KARAKTERISTIK IBU MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2014-2015
SKRIPSI
OLEH:
GONGNA SARI HARAHAP NIM: 121000162
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KARAKTERISTIK IBU MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2014-2015
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH:
GONGNA SARI HARAHAP NIM: 121000162
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
“KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014-2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.
Medan, Maret 2017
Gongna Sari Harahap
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas bayi dan anak.Prevalensi BBLR menurut World Health Organization (WHO) 2010 diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% -3,8% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah.Di Indonesia Prevalensi BBLR tahun 2013 adalah sebesar 10,2%.
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan tahun 2014-2015 dilakukan penelitian dengan sampel berjumlah 106 data Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series
Sosiodemografi tertinggi : pada umur 20-35 tahun (60,4%), Pendidikan Tinggi (66%), Ibu Rumah Tangga (64,2%), dan biaya pesalinan BPJS (58,5%), Berdasarkan Medico Obstetric yang tertinggi adalah Multipara (60,4%), Jarak kehamilan dengan anak <2 (54,7%), Umur Kehamilan 20-37 minggu (63,2%), Ada komplikasi kehamilan atau tidaknya komplikasi sama (50%) dan Kadar <11 gram % (52,8%), Bayi lahir hidup (93,4%), pulang berobat jalan (73,6%), Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar Hb ibu dengan BBLR (p = 0,963), Tidak ada perbedaan yang bermakna antara Komplikasi kehamilan dengan BBLR (p = 0,088), Tidak ada perbedaan yang bermakna antara Umur ibu dengan riwayat Komplikasi kehamilan (p = 0,427), Tidak ada perbedaan antara Jarak kehamilan dengan riwayat komplikasi kehamilan (p = 0,696).
Kepada petugas kesehatan di rumah sakit di bagian rekam medis agar lebih melengkapi pencatatan dan memisahkan anatara ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan ibu yang melahirkan bayi normal pada kartu status yang berkaitan dengan kelahiran bayi. diharapkan kepada Ibu hamil agar lebih memperhatikan kondisi kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan rutin khususnya bagi ibu hamil yang beresiko dan meningkatkan asupan gizi yang seimbang untuk mencegah kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah.
Kata kunci : Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah, Karateristik Ibu,
than
2500 gram. Low birthweight infant includingmajor factorin the increased mortality, morbiditybaby and children.The prevalence oflow birth weight according to the World Health Organization(WHO) in 2010 estimated15%
ofall birthsinthe World with limits 3.3% -3.8% and is more common indeveloping Countries or low socio economic.The prevalence of low birthweight
Infantin Indonesia 2013 amounted to10.2%.
To know the charecteristics of mother who delivered low birthweight infant at General Hospital Haji Adam Malik Medan in 2014-2015,The sample 106 mother who delivered low birth infant. a descriptive study has been done by using a case series design.
Socio-demographically, highest proportion, 20-35 years old (60,4%), High Educated (66%), Housewife (64,2%), and labor cost of BPJS (5,5%), Medico Obstetric, highest proportion: Multimipara (56,0%),Interval of pregnancies with <2 child (54,7%), gestational age (63,2%), have complication or not of pregnancy is the same (50%) and Hb level <11 gram%
(52,8%),Condition of baby’s born alive (93,4%), become outpatient (73,6%).
There was no significant differences between Hb level and Low birthweight infant (p = 0,963),there was no significant differences between complications of pregnancy and Low birthweight infant(p = 0,088),there was no significant differences between mother’s age based on history of pregnancy complication(
p= 0,427), there was no significant differences between the interval of pregnancy based on history of pregnancy complications (p= 0,696).
To the health professionals at the hospital at the medical records in order to better equip recording and separating anatara mother who gave birth to LBW babies with mothers who gave birth to a normal baby on the card status associated with childbirth. pregnant mother especially who at risk, expected to check up her pregnancy regularly and increasing balanced nutrition to prevent the birth of babies with low birth weight
Keywords : Low Birthweight Infant, Charecteristics of Mother
Puji Dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014-2015” . Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta,
“Ayahanda Jahrol Harahap dan Ibunda Rosliana Pohan” Sebagai tanda bakti yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, senantiasa memberikan kasih sayang yang tulus, memberikan pengorbanan, motivasi, dukungan materi maupun moril serta doa yang tak pernah putus sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dan juga kepada suami saya Budi Pranata Ritonga dan anak saya Queensha Rafanda Az-zahra Ritonga terima kasih atas seluruh perhatian dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. R. Kintoko Rochadi, Drs, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU
5. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, arahan serta masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
6. Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, arahan serta masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah menyempatkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan-masukan yang baik kepada penulis dan memberikan saran dalam penyelsaian skripsi ini.
