• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING T"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”PPeerraannMMaatteemmaattiikkaaddaannPPeennddiiddiikkaannMMaatteemmaattiikkaaddaallaamm m

meenngghhaaddaappiiAASSEEAANNEEccoonnoommiiccCCoommmmuunniittyy((AAEECC))22001155"" pada tanggal 14 Maret 2015

oleh HIMATIKA FMIPA UNY Page 1

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD CATUR TUNGGAL 3 DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Oleh

Maksum Widodo, S. Pd.(1) dan Satrianawati, S. Pd.(2)

(1) Guru kelas IV SD Catur Tunggal 3 Depok Sleman Yogyakarta (2) Pendidikan Dasar UNY, Satrianawati@gmail.com, 0853-4058-1089

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika tema berbagai pekerjaan menggunakan model problem-based learning untuk melatihkan kemampuan penalaran siswa kelas IV SD.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kuantitatif dengan menggunakan metode pre experimental design bentuk one group pretest posttest yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pretest sebelum diterapkan model problem-based learning menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori D dan D- sebanyak 11 orang atau sebesar 44% sedangkan sisanya berada pada kategori di bawah D- sebanyak 3 orang. Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori B- sebanyak 2 orang atau sebesar 8%, kategori B sebanyak 5 orang atau sebesar 20%, kategori B+ sebanyak 13 orang atau sebesar 52%, kategori A+ sebanyak 5 orang atau sebesar 20%. Hasil posttest ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah adalah 92%. Nilai presentase ini melebihi standar yang ditetapkan yaitu 80% siswa berada standar ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil penelitian menggunakan uji t-test diperoleh data bahwa thitung > ttabel atau 258,972 > 2,064. Jadi, model problem-based learning memiliki pengaruh yang postif dan signifikan terhadap kemampuan penalaran matematika siswa kelas IV SD Catur Tunggal 3.

▸ Baca selengkapnya: bagaimana cara mengatasi kekurangan pada model pembelajaran problem based learning?

(2)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 2

PENDAHULUAN

Pendidikan dihadapkan pada berbagai fenomena. Fenomena menghadapi

perubahan kurikulum dan fenomena komunitas ASEAN yang bebas masuk dan

keluar di negeri ini. Fenomena tersebut memberikan indikasi peluang dan

tantangan dalam menghadapi situasi yang cukup menggiurkan bagi generasi muda

dalam mengaktualisasikan dirinya. Tentunya proses aktualisasi generasi muda

dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan

aspek terpenting dalam penerapan kurikulum.

Penerapan kurikulum 2013 yang dalam prosesnya menerapkan konsep

pendekatan tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif diterapkan dengan

pendekatan saintifik (scientific approach). Alasan penggunaan pendekatan

saintifik dalam pembelajaran dikarenakan pendekatan ini memiliki lima langkah

yang dibutuhkan dalam meningkatkan retensi siswa dalam pembelajaran. Lima

langkah pendekatan saintifik tersebut yaitu mengamati, menanya, mencoba,

menalar, dan mengkomunikasikan. Hal inilah yang dipercaya dapat membantu

siswa mampu bersaing dan membaca peluang tantangan ASEAN community.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk membantu siswa bersaing dan

membaca tantangan dan peluang ASEAN community, maka salah satu aspek yang

dapat ditingkatkan adalah dengan meningkatkan kemampuan penalaran.

Kemampuan penalaran siswa di sekolah perlu dilatih sejak awal untuk

dikembangkan kearah yang lebih baik. Kemampuan penalaran yang baik dapat

membantu siswa untuk bisa mengaktualisasikan dirinya dalam menghadapi

tantangan ASEAN community.

