ANALISIS INVESTASI TERHADAP TINGKAT
KESEJAHTERAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI
KABUPATEN GRESIK, SIDOARJO, DAN PASURUAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Oleh:
MUCHAMMAD RIZAL RACHMAN 0511010180FE/EP
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul
“ANALISIS INVESTASI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN GRESIK, SIDOARJO, DAN PASURUAN” dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat penyelesaian program studi pendidikan strata satu, Fakultas Ekonomi. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
Dengan segala keterbatasan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang bersifat menyempurnakan bagi skripsi ini, penulis akan menerima dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, serta bantuan baik materiil maupun spiritual, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
3. Bapak Drs. Ec. Marseto, Msi, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
4. Bapak Drs.Ec.Wiwin Priana MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama pembuatan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen Ekonomi Pembangunan yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama masa perkuliahan.
6. Keluarga Besar Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Surabaya. 7. Bapak dan Ibu Staf Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur.
8. Orang Tua, saudara-saudaraku dan Rachmawati Cahya Putri yang telah memberikan doa, semangat dan bantuan materiil sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa dan budi mulia mereka. Semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber yang membutuhkan.
Wassalamu’allaikum Wr. Wb.
Surabaya, 3 September 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ……... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii
ABSTRAKSI ………... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Perumusan Masalah ………... 3
1.3. Tujuan Penelitian ……….... 3
1.4. Manfaat Penelitian ……….…... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ……….…... 6
2.2. Landasan Teori ………. 9
2.2.1. Investasi ………...…. 9
2.2.1.1. Definisi Investasi ………. 9
2.2.1.2. Teori Mengenai Investasi ………. 10
2.2.1.4. Keputusan untuk Menanamkan Modal ………… 13
2.2.1.5. Jenis-Jenis Investasi ………. 14
2.2.1.6. Jenis-Jenis Investasi Menurut Rosyidi …………. 18
2.2.1.7. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi …….. 20
2.2.1.8. Kegiatan Investasi ……… 21
2.2.1.9. Definisi Sektor-Sektor Ekonomi di Indonesia …. 22 2.2.1.10. Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi ………... 31
2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto ……….… …... 31
2.2.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ……….... 34
2.3. Kerangka Pikir ………..… 39
2.4. Hipotesis……… 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………..….. 41
3.2. Teknik Penentuan Sampel ……….… 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ………..…….. 42
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……… 45
4.1.1. Kabupaten Gresik ………... 45
4.1.1.1. Letak Geografis Kabupaten Gresik …………... 45
4.1.1.2. Keadaan Penduduk ………... 48
4.1.2. Kabupaten Sidoarjo ………. 51
4.1.2.1. Letak Geografis dan Topografis Kabupaten Sidoarjo ……….. 51
4.1.2.2. Potensi Sosial dan Ekonomi Kabupaten Sidoarjo.. 52
4.1.2.3. Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo ……... 53
4.1.2.4. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo ……… 56
4.1.3. Kabupaten Pasuruan ………... 57
4.1.3.1. Letak Geografis dan Topografis Kabupaten Pasuruan ……….. 57
4.2. Deskripsi dan Hasil Penelitian ………... 59
4.2.1. Investasi ………. 59
4.2.1.1. Investasi di Jawa Timur ……… 59
4.2.1.2. Investasi di Kabupaten Gresik ……….. 60
4.2.1.3. Investasi di Kabupaten Sidoarjo ……… 61
4.2.1.4. Investasi di Kabupaten Pasuruan ……….. 62
4.2.2. Pendapatan Per Kapita ………... 63
4.2.2.2. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Gresik ……… 64 4.2.2.3. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sidoarjo …… 65 4.2.2.4. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Pasuruan …… 66 4.2.3. Pertumbuhan Ekonomi ……….. 67 4.2.3.1. Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Timur …... 67 4.2.3.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gresik ……… 69 4.2.3.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sidoarjo ……. 69 4.2.3.4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pasuruan …… 70 4.3. Analisa dan Pengujian Hipotesa ………. 71 4.3.1. Analisa Indeks Williamson ……….. 72
4.3.1.1. Analisa Indeks Williamson antara Investasi dengan Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Gresik …... 72 4.3.1.2. Analisa Indeks Williamson antara Investasi
dengan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gresik …... 73 4.3.1.3. Analisa Indeks Williamson antara Investasi
dengan Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Sidoarjo ... 74 4.3.1.4. Analisa Indeks Williamson antara Investasi
4.3.1.5. Analisa Indeks Williamson antara Investasi dengan Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Pasuruan ... 76 4.3.1.6. Analisa Indeks Williamson antara Investasi
dengan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pasuruan ... 77 4.3.2. Analisis Tipologi Daerah ………. 78 4.3.2.1. Tipologi Daerah Kabupaten Gresik ………. 78
4.3.2.1.1. Tipe Daerah Dilihat dari Investasi dan Pendapatan Per Kapita …….. 78 4.3.2.1.2. Tipe Daerah Dilihat dari Investasi
dan Pertumbuhan Ekonomi ……. 80 4.3.2.2. Tipologi Daerah Kabupaten Sidoarjo …….. 81
4.3.2.2.1. Tipe Daerah Dilihat dari Investasi dan Pendapatan Per Kapita …….. 81 4.3.2.2.2. Tipe Daerah Dilihat dari Investasi
dan Pertumbuhan Ekonomi ……. 82 4.3.2.3. Tipologi Daerah Kabupaten Pasuruan ……. 84
4.3.2.3.1. Tipe Daerah Dilihat dari Investasi dan Pendapatan Per Kapita …….. 84 4.3.2.3.2. Tipe Daerah Dilihat dari Investasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ……… 87
5.2. Saran ……….. 89
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Investasi Asing dan Investasi Dalam Negeri di Jawa Timur Tahun 2004-2008 ………... 59 Tabel 2 : Investasi (PMDN dan PMA) di Kabupaten Gresik Tahun 2004-2008 ... 60 Tabel 3 : Perkembangan PMDN dan PMA di Kabupaten Sidoarjo Tahun
2004-2008 ………. 61 Tabel 4 : Perkembangan Investasi di Kabupaten Pasuruan Tahun 2004-2008 ….. 62 Tabel 5 : Perkembangan Pendapatan Per Kapita Jawa Timur Tahun 2004-2008... 64 Tabel 6 : Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Gesik Tahun 2004-
2008……….. 65 Tabel 7 : Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sidoarjo Tahun
2004-2008 ………... 66 Tabel 8 : Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Pasuruan Tahun
