• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS PERTUMBUHAN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) TERHADAP APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPONS PERTUMBUHAN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) TERHADAP APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI SKRIPSI OLEH :"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

PANCA RAMADHAN / 130301035

AGROTEKNOLOGI – BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

OLEH :

PANCA RAMADHAN / 130301035

AGROTEKNOLOGI – BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana

di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

PANCA RAMADHAN : Respons Pertumbuhan Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Alami, dibimbing oleh HARYATI dan YAYA HASANAH.

Binahong merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat berasal dari rimpang akar, batang serta daun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan binahong terhadap aplikasi zat pengatur tumbuh alami. Penelitian dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara bulan Juni sampai November 2018. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok non faktorial, dengan perlakuan : kontrol (tanpa perlakuan), bawang merah, rebung bambu, bonggol pisang, bawang merah + rebung bambu (1:1), bawang merah + bonggol pisang (1:1), rebung bambu + bonggol pisang (1:1). Peubah amatan yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio tajuk akar. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh alami bonggol pisang mampu meningkatkan panjang tanaman pada umur 10 MSPT dan pada pemberian rebung bambu + bonggol pisang (1:1) mampu menunjukkan total luas daun, volume akar dan bobot kering tajuk tertinggi.

Kata kunci : zat pengatur tumbuh alami, binahong.

(5)

ABSTRACT

PANCA RAMADHAN : Growth Response of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) On the Application of Natural Plant Growth Regulator, guided by HARYATI and YAYA HASANAH.

Binahong is one of the medicinal plants developed to be developed into medicinal raw materials. The part of the plant that is used as medicine comes from the rhizomes of roots, stems, and leaves. The research aims to determine growth response of binahong on the application of natural plant growth Regulator. The study was conducted on the Faculty of Agriculture University Sumatera Utara in June to November 2018. The experimental design used was a non-factorial randomized design, with treatment: control (without application), shallots, bamboo shoots, banana hump, shallots + bamboo shoots (1:1), shallots + banana humps (1:1) , bamboo shoots + banana hump (1:1). The observed variables were plant length, number of leaves, total leaf area, root volume, header dry we ight, root dry weight and the ratio of root header. The results of research showed that gave a natural growth regulators of banana humps was able to increase plant length at the age 10 weeks after transplanting and in bamboo shoots + banana humps (1:1) were able to increase the total leaf area, root volume, and higest shoots dry weight..

Keywords : Binahong, natural plant growth regulator.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Panca Ramadhan, lahir di Medan pada tanggal 26 Januari 1996. Anak dari Bapak Bambang Hariyanto dan Ibu Nur’ Arafah merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang yang pernah ditempuh adalah SDN 060924 Medan tahun 2007, SMPN 15 Medan pada tahun 2010, SMA Swasta Eria Medan tahun 2013. Penulis terdaftar masuk Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) pada tahun 2013.

Selama perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan Lembaga Kesenian USU pada tahun 2014 – 2017 dan penulis juga pernah mengikuti IMT-GT Varsity Carnival yang diselenggarakan di Malaysia dan Thailand pada tahun 2015 dan 2016. Penulis pernah menjadi kepala bagian kesenian di Pemerintahan Mahasiswa Gubernur Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016-2017.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Socfin Indonesia Kebun Aek Loba, Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada Juli - Agustus 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Alami” yang

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Tanaman binahong merupakan tanaman obat yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan diteliti.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Haryati, MP dan Ibu Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing

yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.

Medan, Juli 2019

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Iklim ... 4

Tanah ... 5

Zat Pengatur Tumbuh ... 5

Bawang Merah ... 7

Rebung Bambu ... 8

Bonggol Pisang ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 14

Pembuatan Naungan ... 14

Persiapan Media Tanam ... 14

Persiapan Bahan Tanam ... 14

Persiapan Bibit Binahong ... 14

Penanaman ... 15

Pembuatan Ekstrak ZPT Alami ... 15

Aplikasi ZPT Alami ... 16

Pemeliharaan Tanaman ... 16

(9)

Pengajiran ... 16

Penyiangan ... 17

Pengendalian Hama ... 17

Pengamatan Parameter ... 17

Panjang Tanaman ... 17

Jumlah Daun ... 17

Total Luas Daun ... 17

Volume Akar ... 17

Bobot Kering Tajuk ... 18

Bobot Kering Akar ... 18

Rasio Tajuk Akar ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Panjang tanaman binahong 4 – 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami……19

2. Jumlah daun binahong 4 – 10 MSPT denga aplikasi ZPT alami………….. 20

3. Total luas daun binahong dengan aplikasi ZPT alami...21

4. Volume akar binahong dengan aplikasi ZPT alami... 22

5. Bobot kering tajuk binahong dengan aplikasi ZPT alami... 22

6. Bobot kering akar binahong dengan aplikasi ZPT alami………. 23

7. Rasio tajuk akar binahong dengan aplikasi ZPT alami...24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan dan Plot Penelitian ... 32

2. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 33

3. Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Alami ... 34

4. Analisis Tanah ... 34

5. Analisis Pupuk Kandang Ayam ... 34

6. Data Panjang Tanaman pada 4 MSPT ... 35

7. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 4 MSPT... 35

8. Data Panjang Tanaman pada 5 MSPT ... 36

9. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 5 MSPT... 36

10. Data Panjang Tanaman pada 6 MSPT ... 37

11. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 6 MSPT... 37

12. Data Panjang Tanaman pada 7 MSPT ... 38

13. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 7 MSPT... 38

14. Data Panjang Tanaman pada 8 MSPT ... 39

15. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 8 MSPT... 39

16. Data Panjang Tanaman pada 9 MSPT ... 40

17. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 9 MSPT... 40

18. Data Panjang Tanaman pada 10 MSPT ... 41

19. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 10 MSPT... 41

20. Data Jumlah Daun pada 4 MSPT ... 42

21. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 4 MSPT ... 42

22. Data Jumlah Daun pada 5 MSPT ... 43

23. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 5 MSPT ... 43

24. Data Jumlah Daun pada 6 MSPT ... 44

25. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 6 MSPT ... 44

26. Data Jumlah Daun pada 7 MSPT ... 45

27. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 7 MSPT ... 45

28. Data Jumlah Daun pada 8 MSPT ... 46

29. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 8 MSPT ... 46

(12)

31. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 9 MSPT ... 47

32. Data Jumlah Daun pada 10 MSPT ... 48

33. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 10 MSPT ... 48

34. Data Total Luas Daun ... 49

35 Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun ... 49

36. Data Volume Akar ... 50

37. Daftar Sidik Ragam Volume Akar ... 50

38. Data Bobot Kering Tajuk ... 51

39. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 51

40. Data Bobot Kering Akar ... 52

41. Daftar Sidik Ragam bobot Kering Akar ... 52

42. Data Bobot Kering Akar setelah ditransfomasi Y ... 53

43. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar setelah ditransformasi Y ... 53

44. Data Rasio Tajuk Akar ... 54

45. Daftar Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar ... 54

46. Data Rasio Tajuk Akar setelah ditransformasi Y ... 55

47. Daftar Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar setelah ditransformasi Y ... 55

48. Foto Penelitian ... 56

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Binahong merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku obat. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat berasal dari rimpang akar, batang, dan daun. Daun binahong mengandung senyawa aktif antara lain flavonoid, alkaloid, terponoid, dan saponin. Tanaman ini diduga mampu mempercepat penyembuhan luka, melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Mengingat potensi yang dimiliki binahong dalam industri fitofarmaka serta belum banyaknya informasi dalam budidayanya, diperlukan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan produktivitas yang optimal (Manoi, 2009).