Perlunya kemampuan penalaran yang baik ternyata belum terlihat baik di

SD Catur Tunggal 3. Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

di kelas IV. Siswa kelas IV belum memperlihatkan penalaran yang baik dalam

menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu untuk melatih

kemampuan penalaran siswa, diperlukan langkah yang tepat. Kondisi ini

memerlukan suatu solusi yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Kemampuan penalaran siswa dalam penelitian ini dilakukan melalui pembelajaran

(3)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 3

terkait dengan berbagai materi pelajaran lainnya. Hal inilah yang berkaitan dengan

implementasi pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013. Pembelajaran

matematika dalam kurikulum 2013 dapat diajarkan melalui problem-based

learning. Model problem-based learning dipilih karena sesuai dengan

langkah-langkah yang ada dalam pendekatan saintifik.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin meneliti mengenai

pembelajaran matematika siswa kelas IV pada tema berbagai pekerjaan

menggunakan model problem based learning untuk melatihkan kemampuan

penalaran siswa. Olehnya itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana pembelajaran matematika tema berbagai pekerjaan menggunakan model problem-based learning untuk melatihkan kemampuan penalaran siswa

kelas IV SD?

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika

tema berbagai pekerjaan menggunakan model problem-based learning untuk

melatihkan kemampuan penalaran siswa kelas IV SD.

Model problem based learning menurut Klunklin, et al. (2011.03.011;

370-374) bahwa “problem based learning is a student-centred approach where

small groups of students work collaboratively to extract problems from learning

material, researching and studying together to develop knowledge and

understandings in a particular situation”. Maksud pendapat tersebut bahwa

problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran dimana siswa

bekerjasama dalam kelompok kecil, membahas masalah dari materi pelajaran,

menyelidiki dan belajar bersama-sama untuk mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman dalam situasi tertentu. Adanya proses bekerjasama membuat siswa

menyatukan pendapat untuk memahami materi pembelajaran melalui kegiatan

penyelidikan sehingga siswa mendapatkan pengetahuan yang baru. Artinya

problem-based learning tidak hanya berupa perolehan pengetahuan deklaratif,

tetapi lebih kepada pengetahuan prosedural sehingga siswa terarah dalam

memecahkan masalah yang autentik sesuai dengan tingkat pengetahuan yang

(4)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 4

Duch, Groh & Allen (2001: 6) menyatakan bahwa tujuan dari penggunaan

model problem-based learning adalah “berpikir kritis dan mampu menganalisis

dan memecahkan masalah kompleks, dunia nyata. Hal inilah yang dilatih siswa

melalui langkah-langkah problem-based learning. Adapun untuk langkah-langkah

model problem based learning dituliskan pada tabel berikut.

Tabel 1. Sintaks atau Langkah-langkah problem-based learning

Tahap Aktivitas Guru dan Siswa

Tahap 1

Mengorientasikan siswa terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan. Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video atau model.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

Kelebihan problem-based learning menurut Hallinger & Bridges (2007:

28) menyatakan bahwa “the advantage of this approach is that students become

more aware of how they can put the knowledge that they are acquiring to use”.

Maksud dari pendapat tersebut bahwa keuntungan dari pendekatan ini (problem

based learning) adalah bahwa siswa menjadi lebih sadar bagaimana mereka dapat

menempatkan, memperoleh dan menggunakan pengetahuan mereka. Model

problem-based learning diterapkan untuk melihat pengaruh kemampuan penalaran

dan sikap matematika. Pullman (2013) bahwa “The logic and reasoning skills

needed to examine the process of a mathematical argument can also be applied

(5)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 5

spending cuts”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa melalui pembelajaran yang

melibatkan logika dan keterampilan penalaran yang diperlukan untuk memeriksa

proses argumen matematika maupun argumen yang dapat diterapkan ketika

mempertimbangkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Jadi

pembelajaran yang melibatkan peningkatan kemampuan penalaran sangat penting

karena kemampuan penalaran melatih logika berpikir.

