PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) MELALUI WORKSHOP
Didik Tri Puji Suharyadi1 1SDN Sumbersari 3 Maesan Bondowoso
1chansori52@gmail.com. ABSTRACT
The low ability of teachers in the preparation of high-order thinking skills (HOTS) questions at SDN Sumbersari 3, Maesan sub-district is the focus of research. This is obtained from the results of a study of 5 questions of high-order thinking skills (HOTS) using an average of 54 multiple choice production techniques with unfavorable criteria and by using an average description assessment technique of 58 with unfavorable criteria, with an analysis of the material aspects. On average 60. The purpose of this study was to improve the ability of teachers in the preparation of high-order thinking skills (HOTS) questions at SDN Sumbersari 3, Maesan District, Bondowoso Regency, 2017/2018 academic year. The conclusion of the research using workshops shows an increase in the ability to compile higher order thinking skills (HOTS). This conclusion is supported by the results of a review of 5 questions of high-order thinking skills (HOTS) using multiple choice production techniques on average in cycle 1 of 75 with good criteria and cycle 2 of 87 with very good criteria. While the results of the review of 5 questions on higher order thinking skills (HOTS) using the average description in cycle 1 were 80 with good criteria and cycle 2 was 89 very good criteria. The results of the interview at the end of cycle 2 stated that after the principal's actions were taken, in the preparation of high-order thinking skills (HOTS) questions in schools it had been carried out independently according to class assignments, the average teacher was able to compile high-order thinking skills (HOTS) questions. well, the teacher is able to use multiple choice techniques, short entries, short answers and descriptions easily.
Keywords: Teacher ability, higher order thinking skills (HOTS) questions, workshops
PENDAHULUAN
Berpikir tingkat tinggi membutuhkan berbagai langkah-langkah pembelajaran dan pengajaran yang berbeda dengan hanya sekedar mempelajari fakta dan konsep semata. Dalam berpikir tingkat tinggi meliputi aktivitas pembelajaran terhadap keterampilan dalam memutuskan hal-hal yang bersifat kompleks semisal berpikir kritis dan berpikir dalam memecahkan masalah. Meski memang berpikir tingkat tinggi sulit untuk dipelajari dan diajarkan, namun kegunaannya sudah tidak diragukan lagi.
Namun kenyataan banyak ditemukan mayoritas guru di SDN Sumbersari 3 yang belum mampu menyediakan atau menyusun masalah (soal) yang memungkinkan siswa menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya. Dampak dari
kekurangmampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) adalah guru hanya membuat naskah soal-soal penilaian harian, penilian tengah semester dan penilaian semester dengan asl-asalan saja. Guru belum mampu menyusun instrumen tersebut dengan baik. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan sebelum penelitian (lampiran 36) dapat dijelaskan bahwa guru dalam menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) di sekolah masih banyak kendala, guru hanya mengcopi soal-soal higher order thinking skill (HOTS) yang ada di buku ataupun dowload di internet. Kebiasaan ini walaupun dapat digunakan sebagai solusi dalam mengatasi kebuntuan dalam penyusunan penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS), namun memiliki kekurangan yaitu soal yang disusun kelompok kerja guru memiliki validitas dan releabilitas yang rendah. Sesuai dengan hasil wawancara dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS), guru masih mengcopi paste buku pendamping yang ada di sekolah ataupun beli di toko buku.
Hasil telaah terhadap kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) dalam bentuk piihan ganda dari 5 soal yang di telaah, dapat dijelaskan pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Kemampuan guru dalam penyusunan soal HOTS dengan teknik tes pilihan ganda sebelum penelitian
No Aspek penilaian Skor Rerata
Materi
1 Soal sesuai dengan indikator 24 60
2 Soal menggunakan stimulus yang menarik 20 50 3 Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (suku,
agama, ras, anatar golongan, pornografi, politik, propopaganda, dan kekerasan).
26 65
4 Soal menggunakan stimulus yang konstekstual. 20 50 5 Soal mengukur level kognitif penalaran. 24 60 6 Jawaban tersirat pada stimulus 22 55 7 Pilihan jawaban homogen dan logis 20 50
Jumlah 156 390
Rata-rata 56
Konstruksi
8 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan
tegas 17 43
9 Rumusan Pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja 23 58 10 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci 22 55
No Aspek penilaian Skor Rerata jawaban.
11 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat
negatif ganda. 23 58
12 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelasa dan berfungsi 21 53 13 Panjang pilihan jawaban relatif sama 24 60
14 Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar” dan sejenisnya.
22 55
15
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka
atau kronologisnya. 21 53
16 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain. 20 50
Jumlah 193 485
Rata-rata 54
Bahasa
17 Menggunakan babasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, 20 50
18 Tidak menggunakan bahasa setempat/tabu 21 53 19 Soal menggunakan kalimat yang komunikatif 24 60
20
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/ kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian
21 53
Jumlah 86 216
Rata-rata 54
Jumlah skor semua aspek 435 1091
Skor maksimal 800 2000
Rata-rata 54
Dari tabel 1 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah dari 5 soal higher order thinking skill (HOTS) dengan menggunakan teknik penilaian pilihan ganda rata-rata 54 dengan kriteria kurang baik, dengan hasil telaah pada aspek materi rata-rata-rata-rata 56, pada aspek konstruksi dan aspek bahasa rata-rata 54.
Sedangkan hasil telaah soal higher order thinking skill (HOTS) dalam bentuk uraian dari 5 soal yang di telaah, dapat dijelaskan pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 Kemampuan guru dalam penyusunan soal HOTS dengan teknik tes uraian sebelum penelitian
No Aspek penilaian Skor Rata-rata
Materi
No Aspek penilaian Skor Rata-rata 2 Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku,
Agama, Ras, Anatargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda, dan Kekerasan).
