Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”PPeerraannMMaatteemmaattiikkaaddaannPPeennddiiddiikkaannMMaatteemmaattiikkaaddaallaamm m
meenngghhaaddaappiiAASSEEAANNEEccoonnoommiiccCCoommmmuunniittyy((AAEECC))22001155"" pada tanggal 14 Maret 2015
oleh HIMATIKA FMIPA UNY Page 1
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD CATUR TUNGGAL 3 DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Oleh
Maksum Widodo, S. Pd.(1) dan Satrianawati, S. Pd.(2)
(1) Guru kelas IV SD Catur Tunggal 3 Depok Sleman Yogyakarta (2) Pendidikan Dasar UNY, Satrianawati@gmail.com, 0853-4058-1089
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika tema berbagai pekerjaan menggunakan model problem-based learning untuk melatihkan kemampuan penalaran siswa kelas IV SD.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kuantitatif dengan menggunakan metode pre experimental design bentuk one group pretest posttest yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pretest sebelum diterapkan model problem-based learning menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori D dan D- sebanyak 11 orang atau sebesar 44% sedangkan sisanya berada pada kategori di bawah D- sebanyak 3 orang. Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori B- sebanyak 2 orang atau sebesar 8%, kategori B sebanyak 5 orang atau sebesar 20%, kategori B+ sebanyak 13 orang atau sebesar 52%, kategori A+ sebanyak 5 orang atau sebesar 20%. Hasil posttest ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah adalah 92%. Nilai presentase ini melebihi standar yang ditetapkan yaitu 80% siswa berada standar ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil penelitian menggunakan uji t-test diperoleh data bahwa thitung > ttabel atau 258,972 > 2,064. Jadi, model problem-based learning memiliki pengaruh yang postif dan signifikan terhadap kemampuan penalaran matematika siswa kelas IV SD Catur Tunggal 3.
▸ Baca selengkapnya: bagaimana cara mengatasi kekurangan pada model pembelajaran problem based learning?
(2)Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 2
PENDAHULUAN
Pendidikan dihadapkan pada berbagai fenomena. Fenomena menghadapi
perubahan kurikulum dan fenomena komunitas ASEAN yang bebas masuk dan
keluar di negeri ini. Fenomena tersebut memberikan indikasi peluang dan
tantangan dalam menghadapi situasi yang cukup menggiurkan bagi generasi muda
dalam mengaktualisasikan dirinya. Tentunya proses aktualisasi generasi muda
dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan
aspek terpenting dalam penerapan kurikulum.
Penerapan kurikulum 2013 yang dalam prosesnya menerapkan konsep
pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif diterapkan dengan
pendekatan saintifik (scientific approach). Alasan penggunaan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran dikarenakan pendekatan ini memiliki lima langkah
yang dibutuhkan dalam meningkatkan retensi siswa dalam pembelajaran. Lima
langkah pendekatan saintifik tersebut yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar, dan mengkomunikasikan. Hal inilah yang dipercaya dapat membantu
siswa mampu bersaing dan membaca peluang tantangan ASEAN community.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk membantu siswa bersaing dan
membaca tantangan dan peluang ASEAN community, maka salah satu aspek yang
dapat ditingkatkan adalah dengan meningkatkan kemampuan penalaran.
Kemampuan penalaran siswa di sekolah perlu dilatih sejak awal untuk
dikembangkan kearah yang lebih baik. Kemampuan penalaran yang baik dapat
membantu siswa untuk bisa mengaktualisasikan dirinya dalam menghadapi
tantangan ASEAN community.
Perlunya kemampuan penalaran yang baik ternyata belum terlihat baik di
SD Catur Tunggal 3. Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
di kelas IV. Siswa kelas IV belum memperlihatkan penalaran yang baik dalam
menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu untuk melatih
kemampuan penalaran siswa, diperlukan langkah yang tepat. Kondisi ini
memerlukan suatu solusi yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Kemampuan penalaran siswa dalam penelitian ini dilakukan melalui pembelajaran
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 3
terkait dengan berbagai materi pelajaran lainnya. Hal inilah yang berkaitan dengan
implementasi pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013. Pembelajaran
matematika dalam kurikulum 2013 dapat diajarkan melalui problem-based
learning. Model problem-based learning dipilih karena sesuai dengan
langkah-langkah yang ada dalam pendekatan saintifik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin meneliti mengenai
pembelajaran matematika siswa kelas IV pada tema berbagai pekerjaan
menggunakan model problem based learning untuk melatihkan kemampuan
penalaran siswa. Olehnya itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana pembelajaran matematika tema berbagai pekerjaan menggunakan model problem-based learning untuk melatihkan kemampuan penalaran siswa
kelas IV SD?
