KEMAMPUAN SISWA KELAS XI MA BONTOMARANNU DALAM BERKARYA SENI LUKIS EKSPRESIONISME
DENGAN TEKNIK CAT AIR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh : HARIYANTI
1054108615
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : HARIYANTI
Stambuk : 10541086315
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Judul Skripsi : Kemampuan Siswa Kelas XI MA Bontomarannu dalam Berkarya Seni Lukis Ekspresionisme dengan Teknik Cat Air.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 16 Juli 2020 Yang Membuat Pernyataan
HARIYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : HARIYANTI
Stambuk : 10541086315
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi ini (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi saya, akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian ini seperti pada butir 1, 2, 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 16 Juli 2020 Yang Membuat Perjanjian
HARIYANTI
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : HARIYANTI
Stambuk : 10541086315
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Judul Skripsi : Kemampuan Siswa Kelas XI MA Bontomarannu dalam Berkarya Seni Lukis Ekspresionisme dengan Teknik Cat Air.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 16 Juli 2020 Yang Membuat Pernyataan
HARIYANTI
vi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : HARIYANTI
Stambuk : 10541086315
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi ini (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi saya, akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian ini seperti pada butir 1, 2, 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 16 Juli 2020 Yang Membuat Perjanjian
HARIYANTI
vii
“…Allah tidak membebani seseorng melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
(Q.S Al-Baqarah ayat 286)
Puji Syukur atas Kehadirat Allah SWT, yang Telah Memberikan Rahmat dan Hidayahnya Sehingga Saya Bisa Menyelesaikan Skripsi Hasil Kerja Sendiri
Skripsi hasil kerja sendiri kupersembahkan kepada orang-oarang terkasihku Orang Tua
Selalu memberi doa untuk kebaikanku dan selalu memberi semangat Tak pernah mengeluh untuk mencari nafkah untuk membiyayai sampai perguruan tinggi
Kakak dan Adik
Selalu memberi dukungan dan doa Nasehat didalam bertingkah laku Teman Kuliah
Selalu memberi semangat dan dukungan
Banyak cerita dan saling mengingatkan satu sama lain di dalam bertingkah laku
viii ABSTRAK
HARIYANTI. 10541086315. 2020.“Kemampuan Siswa Kelas XI MA Bontomarannu dalam Berkarya Seni Lukis Ekspresionisme dengan Teknik Cat Air. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Baetal Mukaddas dan Pembimbing II Rosly.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kemampuan siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air dan kendala apa yang dialami siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air dan mendeskripsikan kendala apa yang dialami siswa dalam berkaya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air.
Objek penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Ipa 1 MA Bontomarannu yang berjumlah 13 orang siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes praktik, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisi data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yakni ada beberapa tahap dalam proses berkarya seni lukis ekspresionisme yang dilakukan oleh siswa kelas XI MA Bontomarannu yaitu menyiapkan alat dan bahan, membuat gambar sketsa pada kertas, mewarnai hasil gambar sketsa menggunakan cat air, hasil karya dan finishing. Dalam proses pembuatan karya siswa kelas XI MA Bontomarannu sudah tergolong cukup mampu meski ada beberapa hambatan yang dialami oleh siswa, hal tersebut masih ada beberapa tahapan yang dilakukan tidak sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Selain dari proses tersebut kesesuaian antar hasil karya siswa dengan kreatvitasnya sudah ada beberapa siswa yang membuat karya sesuai dengan tema, selain itu hasil karya seni lukis ekspresionisme pada siswa kelas XI MA Bontomarannu sudah dapat dinyatakan memiliki tingkat kreativitas yang baik, ini dapat dilihat dengan hasil karya yang mereka ciptakan, dimana karya yang dihasilkan mampu mencapai nilai rata-rata. Dimana aspek yang dijadilkan indikator penilaian kualitas yaitu aspek pewarnaan, kreativias, komposisi gaya perseorangan dan teknik.
xii
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
SURAT PERJANJIAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR SKEMA ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
B. Kerangka Pikir... 35
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 36
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Variable dan Desain Penelitian ... 39
E. Defenisi Operasional Variabel ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
G. Teknik Analisi Data ... 42
H. Instrumen Penelitian ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Hasil Penelitian ... 44
B. Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiv
1. Kerangka Pikir ... 35 2. Desain Penelitian ... 40
xv
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Gambar 2.1 Karya: Gustav Courbet (1819-1877) “Pemecah Batu ... 11
Gambar 2.2 Karya: Edgar Degas. (1834-1917) “Rehearsal Of The Scene ... 12
Gambar 2.3 Karya: Raden Saleh, (1811-1880) “Arab Attacked by Lion ... 13
Gambar 2.4 Karya: Pablo Picasso “Gadis didepan cermin ... 14
Gambar 2.5 Karya: Salvador Dali. 1904 “Persistance Memory ... 15
Gambar 2.6 Karya: Andi Warhol “Gold Marilyn Monroe ... 16
Gambar 2.7 Karya: Affandi Koesoema (1961), “Potret Diri & Topeng- topeng Kehidupan ... 17
Gambar 4.3 Hasil karya siswa Asrullah Syawal lilin ... 63
Gambar 4.4 Hasil karya siswa Ratnawati wortel ... 64
Gambar 4.5 Hasil karya Eka Rahmatika menara mercusuar ... 65
Gambar 4.6 Karya Risnawati, bunga... 66
Gambar 4.7 Karya Julianti, buah semangka ... 67
Gambar 4.8 Karya Riskawati Handayani, mata ... 68
Gambar 4.9 Karya Hasrawati, membaca buku ... 69
Gambar 4.10 Hasil Karya Sumarni, bunga matahari ... 70
Gambar 4.11 Hasil karya Jumriani, perempuan ... 71
Gambar 4.12 Hasil karya Nurfadillah, kucing ... 72
Gambar 4.13 Hasil karya Ilham Syaputra, pohon ... 73
Gambar 4.14 Hasil karya Abdul Haris Yusuf, bunga... 74
Gambar 4.15 Hasil karya Nur Ikhsan kupu-kupu ... 75
xvi 1. Format Observasi
2. Wawancara 3. Dokumentasi 4. Riwayat Hidup
ABSTRAK
HARIYANTI. 10541086315. 2020.“Kemampuan Siswa Kelas XI MA Bontomarannu dalam Berkarya Seni Lukis Ekspresionisme dengan Teknik Cat Air. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr. Andi Baetal Mukaddas.M.Sn. dan Pembimbing II Rosly.S.Sn,.M.Sn.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kemampuan siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air dan kendala apa yang dialami siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air dan mendeskripsikan kendala apa yang dialami siswa dalam berkaya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air. Objek penelitian ini adalah semua siswa kelas XI Ipa 1 MA Bontomarannu yang berjumlah 13 orang siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes praktik, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisi data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yakni ada beberapa tahap dalam proses berkarya seni lukis ekspresionisme yang dilakukan oleh siswa kelas XI MA Bontomarannu yaitu menyiapkan alat dan bahan, membuat gambar sketsa pada kertas, mewarnai hasil gambar sketsa menggunakan cat air, hasil karya dan finishing. Dalam proses pembuatan karya siswa kelas XI MA Bontomarannu sudah tergolong cukup mampu meski ada beberapa hambatan yang dialami oleh siswa, hal tersebut masih ada beberapa tahapan yang dilakukan tidak sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Selain dari proses tersebut kesesuaian antar hasil karya siswa dengan kreatvitasnya sudah ada beberapa siswa yang membuat karya sesuai dengan tema, selain itu hasil karya seni lukis ekspresionisme pada siswa kelas XI MA Bontomarannu sudah dapat dinyatakan memiliki tingkat kreativitas yang baik, ini dapat dilihat dengan hasil karya yang mereka ciptakan, dimana karya yang dihasilkan mampu mencapai nilai rata-rata.
Dimana aspek yang dijadilkan indikator penilaian kualitas yaitu aspek pewarnaan, kreativias, komposisi gaya perseorangan dan teknik.
ix Assalamu alaikum, Wr.Wb.
Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayah-Nya pada semua umat manusia, salawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membebaskan kita dari belenggu-belenggu dari zaman jahiliyah.
Suka duka, senang susah mewarnai proses-proses dalam menjalani penulisan skripsi ini. Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat sehingga segala tantangan mampu ditaklukan sampai akhir penyelesaian penulisan skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul
“Kemampuan Siswa Kelas XI MA Bontomarannu dalam Berkarya Seni Lukis Ekspresionsme dengan Teknik Cat Air ”
Dengan penuh kerendahan hati tak lupa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ayahanda Dr.Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
x
3. Ayahanda Dr. Andi Baetal Mukaddas. M.Sn. Ketua Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda Makmun, S.Pd. M.Sn Sekertaris Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammdiyah Makassar.
5. Ayahanda Dr. Andi Baetal Mukaddas.M.Sn. pembimbing I 6. Ayahanda Roslyn.S.Sn,.M.Sn. Pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu dosen khususnya dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa yang telah memberikan bantuan ilmu yang mereka miliki.
8. Ucapan terima kasih khususnya orang yang paling berharga dalam hidupku yaitu ayahanda tercinta Kaning dengan ibunda Naisa atas curahan kasih sayang dan do’a restunya kepada ananda sehingga dapat meyelesaikan studi di program tinggi ini.
9. Kepada saudara-saudaraku tercinta, khususnya kakak-kakak yang selama ini telah mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini. Disamping itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada teman-teman dan semua mahasiswa jurusan Seni Rupa pada umumnya, yang turut memberikan dukugannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Disadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna untuk itu dengan segala kekurangan yang ada, saya sangat mengharap masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan tulisan ini. Semoga segala bantuan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis megharapkan agar kiranya skripsi ini dapat diterima khalayak pembaca dan menjadi pedoman bagi perkembangan
xi pencipta
Billahi Fisabilil Haq Fastabiqul Khaerat
Assalamu Alikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 17 Juli 2020
Penulis
Hariyanti
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
SURAT PERJANJIAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR SKEMA ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
B. Kerangka Pikir... 26
xiii
B. Lokasi Penelitian ... 27
C. Populasi dan Sampel ... 29
D. Variable dan Desain Penelitian ... 30
E. Defenisi Operasional Variabel ... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 32
G. Teknik Analisi Data ... 33
H. Instrumen Penelitian ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Hasil Penelitian ... 37
B. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR SKEMA
No Halaman
1. Kerangka Pikir ... 26 2. Desain Penelitian ... 31
xv
1. Lukisan Realisme ... 11 2. Lukisan Impressionisme ... 12 3. Lukisan Romantisme ... 13 4. Lukisan Kubisme ... 14 5. Lukisan Surealisme ... 15 6. Lukisan Pop Art ... 16 7. Lukisan Ekspresionisme ... 17 8. Peta Lokasi ... 28 9. Tabel Populasi Siswa ... 29 10. Tabel Instrumen Penilaian ... 34 11. Tabel Kriteris Penilaian ... 34 12. Gambar Alat dan Bahan ... 38 13. Gambar Proses Pewarnaan dan Fhising ... 39 14. Tabel Klasifikasi Penilaian ... 40 15. Tabel Nilai Kualitas Karya Siswa ... 41 16. Tabel Skor Nilai Siswa ... 42 17. Tabel Hasil Tes Kemampuan Siswa ... 43 18. Gambar Lukisan Jumriani ... 57 19. Gambar Lukisan Asrullah ... 57 20. Gambar Ilham ... 58 21. Gambar Eka ... 59
xvi
22. Gambar Risnawati ... 60 23. Gambar Nur Ikhsan ... 60
xvii
1. Format Observasi ...
2. Wawancara ...
3. Dokumentasi ...
4. Riwayat Hidup ...
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bidang yang harus diutamakan karena para siswa mempunyai berbagai pontensi dalam dirinya. Adanya kecenderungan dewasa ini kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang dan akan harus bisa melakukan pendekatan dalam segala hal (Amri dan Ahmadi, 2010).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005:
“Pendidikan seni budaya dan keterampilan diberikan di Sekolah karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan, terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman secara estetik, dalam bentuk kegiatan berekspresi dan berkreasi serta berapresiasi melalui pendekatan “belajar dengan seni”, dan “belajar melalui seni”.
Pelajaran seni rupa yang merupakan mata pelajaran kesenian di Sekolah Menengah Atas mengacu pada tujuan untuk menumbuhkan sensitivitas dan kreativitas sehingga terbentuk sikap apresiatif, kritis dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh (Depdiknas, 2003: 5).
Menurut Ki Hajar Dewantara (Susanto, 2002: 101) Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga menggerakkan jiwa perasaan manusia. Seni atau kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia atau masyarakat terhadap nilai-nilai keindahan (Rondhi, 2002: 4).
Seni rupa merupakan salah satu cabang seni yang pengamatannya melalui indera mata, karena seni rupa merupakan seni yang manifestasinya kasat mata (Bastom, 1985: 25). Seni rupa adalah ekspresi atau pengungkapan gagasan penguasaan manusia yang diwujudkan dalam perilaku sehingga menghasilkan karya yang bersifat estetis dan bermakna. Seni rupa juga dapat diartikan sebagai hasil aktivitas mencipta berdasarkan norma-norma seni rupa yang bersumber pada rasa haru atas pengamatan objek atau yang diekspresikan kedalam suatu bentuk rupa yang dapat menghantarkan hati sehingga timbul kesan-kesan tertentu dan memperoleh kepuasan (Karang dan Budiasa, 2006: 2).
Karya seni rupa terbagi dalam beberapa macam yaitu seni lukis, seni kriya, seni grafis dan seni ilustrasi. Salahsatu karya seni rupa yang dijelaskan oleh peneliti yaitu Seni lukis. Seni lukis adalah hasil curahan cita rasa dari subjek pencipta dengan menggunakan media karya berupa garis, bidang, warna, tekstur, volume dalam bidang dua dimensi. Seni lukis merupakan bentuk karya seni rupa dua dimensi yang memiliki ukuran panjang dan lebar
3
saja sehingga cara melihatnya hanya satu arah dari depan (Karang dan Budiasa, 2006: 2).
Ada beberapa aliran-aliran yang terdapat dalam seni lukis yaitu gothic, renaisans, barok, naturalisme, neo klasikisme, romantisme, realisme, impresionisme, post impresionisme, kubisme, fauvisme, ekspresionisme, futurisme, dadaisme, surealisme, abstraksionisme, abstrak ekspresionisme, neo dada, pop art (Meisar, 2016: 94). Di sini peneliti hanya menjelaskan aliran seni lukis ekspresionisme yang merujuk pada judul penelitian. Jadi aliran ekspresionisme merupakan upaya pembebasan praktik melukis dari kaidah-kaidah seni akademik yang terlampau rasional penuh pertimbangan dan sangat mengekang perasaan (Meisar, 2016: 113).
Seni lukis merupakan cabang dari seni rupa yang cara pengungkapannya diwujudkan melalui karya dua dimensional di mana terdiri dari unsur-unsur pokok dalam karya dua dimensional adalah bidang, garis, bentuk dan warna (Soedarso, 1990: 11). Di dalam seni lukis terdapat berbagai macam teknik yang digunakan, Salahsatu teknik yang digunakan dalam melukis ialah teknik aquarelle atau cat air. Aquarelle adalah sebuah teknik melukis dengan menggunakan bahan dasar berupa aquarelle (teknik aquarelle), digambarkan melukis dengan cat air yang transparan sehingga
lapisan cat yang ada di bawahnya yakni yang disapukan sebelumnya atau putih kertas masih nampak (Sunaryo dan Sumartono, 2006:17).
Seni rupa merupakan salahsatu cabang seni budaya yang pada umumnya digemari oleh para siswa, karena melalui pelajaran ini siswa dapat
terhibur dan bebas mengekspresikan kemampuannya dalam berimajinasi sesuai dengan keinginannya. Untuk mencapai keahlian dan presentasi di bidang seni rupa khususnya dalam seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air tersebut diharapkan perlu didukung oleh bakat, minat dan pembinaan.
Pembinaan yang dilakukan baik pembinaan formal maupun non formal.
Terkait dengan pembahasan diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul. “Kemampuan Siswa Kelas XI MA Bontomarannu dalam Berkarya Seni Lukis Ekspresionisme dengan Teknik Cat Air”.
Dalam penelitian ini dibatasi pada salahsatu teknik melukis yaitu melukis dengan menggunakan teknik cat air. Pembatasan di atas ini didasarkan pada pertimbangan bahwa materi yang diajarkan di kelas XI MA Bontomarannu, telah sampai pada pembahasan konsep, unsur, bahan, prinsip dan teknik dalam berkarya seni rupa, di mana materi ini masuk dalam karya seni lukis. Adapun alasan pentingnya penelitian ini dilakukan adalah peneliti ingin mengungkapkan secara jelas mengenai kemampuan siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air?
5
2. Kendala apa yang dialami siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang lebih akurat, jelas dan benar atas masalah yang dirumuskan, sehingga dapat memberikan keterangan yang akurat.
Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air.
2. Mendeskrpsikan kendala apa saja yang dialami siswa kelas XI MA Bontomarannu dalam berkarya seni lukis ekspresionisme dengan teknik cat air.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Jika tujuan penelitian ini dapat dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai referensi akademik bagi dosen, mahasiswa dan sebagai sumber informasi tentang kreativitas para siswa MA Bontomarannu dalam melukis dengan tekni cat air.
2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti dalam pembuatan karya ilmiah berikutnya. Terutama dalam bidang seni lukis dengan teknik cat air.
3. Sebagai bahan masukan bagi MA Bontoarannu dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
4. Sebagai bahan petimbangan bagi guru (pendidik) di Sekolah-Sekolah khususnya para guru seni budaya di MA Bontomarannu untuk merancang program pelajaran dan seni rupa khususnya pelejaran seni lukis.
5. Sebagai referensi bagi peneliti yang lain untuk penelitian selanjutnya yang sejenis dengan penelitian yang lain.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian tentang Kemampuan
Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap Hasan Alwi (2007: 707), menjelaskan, pengertian mampu adalah kesanggupan atau kecakapan.
Sedangkan kemampuan adalah kecakapan dan kesanggupan untuk mengerjakan seuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitasnya.
Dalam Taksonomi Bloom (Patriani, 2009: 6) Menetapkan kemampuan menjadi 3 klasifikasi yang meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang yang merupakan kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan nilai-nilai dan sikap siswa.
kemampuan yang menunjuk ke arah pertumbuhan batinia yang terjadi bila seseorang menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk tingkah lakunya (moralnya). Kemampun psikimotorik adalah kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas fisik siswa dalam mencapai proses melalui kemampuan skill. Berdasarka uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan untuk mencapai kematangan sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam berusaha untuk diri sendiri.
2. Jenis-jenis Kemampuan
Menurut Moenir (2008) jenis-jenis kemampuan yaitu:
1. Kemampua Teknis (Technical Skill)
Kemampuan teknis adalah pengetahuan dan penguasaan materi yang bersangkutan dengan cara proses dan prosedur yang menyangkut pekerajan dan alat-alat kerja. Kemampuan teknis yang dimaksud seorang pegawai di dalam perusahaanya harus mampu dalam penguasaan terhadap metode kerja yang ada atau telah ditugaskan.
2. Kemampuan Bersifat Manusiawi (Human Skill)
Kemampuan bersifat menusiawi adalah kemampuan untuk bekerja dalam kelompok suasana dimana organisasi merasa aman dan bebas untuk menyampaikan masalah. Kemampuan yang bersifat manusiawi yang dimaksud kemampuan yang dimiliki oleh karyawan dalam bekerja, bisa kelompok kerja atau tim kerja yang bekerja sama dengan sesama anggota kerjanya. Hal ini sangat penting sekali karena dalam berkomunikasi dapat mengeluarkan ide yang bagus, pendapat bahwa di dalam penerimaan pendapat maupu saran dari orang lain dapat menjadi faktor keberhasilan melaksanakan tugas yang baik.
3. Kemampuan Konseptual (Conceptual Skill)
Kemampuan konseptual adalah kemampuan untuk melihat gambar kasar untuk mengenal adanya unsur penting dalam situasi memahami di antara unsur-unsur ini. Kemampuan konseptual yang dimaksud kemampuan bagi seorang karyawan apabila sebagai (decision maker)
9
atau pengambil keputusan dalam menganalisis dan merumuskan tugas- tugas yang dikembangkannya. Dengan kemampuan ini maka pekerjaan dapat berjalan dengan baik karena dapat memilih prioritas-prioritas pekerajaan yang mana harus didahulukan.
3. Pengertian Seni Rupa
Istilah seni pada dasarnya lebih cenderung diartikan suatu hal yang bernilai indah. Keindahan akan terwujud apabila subjek atau penghayatan seni memiliki perasaan indah, dan objek memiliki nilai keindahan.
Sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keindahan tersebut adalah estetika. Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari semua aspek yang disebut keindahan (Djelantik, 1999). Seni yaitu segala sesuatu kegiatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya (Rebowo, 2011: 13).
4. Pengertian Melukis dan Menggambar
Menurut Salam (2001: 4) mengemukakan pengertian seni gambar dan seni lukis sebagai berikut:
“seni gambar biasanya didominasi oleh goresan-goresan linear yang dihasilkan oleh pensil, pena, atau marker (spidol). Termasuk di antaranya adalah gambar untuk menjelaskan sesuatu keadaan atau ide (gambar diagram, gambar kontruksi, gambar ilustrasi), gambar lucu untuk menghibur (kartun), gambar mengkritik (karikatur), atau gambar yang sekedar dibuat sebagai curahan perasaan semata, Sedangkan seni lukis biasanya mengacu pada karya yang dihasilkan melalui goresan-goresan warna yang relatif lebar yang dihasilkan oleh kuas dan palet”.
Pengertian seni lukis merupakan bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis yang menggunakan garis dan warna, guna
mengungkapkan perasaan mengekspresikan emosi, gerak, ilusi, maupun ilustrasi dari kondisi subyektif seseorang (Susanto, 2011:241). Menurut Galeria Fasya Art Studio, Lukis merupakan cabang atau bagian dari seni rupa dimana wujud dari lukis itu sendiri merupakan karya dua dimensi (dwimatra). Pusat Profil dan Biografi Indonesia mendefinisikan lukis sebagai suatu imajinasi dalam mengespresikan kreativitas seorang seniman yang direalisasikan pada suatu karya seni keindahan.
(http://www.lopank.com/2012/07/pengertian-lukis-menurut-beberapa- ahli.html )
Pada dasarnya menggambar dan melukis memiliki proses yang sama, yakni pemberian goresan yang diwarnai pada bidang datar. Bila menggambar didominasi goresan pensil, dan pena, maka melukis ditandai dengan pengecetan dengan olesan blok berbagai warna yang menggunakan alat kuas, palet dan alat penyemprot. Perlu dijelaskan bahwa antara melukis dan menggambar sekilas hampir tidak ada perbedaannya, lukisan dan gambar tampaknya sama (menyatu), apabila ditinjau dari estetika (keindahan) melukis itu adalah mengekspresikan ide keindahan melalui keterampilan yang diwujudkan dalam membentuk menggambar objek realis dan non realis.
5. Aliran-aliran seni lukis dan contohnya
Seiring dengan perkembangan seni lukis di dunia maka terdapat beberapa aliran-aliran seni lukis yang terkenal dan paling banyak berkembang.
Berikut adalah penjelasan aliran-aliran seni lukis beserta contohnya:
11
a. Aliran Realisme
Seni lukis realisme adalah seni lukis yang dalam pengungkapannya berusaha menggambarkan suatu objek seperti apa adanya, seni lukis realis dalam hal penciptaannya membutuhkan skill (kemampuan) yang tinggi karena dalam melukis realis membutuhkan ketelitian dalam melihat setiap detail dari obek yang akan dilukis, serta ketentuan dan kesabaran (Arsana, 2013:5).
Contoh lukisan realisme sebegai berikut:
Gambar 2.1
Karya: Gustav Courbet (1819-1877) “Pemecah Batu”
Sumber:(http://faculty.etsu.edu/kortumr/humt2320/realisme/stonebreakers.htm.) b. Aliran Impressionisme
Unsur-unsur yang menimbulkan reaksi-reaksi syaraf kemata, ciri khas dari aliran impressionisme. Aliran ini mengandalkan warna-warna yang cerah atau terang (dikutip dari Pratama, Fitrah Gunawan dalam Nyoman, 1983 : 85). Maka kesan dari aliran impreissionisme adalah tanggapan sesaat, menghilangkan detail dengan penggunaan warna- warna cemerlang. Kelompok ini semula siswa terdiri atas beberapa siswa dari Ecole Dez Beaux Arts seperti Monet, Renoir, Sisley. Pelukis
impressionisme yang terkenal seperti Edouart Manet, Claude Monet, Edgar Degas.
Contoh lukisan impressionisme sebagai berikut:
Gambar 2.2
Karya: Edgar Degas. (1834-1917) “Rehearsal Of The Scene”
Sumber: (http://uk.answer.yahoo.com) c. Aliran Romantisme
Aliran ini umumnya ditandai oleh tema-tema yang fantastis, penuh khayal, atau petualangan para pahlawan purba. Juga dapat menampilkan berbagai perilaku dan karakter manusia yang dilebih- lebihkan. Para pelukis ini antara lain Eugene Delacroik (1798-1963), Jean Baptiste Camille Coro (1796-1875) dan Rousseau (1812-1876).
Gaya ini juga berkembang di Jerman, Belanda dan Perancis. Aliran Romantisme merupakan aliran tertua dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan disetiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh peluki-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan pada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan
13
galeri dizaman kolonial. Salahsatu tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.
Contoh lukisan romantisme sebagai berikut:
Gambar 2.3
Karya: Raden Saleh, (1811-1880) “Arab Attacked by Lion”
Sumber: (http://takooneko.com/wp-content/uploads/2016/11/lukisan-romantisme- karya-raden-saleh-arab-lelang-lukisanmenstro-blogspot-com).
d. Aliran Kubisme
Berasal dari kata cubic atau kubis, aliran kubisme lahir pada tahun 1907, merupakan kelanjutan pandangan Paul Cezanne tentang objek ditambah pengenalan atas patung-patung primitif dari Afrika dan Liberia (Susanto, 2011:232). Toko-toko penemu aliran kubisme adalah Paplo Picasso dan George Braque. Jenis atau fase kubisme yang penting ada dua yaitu kubisme analitis dan kubisme sintetis.
Aliran kubisme analitis bertolak dari teori simultanias, objek dipecah- pecah dianalisis dari berbagai sudut pandang, kita dapat melihat objek dari depan, samping, belakang dan tergantung dari keinginan seniman.
Aliran sintesis tidak memecah-mecah objeknya sebalik seakan-akan lukisan itu disusun dari bidang-bidang berlainan warna yan saling
menumpang dan transparan sehingga membentuk objek yang dilukiskan.
Contoh lukisn kubisme sebagai berikut:
Gambar 2.4
Karya: Pablo Picasso “Gadis didepan cermin”
Sumber: (http://media.isnet.org/iptek/100//Picasso.htm) e. Aliran Surealisme
Surealisme pada awalnya gerakan dalam sastra istilah ini dikemukakan apollinare untuk dramanya tahun 1917, karya surealis memiliki unsur keujtan, tidak terduga, ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Banyak seniman dan penulis surealis yang memandang karya mereka sebagai ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan paling maju, Andre Breton mengatakan bahwa surealisme berada di atas segala gerakan revolusi. Seniman- seniman yang tergolong dalam aliran ini adalah Salvador Dali, Rene Magritte, Roberto Matta (Sosanto 2011-386).
Adapun Manifesto Surealisme yang ditulis oleh Breton yaitu sebagai berikut: 1). Surealisme adalah otomatisme psikis yang murni, dengan apa proses pemikiran yang sebenarnya ingin diekspresikan
15
baik secara verbal, tertulis ataupun cara-cara lain. 2). Surealisme bersandar pada keyakinan kami pada realitas yang superior dan kebebasan asosiasi kita yang telah lama ditinggalkan, pada kebebasan mimpi, pada pemikiran kata yang otomatis tanpa control dari kesadaran kita.
Contoh lukisan surealisme sebagai berikut:
Gambar 2.5
Karya: Salvador Dali. 1904 “Persistance Memory”
Sumber: (http://httpandreno.Blogspot.in/2009/10/Salvador-dali.html/m=1) f. Aliran Pop Art
Pop art atau popular art sebuah perkembangan seni yang
dipengaruhi oleh gejala-gejala budaya popular yang terjadi di Masyarakat. Gaya ini lahir juga karena sentuhan dari lahir juga karena sentuhan dari kaum Dada yang mengimbas ke zaman berikutnya (1970-1980). Pop art diawali di London pertengahan tahun 1950-an oleh kelompok independen yang terdiri adanya seniman dan tokoh intelektual. Pop art kemudian berkembang di Amerika pada tahun 1960-an yang dipelopori oleh Jasper Jhon yang terkenal dengan karyanya three flag dan Andi Warhol dengan karyanya Gold Marilyn Monroe. (Susanto, 2011:314).
Contoh lukisan pop art sebagai berikut:
Gambar 2.6
Karya: Andi Warhol “Gold Marilyn Monroe”
Sumber: (http://titikseimbang.Blogspot.in/2014//05/sejarah-pop-art.html?m=1) g. Aliran Ekspresionisme
Aliran Ekspresionisme berasal dari Exspressionism, yaitu gabungan dari kata ex yang berarti “keluar” atau dengan kata lain
“mengekspresikan” dan kata press berarti “tekanan” dan isme berarti
“aliran”. Merupakan sebuah aliran yang berusaha melukiskan aktualitas yang sudah distorsi ke arah suasana kesedihan, kekerasan atau tekanan batin seseorang yang berat (Susanto, 2012: 116).
Ekspresionisme merupakan suatu aliran dalam dunia seni khususnya seni lukis dan sastra yang menekankan pada kebebasan seorang seniman untuk melawan gejolak hati sepenuhnya. Emosi dimuntahkan secara irasional dan visioner (Hartoko, 1986: 64).
Aliran ini pertama kali muncul di Jerman pada tahun 1916- 1925 yaitu periode sebelum dan sesudah peran dunia ke I. Van Gogh dan Paul Gauguin adalah pelopor aliran ini. Namun di Indonesia juga terdapat pelukis aliran ekspresionisme yaitu Affandi Koesoema adalah
17
seorang pelukis yang terkenal melalui teknik khas menupahkan cat dari tube-nya langsung pada kanvas, kemudian menyapunya sebagai cat dengan jari-jarinya. Affandi menyebut dirinya sebagai “Pelukis Kerbau” yang tidak belajar teori, namun mampu dan memahami dan mengaplikasikannya. Karya Affandi yang ditinggalkan sangatlah banyak. Affandi adalah seniman yang sangat produktif dan telah menghasilkan lebih dari 2000 lukisan semasa hidupnya. Salahsatu karya Affandi yang terkenal adalah “Potret Diri”.
Contoh lukisan Ekspresionisme sebagai berikut:
Gambar 2.7
Karya: Affandi Koesoema (1961), “Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan”
Sumber: (http://indraputraprat.blogspot.com/2014/08/pelukis-affandi-koesoema- tahun-1961,html?m=1)
6. Unsur-unsur dalam melukis a. Garis
Garis dalam unsur seni rupa merupakan alur yang paling lembut yang dihasilkan dengan ujung alat seperti pena, pensil, kapur, pastel atau kuas. Di dalam ilmu ukur garis adalah urutan titik-titik yang
berhubungan. Dalam pengertian ini, yang menarik perhatian, yaitu garis sebagai dinamika, garis menyatakan suatu gerak, sedangkan gerak diperlukan untuk berkreasi.
Pada permulaannya, huruf adalah gambar benda-benda yang dinyatakan dengan garis. Dalam perkembangannya, gambar-gambar itu menjadi makin abstrak sehingga menyerupai simbo-simbol benda, kemudian menjadi simbol suara atau bunyi. Bangsa Cina dan Jepang masih mempertahankan huruf sebagai simbol benda. Dalam hubungannya dengan arti yaitu simbol pada garis menurut posisinya garis mempunyai tiga arti, yaitu: 1) garis tegak sebagai simbol hidup, (arti tersebut disesuaikan dengan keadaan manusia dan tumbuh- tumbuhan). Kedua-duanya berdiri tegak dan hidup, maka diri dinyatakan garis tegak. 2) garis mendatar sebagai simbol ketenangan.
(asosiasinya adalah cakrawala yaitu berupa garis lurus mendatar sebagai batas lepas pandang di tepi laut yang tidak tampak tidak bergerak).
Walupun air laut itu selalu bergerak dan tidak punya tepi. 3) adapun gerak disimbolkan dengan garis miring, garis bergelombang atau gabungan antara garis tegak dan garis mendatar. Sesungguhnya garis adalah elemen pokok dalam seni rupa. Dengan garis dapat dinyatakan segala kondisi batin. Garis-garis lembut menunjukkan sikap batin yang lembut pula. Blake menyatakan, apabila di dalam seni rupa, garis-garis batas makin nyata dan makin tajam dan makin kuat, maka makin sempurnalah hasil seninya, (Bastomi, 1992-51).
19
b. Bentuk
Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang berbeda-beda maksudnya, yaitu istilah mass, shape, dan form. Mass diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan volume atau kesabaran, sedangkan shape adalah daerah sekeliling kesabaran yang berarti ruang. Dan
ruanglah yang memberikan kesan bentuk pada sebuah hasil seni rupa.
Oleh kaena itu shape, sering diartikan sebagai bentuk untuk menyatukan benda-benda mati.
Baik massa, shape maupun form merupakan elemen visual pada seni rupa. Untuk kepentingan seni rupa, ketiga istilah itu tidak dibedakan artinya. Maka dari itu, berbicara tentang bentuk tidak terlepas kaitannya dengan elemen garis. Bidang adalah suatu bentuk daratan yang dibatasi garis. Dengan kata lain, bentuk disebut bidang bertepi. Karya seni rupa yang digubah dengan unsur-unsur bidang bertepi akan menghasilkan bentuk geometris. Karena pada seni lukis, seniman lebih bebas mencipta berbagai bentuk. Seni lukis corak abstrak tidak tentu dibatasi oleh bentuk-bentuk geometris sebab seni lukis terbatas pada dimensi dua. (Bastomi, 1992-54).
c. Bidang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama (2008:188) bidang adalah permukaan yang rata dan tentu batasnya. Bidang dapat terjadi jika garis-garis
tertentu berpautan menjadi satu kesatuan, dapat juga terjadi bila beberapa warna terletak berdampingan.
d. Gelap terang
Mata adalah organ yang paling peka terhadap pengaruh cahaya.
Tanpa cahaya akan terjadi gelap. Tanpa cahaya mata tidak dapat melihat benda-benda yang ada hadapannya Jika ada benda yang terlihat berarti ada cahaya yang mengenai benda itu, kemudian benda itu memantulkan cahaya kepada mata, mata meneruskan bayangan benda ke otak, akhirnya timbul image tentang benda itu.
Di dalam pekerjaan seni rupa bagian benda yang terkena cahaya dinyatakan terang, sedangkan bagian yang tidak terkena cahaya dinyatakan gelap. Bagian yang terang disebutkan bagian yang positif, bagian yang gelap disebut bagian yang negatif. Jadi, usaha untuk memperoleh gelap-terang pada lukisan berwarna dapat dicapai dengan menempatkan bermacam-macam tingkatan kekuatan warna. Di dalam bentuk seni rupa dua dimensi diciptakan oleh seniman melalui permainan antara gelap terang, baik dengan media hitam putih atau dengan warna, sehingga menimbulkan ilusi bentuk seperti pada gambar dan lukisan pada umumnya. (Bastomi, 1992-58).
e. Warna
Warna adalah elemen visual yang paling menyenangkan. Setiap orang tentu akan suka melihat warna. Tuhan menciptakan alam semesta
21
ini penuh dengan berbagai bentuk dan warna. Manusia dapat menunjuk dan memilih serta menyusun warna apapun menurut kesukaannya.
Dalam seni rupa, warna menambah kegairahan kerja para seniman dan kepuasan para pengamat sebab warna selamanya menyenangkan.
Di samping itu, warna di dalam seni rupa memberikan nilai estetika dan menjelaskan makna dari isi. Warna, kecuali mempunyai nilai fisis, juga mempunyai nilai psikologis, (Bastomi, 1992-62).
7. Macam-macam teknik melukis dan penjelasannya
Perlu kita ketahui ada bermacam-macam teknik dalam melukis dan setiap orang pasti akan memiliki teknik sesuai dengan kemampuannya.
Macam-macam dalam teknik melukis yaitu sebagai berikut:
a. Teknik Aquarelle
Teknik aquarelle yaitu teknik melukis menggunakan cat air (aquarelle) dengan goresan warna yang tipis, sehingga lukisan yang dihasilkan ini terkesan tembus pandang atau transparan. Pada teknik ini baiknya menggunakan cat yang sedikit encer agar menghasilkan sapuan yang tipis dan ringan. Media yang digunakan dalam teknik ini yaitu kertas lukis khusus cat air. Teknik aquarelle umum biasanya diterapkan pada kegiatan melukis di Sekolah dengan menggunakan cat air dan kertas gambar.
b. Teknik Plakat
Teknik plakat ini merupakan teknik melukis yang menggunakan cat air, cat akrilik, atau cat minyak dengan sapuan warna cat yang tebal
dan kental, sehingga lukisan yang dihasilkan akan tampak pekat atau menutup seluruh medianya. Teknik plakat sering digunakan oleh pelukis profesional untuk menghasilkan sebuah lukisan menawan dan bernilai ekonomi tinggi. Media yang digunakan pada teknik plakat ini yaitu dapat berupa kertas lukis, kanvas, dan medium lainnya.
c. Teknik Semprot (Spray)
Teknik lukis semprot (spray) adalah teknik melukis dengan cara menyemprotkan cat ke media lukis. Cara melukis teknik ini adalah menggunakan bahan cair yang kemudian disemprotkan dengan alat sprayer. Tujuan Teknik ini yaitu untuk menghasilkan lukisan yang
cenderung lebih visual. Beberapa contoh penggunaan teknik ini adalah pada pewarnaan part kendaraan, kasing handphone, produk hias, dan juga pada melukis Grafity dan lain sebagainya.
d. Teknik Pointlis
Teknik pointlis adalah teknik melukis yang cenderung menggunakan titik-titik dan perpaduan warna yang sempurna. Sering dilakukan dengan cara membuat gradasi warna pada gambar untuk mengatur gelap-terangnya gambar. Untuk melakukan teknik ini bisa juga dengan mencampurkan warna dan membuatnya hanya berupa titik- titik, sehingga apabila hasil gambar diteliti akan tampak seperti titik- titik warna
23
e. Teknik Tempra
Teknik melukis Tempra adalah teknik melukis yang dilakukan pada tembok dengan sedemikian rupa. Hal ini nantinya akan menghasilkan sebuah karya seni yang menyatu dengan ilmu arsitektur.
8. Media dalam melukis cat air
Adapun yang menjadi media adalah alat atau bahan yang digunakan dalam melukis dengan teknik cat air yaitu sebagai berikut:
a. Alat melukis 1. Kuas
Umumnya kuas digunakan untuk mencat tembok, besi, dan kayu.
Ukuran kuas bermacam-macam mulai dari no 1 dan 12, namun dalam hal bisa melukis menggunakan kuas khusus yang bentuknya tidak sama dengan kuas pada umumnya. Bentuk alat ini sederhana dan mempunyai berbagai ukuran yang mulai nomor 1 sampai 20.
Alat ini digunakan untuk sapuan dan memindahkan cat ke dalam kanvas dan menghasilkan gambar yang lebih luas.
2. Piring cat
Alat ini juga sangat menunjang dalam melukis karena merupakan tempat untuk mencampur cat. Bentuk umumnya seperti piring dan mempunyai lubang yang cekung untuk tinta atau cat di atasnya.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam melukis cat air yaitu:
1. Cat air
Pengertian yang paling tegas, lukisan cat air berhubungan dengan warna yang mengandung lem sebagai bahan pengikat yang menggunakan air untuk melarutkannya. Dari batasan tersebut menunjukkan bahwa suatu lukisan yang bahan warnanya digunakan secara transparan tanpa menggunakan bahan warna putih atau campuran warna.
2. Kertas gambar
Kertas gambar yaitu sejenis kertas putih yang pada umumnya mempunyai ketebalan tertentu, jenis kertas ini digunakan khusus untuk menggambar menggunakan pensil warna, cat air atau pastel.
9. Bentuk, nilai, dan kreativitas suatu karya a. Bentuk
Menurut Sumardjo (2000: 115) bahwa Sebuah benda seni harus memiliki wujud agar dapat diterima secara indrawi (dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat) oleh orang lain. Benda seni itu suatu wujud fisik.
Tetapi, wujud fisik itu sendiri tidak serta merta menjadi karya seni.
Berseni dan tidaknya suatu wujud fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya.Nilai itupun selalu bersifat subjektif. Tidak ada nilai tanpa subjek. Benda, objek, atau kenyataan itu sendiri seolah bebas nilai. Benda seni hanyalah suatu objek yang kepadanya dapat diberikan nilai-nilai oleh subjek penerima seni.Nilai bentuk inilah yang pertama-tama tertangkap
25
oleh penerima atau penikmat seni. Nilai bentuk tersebut terdiri atas nilai bahan seni atau juga disebut ‘medium’suatu bentuk seni.
Bentuk adalah unsur yang membuat suatu karya seni menjadi lebih bermakna dan hidup dengan segala detail dan sentuhan yang membuatnya lebih indah. Nilai bentuk berkaitan dengan hal yang sifatnya indrawi, artinya penyerapan visual dengan mata menjadi acuan dalam apresiasi, dapat diraba dan dilihat, seperti bahannya, bentuk bangunnya, dan lain- lain. “ Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan bentuk (form) adalah merupakan totalitas dari pada karya seni itu sendiri. Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan dari komposisi dengan unsur pendukung karya lainnya” (Ashari, 2016 : 47) Bentuk merupakan totalitas dari karya seni dengan menyatunya berbagai suatu kesatuan komposisi dengan unsur pendukung karya lainnya.
Sumardjo (2000: 124) : Clive Bell menamakan kualitas seni yang demikian itu sebagai significant form atau bentuk bermakna. Bentuk bermakna dalam seni itu berupa wujud pernyataan seni seorang seniman.
Kalau dia seorang pelukis, maka wujud bentuk seninya terdiri atas warna, garis, bidang, tekstur dll. Kalau dia seorang pemusik, bentuk seninya meliputi bunyi, nada, warna suara, dll. Sebuah karya seni harus selalu bersifat sensoris, yakni terindra oleh mata dan telinga, dan dari penginderaan tadi bergolaklah sejenis emosi tertentu dalam diri penerima seni. Maka, terjadilah apa yang diebut pengalaman seni. Sebuah benda seni baru memiliki bentuk bermakna kalau emosi yang dibangkitkannya
benar-benar emosi baru, segar, unik, khas, yang hanya dapat muncul kalau seseorang menyatu dalam pengalaman seni dengan karya tersebut.
Clive Bell menamakan kualitas seni sebagai bentuk bermakna, sebuah karya seni dikatakan memiliki bentuk bermakna jika karya tersebut mampu ditangkap oleh mata atau telinga atau keduanya sehingga membangkitkan emosi yang baru, segar, unik, dan khas.
a. Nilai
Menurut Sumardjo (2000:135) “ Nilai adalah sesuatu yang bersifat subjektif, tergantung pada manusia yang menilainya” Nilai estetik bersifat subyektif beranggapan keindahan tidak hanya pada unsur-unsur fisik yang diserap oleh mata secara visual, tetapi ditentukan oleh selera penikmatnya atau orang yang melihatnya. “Suatu benda dikatakan memiliki nilai jika benda itu berguna dan berkualitas (baik, benar, adil, indah, dsb). Nilai atau kualitas itu harus tertentu, yang dapat menyebabkan orang mengakuinya.”
(Sumardjo, 2000: 139).
1) Nilai keindahan
“Menurut kamus, indah adalah suatu kualitas yang membuat senang penginderaan dan kegembiraan batin. Sesuatu yang indah dapat memberikan perasaan senang inderawi dan kegembiraan jiwa.” (Sumardjo 2000: 155). Indah dapat menggugah perasaan dan memberikan kepuasan batin seperti halnya pemandangan alam maupun karya seni.
Sumardjo, (2000 : 156) menyatakan bahwa sebuah lukisan, sajak, tarian, teater, seni keindahannya bukan hanya intrinsik seperti
27
pemandangan tadi melainkan juga ekstrinsik. nilai keindahan intrinsik adalah nilai bentuk seni yang diindera dengan mata, telinga, atau keduanya dalam sebuah cerita, nilai isi, atau nilai ekstrinsik atau nilai bahannya berupa rangkaian peristiwa.
Dalam karya seni memiliki dua nilai keindahan yaitu intrinsik dan ektstrinsik. Nilai intrinsik karya seni berarti nilai yang ada di dalam karya seni, merupakan pembentukan fisik dari suatu karya seni yang dapat ditangkap oleh indera mata maupun telinga. Sedangkan ekstrinsik merupakan nilai yang ada di luar karya seni sehingga yang dimaksud adalah kualitas yang di luar dari suatu perwujudan fisik, nilai ini berupa makna, pesan, yang terkandung dalam karya seni diluar dari bentuk fisiknya.
Sumardjo (2000: 157) mengemukakan bahwa Karya seni tetap harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan inderawi dan mengembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja, dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna. Pemandangan tak berkata apa-apa atau tak menyampaikan pesan apa, tetapi setiap karya seni selalu menyampaikan sesuatu dan, aspek sesuatu atau bahan atau isi seni tadilah yang menyebabkan lahirnya perdebatan mengenai indah atau tidak indahnya suatu karya seni. Setiap karya seni tentu mengandung keindahan dan keindahan tidak harus selalu senada dengan keindahan pemandangan alam yang halus, leibt, menentramkan. Indah tidak harus lembut, halus, teratur, seimbang. Indah juga terwujud dalam bentuk kasar, keras, kacau,