22 55
3 Soal menggunakan stimulus yang menarik. 26 65 4 Soal menggunakan stimulus yang kontekstual 21 53 5 Soal mengukur level kognitif penalaran
(menganalisis, mengevaluasi, mencipta). 24 60 6 Jawaban tersirat pada stimulus. 24 60
Jumlah 144 361
Rata-rata 60
Konstruksi
7 Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai
19 48
8 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan. 24 60
9 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci. 24 60
10 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas
dan berfungsi. 24 60
11 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain. 22 55
Jumlah 113 283
Rata-rata 57
Bahasa
12 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. 21 53
13 Tidak menggunakan bahasa setempat/tabu. 21 53 14 Soal menggunakan kalimat yang komunikatif. 24 60
Jumlah 66 166
Rata-rata 55
Jumlah skor semua aspek 323 810
Skor maksimal 800 1400
Rata-rata 58
Dari tabel 2 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah dari 5 soal higher order thinking skill (HOTS) dengan menggunakan teknik penilaian uraian rata-rata 58 dengan kriteria kurang baik, dengan hasil telaah pada aspek materi rata-rata 60, pada aspek konstruksi rata-rata 57 dan aspek bahasa rata-rata 58.
Hakikat Kemampuan Guru
Martinis yamin (2005:34) menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki 10 kemampuan dasar seperti kemampuan penguasaan materi, pengelolaan program belajar-mengajar, kemampuan mengelola kelas, menggunakan media/sumber belajar, menguasai landasan, kependidikan, memikir presatasi belajar guru, mengenal fungsi dan program bimbingan konseling dan kompetensi yang ke-10 yaitu kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pembelajaran disekolah yang meliputi mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitian pendidikan, mempelajarai teknik dan porosedur penelitian pendidikan dari hasil-hasil penelitian pendidikan yang telah dilakukan, menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk diadopsi, ditiru, diimplementasikan di sekolah untuk perbaikan kualitas pembelajaran.
Tinjauan Tentang Workshop
Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui pengalaman, dan melalui workshop. Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988: 403). Lebih lanjut, Harbinson (1973: 52) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan keterampilan dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan kurang terbakukan dan tidak berkaitan satu dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda.
Kajian Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda,
4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Cakupan berpikir tingkat tinggi cukup luas dan level proses berpikir dapat dikategorikan sampai 6 level seperti Taxonomy Bloom. Untuk kepentingan penilaian tingkat nasional, dengan prinsip bermanfaat dan sederhana, Pusat Penilaian Pendidikan mengkategorikan proses berpikir menjadi 3 level kognitif, yakni :
a) Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)
Mengukur kemampuan untuk mengingat dan memahami pengetahuan yang telah dipelajari.
b) Level 2 (Aplikasi)
Mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan dalam konteks atau situasi yang familier atau rutin.
c) Level 3 (Penalaran)
Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang tidak hanya sekedar
mengingat dan memahami. Proses berpikir yang termasuk dalam level ini seperti menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi, berpikir logis, berpikir kritis, berpikir kreatif, menyelesaikan masalah pada konteks baru atau non rutin.
Prinsip penyusunan instrumen penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi teridiri dari.
a) Menggunakan stimulus
Stimulus dapat berupa teks, gambar, skenario, tabel, grafik, wacana, dialog, video, atau masalah. Stimulus berfungsi sebagai media bagi peserta didik untuk berpikir. Tanpa adanya stimulus, soal cenderung menanyakan atau menilai ingatan.
b) Menggunakan konteks yang baru
Konteks yang baru yang dimaksud adalah konteks soal secara keseluruhan, dapat berupa materi atau rumusan soal.
c) Membedakan tingkat kesulitan dan kompleksitas proses berpikir
Tingkat kesulitan dan proses berpikir merupakan dua hal yang berbeda. Soal yang mengukur ingatan dapat mudah dan dapat juga sulit, demikian pula soal yang
mengukur berpikir tingkat tinggi juga dapat mudah dan dapat sulit, tergantung pada kompleksitas pertanyaan atau tugas.
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.
a) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
- kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
- kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
- menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
b) Menggunakan bentuk soal beragam
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.
- Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada situasi nyata.Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh
untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik. Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0. - Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentukpilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual.Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan yang lainnya.Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.Susunan yang terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila peserta didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.
- Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut. - Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan.Karakteristik soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:
- Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru di SDN Sumbersari 3 kecamatan Maesan kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 8. Dari 8 guru tersebut berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 6 orang dan yang bestatus guru tidak tetap (GTT) sebanyak 2 orang.
Rancangan penelitian siklus 1 1. Perencanaan
- Menyusun rencana tindakan.
- Menyiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan. - Membentuk kelompok guru.
- Menyusun materi penyajian. - Menyusun tugas guru.
- Menyiapkan instrumen penelitian. 2. Pelaksanaan
Langkah-langkah tindakan yang digunakan peneliti pada tindakan siklus satu adalah sebagai berikut.
- Menyampaikan tujuan dan mengatur kelompok guru. - Mengarahkan diskusi
- Menyelenggarakan diskusi - Tugas mandiri
- Refleksi
3. Observasi
Mencatat temuan-temuan yang ada selama kegiatan tindakan dengan menggunakan workshop dan dampak diterapkan workshop dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan peneliti sebelumnya ataupun catatan langsung dalam pengamatan.
4. Refleksi
- Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama proses tindakan dengan menggunakan workshop.
- Melakukan pertemuan untuk mendiskusikan dengan teman sejawat tentang temuan-temuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran.
- Melakukan revisi untuk perbaikan pada siklus selanjutnya (siklus 2) Rancangan penelitian siklus 2
1. Perencanaan
- Identifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahannya berdasarkan hasil evaluasi pada siklus ke-1
2. Tindakan
- Menyiapkan tujuan kegiatan yang ingin dicapai
- Meningkatkan efektivitas diskusi dan curah pendapat antar teman guru.
3. Observasi
- Mencatat temuan-temuan yang ada selama proses pembelajaran.
- Mengamati proses pengerjaan yang dilakukan guru dan hasil guru menyusun media pembelajaran.