Untuk itu berbagai usaha untuk mempercepat pertumbuhan bibit banyak dilakukan antara lain dengan menggunakan pupuk atau zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT adalah senyawa organik yang terdapat pada tumbuhan untuk mengendalikan keseluruhan proses metabolism dan fisiologis yang terjadi pada tanaman. Sampai dengan saat ini penggunaan ZPT sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan, baik ZPT alami maupun buatan (sintesis) masih menjadi kebutuhan penting dalam perlakuan terhadap tanaman (Maretza, 2009).

Zat pengatur tumbuh juga dapat meningkatkan aktifitas fisiologis tanaman, sehingga dapat mempertinggi efisiensi penggunaan energi surya dan unsur hara.

Terdapat 5 jenis ZPT yang dikenal yaitu auksin, sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat. Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormone, yaitu senyawa organik tanaman dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses

(14)

fisiologis terutama diferensiasi dan perkembangan pada suatu tanaman (Karjadi dan Buchory, 2007).

Penggunaan zat pengatur tumbuh alami merupakan alternatif yang mudah diperoleh, relatif murah dan aman digunakan. Ada berbagai jenis bahan tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti bawang merah sebagai sumber auksin, rebung bambu sebagai sumber giberelin, dan bonggol pisang sebagai sumber sitokinin (Lindung, 2014).

Penggabungan dua atau lebih zat pengatur tumbuh akan memberikan efek yang saling menguatkan. Permulaan terbentuknya akar tidak hanya dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh auksin, tetapi juga dipengaruhi oleh sitokinin dan giberelin dan sejumlah kofaktor pembentuk lainnya. Sementara itu, apabila perbandingan konsentrasi sitokinin lebih besar daripada auksin maka akan memperlihatkan pertumbuhan tunas dan daun. Sitokinin juga bekerja sama dengan giberelin dalam peristiwa pemecahan dormansi (Kurniati, et al 2017)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap aplikasi zat pengatur tumbuh alami.

Hipotesis Penelitian

Terdapat respons nyata pada pertumbuhan binahong terhadap aplikasi zat pengatur tumbuh alami.

Kegunaan Penelitian

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Secara ilmiah, menurut Tjitrosoepomo (2010) Klasifikasi tanaman binahong termasuk ke dalam kingdom Plantae, sub kingdom Tracheobionta, superdivisi Spermatophyta, divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, sub kelas Hamamelidae, ordo Caryophyllales, famili Basellaceae, genus Anredera, dan spesies Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

Tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai panjang ± 5 m. Akar berbentuk rimpang dan berdaging lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tun ggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm dan berbau harum. Perbanyakan generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya (Mus, 2008).

Menurut penelitian Susetya (2012) tanaman binahong memiliki bentuk dari akarnya rimpang dan berdaging lunak. Batang tanaman binahong lunak, bentuk silindris, saling membelit, berwarna merah, dan bagian solid dengan permukaan halus, 5 batang berwarna merah, dan permukaannya halus.

(16)

Bunga pada tanaman binahong merupakan bunga majemuk yang tertata rapi menyerupai tandan dengan tangkai yang panjang. Bunga tersebut muncul di ketiak daun dan mahkota bunga berwarna krem keputihan dengan jumlah kelopak sebanyak 5 helai. Bunga ini cukup menarik perhatian, dikarenakan bunga ini memiliki aroma wangi yang cukup khas (Manoi, 2009).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman binahong berasal dari Amerika Selatan dan tumbuhan ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Banyak ditanam di dalam pot

sebagai tanaman hias dan obat. Berkembang secara generatif (biji), namun lebih sering dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya (Hidayati, 2009).

Tanaman binahong tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut dengan suhu 200C - 300C pada bulan Januari dan 100C - 300C pada bulan Juli serta dengan curah hujan 500 - 2000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh pada beberapa vegetasi, seperti hutan, lahan pertanian dan lahan yang berumput. Pada tanah lembab yang subur, tanaman ini dapat tumbuh secara agresif setinggi 40 meter dan membentuk pohon kanopi. Kecepatan pertumbuhan binahong 1 meter per bulan, dan lebih dari 1 meter pada musim panas. Binahong lebih cepat tumbuh di daerah yang memiliki banyak cahaya. Oleh karena itu, tanaman binahong dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia karena Indonesia merupakan negera tropis yang mendapat intensitas sinar matahari yang tinggi (Aini, 2014).

(17)

Tanah

Hujan yang cukup pada saat tanam sangat dibutuhkan agar tanaman tumbuh dengan baik. Distribusi curah hujan yang merata selama periode tumbuh akan menjamin pertumbuhan vegetatif. Jenis tanah lempung berpasir, atau lempung liat berpasir sangat cocok untuk tanaman obat pada umumnya,

sedangkan kemasaman tanah yang cocok untuk tanaman obat adalah 6–7 (pH).

(Syukur, 2001).

Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang mengatur dan mengkoordinasi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh biasanya aktif dalam konsentrasi kecil dan dapat diproduksi dalam tanaman itu sendiri (endogenous). Selain itu, zat pengatur tumbuh juga dapat meningkatkan aktivitas fisiologis tanaman, sehingga dapat mempertinggi

efisiensi penggunaan energi surya dan unsur hara. Ada beberapa golongan zat pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen

(Upreti dan Sharma, 2016)

Auksin berperan dalam pertumbuhan dan pemanjangan sel, dapat menginduksi pembelahan sel serta diferensiasi sel, membantu proses pembentukan buah, menghambat proses absisi, berperan dalam terjadinya dominansi apikal, dan menyebabkan terbentuknya akar adventif serta terhambatnya pembentukan pucuk aksiler dan adventif, sedangkan sitokinin berfungsi menstimulus sintesis protein, menginduksi sintesis dan pematangan

kloroplas, menyebabkan diferensiasi pada jaringan meristem pucuk dan

(18)

akar, berperan dalam pembentukan daun, dan menghambat senescence (Karjadi dan Buchory, 2007).

Giberelin merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan untuk merangsang perpanjangan ruas batang, terlibat dalam inisiasi pertumbuhan buah setelah penyerbukan (terlebih jika auksin tidak berperan optimal), giberelin juga meningkatkan besaran daun beberapa jenis tumbuhan. Respons terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan pembesaran sel. Pemberian giberelin sebanyak 250 ppm memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman gandum kultivar dewata karena menunjukan bobot biji per malai dan bobot biji per tanaman tertinggi. Pemberian giberelin memberikan pengaruh yang nyata pada komponen pertumbuhan, juga memperpanjang umur tanaman, namun belum memuaskan pada hasil tanaman gandum (Ariani et al., 2015).

Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misalnya kinetin, zeatin dan beberapa lainnya) merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah.

Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xylem menuju sel-sel target keseluruh tanaman. Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman (Wiraatmaja, 2017)

(19)

Bawang Merah

Pada bawang merah mengandung hormon auksin yang dapat memacu pertumbuhan akar pada stek tanaman. Umumnya auksin sangat banyak di temukan pada tunas, pucuk tanaman, daun muda, buah dan ketiak daun. Selain itu, pada bawang merah yang telah dihancurkan akan terbentuk senyawa allithiamin.