Berpikir logis dan sesuai dengan realita atau keadaan yang ada sangat

berkaitan erat dengan pelajaran matematika. Materi pelajaran matematika dan

penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi

matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan

melalui belajar matematika. Jadi pola pikir yang dikembangkan matematika

memang membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis,

inovatif, dan kreatif. Matematika menjadi bagian dari pengembangan kemampuan

penalaran karena melalui matematika konsep penalaran seseorang menjadi

semakin logis. Kemampuan penalaran matematika merupakan logika berpikir

membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Logika berpikir ini

digunakan untuk menghubungkan antara ide-ide atau objek-objek matematika,

membuat, menyelidiki & mengevaluasi dugaan matematik; kemampuan

mengembangkan argumen-argumen & bukti-bukti matematika untuk meyakinkan

diri sendiri dan orang lain bahwa dugaan yang dikemukakan adalah benar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kuantitatif dengan

menggunakan metode pre experimental design bentuk one group pretest posttest

yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok

pembanding. Desain penelitian dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum

eksperimen dan setelah eksperimen. Tes dilakukan sebelum treatment disebut

pretest dan sesudah treatment disebut posttest. Desain penelitian dibuat sebagai

berikut:

Post

Kemampuan penalaran

Pre

Kemampuan penalaran

(6)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 6

Gambar 1. Desain Penelitian pre experimental (one group pretest posttest) Keterangan:

X1 : kelas eksperimen sebelum treatment (pretest)

X2 : kelas eksperimen sesudah treatment (posttest)

Penelitian dilaksanakan di SD Catur Tunggal 3 Depok Sleman

Yogyakarta, mulai tanggal 3 – 22 November tahun ajaran 2014/2015 pada

semester ganjil. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD Catur

Tunggal 3 di Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap yaitu pra penelitian

dan proses penelitian. Adapun pada tahap pra penelitian yaitu wawancara dan

observasi sedangkan teknik pengumpulan data pada proses penelitian eksperimen:

dilakukan sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Adapun

tahapan pengumpulan data pada saat proses penelitian adalah:

a)Menyusun instrumen penelitian.

b)Meminta beberapa dosen untuk memvalidasi instrumen penelitian.

c) Melakukan pretest kepada kedua kelompok perlakuan masing-masing kelas.

d)Melakukan penelitian secara bersama-sama guru.

e)Melakukan posttest setelah perlakuan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes digunakan

untuk mengukur kemampuan penalaran yang dilakukan secara tertulis berupa

essay sebanyak 7 butir. Soal pretest kemampuan penlaran, Pedoman penskoran

butir soal yang ditetapkan untuk nomor 1 = 24, nomor 2 = 36, nomor 3 = 32,

nomor 4 = 28, nomor 5 = 24, nomor 6 = 10, dan nomor 7 = 40, sedangkan

pedoman penskoran butir soal posttest nomor 1 = 24, nomor 2 = 28, nomor 3 =

24, nomor 4 = 28, nomor 5 = 24, nomor 6 = 10, dan nomor 7 = 28. Skor maksimal

untuk pretest adalah 194 sedangkan skor maksimal untuk posttest adalah 166.

Untuk uji penelitian menggunakan uji t-test Sugiyono, (2013: 138) dengan rumus:

t =

(7)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 7

Untuk soal pretest dan posttest tetap berpatokan pada kisi-kisi instrumen.

Adapun pemetaan kisi-kisi instrumen penalaran dituliskan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pretest dan Posttest Kemampuan Penalaran

Aspek Indikator, siswa dapat:

Ketuntasan belajar yang ditetapkan dalam penelitian ini secara klasikal

adalah apabila 80% siswa mencapai rentang angka 3,00 atau dengan nilai B.

Adapun rumus mencari ketuntasan klasikal adalah:

Ketuntasan Siswa secara Klasikal = x100

Siswa

Untuk pedoman penskoran penilaian mengacu pada Permendikbud No.

104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah. Adapun rumusan untuk nilai tersebut adalah

sebagai berikut:

(8)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 8

1,00 K

(Kurang)

1,18 – 1,50 D 1,00 – 1,17 D+

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data kemampuan penalaran siswa

terhadap pembelajaran matematika. Data kemampuan penalaran siswa diperoleh

melalui dua tahapan yaitu melalui tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang

dilaksanakan pada kelas eksperimen. Deskripsi data pretest siswa adalah:

Tabel 4. Data Nilai Pretest

No. Nama Siswa Nomor Butir Soal

Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7

1 Aditya Nugroho Ardiansyah 11 8 8 6 9 3 8 53 1,093

2 Amelia Zahra Pramesti 17 8 8 9 4 3 8 57 1,175

3 Anisa Kesumaning Putri 15 8 6 9 9 6 8 61 1,258

4 Aprilya Dwi Novianti 15 9 6 9 8 6 8 61 1,258

5 Arizaldi Wicaksono Putra 12 8 4 8 4 3 8 47 0,969

6 Arsa Maden Pradipa 6 4 8 6 6 3 6 39 0,804

7 Elisabeth Puspasari 11 8 6 9 9 3 8 54 1,113

8 Elvino Aye Riantono 11 9 8 9 8 3 6 54 1,113

9 Embun Bigar Hidayat 13 8 6 9 9 3 9 57 1,175

10 Galuh Cindi Sofiana 12 9 12 9 2 3 4 51 1,052

11 Indhana Zulfatus Ainni 9 12 9 9 15 3 11 68 1,402

12 Jasmine Afif Larasati 15 9 8 9 9 3 12 65 1,34

13 Johan Syaifullah 15 15 12 6 9 3 6 66 1,361

14 Muhammad Affandi 15 9 8 6 6 6 6 56 1,155

15 Muhammad Faqih Raihan 13 6 6 6 8 3 4 46 0,948

16 Muhammad Usamah 9 2 8 9 9 3 12 52 1,072

17 Nabila Zahra Putri Adira 16 12 4 12 10 3 8 65 1,34

18 Nur Nastiti Hapsari 17 8 9 9 6 6 9 64 1,32

19 Rahma Chorin Desviarinca 18 8 8 6 9 6 8 63 1,299

20 Revaldo Putra Pradana 15 9 9 9 9 6 9 66 1,361

21 Reza Ilham Fathoni 10 8 12 9 9 3 4 55 1,134

22 Ridwan Dwi Saputra 12 9 8 9 4 8 6 56 1,155

23 Ulvy Nur Anggraeni 10 9 9 9 6 3 6 52 1,072

24 Wasi Tirta Samudra 12 9 8 8 9 8 9 63 1,299

25 Yuliana Dwi Safitri 17 9 9 8 10 6 12 71 1,464

Nilai Rata-rata 1,1893

(9)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 9

Hasil pretest menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori D dan

D- sebanyak 11 orang atau sebesar 44% sedangkan sisanya berada pada kategori

di bawah D- sebanyak 3 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar

siswa belum terjadi atau 0% berada di bawah nilai B. Adapun hasil posttest

penelitian ini tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 5. Data Nilai Posttest

No. Nama Siswa Nomor Butir Soal

Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7

1 Aditya Nugroho Ardiansyah 20 24 22 26 18 10 12 132 3,1807 2 Amelia Zahra Pramesti 16 20 20 21 20 10 20 127 3,0602 3 Anisa Kesumaning Putri 24 20 24 24 24 8 18 142 3,4217 4 Aprilya Dwi Novianti 24 12 22 23 20 9 21 131 3,1566

5 Arizaldi Wicaksono Putra 20 28 20 26 20 10 21 145 3,494

6 Arsa Maden Pradipa 24 20 16 23 24 9 21 137 3,3012

7 Elisabeth Puspasari 24 20 20 23 12 10 28 137 3,3012

8 Elvino Aye Riantono 24 20 24 24 20 9 28 149 3,5904

9 Embun Bigar Hidayat 20 28 24 26 20 9 24 151 3,6386

10 Galuh Cindi Sofiana 22 28 24 26 24 7 24 155 3,7349 11 Indhana Zulfatus Ainni 24 21 16 20 24 8 21 134 3,2289 12 Jasmine Afif Larasati 24 22 16 20 24 8 24 138 3,3253

13 Johan Syaifullah 24 16 16 26 20 10 26 138 3,3253

14 Muhammad Affandi 24 18 16 23 16 8 26 131 3,1566

15 Muhammad Faqih Raihan 24 21 20 20 16 10 26 137 3,3012

16 Muhammad Usamah 24 24 16 16 15 10 20 125 3,012

17 Nabila Zahra Putri Adira 24 28 24 24 18 8 24 150 3,6145

18 Nur Nastiti Hapsari 24 24 20 20 24 8 15 135 3,253

19 Rahma Chorin Desviarinca 24 20 20 16 24 8 13 125 3,012

20 Revaldo Putra Pradana 24 28 22 20 20 8 15 137 3,3012

21 Reza Ilham Fathoni 24 21 16 23 23 8 18 133 3,2048

22 Ridwan Dwi Saputra 24 28 16 23 24 8 16 139 3,3494

23 Ulvy Nur Anggraeni 24 23 24 28 20 8 28 155 3,7349

24 Wasi Tirta Samudra 20 26 20 24 24 8 16 138 2,8454

25 Yuliana Dwi Safitri 20 26 24 16 16 10 20 132 2,7216

Nilai Rata-rata 3,2906

Standar Deviasi 0,2503

Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai siswa berada pada kategori B

-sebanyak 2 orang atau sebesar 8%, kategori B -sebanyak 5 orang atau sebesar

(10)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 10

orang atau sebesar 20%. Hasil posttest ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar

siswa secara klasikal sudah adalah 92%. Nilai presentase ini melebihi standar

yang ditetapkan yaitu 80% siswa berada standar ketuntasan belajar yang

ditetapkan dalam penelitian.

Hasil penelitian menggunakan uji t-test diperoleh data bahwa nilai thitung

adalah 258,972 dan nilai ttabel dengan dk = 24 dan taraf signifikansi 5% adalah

2,064. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel atau 258,972 > 2,064. Artinya ada

perbedaan pengaruh model problem-based learning sebelum treatment dan

sesudah treatment.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai penerapan model problem based

learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa dapat

disimpulkan bahwa siswa model ini dapat diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan penalaran matematika siswa. hal ini sesuai dengan hasil persentase

ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 92% yang artinya lebih dari 80%

dari standar ketuntasan belajar yang diterapkan.

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika

di SD dengan menerapkan model problem-based learning karena dapat

membuat siswa meningkatkan kemampuan penalarannya, berpikir kritis,

kreatif dan inovatif.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai

acuan untuk melakukan penelitian lanjutan ketika menerapkan model

problem-based learning

DAFTAR PUSTAKA

Duch, B.J., Groh, S.E., & Allen D.E. (2001). The power of problem based learning. Virginia: Stylus Publishing.

Hallinger, P. & Bridges, E.M. (2007). A problem based approach for management education: preparing manager for actions. The Netherlands: Springer. Klunklin, et. al. (2011). Thai nursing students’ adaption to problem-based

(11)

Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM XXIII) HIMATIKA FMIPA

UNY Page 11

Pullman, W. (2013). Summer institute helps teachers make math reasoning explicit. Washington, D.C: US Fed News Service, Including US State News.04Sep2013.http://search.proquest.com/docview/1429693920/84F0A DA432714989PQ/7?accountid=31324. diakses tanggal 22 Agustus 2014 pukul 10.26 WIB.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

The National Council of Teacher of Mathematics, Inc. (2000). Principles and standards for school mathematics. United States: Library of Congres Cataloguing-in-Publication Data.

Gambar

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pretest dan Posttest Kemampuan Penalaran
Tabel 4. Data Nilai Pretest
Tabel 5. Data Nilai Posttest

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan

Kelebihan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning meliputi Pemecahan masalah sangat efektif dalam memahami isi pelajaran, pemecahan masalah akan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan media model bangun ruang, yaitu: (a) orientasi masalah,

Proses pembelajaran matematika melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) dikatakan efektif apabila terdiri dari: 1) Hasil belajar yang diperoleh siswa minimal

Umairoh, Penerapan Model Pembelajaran Problem based Learning 149 SIMPULAN Berpijak pada data di atas, penelitian sebanyak dua siklus pada Tema 7 Perkembangan Teknologi dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning itu dapat digunakan untuk masalah motivasi siswa dalam belajar matematika, Motivasi Instrinsik adalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan PoWs lebih

Oleh karena itu, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1 apakah terdapat perbedaan tes akhir posttest di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Problem Based