hari,hal ini dapat digolongkan sebagai karya kerajinan seni rupa yang memiliki nilai estetis.

Kebudayaan nasional Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus tetap dipelihara, dibina dan dikembangkan guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan bagi perwujudan cita-cita bangsa dimasa depan. Peluang bagi masyarakat luas untuk berperan aktif dalam pembangunan kebudayaan perlu ditumbuhkan.

Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia sejak dahulu dikenal memiliki keanekaragaman kebudayaan yang bernilai tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu daerah pariwisata utama di Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan yang ada didaerah ini antara lain tari-tarian,lagu atau nyanyian, adat istiadat, kerajinan ukiran, anyaman dan sebagainya.

Selain dikenalakan kebudayaannya, Maluku Utara juga terkenal kaya akan sumber daya alam meliputi hutan dan tanah yang subur. Hal tersebut memberikan peluang bagi masyarakat Kelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore Kota Tidore Kepulauan untuk mengolah potensi alam tersebut. Salah satu potensi alam yang dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat dikelurahan ini adalah tumbuhan bambu.

(14)

Tumbuhan bambu memiliki banyak fungsi dan juga memiliki nilai ekonomi. Oleh karena itu, sangat penting untuk dijaga dan dikelola dengan baik, agar dapat diekspor atau diperdagangkan keluar daerah, baik dalam bentuk barang mentah maupun barang jadi. Disisi lain, ada sekelompok masyarakat sebagai pengrajin mengolah tumbuhan bambu tersebut menjadi suatu kerajinan anyaman.

Salah satu kerajinan anyaman yang dimaksud adalah kerajinan saloi,yang sampai saat ini masih ditekuni oleh pengrajin, meskipun sudah berkurang dibandingkan dengan masa yang lampau, karena kegiatan ini dijadikan ssebagai pekerjaan sampingan. Kerajinan ini perlu dijaga dan dilestarikan, Karena memiliki nilai budaya yang tinggi serta memiliki ciri khas tersendiri dari segi bentuknya.

Berbeda dengan karya anyaman yang lain, keajinan saloi berfungsi serupa dengan tas ransel yang di desain mengecil dibagain bawah dengan penampangatas berbentuk bulat dan penampang bawah persegi panjang, bagain belakangya terdapat dua tali yang digendong layaknya ransel.

Kerajinan saloi ini dikerjakan langsung oleh tangan-tangan terampil karena memiliki tingkat kesulitan tertentu dalam membuatnya.Proses pembuatannya masih menggunakan peralatan yang sederhana dan bersifat tradisional yaitu turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Melihat produk yang dihasilkan para perajin,baik dari segi bentuk,maupun teknik anyam yang digunakan masih tergolong standar,sehingga kurang mampu bersaing dengan produk kerajinan didaerah lain. Hal inilah yang merupakan suatu

(15)

hambatan bagi para pengrajin dalam berkarya. Selain itu juga dapat berakibat kurangnya generasi yang akan menekuni seni kerajinan saloi dimasa depan.

Berdasarkan kenyataan diatas, penulis tergugah untuk meneliti tentang proses pembuatan kerajinan saloi, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat dan penunjang bagi para pengrajin dalam membuat benda kerajinan Saloi tersebut. Hal-hal yang bersifat penghambat dapat diatasi secepatnya,serta memberikan saran yang sifatnya membangun agar kedepannya produk yang dihasilkan dapat mengalami peningkatan, terutama dari segi kualitas dan keindahannya,sehingga dengan demikian kerajinan tersebut menjadi salah satu unsur seni budaya yang dapat dikembangkan dan dilestarikan.

B. Rumusan Masalah

Penulisan ini berusaha mengumpulkan data tentang proses pembuatan kerajinan saloi di Kelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore, Kota Tidore Kepulauan. Oleh karena itu,untuk memberikan gambaran yang lebih jauh tentang proses pembuatannya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembuatan keranjang Tradisional saloi di Kelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore kepulauan ?

2. Apa sajakah yang membedakan keranjang Tradisional saloi di Tidore kepulauan dengan keranjang pada umumnya?

(16)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis merumuskan tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh data mengenai cara proses pembuatan keranjang Tradisional saloi.

2. Untuk memperoleh data mengenai perbedaan keranjang Tradisional saloi di Tidore dengan keranjang pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui bagaimana proses pembuatan keranjang Tradisional saloi.

2. Dapat menambah wawasan pengrajin dalam upaya peningkatan kreativitas dan produktivitas dalam pembuatan keranjang tradisional saloi.

3. Sebagai bahan acuan/referensi bagi mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang ingin melakukan penelitian yang sejenis. 4. Sebagai pelestari nilai-nilai budaya tradisional dalam masyarakat khsusnya

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Penulisan yang relevan

Adapun beberapa penulisan yang relevan dengan penulisan ini adalah: a. Hasil penulisan Sudrajat

Ajat dalam jurnalnya yang berjudul “Pelatihan Keterampilan Pembuatan Keranjang Buah Dari Bambu Untuk Merintis Kewirausahan Bagi Mantan Tenaga Kerja Wanita Di Provinsi Banten” jenis penulisan yang digunakan adalah penulisan memakai metode ceramah dan metode praktik. Penyajian teori tentang pelatihan praktik pembuatan keranjang buah diberikan dalam bentuk ceramah. Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh narasumber kepada peserta pelatihan. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaianya, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajaran lain. Sedangkan metode pembuatan keranjang buah dilakukan melalui metode pratik secara langsung sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta. Melalui kegiatan praktik langsung diharapkan peserta/ibu-ibu mendapatkan pengalaman melalui interasi langsung dengan objeknya.

Praktik langsung adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan cara melakukan praktik secara langsung sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta pelatihan. Pelatihan ini dilakukan dengan 2 cara,

(18)

yaitu: 1) pemberian teori hakikat dan makna pelatihan pembuatan keranjangbuah. 2)pelaksanaan praktik, pada pelaksanaan ini ibu-ibu langsung praktik pembuatan keranjang buah.

b. Hasil penulisan Siska

Penulisan yang berjudul “Etnobotani Rotan Sebagai Bahan Kerajinan Anyaman Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Kelam Kabupaten Sintang” metode analisis data ini menggunakan Deskriptif kualitatif, data yang diperoleh melalui pedoman wawancara yang dianalisis melihat jawaban dari informan. Arikunto (2005) mengemukakan penulisan deskriptif dimaksudkan “untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada menurut apa adanya pada penulisan yang dilakukan”. Penulisan ini secara purposive sampling dimana penetuan sampel secara sengaja dengan prinsip pertimbangan (Slovin dalam Umar, 2005). Kriteria responden dalam penulisan ini adalah masyarakat yang memanfatkan tumbuhan bambu dalam kerajinan anyaman. Kriteria penentuan responden yaitu: bisa menganyam khususnya dari bahan bambu. Disini juga ditanyakan mengenai cara pengolahan,cara pemakaian, hingga cara budi daya dan tingkat kegunaan spesies tumbuhan bambu yang dimanfatkan.

Dengan demikian perbedaan antara penulisan yang diatas dan penulisan kali ini yaitu bersifat deskriptif kualitatatif dengan pendekatan kualitatif yang dimana meliputi penulisan yang difokuskan pada latar alamiah secara utuh melibatkan manusia (termasuk kepenulis) sebagi alat pengumpul data, menggunakan metode kualitatif dan analisis data secara induktif,menyusun teori dasar secara deskriprif.