- Analisis hasil yang diperoleh oleh guru. 4. Refleksi
- Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama kegiatan pembelajaran.
- Melaksanakan pertemuan untuk mendiskusikan dengan teman sejawat tentang temuan-temuan yang diperoleh dalam proses kegiatan pembelajaran.
Instrumen Penelitian
Jenis data yang digunakan penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data dalam wujud angka-angka untuk mengetahui kualitas soal higher order thinking skill (HOTS) yang disusun guru. Sedangkan data data kualitatif berupa hasil wawancara terhadap tingkat kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) yang dihasilkan.
Wawancara
Sugiyono (2015 : 194) menyatakan bahwa wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian dimensi sikap dan juga ingin mengetahui pendapat guru tentang dampak diterapkannya tindakan terhadap peningkatan kemampuan guru dalam penyususnan instrumen penilaian dimensi sikap. Teknik pengumpulan data ini didasarkan pada diri pada laporan tentang diri-sendiri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara untuk di analisis terhadap pendapat guru tentang kemampuan membuat media pembelajaran matematika sebelum dilakukan tindakan ataupun sesudah dilakukan tindakan.
Kuesioner (angket)
Pada penelitian ini teknik observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan penilaian aktifitas guru dan kepala sekolah selama kegiatan. Pada kegiatan pengamatan atau observasi terhadap aktifitas guru dilakukan pada terhadap beberapa aspek diantaranya adalah kesiapan mental dan fisik guru, kesiapan bahan, tanggungjawab, diskusi (berfikir bersama) dan interaksi (bertanya).
HASIL DAN DISKUSI
Siklus pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 13 April 2017. Waktu setiap tindakan selama 4 jam pelajaran (4x35 menit) dengan subjek penelitian guru kelas di SDN Sumbersari 3 kecamatan Maesan kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 8 orang. Dalam pelaksanaannya peneliti
bertindak sebagai fasilitator, dengan dibantu oleh 1 orang observer yang merupakan guru di SDN Sumbersari 3.
a. Kegiatan awal
Kegiatan ini diawali dengan berdo’a dan absensi terhadap guru. Selanjutnya kepala sekolah/peneliti memeriksa kesiapan guru dalam mengikuti kegiatan, kemudian menjelaskan tentang penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi, dengan sub materinya adalah langkah penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi dan contoh soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
b. Mengarahkan diskusi
Pada tahap ini kegiatan kepala sekolah adalah membentuk guru menjadi 3 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 2/3 guru dan menetapkan seorang guru pada tiap kelompok tersebut sebagai pencatat tiap gagasan yang muncul pada tiap kelompok, mengajukan pertanyaan awal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas yaitu penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi, dengan sub materinya adalah langkah penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi dan contoh soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
c. Menyelenggarakan diskusi
Pada kegiatan ini kepala sekolah membimbing guru untuk mempelajari materi penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi, dengan sub materinya adalah langkah penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi dan contoh soal keterampilan berpikir tingkat tinggi. Membimbing setiap kelompok guru untuk mendaftar setiap gagasan yang muncul dalam kelompok guru tersebut, termasuk gagasan dalam menyelesaikan lembar kerja guru.
Tahap selanjutnya membimbing kelompok guru untuk mempresentasikan hasil gagasan dari masing-masing kelompok tersebut didepan kelompok guru yang lain. Permasalahan yang muncul dalam kegiatan diskusi ini adalah guru merasa kesulitan dalam merubah soal biasa mejadi soal higher order thinking skill (HOTS) terutama pada pelajaran matematika. Hal ini dapat terjadi dikarenakan guru yang tidak terbiasa dalam menyusun soal-soal evaluasi baik pada penilaian harian, penilaian tengah semester (UTS) maupun penilain semester serta keterampilan
dalam menggunkan komputer juga masih rendah. Melalui perbagai langkah dan tindakan yang telah dilakukan peneliti ternyata mampu mengatasi dan memecahkan masalah yang muncul dalam kegiatan diskusi tersebut.
Dari hasil presentasi ketiga kelompok diskusi tersebut ternyata guru sudah mampu melakukan penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS). Hanya masih terdapat beberapa keterampilan dalam merubah soal biasa menjadi soal higher order thinking skill (HOTS) yang sudah dimiliki beberapa tahu yang lalu, terutama pada pelajaran matematika.
Pada akhir kegiatan kepala sekolah memberikan tugas evaluasi pada masing-masing guru untuk menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) untuk kegiatan penilian harian sesuai dengan kelas masing-masing.
d. Penutup.
Pada tahap ini peneliti mereviu dan menyimpulkan seluruh kegiatan yang telah dilakukan dan diakhiri dengan kegiatan berdo’a untuk menutup kegiatan. Hasil Observasi
Observasi dilakukan terhadap 2 aspek diantaranya adalah obervasi aktifitas guru dan observasi pengawas sekolah selama kegiatan workshop. Hasil dari observasi pada siklus 1 dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Observasi terhadap kepala sekolah
Hasil observasi terhadap kepala sekolah pada tindakan siklus 1 dapat dijelaskan pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3 Rekapitulasi hasil observasi terhadap kepala sekolah Siklus 1
No Aspek penilaian guru Rata – rata
1 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran 4 2 Sitematika dan kejelasan materi 3
3 Kemampuan menyampaikan materi 4
4 Penguasaan materi 4
5 Kemampuan mengelola kelas 4
6 Kemampuan mengelola waktu 3
7 Penggunaan alat bantu/media belajar 4
8 Penguasaan masalah 3
9 Interaksi dengan peserta 4
No Aspek penilaian guru Rata – rata
Jumlah skor tercapai 36
Skor maksimal 40
Rata-rata 90
Kriteria Sangat baik
Dari hasil observasi terhadap penyajian yang dilakukan oleh kepala sekolah pada tindakan silklus 1 seperti pada tabel 3 tersebut rata-rata sudah sangat baik dengan hasil penilaian sebesar 90.
b. Aktifitas Guru.
Hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dalam kegiatan diskusi siklus 1 dapat dijelaskan pada tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Penilaian Aktifitas Guru Siklus 1
No Aspek penilaian guru Skor Rata – rata
1 Berpartisipasi aktif 22 69
2 Tanggung jawab 23 72
3 Disiplin dalan mengikuti diskusi guru 24 75 4 Memusatkan perhatian pada materi 25 78
Jumlah skor tercapai 94 294
Skor maksimal 128 400
Rata-rata 73
Kriteria Baik
Berdasarkan 4 aspek observasi pada tabel 4 di atas, didapatkan persentase aktifitas guru pada kegiatan tindakan siklus 1 rata-rata 73 dengan kriteria baik. Dengan nilai tertinggi pada aspek memusatkan perhatian pada materi sebesar 78, sedangkan nilai terendah pada aspek berpartisipasi aktif pada kegiatan sebesar 69. c. Hasil telaah penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS)
Hasil telaah terhadap hasil penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) pada tindakan siklus 1 dengan menggunakan teknik pilihan ganda pada tindakan siklus 1 dapat dijelaskan pada tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5 Kemampuan guru dalam penyusunan soal HOTS dengan teknik tes pilihan ganda siklus 1
No Aspek penilaian Skor Rerata
Materi
1 Soal sesuai dengan indikator 30 75
2 Soal menggunakan stimulus yang menarik 33 83 3 Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (suku,
agama, ras, anatar golongan, pornografi, politik,
propopaganda, dan kekerasan). 31 78 4 Soal menggunakan stimulus yang konstekstual. 30 75 5 Soal mengukur level kognitif penalaran. 31 78 6 Jawaban tersirat pada stimulus 28 70 7 Pilihan jawaban homogen dan logis 25 63
Jumlah 208 522
Rata-rata 75
Konstruksi
8 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas 29 73
9 Rumusan Pokok soal dan pilihan jawaban
merupakan pernyataan yang diperlukan saja 25 63 10 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban. 32 80
11 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda. 30 75
12 Gambar, gra&k, tabel, diagram, atau sejenisnya
jelasa dan berfungsi 31 78
13 Panjang pilihan jawaban relatif sama 26 65
14
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar” dan sejenisnya.
31 78
15
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
28 70
16 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain 32 80
Jumlah 264 662
Rata-rata 73
Bahasa
17 Menggunakan babasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, 20 50
18 Tidak menggunakan bahasa setempat/tabu 21 53 19 Soal menggunakan kalimat yang komunikatif 24 60 20 Pilihan jawaban tidak mengulang kata/ 21 53
No Aspek penilaian Skor Rerata kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu
kesatuan pengertian
Jumlah 126 316
Rata-rata 79
Jumlah skor semua aspek 598 1500
Skor maksimal 800 2000
Rata-rata 75
Dari tabel 5 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah dari 5 soal higher order thinking skill (HOTS) dengan menggunakan teknik penilaian pilihan ganda pada tindakan siklus 1 rata-rata 75 dengan kriteria baik, dengan hasil telaah pada aspek materi rata-rata 75, pada aspek konstruksi rata-rata 73 dan aspek bahasa rata-rata 75 dengan kriteria baik.
Sedangkan hasil telaah soal higher order thinking skill (HOTS) dalam bentuk uraian dari 5 soal yang di telaah, dapat dijelaskan pada tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5 Kemampuan guru dalam penyusunan soal HOTS dengan teknik tes uraian siklus 1
No Aspek penilaian Skor Rerata
Materi
1 Soal sesuai dengan indikator. 37 93
2 Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras, Anatargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda, dan Kekerasan).
32 80
3 Soal menggunakan stimulus yang menarik. 35 88 4 Soal menggunakan stimulus yang kontekstual 31 78 5 Soal mengukur level kognitif penalaran
(menganalisis, mengevaluasi, mencipta). 29 73 6 Jawaban tersirat pada stimulus. 31 78
Jumlah 195 490
Rata-rata 82
Konstruksi
7 Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai 33 83
8 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan. 31 78
No Aspek penilaian Skor Rerata kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
10 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi. 30 75 11 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain. 31 78
Jumlah 157 394
Rata-rata 79
Bahasa
12 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 32 80 13 Tidak menggunakan bahasa setempat/tabu. 32 80 14 Soal menggunakan kalimat yang komunikatif. 32 80
Jumlah 96 240
Rata-rata 80
Jumlah skor semua aspek 448 1124
Skor maksimal 800 1400
Rata-rata 80
Dari tabel 5 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah dari 5 soal higher order thinking skill (HOTS) dengan menggunakan teknik penilaian uraian rata-rata 80 dengan kriteria baik, dengan hasil telaah pada aspek materi rata-rata 82, pada aspek konstruksi rata-rata 79 dan aspek bahasa rata-rata 80.
Refleksi
Pemaparan diatas menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap kepala sekolah selaku peneliti dengan menggunakan tindakannya berupa workshop pada siklus 1 sudah sangat baik dengan hasil penilaian sebesar 90. Hasil observasi dan penilaian terhadap aktifitas guru dalam kegiatan siklus 1 rata-rata sudah baik. Pada indikator penilaian aspek partisipasi pada kegiatan workshop, tanggungjawab dan kedisiplinan dalan mengikuti diskusi guru sudah cukup baik. Sedangkan pada indikator penilaian pemusatan perhatian pada materi workshop sudah sangat baik. Hasil refleksi pada aspek partisipasi guru pada kegiatan diskusi kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepala sekolah masih ditemukan beberapa guru yang masih terlihat belum aktif pada kegiatan diskusi. Guru hanya asyik bercerita masalah yang tidak ada hubungannya dengan materi yang dibahas. Sesuai dengan hasil observasi tersebut
yang menjadi penyebabnya adalah guru tersebut tidak diberikan tugas oleh kelompoknya dalam menyelesaikan tugas. Pada aspek tanggungjawab ditemukan ada beberapa guru yang terlihat malas untuk mengumpulkan tugas dalam menyusun soal higher order thinking skill (HOTS). Pada aspek kedisplinan dalan mengikuti diskusi guru pada kegiatan workshop masih ditemukan beberapa guru yang datang terlambat dan juga terloambat dalam mengumpulkan tugas yang telah diberikan. Sedangkan pada aspek pemusatan perhatian pada materi, rata-rata guru sudah terlihat perhatian terhadap materi yang dijelaskan kepala sekolah.
