1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Shopee resmi memasuki beberapa kawasan Asia yang terdiri dari Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, serta Indonesia pada 2015. Shopee sebagai platform market Persepsi Resiko yang berada di bawah payung perusahaan Sea Group dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dari pengusaha kecil dan konsumen dengan pemanfaatan kemajuan teknologi. Dengan adanya Shopee, diharapkan tercipta pengalaman belanja yang menyenangkan dan mudah dilakukan kapan pun dan di mana pun karena Shopee dapat diakses melalui smartphone atau
device lainnya yang terintegrasi dengan internet. Shopee memiliki logo yang
berbentuk tas belanja berwarna jingga dengan huruf S di dalamnya.
Gambar 1.1 Logo Shopee Sumber: Shopee.co.id
Adapun Visi dan Misi Shopee dijabarkan sebagai berikut. a. Visi
“Menjadi mobile marketPersepsi Resiko nomor 1 di Indonesia” b. Misi
“Mengembangkan jiwa kewirausahaan bagi para penjual di Indonesia” 1.2 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini menimbulkan perubahan yang cukup besar terhadap pola perilaku manusia dalam mengakses berbagai informasi maupun dalam upaya pemenuhan kebutuhannya melalui
penggunaan fitur layanan elektronik, termasuk internet. Berbagai kemudahan yang ditawarkan dengan memanfaatkan teknologi yang terintegrasi dengan internet, menyebabkan laju pertumbuhan pengguna internet juga semakin meningkat secara drastis tiap tahunnya di dunia, termasuk salah satunya adalah di Indonesia. Menurut data yang diungkapkan oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) melalui kompas.com, pengguna internet di Indonesia pada Bulan Maret 2015 adalah sebanyak 88,1 juta pengguna, atau mengalami kenaikan lebih dari 16 juta pengguna dibandingkan dengan Tahun 2013 (Pratomo, 2019).
Peningkatan masih terus terjadi, di mana pada Tahun 2018 pengguna internet di Indonesia mencapai 171,17 juta pengguna. Angka tersebut bahkan mencapai 64,8% dari total penduduk Indonesia (Pratomo, 2019). Dan per Februari 2020, di Indonesia berdasarkan laporan terbaru We Are Social dalam Haryanto (2020) dinyatakan terdapat 175,4 juta pengguna internet. Adapun persentase pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun memiliki beberapa jenis perangkat yang terbagi dalam pengguna
mobile phone (96%), smartphone (94%), non-smartphone mobile phone (21%), laptop
atau komputer desktop (66%), table (23%), konsol gim (16%), serta virtual reality device (5,1%). Tingginya antusiasme masyarakat Indonesia terhadap penggunaan dan pemanfaatan internet pada era revolusi 4.0 merupakan potensi baru dalam dunia bisnis, yang kemudian memicu munculnya berbagai layanan yang mendukung kegiatan manusia melalui internet.
Hal tersebut dibuktikan dengan maraknya bisnis baru (startup) maupun semakin berkembangnya bisnis lama yang berbasis pada penggunaan teknologi dan internet, termasuk dalam bidang pemasaran. Pemasaran yang dilakukan melalui perangkat dan terintegrasi dengan internet disebut dengan electronic commerce (e-commerce) mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan di Indonesia. Pada mulanya penerapan
e-commerce di awal 1970-an hanya dilakukan pada perusahaan berskala besar,
lembaga keuangan pemerintah, serta sebagian kecil perusahaan menengah ke bawah dengan memanfaatkan inovasi bernama Electronic Fund Transfer (EFT). Perkembangan berlanjut dengan munculnya Electronic Data Interchange (EDI) yang memberi kesempatan bagi perusahaan-perusahaan lain termasuk perusahaan manufaktur, ritel, dan jasa lainnya untuk turut melakukan transaksi keuangan ke pemrosesan transaksi lainnya (Meythi dan Martusa, 2012). Hingga saat ini, perkembangan terus terjadi dengan munculnya berbagai aplikasi yang memudahkan
3
pelaksanaan trading saham hingga penjualan melalui online atau e-commerce. Termasuk salah satu e-commerce yang saat ini memiliki banyak pengguna di Indonesia adalah Shopee.