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika
tema berbagai pekerjaan menggunakan model problem-based learning untuk
melatihkan kemampuan penalaran siswa kelas IV SD.
Model problem based learning menurut Klunklin, et al. (2011.03.011;
370-374) bahwa “problem based learning is a student-centred approach where
small groups of students work collaboratively to extract problems from learning
material, researching and studying together to develop knowledge and
understandings in a particular situation”. Maksud pendapat tersebut bahwa
problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran dimana siswa
bekerjasama dalam kelompok kecil, membahas masalah dari materi pelajaran,
menyelidiki dan belajar bersama-sama untuk mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman dalam situasi tertentu. Adanya proses bekerjasama membuat siswa
menyatukan pendapat untuk memahami materi pembelajaran melalui kegiatan
penyelidikan sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang baru. Artinya
problem-based learning tidak hanya berupa perolehan pengetahuan deklaratif,
tetapi lebih kepada pengetahuan prosedural sehingga siswa terarah dalam
memecahkan masalah yang autentik sesuai dengan tingkat pengetahuan yang
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 4
Duch, Groh & Allen (2001: 6) menyatakan bahwa tujuan dari penggunaan
model problem-based learning adalah “berpikir kritis dan mampu menganalisis
dan memecahkan masalah kompleks, dunia nyata. Hal inilah yang dilatih siswa
melalui langkah-langkah problem-based learning. Adapun untuk langkah-langkah
model problem based learning dituliskan pada tabel berikut.
Tabel 1. Sintaks atau Langkah-langkah problem-based learning
Tahap Aktivitas Guru dan Siswa
Tahap 1
Mengorientasikan siswa terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan. Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video atau model.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.
Kelebihan problem-based learning menurut Hallinger & Bridges (2007:
28) menyatakan bahwa “the advantage of this approach is that students become
more aware of how they can put the knowledge that they are acquiring to use”.
Maksud dari pendapat tersebut bahwa keuntungan dari pendekatan ini (problem
based learning) adalah bahwa siswa menjadi lebih sadar bagaimana mereka dapat
menempatkan, memperoleh dan menggunakan pengetahuan mereka. Model
problem-based learning diterapkan untuk melihat pengaruh kemampuan penalaran
dan sikap matematika. Pullman (2013) bahwa “The logic and reasoning skills
needed to examine the process of a mathematical argument can also be applied
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 5
spending cuts”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa melalui pembelajaran yang
melibatkan logika dan keterampilan penalaran yang diperlukan untuk memeriksa
proses argumen matematika maupun argumen yang dapat diterapkan ketika
mempertimbangkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Jadi
pembelajaran yang melibatkan peningkatan kemampuan penalaran sangat penting
karena kemampuan penalaran melatih logika berpikir.
Berpikir logis dan sesuai dengan realita atau keadaan yang ada sangat
berkaitan erat dengan pelajaran matematika. Materi pelajaran matematika dan
penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi
matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan
melalui belajar matematika. Jadi pola pikir yang dikembangkan matematika
memang membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis,
inovatif, dan kreatif. Matematika menjadi bagian dari pengembangan kemampuan
penalaran karena melalui matematika konsep penalaran seseorang menjadi
semakin logis. Kemampuan penalaran matematika merupakan logika berpikir
membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Logika berpikir ini
digunakan untuk menghubungkan antara ide-ide atau objek-objek matematika,
membuat, menyelidiki & mengevaluasi dugaan matematik; kemampuan
mengembangkan argumen-argumen & bukti-bukti matematika untuk meyakinkan
diri sendiri dan orang lain bahwa dugaan yang dikemukakan adalah benar.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kuantitatif dengan
menggunakan metode pre experimental design bentuk one group pretest posttest
yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok
pembanding. Desain penelitian dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen dan setelah eksperimen. Tes dilakukan sebelum treatment disebut
pretest dan sesudah treatment disebut posttest. Desain penelitian dibuat sebagai
berikut:
Post
Kemampuan penalaran
Pre
Kemampuan penalaran
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 6
Gambar 1. Desain Penelitian pre experimental (one group pretest posttest) Keterangan:
X1 : kelas eksperimen sebelum treatment (pretest)
X2 : kelas eksperimen sesudah treatment (posttest)
Penelitian dilaksanakan di SD Catur Tunggal 3 Depok Sleman
Yogyakarta, mulai tanggal 3 – 22 November tahun ajaran 2014/2015 pada
semester ganjil. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD Catur
Tunggal 3 di Yogyakarta.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap yaitu pra penelitian
dan proses penelitian. Adapun pada tahap pra penelitian yaitu wawancara dan
observasi sedangkan teknik pengumpulan data pada proses penelitian eksperimen:
dilakukan sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Adapun
tahapan pengumpulan data pada saat proses penelitian adalah:
a)Menyusun instrumen penelitian.