Hasil telaah kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) dengan teknik pilihan ganda pada siklus 1 rata-rata 75 dengan kriteria baik. Hasil telaah kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) pada aspek materi rata-rata 75 dengan kriteria baik, pada aspek konstruksi rata-rata 73 dengan kriteria baik dan pada aspek bahasa rata-rata 75 dengan kriteria baik.
Hasil telaah terhadap soal higher order thinking skill (HOTS) yang telah disusun guru pada siklus 1 jika dibandingkan dengan hasil telaah sebelum dilakukan penelitian maka sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Perbandingan hasil telaah terhadap soal higher order thinking skill (HOTS) yang telah disusun guru sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan siklus 1, maka dapat dijelaskan pada tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6 Perbandingan hasil telaah terhadap soal HOTS pra siklus dan siklus 1
No Aspek penilaian
Pilihan ganda Uraian
Pra siklus Siklus 1 Pra
siklus Siklus 1 1 Materi 56 75 60 82 2 Konstruksi 54 73 57 79 3 Bahasa 54 79 55 80 Jumlah skor 164 227 172 241 Skor maksimal 300 300 300 300 Rata-rata 54 75 58 80
Dari tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah terhadap soal – soal higher order thinking skill (HOTS) yang telah disusun guru pada siklus 1 jika
dibandingkan dengan hasil peyusunan sebelum dilakukan penelitian rata-rata mengalami peningkatan. Hasil telaah soal-soal higher order thinking skill (HOTS) dengan teknik pilihan ganda sebelum dilakukan penelitian rata-rata 54 dengan kriteria kurang baik, sedangkan hasil telaah pada tindakan siklus 1 rata-rata 75 dengan kriteria baik. Hasil telaah soal-soal higher order thinking skill (HOTS) dengan teknik uraian sebelum dilakukan penelitian rata-rata 58 dengan kriteria kurang baik, sedangkan hasil telaah pada tindakan siklus 1 rata-rata 80 dengan kriteria baik.
Rata-rata perbandingan hasil telaah soal higher order thinking skill (HOTS) sebelum dilakukan penelitian dan sesudah dilakukan penelitian pada siklus 1 walaupun sudah mengalami peningkatan, namun jika dibandingkan dengan target penelitian rata-rata harus sangat baik, maka hasil tindakan siklus 1 masih belum tercapai, oleh karena itu tindakan penelitian ini harus dilanjutkan lagi pada siklus 2. Siklus Kedua
Perencanaan
Berdasarkan hasil renungan dan temuan pada tindakan siklus 1 maka guru masih perlu diadakan latihan lagi dalam menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) terutama pada mata pelajaran matematika SD. Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut maka pada tindakan siklus 2 tindakan yang dilakukan kepala sekolah adalah berlatih kembali menyusun soal-soal higher order thinking skill (HOTS) khususnya pada pelajaran matematika. Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan beberap kegiatan yang dapat memperlancar kegiatan yang terdiri dari tempat workshop, slide materi, rangkuman materi, lembar kerja guru dan lembar observasi.
Pelaksanaan Kegiatan
Siklus 2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 April 2017, selama 4 jam pelajaran dengan menggunakan alternatif tindakan seperti pada siklus 1 yaitu workshop. Adapun tahapan pelaksanaan tindakan siklus 2 dengan menggunakan workshop dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Kegiatan awal
Kegiatan ini diawali dengan berdo’a dan absensi terhadap semua guru. Selanjutnya kepala sekolah memeriksa kesiapan peserta, menjelaskan tujuan dan
manfaat mengulang dan pengayaan materi yang sudah dibahas pada tindakan siklus 1 yaitu tentang tips dan langkah menyusun soal hots pada pelajaran matematika SD.
- Mengarahkan diskusi
Pada tahap ini kegiatan kepala sekolah adalah membentuk guru menjadi 3 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 2/3 guru dan menetapkan seorang guru pada tiap kelompok tersebut sebagai pencatat tiap gagasan yang muncul pada tiap kelompok, mengajukan pertanyaan awal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas yaitu tentang tips dan langkah menyusun soal hots pada pelajaran matematika SD.
- Menyelenggarakan diskusi
Pada kegiatan ini kepala sekolah membimbing guru untuk mengulang dan pengayaan materi yang sudah dibahas pada tindakan siklus 1 yaitu tentang tips dan langkah menyusun soal hots pada pelajaran matematika SD. Membimbing setiap kelompok guru untuk mendaftar setiap gagasan yang muncul dalam kelompok guru tersebut, termasuk gagasan dalam menyelesaikan lembar kerja guru.
Para peserta berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing untuk membahas topik permasalahan dan kepala sekolah memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya dan lembar kerja kelompok, kepala sekolah juga berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga keterbitan serta memberikan dorongan serta bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi berjalan lancar.
Tahap selanjutnya membimbing kelompok aktif guru untuk mempresentasikan hasil gagasan dari kelompok aktif tersebut didepan kelompok guru yang lain. sambil melakukan presentasi juga dilakukan diskusi dengan seluruh guru terhadap gagasan yang berhasil dihimpun pada kelompok guru tersebut. - Penutup.
Pada tahap ini peneliti mereviu dan menyimpulkan seluruh kegiatan yang telah dilakukan dan diakhiri dengan kegiatan berdo’a untuk menutup kegiatan.