(19)

2. Pengertian proses

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,adapun pengertian‘’proses adalah suatu urutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,’’1989:703).Sedangkan menurut (Wahyudi,1979: 3)“pengetahuan teknologi kerajinan anyaman bahwa proses adalah runtutan kerja dari suatu pekerjaan yang merupakan suatu rangkaian kegaitan dalam suatu perubahan yang dilakukan dalam pengembangan sesuatu”. Jadi dapat dikatakan bahwa proses merupakan suatu rangkaian yang dilakukan oleh manusia untuk membuat sesuatu dimana kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling bersusulan dari awal hingga akhir.

3. Pengertian pembuatan

Menurut W.J.S Poerwadarminta yang dimaksud dengan“pembuatan adalah cara yang dilakukan untuk mengadakan sesuatu benda”. maksud dari padapendapat diatas adalah kegiatan yang sengaja dilakukan untuk menghasilkan suatu barang yang menjadi tujuan dari kegiatan itu. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pembuatan adalah hal cara hasil proses atau tempat membuat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pembuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat sesuatu benda atau barang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengrajin dalam membuat suatu benda.khususnya dalam hal ini adalah pembuatan Keranjang tradisional/saloi Proses ini merupakan

(20)

suatu system yang saling berkaitan dan berangkai mulai kegiatan pengolahan bahan sampai pada proses pembuatan dan hasil.

4. Pengertian kerajinan

Menurut Kusnadi (1998:11) kerajinan adalah “kata harfiahnya dilahirkan oleh sifat rajin dari manusia, dikatakan pula bahwa titik berat penghasilan atau pembuatan seni kerajinan bukan dikarenakan oleh sifat rajin tetapi lahir dari sifat terampil seseorang dalam menghasilkan suatu produk kerajinan.”

Dari uraian pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kerajinan adalah suatu karya yang dihasilkan seseorang dengan menggunakan bahan tertentu menjadi barang yang memiliki nilai guna.

5. Pengertian Estetika

Estetika merupakan salah satu cabang dari filsafat. Kata estetika berasal dari sebuah kata yaitu aesthesiss yang berarti sensifitas atau perasaan. Pengertiaan estetika secara sederhana yaitu sebuah ilmu yang mebahas tentang nilai keindahan,dimana nilai tersebut bisa terbentuk ,dan juga bisa dirasakan oleh seseorang.

(21)

a. Nilai estetika

Penilaian keindahan yakni sebagai aspek teknis dalam menciptakan suatu karya seni rupa, akan tetapi aspek penilaian terhadap keindahan itu tergantung penilaian masing-masing orang.

Nilai keindahan (estetis) dalamseni kriya susah dibedakan dengan seni rupa murni, karya penerapannya hampir sama dengan kedua karya tersebut. Membedakan seni kriya dengan seni rupa murni adalah penerapan dan nilai fungsinya, karya seni rupa murni hanya memiliki nilai fungsi keindahannya saja, sedangkan karya seni kriya memiliki fungsi estetis dan penerapannya lebih kepada nilai fungsional.

Nilai fungsional dari seni kriya adalah nilai dimana benda tersebut berguna dalam kehidupan sehari-hari, seni kriya juga nilai fungsional tidak hanya keindahannya saja, nilai fungsional sangatlah penting bagi karya seni kriya karna tanpa nilai fungsional maka seni kriyaakan dianggap sebagai seni murni, karena seni kriya merupakan seni terapan maka harus mempunyai nilai fungsional.

Nilai-nilai keindahan (estetik) memiliki prinsip :

1. Kesatuan (unity)

2. Keselarasan (harmoni)

3. Keseimbangan (balance)

(22)

b. Nilai estetika keranjang tradisional saloi

Keranjang tradisional saloi memiliki nilai estetika dilihat dari proses pengambilan bahan hingga pembuatannya dengan cara dianyam dan ini merupakan seni terapan yang bersifat fungsional, karena keranjang tradisional saloi ini digunakan untuk upacara adat dan juga digunakan sebagai kubutuhan masyarakat dalam memanen hasil alam.

Dalam karya seni yang berkaitan dengan bentuk kerajinan yang memiliki makna keranjang tradisional saloi ini mempunyai makna terdapat dalam bentuk yang mempunyai nilai dan makna tentang tempat dimana keranjang ini diproduksi.

Penciptaan desain kerajinan tradisional saloi ini bentuknya mengikuti fungsi, kerena faktor estetika dari sebuah kerajinan adalah faktor kebergunaan. Dari aspek fungsi ini dapat menambahkan kenyamanan dan keamanan penggunaan produk kerajinan.

6. Pengertian keranjang tradisional/saloi

a. Keranjang tradisional/saloi

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keranjang atau bakul (Bahasa Indonesia)/boboko (Sunda), adalah sebuah wadah yang biasanya dibuat dari serat-serat tanamanyang dianyam. Pada bagian atasnya bisa terbuka atau bisa ditutup dengan sebuah penutup.

Salo imerupakan ransel unik khas MalukuUtara. Kebanyakan warga

(23)

bahasa Maluku yang artinya gadis, akan bepergian sambil membawa saloi. Tas ini bisa dibuat dari kayu atau anyaman bambu dan rotan.bentuknya mirip keranjang atau bakul yang didesain mengecil di bagian bawah.Dengan penampang atas berbentuk bulat dan penampang bawah persegi panjang.Bagian belakangnya dipasang dua tali agar bisa digendong layaknya ransel.

Hingga saat ini saloi masih menjadi identitas kebudayaan Maluku yangdijaga oleh masyarakatnya.Bukan hanya digunakan untuk kepentingan sehari-hari, tapi juga menjadiwisata karyaberupa kerajinan tangan dari anyaman.

7. Sejarah saloi

Dahulu saloi biasa dipakai orang tua saat musim panen padi di ladang. Hingga kini masyarakat lazim menggunakannya sebagai alat tradisional untuk membawa beraneka ragam dan hasil bumi dari kegiatan mereka sehari-hari.

Saloi yang unik ini rata-rata dibuat sendiri oleh masyarakat, dengan

menyesuaikan ukurannya pada siapa yang menggunakan. Misalnya saloi yang dipakai anak-anak akan dibuat dengan ukuran yang lebih kecil. Anyaman saloi meski nyaris sama bentuk, bisa berbeda ukuran dan bahan pembuatannya. Saloi yang terdapat di Malifut biasannya berukuran lebih kecil. Pembuatannya pun terdiri dari bahan dasar pelapah sagu, rotan, kulit pohon dan bambu. Sementara suku Toguthil yang hidup di pedalaman hutan kabupaten Halmahera Timur diketahui mengunakan saloi kayu. Beda halnya dengan suku Tobaru di kabupaten Halmahera Barat yang menggunakan saloi rotan kerap digunakan untuk membawa hasil panen yang ringan seperti rempah-rempah.

(24)

8. Jenis-jenis saloi

Ada dua jenis saloi yang digunakan pada umumnya yaitu Saloi Kayu dan Saloi Bambu/Rotan. Saloi bambu/rotan terbuat dari jalinan rotan sehingga sehingga membentuk bentuk kerucut terpacung, yang biasanya saloi bentuk ini digunakan oleh kaum wanita atau ibu-ibu untuk membawa hasil panen yang ringan seperti rempah-rempah.

Gambar 2.1.saloi rotan

Sumber : https://goo.gl/images/nUAYA5

Gambar 2.2. saloi bambu Sumber :https://goo.gl/images/t6FS3W

(25)

Gambar 2.3.saloi Kayu

Sumber :https://goo.gl/images/TMQhaj

B. Pengertian dan jenis bambu

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,bambu adalah tumbuhan yang tumbuh berumpun, berakar serabut, yang batangnya bulat berongga, beruas-ruas, keras dan tinggi (antara 10-20meter), dipakai sebagai bahan bangunan rumah dan perabot rumah tangga (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:128).