b)Meminta beberapa dosen untuk memvalidasi instrumen penelitian.
c) Melakukan pretest kepada kedua kelompok perlakuan masing-masing kelas.
d)Melakukan penelitian secara bersama-sama guru.
e)Melakukan posttest setelah perlakuan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes digunakan
untuk mengukur kemampuan penalaran yang dilakukan secara tertulis berupa
essay sebanyak 7 butir. Soal pretest kemampuan penlaran, Pedoman penskoran
butir soal yang ditetapkan untuk nomor 1 = 24, nomor 2 = 36, nomor 3 = 32,
nomor 4 = 28, nomor 5 = 24, nomor 6 = 10, dan nomor 7 = 40, sedangkan
pedoman penskoran butir soal posttest nomor 1 = 24, nomor 2 = 28, nomor 3 =
24, nomor 4 = 28, nomor 5 = 24, nomor 6 = 10, dan nomor 7 = 28. Skor maksimal
untuk pretest adalah 194 sedangkan skor maksimal untuk posttest adalah 166.
Untuk uji penelitian menggunakan uji t-test Sugiyono, (2013: 138) dengan rumus:
t =
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 7
Untuk soal pretest dan posttest tetap berpatokan pada kisi-kisi instrumen.
Adapun pemetaan kisi-kisi instrumen penalaran dituliskan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pretest dan Posttest Kemampuan Penalaran
Aspek Indikator, siswa dapat:
Ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini secara klasikal
adalah apabila 80% siswa mencapai rentang angka 3,00 atau dengan nilai B.
Adapun rumus mencari ketuntasan klasikal adalah:
Ketuntasan Siswa secara Klasikal = x100
Siswa
Untuk pedoman penskoran penilaian mengacu pada Permendikbud No.
104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Adapun rumusan untuk nilai tersebut adalah
sebagai berikut:
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 8
1,00 K
(Kurang)
1,18 – 1,50 D 1,00 – 1,17 D+
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data kemampuan penalaran siswa
terhadap pembelajaran matematika. Data kemampuan penalaran siswa diperoleh
melalui dua tahapan yaitu melalui tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang
dilaksanakan pada kelas eksperimen. Deskripsi data pretest siswa adalah:
Tabel 4. Data Nilai Pretest
No. Nama Siswa Nomor Butir Soal
Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aditya Nugroho Ardiansyah 11 8 8 6 9 3 8 53 1,093
2 Amelia Zahra Pramesti 17 8 8 9 4 3 8 57 1,175
3 Anisa Kesumaning Putri 15 8 6 9 9 6 8 61 1,258
4 Aprilya Dwi Novianti 15 9 6 9 8 6 8 61 1,258
5 Arizaldi Wicaksono Putra 12 8 4 8 4 3 8 47 0,969
6 Arsa Maden Pradipa 6 4 8 6 6 3 6 39 0,804
7 Elisabeth Puspasari 11 8 6 9 9 3 8 54 1,113
8 Elvino Aye Riantono 11 9 8 9 8 3 6 54 1,113
9 Embun Bigar Hidayat 13 8 6 9 9 3 9 57 1,175
10 Galuh Cindi Sofiana 12 9 12 9 2 3 4 51 1,052
11 Indhana Zulfatus Ainni 9 12 9 9 15 3 11 68 1,402
12 Jasmine Afif Larasati 15 9 8 9 9 3 12 65 1,34
13 Johan Syaifullah 15 15 12 6 9 3 6 66 1,361
14 Muhammad Affandi 15 9 8 6 6 6 6 56 1,155
15 Muhammad Faqih Raihan 13 6 6 6 8 3 4 46 0,948
16 Muhammad Usamah 9 2 8 9 9 3 12 52 1,072
17 Nabila Zahra Putri Adira 16 12 4 12 10 3 8 65 1,34
18 Nur Nastiti Hapsari 17 8 9 9 6 6 9 64 1,32
19 Rahma Chorin Desviarinca 18 8 8 6 9 6 8 63 1,299
20 Revaldo Putra Pradana 15 9 9 9 9 6 9 66 1,361
21 Reza Ilham Fathoni 10 8 12 9 9 3 4 55 1,134
22 Ridwan Dwi Saputra 12 9 8 9 4 8 6 56 1,155
23 Ulvy Nur Anggraeni 10 9 9 9 6 3 6 52 1,072
24 Wasi Tirta Samudra 12 9 8 8 9 8 9 63 1,299
25 Yuliana Dwi Safitri 17 9 9 8 10 6 12 71 1,464
Nilai Rata-rata 1,1893
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 9
Hasil pretest menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori D dan
D- sebanyak 11 orang atau sebesar 44% sedangkan sisanya berada pada kategori
di bawah D- sebanyak 3 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
siswa belum terjadi atau 0% berada di bawah nilai B. Adapun hasil posttest
penelitian ini tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 5. Data Nilai Posttest
No. Nama Siswa Nomor Butir Soal
Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1 Aditya Nugroho Ardiansyah 20 24 22 26 18 10 12 132 3,1807 2 Amelia Zahra Pramesti 16 20 20 21 20 10 20 127 3,0602 3 Anisa Kesumaning Putri 24 20 24 24 24 8 18 142 3,4217 4 Aprilya Dwi Novianti 24 12 22 23 20 9 21 131 3,1566
5 Arizaldi Wicaksono Putra 20 28 20 26 20 10 21 145 3,494
6 Arsa Maden Pradipa 24 20 16 23 24 9 21 137 3,3012
7 Elisabeth Puspasari 24 20 20 23 12 10 28 137 3,3012
8 Elvino Aye Riantono 24 20 24 24 20 9 28 149 3,5904
9 Embun Bigar Hidayat 20 28 24 26 20 9 24 151 3,6386
10 Galuh Cindi Sofiana 22 28 24 26 24 7 24 155 3,7349 11 Indhana Zulfatus Ainni 24 21 16 20 24 8 21 134 3,2289 12 Jasmine Afif Larasati 24 22 16 20 24 8 24 138 3,3253
13 Johan Syaifullah 24 16 16 26 20 10 26 138 3,3253
14 Muhammad Affandi 24 18 16 23 16 8 26 131 3,1566
15 Muhammad Faqih Raihan 24 21 20 20 16 10 26 137 3,3012
16 Muhammad Usamah 24 24 16 16 15 10 20 125 3,012
17 Nabila Zahra Putri Adira 24 28 24 24 18 8 24 150 3,6145
18 Nur Nastiti Hapsari 24 24 20 20 24 8 15 135 3,253
19 Rahma Chorin Desviarinca 24 20 20 16 24 8 13 125 3,012
20 Revaldo Putra Pradana 24 28 22 20 20 8 15 137 3,3012
21 Reza Ilham Fathoni 24 21 16 23 23 8 18 133 3,2048
22 Ridwan Dwi Saputra 24 28 16 23 24 8 16 139 3,3494
23 Ulvy Nur Anggraeni 24 23 24 28 20 8 28 155 3,7349
24 Wasi Tirta Samudra 20 26 20 24 24 8 16 138 2,8454
25 Yuliana Dwi Safitri 20 26 24 16 16 10 20 132 2,7216
Nilai Rata-rata 3,2906
Standar Deviasi 0,2503
Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori B
-sebanyak 2 orang atau sebesar 8%, kategori B -sebanyak 5 orang atau sebesar
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 10
orang atau sebesar 20%. Hasil posttest ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
siswa secara klasikal sudah adalah 92%. Nilai presentase ini melebihi standar
yang ditetapkan yaitu 80% siswa berada standar ketuntasan belajar yang
ditetapkan dalam penelitian.
Hasil penelitian menggunakan uji t-test diperoleh data bahwa nilai thitung
adalah 258,972 dan nilai ttabel dengan dk = 24 dan taraf signifikansi 5% adalah
2,064. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel atau 258,972 > 2,064. Artinya ada
perbedaan pengaruh model problem-based learning sebelum treatment dan
sesudah treatment.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data hasil penelitian mengenai penerapan model problem based
learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa dapat
disimpulkan bahwa siswa model ini dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan penalaran matematika siswa. hal ini sesuai dengan hasil persentase
ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 92% yang artinya lebih dari 80%
dari standar ketuntasan belajar yang diterapkan.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
di SD dengan menerapkan model problem-based learning karena dapat
membuat siswa meningkatkan kemampuan penalarannya, berpikir kritis,
kreatif dan inovatif.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai
acuan untuk melakukan penelitian lanjutan ketika menerapkan model
problem-based learning
DAFTAR PUSTAKA
Duch, B.J., Groh, S.E., & Allen D.E. (2001). The power of problem based learning. Virginia: Stylus Publishing.
Hallinger, P. & Bridges, E.M. (2007). A problem based approach for management education: preparing manager for actions. The Netherlands: Springer. Klunklin, et. al. (2011). Thai nursing students’ adaption to problem-based
Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA
UNY Page 11
Pullman, W. (2013). Summer institute helps teachers make math reasoning explicit. Washington, D.C: US Fed News Service, Including US State News.04Sep2013.http://search.proquest.com/docview/1429693920/84F0A DA432714989PQ/7?accountid=31324. diakses tanggal 22 Agustus 2014 pukul 10.26 WIB.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
The National Council of Teacher of Mathematics, Inc. (2000). Principles and standards for school mathematics. United States: Library of Congres Cataloguing-in-Publication Data.