Senyawa tersebut dapat berfungsi memperlancar metabolisme pada jaringan tumbuhan dan dapat bersifat fungisida dan bakterisida (Masitoh, 2016)

Ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) konsentrasi 10% (K1) mampu meningkatkan persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang hipokotil dan panjang akar benih kakao (Theobroma cacao L.). Lama perendaman 6 jam (L2) dalam ekstrak bawang merah mampu meningkatkan persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang hipokotil benih kakao, sedangkan pada panjang akar lama perendaman yang memiliki pengaruh nyata adalah lama perendaman 9 jam (L3). Tidak terdapat adanya pengaruh interaksi konsentrasi dan lama perendaman ekstrak bawang merah terhadap viabilitas benih kakao (Darojat; et al, 2012)

Menurut penelitian Roni (2017) menyatakan bahwa pemberian ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan akar stek tanaman kaca piring memberikan pengaruh yang nyata pada parameter panjang akar stek tanaman sedangkan pada parameter jumlah akar dan berat akar tidak berpengaruh nyata. Konsentrasi optimum ekstrak bawang merah yang paling baik digunakan untuk pertumbuhan akar stek tanaman kaca piring (Gardenia jasminoides Ellis.) yaitu pada konsentrasi 1%.

(20)

Pada penelitian Masitoh (2016) menyatakan bahwa Pemberian ekstrak bawang merah dengan semua konsentrasi pada stek batang tanaman buah naga merah tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata pada semua variabel pengamatan. Pemberian ekstrak bawang dengan konsentrasi 400 g/L dapat berpotensi sebagai zat pengatur tumbuh alami dalam proses penyediaan bahan stek tanaman buah naga merah apabila jumlah bahan stek untuk budidaya terbatas karena menghasilkan panjang tunas dan bobot tunas yang tertinggi

Rebung Bambu

Rebung bambu merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di prmukaan dasar rumpun. Tunas bambu muda tersebut enak dimakan sebagai sayuran dan baik untuk kesehatan karena mengandung nilai nutrisi yang tinggi seperti vitamin, asam, amino, mineral Zn, Mn, Ni, Co, Cu, dan HCN dalam kadar rendah yang bersifat racun. Rebung bamboo juga diketahui mengandung senyawa steroid, fitosterol, flavonoid, dan phenol (Sukmaningsih et al., 2012)

Rebung bambu adalah tunas muda dari pohon bambu yang tumbuh dari akar pohon bambu. Rebung tumbuh dibagian pangkal rumpun bambu dan biasanya dipenuhi rambut bambu yang gatal. Morfologi rebung bambu berbentuk kerucut dan warnanya coklat. Kandungan utama didalam rebung bambu mentah adalah air, protein, lemak, glukosa, fosfor, kalsium, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C (Direktorat Gizi Depkes RI, 2004).

Penelitian Kurniati et al., (2017) mendapatkan perendaman dengan rebung bambu memberikan pengaruh baik terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun umur 51 HST pada bibit kemiri sunan pada konsentrasi 40 ml L-1, hal ini

(21)

membuktikan bahwa giberelin mempunyai peran dalam perkecambahan. Rebung bambu dikaitkan dengan kandungan giberelin yang relatif tinggi.

Pengaruh pemberian ekstrak rebung bambu betung (Dendocalamus asper) dengan cara disiramkan pada semai sengon (Paraserianthes falcataria) secara umum dapat meningkatkan pertumbuhan semai sengon, kecuali pada jumlah bintil akar. Dosis 20 ml/bibit berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter sedangkan pada dosis 50 ml/bibit berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi dan berat basah pucuk. Penggunaan ekstrak rebung bambu betung pada semai

sengon akan efektif untuk memacu pertumbuhan bibit sengon pada dosis 20 ml/bibit sampai dengan 50 ml/bibit (Maretza, 2009).

Bonggol Pisang

Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan organik. Mikrobia pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp, Aeromonas sp, dan Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa

menguraikan bahan organik Mikrobia pada MOL bonggol pisang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan (Suhastyo, 2011).

Bonggol pisang juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol karena didalamnya mengandung pati yang kadar gula cukup tinggi. Selain pati ada juga kalori, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin B, vitamin C, dan air (Direktorat Gizi Depkes RI, 2004).

Pemberian bonggol pisang dengan konsentrasi 75 ml untuk setiap bibit dapat meningkatkan pertambahan tinggi bibit, jumlah pelepah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq). Pati yang terkandung dalam

(22)

umbi batang pisang dapat dipergunakan sebagai sumber karbohidrat bahkan bisa dikeringkan untuk menjadi abu. Dimana abu dari umbi ini mengandung soda yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun dan pupuk. Pati bonggol pisang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, karena memiliki kadar gula yang cukup tinggi (Sudarso et al., 2015)

Perendaman benih kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan ekstrak bonggol pisang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman kacang hijau yaitu pada

perlakuan perendaman ekstrak bonggol pisang dengan konsentrasi 75%

(Muvidah et al., 2017)

(23)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian di laksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi binahong digunakan sebagai bahan tanam diperoleh dari Medan Baru, topsoil digunakan sebagai campuran media tanam diperoleh dari Medan Tuntungan, pupuk kandang

ayam digunakan sebagai campuran media tanam yang diperoleh dari Sei Mencirim, kompos sampah kota digunakan sebagai campuran media tanam,

pasir digunakan sebagai campuran media tanam, bambu digunakan sebagai tiang penyangga naungan, kawat digunakan sebagai pengikat bambu, polibeg ukuran 5 cm x 15,5 cm dan 12 cm x 30 cm digunakan sebagai wadah penyemaian umbi dan bibit binahong, air kelapa muda digunakan sebagai sumber ZPT alami berasal dari tanaman kelapa umur 4 tahun di Sei Mencirim, bonggol pisang barangan digunakan sebagai sumber ZPT alami diperoleh dari Tanjung Selamat, bawang merah varietas Samosir dari PT. East-West Seed Indonesia digunakan sebagai sumber ZPT alami, rebung bambu tali digunakan sebagai sumber ZPT alami diperoleh dari Tanjung Selamat, aquades digunakan sebagai pelarut, amplop digunakan sebagai wadah pengovenan serta kertas F4 untuk menggambar luas daun binahong.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul digunakan untuk pengelohan lahan penelitian, meteran digunakan untuk mengukur lahan penelitian,

(24)

timbangan analitik digunakan untuk menimbang bobot kering tanaman binahong, gelas ukur digunakan untuk mengukur volume akar, ember digunakan sebagai wadah air, penggaris digunakan untuk mengukur panjang tanaman, blender untuk menghaluskan bahan sumber ZPT alami, saringan digunakan untuk memisahkan sari dan ampas pada sumber ZPT alami, pisau digunakan untuk memotong sumber ZPT alami, parang digunakan untuk memotong bambu, sprayer digunakan untuk pengaplikasian ZPT alami, gembor digunakan untuk menyiram tanaman, paranet warna hitam digunakan untuk pengurangan intensitas cahaya 25%, kamera digunakan untuk dokumentasi, oven digunakan untuk menghilangkan kadar air tanaman dan alat tulis digunakan untuk mencatat hasil penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial dengan perlakuan berbagai campuran ZPT alami sebagai berikut :

P0 : Kontrol

P1 : Ekstrak Bawang Merah P2 : Ekstrak Rebung Bambu P3 : Ekstrak Bonggol Pisang

P4 : Ekstrak Bawang Merah + Rebung Bambu (1:1) P5 : Ekstrak Bawang Merah + Bonggol Pisang (1:1) P6 : Ekstrak Rebung Bambu + Bonggol Pisang (1:1)

(25)

Jumlah ulangan : 4 ulangan

Jumlah petak : 28 petak

Jumlah tanaman/petak : 4 tanaman Jumlah sampel/petak : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 112 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 112 tanaman Jarak antar ulangan : 100 cm

Jarak antar petak : 20 cm

Jarak antar polibeg : 20 cm

Ukuran polibeg : 12 cm x 30 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yij = μ + ρi + βj + εij

i : 1, 2, 3, 4 j : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Yij : Data hasil pengamatan dari unit percobaan ulangan ke-i dengan perlakuan ZPT alami taraf ke-j

μ : Rataan populasi ρi : Efek ulangan ke-i

βj : Efek ZPT alami taraf ke-j

εij : Galat dari ulangan ke-i, ZPT alami pada taraf ke-j

Jika hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan Uji Duncan Multiple Range Test taraf 5%.

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Areal penelitian dipersiapkan sebaik mungkin di lahan yang datar dan dekat dengan sumber air. Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada, setelah itu dibuat petakan dengan jarak antar petak 20 cm dan jarak antar ulangan 100 cm.

Pembuatan Naungan

Naungan dibuat dengan menggunakan paranet warna hitam untuk mengurangi intensitas cahaya sebesar 25% yang diukur dengan alat lux meter sebelum dilakukan pindah tanam.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran topsoil, pasir dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam tersebut kemudian dicampurkan secara merata agar homogen, setelah itu dimasukkan kedalam polibeg yang berukuran 30 cm x 12 cm.

Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam yang digunakan merupakan bahan tanam yang berasal dari indukan sehat yang terhindar dari hama dan penyakit. Bahan tanam berasal dari umbi ketiak daun binahong dengan bobot 0,3 – 0,4 g.

Persiapan Bibit Binahong

Umbi binahong ditanam dengan menggunakan media tanam topsoil dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 pada polibeg ukuran 5 cm x 15,5 cm terlebih dahulu hingga muncul 3 - 4 daun kira-kira 21 HST.

(27)

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara memindah tanamkan bibit binahong dari polibeg ukuran 15,5 cm x 5 cm ke polibeg ukuran 30 cm x 12 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari.

Pembuatan Ekstrak ZPT Alami

Umbi bawang merah berasal dari varietas Samosir dari PT. East-West Seed Indonesia yang mempunyai ciri-ciri bentuk umbi bulat, yang memiliki warna

umbi merah muda dan merah kecoklatan. Umbi bawang merah diblender setiap 200 g dan ditambah dengan 100 ml aquades, setelah itu hasil yang sudah diblender disaring untuk mendapatkan ekstrak umbi bawang merah.

Rebung bambu yang digunakan mempunyai ciri-ciri pelepah berwarna coklat muda dan daging rebung bambu berwana putih serta lunak, setelah itu daging rebung bambu diblender setiap 200 g dan ditambah dengan 100 ml aquades, setelah itu hasil yang sudah diblender disaring untuk mendapatkan ekstrak rebung bambu.

Bonggol pisang diambil dari tunas pisang barangan yang mempunyai ciri- ciri bonggol pisang berwarna coklat dan daging berwarna putih. Daging bonggol pisang yang sudah disiapkan diblender setiap 200g dan ditambah dengan 100ml aquades, setelah itu hasil yang sudah diblender disaring untuk mendapatkan ekstrak bonggol pisang.

(28)

Aplikasi ZPT Alami

Zat pengatur tumbuh (ZPT) alami diaplikasikan tiga kali yaitu pada 1 minggu setelah pindah tanam (MSPT), 2 MSPT dan 3 MSPT yakni :

1. Bawang merah : diambil 100% bawang merah dan disemprotkan ke bagian daun dengan menggunakan sprayer.

2. Rebung bambu : diambil 100% rebung bambu dan disemprotkan ke bagian daun menggunakan sprayer.

3. Bonggol pisang : diambil 100% bonggol pisang dan disemprotkan ke bagian daun dengan menggunakan sprayer.

4. Bawang merah + rebung bambu : diambil bawang merah + rebung bambu (1:1) dan disemprotkan ke bagian daun dengan menggunakan sprayer.

5. Bawang merah + bonggol pisang : diambil bawang merah + bonggol pisang (1:1) dan disemprotkan ke bagian daun dengan menggunakan sprayer.

6. Rebung bambu + bonggol pisang : diambil rebung bamboo + bonggol pisang (1:1) dan disemprotkan ke bagian daun dengan menggunakan sprayer.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari, setelah itu penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Pengajiran

Pengajiran dilakukan pada saat selesai dilakukan pindah tanam bibit binahong. Pengajiran dilakukan untuk menyangga tanaman dan sebagai tempat membelitnya sulur tanaman dengan menggunakan bambu dan tali plastik sebagai ajirnya.

(29)

Penyiangan

Penyiangan di dalam polibeg dilakukan secara manual ataupun dengan mencabut gulma, sedangkan di areal penanaman menggunakan cangkul. Interval penyiangan dilakukan satu kali dalam seminggu di areal penanaman.

Pengendalian Hama

Pengendalian hama dilakukan satu kali dalam seminggu secara manual.

Hama yang terdapat pada tanaman binahong adalah belalang (Aularches miliaris).

Pengamatan Parameter Panjang Tanaman

Pengamatan panjang tanaman (cm) dilakukan dengan cara mengukur panjangnya tanaman dari pangkal batang tanaman sampai pucuk paling atas tanaman dengan menggunakan tali plastik dan meteran. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada 4 sampai 10 minggu setelah pindah tanam (MSPT).

Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun (helai) dilakukan pada 4 sampai 10 MSPT. Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna dan sehat.

Total Luas Daun

Pengamatan luas daun (cm2) dilakukan pada saat tanaman berumur 10 MSPT dengan menggunakan metode gravimetri.

Volume Akar

Volume akar (ml) dihitung dengan cara memotong akar dari pangkal hingga ujung akar, seteah itu dimasukkan kedalam gelas ukur yang sudah terisi air untuk mendapatkan jumlah penambahan volume akar pada akhir pengamatan.

(30)

Bobot Kering Tajuk

Pengukuran bobot tajuk kering (g) dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah tanaman berumur 10 MSPT. Tajuk tanaman dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 600C selama 48 jam, setelah itu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sehingga diperoleh berat tajuk kering yang konstan.

Bobot Kering Akar

Pengukuran bobot akar kering (g) dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah tanaman berumur 10 MSPT. Akar tanaman dikeringkan dengan oven pada suhu 600C selama 48 jam, setelah itu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sehingga diperoleh berat akar kering yang konstan.

Rasio Tajuk Akar

Pengukuran perbandingan antara tajuk dan akar dilakukan pada saat akhir penelitian (10 MSPT) dengan membandingkan bobot kering tajuk dengan bobot kering akar.

Rasio tajuk akar : Bobot kering tajuk Bobot kering akar

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil analisis statistik yang tertera pada Lampiran 6 - 49 diketahui bahwa perlakuan pemberian ZPT pada tanaman binahong berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio tajuk akar,.

Panjang Tanaman

Data pengamatan dan sidik ragam panjang tanaman binahong dapat dilihat pada Lampiran 6-19. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa panjang tanaman 4 - 10 MSPT pada pemberian campuran ZPT alami berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman binahong. Panjang tanaman binahong 4 - 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang tanaman binahong 4 - 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami.

Umur (MSPT)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

………...cm…...………..

4 106,06 115,38 120,75 103,56 98,88 120,69 106,19 5 189,31 205,31 226,00 190,38 167,56 208,63 194,06 6 258,06 272,75 277,25 267,13 255,00 274,94 276,19 7 298,94 323,44 332,31 311,25 295,31 324,94 321,50 8 345,50 369,13 360,56 356,44 327,94 348,50 355,19 9 382,63 390,13 399,94 386,19 373,78 377,13 380,88 10 416,50 415,31 416,25 420,44 385,44 406,19 403,19

Keterangan : P0 : kontrol (tanpa ZPT) P4 : ekstrak bawang merah + ekstrak rebung bambu (1:1) P1 : ekstrak bawang merah P5 : ekstrak bawang merah + ekstrak bonggol pisang (1:1) P2 : ekstrak rebung bambu P6 : ekstrak rebung bambu + ekstrak bonggol pisang (1:1) P3 : ekstrak bonggol pisang

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa panjang tanaman binahong tertinggi pada 4 - 7 MSPT terdapat pada perlakuan rebung bambu (P2), akan

(32)

tetapi perubahan panjang tanaman tertinggi berubah pada 10 MSPT terdapat pada perlakuan bonggol pisang (P3) yang mampu meningkatkan panjang tanaman tertinggi 420,44 cm.

Jumlah Daun

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah daun binahong dapat dilihat pada Lampiran 20-33. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah daun 4 - 10 MSPT pada pemberian campuran ZPT alami berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman binahong. Jumlah daun binahong 4 - 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun binahong 4 - 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami.

Umur (MSPT)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

………..………..helai.………..

4 28,44 27,81 28,75 27,19 25,38 30,38 25,88 5 41,63 39,44 36,75 38,75 36,88 40,44 43,56 6 50,00 50,31 47,31 48,88 45,38 48,81 45,88 7 57,94 58,63 56,13 56,88 54,19 55,19 54,00 8 66,81 63,38 62,50 61,38 59,00 62,56 59,56 9 70,94 66,94 66,31 65,00 64,56 69,44 63,63 10 79,19 73,69 73,38 72,50 73,50 78,88 70,56

Keterangan : P0 : kontrol (tanpa ZPT) P4 : ekstrak bawang merah + ekstrak rebung bambu (1:1) P1 : ekstrak bawang merah P5 : ekstrak bawang merah + ekstrak bonggol pisang (1:1) P2 : ekstrak rebung bambu P6 : ekstrak rebung bambu + ekstrak bonggol pisang (1:1) P3 : ekstrak bonggol pisang

Pemberian ZPT alami menurunkan jumlah daun binahong pada 4-10 MSPT dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan kontrol (P0) mampu

meningkatkan jumlah daun pada tanaman binahong 79,19 helai.

(33)

Total Luas Daun

Data pengamatan dan sidik ragam total luas daun tanaman binahong dapat dilihat pada Lampiran 34-35. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran ZPT alami berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun. Hasil dari total luas daun tanaman pada pemberian campuran ZPT alami dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Total luas daun binahong 4 - 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami.

Perlakuan Total Luas Daun

...cm2...

P0 (tanpa ZPT) 1328,43

P1 (ekstrak bawang merah) 1136,49

P2 (ekstrak rebung bambu) 1172,57

P3 (ekstrak bonggol pisang) 1206,28

P4 (ekstrak bawang merah+ekstrak rebung bambu) (1:1) 1061,47 P5 (ekstrak bawang merah+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 1110,68 P6 (ekstrak rebung bambu+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 1375,07

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa perlakuan rebung bambu+bonggol pisang (P6) menghasilkan total luas daun tertinggi 1375,07 cm² dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan bawang merah+rebung bambu (P4) 1061,47 cm² yang menunjukkan total luas daun yang terendah.

Volume Akar

Data pengamatan dan sidik ragam volume akar dapat dilihat pada Lampiran 36-39. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa campuran ZPT alami berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Hasil dari volume akar tanaman pada pemberian campuran ZPT alami dapat dilihat pada Tabel 4.

(34)

Tabel 4. Volume akar binahong 4 – 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami.

Perlakuan Volume Akar

...ml...

P0 (tanpa ZPT) 6,25

P1 (ekstrak bawang merah) 6,13

P2 (ekstrak rebung bambu) 6,81

P3 (ekstrak bonggol pisang) 5,50

P4 (ekstrak bawang merah+ekstrak rebung bambu) (1:1) 5,19 P5 (ekstrak bawang merah+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 6,25 P6 (ekstrak rebung bambu+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 7,66

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa perlakuan rebung bambu+bonggol pisang (P6) menghasilkan volume akar tertinggi 7,66 ml dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan bawang merah+rebung bambu (P4) menghasilkan volume akar terendah 5,19 ml.

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 40-41. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa campuran ZPT berpengaruh tidak nyata pada bobot kering tajuk. Hasil dari bobot kering tajuk tanaman pada pemberian beberapa campuran ZPT alami dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering tajuk binahong 4 – 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami.

Perlakuan Bobot Kering Tajuk

...g...

P0 (tanpa ZPT) 14,62

P1 (ekstrak bawang merah) 12,55

P2 (ekstrak rebung bambu) 13,82

P3 (ekstrak bonggol pisang) 13,02

P4 (ekstrak bawang merah+ekstrak rebung bambu) (1:1) 12,05 P5 (ekstrak bawang merah+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 14,13

(35)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan rebung bambu+bonggol pisang (P6) menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi 15,12 g dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan bawang

merah+rebung bambu (P4) yang menunjukkan bobot kering tajuk yang terendah 12,05 g.

Bobot Kering Akar

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 42-45. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa campuran ZPT alami berpengaruh tidak nyata pada bobot kering akar. Hasil dari bobot kering akar tanaman pada pemberian campuran ZPT alami dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering akar binahong 4 – 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami.

Perlakuan Bobot Kering Akar

...g...

P0 (tanpa ZPT) 1,36

P1 (ekstrak bawang merah) 1,23

P2 (ekstrak rebung bambu) 1,15

P3 (ekstrak bonggol pisang) 1,02

P4 (ekstrak bawang merah+ekstrak rebung bambu) (1:1) 1,04 P5 (ekstrak bawang merah+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 1,11 P6 (ekstrak rebung bambu+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 1,33

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan kontrol (P0) menghasilkan bobot kering akar tertinggi 1,36 g dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan bonggol pisang (P3) yang menunjukkan bobot kering akar yang terendah 1,02 g.

(36)

Rasio Tajuk Akar

Data pengamatan dan sidik ragam rasio tajuk akar dapat dilihat pada Lampiran 46-49. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa campuran ZPT alami berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar. Hasil dari rasio tajuk akar tanaman pada pemberian beberapa campuran ZPT alami dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rasio tajuk akar binahong 4 – 10 MSPT dengan aplikasi ZPT alami.

Perlakuan Rasio Tajuk Akar

...g...

P0 (tanpa ZPT) 10,76

P1 (ekstrak bawang merah) 10,36

P2 (ekstrak rebung bambu) 17,33

P3 (ekstrak bonggol pisang) 11,50

P4 (ekstrak bawang merah+ekstrak rebung bambu) (1:1) 12,74 P5 (ekstrak bawang merah+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 13,52 P6 (ekstrak rebung bambu+ekstrak bonggol pisang) (1:1) 11,06

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa perlakuan rebung bambu (P2) menghasilkan rasio tajuk akar tertinggi 17,33 g dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan bawang merah (P1) menunjukkan rasio tajuk akar terendah 10,36 g.

Pembahasan

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan ZPT alami berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman 4 - 10 MSPT, jumlah daun, total luas daun, volume akar, bobot kering tajuk, bobok kering akar, dan rasio tajuk akar.

Pertambahan panjang tanaman pada 4 - 10 MSPT (Tabel 1) dengan perlakuan pemberian ZPT bonggol pisang berpengaruh tidak nyata terhadap

(37)

panjang tanaman, namun cenderung meningkatkan panjang tanaman dan menghasilkan tanaman terpanjang 420,44 cm (10 MSPT). Perlakuan bonggol pisang menunjukan panjang tanaman tertinggi dibandingkan dengan semua perlakuan, dikarenakan ekstrak bonggol pisang diduga mengandung sitokinin yang berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang tanaman binahong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wicaksono et al., (2016) yang menyatakan bahwa sitokinin dapat meningkatkan tinggi tanaman dengan cara mendorong pemanjangan sel, karena sitokinin terbukti meningkatkan laju pemanjangan sel.

Perlakuan pemberian berbagai ZPT alami berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada 4 - 10 MSPT (Tabel 2). Jumlah daun tanaman binahong tertinggi pada 10 MSPT terdapat pada perlakuan kontrol (P0) 79,19 helai. Pada semua perlakuan, kontrol memiliki jumlah daun terbanyak apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, dikarenakan serapan ZPT oleh tanaman tergantung pada faktor dari tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sitanggang et al., (2015) yang menyatakan bahwa faktor dari tanaman yang akan mempengaruhi laju serapan ZPT oleh tanaman, yang berbeda tidak nyatanya pada perlakuan ini disebabkan bahwa ZPT hanya biostimulan saja, yaitu penggerak dalam proses-proses fisiologi tanaman, oleh karena itu semua proses fisiologis tanaman telah berjalan dengan baik dan sempurna, maka peranan ZPT tidak lagi memberikan pengaruh yang berarti terhadap tanaman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah daun binahong pada umur 10 MSPT dengan pemberian campuran ZPT alami, perlakuan P0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, P5, dan P6. Data tertinggi pada kontrol (P0) menghasilkan 79,19 helai dan data terendah pada perlakuan rebung

(38)

bambu+bonggol pisang (P6) menghasilkan 70,56 helai. Respon tanaman terhadap ZPT ditentukan oleh jenis tanaman, fase pertumbuhan tanaman, jenis ZPT, konsentrasi dan cara aplikasi zat pengatur tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Isrianto (2017) yang menyatakan bahwa setiap tanaman memiliki respon yang berbeda-beda tergantung pada sifat genetik tanamannya serta konsentrasi dan cara aplikasi zat pengatur tumbuh alami.

Hasil pada Tabel 3 dapat dilihat, bahwa perlakuan rebung bambu + bonggol pisang (P6) mampu menghasilkan total luas daun tertinggi 10,5 cm² dibandingkan dengan semua perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan bawang merah + rebung bambu (P4) menghasilkan total luas daun 8,11 cm² yang menunjukkan total luas daun yang terendah. Hal ini dikarenakan kandungan ZPT alami tertinggi terdapat pada rebung bambu dan bonggol pisang, pemberian beberapa campuran ZPT alami sudah memberikan efek terhadap total luas daun.

Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan oleh Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Lampiran 3) menunjukkan bahwa hasil pengujian kandungan ZPT alami pada rebung bambu dan bonggol pisang mempunyai kandungan yang paling tinggi terhadap kandungan yang diuji auksin, giberelin, dan sitokinin. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniati, et al (2017) yang menyatakan bahwa penggabungan dua atau lebih akan memberikan efek yang saling menguatkan, apabila perbandingan konsentrasi sitokinin lebih besar daripada auksin maka akan memperlihatkan pertumbuhan tunas dan daun lebih cepat.

Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa pada pemberian beberapa campuran zat pengatur tumbuh alami berpengaruh tidak nyata terhadap panjang

(39)

tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio tajuk akar. Hal ini dikarenakan zat pengatur tumbuh alami diaplikasikan secara langsung pada tanaman tanpa adanya proses fermentasi pada ZPT alami yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syukri et al., (2017) yang menyatakan bahwa dengan dilakukan fermentasi pada bahan ZPT alami akan menghasilkan mikroorganisme yang mengandung hormon tumbuh seperti auksin, sitokinin, dan giberelin yang berguna untuk pertumbuhan tanaman.

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ZPT alami bonggol pisang meningkatkan panjang tanaman pada 10 MSPT dan pada pemberian rebung bambu + bonggol pisang mampu meningkatkan total luas daun, volume akar dan bobot kering tajuk.

Saran

Berdasarkan penelitian ini, disarankan menggunakan zat pengatur tumbuh alami bonggol pisang dan rebung bambu (1:1) untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman binahong yang lebih baik.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, S.Q. 2014. Pengaruh Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Luka Bakar Tikus Sprague dawley. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Ariani, E., F.Y. Wicaksono, A.W. Irwan, T. Nurmala, and Y. Yuwariah. 2015.

Pengaruh berbagai pengaturan jarak tanam dan konsentrasi giberelin (GA3) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum (Triticum aestivum L.) kultivar dewata di dataran medium Jatinangor. Agric. Sci. J., 2(1): 31 – 52.

Darojat, Ruri, dan Nasichuddin. 2012. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao. Jurnal urusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 2004. Daftar Komposisi Zat Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Hidayati, I.W. 2009. Uji Aktifitas Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Sebagai Penyembuh Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Isrianto, P.L. 2017. Pengaruh Gibereline Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Keji Beling. J. Biologi dan Pembelajaran Biologi 2 (1) : 23-37.

Karjadi, A.K., dan A. Buchory. 2007. Pengaruh Penambahan Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan Tunas Bawang Putih. J. Hort.

17(4) : 314-320.

Kurniati, F., T. Sudartini dan D. Hidayat. 2017. Aplikasi Berbagai Bahan Zpt Alami Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw). Jurnal Agro 4 (1) : 40-49.

Lindung, 2014. Teknologi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh. Balai Pelatihan Pertanian. Jambi

Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 15 (1) : 3-5.

Maretza, D. T. 2009. Pengaruh Dosis Ekstrak Rebung Barnbu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f.) Backer ex Heyne) Terhadap pertumbuhan semai sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.

(42)

Masitoh, S. 2016. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Mus, 2008. Informasi Spesies Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

www.plantamor.com. [03 Maret 2018].

Muvidah, S., R.B. Kiswardianta dan M.W. Ardhi. 2017. Pengaruh Konsentrasi Perendaman Bonggol Pisang dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus). Prosiding Seminar Nasional Simbiosis II. Madiun. 30 September 2017.

Roni, A. 2017. Pengaruh Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Pertumbuhan Akar Stek Tanaman Kaca Piring (Gardenia jasminoides Ellis) dan Sumbangsihnya pada Materi Perkembangan Vegetatif Tumbuhan Kelas IX SMP/MTS. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah. Palembang.

Sitanggang, A., Islan., Saputra, S.I. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Zat Pengatur Tumbuh Gibberellin terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika (Coffea arabica L.). Departement of Agroteknologi, Faculty of Agriculture, University of Riau. Riau.

Sudarso, Nelvia dan M. A. Khoiri. 2015. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami pada Bibit Kelapa Sawit (Elaesis guinensis Jacq) di Main Nursery.

Jom Faperta Volume 2 (2).

Suhastyo, A.A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Local yang Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Sukmaningsih, A.A.Sg.A., I Wayan W., Nyoman, S.A., Pande, D.K., dan Ida, B.W.G. 2012. Rebung Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata) Sebagai Bahan Afrodisiak pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan. Pusat Studi Ketahanan Pangan-LPPM. Universitas Udayana. Bali.

Susetya, D. 2012. Khasiat dan Manfaat daun ajaib binahong. Pustaka Baru Press.

Yogyakarta.

Syukri., M. Heviyanti dan R. Ridha. 2017. Pemanfaatan Telur Keong Mas (Pomacea canaliculata) sebagai Zat Pengatur Tumbuh Alami dalam Upaya Pemberdayaan Petani Desa Buket Meutuah Kecamatan langsa Timur Kota Langsa. Pros Sem Nas. Politeknik Negeri Lhokseumawe vol.1(1) : 478-482.

Syukur. 2001. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta.

Tjitrosoepomo. Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.

(43)

Upreti, K.K. dan M. Sharma, M. (2016) Role of Plant Growth Regulators in Abiotic Stress Tolerance.In: Rao, N.S. et al. (eds.) Abiotic Stress Physiology of Horticultural Crops. India, pp.19–46. doi:10.1007/978-81- 322-2725-0

Wicaksono, F. Y., T. Nurmala, A.W. Irwan, dan A.S.U. Putri. 2016. Pengaruh Pemberian Gibberellin dan Sitokinin pada Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Gandum (Triticum aestivum L.) Di Dataran Medium Jatinagor. J. Kultivasi Vol. 15 (1). 53

Wiraatmaja, I.W. 2017. Zat Pengaruh Tumbuh Giberelin dan Sitokinin. Skripsi.

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Bali.

(44)

Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

P2

P0 P6

P1

P5 P3

Lampiran 1. Bagan dan Petak Penelitian

Skema Peletakan Tanaman dalam Petak Penelitian

Keterangan:

Jumlah tanaman per petak = 4 tanaman Jumlah polibeg per petak = 4 polibeg Jarak tanam = 20 cm x 20 cm

Ukuran polibeg = 12 cm x 30 cm U

S 100 cm

20 cm

10 cm 20 cm

P5 P1 P4

P1 P5 P0

P2 P3 P5

P3 A2 P6

P6 P4 P1

P4 P2 P2

P0 P0

P4 P3

(45)

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Penelitian Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. Persiapan Lahan x

2. Pembuatan Naungan x

3. Persiapan Media Tanam x 4. Persiapan Bahan Tanam x

5. Penyiapan Bibit x

6. Penanaman X

7. Pembuatan Ekstrak ZPT Alami x x x

8. Aplikasi ZPT Alami x x x

9. Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman x x x x x x x x x x x x x

Pengajiran x

Penyiangan x x x x x x x x x x x x

Pengendalian Hama x x x x x x x x x x x x

10. Pengamatan Parameter

Panjang Tanaman x x x x x x x x X x

Jumlah Daun x x x x x x x x X x

Total Luas Daun x

Volume Akar x

Bobot Kering Tajuk x

Bobot Kering Akar x

Rasio Tajuk Akar x

(46)

Lampiran 3. Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Alami

Sumber ZPT Alami IAA (%) GA3 (%) Cytokinin(%)

Air Kelapa 0,0022 0,0016 0,0021

Rebung Bambu 0,0084 0,0058 0,0045 Bawang Merah 0,0027 0,0021 0,0022 Bonggol Pisang 0,0025 0,0019 0,0020 Sumber : Sertifikat Pengujian Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat, Bogor, 2018.

Lampiran 4. Analisis Tanah

No. Jenis analisis Nilai Kriteria Metode

1 Ca-exch (me/100g) 2,58 Rendah Amonium Acetate Ph 7 2 CEC (me/100g) 23,54 Tinggi Amonium Acetate Ph 7 3 K-exch (me/100g) 0,14 Rendah Amonium Acetate Ph 7 4 Mg-exch (me/100g) 1,15 Sedang Amonium Acetate Ph 7 5 Na-exch(me/100g) 0,01 Sangat rendah Amonium Acetate Ph 7 6 P-Bray (mg/kg) 15,65 Rendah Spectrophotometry 7 S-C-Org (%) 2,96 Sedang Walkley & Black 8 S-N-Kjehldal (%) 0,40 Sedang Kjehldahl –

Spectrophotometry

9 S-Ph-H2O 4,63 Masam Electrometry

10 S-Ph-Kcl 3,96 Masam Electrometry

Sumber : Sertifikat Pengujian Laboratorium Socfin Indonesia, Medan, 2018.

Lampiran 5. Analisis Pupuk Kandang Ayam

No. Jenis analisis Nilai Metode

1 B (mg/kg) 0,82 -

2 C-C-Org (%) 19,43 Walkley & Black

3 C-Ca-Total (%) 1,90 Atomic Absorption Spectrophotometry

4 C-Cu-Total (mg/kg) 370,12 -

5 C-Fe-Total (mg/kg) 3,51 -

6 C-K-Total (%) 1,87 Atomic Absorption Spectrophotometry 7 C-Mg-Total (%) 1,02 Atomic Absorption Spectrophotometry 8 C-N-Kjehl (%) 1,25 Kjehldahl – Spectrophotometry

9 C-P-Total (%) 1,31 Spectrophotometry

10 C-pH 8,70 Electrometry

Sumber : Sertifikat Pengujian Laboratorium Socfin Indonesia, Medan, 2018.

(47)

Lampiran 6. Data Panjang Tanaman pada 4 MSPT

Perlakuan BLOK

Total Rataan

I II III IV

……….(cm)………

P0 118,50 127,00 87,00 91,75 424,25 106,06 P1 134,50 148,25 12,50 57,25 461,50 115,38 P2 186,25 130,25 89,25 77,25 483,00 120,75 P3 122,75 112,75 117,50 61,25 414,25 103,56 P4 160,25 48,25 113,25 73,75 395,50 98,88 P5 125,00 157,25 120,00 80,50 482,75 120,69 P6 130,00 102,00 91,75 101,00 424,75 106,19 Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 4 MSPT

SK db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 14082,75 4694,25 6,71 3,16 *

Perlakuan 6 1814,40 302,40 0,43 2,66 tn

Galat 18 12601,81 700,10

Total 27 28498,96

Keterangan : tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 340121,29 KK : 24%

(48)

Lampiran 8. Data Panjang Tanaman pada 5 MSPT

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III IV

………..….(cm)………

P0 179,50 198,25 184,50 195,00 757,25 189,31 P1 199,25 225,25 230,75 166,00 821,25 205,31 P2 208,50 290,50 219,75 185,25 904,00 226,00 P3 186,00 187,75 230,75 157,00 761,50 190,38 P4 233,50 99,00 179,75 158,00 670,25 167,56 P5 189,50 231,25 217,25 196,50 834,50 208,63 P6 175,00 174,50 203,25 223,50 776,25 194,06 Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 5 MSPT

SK Db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 2560,02 853,34 0,72 3,16 tn

Perlakuan 6 8090,79 1348,47 1,14 2,66 tn

Galat 18 21319,29 1184,41

Total 27 31970,11

Keterangan : tn : tidak nyata

FK : 1090200,89 KK : 17%

(49)

Lampiran 10. Data Panjang Tanaman pada 6 MSPT

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III IV

……….……….(cm)…….………

P0 247,50 279,25 238,50 267,00 1032,25 258,06 P1 267,75 306,50 271,00 245,75 1091,00 272,75 P2 275,75 290,50 279,00 263,75 1109,00 277,25 P3 271,00 272,50 295,25 229,75 1068,50 267,13 P4 323,75 181,75 293,75 220,75 1020,00 255,00 P5 270,00 276,00 282,50 271,25 1099,75 274,94 P6 268,75 276,00 252,00 308,00 1104,75 276,19 Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 6 MSPT

SK Db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 1206,09 402,03 0,38 3,16 tn

Perlakuan 6 1951,11 325,18 0,31 2,66 tn

Galat 18 18828,48 1045,75

Total 27 21980,69

Keterangan : tn : tidak nyata

FK :2022478,12 KK : 12%

(50)

Lampiran 12. Data Panjang Tanaman pada 7 MSPT

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III IV

..……….……….(cm)…….…………..………

P0 290,50 295,50 286,00 323,75 1195,75 298,94 P1 319,00 355,00 299,75 320,00 1293,75 323,44 P2 291,00 352,50 355,25 330,50 1329,25 332,31 P3 316,75 304,00 348,25 276,00 1245,00 311,25 P4 353,75 217,50 334,00 276,00 1181,25 295,31 P5 323,00 301,00 330,50 345,25 1299,75 324,94 P6 290,75 331,00 294,25 370,00 1286,00 321,50 Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 7 MSPT

SK db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 844,95 281,65 0,22 3,16 tn

Perlakuan 6 4682,20 780,37 0,60 2,66 tn

Galat 18 23438,28 1302,13

Total 27 28965,44

Keterangan : tn : tidak nyata

FK :2785076,62 KK : 11%

(51)

Lampiran 14. Data Panjang Tanaman pada 8 MSPT

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III IV

..……….……….(cm)….….………

P0 345,50 342,00 309,50 385,00 1382,00 345,50 P1 356,50 372,75 354,75 392,50 1476,50 369,13 P2 313,00 381,75 384,25 363,25 1442,25 360,56 P3 365,00 321,25 392,75 346,75 1425,75 356,44 P4 376,00 249,00 358,00 328,75 1311,75 327,94 P5 335,25 313,75 367,75 377,25 1394,00 348,50 P6 299,25 359,75 341,75 420,00 1420,75 355,19 Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 8 MSPT

SK Db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 6438,12 2146,04 1,69 3,16 tn

Perlakuan 6 4119,43 686,57 0,54 2,66 tn

Galat 18 22916,13 1273,12

Total 27 33473,68

Keterangan : tn : tidak nyata

FK : 3467200,32 KK : 10%

(52)

Lampiran 16. Data Panjang Tanaman pada 9 MSPT

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III IV

……….……….(cm)…….………

P0 381,25 362,50 361,25 425,50 1530,50 382,63 P1 383,25 390,50 371,75 415,00 1560,50 390,13 P2 323,00 433,75 413,00 430,00 1599,75 399,94 P3 388,75 335,25 418,25 402,50 1544,75 386,19 P4 397,50 344,13 383,50 370,00 1495,13 373,78 P5 351,00 339,25 387,00 431,25 1508,50 377,13 P6 311,00 377,75 392,25 442,50 1523,50 380,88 Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 9 MSPT

SK db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 12571,17 4190,39 4,04 3,16 *

Perlakuan 6 1834,57 305,76 0,29 2,66 tn

Galat 18 18681,25 1037,85

Total 27 33086,98

Keterangan : tn : tidak nyata

* : nyata

FK

:

4136932,03 KK : 8%

(53)

Lampiran 18. Data Panjang Tanaman pada 10 MSPT

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III IV

……….……….(cm)…….………

P0 399,75 396,25 413,75 456,25 1666,00 416,50 P1 407,50 411,25 397,50 445,00 1661,25 415,31 P2 343,00 436,25 421,75 464,00 1665,00 416,25 P3 417,50 352,75 456,50 455,00 1681,75 420,44 P4 431,25 292,50 410,50 407,50 1541,75 385,44 P5 365,00 364,25 405,50 490,00 1624,75 406,19 P6 332,50 392,25 427,75 460,25 1612,75 403,19 Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman pada 10 MSPT

SK db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 25598.31 8532,77 6,29 3,16 *

Perlakuan 6 3505,40 584,23 0,43 2,66 tn

Galat 18 24424,30 1356,91

Total 27 53528,01

Keterangan : tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 4684890,56 KK : 9%

(54)

Lampiran 20. Data Jumlah Daun pada 4 MSPT

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III IV

……….……….(helai)…….………

P0 36,25 32,25 23,25 22,00 113,75 28,44

P1 38,25 34,75 22,25 16,00 111,25 27,81

P2 37,75 30,00 28,25 19,00 115,00 28,75

P3 33,00 28,25 30,50 17,00 108,75 27,19

P4 37,00 16,00 25,25 23,25 101,50 25,38

P5 31,25 37,50 33,00 19,75 121,50 30,38

P6 30,50 25,75 22,25 25,00 103,50 25,88

Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 4 MSPT

SK db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 771,38 257,13 10,02 3,16 *

Perlakuan 6 71,25 11,88 0,46 2,66 tn

Galat 18 461,82 25,66

Total 27 1304,45

Keterangan : tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 21464,70 KK : 18%

(55)

Lampiran 22. Data Jumlah Daun pada 5 MSPT Blok

Perlakuan I II III IV Total Rataan

……….……….(helai)…….………

P0 53,75 42,25 32,25 38,25 166,50 41,63

P1 54,00 46,25 34,00 23,50 157,75 39,44

P2 41,50 42,25 36,25 27,00 147,00 36,75

P3 44,00 38,25 41,50 31,25 155,00 38,75

P4 49,75 23,75 37,75 36,25 147,50 36,88

P5 37,75 46,50 44,50 33,00 161,75 40,44

P6 39,50 65,75 32,25 36,75 174,25 43,56

Lampiran 23. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 5 MSPT

SK Db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 799,57 266,53 3,51 3,16 *

Perlakuan 6 147,17 24,53 0,32 2,66 tn

Galat 18 1367,06 75,95

Total 27 2313,81

Keterangan : tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 43983,75 KK : 22%

(56)

Lampiran 24. Data Jumlah Daun pada 6 MSPT Blok

Perlakuan I II III IV Total Rataan

……….……….(helai)…….………

P0 58,00 53,50 41,50 47,00 200,00 50,00

P1 66,25 56,50 41,50 37,00 201,25 50,31

P2 49,25 52,50 47,00 40,50 189,25 47,31

P3 53,75 51,50 52,00 38,25 195,50 48,88

P4 55,75 35,25 46,75 43,75 181,50 45,38

P5 48,75 53,25 53,00 40,25 195,25 48,81

P6 50,00 48,25 38,25 47,00 183,50 45,88

Lampiran 25. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun pada 6 MSPT

SK db JK KT F.hit F.0,05 Ket

Blok 3 621,48 207,16 5,17 3,16 *

Perlakuan 6 90,43 15,07 0,38 2,66 tn

Galat 18 720,96 40,05

Total 27 1432,88

Keterangan : tn : tidak nyata

* : nyata

FK : 64728,18 KK : 13%

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien ACFTA pada elastisitas jangka panjang sebesar 0,19 dengan probabilitas t-statistic 0,0275 menunjukkan bahwa pemberlakuan kebijakan ini berpengaruh

Faktor-faktor yang menimbuklkan stigma dan diskriminasi pada masyarakat adalah penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang mematikan dan dapat mengancam nyawa,informasi yang kurang

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi yang telah disusun ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan

(2013: 10 + 32 Halaman + Daftar Gambar + Daftar Tabel + Lampiran) Perawatan dan perbaikan mesin pemisah minyak makanan gorengan dengan sistem gaya putar di kontrol

Waktu oprasional moda transport direncanakan melalui hasil grafik distribusi penumpang peak hour. Berdasarkan grafik penumpang peak hour pada tanggal 18 Desember 2016

Sesuai dengan GBHK KMIP 2016 dan mengingat adanya peluang untuk mendapatkan keuntungan finansial maka kami menjadikan bazar sebagai program kerja yang relevan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian “Penerapan Media Gambar Cerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri 16

Sehubungan dengan itu, saya memohon kesediaan saudara untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden penelitian dengan mengisi kuesioner yang