Shopee merupakan salah satu perusahaan berbasis teknologi yang masuk di Indonesia pada 2015 dan bergerak di bidang e-commerce. Shopee menawarkan kemudahan berbelanja dengan memanfaatkan situs atau aplikasi yang dapat diakses pada berbagai device dengan bantuan internet. Berbagai barang dapat ditemukan di Shopee termasuk pakaian, barang elektronik, peralatan rumah tangga, kebutuhan olah raga, hingga pembayaran tagihan listrik atau lainnya. Adapun tampilan Shopee dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.2 Tampilan Situs Shopee
Gambar 1.3 Tampilan Shopee pada Perangkat Android
Sumber: Aplikasi Shopee (tanggal 9 Juli 2020)
Gambar 1.4 Tampilan Shopee pada Perangkat IOS
5
Berdasarkan data yang diungkap pada laporan Peta e-commerce Indonesia Q4 2019 yang diutarakan oleh iPrice dalam Hisyam & Suryani (2020), Shopee mengukuhkan posisinya sebagai e-commerce paling banyak digunakan di Indonesia pada kuartal keempat (Q4) 2019. Pemeringkatan tersebut merupakan kerja sama yang dilakukan iPrice dengan App Annie dan SimilarWeb yang juga ditujukan untuk menganalisis jumlah pengunjung masing-masing e-commerce. Data yang diungkap dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa sejak kuartal kedua (Q2) jumlah pengunjung bulanan Shopee telah melebihi BukaLapak pada kuartal pertama (Q1) 2019. Disebutkan bahwa Shopee pada periode Q4 memiliki jumlah pengunjung bulanan sebanyak 72.973.300 kunjungan dan menjadi peringkat pertama dalam AppStore dan PlayStore. Tidak hanya itu, Shopee juga unggul dari Lazada di kawasan Asia Tenggara baik dalam jumlah kunjungan maupun angka unduhan aplikasi (Hisyam & Suryani, 2020).
Meski saat ini Shopee memiliki pertumbuhan pengguna yang cukup baik, analisis terkait pengukuran faktor-faktor penyebab keberhasilan diterimanya Shopee di masyarakat pun tetap harus dilakukan. Hal tersebut mengingat bahwa perkembangan teknologi sangatlah pesat namun tidak stagnan, begitu pula pertumbuhan persaingan dalam dunia bisnis dan perekonomian. Sehingga, permasalahan tentang kenaikan dan penurunan popularitas Shopee pun juga dapat terjadi secara cepat dan tidak terduga. Dengan demikian penting bagi pihak pengelola Shopee untuk mengetahui terkait respon dari para nasabahnya dalam penerimaan dan penggunaan aplikasi tersebut. Permasalahan terkait penerimaan dan pemanfaatan layanan aplikasi Shopee dapat dijelaskan melalui kerangka Theory Acceptance Model (TAM).
TAM sendiri merupakan model yang ditujukan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance) seseorang dalam menggunakan suatu teknologi. Menurut Davis dalam Sukma (2018:18), TAM dalam penerapannya berfokus pada dua konsep utama yang dipercaya dalam penerimaan pengguna teknologi, salah satunya yaitu perceived ease of use (persepsi kemudahan). Persepsi kemudahan atau yang biasa disebut sebagai persepsi kemudahan penggunaan, merupakan tingkatan di mana seseorang mempercayai bahwa suatu teknologi mudah dipahami dan digunakan untuk membantu suatu pekerjaannya (Davis, 1989). Pernyataan tersebut didukung oleh Jogiyanto (2007:116) bahwa persepsi kemudahan
penggunaan didefinisikan sebagai sejauhmana tingkat kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan suatu teknologi, maka akan bebas dari usaha.
Persepsi kemudahan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan seseorang terhadap kemudahan yang diberikan suatu teknologi atau sistem, maka akan meningkatkan minatnya dalam menggunakan teknologi atau sistem tersebut. Teori tersebut saat ini telah banyak dibuktikan melalui berbagai penelitian yang dilakukan pada berbagai sektor, termasuk salah satunya adalah penelitian oleh Fadlan dan Dewantara (2018). Dalam penelitiannya, Fadlan dan Dewantara (2018) telah membuktikan bahwa persepsi kemudahan penggunaan dapat meningkatkan minat mahasiswa Universitas Brawijaya dalam bertransaksi menggunakan Mobile Banking.
Penelitian lainnya terkait persepsi kemudahan dan dampaknya terhadap minat penggunaan juga dilakukan oleh Laksana et al. (2015) yang menjelaskan bahwa persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh signifikan terhadap minat menggunakan m-banking pada nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Rembang Jawa Tengah. Dengan demikian, dari teori dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa persepsi kemudahan memiliki pengaruh terhadap peningkatan minat seseorang dalam menggunakan suatu pelayanan atau teknologi. Termasuk dalam pembentukan minat pembelian online melalui Shopee sebagai alat untuk melakukan pembelian barang, persepsi kemudahan diasumsikan dapat menjadi faktor yang meningkatkan maupun menurunkan tingkat minat pembelian. Sehingga perlu adanya penelitian yang membahas tentang pengaruh persepsi kemudahan dan dampaknya pada minat pembelian online menggunakan Shopee.
Meski demikian, persepsi kemudahan bukanlah satu-satunya hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan layanan berbasis teknologi seperti Shopee yang merupakan penyedia layanan jual beli secara online. Selain persepsi kemudahan, terdapat hal lain yang perlu menjadi pertimbangan, seperti segi keamanan dan tingkat risiko minim yang ditimbulkan dari penggunaan Shopee untuk melakukan jual beli barang secara online. Penggunaan Shopee yang terintegrasi dengan internet memiliki risiko yang tinggi, meliputi mudahnya manipulasi oleh pihak internal, hacking, tidak stabilnya server, dan mudah terjadinya kesalahan pengguna (human error), yang kemudian beberapa persepsi adanya risiko tersebut kemudian dianggap mampu mempengaruhi minat dari calon pengguna yang akan melakukan pembelian online.
7
Persepsi risiko atau perceived of risk merupakan salah satu faktor yang menjadi penguat atau penghambat seseorang dalam menentukan keputusan penggunaan suatu sistem atau teknologi. Risiko muncul karena adanya anggapan atas kejadian yang bersifat merugikan atau negatif (Hanafi, 2009:2). Adanya pengaruh persepsi risiko dalam membentuk minat penggunaan suatu teknologi juga telah dibuktikan pada beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Ariani dan Zulhawati (2017). Ariani dan Zulhawati (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kualitas layanan dan keamanan, terdapat hal lain yang membentuk minat seseorang dalam menggunakan LINE Pay, yakni risiko yang diukur dari risiko psikologis, risiko keuangan, risiko kinerja, serta risiko sosial. Risiko menurut Ariani dan Zulhawati (2017) memiliki pengaruh negatif atau berbanding terbalik dengan minat seseorang dalam menggunakan LINE Pay. Penelitian yang dilakukan Ariani dan Zulhawati (2017) tersebut juga diperkuat dengan penelitian oleh Koening-Lewis et al. (2010) yang mengungkapkan bahwa perceived risk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan layanan mobile banking pada 263 pemuda di German dan data dikumpulkan melalui survei pada Agustus hingga September 2009. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi risiko yang dihadapi semakin rendah, maka akan meningkatkan minat penggunaan atas suatu teknologi atau sistem, termasuk dalam minat pembelian secara online melalui Shopee.
Selain persepsi kemudahan dan persepsi risiko atas penggunaan Shopee, hal lain yang menarik untuk diteliti terkait keunikan Shopee dibandingkan dengan e-commerce lainnya adalah terdapatnya fitur tawar menawar antara pembeli dan penjual, terdapatnya pilihan jasa pengiriman yang beragam, mudahnya membuka toko di Shopee sehingga terdapat banyak pilihan barang, terdapat banyak promo, mudah dan kekinian (Vicky, 2018). Adanya klaim Shopee pada situs shopee.co.id yang menganggap bahwa Shopee menyediakan banyak pilihan barang baru dan up to date menunjukkan bahwa layanan Shopee diciptakan dengan mengikuti trend pada saat ini. Terlebih lagi, Shopee dianggap sebagai pilihan yang cukup baik untuk melakukan transaksi akibat adanya pandemi Covid-19 di Tahun 2020 yang melanda Indonesia.
Covid-19 atau Coronavirus Disease sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Secere Acute Respiratory Syndrome Coronavirus2 (SARS- CoV-2) (Susilo et al., 2020:45). Sejak pertama kali diumumkannya kasus Covid-19 di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, virus tersebut terus mengalami pertumbuhan
yang pesat. Akibat pesatnya penyebaran virus yang ditularkan dari manusia ke manusia ini, pada beberapa bulan kemudian yakni 2 Maret 2020, kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan terjadi di Indonesia dengan jumlah awal dua kasus (Susilo et
al., 2020:46). Hingga saat ini jumlah kasus positif Covid-19 terus mengalami kenaikan
dari hari ke hari. Terhitung per tanggal 5 Juli 2020, jumlah Covid-19 di Indonesia mencapai 63.749 kasus, dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 29.105 orang, dan pasien meninggal sebanyak 3.171 orang (Merdeka.com, 2020). Perbandingan antara jumlah pasien meninggal dengan kasus positif yang ada, menunjukkan tingginya rasio kematian di Indonesia akibat Covid-19. Bahkan saat ini Rasio kematian tersebut mencapai 5,6%, di mana angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata rasio kematian negara-negara di Asia Tenggara yang berada pada kisaran 3,7% (Dzulfaroh, 2020).
Berbagai upaya juga dilakukan guna mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita Covid-19 di Indonesia, termasuk dengan kebijakan membatasi aktivitas keluar rumah, kegiatan sekolah dirumahkan, melakukan pekerjaan dari rumah (work
from home), serta social distancing (Yunus dan Rezki, 2020:228). Lebih lanjut lagi,
pemerintah juga melakukan kebijakan dengan penutupan beberapa akses jalan dalam waktu tertentu, pembatasan jumlah transportasi, pembatasan jam operasional transportasi, dan berbagai kebijakan lainnya untuk menahan laju aktivitas masyarakat di luar rumah yang disebut dengan lockdown (Yunus dan Rezki, 2020:228-229). Akibatnya, masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari termasuk dalam pembelian barang lebih mengandalkan penggunaan electronic commerce yang mana salah satunya adalah Shopee (Indotelko.co.id, 2020).
Keunikan Shopee yang sesuai dengan kebutuhan, gaya hidup, nilai-nilai pengguna, serta keadaan yang terjadi saat ini secara teori dapat menjadi faktor yang menimbulkan semakin tingginya niat penggunaan atas inovasi tersebut. Kesesuaian atau kompatibilitas sendiri didefinisikan sebagai sejauh mana suatu inovasi dianggap sejalan dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan dari
potential adopters. Berbagai penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara
kesesuaian gaya hidup dan kebutuhan terhadap intensi penggunaan teknologi. Salah satu penelitian terkait pengaruh kesesuaian gaya hidup dan kebutuhan terhadap intensi penggunaan teknologi dilakukan oleh Ismail (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pada persepsi kesesuaian terhadap minat
9
penggunaan smartphone pada responden yang terdiri dari dosen, mahasiswa, serta karyawan Universitas AKI di Kota Semarang.
Hasil serupa juga didapati dalam penelitian yang dilakukan oleh Laksana et al. (2015) yang menemukan bahwa persepsi kesesuaian memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat penggunaan mobile banking. Selain itu dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa persepsi kesesuaian memiliki pengaruh paling dominan dibandingkan variabel lainnya dalam membentuk minat penggunaan mobile banking. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks penelitian kali ini, persepsi seseorang atas kesesuaian aplikasi Shopee dengan gaya hidup dan kebutuhan serta kondisi saat ini mampu meningkatkan intensi untuk menggunakan aplikasi Shopee sebagai media pembelian online, dan begitu pula sebaliknya.
Dengan melakukan berbagai analisis untuk mengetahui penerimaan konsumen atau pengguna Shopee terkait persepsi kemudahan, persepsi risiko, serta persepsi kesesuaian, maka pihak pengelola aplikasi Shopee mampu menentukan strategi dalam meningkatkan minat pengguna sekaligus melakukan perbaikan faktor yang dirasa kurang maksimal dilakukan. Sehingga Shopee akan tetap mampu bersaing dengan layanan perbankan lainnya. Karena pada faktanya, saat ini layanan perbankan maupun keuangan lainnya sangat bervariatif dan menjangkau berbagai kalangan, tidak terkecuali pada kalangan mahasiswa.