Hasil Observasi
Observasi dilakukan terhadap 2 aspek diantaranya adalah obervasi aktifitas guru dan observasi kepala sekolah selama kegiatan workshop. Hasil dari observasi pada siklus 2 dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Observasi terhadap kepala sekolah
Hasil observasi terhadap kepala sekolah pada tindakan siklus 2 dapat dijelaskan pada tabel 7 sebagai berikut.
Tabel 7 Rekapitulasi hasil observasi terhadap kepala sekolah Siklus 2
No Aspek penilaian guru Rata – rata
1 Kesesuaian materi dengan tujuan
pembelajaran 4
2 Sitematika dan kejelasan materi 3 3 Kemampuan menyampaikan materi 4
4 Penguasaan materi 4
5 Kemampuan mengelola kelas 4
6 Kemampuan mengelola waktu 4
7 Penggunaan alat bantu/media belajar 4
8 Penguasaan masalah 4
9 Interaksi dengan peserta 4
10 Kemampuan menjawab pertanyaan 3
Jumlah skor tercapai 38
Skor maksimal 40
Rata-rata 95
Kriteria Sangat baik
Dari hasil observasi terhadap penyajian yang dilakukan oleh kepala sekolah padaa tindakan silklus 2 seperti pada tabel 7 tersebut rata-rata sudah sangat baik dengan hasil penilaian sebesar 95.
- Aktifitas Guru.
Proses diskusi siklus 2 guru berlatih kembali untuk menyusun menyusun soal hots pada pelajaran matematika SD. Kepala sekolah hanya berkeliling kesemua kelompok untuk memastikan hasil kerja dalam kelompok tersebut. Sambil mengadakan penilaian aktifitas diskusi yang dilakukan guru secara perorangan guna memberikan penilaian pada setiap guru atas sumbangan yang berikan pada kelompok.
Hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dalam kegiatan diskusi siklus 2 dapat dijelaskan pada tabel 8 sebagai berikut.
Tabel 8 Rekapitulasi Hasil Penilaian Aktifitas Guru Siklus 2
No Aspek penilaian guru Rata – rata
1 Berpartisipasi aktif 91
2 Tanggung jawab 84
3 Disiplin dalan mengikuti diskusi
guru 91
4 Memusatkan perhatian pada materi 88
Jumlah skor tercapai 354
Skor maksimal 400
Rata-rata 89
Kriteria Sangat Baik
Berdasarkan 4 aspek observasi pada tabel 8 diatas, didapatkan persentase aktifitas guru pada kegiatan tindakan siklus 2 rata-rata 89 dengan kriteria sangat baik. - Hasil telaah penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS)
Hasil telaah terhadap hasil penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) pada tindakan siklus 2 dengan menggunakan teknik pilihan ganda pada tindakan siklus 2 (lampiran 30) dapat dijelaskan pada tabel 9 sebagai berikut.
Tabel 9 Kemampuan guru dalam penyusunan soal HOTS dengan teknik tes pilihan ganda siklus 2
No Aspek penilaian Skor Rerata
Materi
1 Soal sesuai dengan indikator 34 85
2 Soal menggunakan stimulus yang menarik 36 90 3 Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (suku,
agama, ras, anatar golongan, pornografi, politik, propopaganda, dan kekerasan).
37 93
4 Soal menggunakan stimulus yang konstekstual. 36 90 5 Soal mengukur level kognitif penalaran. 33 83 6 Jawaban tersirat pada stimulus 35 88 7 Pilihan jawaban homogen dan logis 32 80
Jumlah 243 609
Rata-rata 87
Konstruksi
8 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas 34 85 9 Rumusan Pokok soal dan pilihan jawaban 29 73
No Aspek penilaian Skor Rerata merupakan pernyataan yang diperlukan saja
10 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban. 36 90
11 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat
negatif ganda. 36 90
12 Gambar, gra&k, tabel, diagram, atau sejenisnya jelasa dan berfungsi 36 90 13 Panjang pilihan jawaban relatif sama 33 83
14
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar” dan sejenisnya.
33 83
15
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
34 85
16 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain 34 85
Jumlah 305 764
Rata-rata 85
Bahasa
17 Menggunakan babasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, 33 83 18 Tidak menggunakan bahasa setempat/tabu 38 95 19 Soal menggunakan kalimat yang komunikatif 36 90
20
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/ kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian
37 93
Jumlah 144 361
Rata-rata 90
Jumlah skor semua aspek 692 1734
Skor maksimal 800 2000
Rata-rata 87
Dari tabel 9 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah dari 5 soal higher order thinking skill (HOTS) dengan menggunakan teknik penilaian pilihan ganda pada tindakan siklus 2 rata-rata 87 dengan kriteria sangat baik, dengan hasil telaah pada aspek materi rata-rata 87, pada aspek konstruksi rata-rata 85 dan aspek bahasa rata-rata 87 dengan kriteria sangat baik.
Sedangkan hasil telaah soal higher order thinking skill (HOTS) dalam bentuk uraian dari 5 soal yang di telaah pada siklus 2, dapat dijelaskan pada tabel 9 sebagai berikut.
Tabel 9 Kemampuan guru dalam penyusunan soal HOTS dengan teknik tes uraian siklus 2
No Aspek penilaian Skor Rerata
Materi
1 Soal sesuai dengan indikator. 37 93
2 Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras, Anatargolongan, Pornografi, Politik,
Propopaganda, dan Kekerasan). 36 90 3 Soal menggunakan stimulus yang menarik. 37 93 4 Soal menggunakan stimulus yang kontekstual 35 88 5 Soal mengukur level kognitif penalaran
(menganalisis, mengevaluasi, mencipta). 35 88 6 Jawaban tersirat pada stimulus. 34 85
Jumlah 214 537
Rata-rata 90
Konstruksi
7 Rumusan menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang kalimat soal atau pertanyaan menuntut jawaban terurai
37 93
8 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan. 35 88
9 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci. 36 90
10 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi. 34 85 11 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain. 36 90
Jumlah 178 446
Rata-rata 89
Bahasa
12 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 33 83 13 Tidak menggunakan bahasa setempat/tabu. 35 88 14 Soal menggunakan kalimat yang komunikatif. 36 90
Jumlah 104 261
Rata-rata 87
Jumlah skor semua aspek 496 1244
Skor maksimal 800 1400
Rata-rata 89
Dari tabel 9 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah dari 5 soal higher order thinking skill (HOTS) dengan menggunakan teknik penilaian uraian rata-rata 89
dengan kriteria sangat baik, dengan hasil telaah pada aspek materi rata-rata 90, pada aspek konstruksi rata-rata 89 dan aspek bahasa rata-rata 89.
Refleksi
Pemaparan diatas menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap kepala sekolah selaku peneliti dengan menggunakan tindakannya berupa workshop pada siklus 2 rata-rata 95 dengan kriteria sangat baik. Pada tindakan siklus 2 menunjukkan bahwa kepala sekolah sudah melakukan semua indikator penilaian dengan sangat baik. Indikator penilaian yang sudah sangat baik tersebut diantaranya adalah pada aspek kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kemampuan menyampaikan materi, penguasaan materi, kemampuan mengelola kelas, penggunaan alat bantu/media belajar, penguasaan masalah dan interaksi dengan peserta workshop. Sedangkan pada indikator penilaian aspek sistematika dan kemampuan menjawab pertanyaan sudah dilakukan dengan baik.
Hasil observasi dan penilaian terhadap aktifitas guru dalam kegiatan siklus 2 rata-rata sudah sangat baik. Pada indikator penilaian aspek partisipasi pada kegiatan workshop, tanggungjawab, kedisiplinan dalan mengikuti diskusi guru dan pemusatan perhatian pada materi workshop sudah sangat baik. Hasil refleksi pada siklus 2 aspek partisipasi guru pada kegiatan diskusi kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepala sekolah sudah terlihat aktif. Guru sudah tampak aktif memperbaiki kekurangan instrumen penilaian yang dibuat pada siklus 1. Pada aspek tanggungjawab ditemukan ada beberapa guru sudah terlihat disiplin dalam mengumpulkan tugas dengan tepat waktu. Pada aspek kedisplinan dalan mengikuti diskusi guru pada kegiatan workshop, guru sudah datang tepat waktu, bahkan ada sebagain besar guru sudah datang sebelumm kegiatan dimulai. Sedangkan pada aspek pemusatan perhatian pada materi, rata-rata guru sudah terlihat perhatian terhadap materi yang dijelaskan kepala sekolah.
Hasil telaah kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) dengan teknik pilihan ganda pada siklus 2 rata-rata 87 dengan kriteria sangat baik. Hasil telaah kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) pada aspek materi rata-rata 87 dengan kriteria sangat baik, pada aspek
konstruksi rata-rata 85 dengan kriteria sangat baik dan pada aspek bahasa rata-rata 90 dengan kriteria sangat baik.
Hasil penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) dengan teknik uraian pada tindakan siklus 2 rata-rata 89 dengan kriteria sangat baik. Hasil telaah kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) pada aspek materi rata-rata 90 dengan kriteria sangat baik, pada aspek konstruksi rata-rata 89 dengan kriteria sangat baik dan pada aspek bahasa rata-rata 89 dengan kriteria sangat baik. Hasil tindakan siklus 2 pada penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) baik pada teknik uraian maupun plihan ganda sudah tidak ditemukan lagi kekurangan yang fatal.
Hasil telaah terhadap soal higher order thinking skill (HOTS) yang telah disusun guru pada siklus 2 jika dibandingkan dengan hasil telaah pada siklus 1 maka juga mengalami peningkatan. Perbandingan hasil telaah terhadap soal higher order thinking skill (HOTS) yang telah disusun guru sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan siklus 1 dan siklus 2, dapat dijelaskan pada tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 10 Perbandingan hasil telaah terhadap soal HOTS pra siklus, siklus 1 dan sikklus 2
No Aspek
penilaian
Pilihan ganda Uraian
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 1 Materi 56 75 87 60 82 90 2 Konstruksi 54 73 85 57 79 89 3 Bahasa 54 79 90 55 80 87 Jumlah skor 164 227 262 172 241 266 Skor maksimal 300 300 300 300 300 300 Rata-rata 54 75 87 58 80 89
Dari tabel 10 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah terhadap soal – soal higher order thinking skill (HOTS) yang telah disusun guru pada siklus 2 jika dibandingkan dengan hasil peyusunan sebelum dilakukan penelitian dan sesudah dilakukan penelitian pada siklus 2 rata-rata mengalami peningkatan. Hasil telaah soal-soal higher order thinking skill (HOTS) dengan teknik pilihan ganda sebelum dilakukan penelitian rata-rata 54 dengan kriteria kurang baik, sedangkan hasil telaah
pada tindakan siklus 1 rata-rata 75 dengan kriteria baik dan pada siklus 2 rata-rata 87 degan kriteria sangat baik. Hasil telaah soal-soal higher order thinking skill (HOTS) dengan teknik uraian sebelum dilakukan penelitian rata-rata 58 dengan kriteria kurang baik, sedangkan hasil telaah pada tindakan siklus 1 rata-rata 80 dengan kriteria baik dan pada siklus 2 rata-rata 89 degan kriteria sangat baik.
Rata-rata perbandingan hasil telaah soal higher order thinking skill (HOTS) sebelum dilakukan penelitian dan sesudah dilakukan penelitian pada siklus 2 sudah mengalami peningkatan dengan hasil penilaian rata-rata sangat baik. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa target penelitian yang telah ditetapkan sudah tercapai pada tindakan siklus 2, oleh karena itu tindakan penelitian dapat dihentikan pada siklus 2.
Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan pada akhir siklus 2 dengan berpedoman pada daftar pertanyaan berjumlah 7 butir pertanyaan yang telah dibuat peneliti sebelummnya. Berikut ini merupakan data hasil wawancara dengan salah satu guru yang mengikuti kegiatan workshop di SDN Sumbersari 3 kecamatan Maesan kabupaten Bondowoso.
Pertanyaan pertama yaitu pendapat guru tentang pelaksanaan penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) di sekolah. Guru tersebut mengatakan bahwa penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) di sekolah sudah tidak ditemukan kendala lagi, guru sudah mampu menyusun soal-soal higher order thinking skill (HOTS) secara mandiri dan sudah mampu mengembangkan soal-soal higher order thinking skill (HOTS) sesuai dengan karateristik siswa di sekolah. Hasil jawaban guru tersebut berbeda ketika sebelumm dilakukan penelitian. Sebelumm dilakukaan peneltian guru mengatakan bahwa dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) di sekolah masih banyak kendala, guru hanya mengcopi soal-soal higher order thinking skill (HOTS) yang ada di buku ataupun dowload di internet.
Pertanyaan kedua tentang tingkat kemampuan guru dalam menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) setelah dilakukann tindakan oleh kepala sekolah. Hasil jawaban guru tersebut mengatakan bahwa rata-rata guru sudah mampu menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) dengan baik. Hasil jawaban guru
tersebut berbeda ketika hasil wawancara sebelum dilakukan penelitian rata-rata guru mengatakan bahwa di sekolah belum terampil dalam melakukan penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) secara mandiri.
Pertanyaan ketiga dan keempat memiliki indikator yang sama yaitu tentang teknik yang biasa digunakan dan dianggap mudah oleh guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) di sekolah. Hasil jawaban guru tersebut mengatakan bahwa teknik yang biasa digunakan guru dalam penyusunan instrumen penilian dimensi pengetahuan adalah pilihan ganda, isian pendek dan uraian. Sedangkan untuk pertanyaan keempat yaitu tentang teknik yang dianggap mudah oleh guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS), guru mengatakan bahwa dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) guru sudah mampu menggunakan teknik pilihan ganda, isian pendek, jawaban pendek dan uraian dengan mudah.
Pertanyaan kelima tentang kendala yang dihadapi guru dalam menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) di sekolah. Hasil jawaban guru tersebut mengatakan bahwa rata-rata guru masih kesulitan menggunakan komputer untuk menulis kisi-kisi soal dan naskah soalnya.
Pertanyaan keenam yaitu tentang tingkat kemampuan dan pemahaman guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) setelah diadakan workshop. Hasil jawaban guru tersebut mengatakan bahwa kemampuan guru meningkat dan mampu dalam menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) dengan mudah.
Sedangkan untuk pertanyaan ketujuh yaitu tentang kendala yang dihadapi guru selama kegiatan workshop. Hasil jawaban guru tersebut mengatakan bahwa penyusunan instrumen penilaian pengetahuan memerlukan media dan sumber pustaka serta keterampilan dalam menggunakan komputer namun pada kegaiatan workshop selain sarananya masih minim juga keterampilan guru dalam menggunakan komputer rata-rata masih rendah.
KESIMPULAN
Berdasarkan permasalahan yang dikaji dari studi pendahuluan pada penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan hal-hal sebagai berikut :
1. Tindakan kepala sekolah dengan menggunakan workshop sebagai pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) di SDN Sumbersari 3 kecamatan Maesan kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017.
2. Keberhasilan tindakan kepala sekolah dengan menggunakan model workshop dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) sangat dipengaruhi oleh kualitas tindakan kepala sekolah dan aktifitas guru dengan memperhatikan beberapa aspek penilaian diantaranya adalah partisipasi guru dalam kegiatan, tanggungjawab, dan pemusatan perhatian guru pada materi workshop.
3. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) lebih lanjut perlu adanya peningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan komputer, sehingga penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS) berikutnya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Berdasarkan kajian terhadap pelaksanaan penelitian ini, maka peneliti menyarankan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun soal higher order thinking skill (HOTS) lebih lanjut diharapkan guru-guru di SDN Sumbersari 3 kecamatan Maesan menyusun berbagai soal higher order thinking skill (HOTS) pada penilaian harian yang dilakukan sendiri melalui bimbingan guru atau guru senior dengan peningkatan penggunakan komputer bagi guru. 2. Untuk meningkatkan kualitas soal higher order thinking skill (HOTS) yang
disusun guru di SDN Sumbersari 3 kecamatan Maesan, diharapkan peran serta kepala sekolah dan kelompok kerja guru untuk mengevaluasi dan memperbaiki hasil penyusunan instrumen tersebut.
3. Bagi peneliti lain dapat melaksanakan penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Sumbersari 3 kecamatan
Maesan kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini juga dapat dilaksanakan ditempat lain atau dapat juga dikembangkan dengan berbagai forum ilmiah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arnie Fajar. 2004. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arsad Bendungan. 2011. Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Azwar, Saifuddin. 1997. Tes Prestasi. Yogyakarta.
Badudu, J.S. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia. Daryanto. 2012. Penyusunan Instrumen Peneilaian.
Dedi, Wijaya, Kusuma. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT. Indeks Martinis yamin. 2005, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi; jakarta : gading
perkasa.
Oemar Hamalik. Media Pendidikan (Bandung: PT. Citra Aditya, 1994),
Permendikbud. 2014. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar & Pendidikan Menengah. Jakarta: Permendikbud No. 104. Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Samsunuwiyati, Psikolinguistik, (Bandung: Aditama,2005), Hlm.68
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Suarna. Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006). Hal, 99.
Suyatno, 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit Surabaya Intelektual Club.
Thamrin, AG. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi.Nasution. Berbagai Pendekatan Dalam proses Belajar..
Winkel. Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo. 1991).
Zainal Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zainal Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Zainuri dan Soewoko. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Zakiah Daradjat dkk, 2004 Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta : PT Bumi Aksara).
____________. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group