2004-2008 ………... 67 Tabel 9 : Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2004-2008 ………... 68 Tabel 10 : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gresik Tahun 2004-2008 ………… 69 Tabel 11 : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2004-2008 ………. 70 Tabel 12 : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pasuruan Tahun 2004-2008 ……… 71 Tabel 13 : Investasi dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Gresik dan Propinsi
Tabel 14 : Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Gresik dan Propinsi Jawa Timur ……….. 74 Tabel 15 : Investasi dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sidoarjo dan Propinsi
Jawa Timur (dalam Rp) ………... 75 Tabel 16 : Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo dan
Propinsi Jawa Timur ………... 76 Tabel 17 : Investasi dan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Pasuruan dan Propinsi
Jawa Timur (dalam Rp) ………... 77 Tabel 18 : Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pasuruan dan
Propinsi Jawa Timur ………... 77 Tabel 19 : Rata-rata Investasi dan Rata-rata Pendapatan Per Kapita di Kabupaten
Gresik dan Propinsi Jawa Timur ………. 79 Tabel 20 : Tipologi Daerah Kabupaten Gresik ……… 79 Tabel 21 : Rata-rata Investasi dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Gresik dan Propinsi Jawa Timur ………. 80 Tabel 22 : Tipologi Daerah Kabupaten Gresik ……… 80 Tabel 23 : Rata-rata Investasi dan Rata-rata Pendapatan Per Kapita di Kabupaten
Sidoarjo dan Propinsi Jawa Timur ………. 82 Tabel 24 : Tipologi Daerah Kabupaten Sidoarjo ………. 82 Tabel 25 : Rata-rata Investasi dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Tabel 27 : Rata-rata Investasi dan Rata-rata Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Pasuruan dan Propinsi Jawa Timur ………. 84 Tabel 28 : Tipologi Daerah Kabupaten Pasurua ……….. 84 Tabel 29 : Rata-rata Investasi dan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Pasuruan dan Propinsi Jawa Timur ………. 85 Tabel 30 : Tipologi Daerah Kabupaten Pasuruan ……… 85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten Gresik untuk melihat manfaat antara investasi dengan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi
Lampiran 2 : Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten Sidoarjo untuk melihat manfaat antara investasi dengan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi
ANALISIS INVESTASI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN GRESIK, SIDOARJO,
DAN PASURUAN Oleh :
MUCHAMMAD RIZAL RACHMAN ABSTRAKSI
Investasi merupakan modal yang dapat mendongkrak Negara berkembang menjadi negara maju. Investasi pada berbagai sektor akan dapat mempercepat pembangunan dan akhirnya dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan serta laju pertumbuhan ekonomi. Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang berpotensi di Indonesia, sehingga bila investasi di Jawa Timur meningkat maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan data-data tersebut maka investasi akan dapat meningkatkan PDRB yang juga akan meningkatkan kesejahteraan serta pertumbuhan di masing-masing kabupaten.
Daerah yang diteliti adalah Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Pasuruan dengan jangka waktu antara tahun 2004 sampai 2008. data yang digunakan antara lain nilai investasi, PDRB per kapita dan laju pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan analisa Indeks Williamson (IW) dan analisa tipologi daerah.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) dengan analisa IW di Kabupaten Gresik ternyata investasi bermanfaat terhadap pendapatan per kapita tapi tidak bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi, 2) dengan analisis IW di Kabupaten Sidoarjo ternyata investasi bermanfaat terhadap pendapatan per kapita tapi kurang bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi, 3) dengan analisis IW di Kabupaten Pasuruan ternyata investasi tidak dapat bermanfaat terhadap kesejahteraan masyarakat tapi mempunyai manfaat dengan pertumbuhan ekonomi, 4) dengan analisa tipe daerah Kabupaten Gresik termasuk tipe daerah yang potensi dan sejahtera serta tumbuh, 5) dengan analisa tipe daerah Kabupaten Sidoarjo termasuk tipe daerah yang potensi tapi tidak sejahtera dan tidak tumbuh, 6) dengan analisis tipologi daerah Kabupaten Pasuruan termasuk daerah kurang potensi tapi sejahtera dan tumbuh.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Investasi merupakan modal untuk pembangunan di negara-negara berkembang, dimana investasi ini akan dapat mendongkrak negara-negara berkembang menjadi negara maju. Ada beberapa negara berkembang yang sukses mengelola investasinya dengan baik sehingga negara tersebut akan menuju menjadi negara maju atau negara industri baru seperti Korea Selatan, Taiwan, dan sekarang Cina.
Indonesia yang termasuk dalam negara berkembang sangat membutuhkan dana untuk pembangunannya baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk mempertahankan jalannya pekonomian. Maka dari itu pemerintah mendorong pengusaha swasta untuk meningkatkan investasi di berbagai sektor demikian juga dengan investasi dari luar negeri. Selain itu pemerintah juga aktif menggulirkan kebijakan pemerintah untuk mempermudah investasi masuk ke Indonesia.
Produk Domestik Bruto (PDB) dibagi dengan jumlah penduduk. Dengan pendapatan per kapita yang tinggi maka dapat dipastikan negera ini sejahtera. Contoh: Negara Arab Saudi dengan pendapatan per kapita sebesar $ 30.000,- per tahun maka dapat diartikan bahwa Arab Saudi lebih sejahtera dari Indonesia yang pendapatan per kapitanya $ 1000,- per tahun.
Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang berpotensi di Indonesia baik dilihat dari tenaga kerja, potensi bahan baku maupun jumlah industrinya, sehingga bila investasi di Jawa Timur meningkat maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pada tahun 2004 investasi di Jawa Timur sebesar Rp.7.378.949 juta dan pada tahun 2005 sebesar Rp.11.004.757 juta, dengan demikian ada peningkatan sebesar 49,1%. Dengan indikasi inilah propinsi Jawa Timur mempunyai modal menjadi propinsi yang berpotensi sebagai tujuan investasi.
Propinsi Jawa Timur mempunyai beberapa kabupaten yang memiliki potensi dalam berbagai sektor. Keadaan ini dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per sektor dimana kontribusi yang terbesar terdapat pada sektor industri seperti Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Pasuruan.
pertumbuhan. Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian yaitu banyaknya investasi yang direalisasikan di dalam suatu negara yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan ekonomi (Rosyidi 1991 : 10).
Berdasarkan data-data di atas maka investasi akan dapat meningkatkan PDRB yang juga akan meningkatkan kesejahteraan serta pertumbuhan di masing-masing kabupaten.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah yang timbul adalah :
1. Apakah investasi dapat mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat dengan ukuran pendapatan per kapita ?
2. Apakah ada pengaruhnya antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan ?
3. Termasuk tipe daerah apakah tiga daerah tersebut (Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan) ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh investasi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh investasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
3. Untuk mengetahui Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan termasuk tipe daerah apa dalam berinvestasi dan kesejahteraan masyarakatnya.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain dalam memahami masalah-masalah di bidang ekonomi yang berkaitan dengan masalah dalam bidang investasi dan kesejahteraan, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu ekonomi.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing antara lain :
2.1.1. Rangga (2005) tentang “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung > Ftabel
yaitu 4,560 > 3,59 yang berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara parsial, untuk Produk Domestik Bruto (PDB) nilai thitung sebesar 3,624 > ttabel sebesar 2,201. Untuk kurs Dollar
AS nilai thitung sebesar -2,728 < ttabel sebesar -2,201. Untuk inflasi nilai
thitung sebesar -0,221 > ttabel sebesar -2,201. Hal ini menunjukkan bahwa
Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing (PMA). Kurs Dollar AS berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing` (PMA) dan kurs Dollar AS berhubungan negatif terhadap Penanaman Modal Asing (PMA). Inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap Penanaman Modal Asing.
2.1.2. Fredrik I. (2004) tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
diperoleh angka penentu kecocokan model R2 sebesar 0,755. Hal ini berarti variabel-variabel bebas yang menjelaskan variabel terikat adalah sebesar 75,5% dan 25,5% dijelaskan variabel lain. Hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa secara individu hanya variabel tingkat suku bunga kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor industri yang berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing. Sedangkan pada uji F menunjukkan variabel PDRB, tingkat suku bunga kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor industri secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing.
2.1.3. Dedi (2003) tentang “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing di Jawa Timur”. Dari hasil pengujian secara simultan nilai Fhitung > Ftabel yaitu 12,710 > 3,48 pada level signifikansi
0,05 dengan df 4,10. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara tenaga kerja (X1) terhadap Penanaman Modal Asing (Y) di
Jawa Timur. Dari analisis uji t menunjukkan thitung > ttabel yaitu 3,008 >
2,228 untuk jumlah tenaga kerja (X1), untuk kurs valas thitung < ttabel yaitu
-4,792 < 2,228, untuk tingkat suku bunga internasional thitung < ttabel yaitu
-0,844 < 2,228 dan untuk jumlah industri manufaktur thitung > ttabel yaitu
4,847 > 2,228. Hal ini menunjukkan variabel X1, X2, dan X4 berpengaruh
Asing (PMA), terdapat pengaruh negatif dan signifikan X2 terhadap
Penanaman Modal Asing (PMA), tidak boleh ada pengaruh secara nyata antara X3 terhadap Y dan pengaruh positif dan signifikan X4 terhadap Y.
Secara simultan X1, X2, X3, X4 berpengaruh terhadap Penanaman Modal
Asing (Y) di Jawa Timur.
2.1.4. Sari (2005) tentang “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Investasi di Indonesia”. Secara simultan dengan hasil Fhitung > Ftabel yaitu
3,935 > 3,59 dengan demikian tingkat suku bunga kredit (X1), tingkat (X2), dan kurs valuta asing (X3) berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia (Y). Secara parsial tingkat bunga (X1) diperoleh thitung = 1,789 <
ttabel = 2,201 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap investasi di
Indonesia (Y), kurs valas (X3) dengan thitung = 2,729 > ttabel = 2,201
berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia (Y). Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga dan kurs valas berpengaruh secara nyata terhadap investasi di Indonesia. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap investasi di Indonesia.
2.1.5. Sulistiawati (2000) tentang “Analisis tentang Perkembangan Penanaman
Modal Asing dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi di Indonesia”. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji F diperoleh nilai sebesar 10,984 dengan Ftabel sebesar 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
menggunakan uji t nilai PDB = 5,709; inflasi = 2,888; kurs Dollar AS = -3,635 dengan ttabel sebesar 2,2281. Hal ini menunjukkan PDB berpengaruh
secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing, sedangkan inflasi dan kurs Dollar AS berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penanaman Modal Asing.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Investasi
2.2.1.1. Definisi Investasi
Investasi berasal dari kata investment, yang di dalam Bahasa Indonesia berarti penanaman modal. Menurut Dornsbusch dan Discher
(1991 : 236), investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk
meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal. Investasi atau penanaman modal juga dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 1995 : 107).
Adanya tingkat produksi yang tinggi dapat menghasilkan surplus yang tinggi pula, sehingga dapat terhimpun dana yang lebih besar untuk investasi yang dibutuhkan.
2.2.1.2. Teori Mengenai Investasi
Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI) yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan
oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi daripada tingkat bunga (interest). Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga.
Gambar 1: Marginal Efficiency of Investment Tingkat Pengembalian
Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) ditunjukkan tiga buah titik: A, B dan C menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0
dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam
perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk
mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0.
Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan modal yang diperlukan
adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang
menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2.
2.2.1.3. Pengertian Penanaman Modal Asing
Asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman tersebut (Anoraga,
1995 : 48).
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada pasal 2, pengertian Penanaman Modal Asing adalah :
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
b. Alat-alat untuk pembayaran, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasar undang-undang ini diperkenankan di transfer tapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam prakteknya, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut :
a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya.
b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, kantor, pabrik dan lain-lainnya.
c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi (Sukirno,
1995 : 107).
2.2.1.4. Keputusan untuk Menanamkan Modal
baru atau meminjamkan dana itu kepada orang lain, barang kali dengan jalan membeli saham.
Dengan investasi baru dalam modal fisik ada dua perbedaan, antara lain :
1. Hasil pengembalian yang diharapkan dari tahun ke tahun mungkin berbeda-beda sepanjang umur aset itu.
2. Hasil pengembalian itu hanyalah berupa pikiran menurut terkaan terbaik pada saat diambilnya keputusan untuk menanam modal itu. Pada kenyataannya bahwa harus diadakan penyesuaian untuk berbagai hasil pengembalian dan ketidakpastian.
2.2.1.5. Jenis-Jenis Investasi A. Investasi Pemerintah
Investasi yang dilakukan pemerintah biasanya mendorong timbulnya investasi baru dan sektor swasta (PMA dan PMDN). Dan investasi pemerintah biasanya selalu diikuti dengan masalah crowding out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiskal terhadap kegiatan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multiplier pengeluaran adalah kira-kira nol. Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp. 1,00 atau kurang lebih dari Rp. 1,00.
Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1,00 pengeluaran
pemerintah mengganti Rp. 1,00 pengeluaran investasi swasta. Tidak sempurna apabila penggantian atau penurunan investasi swasta melebihi Rp. 1,00 (Nopirin, 1996 : 65).
Peran pemerintah dalam berinvestasi dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1. Peran Alokatif
Pemerintah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Contohnya barang atau jasa sosial seperti jalan umum, jembatan, pertahanan dan keamanan negeri. Barang-barang ini tidak menarik bagi swasta atau masyarakat karena tidak bisa dijual, dinikmati dan dimiliki secara pribadi.
2. Peran Distribusi
3. Peran Stabilisatif
Peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium. Contohnya ketika terjadi inflasi, resesi, dan serbuan barang impor. 4. Peran Dinamisasi
Peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pertumbuhan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Contohnya perintis kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu. Seperti penerbangan pesawat ke jalur baru yang masih kering, atau pemekaran kota dengan memindahkan pusat kegiatan pemerintah ke lokasi baru, serta dalam bentuk mempercepat pertumbuhan bidang bisnis tertentu (mengalokasikan anggaran yang lebih besar ke bidang bersangkutan) (Dumairy, 1997 : 158-161).
B. Investasi Swasta
Peningkatan iklim investasi dilakukan dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung, dan yang dipergunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Yang dimaksud modal asing adalah :
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing, bahan-bahan yang dimasukkan ke Indonesia. Selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh devisa Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan diperkenankan transfer, tetapi tidak transfer seluruhnya dan dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
Yang dimaksud modal dalam negeri adalah :
tersebut tidak diatur oleh undang-undang tentang Penanaman Modal Asing.
2. Penggunaan dari kekayaan tersebut di atas baik secara langsung maupun tidak untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
Selain Undang-Undang di atas tadi, pemerintah juga menciptakan keterbukaan iklim investasi melalui paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini juga untuk menghadapi era persaingan bebas tahun 2020 nanti (Dumairy, 1997 : 149).
2.2.1.6. Jenis-Jenis Investasi Menurut Rosyidi (1993 : 161-164)
1. Autonomous Investasi dan Induced Investment
Autonomous Investment (investasi otonomi) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapat, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor ini adalah teknologi, kebijaksanaan pemerintah harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan induced investment sangat dipengaruhi oleh pendapatan.
2. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi atau penanaman modal
pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang diperoleh, masa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri
sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelola sumber-sumber yang dimiliki maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.
4. Gross Investment dan Net Investment
Gross investment adalah total seluruh investasi yang
dilakukan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat bernilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan net investment adalah investasi yang telah dihitung jumlahnya
2.2.1.7. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi
1. Perubahan Fungsi Produk
Perubahan fungsi produk dapat terjadi karena perubahan teknologi. Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi. Jika teknologi tersebut mengubah komposisi barang-barang capital yang diinginkan untuk memproduksi output tertentu. 2. Perubahan Harga Relatif
Perubahan harga relatif menyangkut perubahan upah relatif atau bentuk-bentuk lain pemberian upah untuk berbagai macam tenaga kerja, perubahan harga relatif input non-durable, misalnya listrik/gas, perubahan upah riil atau rasio-rasio lain untuk barang-barang dan jasa saat ini dengan harga barang-barang yang diharapkan di masa depan.
3. Peranan Tingkat Bunga
Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih besar pada kategori investasi yang menyangkut kekayaan (asset) tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap investasi persediaan (inventory) mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan diketahuinya perubahan tingkat bunga jangka pendek, akan stabil dan relevan terhadap investasi tetapnya.
Sebagaimana diketahui para pembuat keputusan tidak hanya memperhatikan harapan matematika dari hasil yang diharapkan tetapi juga masalah maksimisasi beberapa fungsi preferensi atau fungsi utilitas sehingga dalam komponen biaya pasti terkandung unsur resiko.
Dengan demikian pemerintah investasi mungkin dapat dirancang, melalui aktifitas pemerintah. Di dalam suatu sistem ekonomi yang sebagian besar permintaan investasi dilakukan oleh pihak swasta dengan motivasi bisnis (mencari keuntungan) pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan mengurangi resiko yang dihadapi oleh para investor.
(Iswandono, 1991 : 233-238).
2.2.1.8. Kegiatan Investasi
1. Investasi Baru
Yaitu investasi dengan membuat sistem baru (produksi baru). 2. Peremajaan
Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun kapasitas produksinya sama dengan yang lama.
3. Rasionalisasi
Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun kapasitas produksinya sama dengan yang lama.
Yaitu kapasitas lebih besar namun barang produksinya sama. 5. Modernisasi
Ada 2 macam yaitu peralatan baru hasil produksi juga baru dan peralatan lama hasil produksi baru (Sukirno, 1995 : 118).
2.2.1.9. Definisi Sektor-Sektor Ekonomi di Indonesia.
Dalam menganalisis Penanaman Modal Asing persektor-sektor ekonomi di Indonesia, perlu kita ketahui definisinya adalah :
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian ini terbagi menjadi lima bagian subsektor yaitu : a. Tanaman Bahan Makanan
Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau dan tanaman pangan lainnya.
b. Tanaman Perkebunan Rakyat 1) Tanaman Perkebunan Rakyat
pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau olahan, kopi olahan dan teh olahan.
2) Tanaman Perkebunan Besar
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, tebu, dan tanaman lainnya. 3) Peternakan dan Hasil-hasilnya
Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun hasil-hasil ternak seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor netto ternak.
4) Kehutanan
rusa, penyu, buaya, ular dan sebagainya; termasuk hasil kegiatan di subsektor ini.
5) Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari perikanan laut, perairan umum, tambak kolam sawah, serta pengolahan sederhana (penggaraman dan pengeringan ikan).
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah minyak mentah dan gas bumi, yodium, bijih besi, belerang serta segala jenis penggalian.
3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor industri berat / sedang, kerajinan rumah tangga dan industri pengilangan minyak.
a. Industri Berat dan Sedang
Ruang lingkup dan metode perhitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang atas dasar harga konstan berdasarkan survei tahunan.
b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output pert tenaga yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. c. Industri Pengilangan Minyak
Data produk industri pengilangan minyak seperti premium, minyak tanah, minyak diesel, avigas, avtur dan sebagainya.
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Data produksi yang disajikan adalah data dari Perusahaan Listrik Negara, Produksi Perubahan Negara Gas, dan Perusahaan Daerah Air Minum.
a. Listrik
Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara maupun non Perusahaan Listrik Negara.
b. Gas
Komoditi yang dicakup subsektor ini adalah gas produksi Perusahaan Negara Gas di Surabaya.
c. Air Bersih
5. Sektor konstruksi
Mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal pelabuhan, dan irigasi maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon dan sebagainya.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini mencakup tiga subsektor yang akan diuraikan sebagai berikut di bawah ini :
a. Perdagangan besar dan eceran
Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang / commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta komoditi impor yang diperdagangkan. b. Hotel
Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak serta berbagai jenis penginapan lainnya. c. Restoran
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang, baik melalui darat, laut, sungai / danau, dan udara. Sektor ini mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi.
a. Angkutan Kereta Api
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Perusahaan Umum Kereta Api.
b. Angkutan Jalan Raya.
Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik bermotor seperti bus, truk, becak, taksi, dokar dan sebagainya. c. Angkutan Laut/Air
Subsektor angkutan laut / air meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional.
d. Angkutan Udara
e. Jasa Penumpang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, ekspedisi, dan bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya.
1) Terminal dan Perparkiran
Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan terminal, dan parkir, pelabuhan laut, pelabuhan udara.
2) Kegiatan bongkar / muat
Mencakup pemberian pelayanan bongkar muat angkutan barang melalui laut dan darat.
f. Komunikasi
Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos dan giro serta komunikasi.
1) Pos dan Giro
Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.
Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegraf, dan teleks.
3) Jasa Penunjang Komunikasi
Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, seperti wesel, warpostel, radio pager, telepon seluler / ponsel.
8. Sektor Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
1) Bank
Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia.
2) Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun, pegadaian.
3) Jasa Penunjang Keuangan
4) Jasa Persewaan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan serta tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. 5) Jasa Perusahaan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan sebagainya.
9. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa dibagi lagi menjadi beberapa subsektor, yaitu :
1) Jasa Pemerintahan Umum
Nilai tambah bruto subsektor ini terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah.
2) Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
2.2.1.10. Peranan Investasi dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Modal bukan satu-satunya faktor yang diperlukan dalam pembangunan, namun demikian hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal (capital formation) sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal bukan hanya terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik dan mesin, tetapi juga barang yang tidak nampak seperti pendidikan, kesehatan dan penelitian. Kenaikan laju pembentukan modal akan membantu menaikkan pendapatan nasional. Dengan demikian pembentukan modal merupakan kunci utama bagi negara terbelakang menuju perkembangan ekonomi (Jhingan, 1991 :
419-423).
2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto
Definisi Produk Domestik Bruto (PDRB) adalah "total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu biasanya dalam waktu satu tahun” (Anonim, Jatim, 2004 : 2). PDRB ini digunakan untuk berbagai tujuan seperti mengukur perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah, kontribusi sector, ketimpangan pendapatan dan sebagainya.
sendiri. Sedangkan metode tidak langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data dari sumber nasional yang dialokasikan ke masing-masing daerah.
Metode langsung dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi; pendekatan pendapatan; dan pendekatan pengeluaran,yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
a. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha, yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan; hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.
b. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suau wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor tersebut adalah upah dan gaji; sewa tanah; bunga modal; dan keuntungan.
pemerinyah; pembentukan modal tetap domestik bruto; perubahan stock; ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
Angka-anka pendapatan regional dalam beberapa tahun akan menggambarkan adanya kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Kenaikan atau penurunan itu dapat dibedakan oleh dua faktor:
a. Kenaikan atau pennurunan riil yaitu kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan yang tidak di pengaruhi oleh faktor perubahan harga. Bila terjadi kenaikan riil pendapatan penduduk di daerah tersebut meningkat.
b. Kenaikan atau penurunan pendapatan yang disebabkan karena adanya faktor perubahan harga. Bila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan karena adanya inflasi (menurunya daya beli uang) maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli tentu meningkat.
Mojokerto dengan kontribusi sebesar 0,38% pada tahun 2001 dan 0,44% pada tahun 2006 (Anonim, 2006 : 127).
Untuk mengetahui apakah daya beli masyarakat meningkat atau tidak, maka pendapatanya harus dibandingkan dalam nilai konstan. Harga konstan artinya harga produk didasarkan pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga itu disebut tahun dasar. Pada tahun 1995, BPS baru saja menggeser tahun dasar bagi penentuan harga konstan yaitu dari tahun 1983 menjadi tahun 1993 (Tarigan, 2005 : 21). Pendapatan per kapita jutaan rupiah = pendapatan rata-rata. Setiap jiwa dalam suatu wilayah atau daerah yang diperoleh dengan cara membagi jumlah total produksi barang dan jasa yang dipastikan penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk dapat dirumuskan :
penduduk
2.2.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita mengkaitkan aspek output total Gross Domestic Product (GDP) dan aspek jumlah penduduk bila output total mengalami
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Gross Domestic Product (GDP), tanpa memandang apakah kenaikan tersebut
lebih besar atau lebih kecil dari pada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Sedangkan penbangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat dalam jangka panjang yang melebihi dari tingkat pertambahan penduduk (Sukirno, 1995 : 14).
Tetapi pada umumnya, para ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama dengan pembangunan ekonomi yaitu sebagai kenaikan dalam Gross Domestic Product. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah
pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara maju, sedangkan pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara berkembang. Suatu perekonomian dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan per kapita menunjukkan kecenderungan / mengalami suatu kenaikan dalam jangka panjang dan kegiatan ekonomi secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
3,08%. Pada tahun 2006 pertumbuhan paling besar ditunjukkan oleh Kabupaten Gresik yang pada tahun 2001 merupakan daerah yang paling sedikit pertumbuhan ekonominya menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua setelah Kabupaten Mojokerto dengen persentase sebesar 6,88% dan Kabupaten Mojokerto sendiri mengalami pertumbuhan sebesar 7,30%. Sedangkan daerah paling kecil pertumbuhan ekonominya adalah Kota Mojokerto dengan persentase 3,81% (Anonim, 2006 : 137).
Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi, antara lain : a. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli ekonomi klasik ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Meskipun demikian, para ahli ekonomi klasik lebih memperhatikan pengaruh pertambahan penduduk terhadap
maka kemakmuran masyarakat menurun kembali dan tingkat perekonomian akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stationary State).
b. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian, maka makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi dan pertumbuhan ekonomi akan bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau Stationary State. Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam
pandangan Schumpeter tingkat keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pembangunan yang tinggi (Sukirno, 2002 : 432).
c. Teori Harrod–Domar
penuh; (2) tabungan adalah proposional dengan pendapatan nasional; (3) rasio modal dan rasio produksi tetap; (4) perekonomian terdiri dari dua sektor. Dengan menggunakan analisia teori Harrod–Domar dapat pula menerangkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai suatu negara yang terus menerus mencapai kapasitas penuh dalam penggunaan barang-barang modalnya baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
d. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
2.3. Kerangka Pikir
Investasi merupakan variabel makro ekonomi yang paling penting, selain itu juga dapat dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap variabel makro ekonomi yang lain yaitu pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan serta dari masing-masing variabel ini dapat diketahui tipe ketiga daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2: Kerangka Pikir
Sumber : Penulis
Dari kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa antara investasi dengan pendapatan per kapita maupun investasi dengan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan analisa Indeks Williamson untuk melihat apakah makin merata atau tidak dan apakah investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di tiga daerah tersebut.
Pertumbuhan Ekonomi Investasi
Pendapatan Per Kapita
Indeks Williamson
Tipologi Daerah
2.4. Hipotesis
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus dibuktikan secara empiris sebagai berikut :
1. Diduga investasi ini dapat mendorong pendapatan per kapita. 2. Diduga investasi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Yang dimaksud dengan definisi operasional dan pengukuran variabel adalah mendefinisikan konsep yang akan dioperasikan ke dalam penelitian dan kemudian dilakukan sebuah pengukuran berdasarkan terori-teori yang ada maupun pengalaman pengalaman empiris. Hal ini dimaksukkan agar tidak terjadi salah pengertian terhadap variable-variabel yang dibahas serta memudahkan dalam penerapan data yang digunakan adapun variabel yang digunakan adalah terdiri atas :
1. Investasi industri pengolahan di kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
Adalah penanaman modal yang dilakukan oleh seseorang pengusaha baik dari dalam negeri maupun luar negeri dalam satu tahun dalam satuan rupiah.
2. Pendapatan per kapita
Adalah pendapatan rata-rata per orang di tiga daerah yaitu Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Pasuruan yang diukur dalam satuan Rupiah.
Adalah kenaikan nilai produksi barang dan jasa atau PDRB di tiga daerah yaitu Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Pasuruan yang diukur dalam satuan persen.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Data yang digunakan adalah berupa data berkala (Time Series Data) yaitu data tahunan yang diambil dalam kurun waktu 5 tahun,
periode tahun 2003 sampai dengan akhir tahun 2008. Dalam penelitian ini yang akan diamati mencakup 3 kabupaten yaitu Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan cara sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan sarana kepustakaan untuk mendapatkan literatur, tulisan ilmiah, maupun majalah yang sesuai dengan penelitian.
2. Studi Lapangan
Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur, Bank Indonesia (BI) Cabang Surabaya dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Propinsi Jawa Timur.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Analisis yang digunakan adalah :
1. Dengan menggunakan Indeks Wiliamson
Y
n f Y Y
IW
i i/2
Keterangan :
Yi = Investasi kabupaten Y = Investasi Jawa Timur
fi = Jumlah pendapatan per kapita atau pertumbuhan ekonomi kabupaten
n = Jumlah pendapatan per kapita atau pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur
Makin kecil indeks maka makin ada manfaat dan sebaliknya
(Mudrajad, 2004 : 133).
2.a. Mencari tipe daerah potensi dan sejahtera dengan menggunakan
I k < I Pr I k > I Pr
PP k > PD Pr Daerah kurang potensi tapi sejahtera
Daerah potensi dan sejahtera
PP k < PD Pr Daerah tidak potensi dan tidak sejahtera
Daerah potensi tapi tidak sejahtera
2.b. Mencari tipe daerah potensi dan berkembang / tumbuh.
I k < I Pr I k > I Pr
G k > G Pr Daerah kurang potensi tapi tumbuh
Daerah potensi dan tumbuh
GK < G Pr Daerah kurang potensi dan kurang tumbuh
Daerah potensi tapi tidak tumbuh
Keterangan :
I k : Investasi kabupaten I Pr : Investasi propinsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Kabupaten Gresik
4.1.1.1. Letak Geografis Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik terletak antara 70-80 lintang selatan dan 1120-1130 bujur timur, dengan luas wilayah 1.191,25 kilometer persegi. Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujung Pangkah, Sidayu dan Paneeng. Serta Kecamatan Tambang dan Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean.
Sebagaimana daerah-daerah lain, Kabupaten Gresik juga berdekatan dengan kabupaten-kabupaten yang tergabung dalam Gerbangkertasusila, yaitu Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.
Dilihat dari keadaan tanahnya, Kabupaten Gresik merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0 sampai 12 meter di atas permukaan air laut. Sedangkan wilayahnya yang memiliki permukaan di atas 12 meter sampai dengan 25 meter sangat sedikit. Berdasarkan karakteristik tinggi tempat dari permukaan air laut dapat digambarkan sebagai berikut :
1. 0 m – 25 m : dominan berada di bagian Tengah dan sebagian di Utara dan Selatan.
2. 25 m – 50 m : sporadis.
3. 50 m – 100 m : sebagian besar di wilayah Kecamatan Kebomas dan sedikit di sudut Barat Laut dan Barat Daya. 4. 100 m – 500 m : sedikit di sudut Barat Laut.
5. 100 m – 1000 m : hanya di bagian Tengah Pulau Bawean.
Dari gambaran diatas, maka potensi wilayah Gresik dapat digambarkan sebagai berikut :
wilayah pertanian yang tidak begitu luas. Perlu diingat bahwa Sungai Berantas posisinya berada di wilayah Selatan Pegunungan Kendeng dan wilayah Kabupaten Gresik berada di ketinggian Gunung Kendeng dan wilayah sebelah Utara.
b. Wilayah Barat Daya (yang dilintasi Sungai Lamong). Sungai ini nampak debit airnya sangat labil, yaitu menipis pada musim kemarau atau bahkan dapat dikatakan kering, sedangkan pada musim hujan airnya melimpah, bahkan seringkali mengakibatkan banjir. Kondisi demikian jelas kurang mendukung usaha pertanian. c. Wilayah Utara (di sekitar Bengawan Solo). Endapan Lumpur yang
terbawa oleh banjir mungkin sangta baik untuk pertanian, namun besarnya air dan seringnya banjir kiriman, yang diikuti dengan musim kemarau dengan debit air yang tidak memadai, bedampak pada masuknya air laut ke sungai ini, sehingga sangat menyulitkan pertanian. Sebagai wilayah yang sebagian berkapur, daerah ini terdapat sumber air artesis, tepatnya di Kecamatan Dukun yang dapat dikelolah untuk usaha pertanian.
4.1.1.2. Keadaan Penduduk
Gresik sebagai kota pelabuhan yang terbuka dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnis, namun kehidupan masyarakat berjalan secara rukun dan damai. Sebagian besar mereka hidup berkelompok dalam suatu lokasi yang dihuni oleh sesame etnis. Etnis Arab bertempat tinggal di Kampung Gapuro dan Pulopancikan (di sebelah Selatan alun-alun), etnis Cina di Kampung Pecinaan (di sebelah Timur alun-alun), etnis Eropa bermukim di sebelah Utara alun-alun, sedangkan etnis Madura menyebar di sekitar pantai dekat pelabuhan. Pada umumnya etnis Madura bermata pencaharian sebagai pedagang buah-buahan. Jejak-jejak sejarah kelompok itu bisa dilihat sampai sekarang dan sangat potensial untuk dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah, geografi, kesenian, dan lain-lain bagi siswa (Mustakim, 2002 : 35).
bangsa Arab dan Benggali 1000 jiwa, dan Eropa 130 jiwa (Dukul Imam Widodo, 2004 : 171).
Setelah mengalami dinamika, baik geografis, demografis, maupun administratif, maka pada tahun 1991/1992 jumlah penduduk Kabupaten Gresik sebanyak 856.430 jiwa, dengan perincian, laki-laki sebanyak 419.160 jiwa, perempuan sebanyak 437.270 jiwa. Sedangkan agama yang dianut oleh masyarakat Gresik yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Adapun data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik pada tahun 2002 menujukkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Gresik sebanyak 989.788 jiwa, terdiri dari 491.835 jiwa laki-laki dan 497.953 jiwa penduduk perempuan (Anonim, 2002).
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gresik yang cukup pesat tidak terlepas dari perkembangan Gresik sebagai kota industri yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar untuk singgah di kawasan Gresik. Adapun beberapa contoh industri yang termasuk industri besar yaitu :
Nama industri PT. Semen Gresik PT. Petrokimia Gresik
Produksi utama Semen portland Pupuk SP-36
Tenaga kerja 1.381 3.629
Contoh industri yang termasuk industri kecil di Gresik yaitu :
Nama industri Achmad Hasyim UD. Harapan Jaya
Produksi utama Sarung sutera Ikan asin
Tenaga kerja 71 34
Alamat Jambu Semampir, Cerme Ds. Duduk Sampeyan
4.1.2. Kabupaten Sidoarjo
4.1.2.1. Letak Geografis dan Topografis Kabupaten Sidoarjo
Daerah Tingkat II Kabupaten Sidoarjo terletak pada jalur persimpangan antara kota Surabaya dan Malang, lebih tepatnya di antara 112,5°-112,9° bujur timur dan 7,3°-7,5° lintang selatan. Jika dilihat berdasarkan pengamatan ataupun kenyataan, bahwa batas-batas administrasi antara Kabupaten Sidoarjo dengan Kota Surabaya nampaknya tidak ada batas-batas lagi karena terjadi perkembangan Kota Surabaya yang semakin luas terutama bangunan-bangunan proyek perumahan. Namun demikian, secara garis besar Kabupaten Sidoarjo secara administratif mempunyai batas-batas tertentu sebagai berikut :
Sebelah utara : Kotamadya Surabaya dan Kabupaten Gresik Sebelah Selatan : Kabupaten Pasuruan
Sebelah Timur : Selat Madura
Dengan batas-batas tersebut diatas disini terlihat bahwa kedudukan Kabupaten Sidoarjo cukup strategis dari segi transportasi maupun dari segi perdagangan. Selain itu pula dengan adanya jalan bebas hambatan merupakan suatu sarana dalam memperlancar jalur perhubungan atau transportasi antara Kota Surabaya dengan Kabupaten Sidoarjo. Karena itulah perkembangan sektor industri di Sidoarjo juga sangat pesat. Beberapa contoh yang termasuk industri besar di Sidoarjo adalah :
Nama industri PT. Japfa Comfeed Indonesia PT. Maspion
Produksi utama Pakan ayam Alat-alat rumah tangga
Tenaga kerja 1.186 12.878
Alamat Jl. Hr. M. Mangundiprojo Km 3,5 Buduran
Ds. Sawotratap, Gedangan
Sedangkan contoh industri yang termasuk industri kecil di Sidoarjo :
Nama industri Fill Surya Megah CV. Sarana Jaya Abadi
Produksi utama Kulit finish Sepatu olah raga
Tenaga kerja 34 24
Alamat Berbek Industri II/5 Waru Jl. Tropodo I/21 Waru
4.1.2.2. Potensi Sosial dan Ekonomi Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo. Dalam kenyataan bahwa dalam penggunaan lahan tersebut hanya berjumlah lebih kurang 59.975,353 Ha yang terbagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
- Tanah sawah : 31.408,789 Ha (52,37%) - Tanah grogol : 744,568 Ha (1,24%) - Tanah tegalan : 453,554 Ha (0,75%) - Tanah pertambakan : 13.800,189 Ha (23,01%) - Tanah pekarangan : 13.501,471 Ha (22,51%) - Tanah lapangan : 66,784 Ha (0,11%)
Dari data tersebut terlihat bahwa Kabupaten Sidoarjo memiliki suatu potensi ekonomi yang cukup besar baik bidang pertanian, perkanan ataupun lahan-lahan yang diperuntukkan usaha industri kecil. Untuk lahan sawah, pertambakan dan pekarangan dalam jumlah yang besar yaitu 52,37%, 23,01% dan 22,51% merupakan suatu kekuatan ekonomi daerah dalam menunjang kesejahteraan masyarakat.
Kabupaten Sidoarjo merupakan dataran rendah yang subur dan merupakan delta brantas yang terbentuk segitiga dengan tinggi diatas permukaan laut 0-25 meter. Wilayah Kabupaten Sidoarjo merupakan dataran rendah yang subur dan dilalui oleh aliran sungai Brantas berbentuk segitiga (Delta Brantas) dengan ketinggian :
- 3-10 meter dari permukaan air tawar merupakan daerah bagian tengah, meliputi : 40,81%.
- 10-25 meter dari permukaan air laut merupakan daerah bagian barat, meliputi : 29,20 %.
Kalau diambil tingkat kemiringan daerah ini sangat ideal dengan pendistribusian air yang arahnya dari barat ke timur untuk mendukung sektor pertanian dan sektor pertambakan yang potensial. Sehingga berdasarkan daerah geografisnya sumber alam yang cukup besar yang dimiliki Kabupaten Sidoarjo yang berbatasan langsung dengan Kotamadya Surabaya adalah strategis dan ekonomis.