Mahasiswa merupakan golongan dengan jumlah relatif banyak sehingga dapat menjadi lahan potensial bagi start up berbasih teknologi termasuk Shopee. Terlebih lagi, pada poin sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa pengguna internet (yang mengakses dengan gawai) di Indonesia didominasi oleh kelompok usia 19-34 tahun, yakni sebesar 49,52% (Pratomo, 2019). Selain itu, menurut Jenius Financial Study:
Indonesia Digital Savvy Behaviour dalam Bareksa.com (2019) juga dijelaskan bahwa
kelompok usia 17-38 tahun merupakan kelompok dengan penggunaan smartphone tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Tidak hanya menduduki persentase tertinggi pengguna smartphone untuk media sosial, kelompok usia 17-38 tahun juga merupakan kelompok dengan persentase tertinggi pengguna smartphone untuk aplikasi keuangan. Sehingga mengacu pada data tersebut, penelitian ini dilakukan pada responden dalam kelompok usia 19-34 tahun yang berstatus mahasiswa.
Mahasiswa yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Padjajaran, di mana Universitas Padjajaran sendiri merupakan salah satu universitas favorit yang ada di kawasan Bandung, Jawa Barat. Banyaknya mahasiswa Universitas Padjajaran merupakan salah satu faktor pertimbangan pemilihan universitas tersebut sebagai lokasi penelitian. Terlebih lagi, banyaknya mahasiswa Universitas Padjajaran juga memungkinkan dipilihnya mahasiswa Universitas Padjajaran sebagai pangsa pasar dari produk teknologi berbasis internet, termasuk Shopee. Sehingga mahasiswa Universitas Padjajaran dapat digunakan sebagai populasi penelitian dalam upaya mengetahui pengaruh persepsi kemudahan, persepsi risiko, dan persepsi kesesuaian terhadap intensinya dalam menggunakan aplikasi Shopee.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, kemudian mendorong dilakukannya penelitian ini guna melakukan studi empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa Universitas Padjajaran dalam menggunakan aplikasi Shopee sebagai layanan e-commerce di masa pandemi Covid-19 sekaligus untuk menguji pengaruh variabel persepsi kemudahan, persepsi risiko, serta dan persepsi kesesuaian terhadap variabel minat melakukan pembelian melalui Shopee pada mahasiswa Universitas Padjajaran. Adapun judul karya ilmiah yang akan dilakukan adalah “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Melakukan Pembelian Online Melalui Shopee di Masa Pandemi Covid-19 (Survei pada Mahasiswa Aktif Universitas Padjajaran Periode 2020)”.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1) Apakah terdapat pengaruh antara persepi kemudahan terhadap minat pembelian
online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan
menggunakan Shopee di masa pandemi Covid-19?
2) Apakah terdapat pengaruh antara persepi risiko terhadap minat pembelian online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan menggunakan Shopee di masa pandemi Covid-19?
11
3) Apakah terdapat pengaruh antara persepi kesesuaian terhadap minat pembelian
online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan
menggunakan Shopee di masa pandemi Covid-19?
4) Apakah terdapat pengaruh antara persepi kemudahan, persepsi risiko, serta persepsi kesesuaian terhadap minat pembelian online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan menggunakan Shopee di masa pandemi Covid-19?
1.4 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah ditetapkan, adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Menganalisis, mengetahui, serta menjelaskan pengaruh antara persepi kemudahan terhadap minat pembelian online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan menggunakan Shopee di masa pandemi Covid- 19.
2) Menganalisis, mengetahui, serta menjelaskan pengaruh antara persepi risiko terhadap minat pembelian online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan menggunakan Shopee di masa pandemi Covid-19.
3) Menganalisis, mengetahui, serta menjelaskan pengaruh antara persepi kesesuaian terhadap minat pembelian online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan menggunakan Shopee di masa pandemi Covid- 19.
4) Menganalisis, mengetahui, serta menjelaskan pengaruh antara persepi kemudahan, persepsi risiko, serta persepsi kesesuaian terhadap minat pembelian
online pada mahasiswa Universitas Padjajaran Tahun 2020 dengan
menggunakan Shopee di masa pandemi Covid-19.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara umum diharapkan mampu memberikan nilai dan dampak positif secara teoritis maupun secara praktis yang berkaitan dengan penggunaan teknologi dan konstruk pembentuk minat penggunaan teknologi. Adapun secara spesifik, manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menambah khazanah pengetahuan bagi pembaca terkait bidang administrasi bisnis terutama dalam hal keuangan. Selain itu penelitian ini juga dapat berguna sebagai sumber acuan dan pengembangan penelitian di masa yang akan datang dalam bidang administrasi bisnis, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknologi.
1.5.2 Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi serta penambah wawasan bagi pihak pengelola startup berbasis teknologi maupun pelaku ekonomi lainnya, sehingga dapat memahami faktor pembentuk minat penggunaan produk maupun layanan melalui konstruk Technology Acceptance
Model (TAM). Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat mempermudah
dalam mememperoleh konsumen bagi pengelola bisnis berbasis teknologi maupun pihak-pihak lain yang menggunakan penelitian ini sebagai referensi.
1.6 Waktu dan Periode Penelitian
Dalam melakukan penelitian, terdapat waktu dan periode penelitian yang ditentukan oleh penulis. Adapun waktu penelitian yang dibutuhkan adalah 3 bulan yang meliputi pengajuan proposal penelitian hingga pelaporan hasil penelitian. Sehingga periode penelitian yang diajukan adalah bulan Juli hingga September 2020. Meski demikian, waktu dan periode penelitian dapat berubah mengikuti kondisi yang ada di lapangan.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan diperlukan dalam penelitian sehingga penelitian dapat disusun secara teratur dan sesuai pedoman penulisan. Adapun susunan penulisan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.2. Latar Belakang
13
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Secara Teoritis 1.5.2. Manfaat Secara Praktis
1.6. Waktu dan Periode Penelitian
1.7. Sistematika Penulisan
BAB II Kajian Pustaka
2.1. Electronic Commerce
2.1.1. Konsep Electronic Commerce
2.1.2. Klasifikasi Electronic Commerce
2.2. Minat Pembelian Online
2.2.1. Konsep Minat Pembelian
2.2.2. Faktor Pembentuk Minat Pembelian
2.2.3. Indikator Pengukuran Minat Penggunaan
2.3. Technology Acceptance Model (TAM)
2.4. Persepsi Kemudahan
2.5. Persepsi Risiko
2.6. Persepsi Kesesuaian
2.7. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu 2.7.1. Ariani dan Zulhawati (2017) 2.7.2. Fadlan dan Dewantara (2018) 2.7.3. Hamid et al. (2016)
2.7.4. Ismail (2016)
2.7.5. Laksana et al. (2015)
2.7.6. Aulia Restu Yohanda, et al (2019) 2.7.7. Aishah Arshad, et al (2015)
2.7.8. Kurniabudi dan Setiawan Assegaf (2018) 2.7.9. Harisno and Denborah Herby (2018) 2.7.10. Muhammad Andrew (2019)
2.8. Hubungan Antar Variabel
2.8.1. Hubungan Antara Persepsi Kemudahan dengan Minat
Pembelian
2.8.3. Hubungan Antara Persepsi Kesesuaian dengan Minat Penggunaan
2.9. Hipotesis
2.9.1. Model Hipotesis 2.9.2. Hipotesis Penelitian
BAB III Metode Penelitian
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
3.3.3. Teknik Pengumpulan Sampel
3.4. Data dan Sumber Data
3.4.1. Sumber Data
3.4.2. Metode PengumpulanData
3.4.3. Instrumen Penelitian 3.5. Definisi Operasional Variabel
3.5.1. Variabel Penelitian
3.5.2. Definisi Operasional Variabel
3.5.3. Skala Pengukuran
3.6. Uji Instrumen Penelitian 3.6.1. Uji Validitas 3.6.2. Uji Reliabilitas 3.7. Analisis Data
3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif 3.7.2. Uji Asumsi Klasik
3.7.3. Analisis Regresi Linear Berganda
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
4.3.1. Identitas Responden
4.3.2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas 4.3.3. Hasil Analisis Deskriptif
15 4.3.5. Analisis Regresi Berganda 4.3.6. Hasil Uji Hipotesis
4.2. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Kemudahan Penggunaan Terhadap Minat Beli
4.3.2. Pengaruh Persepsi Resiko Terhadap Minat Beli 4.3.3. Pengaruh Persepsi Kesesuaian Terhadap Minat Beli
4.3.4. Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Persepsi Resiko dan
Persepsi Kesesuaian Terhadap Minat Beli
BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan