• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

8. Media dalam melukis cat air

Adapun yang menjadi media adalah alat atau bahan yang digunakan dalam melukis dengan teknik cat air yaitu sebagai berikut:

a. Alat melukis kanvas dan menghasilkan gambar yang lebih luas.

2. Piring cat

Alat ini juga sangat menunjang dalam melukis karena merupakan tempat untuk mencampur cat. Bentuk umumnya seperti piring dan mempunyai lubang yang cekung untuk tinta atau cat di atasnya.

b. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam melukis cat air yaitu:

1. Cat air

Pengertian yang paling tegas, lukisan cat air berhubungan dengan warna yang mengandung lem sebagai bahan pengikat yang menggunakan air untuk melarutkannya. Dari batasan tersebut menunjukkan bahwa suatu lukisan yang bahan warnanya digunakan secara transparan tanpa menggunakan bahan warna putih atau campuran warna.

2. Kertas gambar

Kertas gambar yaitu sejenis kertas putih yang pada umumnya mempunyai ketebalan tertentu, jenis kertas ini digunakan khusus untuk menggambar menggunakan pensil warna, cat air atau pastel.

9. Bentuk, nilai, dan kreativitas suatu karya a. Bentuk

Menurut Sumardjo (2000: 115) bahwa Sebuah benda seni harus memiliki wujud agar dapat diterima secara indrawi (dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat) oleh orang lain. Benda seni itu suatu wujud fisik.

Tetapi, wujud fisik itu sendiri tidak serta merta menjadi karya seni.

Berseni dan tidaknya suatu wujud fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya.Nilai itupun selalu bersifat subjektif. Tidak ada nilai tanpa subjek. Benda, objek, atau kenyataan itu sendiri seolah bebas nilai. Benda seni hanyalah suatu objek yang kepadanya dapat diberikan nilai-nilai oleh subjek penerima seni.Nilai bentuk inilah yang pertama-tama tertangkap

25

oleh penerima atau penikmat seni. Nilai bentuk tersebut terdiri atas nilai bahan seni atau juga disebut ‘medium’suatu bentuk seni.

Bentuk adalah unsur yang membuat suatu karya seni menjadi lebih bermakna dan hidup dengan segala detail dan sentuhan yang membuatnya lebih indah. Nilai bentuk berkaitan dengan hal yang sifatnya indrawi, artinya penyerapan visual dengan mata menjadi acuan dalam apresiasi, dapat diraba dan dilihat, seperti bahannya, bentuk bangunnya, dan lain-lain. “ Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan bentuk (form) adalah merupakan totalitas dari pada karya seni itu sendiri. Bentuk itu merupakan organisasi atau suatu kesatuan dari komposisi dengan unsur pendukung karya lainnya” (Ashari, 2016 : 47) Bentuk merupakan totalitas dari karya seni dengan menyatunya berbagai suatu kesatuan komposisi dengan unsur pendukung karya lainnya.

Sumardjo (2000: 124) : Clive Bell menamakan kualitas seni yang demikian itu sebagai significant form atau bentuk bermakna. Bentuk bermakna dalam seni itu berupa wujud pernyataan seni seorang seniman.

Kalau dia seorang pelukis, maka wujud bentuk seninya terdiri atas warna, garis, bidang, tekstur dll. Kalau dia seorang pemusik, bentuk seninya meliputi bunyi, nada, warna suara, dll. Sebuah karya seni harus selalu bersifat sensoris, yakni terindra oleh mata dan telinga, dan dari penginderaan tadi bergolaklah sejenis emosi tertentu dalam diri penerima seni. Maka, terjadilah apa yang diebut pengalaman seni. Sebuah benda seni baru memiliki bentuk bermakna kalau emosi yang dibangkitkannya

benar-benar emosi baru, segar, unik, khas, yang hanya dapat muncul kalau seseorang menyatu dalam pengalaman seni dengan karya tersebut.

Clive Bell menamakan kualitas seni sebagai bentuk bermakna, sebuah karya seni dikatakan memiliki bentuk bermakna jika karya tersebut mampu ditangkap oleh mata atau telinga atau keduanya sehingga membangkitkan emosi yang baru, segar, unik, dan khas.

a. Nilai

Menurut Sumardjo (2000:135) “ Nilai adalah sesuatu yang bersifat subjektif, tergantung pada manusia yang menilainya” Nilai estetik bersifat subyektif beranggapan keindahan tidak hanya pada unsur-unsur fisik yang diserap oleh mata secara visual, tetapi ditentukan oleh selera penikmatnya atau orang yang melihatnya. “Suatu benda dikatakan memiliki nilai jika benda itu berguna dan berkualitas (baik, benar, adil, indah, dsb). Nilai atau kualitas itu harus tertentu, yang dapat menyebabkan orang mengakuinya.”

(Sumardjo, 2000: 139).

1) Nilai keindahan

“Menurut kamus, indah adalah suatu kualitas yang membuat senang penginderaan dan kegembiraan batin. Sesuatu yang indah dapat memberikan perasaan senang inderawi dan kegembiraan jiwa.” (Sumardjo 2000: 155). Indah dapat menggugah perasaan dan memberikan kepuasan batin seperti halnya pemandangan alam maupun karya seni.

Sumardjo, (2000 : 156) menyatakan bahwa sebuah lukisan, sajak, tarian, teater, seni keindahannya bukan hanya intrinsik seperti

27

pemandangan tadi melainkan juga ekstrinsik. nilai keindahan intrinsik adalah nilai bentuk seni yang diindera dengan mata, telinga, atau keduanya dalam sebuah cerita, nilai isi, atau nilai ekstrinsik atau nilai bahannya berupa rangkaian peristiwa.

Dalam karya seni memiliki dua nilai keindahan yaitu intrinsik dan ektstrinsik. Nilai intrinsik karya seni berarti nilai yang ada di dalam karya seni, merupakan pembentukan fisik dari suatu karya seni yang dapat ditangkap oleh indera mata maupun telinga. Sedangkan ekstrinsik merupakan nilai yang ada di luar karya seni sehingga yang dimaksud adalah kualitas yang di luar dari suatu perwujudan fisik, nilai ini berupa makna, pesan, yang terkandung dalam karya seni diluar dari bentuk fisiknya.

Sumardjo (2000: 157) mengemukakan bahwa Karya seni tetap harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan inderawi dan mengembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja, dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna. Pemandangan tak berkata apa-apa atau tak menyampaikan pesan apa, tetapi setiap karya seni selalu menyampaikan sesuatu dan, aspek sesuatu atau bahan atau isi seni tadilah yang menyebabkan lahirnya perdebatan mengenai indah atau tidak indahnya suatu karya seni. Setiap karya seni tentu mengandung keindahan dan keindahan tidak harus selalu senada dengan keindahan pemandangan alam yang halus, leibt, menentramkan. Indah tidak harus lembut, halus, teratur, seimbang. Indah juga terwujud dalam bentuk kasar, keras, kacau,

dan tak seimbang atau tak harmonis, asal membawakan suatu makna.

Makna ekstrinsik itulah yang menyebabkan sebuah karya seni dikatakan indah, ‘menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin’. jelaslah bahwa keindahan seni berhubungan dengan unsur ekstrinsik dan instrinsik sekaligus. Keduanya dapat dibedakan tapi tak mungkin dipisakan. Dalam membicarakan unsur ekstrinsik, kita juga berbicara tentang unsur instrinsiknya, dan sebaliknya.

Karya seni selalu mengandung keindahan yang dapat menyenangkan iderawi dan menggembirakan batin. Meskipun karya yang diciptakan dalam bentuk kasar kacau atau tak seimbang asal karya tersebut membawakan suatu makna, maka karya tersebut dapat di katakan indah dan memberikan kepuasan batin. Maka jelas bahwa nilai intrinsik dan ekstrinsik saling berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain dan nilai ini tak dapat dipisahkan dalam sebuah karya seni.

Sumardjo (2000: 140) menyatakan bahwa Nilai-nilai dasar dalam seni apapun dapat disimak sebagai berikut ini. Nilai pertama dalam seni adalah nilai penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai kedua adalah nilai isi (content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri nilai moral, nilai sosial, nilai religi dsb. Nilai ketiga adalah pengungkapan (presentation)

29

yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai keterampilan, dan nilai medium yang dipakainya.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dipahami bahwa karya yang baik adalah karya yang memiliki nilai-nilai dasar seni yaitu nilai penampilan baik dari segi bentuk, nilai isi baik dari segi pengetahuan, nilai rasa, gagasan atau memiliki pesan pada karya tersebut dan nilai pengungkapan nilai ini dapat dilihat dari pribadi orang yang menciptakan karya nilai keterampilan dan nilai bakat yang dimilikinya serta nilai medium yang dipakainya.

Menurut Sumardjo (2000: 144-145) “nilai kualitas dalam seni sangat bergantung pada bahan seni. Dalam seni rupa, dikenal nilai kualitas garis, bidang, tekstur, warna, dll. Jadi, nilai kualitas inilah yang menentukan juga berhasil tidaknya sebuah karya seni”. Hal-hal yang menjadi penunjang pun dalam karya seni rupa adalah karya yang mengandung unsur-unsur seni rupa yaitu garis, bentuk, warna, tekstur dll 2) Komposisi dan Proporsi keseimbangan,kesatuan, irama, dan keselarasan dalam suatu karya seni rupa.

Keseimbangan (balance) adalah kesan yang dapat memberikan rasa mapan (tidak berat di salah satu sisi) sehingga tidak ada ketimpangan dalam penempatan unsur-unsur rupa (garis,bentuk,warna, dll). Kesatuan (unity) adalah hubungan keterkaitan antara unsur-unsur rupa yang mengarah pada pusat perhatian. Unsur-unsur gambar yang baik akan menyatu-padu, tidak terkesan terpencar atau berantakan. Irama (rhythm) adalah uraian kesan gerak yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang dipadukan secar berdampingan dan keseluruhan. Keselarasan (harmony) adalah kesan kesesuaian antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam satu kesatuan susunan.

Proporsi adalah kesan kesebandingan yang ideal (pantas, sesuai, dan benar) antara unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam satu kesatuan unsur rupa. Penggambaran bentuk objek yang tidak proporsi akan terlihat janggal. Misalnya, gambar tangan manusia yang ukurannya lebih panjang dari ukuran kakinya.

Dapat disimpulkan bahwa komposisi merupakan kesesuaian, keseimbangan susunan atau tata letak objek. Sedangkan proporsi adalah kesebandingan yang ideal pada objek antara unsur yang satu dengan unsur lainnya sehingga tercipta satu kesatuan karya.

3) Warna

Ashari (2016: 49-50) menyatakan bahwa :

Adanya gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi penglihatan kita disebut warna…warna yang dapat kita lihat terbagi atas :

31

1. Warna primer: atau disebut warna tulen yaitu warna yang tidak bisa dibuat dengan memakai warna yang lain sebagai bahannya.

Warna primer ini adalah: merah, kuning, dan biru.

2. Warna sekunder: warna tahap kedua, yaitu warna yang dapat dibuat dengan campuran antara dua warna primer: merah bersama kuning menghasilkan orange, kuning bersama biru hasilnya hijau, biru bersama merah hasilnya ungu.

3. Warna tersier: adalah warna tahap ketiga, dibuat dengan warna sekunder dicampur dengan warna primer yang bukan komplemen dari warna itu.Merah dengan orange hasilnya orange kemerahan, biru dengan hijau hasilnya hijau kebiruan, biru dengan ungu hasilnya ungu kebiruan.

Warna adalah salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susunan yang sangat penting, baik untuk seni rupa murni maupun terapan. Hubungan warna dengan kehidupan manusia demikian eratnya, sehingga warna memiliki peran sangat penting, yaitu: (1) warna sebagai warna, (2) warna sebagai representasi alam, (3) warna sebagai tanda/lambang/simbol.

Warna merupakan kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata, dalam kehidupan sehari-hari hampir semua benda yang dibuat oleh manusia memakai warna sebagai salah satu daya tarik, selain itu warna juga biasa digunakan sebagai simbol atau tanda, contoh pada bendera merah putih Indonesia merah melambangkan keberanian dan

putih melambangkan kesucian. Dalam penciptaan karya seni rupa warna adalah unsur yang sangat penting untuk memberikan kesan yang menarik pada suatu karya, pemakaian warna yang cocok antara warna yang satu dengan warna yang lain, gradasi warna yang akan membuat tampak lebih realis atau lebih berbentuk, dan tiap-tiap warna akan menjadi indah jika digunakan sesuai dengan takaran yang tepat dan digunakan pada tempatnya.

Seperti yang dinyatakan Faisal (2015: 24) bahwa Picasso seorang seniman besar kelahiran spanyol pernah berkata: ‘Dalam kenyataannya seseorang hanya memakai sedikit warna, yang memberi ilusi seakan-akan banyak adalah bahwa ia ditempatkan pada tempatnya yang tepat dan dalam jumlah yang tepat pula

b. Kreativitas

Menurut Ashari (2016: 24-25) Prinsip dasar kreativitas sama dengan inovasi, yaitu memberi nilai tambah pada benda-benda, cara kerja, cara hidup, dan sebagainya, agar senantiasa muncul produk baru yang lebih baik dari produk yang sudah ada sebelumnya yang membedakan secara fundamental adalah kreativitas dipandang sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, artinya kreativitas pada dasarnya merupakan kemampuan untuk mengembangakan ide-ide baru dan cara baru dalam pemecahan masalah serta menemukan peluang, sedang inovasi merupaka kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang, atau disebut sebagai kemampuan melakukan

33

tindakan. kreativitas disini sangant erat kaitannya dengan gaya perseorangan, karena proses penciptaan karya seni merupakan kesatuan integral dari berbagai faktor, elemen, serta unsur terkait seperti faktor internal dan eksternal.

Kreativitas merupakan kemampuan berfikir kemampuan melahirkan ide ide baru atau cara baru dalam pemecahan masalah serta menemukan peluang. Seperti halnya dalam karya seni yang diciptakan, nilai kreativitasnya dapat dilihat dari ide,tema, atau gagasan yang tertuang dalam karya tersebut dimana karya yang kreatif adalah karya yang memiliki tema yang unik berbeda dari yang lain merupakan karya baru yang lebih baik dari karya sebelumnya.

Menurut Sumarjo (2000: 83) Sebuah karya seni kreatif adalah karya yang tidak dibatasi oleh aturan-aturan atau konvensi yang telah ada sebelumnya. Keaslian atau orisinalitas menjadi nilai utama dalam seni.

Sebuah karya kreatif adalah karya yang memiliki kaualitas individual dan berbeda dari sebuah temuan yang orisinal.

Sebuah karya yang kreatif adalah karya yang memiliki keaslian atau orisinalitas yang menjadi nilai utama dalam seni. Maka suatu karya tersebut dapat memiliki: (i) keunikan yaitu dalam hal teknik, medium yang dipakai, ide maupun unsur lain, (ii) bersifat individual yaitu memiliki sifat kekhususan yang bersifat pribadi sesuai dengan pembuatnya dan sifat pribadi inilah yang menjadikannya berbeda dan membuat karya seseorang dikenal, dan (iii) karya yang diciptakan tersebut mampu diterima oleh semua orang.

Penelitian Relevan

Terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun (2013) oleh Abdillah Natsir, dengan judul penelitian “Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Makassar dalam melukis menggunakan media pensil warna tahun ajaran 2013/2014. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskrriptif kualitatif, yaitu metode prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mendeskripsikan keadaan objek peneliti secara apa adanya. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan statistik sederhana. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Makassar dikategorikan masih kurang mampu dalam melukis menggunakan media pensil warna.

Kendala yang dihadapi siswa adalah terbatasnya waktu yang diberikan siswa dalam hal yang kegiatan melukis dan menggambar di Sekolah, tidak adanya latihan khusus bagi siswa yang berbakat maupun yang tidak berbakat, dan mereka kurang memiliki ide atau inspirasi, kreativitas dan motivasi serta merasa kurang berbakat dalam belajar melukis, demikian pula kurangnya pengetahuan siswa tentang prinsip-prinsip seni lukis yang benar.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah kemampuan melukis dan jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah media atau teknik yang digunakan dan tingkat pendidikannya yang berbeda ada yang di SMP dan ada yang di SMA dan lokasi yang berbeda.

35