Bambu banyak terdapat diberbagai daerah diIndonesia. Tanaman ini merupakan jenis tanaman yang berfungsi serbaguna dan dapat tumbuh di dataran rendah hingga daerah pegunungan,dengan ketinggian 3.000 meter dari permukaan laut. Bambu sangat menyenangi tempat-tempat terbuka yang bebas dari genangan air. Karena itu bambu banyak tumbuh di lereng-lereng gunung atau tebing-tebing sungai (Basuki,Budi, 1982: 2). Jenis-jenis bambu yang dikenal diIndonesia antara lain:

(26)

a. Bambu tali atau bambu apus

b. Bambu hitam atau bambu wulung

c. Bambu petung

d. Bambu duri

e. Bambu ampel

f. Bambu tutul

g. Bambu talan

h. Bambu cangkoreh atau bambu kadalan

i. Bambu gombong

j. Loleba

k. Bambu wuluh

Adapun jenis-jenis bambu yang terdapat diKelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore Kota Tidore Kepulauan adalah:

Gambar2.4. Bambu Wuluh (Dokumentasi:Amri Nur, 2013)

(27)

Gambar2.5.Bambu duri

(Dokumentasi:Amri Nur, 2013)

Gambar2.6.Bambu Apus Dokumentasi:Amri Nur, 2013)

(28)

C. Pengertian Anyaman

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain, 1990:53) “anyaman ialah hasil menganyam. Menganyam ialah mengatur (bilah,daun lontar dan sebagainya) tindih-menindih dan silang-menyilang (seperti membuat tikar, bakul, dan sebagainya)”.

Seni anyaman adalah suatu seni kriya yang pengerjaannya dengan cara mengikat dan menumpang tindihkan atau menyilang-nyilangkan bahan sehingga menjadi suatu karya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kerajinan anyaman ialah suatu kegiatan yang menciptakan suatu benda (karya) dengan cara menjalin atau mengatur (bilah,daun,dan sebagainya) yang Memerlukan keterampilan dan kecekatan. Pembuatan barang-barang dengan caraatau teknik susup-menyusup antara lungsi dan pakan.

Menurut S.Wahudidan Magimin Darmowiyoto (1979:3), pengertian anyam ialah“suatu usaha dan keterampilan masyarakat dalam pembuatan barang-barang dengan cara atau teknik susup-menyusup antara lungsi dan pakan". Selanjutnya dijelaskan bahwa lungsi ialah (a) pita atau daun anyam tegak lurus terhadap sipenganyam,(b) berhadapan dengan sipenganyam. Sedangkan pakan ialah pita atau daun anyam pada lungsi,(b) pita atau daun anyam yang dilintaskan pada lungsi.

(29)

Menurut KokoK.Arifien“pakan ialah lembar bahan anyam atau iratan yang melintang (dari kiri kekanan), sedangkan lungsi ialah lembar bahan anyam atau iratan yang membujur (dari atas kebawah)”.

Lungsi pakan

Gambar2.7.

Anyaman Lungsi dan Pakan (Sumber: Koko K.Arifie

(30)

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan dari beberapa konsep atau teori yang telah dipaparkan pada kajian pustaka, sehingga dapat dibuat kerangka yang dijadikan sebagai acuan konsep berfikir tentang proses pembuatan kerajinan keranjang tradisional/saloi di Kelurahan Topo, Kecamatan kota Tidore, Kota Tidore Kepulauan .

Pembuatan kerajinan keranjang tradisional yang dibuat oleh Masyarakat di Kelurahan Topo, Kecamatan kota Tidore,kota Tidore Kepulauan ini terbuat dari bahan utama yaitu bambu yang mudah terjangkau di tempat tersebut. Dalam hal ini juga Masyarakat di wilayah setempat memanfatkan lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai objek berkarya.

Skema dibawah ini adanya keterkaitan erat antara satu dengan yang lain baik dalam menggunakan bahan dan alat yang sesuai dengan pembuatan seni kriya tersebut,proses pembuatan,maupun perbedaan keranjang Tradisional saloi dengan keranjang pada umumnya yang perlu diperhatikan sehinggadapat diketahui keberhasilan pembuatankaryatersebut.

Dengan melihat konsep yang telah disebutkan di atas maka skema kerangka berfikir dalam penulisan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(31)

Gambar 2.8. Skema Kerangka Pikir Proses Pembuatan keranjang

tradisional saloi

Hasil karya

Perbedaan keranjang Tradisional saloi dengan keranjang pada

umumnya

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penulisan ini bersifat deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, pendekatan yang dianggap cocok digunakan adalah pendekatan kualitatif.Ciri-ciri penulisan kualitatif meliputi penulisan yang difokuskan pada latar alamiah secara utuh melibatkan manusia (termasuk penulis) sebagai alat pengumpul data, menggunakan metode kualitatif dan analisis data secara induktif, menyusun teori dasar secara deskriptif.

Menurut Moleong dalam buku Suharsimi Arikunto (2010:22), sumber data penulisan kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh penulis, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya.

2. Lokasi penelitian

Kota Tidore adalah salah satu kota di provinsiMaluku Utara, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 1.550,37 km², yang menjadikannya kota terluas ketiga di Indonesia setelah Kota Palangka Raya dan Kota Dumai. Kota Tidore dipimpin oleh wali kotaCaptain Ali Ibrahim dan wakil wali kota Muhammad Senin (2016 –2021). Tepat di Kecamatan Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan, ibu kota provinsi Maluku Utara berada di Kota Sofifi.

(33)

Peta Kota Tidore Kepulauan

Gambar3.1.

PetaKota Tidore Kepulauan (Sumber Google Maps)

Lokasi penulisan ini diKelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore Kota Tidore Kepulauan. Kelurahan Topo berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat Kota Tidore Kepulauan.

Kelurahan Topo dikelilingi dengan pegunungan dan hutan yang belum terlalu disentuh oleh masyarakat setempat, akan tetapi ada beberapa masyarakat

(34)

yang memanfaatkan hutan tersebut sebagai tempat berkebun, sehingga penduduk di sini mayoritas berprofesi sebagai petani.

Di kelurahan Topo juga terdapat beraneka ragam hasil kerajinan tangan, salah satunya adalah kerajinan keranjang tradisional/saloi. Oleh karena itu sehingga peneliti memilihnya menjadi lokasi penelitian.

B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel penelitian

Variabel adalah masalah yang diamati dalam suatu penulisan yang dilakukan guna memperoleh data tentang proses pembuatan Keranjang Tradisional/Saloi di kelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore Kota Tidore Kepulauan. Adapun variable yang dimaksud dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah proses pembuatan keranjang Tradisional saloi di Kel

Topo Kecamatan Kota Tidore Kepulauan.

b. Perbedaan keranjang Tradisional saloi dengan keranjang pada

umumnya.

2. Desain penelitian

Desain penulisan merupakan strategi dalam mengatur setting penulisan dan dibuat sebagai kerangka acuan dalam melaksanakan penulisan. Agar penulisan ini dapat terlaksana dengan baik,maka desain penulisan harus disusun dengan terencana. Desain penulisan ini dapat kita lihat pada skema berikut:

(35)

Gambar 3.2. Desain penelitian

Dengan melihat skema diatas, maka penulis akan memperoleh gambaran mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penulisan dimulai dari perencanaan, kemudian melakukan penulisan dengan metode-metode yang

Perencanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data tentang bahan dan alat pembuatan kerajinan Keranjang Tradisional/Saloi Pengumpulan data tentang proses pembuatan kerajinan Keranjang Tradisional/Saloi Pengumpulan data tentang perbedaan keranjang Tradisional saloi dengan keranjang pada umumnya Analisis data Kesimpulan

(36)

telah ditentukan. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk mengambil kesimpulan akhir tentang proses pembuatan kerajinan keranjang tradisional/saloi.

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas sasaran penulisan dan menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap variabel-variabel dalam penulisan ini, maka variabel tersebut perlu didefinisikan sebagai berikut:

1. Bahan dan alat merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam proses pembuatan kerajinan keranjang tradisional/saloi.

2. Fungsi proses pembuatan kerajinan keranjang tradisional/saloi yang dimaksud adalah menjelaskan fungsi karya kerajinan saloi dalam kaitannya dengan adat dan budaya masyarakat setempat.

3. Perbedaan keranjang Tradisional/saloi diKelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore Kota Tidore Kepulauan dengan keranjang pada umumnya.

D. Sasaran Penulisan

Adapun sasaran penulisan ini adalah seorang pengrajin keranjang tradisional/saloi diKelurahan Topo Kecamatan Kota Tidore Kota Tidore Kepulauan. Untuk mengambil sampel, dilakukan percobaan mulai dari persiapan bahan, proses pembuatan sampai tahap akhir atau finishing.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) “teknik pengumpulan data merupakan langkah yanng paling strategis dalam penulisan, karena tujuan utama dari

(37)

penulisan adalah mendapatkan data”. Sedangkan menurut Suharismi Arikunto (2002:136) “teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penetlitianya”.

Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi)

Teknik observasi yaitu teknikp engumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap objek penulis yakni mengamati bagaimana proses pembuatan kerajinan keranjang tradisional/saloi, mulai dari persiapan bahan dan alat, langkah-langkah pembuatan sampai finishing, serta perbedaan kerajinan keranjang Tradisional.

2. Wawancara (interview)

Menurut Mohamad Ali(1987:83),“teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan Tanya jawab dengan sumber data”. Dalam hal ini, penulis mengadakan komunikasi secara langsung dengan pengrajin tentang letak perbedaan keranjang tradisional/saloi.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data dokumen berupa gambar atau foto. Data yang diperoleh merupakan data yang dapat menunjang proses dan hasil penulisan. Alasan pemilihan cara ini karena dianggap sebagai salah satu cara untuk memperoleh data secara tepat, cepat dan efisien.

(38)

4. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

5. Catatan pengamatan

Catatan pengamatan merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data kualitatif. Pengamatan untuk memperoleh data dalam penulisan memerlukan keatelitian untuki mendengarkan dan perhatian yang hati-hati dan terperinci pada apa yang dilihat. Catatan pengamatan pada umumnya berupa tulisan tangan.

F. TeknikAnalisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Patton (1990) berpendapat “bahwa tidak ada cara yang paling benar secara absolut untuk mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasikan data kualitatif.” Karena itu, maka prosedur analisis data dalam penulisan ini disasarkan kepada sejumlah teori dan disesuiakan dengan tujuan penulisan.

a. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dicacat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagaian yaitu deskriptif dan

(39)

reflektif. Catatan deskriptis adalah catatan alami, (catatan tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialami sendiri oleh penulis tampa adanya pendapat dan penafsiran dari penulis terhadap fenomena yang dialami.catatan rflektif adalah catatan yang berisis kesan, komentar, pendapat, tafsiran penulis tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya.

b. Reduksi data

Setelah pengumpulan data terkumpul selanjutnya dibuat reduksi data yang dimana bentuk analisis yang menajamkan,menggolongkan,mengarahkan, mebuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data yaitu:

1. Seleksi keatat atas data. 2. Ringkasan atau uraian singkat.

3. Menggolongkanya dalam pola yang lebih luas. c. Penyajian data

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan tabel. Tujuan sajian data adalah untuk menggabukan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi.

d. Kesimpulan

Kesimpulan dilakukan selama proses penulisan berlangsung seperti halnya proses reduksi data setelah data terkumpul cukup memadai maka

(40)

selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil keismpulan akhir.

Setelah pengumpulan data dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara maka selanjutnya di lakukan penyajian data dimana penulis membuat laporan hasil penulisan yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan penulis, selanjutnya reduksi data penulis menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga pada kesimpulan.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas secara lengkap mengenai data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. tentang proses pembuatan keranjang Tradisional saloi di Tidore Kepulauan Maluku Utara.

1. Bagaimanakah Proses pembuatan keranjang tradisional di kelurahan Topo Tidore kepulauan Maluku Utara.

Gambaran tentang proses pembuatan keranjang tradisional saloi di Tidore kepulauan Maluku Utara.

a. Pemilihan alat dan bahan

Pemilihan bahan pada pembuatan saloi di Tidore kepulauan Maluku Utara, dilakukan dengan memilih bambu apus, rotan tohiti, kayu yang cocok dan berkualitas baik untuk membuat kerajinan saloi yang terdapat di daerah Tidore Kepulauan.

Untuk membuat kerajinan saloi yang kuat dan dapat bertahan lama, diperlukan bambu yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, serta rotan yang digunakan adalah rotan hutan (gosomo) dan kayu balsa (tolor golo) untuk kegunaan saloi tersebut.

(42)

Bahan yang biasa digunakan untuk membuat saloi yang berkualitas adalah bambu apus, rotan, kayu balsa (kayu tolor) dapat ditemukan di hutan sekitar pemukiman masyarakat yang di kelurahan topo, Tidore Kepulauan. Disamping itu perajin saloi di Tidore Kepulauan khususnya di Kelurahan Topo, untuk membuat kerajinan tradisional saloi ada waktu tertentu dan hari tertentu mayarakat di Kelurahan Topo secara bersama-sama membuat keranjang tradisional ini. Misalnya, di waktu memasuki musim panen hasil alam (cengkeh, pala,coklat, durian). Tradisi tersebut dilakukan oleh pengrajin

saloi turun temurun.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk membuat saloi diperlukan bambu apus atau dari bahasa tidore bulu tuhi yang kondisinya baik, kayu dari pohon balsa atau dari bahasa tidore kayu tolor, dan rotan tohiti atau dari bahasa tidore rotan gosomo kemudian dianyam dengan tangan dan dibentuk menjadi variasi sesuai keinginan tetapi lebih umum berbentuk kerucut. Dalam proses pembuatan saloi ada beberapa alat yang digunakan yang terdiri dari alat pokok.

(43)

1. Alat-alat pelengkap membuat saloi a. Parang

Gambar 4.1. parang untuk memotong bambu Dokumentasi Shindy, 11 Juli 2019

Gambar 4.2. Parang untuk dibelah bambu Dokumentasi Shindy 11 Juli 2019

(44)

Parang ini digunakan untuk memotong bambu apus, parang ini dibentuk khusus dan dibuat berbeda dengan bentuknya yang bergelombang dari parang biasanya agar ketika bambu ditebas tidak merusak bentuk bambu.

b. Gergaji

Gambar 4.3. gergaji

Dokumentasi Shindy, 11 Juli 2019.

(45)

c. Pisau

Gambar 4.4. Pisau

Dokumentasi Shindy 11 Juli 2019

Pisau digunakanuntuk mengupaskulit luar bambu agar bambu bisa dibentuk menjadi saloi.

2. Pengambilan bahan pembuatan saloi a. Pengambilan bambu

Gambar 4.5. pengambilan bambu apus (bulu tuhi) Dokumentasi Shindy , 12 Juli 2019

(46)

Pengambilan bambu apus dilakukan oleh perempuan dikebun masyarakat secara bergotong royong.

Gambar 4.6. Proses memotong bambu apus Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019

Proses pengambilan bambu apus ini harus dipilih bambu yang muda dan bentuk bambu yang tidak cacat.

b. Pengambilan Rotan

Gambar 4.7. pengambilan rotan Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019

(47)

Pengambilan rotan dipilih rotan yang tua tapi ,lokasi rotan tidak berjauhan dengan lokasi pengambilan bambu.

Gambar 4.8. Proses Memotong Rotan Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

Pemotongan rotan menggunakan parang, rotan yang dipilih adalah rotan muda

c. Pengambilan kayu balsa (kayu tolor golo)

Gambar 4.9. pohon balsa

(48)

Pengambilan kayu balsa dengan menebang pohon balsa yang paling atas karena lebih ringan untuk digunakan menjadi dasar saloi.

3. Pengolahan bahan untuk membuat saloi a. Memotong bambu apus (bulu tuhi)

Gambar 4.10. proses pemotongan bambu apus Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019

Bambu apus dipotongrata dan dipilah menjadi ukuran kecil agar bisa sesuai dengan bentuk saloi yang diinginkan.

Gambar 4.1. proses pengupasan kulit luar bambu apus. Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

(49)

Proses pengupasan kulit luar bambu apusmenggunakan pisau tujuanya agar bambu mudah dibentuk menjadi saloi.

Gambar 4.12. proses pemilihan bambu apus menjadi beberapa bagian kecil.

Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

.Proses pemotongan bambu apus menjadibagianbagian kecil yang

(50)

b. Membersihkan rotan

Gambar 4.13. memilih rotan yang tua Dokumentasi Shindy, 12 juli 2019.

Gamabar 4.14. pembersihan rotan Dokumentasi shindy, 12 juli 2019.

(51)

Proses pembersihan rotan dilakukan dengan mengupas kulit luar rotan dan daun pada rotan menggunakan pisau lalu rptan dijemur hingga kering.

c. Mengukir kayu balsa (kayu tolor golo)

Gambar 4.15. proses pembuatan dasar penyangga beban saloi dengan kayu balsa. Dokumentasi shindy, 12 juli 2019.

Proses pembuatan dasar untuk penyangga saloi ini menggunakakan kayu balsa karena kayu sangat ringan, kayu balsa dikupas kulit luarnya menggunakan parang lalu dibentuk menjadi segitiga sesuai dengan tiga dusun yang ada di Kel Topo.

(52)

Gambar 4.16. hasil pengukiran kayu balsa sebagai dasar penahan beban saloi.

Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

Hasil dari pembuatan penyangga saloi menjadi tiga segitiga yang melambangkan dusun yang ada di Kel Topo.

4. Proses menganyam keranjang tradisional saloi.

a. Proses awal menganyam keranjang saloi

Gambar 4.17. proses awal membentuk ruas bambu secara horizontal.

(53)

Gambar 4.18. membuat bentuk saloi. Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

Proses pembentukan saloidari bahan dasar ruas bambu yang disusun menjadi empat lalu di anyam menjadi kotak sebelum dibentuk menjadi saloi.

Gambar 4.19. dasar kerangka saloi menjadi segi empat panjang.

(54)

Kerangka saloi di bentuk dengan bambu yang telah anyam diikat dengan rotan lalu dibentuk untuk menjadi kerangka saloi.

a. Membuat raut bambu menjadi ukuran kecil dan tipis.

Gambar 4.20. meraut bambu menjadi ukuran kecil dan tipis.

Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

Proses meraut bambu menjadi ruas berukuran kecil dan tipis lalu dianyam secara rapat dan tujuanya agar saloirapat dan bisa dibentuk.

(55)

Gambar 4.21. proses penganyaman saloi Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

Proses penganyaman dari ruas bambu yang kecil dianyam dengan bambu yang telah dibentuk kerangka saloi.

b. Mengikat rotan untuk dianyam dengan bambu untuk menjadi saloi.

Gambar 4.22. proses membentuk atas saloi

dengan menganyam rotan Bersama bambu. Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

(56)

Proses membentuk atas saloi menjadi lingkaran bulat lalu bambu dianyam bersama rotan dan diikat dengan tali.

Gambar 4.23.mengikat kayu balsa (kayu tolor

golo) menggunakan tali tohiti untuk sebagai penyangga dasar saloi.

Dokumentasi Shindy, 12 juli 2019.

Gambar 4.24.saloi setelah dijemur selama dua hari. Dokumentasi Shindy, 12 juli 2019.

(57)

Gambar4.25. saloi siap digunakan untuk memanen hasil alam.

Dokumentasi Shindy, 12 Juli 2019.

Setelah penggabungan bahan dasar dari bambu,rotan,kayu balsa,tali tohiti, menjadi saloikemudian hasil akhir saloi dijemur selama dua hari.

2. Apa sajakah yang membedakan keranjang Tradisional saloi di Tidore dengan keranjang pada umumnya.

Perbedaan antara keranjang tradisional Saloi dengan keranjang pada umumnya terletak pada alat dan bahan yang digunakan, proses pembuatan, bentuk yang memiliki khas dari daerah tersebut dan memiliki perbedaan dengan keranjang pada umumnya, memiliki makna yang berkaitan dengan adat istiadat daerah tersebut, pembuatan keranjang tradisional saloi tidak setiap hari di produksi. Perbedaan tersebut yang penulis bandingkan dengan di daerah

(58)

lain salah satu contohnya keranjang yang biasa digunakan di daerah lain untuk memanen hasil alam.

1. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan saloi. Alat : Parang khusus memotong bambu, pisau, gergaji.

Bahan : Bambu apus ( bulu tuhi), Rotan , Tali , kayu balsa (kayu golo) 2. Proses pembuatan saloi di topo kota tidore kepulauan.

Pada pembuatan saloi seperti yang ada pada gambar diatas, dari proses pengambilan bahan hingga proses pembuatan salaoi seluruhnya dilakukan oleh perempuan karena keranjang tradisional saloi khususnya di tidore kepulauan sudah menjadi tradisi turun temurun, dari hasil wawancara penulis dengan tokoh masyarakat (sesepuh) di tanah adat kelurahan topo,Bapak Halim beliau menjelaskantentang proses pembuatan keranjang tradisional saloi, pengrajinnya harus perempuan dan dilakukan secara bergotong royong didampingi oleh Laki-laki, menurut tokoh adat tersebut agar saloi lebih bagus dan mempunyai nilai keindahan, dan juga untuk perempuan agar bisa menunjukan bahwa mereka bisa bekerja dan mampu bertani seperti laki-laki pada umumnya.

3. Pembuatan keranjang tradisional saloi

Dari proses pengumpulan bahan dan pembersihan bahan hingga proses menganyam bambu,rotan dan kayu dibentuk hingga menjadi saloi yang berciri khas daerah kota tidore kepulauan. Ciri khasnya terletak pada pembuatan keranjang tradisional saloi ini, membuat saloi harus mendekati

(59)

waktu musim panen misalnya pada musim panen hasil bumi. Menurut bapak Halim Muhammad selaku sesepuh adat di kelurahan Topo ada makna dalam pembuatan saloi harus di waktu panen tujuanya untuk berterima kasih kepada Alam karena telah memberikan segalanya sehingga mendekati musim panen masyarakat sangat berantusias untuk menyambutnya, untuk perempuan membuat kerajinan tradisional saloi dan laki-laki mempersiapkan alat untuk digunakan oleh perempuan. Misalnya, membersihkan dan mengasah parang dan pisau.

Ciri khas lain juga terletak pada bentuk saloi, bentuk dari keranjang ini sangat unik karena dibuat sesuai dengan bentuk punggung agar dalam mengangkat berat beban dari hasil panen tidak terasa terlalu berat. Menurut bapak Halim Muhammad saloi dibuat mengecil dibagian bawah dengan penampang atas berbentuk bulat dan penampang bawah persegi panjang serta bagian belakangnya dipasang dua tali agar bisa dibopong seperti ransel.

3. PerbedaanSaloi Dengan Keranjang Pada Umumnya Penulis Mengambil Sampel Keranjang Bakul.

Sedangkan perbedaan keranjang tradisional saloi dengan keranjang pada umumnya penulis mengambil sampel keranjang di daerah banyumas untuk memanen padi.

Keranjang tradisional biasanya disebut bakul atau dingkul, keranjang bakul merupakan alat untuk memanen padi yang berbentuk anyaman kotak

(60)

persegi panjang dan lazimnya terbuat dari bambu dengan jenis apus dan rotan. Proses pembuatan kerajinan bakul melaui tahapan sebagai berikut:

1) Bambu dipotong menjadi beberapa ruas; 2) Bambu dibelah menjadi bentuk lembaran tipis; 3) Lembaran bambu dijemur sampai kering;

4) Lembaran bambu yang sudah dikeringkan kemudian langsung dianyam;

a) Bagian atasnya menggunakan rotan yang telah dibentuk melingkar kemudian diikat dengan tali lalu dianyam bersama bambu;

b) Bagian bawahnya menggunakan bambu yang ukurannya lebih besar kemudian diikat dengan tali lalu dianyam bersama bambu.

Kerajinan bakul pada umumnya memiliki bentuk yang sama di daerah jawa tengah hampir rata-rata bentuk bakulnya sama, proses pembuatan bakul sebagai berikut:

Gambar 4.26.proses pembuatan bakul Dokumentasi dari Google 22 juli 2019.

(61)

Gambar 4.2.keranjang pada umumnya Dokumentasi dari Google 22 juli 2019

Gambar 4.28.bakul siap dipakai Dokumentasi dari Google 22 juli 2019

(62)

B. PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan dengan mengaitkan teori-teori yang dikemukakan terlebih dahulu dengan kenyataan yang didapat dilapangan.

1. Proses pembuatan Keranjang Tradisional “saloi” di Tidore kepulauan Maluku Utara

Dalam proses pembuatan saloi ada beberapa tahap yang ditempuh oleh pengrajin antara lain :

A. Pemilihan alat dan bahan

Pemilihan bahan baku yang berkualitas baik dalam suatu jenis usaha apapun, meimiliki peranan yang cukup besar dalam menentukan kualitas hasil produksi. Oleh karena itu kriteeria pemilihan dan pengetahuan akan bahan baku yang baik mutlak diperlukan.

Oleh perajin saloi di kelurahan Topo Kota Tidore Kepulauan, pemilihan bahan baku bambu dilakukan dengan cara memilih bambu yang berkualitas baik, dan tidak terlalu muda dan juga tua agar dapat menimbulkan efek pamor pada saloi yang indah. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan rotan dan kayu balsa yang sangat baik.

Alat dan Bahan yang diperlukan untuk membuat keranjang tradisional

(63)

a. Parang

Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa, bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunanya sebagai alat potong pada bambu,rotan dan kayu atau alat tebas untuk penggunanya keluar masuk hutan. b. Gergaji

Gergaji adalah perkakas berupa besi tipis bergigi tajam yang digunakan untuk memotong atau pembelah kayu atau benda lainya.

c. Pisau

Pisau adalah alat yang digunakan untuk memotong sebuah benda.Pisau berfungsi untuk meraut bambu agar lebih halus.

d. Bambu apus

Bambu apus atau bambu tali merupakan jenis bambu yang tersebar luas di indonesia dan asia tropis. Jenis bambu ini banyak diusahakan untuk bahan baku pembuatan kerajinan tangan.

e. Rotan

Rotan adalah hasil hutan non kayu yang dapat memberi konstribusi kepada masyarakat dalam meningkatkan pendapatan keluarga.Rotan merupakan tanaman pemanjat dari family palme.rotan tumbuh liar di dalam hutan atau ada yang sengaja menanam. Rotan dapat di panen setiap saat dengan memperhatikan bagian bawah batangnya, tidak tertutup oleh kelopak,daun sudah menering,duri dan kelopak daun sudah rontok.

(64)

f. Kayu Balsa

Kayu balsa adalah kayu dari pohon biasa, tumbuhan asli dari Amerika selatan, Ochroma pyramidale, jenis kayu ini juga banyak tumbuh di Indonesia.kayu balsa digunakan untuk pembuatan saloi karena sangat ringan dan kuat.

A. Pengolahan bahan

Pengolahan bahan pada pembuatan saloi di Keluharan Topo Kota Tidore Kepulauan, dilakukan dengan cara mengolah bahan baku tersebut dari bahan aslinya menjadi sebuah saloi, adapun bentuk dan pengolahan dari bahan baku tersebut dalam membuat saloi dengan memperhitungkan besar kecilnya sebuah saloi yang akan dibuat sesuai ukuran postur tubuh orang yang akan menggunakan saloi dari anak-anak sampai pada orang dewasa. Dalam pengolahan bahan ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh pengrajin antara lain :

1) Pemilihan bahan untuk membuat saloi a. Pengambilan bambu apus (bulu tuhi)

Pengambilan bambu apus di hutan harus dipilih bambu yang berkualitas baik, dan tidak terlalu muda dan juga tua, proses pengambilan bambu juga harus dilakukan oleh perempuan secara bergotong royong dan diarahkan oleh pria. Proses tersebut dilakukan sejak dahulu dari turun temurun hingga sekarang.

(65)

b. Pengambilan Rotan

Pengambilan rotan dihutan juga dilakukan oleh perempuan secara bergotong royong, proses pemilihan rotan juga harus yang tua agar kuat untuk dibentuk menjadi lingkaran.

Proses membersihkan rotan dan membentuk rotan menjadi lingkaran dengan tali lalu dibiarkan beberapa hari hingga mongering dengan maksud agar rotan tidak mudah terlepas, rotan dibentuk lingkaran sesuai dengan lingkaran yang telah jadi tidak boleh lebih atau kurang dari lingkaran sebelumnya yang telah menjadi saloi.

c. Pengambilan kayu balsa (kayu tolor golo)

Untuk membuat saloi agar mampu menahan beban ketika di letakan diatastanah diperlukan alas penyangga yang kuat dan ringan maka setiap pengrajin saloi mencari kayu yang ringan juga kuat maka dipilih kayu balsa (kayu tolor golo).

d. Mengukir kayu balsa (kayu tolor golo)

Proses membersihkan kayu balsa yang telah di tebang kemudian lanjut pada proses pengukiran dan dilakukan oleh perempuan, kayu balsa diukir membentuk tiga segitiga dan memiliki makna tiga kampung yang ada di kelurahan kalaodi yakni kampung dola, golili, dansowong.

(66)

e. Penyelesaian akhir pembuatan saloi

Setelah melalui proses pengumpulan bahan dan pengolahan bahan telah selesai, maka masuk pada tahapan penyelesaian akhir atau finishing pembuatan saloi dengan cara dianyam.

1) Proses menganyam keranjang tradisional saloi.

Dalam proses menganyam saloi, hal pertama yang dilakukan adalah dengan memotong bambu menjadi beberapa ruas kemudian di susun delapan ruas sebagai tiang awal berbentuk horizontal untukdianyam, dan delapan ruas berbentuk vertical dalam pembuatan saloi harus berjumlah genap tidak boleh ganjil tujuannya agar tidak cepat terlepas. Kemudian bambu dibentuk persegi empat sebagai dasar awal untuk membuat saloi.

2) Membuat raut bambu menjadi ukuran kecil dan tipis.

Proses meraut bambu menjadi ukuran kecil dan tipis, lalu kemudian dianyam untuk mengikat kerangka dasar saloi juga menutupi cela dari kerangka dasar saloi.

3) Mengikat rotan untuk dianyam dengan bambu untuk menjadi saloi.

Rotan yang telah dibuat menjadi lingkaran kemudian diikat dan dianyam Bersama bambu yang dibentuk, kegunaan rotan yakni agar bambu yang telah dianyam tadi tidak mudah terlepas dan menjadi pengikat agar saloi tidak berubah bentuk.

(67)

4) Mengikat kayu balsa yang telah dibentuk untuk dianyam dengan saloi Bambu yang telah dibentuk menjadi saloi tadi kemudian di ikat dengan tali agar menjadi dasar penyangga beban pada saloi. Lalu kemudian dipasangkan tali tohiti untuk saloi bisa dibopong.Kemudian, saloi yang telah jadi di jemur dibawah sinar matahari selama dua hari.

B. Perbedaan keranjang tradisional saloi dengan keranjangpada umumnya.

Perbedaan antara keranjang tradisional Saloi dengan keranjang pada umumnya terletak pada alat dan bahan yang digunakan, proses pembuatan, bentuk yang memiliki khas dari daerah tersebut dan memiliki perbedaan dengan keranjang pada umumnya, memiliki makna yang berkaitan dengan adat istiadat daerah tersebut, pembuatan keranjang tradisional saloi tidak setiap hari di produksi. Perbedaan tersebut yang penulis bandingkan dengan di daerah lain salah satu contohnya keranjang yang biasa digunakan di daerah lain untuk memanen hasil alam.

Pada pembuatan saloi seperti yang ada pada gambar diatas, dari proses pengambilan bahan hingga proses pembuatan salaoi seluruhnya dilakukan oleh perempuan karena keranjang tradisional saloi khususnya di tidore kepulauan sudah menjadi tradisi turun temurun, dari hasil wawancara penulis dengan tokoh masyarakat (sesepuh) di tanah adat kelurahan topo, Bapak Halim Muhammad beliau menjelaskantentang proses pembuatan keranjang tradisional saloi, pengrajinnya harus perempuan dan dilakukan secara bergotong royong

(68)

didampingi oleh Laki-laki, menurut tokoh adat tersebut agar saloi lebih bagus dan mempunyai nilai keindahan, dan juga untuk perempuan agar bisa menunjukan bahwa mereka bisa bekerja dan mampu bertani seperti laki-laki pada umumnya.

Dari proses pengumpulan bahan dan pembersihan bahan hingga proses menganyam bambu,rotan dan kayu dibentuk hingga menjadi saloi yang berciri khas daerah kota tidore kepulauan. Ciri khasnya terletak pada pembuatan keranjang tradisional saloi ini, membuat saloi harus mendekati waktu musim panen misalnya pada musim panen hasil bumi. Menurut bapak Halim Muhammad selaku sesepuh adat di kelurahan Topo ada makna dalam pembuatan saloi harus di waktu panen tujuanya untuk berterima kasih kepada Alam karena telah memberikan segalanya sehingga mendekati musim panen masyarakat sangat berantusias untuk menyambutnya, untuk perempuan membuat kerajinan tradisional saloi dan laki-laki mempersiapkan alat untuk digunakan oleh perempuan. Misalnya, membersihkan dan mengasah parang dan pisau.

Ciri khas lain juga terletak pada bentuk saloi, bentuk dari keranjang ini sangat unik karena dibuat sesuai dengan bentuk punggung agar dalam mengangkat berat beban dari hasil panen tidak terasa terlalu berat. Menurut bapak Halim Muhammad saloi dibuat mengecil dibagian bawah dengan penampang atas berbentuk bulat dan penampang bawah persegi panjang serta bagian belakangnya dipasang dua tali agar bisa dibopong seperti ransel.

(69)

Sedangkan perbedaan keranjang tradisional saloi dengan keranjang pada umumnya penulis mengambil sampel keranjang di daerah banyumas untuk memanen padi. Keranjang tradisional biasanya disebut bakul atau dingkul, keranjang bakul merupakan alat untuk memanen padi yang berbentuk anyaman kotak persegi panjang dan lazsimnya terbuat dari bambu dengan jenis apus dan rotan. Proses pembuatan kerajinan bakul melaui tahapan sebagai berikut:

1) Bambu dipotong menjadi beberapa ruas; 2) Bambu dibelah menjadi bentuk lembaran tipis; 3) Lembaran bambu dijemur sampai kering;

a. Lembaran bambu yang sudah dikeringkan kemudian langsung dianyam; b. Bagian atasnya menggunakan rotan yang telah dibentuk melingkar

kemudian diikat dengan tali lalu dianyam bersama bambu;

i. Bagian bawahnya menggunakan bambu yang ukurannya lebih besar kemudian diikat dengan tali lalu dianyam bersama bambu.

ii. Kerajinan bakul pada umumnya memiliki bentuk yang sama di daerah jawa tengah hampir rata-rata bentuk bakulnya sama seperti kerajinan pada umumnya.

Perbedaan keranjang tradisional saloi dengan keranjang pada umumnya yang telah dijelaskan diatas terdapat beberapa perbedaan dari alat dan bahan, bentuk dan teknik menganyam sampai pada proses pembuatan keranjang tradisional saloi dan keranjang pada umumnya.

(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan saloi di kelurahan topo, kota tidore kepulauan melalui tahap pemilihan bahan baku, pengolahan bahan baku dengan proses pembuatan dengan rincian sebagai berikut:

1. Pemilihan bahan baku dilakukan dengan cara memilih bahan baku yang baik, cocok dan kuat untuk diolah menjadi sebuah saloi yang baik dan berkualitas.

2. Proses pembuatan saloi dimulai denganpemilihan bahan dari bambu apus, rotan, kayu balsa dan tali tohiti. Setelah bahan tersedia kemudian langkah pertama pembersihan bambu apus dan dipotong sesui ukuranPengambilan bambu apus di hutan harus dipilih bambu yang berkualitas baik, dan tidak terlalu muda dan juga tua, proses pengambilan bambu juga harus dilakukan oleh perempuan secara bergotong royong dan diarahkan oleh pria. Proses tersebut dilakukan sejak dahulu dari turun temurun hingga sekarang.Pengambilan rotan dihutan juga dilakukan oleh perempuan secara bergotong royong, proses pemilihan rotan juga harus yang tua agar kuat untuk dibentuk menjadi lingkaran. Kemudian Proses membersihkan rotan dan membentuk rotan menjadi lingkaran dengan tali lalu dibiarkan beberapa hari hingga mongering dengan maksud agar rotan tidak mudah terlepas, rotan dibentuk lingkaran

(71)

sesuai dengan lingkaran yang telah jadi tidak boleh lebih atau kurang dari lingkaran sebelumnya yang telah menjadi saloi.Proses membersihkan kayu balsa yang telah di tebang kemudian lanjut pada proses pengukiran dan dilakukan oleh perempuan, kayu balsa diukir membentuk tiga segitiga. Setelah melalui proses pengumpulan bahan dan pengolahan bahan telah selesai, maka masuk pada tahapan penyelesaian akhir atau finishing pembuatan saloi dengan cara dianyam.

3. Perbedaan antara keranjang tradisional Saloi dengan keranjang pada umumnya terletak pada alat dan bahan yang digunakan, proses pembuatan, bentuk yang memiliki khas dari daerah tersebut dan memiliki perbedaan dengan keranjang pada umumnya, memiliki makna yang berkaitan dengan adat istiadat daerah tersebut, pembuatan keranjang tradisional saloi tidak setiap hari di produksi. Perbedaan tersebut yang penulis bandingkan dengan di daerah lain salah satu contohnya keranjang yang biasa digunakan di daerah lain untuk memanen hasil alam. Dari proses pengumpulan bahan dan pembersihan bahan hingga proses menganyam bambu,rotan dan kayu dibentuk hingga menjadi saloi yang berciri khas daerah kota tidore kepulauan. Ciri khasnya terletak pada pembuatan keranjang tradisional saloi ini, membuat saloi harus mendekati waktu musim panen misalnya pada musim panen hasil bumi, perempuan membuat kerajinan tradisional saloi dan laki-laki mempersiapkan alat untuk digunakan oleh perempuan.

(72)

B. Saran

1. Disarankan kepada masyarakat tetap menjaga kelestarian budaya yang dari dulu menjadi tradisi turun temurun. Bagi pemerintah harus memberikan perhatian khusus dibidang kebudayaan dan adat istiadat. 2. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya jurusan seni rupa, hasil

penelitian ini dijadikan referensi dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang keranjang tradisional saloi yang ada di kota tidore kepulauan.

(73)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohamad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Arifien K. Koko. 2011. Peluang Bisnis Anyaman. Bandung: Yrama Widya Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Basuki,Budi. 1982.Anyaman Bambu. Cetakan Pertama;Jakarta:PT. Penebar. Departemen Pendidikan Kebudayaan, 1989. Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Cetakan ke2.Jakarta: Balai Pustaka.

Margono,G.1990.Keterampilan Anyaman Bambu dan Rotan. Cetakan Pertama. Semarang: AnekaIlmu.

Poerwadarminta,W.J.S. 1982.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Wahudi,S.Darmowiyoto,Magimin. 1979. Pengetahuan Teknologi

Kerajinan Anyaman. Jakarta : Depdikbud.

Wahyudi.1979. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Zain-Badudu,1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia, cetakan kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Sumber internet

Alamendah,2011. Jenis-jenis Bambu di Indonesia. Online.http://

alamendah.wordpress.com/2011/01/28/jenis-jenis-bambu-di-indonesia/.Diakses tanggal 25 Januari 2013.

Departemen Pendindikan Nasional.2008. Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 27 Tahun 2008 Tentang standar akademik dan Kompetensi.(Online).http//www.bnspindonesia.org/document.php?id=

44. Diakses 22 November 2018

Siska, Lusia.2015. Etnobotani Rotan Sebagai Bahan Kerajinan Anyaman Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Kelam Kabupaten Sintang. Jurnal Hutan Lestari,(online), Vol,3,No.

(74)

4(http://jurnal.utan.ac.id/index.php/jmfkh/arcitle/view/12316) diakses

26 januari 2019

Sudrajat, Ajat.2016. Pelatihan Keterampilan Pembuatan Keranjang Bakul Dari Bambu Untuk Merintis Kewirausahan Bagi Mantan Tenaga Kerja Wanita Di Provinsi Banten. Jurnal Sarwahita,(Online),Vol,

13,No. 1 (http://doi.org/1021009/sarwahita.131.07) diakses 26 januari 2019

Tokogabe,2013.Sangkar Ayam Kecil. Online.http://tokogabe.com/sangkar-ayam-kecil/.Diakses tanggal 25 April 2013.

Yokimirantiyo,2012.KerajinanTanganAnyaman.

Online.http://yokimirantiyo.blogspot.com/2012/09/kerajinan-tangan-anyaman.html.Diakses tanggal 25 April2013.

(75)

1. Profil nara sumber dalam hal ini sesepuh adat 2. Format wawancara

3. Dokumentasi 4. Hasil akhir

(76)

PROFIL HALIM MUHAMMAD

Nama : Halim Muhammad

Tempat Tanggal Lahir : Kalaodi, 20-04-1966

Agama : Islam

Alamat : Kelurahan Topo Kota Tidore Kepulauan

Jabatan/Pekerjaan : Sesepuh Adat / Petani

Bapak Halim Kelahiran Kalaodi, Kota Tidore Kepulauan tepatnya pada tanggal 20 april 1966. Beliau merupakan sesepuh adat yang menekuni pekerjaan sehari-hari sebagai petani, beliau diangkat sebagai sesepuh adat dikelurahan topo pada tahun 2001 dan dipercaya sebagai sesepuh bobeto (juru bicara) dalam proses wawancara bapak halim memberikan penjelasan menyangkut makna dari segi bentuk saloi sampai pada proses pembuatan saloi.

(77)

Wawancara yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dalam penelitian yang berjudul “ Proses Pembuatan Keranjang Tradisional Saloi Di Tidore Kepulauan Maluku Utara”. Adapun proses pertanyaan dalam format wawancara yang akan diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

A. Proses pemilihan bahan baku

1. Bagaimana cara menentukan bahan baku yang baik untuk dibuat saloi? 2. Dimana lokasi pengambilan bahan baku tersebut?

3. Bagaimana cara mendapatkan bahan tersebut?

B. Proses pengolahan bahan baku

1. Alat apasajakah yang digunakan dalam proses pengolahan bahan baku? 2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam proses pengolahan bahan baku hingga

siap untuk dibuat saloi?

C. Proses pembuatan

1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam proses pembuatan saloi?

2. Hal-hal apasaja yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan saloi?

D. Perbedaan saloi dengan keranjang pada umumnya

1. Apa yang menjadi pembeda antara saloi dengan keranjang pada umumnya?

Gambar

Gambar 2.1.saloi rotan
Gambar 2.3.saloi Kayu
Gambar 4.1. parang untuk memotong bambu  Dokumentasi Shindy, 11 Juli 2019
Gambar 4.3. gergaji
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Proses pembuatan film dibagi menjadi (a) tahap praproduksi seperti penulisan skenario, pembentukan tim produksi, perekrutan pemain, pemilihan lokasi, pembuatan storyboard,

Proses pembuatan gerakan karakter dilakukan di Retas Studio Stylos karena software ini berbasis vektor agar jika diperbesar gambar yang dibuat tidak mudah

Pada penelitian tentang proses pembuatan cenderamata pinisi dari bahan kayu dan media tempurung kelapa pada siswa kelas XI MA Aisyiah Sungguminasa dilakukan

Hasil penelitian yakni ada beberapa tahap dalam proses berkarya seni lukis ekspresionisme yang dilakukan oleh siswa kelas XI MA Bontomarannu yaitu menyiapkan alat dan

Mengkirau dilakukan dengan baik dan sejalan dengan syariat Islam, baik pada bahan baku, modal, proses produksi dan pemasaran, hanya saja masih sederhana dalam berbagai

Ada dua buah proses utama yang akan dilakukan yaitu kriptografi untuk enkripsi teks dan steganografi pada penyisipan ciphertext ke dalam media gambar.. Secara lebih rinci