4.1.2.3. Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo
1. Pembangunan Kota
a. Peningkatan kualitas hunian, lingkungan, pertumbuhan wilayah dengan mempertimbangkan keseimbangan antara perkembangan pedesaan dan perkotaan.
b. Menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Sidoarjo.
c. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana kota.
d. Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan perkotaan. e. Memperluas lapangan kerja.
f. Mengembangkan laju pertumbuhan ekonomi antar wilayah. a. Pembangunan Desa
Dalam rangka mendapatkan tingkat perkembangan desa, diadakan pendataan potensi desa diseluruh desa atau kelurahan dilaksanakan setiap akhir tahun anggaran. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian serta penggalian partisipasi swadaya gotong-royong masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa.
pelatihan bagi kader pembangunan desa untuk mengembangkan tenaga-tenaga yang mampu dan terampil dalam melaksanakan kegiatan pembangunan desa atau kelurahan.
Secara administrasi pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sidoarjo terbagi dalam 18 kecamatan, antara lain :
1. Kecamatan Sidoarjo, luas wilayah 62,56 Km2 2. Kecamatan Buduran, luas wilayah 41,03 Km2 3. Kecamatan Candi, luas wilayah 40,67 Km2 4. Kecamatan Porong, luas wilayah 29,82 Km2 5. Kecamatan Krembung, luas wilayah 29,55 Km2 6. Kecamatan Tulangan, luas wilayah 31,21 Km2 7. Kecamatan Tanggulangin, luas wilayah 32,29 Km2 8. Kecamatan Jabon, luas wilayah 81,00 Km2
9. Kecamatan Krian, luas wilayah 32,50 Km2
18. Kecamatan Sukodono, luas wilayah 32,68 Km2
4.1.2.4. Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 18 wilayah Kecamatan terbagi habis menjadi 322 desa dan 31 Kelurahan. Sebagian besar wilayahnya merupakan daerah tambak dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup rendah yaitu 535 jiwa/Km2 dan 756 jiwa/Km2. Sedangkan 16 Kecamatan lainya mempunyai luas rata-rata 34,61 Km2 dengan kepadatan penduduk rata-rata 2.319 jiwa/Km.
Desa atau Kelurahan merupakan satuan wilayah terkecil pemerintahan yang menjadi sasaran/obyek pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Proyek pembangunan desa yang dibiayai oleh swadaya murni masyarakat merupakan tumpuan dari pembangunan desa yang diharapkan adanya peningkatan jumlah proyek dan dananya dari tahun ke tahun. Ditinjau dari tingkat kemajuan desa dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu : swadaya (tradisional), swakarya (transisional) dan swasembada (berkembang). Yang membedakan ketiganya adalah :
1. Kemampuan dalam menyelenggarakan urusan rumah tangga Desa/kelurahan.
2. Tingkat kemajuan administrasi.
4.1.3. Kabupaten Pasuruan
4.1.3.1. Letak Geografis Dan Topografis Kabupaten Pasuruan
Kabupaten Pasuruan mempunyai luas 147.401,50 Ha yang terletak antara 12,17°-113,30° bujur timur dan 7,30°-8,30° lintang selatan.
Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto
Dilihat dari keadaan geologisnya, Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi 3 bagian daerah, yaitu :
1. Daerah pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian antara 180 m s/d 3000 m. Daaerah ini membentang dibagian selatan dan barat meliputi Kecamatan Lumbang, Puspo, Tosari, Tutur, Purwodadi, Prigen dan Gempol.
2. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6 m s/d 91 m. Dataran rendah di bagian tengah merupakan daerah yang subur. 3. Daerah pantai dengan ketinggian 2 m s/d 8 m diatas permukaan
laut. Dataran ini membentang didaerah utara meliputi Kecamatan Nguling, Lekok, Rejoso, Kraton dan Bangil.
1. Sungai Lawean yang bermuara di Desa Penunggul, Kecamatan Nguling.
2. Sungai Gembong yang bermuara di Kota Pasuruan.
3. Sungai Welang yang bermuara di Desa Pulokerto, Kecamatan Bangil.
4. Sungai Masangan yang bermuara di Desa Raci, Kecamatan Bangil. 5. Sungai Kedunglarang yang bermuara di Desa Kalianyar,
Kecamatan Bangil.
Perkembangan sektor industri di Pasuruan didukung dengan adanya kawasan industri yang bernama PIER (Pasuruan Industrial Estate). Contoh industri yang termasuk industri besar antara lain :
Nama industri PT. Tirta Investama Pandaan PT. Aneka Tuna Indonesia
Produksi utama Air minum dalam kemasan Minuman ringan
Tenaga kerja 1.299 1.879
Alamat Jl. Raya Surabaya-Malang Km 48,5 Pandaan
Jl. Raya Surabaya-Malang Km 38 Gempol
Sedangkan contoh industri yang termasuk industri kecil di Pasuruan :
Nama industri PT. Gudang Garam Aminah Bordir
Produksi utama Rokok Busana muslim wanita
Tenaga kerja 75 51
4.2. Deskripsi dan Hasil Penelitian 4.2.1. Investasi
4.2.1.1. Investasi di Jawa Timur
Investasi adalah suatu pengeluaran untuk pembelian barang-barang modal dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi. Investasi juga merupakan salah satu faktor dalam pendorong pembangunan ekonomi karena dengan investasi yang banyak dan berkembang maka ekonomi suatu daerah juga akan berkembang. Investasi ada dua jenis yaitu investasi oleh investor dalam negeri (PMDN) dan investasi yang dilakukan oleh pihak asing (PMA). Untuk lebih jelasnya, perkembangan investasi di Propinsi Jawa Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Dilihat dari tabel di atas, maka terlihat bahwa investasi selama 5 tahun (2004-2008) mengalami peningkatan. Hanya pada tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan 17,24%. Hal ini karena iklim investasi pada tahun 2007 mengalami kelesuan akibat dari belum adanya UUD investasi di Indonesia.
4.2.1.2. Investasi di Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik sumbangan Pendapatan Domestik Nasional Bruto (PDRB) yang terbesar berasal dari sektor industri yaitu sebesar lebih dari 40% sehingga investasi di Kabupaten Gresik banyak diserap pada sektor industri. Untuk lebih jelasnya melihat perkembangan investasi di Kabupaten Gresik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2: Investasi (PMDN dan PMA) di Kabupaten Gresik Tahun 2004-2008 Sumber: BPS Jawa Timur (data diolah)
Perkembangan paling pesat terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 122,4% dan tahun 2008 sebesar 344,15%. Jadi, Kabupaten Gresik ini adalah kabupaten yang sangat berkembang dengan pesat karena investasi perkembangannya juga pesat sekali.
4.2.1.3. Investasi di Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo yang merupakan kabupaten yang berdekatan dengan Kota Surabaya, investasinya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Sidoarjo merupakan penyangga dari Kota Surabaya dalam pengembangan industri, perdagangan dan perumahan. Untuk melihat perkembangan investasi baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :