41
3.1. Konsep Buku
Kumpulan puisi Sutardji Calzoum Bachri dalam buku “O Amuk Kapak”
akan adaptasi menjadi puisi-puisi visual. Kemudian disatukan dalam sebuah buku.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah lembaran kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong atau juga bisa diartikan sebagai kitab.
3.1.1.Tujuan Buku
Untuk dapat mencapai tujuan media melalui strategi media, harus ditetapkan dahulu karakter target audience atau khalayak sasaran. Berikut ini dijelaskan karakter sasaran dari segi demografis, psikografis, behavioral dan geografis.
- Demografi
Target audience dari “puisi visual” secara demografis:
Jenis kelamin :Pria dan wanita
Usia :13 hingga 25 tahun
Pendidikan : minimal Sekolah Menegah pertama Strata Ekonomi sosial : Menengah atas
Profesi : Pelajar, mahasiswa, wirausaha, - Geografi
Geografi adalah mereka yang masyarakat di seluruh Indonesia - Psikografi
Psikografis adalah mereka yang berpikir objektif dan terbuka terhadap hal-hal yang baru dan unik. Mereka yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki hubungan yang baik dengan sesamanya, menghargai sastra, peduli dengan generasi penerus bangsa.
- Behavior
Behavior mereka senang mengkoleksi karya seni. Dan mengikuti perkembangan sastra seperti gemar ke galeri atau pameran-pameran seni.
Tujuan yang ingin dicapai dari buku puisi visual adalah:
Memperkenal puisi visual sebagai bentuk baru untuk menikmati sebuah puisi.
Mem
3.1.2.Strategi Media
Untuk mewujudkan tujuan pemasaran dari buku puisi visual, maka strategi diterapkan melalui konsep dasar 4P yang dikembangkan oleh Philip Kotler, yaitu:
- Product (produk)
Agar perancangan komunikasi visual ini sampai tepat ke target adiernce-nya dalam pembuatan produk (buku “Puisi Visual”) dikonsep dengan layout yang menarik, dibuat dengan kesan dramatis, gaya bahasa resmi sehari-hari, di kemas dengan tampilan yang menarik dan dilengkapi dengan merchandise.
- Place (tempat)
Perancangan komunikasi visual ini didistribusikan di kota-kota besar di Indonesia melalui toko-toko buku besar seperti Kinokunia, Aksara, Gramedia, dan Kharisma
- Price (harga)
Harga dari buku “Puisi Visual” disesuaikan dengan target audience yang ingin dituju, maka buku ini dipasarkan dengan harga sebesar Rp100.000,00
- Promotion (promosi)
Promosi juga digunakan agar perancangan komunikasi visual ini juga sampai tepat ke target aduiernce-nya yaitu dengan menggunakan iklan koran, poster, x- benner, pin dan, pembatas buku.
3.1.3. Program Media
Program media adalah pengaturan jadwal media yang digunakan untuk memasarkan buku “Puisi Visual” berdasarkan fungsi dan kemampuan daya jangkau masing-masing media, waktu edar atau waktu tayang, serta ukuran (space atau durasi).
- Iklan koran
Iklan ini dimuat di koran Kompas pada bagian Pustaka Loka yang di terbitkan dua minggu sekali selama satu bulan sebelum peluncuran buku.
- Poster
Poster ditempel di toko-toko buku yang menjual buku “Puisi Visual”. Poster ini ditempel satu bulan sebelum peluncuran buku dan dua bulan pertama setelah peluncuran buku. Dicetak sebanyak 500 lembar.
- X-banner
X-banner di letakan dalam pusat perbelanjaan yang di dalamnya terdapat toko buku dan di pasang pada saat peluncuran buku dan dua bulan sesudahnya. X- banner di cetak sebanyak 100 buah.
- Pin
Pin akan diperoleh saat membeli buku pada waktu peluncuran buku pertama kali dan sekaligus digunakan oleh panitia penyelenggara peluncuran buku. Pin sebanyak 300 buah.
- Pembatas Buku
Pembatas buku tercantum dalam buku. Dibuat sebanyak tiga jenis dan di cetak sebanyak 1000 buah
3.1.4. Biaya Media
Pemasangan poster di lakukan di toko-toko buku termana selama tiga bulan, satu bulan sebelum peluncuran buku dan dua bulan sesudahnya. berikut ini merupakan biaya pemasangan poster di toko-toko buku.
tabel 3.1 Biaya pemasangan poster media
Nama toko buku Harga (per bulan) waktu Total
Gramedia Rp. 60.000,- 3 bulan Rp.180.000,-
Gunung agung Rp. 60.000,- 3 bulan Rp.180.000,-
Trimedia Rp. 60.000,- 3 bulan Rp.180.000,-
Kharisma Rp. 60.000,- 3 bulan Rp.180.000,-
Sogo Rp. 60.000,- 3 bulan Rp.180.000,-
Total Rp.900.000,-
Pemasangan iklan koran di lakukan satu bulan sebelum peluncuran buku.
Pada bagian Pustaka Loka yang diterbitkan setiap dua minggu. Iklan berukuran lebar 4 kolom, tinggi 17 cm. Berikut ini merupakan perinciannya.
Tabel 3.2 Biaya pemasangan iklan koran
Kolom Tinggi Biaya Total
Minggu I 4 17 Rp.42.350,-/mmk Rp.2.876.000,-
Minggu III 4 17 Rp.42.350,-/mmk Rp.2.876.000,-
Total Rp.5.759.600,-
3.2.1. Tujuan Kreatif
Adapun tujuan kreatifnya adalah:
- Mengilustrasikan puisi sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya.
- Membantu target audience untuk mengerti makna puisi dengan memberikan gambaran atau hanya sekedar nuansa emosi yang terkandung.
3.2.2. Strategi Kreatif
Strategi yang digunakan untuk mendapatkan sebuah ilustrasi yang sesuai dengan makna puisi, adalah:
- Memahami konteks puisi dan kemudian mencari ilustrasi yang sesuai.
- Warna yang digunakan disesuaikan dengan mood dari puisi tersebut.
- Menggunakan teknik fotografi dan rekayasa digital atau digital imaging.
- Menggunakan tipografi yang sesuai dengan isi puisi.
- Menggunakan layout yang dinamis.
- Format ukuran buku A4 agar mendapatkan proporsi yang sesuai antara teks puisi dan ilustrasi.
3.2.3. Tema Puisi
Dilihat dari segi puisi dan pemaknaanya, puisi Sortarji Calzoum Bachri dibagi dalam tiga kelompok besar o, amuk dan kapak. Pada kumpulan O dan amuk Sortarji Calzoum Bachri banyak berbicara atau menggangkat tentang pencarihan Tuhan. Berikut ini adalah puisi-puisi Soetarji Calzoum Bachri dari kumpulan sajak O dan pemaknaannya:
MANA JALANMU
ikan membawa air
dalam mulut taman
bangku ngantuk
angin bernapas sendirian dedaunan harap
agar
angin menggoyanggoyang pinggul mereka belum senyum
ikan mencubit pipinya jalan bergegas membawa orang
sedang kau kehilangan jalanmu
(mana jalanmu?) bulan sebentar lagi habis
diganggu ikan
cepat cari jalanmu!
lekas panggil
siapa tahu
itu jalanmu kemarin pegirigimu telah telah dicuri orang
(untung masih ada kolam) ayo kejar
tanyakan!
- hei jalan siapa kau bawa?
- akukah itu?
(gelap)
mana jalan
mana orangnya?
Bajingan!
bulan ditelan ikan 1971
Di dalam puisi ini penulis mengingatkan kita untuk segera mencari jalan kita sebelum semuanya terlambat. Hal ini terlihat jelas dari kata-kata yang digunakan oleh penulis.
DAPATKAU?
dapatkau nyeberangkan sungai ke negeri asal tempat diam
melahirkan gerak?
dapatkau sampaikan sayap lepas ke negeri tanah tempat langit
memulai jejak?
dapatkau pulangkan resah ke negeri tetap tempat ayah
memulai anak?
siapa dapat kembalikan sia pada malu
sia pa da
sia pa sia
tinggal?
Puisi ini mengingatkan pembaca untuk kita kembali menyucikan diri kita seperti waktu kita baru dilahirkan.
MARI
mari pecahkan botolbotol ambil lukanya
jadikan bunga mari pecahkan tik-tok jam ambil jarumnya
jadikan diam mari pecahkan pelita
ambil apinya
jadikan terang
mari patahkan roda-roda krmbaliakn asalnya:
jadikan jalan mari kembali
pada Adam sepi pertama
dan duduk memandang diri kita
yang telah kita punahkan ada dan tiada
yang disediakan Adam pada kita
Pada puisi MARI ini penulis ingin menyampaikan kepada pembaca untuk mencari diri kita yang yang dahulu sebelum mengenal dosa.
JADI
tidak setiap derita
jadi luka tidak setiap sepi
jadi duri tidak setiap tanda
jadi makna tidak setiap tanya
jadi ragu tidak setiap jawab
jadi sebab tidak setiap seru
jadi mau tidak setiap tangan
jadi pegang tidak setiap kabar
jadi tahu tidak setiap luka
jadi kaca
memandang Kau
pada wajahku!
Puisi ini berbicara tentang ketidakpastian. Hal ini erat kaitanya dengan pernyataan tentang Manusia adalah pencintraan Tuhan, tapi tidak semua manusia melakukan apa yang di inginkan-Nya.
HERMAN
herman tak bisa pijak di bumi tak bisa malam di bulan tak bisa hangat di matahari tak bisa teduh di tubuh tak bisa biru di lazuardi tak bisa tunggu di tanah tak bisa sayap di angin tak bisa diam di awan
tak bisa sampai di kata tak bisa diam di diam tak bisa paut di mulut tak bisa paging di tangan takbisatakbisatakbisatakbisatakbisatakbisa
di mana herman? kau tahu?
tolong Harman tolong tolong tolong tolongtolongtolongtolongngngng!
Puisi ini mengambarkan keadaan yang banyak sekali dialami saat ini dimana seseorang tersesat tanpa mengetahui bahwa dirinya tersesat.
daun
burung sungai
kelepak
mau sampai langit siapa tahu
buah rumput selimut dada biru
langit dadu mari!
rumput pisau batu kau kau kau kau kau kau kau kau kau kau kau KAU kau kau kau kau kau kau kau kau kau kau
kau
Puisi ini penulis ingin mengingatkan bahwa Tuhan itu di mana-mana dan apapun yang kita lakukan.
SOLITUDE
yang paling mawar yang paling duri yang paling sayap yang paling bumi
yang paling pisau yang paling risau yang paling nancap yang paling dekap samping yang paling Kau!
Puisi diatas menunjukan keanggungan Tuhan. Mawar, duri, sayap, bumi, pisau, risau, nancap, dekap merupakan perlambangan perasaan manusia tetapi tetap Tuhan lah yang paling segalanya.
TRAGEDI WINKA & SIHKHA
kawin kawin
kawin kawin
kawin ka win win ka win ka win ka ka winka
winka winka
sihka sihka
sihka sih
ka sih sih ka sih ka sih ka ka sih
sih sih
sih sih sih
ka Ku
Puisi ini diawali kata kawin yang merupakan sebuah perlambangan dari sebuah kebahagiaan dan keindahan. Kemudian terus berubah menjadi kata kasih yang akhirnya berubah menjadi kata kaku. Ini melambangkan sebuah atau sesuatu yang indah diluarnya saja.
HILANG (KETEMU)
batu kehilangan diam jam kehilangan waktu pisau kehilangan tikam mulut kehilangan lagu langit kehilangan jarak tanah kehilangan tunggu santo kehilangan berak Kau kehilangan aku batu kehilangan diam jam kehilangan waktu pisau kehilangan tikam mulut kehilangan lagu langit kehilangan jarak tanah kehilangan tunggu santo kehilangan berak Kau ketemu aku
Puisi ini ini menunjukan hubungan manusia dan Tuhan karena panggunaan kata Kau dan kata aku yang mempresentasikan manusia. Pada puisi ini hubungan yang ingin disampaikan adalah manusia dan Tuhan tidak terpisahkan. Bait yang pertama dan ketiga berbunyi sama, hal ini melambangkan waktu yang bersamaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kita bisa berjalan berdampingan dengan Tuhan tetapi dalam sekejap mata kita bisa bertentangan dengan Tuhan.
HYANG?
yang mana
ke atau
dari
mana meksi
pun
lalu se bab antara
Kau
dan aku
Puisi ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam diri penulis kepada Sang pencipta, tanpa ada jawaban dari-Nya. Hal ini melambangkan sebuah kepasrahan manusia yang hanya bisa berusaha sekuat tenaga tanpa tau jawaban yang dicarinya.
Berikut ini adalah puisi dalam kumpulan Amuk adalah:
SUDAH WAKTU
sudah waktunya sekarang kau mengembalikan
rumput tangkai
ranting
pepohonan
kedalam dirimu sudah waktunya
memasukkan kembali seluruh langit
semua laut
setiap darat
kedalam dirimu karena asal tanah itu kau
asal langit itu kau asal laut itu kau
asal jagas itu kau jadi
bersiapsiaplah kuatkuatkan
tahankan dan
hormati dirimu:
ludahlah!
1975
Puisi SUDAH WAKTU ini mengajak pembaca untuk kembali memperhatikan dan menjaga alam. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa diri kitalah yang dapat menegembalikan alam seperti semula.
TAPI
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau tanpa apa aku datang padamu
wah!
Pada puisi ini terlihat jelas sebuah komunikasi antara dua orang. Aku di sini melanbangkan manusia sedangkan kau dilambangkan sebagai Tuhan. Sekarang fenomena manusia datang atau berserah kepada Tuhan dalam keadaan tertentu seperti dalam kesusahan, kekawatiran. Pada dua baris terakhir menujukan bahwa seharusnya manusia selalu berserah kepada-Nya setiap saat bukan saja saat kita dalam kesusahan saja.
SEJAK
sejak kapan sungai dipanggil sungai sejak kapan tanah dipanggil tanah sejak kapan derai dipanggil derai sejak kapan resah dipanggil resah sejak kapan kapan dipanggil kapan sejak kapan kapan dipanggil lalu sejak kapan akan dipanggil akan sejak kapan akan dipanggil rindu sejak kapan ya dipanggil tak sejak kapan tak dipanggil mau sejak kapan tuhan dipanggil tak sejak kapan tak dipanggil rindu?
1975
SEJAK merupakan puisi tentang permulaan hidup, ingin mengingatkan permulaan dari mana kita berasal. Penulis secara tidak langsung mengagungkan Tuhan tetapi dua baris terakhir tersirat bahwa manusia sudah tak rindu lagi kepada Nya.
PIL
memang pil seperti pil macam pil walau pil hanya pil hampir pil sekedar pil ya toh pil meski pil tapi tak pil adalah pil
pil pil pil mengapa gigil?
akau demam pil bilang obat jadi bilang apakah pasien?
tempeleng!
1976
Puisi ini penulis ingin mengambarkan sebuah keresahan terhadap masalah- masalah kesehatan.
TAK
guruh takada kilat tak teriak takada panggil tak bisik takada himbau cakap takada kata tak angin takada desir tak gerak takada tanda tak sayap takada langit tak tangan takada gapai tak ada takada kau tak
lengangngng
datanglah Tempelengngngngng!
1976
Puisi ini mengambarkan sebuah dunia yang hampa, kosong.
Tempelengngngngng! merupakan sebuah teriakan penulis untuk menyadarkan dari tidur yang panjang untuk sadar dan mulai bertindak.
Kapak merupakan kumpulan terakhir dalam buku “O Amuk Kapak”. Pada bagian ini penulis berusaha mengerti tentang kematian. berikut ini puisi-puisi dalam kumpulan Kapak:
LALAT
dengan lalat
terbang dari nanah ke nanah dari ngilu ke ngilu
dari resah sampai ke barah aku terbang
sama lalat arwah (kini dia mati kenan tempeleng)
dari timbangan ke timbangan dari titian ke lain titian -bahkan lalat masuk surga kata lalatlalat yang di surga -apalagi kalau mati kena tempeleng
mereka bilang
1976-1977
Lalat merupakan binatang yang mempunyai kesan jelek seperti menjijikan dan sumber penyakit. Dalam puisi ini penulis menekankan bahwa lalat saja masuk surga. Hal ini merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan bahwa jangan melihat dari luar saja tetapi kenali lebih dalam sebelum kamu menilai sesuatu.
KUBUR
di lapangan brlayar kubur-kubur kau dengar denyarnya
mambawa pelabuhan pergi di luar kubur
orang orang tanpa pelabuhan melambaikan tangan
para pelaut
tak memberikan lambaikan kembali 1976
Di puisi ini penulis ingin lebih memahami tentang dunia setelah kematian. di dalamnya penulis mengambarkan bahwa kematian memiliki dunia yang yang berbeda dengan dunia tempat kita tinggal sekarang.
NUH
di tengah luka paya-paya lintah hitam makan bulan taklagi matari
jam ngucurkan detak nanah tak ada yang luput bahkan mimpi tak tanah tanah tanah beri aku puncak
untuk mulai lagi berpijak!
1977
puisi berbicara tentang sebuah kondisi yang sangat terpuruk tetapi memiliki sebuah keinginan yang sangat kuat untuk dapat bangkity kembali.
PERJALANAN KUBUR
luka mengucap dalam badan
kau tekah membawaku ke atas bukit ke atas karang ke atas gunung ke bintang bintang
lalat-lalat menggali perigi dalam dagingku untuk kuburmu alina
untuk kuburmu alina aku menggaligali dalam diri
raja dalam darah mengalirkan sungaisungai mengibarkan bendera hitam tegak tangismu alina
sungai pergi ke laut membawa kubur-kubur laut pergi ke awan membawa kubur-kubur awan pergi ke hujan membawa kubur-kubur hujan pergi ke akar ke pohon ke bunga-bunga membawa kuburmu alina
1977
Puisi ini mengambarkan sebuah kesedihan yang sangat mendalam akibat kehilangan orang yang benar-benar berharga dalam hidupnya.
SILAKAN JUDUL
di atas anggur di bawah anggur gugur waktu rindu rindu di atas langit di bawah langit janji puncak tak menunggu di atas bibir di bawah bibir
kamus tak sanggup mengucapKu
1977
Puisi ini mengambarkan sebuah kesamaan manusia dengan Tuhan terlihat jelas dari penggunaan kata di atas dan di bawah. kamus tak sanggup mengucapKu di atas menunjukan bahwa kita selama ini terkekang oleh hal yang bersifat duniawi.
HUJAN
hujan
bercakapcakap sama daunan
sama pohon
sama batu-batu sama badan
sama jama
sama rindu rindu di kerongkong sungai di ketiak laut dipeluh pantai dalam tungkai
dalam badai rusukku lalu
di dalamnya
kulayarkan kubur kubur kayuh
demi
kayuhku 1977
Pada puisi HUJAN ini terlihat ungkapan kesedihan penulis yang kehilangan dan penulis berusaha untuk melepaskan kesedihan yang dialaminya.
BAYANGKAN
Untuk Salim Said
direguknya wiski direguk
direguknya
bayangkan kalau tak ada wiski di bumi sungai tak mengalir dalam aortaku katanya di luar wiski
di halaman
anakanak bermain
bayangkan kalau tak ada anakanak di bumi aku kan lupa bagaimana menangis katanya direguk
direguk
direguknya wiski
sambil mereguk tangis lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku mati mati katanya dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan
1977
Puisi ini berisi menekankan bahwa semua hal yang terjadi di dunia mempunyai suatu manfaat walaupun itu kematian. Hal ini bertentangan dengan pemikiran di masyarakat di mana kematian merupakan hal yang tidak berguna.
PARA PEMINUM
di lereng lereng para peminum
mendaki gunung mabuk kadang mereka terpeleset jatuh
dan mendaki lagi memetik bulan dipuncak mereka oleng tapi mereka bilang -kamu takkan karam dalam laut bulan- mereka nyanyi nyanyi
jatuh
dan mendaki lagi
di puncak gunung mabuk mereka berhasil memetik bulan mereka menyimpan bulan dan bulan menyimpan mereka dipuncak
semuanya diam dan tersimpan
1976-1979
Pada puisi di atas penulis menunjukan kehidupan yang tersesat pada kenikmatan semu. Di mana pada detik itu kita sampai pada kenikmatan dunia tapi hanya kenikmaan semu, yang sebenarnya kita berada si titik terbawah pada kehidupan nyata.
DAGING
daging coba bilang
bagaimana arwah masuk badan bagaimana tuhan
dalam denyutmu jangan diam nanti aku marah kalau kulahap kau aku enak sekejap aku sedih
kau jadi taik daging
kau kawan dibumi di tanah di resah di babi babi daging
ging ging kugali gali kau buat kubur dari hati ke hati
1979
Puisi ini diawali dengan pertanyaan kepada daging tentang Tuhan. Daging di sini merupakan perlambangan dari keinginnan duniawi atau bisa di katakan dosa.
Setelah itu penulis mengambarkan satu persatu daging itu di kubur atau dapat disimpulkan di hilangkan dalam dirinya.
WALAU
walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah dulu pernah kuminta tuhan dalam diri
sekarang tak kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat jika membumbung dalam baris sajak
tujuh puncak membilang bilang nyeri hari mengucap ucap di butir pasir kutulis rindu rindu walau huruf habislah sudah alifbataku belum sebatas allah
1979
Puisi menunjukan keagungnan Tuhan dan betapa kecilnya kita di mata-Nya. Hal ini terlihat jelas pada dua bait terakhir.
3.2.4. Program Kreatif
Proses kreatif hingga buku tersebut siap diedarkan akan menghabiskan waktu selama lima bulan terhitung sejang Januari 2007 hingga selesai Mei 2007.
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.3. Jadwal Media
3.2.5. Biaya Kreatif
tabel 3.4 Estimasi Biaya Kreatif Jadwal media
Januari febuari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Konsep
Foto
Digital Imaging
Cetak
Finishing akhir
Nama Media Jumlah Harga / eksemplar Harga Total Buku
Kertas isi 176 gr Film
Biaya plat Biaya cetak Cover Kertas Film Plat Cetak Finishing
250 lbr 32 32 32
250 32 4 1000
Rp. 5,800,00 Rp. 60,00/cm Rp. 50.000,00 Rp. 500.000,00
Rp. 12.000,00 Rp. 60,00/cm Rp. 50.000,00 Rp. 500.000,00 Rp. 50.000,00
Rp. 4.640.000,00 Rp. 2.703.000,00 Rp. 6.200.000,00 Rp. 16.000.000,00
Rp. 3.000.000,00 Rp. 88.320,00 Rp. 200.000,00 Rp. 500.000,00 Rp. 5.000.000,00
Total Biaya Rp. 38.331.320,00
Nama Media Jumlah Harga per ksemplar Harga Total Pin
Kertas, cetak, pembuatan
1000pcs Rp. 4500,00 Rp. 450.000,00
Total Biaya Rp. 450.000,00
X-banner
Sablon 300 pcs Rp. 90.000,00
Rp. 27.000.000,00
TOTAL BIAYA MEDIA Rp.68.391.120,00
Estimasi biaya kreatif dikalkulasi berdasarkan total jumlah eksemplar tiap media yang digunakan. Biaya kreatif yang dikenakan adalah 20 % dari seluruh biaya produksi.
Tabel 3.5. Estimasi Biaya Kreatif.
Nama Media Biaya Kreatif Biaya Produksi Total Biaya Kreatif
Buku Rp. 38.331.000,00 Rp. 7.666.200,00
X-banner Rp. 27.000.000,00 Rp. 5.400.000,00 Pin 20 % Rp. 450.000,00 Rp. 90.000,00 Pembatas buku Rp. 1.884.800,00 Rp. 376.960,00 Poster Rp. 725.000,00 Rp. 145.000,00 Iklan Koran Rp. 5.759.600,00 Rp. 1.151.920,00
TOTAL BIAYA KREATIF Rp. 14.830.080,00
Pembatas buku Kertas 250gr Film
Plat cetak
42 pcs 32 4X2
Rp. 12.000,00 Rp. 60/cm Rp. 50.000,00
Rp. 504.000,00 Rp. 180.480,00 Rp. 400.000,00
Rp. 800.000,00
Total Biaya Rp. 1.884.800,00
Poster
Kertas art Paper 120gr
Biaya cetak 500 pcs
Rp. 750,00 Rp. 700,00
Rp. 375.000,00 Rp. 350.000,00
Total Biaya Rp. 725.000,00