8. Sri Novita Lubis, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
10. Saudara kandung saya Partahan Harahap dan Muhammad Rokip Harahap.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan bagi siapa saja yang membacanya dan bagi penulis sendiri.
Meda, Maret 2017
Gongna Sari Harahap
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Defenisi BBLR ... 7
2.2 Tanda dan Gejala BBLR ... 8
2.3 Patofisiologi ... 10
2.4 Klasifikasi BBLR ... 11
2.5 Masalah BBLR ... 12
2.5.1 Sistem Pernapasan ... 13
2.5.2 Sistem Neurologi ... 13
2.5.3 Sistem Kardiovaskuler ... 13
2.5.4 Sistem Gastrointestinal... 14
2.5.5 Sistem Termoregulasi... 14
2.5.6 Sistem Hematologi ... 15
2.5.7 Sistem Imunologi ... 15
2.5.8 Sistem Perkemihan ... 15
2.5.9 Sistem Integumen ... 16
2.5.10 Sistem Penglihatan ... 16
2.6 Faktor-faktor Mempengaruhi BBLR... 16
2.7 Epidemiologi BBLR... 31
2.8 Pencegahan BBLR ... 32
2.9.1 Pencegahan Primordial... 32
2.9.2 Pencegahan Primer ... 33
2.9.3 Pencegahan Sekunder... 35
2.9.4 Pencegahan Tersier ... 35
2.9 Prognosis BBLR... 38
2.10 Kerangka Konsep ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.3.1 Populasi ... 40
3.3.2 Sampel ... 40
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.5 Pengolahan Data... 41
3.6 Metode Analisi Data ... 41
3.6.1 Analisis Univariat... 41
3.6.2 Analisis Bivariat ... 42
3.7 Defenisi Operasional ... 42
BAB IV HASIL ... 45
4.1 Profil RSUP H. Adam Malik ... 45
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 45
4.1.2 Visi, Misi, Motto ... 46
4.2 Analisis Univariat ... 47
4.2.1 Distribusi Bayi dengan BBLR berdasarkan Berat Badan ... 47
4.2.2 Sosiodemografi ... 47
4.2.3 Sumber Biaya ... 49
4.2.5 Medico Obstetri ... 49
4.2.5 Keadaan Bayi Sewaktu di Lahirkan ... 50
4.2.6 Keadaan Ibu Sewaktu Pulang ... 51
4.3 Analisis Bivariat ... 52
4.3.1 Paritas berdasarkan BBLR... 52
4.3.2 Jarak Kehamilan berdasarkan BBLR ... 52
4.3.3. Kadar Hb berdasarkan BBLR ... 53
4.3.4 Umur berdasarkan BBLR ... 54
4.3.5 Komplikasi Kehamilan berdasarkan BBLR ... 55
4.3.6 Umur berdasarkan Komplikasi Kehamilan ... 55
4.3.7 Paritas berdasarkan Komplikasi Kehamilan ... 56
4.3.8 Jarak Kehamilan berdasarkan Komplikasi Kehamilan ... 57
BAB V PEMBAHASAN ... 59
5.1 Distribusi Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR ... 59
5.1.1 BBLR berdasarkan Berat Badan... 59
5.1.2 Sosiodemografi ... 60
5.1.3 Sumber Biaya ... 65
5.1.5 Medico Obstetri ... 66
5.1.5 Keadaan Bayi Sewaktu di Lahirkan ... 72
5.1.6 Keadaan Ibu Sewaktu Pulang ... 73
4.3 Analisis Bivariat ... 74
5.2.1 Paritas berdasarkan BBLR... 74
5.2.2 Umur Kehamilan berdasarkan BBLR... 75
5.2.3. Jarak Kehamilan berdasarkan BBLR ... 77
5.2.4 Kadar Hb berdasarkan BBLR ... 78
6.1 Kesimpulan ... 85 6.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA ... 88 DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Berdasarkan Data Sosiodemografi Umur,
Pendidikan, Pekerjaan di RSUP H.Adam Malik tahun 2014-2015 ... 48 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah Berdasarkan Sumber biaya ... 49 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah Berdasarkan Data Medico Obstetri meliputi paritas, jarak kehamilan, dan kadar Hb, Umur kehamilan,
komplikasi kehamilan ... 50 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah Berdasarkan keadaan bayi sewaktu
dilahirkan ... 51 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah Berdasarkan keadaan Ibu sewaktu pulang ... 51 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Paritas Ibu Berdasarkan BBLR di RSUP
H.Adam Malik Medan tahun 2014-2015 ... 52 Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Jarak kehamilan Berdasarkan BBLR di
RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014 -2015 ... 53 Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Kadar Hb Berdasarkan BBLR di RSUP
H.Adam Malik Medan tahun 2014 -2015 ... 53 Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Kehamilan Berdasarkan BBLR di
RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014 -2015 ... 54 Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Komplikasi Kehamilan Berdasarkan BBLR
di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014 -2015 ... 55 Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Komplikasi Kehamilan
di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014 -2015 ... 56 Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Komplikasi Kehamilan
di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014 -2015 ... 57 Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Jarak Kehamilan Berdasarkan Komplikasi
Kehamilan di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2014 -2015 ... 58
Malik Medan tahun 2014-2015 ... 59 Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR
berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Medan tahun 2014-2015 ... 61 Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR
berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam
Malik Medan tahun 2012-2013 ... 62 Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan
BBLRberdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Pusat
H.Adam Malik Medan tahun 2014-2015 ... 64 Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan
BBLRberdasarkan Sumber Biaya di Rumah Sakit Umum Pusat
H.Adam Malik Medan tahun 2014-2015 ... 65 Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan
BBLRberdasarkan Paritas di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam
Malik Medan tahun 2014-2015 ... 66 Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR
berdasarkan Jarak Kehamilan di Rumah Sakit Umum Pusat
H.Adam Malik Medan tahun 2014-2015 ... 68 Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR
berdasarkan Kadar Hb di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam
Malik Medan tahun 2014-2015 ... 69 Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR
berdasarkan Umur Kehamilan di Rumah Sakit Umum Pusat
H.Adam Malik Medan tahun 2014-2015 ... 70 Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan
BBLR berdasarkan Komplikasi Kehamilan di Rumah Sakit
Umum Pusat H.Adam Malik Medan tahun 2014-2015 ... 71 Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Keadaan Bayi BBLR Sewaktu
Dilahirkan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
tahun 2014-2015 ... 72 Gambar 5.12 Diagram Pie Proporsi Ibu yang melahirkan bayi dengan
BBLRberdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang di Rumah Sakit
Umum Pusat H.Adam Malik Medan tahun 2014-2015 ... 73 Gambar 5.13 Diagram Bar Distribusi Proporsi Paaritas Ibu Berdasarkan
Berat Badan Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2014-2015 ... 74
Berdasarkan Berat Badan Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015 ... 77 Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Kadar Hb Berdasarkan Berat
Badan Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2015 ... 78 Gambar 5.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Komplikasi Kehamilan
Berdasarkan Berat Badan Lahir Rendah di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015 ... 80 Gambar 5.18 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan
Komplikasi Kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2015 ... 81 Gambar 5.19 Diagram Bar Distribusi Proporsi Parita Ibu Berdasarkan
Komplikasi Kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2014-2015 ... 82 Gambar 5.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jarak Kehamilan
Berdasarkan Komplikasi Kehamilan di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2014-2015 ... 83
Tempat Lahir : Bandar Tarutung Tanggal Lahir : 13 Agustus 1994 Suku Bangsa : Batak Mandailing
Agama : Islam
Nama Ayah : Jahrol Harahap
Suku Bangsa Ayah : Batak Mandailing
Nama Ibu : Rosliana Pohan
Suku Bangsa Ibu : Batak Mandailing Pendidikan Formal
1. SD/Tamat Tahun : SDN Bandar Tarutung/2006 2. SLTP/Tamat Tahun : MTsN Batang Toru/2009
3. SLTA/Tamat Tahun : MAN 2 Padang Sidimpuan/2012
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator bagi kesempurnaan kesehatan reproduksi seorang wanita adalah berat badan lahir sebagai hasil proses reproduksi itu sendiri. Berat badan lahir merupakan cerminan dari status kesehatan dan gizi ibu selama hamil serta pelayanan antenatal yang diterima. Menurut Winarmo berat bayi yang dilahirkan tergantung pada pertambahan berat ibu sewaktu mengandung. Ibu yang kenaikan berat badannya selama hamil kurang dari 4.5 kilogram akan melahirkan bayi 0.45 kilogram lebih ringan dari ibu yang bertambah beratnya 12.5 kilogram selama mengandung (Damanik, 2010).
Di Indonesia, standar pertambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah sekitar 9-12 kg (Kemenkes, 2010). Namun, terdapat kelemahan terkait standar pertambahan berat badan ibu hamil di Indonesia yakni belum adanya standar pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan kategori IMT sebelum hamil dan pertambahan berat badan per semester. Berat badan seorang bayi yang rendah akan memberikan konsekuensi kesehatan di bulan-bulan pertama kehidupan seorang bayi. Hal ini akan berkaitan langsung dengan survival life bayi (Wahyu, dkk, 2005).
Data World Health Organisation (WHO) tahun 2013 menunjukkan sebesar (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang atau negara berpenghasilan rendah.
Kematian Bayi terjadi pada umur dibawah 1 bulan, Penyebab kematian bayi antara lain karena gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Angka kematian bayi menurun dari 34 per 1000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup tahun 2015 menjadi salah satu sasaran utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-2014 Negara Republik Indonesia. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka kematian bayi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sebesar 60% bayi meninggal terjadi pada umur 1 bulan, dengan 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup, dan 80% bayi meninggal terjadi saat berumur 1-11 bulan dengan kematiaan pos neonatum sebesar 13 kematian per 1.000 kelahiran.(Depkes,2012)
Penyebab kematian perinatal sebagian oleh karena Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebesar 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebesar 11,2% (Depkes,2015). BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir rendah pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram) kurang lebih 20 juta bayi lahir dengan berat lahir rendah lahir per tahunnya.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia, dimana 33% -38% terjadi di negara-negara berkembang.
Angka kelahiran bayi di Indonesia pada tahun 2010 terdapat 4.371.800 jiwa.
Sementara dari jumlah tersebut 15,5 per 100 kelahiran hidup bayi terlahir sebagai premature. Indonesia berada di peringkat sembilan dunia dengan persentase BBLR lebih dari 15,5 persen dari kelahiran bayi setiap tahunnya (WHO, 2013)
Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2013 sebanyak 10,2%, berkisar 7,2% (Sumatera Utara) sampai 16,8% (Sulawesi Tengah) (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2014, Kabupaten/Kota dengan persentase BBLR tertinggi adalah Nias Selatan sebesar 2,66%, Pakpak Bharat 1,77 % dan Kota Tanjung Balai 1,04% dan terendah adalah Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Binjai dan Kota Padangsidimpuan sebesar 0,00%.
Kota Medan dari 48.352 bayi yang lahir hidup dengan bayi baru lahir ditimbang 23.986 sebanyak 95 (0,40%) bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Depkes,2014). Jumlah kasus BBLR menunjukkan trend penurunan dimana pada tahun 2010 tercatat sebanyak 773 bayi BBLR, dan tahun 2013 menurun menjadi 573 bayi.
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2,500 gram tanpa memandang usia kehamilan (Prawirohardjo, 2008). BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti factor ibu (kecukupan gizi, karakteristik dan berat badan ibu hamil, riwayat penyakit pada ibu, komplikasi saat kehamilan, gaya hidup ibu hamil serta umur kehamilan Ibu) faktor risioko medis ibu sebelum hamil dan gangguan, penyakit selama hamil, faktor lingkungan dan perilaku, faktor pelayanan antenatal (ANC) Pelayanan antenatal harus dilakukan, sehingga kondisi ibudan janin dapat dikontrol dengan baik. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat .
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2012) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jarak kehamilan (p=0,343), pendidikan ibu (p= 0,074), paritas (p= 0,778), komplikasi kehamilan (p= 0,227) dengan BBLR. Namun menurut penelitiannya masih terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara umur Ibu (p=,0,032), pekerjaan ibu (p= 0,0006), umur kehamilan (p= 0,001), dan riwayat penyakit ibu (0,032) dengan BBLR.
Penelitian yang dilakukan oleh Krishnan (2012) di RSUP HAM menunjukkan bahwa terdapat 178 bayi BBLR dari 845 bayi yang lahir dengan mayoritas Ibu yang melahirkan berusia 20-35 tahun (73,72%), usia kelahiran <37 minggu (89,74%), Paritas 2-3 orang (42,31%), komplikasi saat kehamilan (19,23%) serta dengan ANC sebanyak 4 kali (54,49%).
Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik angka kejadian BBLR pada Tahun 2014 dan 2015 mencapai 220 orang dari 782 persalinan (28,13%).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan sosiodemografi meliputi umur, pendidikan, pekerjaan.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan sumber biaya.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan medico obstetric meliputi paritas, jarak kehamilan, kadar Hb, umur kehamilan, komplikasi kehamilan.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi Bayi dengan BBLR berdasarkan berat badan bayi.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi Ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi Ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan keadaan bayi sewaktu dilahirkan.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi paritas berdasarkan BBLR.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi jarak kehamilan berdasarkan. BBLR i. Untuk mengetahui distribusi proporsi kadar Hb berdasarkan BBLR j. Untuk mengetahui distribusi proporsi jarak kehamilan berdasarkan BBLR.
k. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur kehamilan berdasarkan BBLR.
l. Untuk mengetahui distribusi proporsi jarak kehamilan berdasarkan komplikasi kehamilan.
m. Untuk mengetahui distribusi proporsi paritas berdasarkan komplikasi kehamilan.
n. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur ibu berdasarkan komplikasi kehamilan.
1.4.Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam menyusun program pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya dalam upaya penanganan dan penanggulangan kejadian BBLR.
b. Sebagai bahan informasi bagi penelitian lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
c. Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai BBLR dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera.
2.1 Defenisi BBLR
Berat badan merupakan salah satu indicator kesehatan bayi baru lahir.
Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram (7lbs) secara umum, bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir berlebih ( ≥ 3800 gram ) lebih besar resikonya untuk mengalami masalah. Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep bayi berat lahir rendah tidak sinonim dengan prematuritas telah diterima secara luas pada akhir tahun 1960 an. Tidak semua BBL yang memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram lahir Bayi Kurang Bulan (BKB). Demikian pula tidak semua BBL dengan berat lahir lebih dari 2500 gram lahir aterm.(Damanik,2008)
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini dilakukan ditempat fasilitas ( Rumah sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedang bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.(Damanik, 2008).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
2.2 Tanda dan Gejala BBLR
a. Berat Badan < 2500 gram
b. Tinggi Badan < 45 cm, Lingkar Kepala 33 cm, Lingkar Dada 30 cm c. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus,
elastisitas daun telinga
d. Dada: dinding thorax elastis, putting susu belum terbentuk.
e. Abdomen: distensi abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah kelihatan.
f. Kulit: tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan g. Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak
h. Genetalia: LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labia mayora hamper tidak ada, klitoris menonjol,
i. Ekstremitas: kadang oedema, garis telapak kaki sedikit.
j. Motorik: pergerakan masih lemah
Menurut Depkes Tanda-tanda bayi kurang bulan (BKB) adalah 1. Kulit tipis dan mengkilap
2. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
3. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
4. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik 5. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora 6. Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum
turun
7. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk 8. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
9. Aktifitas dan tangisanya lemah
10. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah Tanda-tanda bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)
1. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram
2. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat 3. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
4. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan
5. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora 6. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
7. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian 8. Mengisap cukup kuat
Menurut Mitayani (2009) Bayi berat lahir rendah dapat juga dibagi menjadi 3 stadium
1.Stadium I
Bayi tampak kurus dan relative lebih panjang, kulit longgar, kering seperti permen karet, namun belum terdapat noda meconium.
2.Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilicus hal ini disebabkan oleh meconium yang tercampur dalam
amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilkus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterus.
3.Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali pusat
2.3 Patofisiologi
Temperatur dalam kandungan 370C sehingga bayi setelah lahir dalam ruangan suhu temperature ruangan 28-320C Perubahan temperature ini perlu diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa mempertahankan suhu normal yang disebabkan: (Sudarti, Fauziah 2013)
1. Pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan 2. Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan
3. Cadangan energy sangat kurang.
4. Luas permukaan tubuh relative luas sehingga risiko kehilangan panas lebih besar
5. Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih besar.
6. BBLR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan: malas minum dan pencernaan masih lemah
7. BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas, hipotermi, tidak stabil sirkulasi (edema), hipoglikemi, hipokalsemi, dan hiperbilirubin.
2.4 Klasifikasi BBLR
Kepentingan klinis klasifikasi BBL menurut umur kehamilan dan berat lahir berawal dari fakta bahwa baik bayi yang mengalami gagal tumbuh maupun makrosomia dengan umur kehamilan dan berat lahirnya berbeda, mempunyai masalah klinik yang serupa yaitu, gangguan perkembangan fisik, gangguan perkembangan mental dan neurologic, peningkatan insiden kelainan kongenital, serta gangguan beberapa parameter metabolic, terutama keseimbangan glikosa (damanik 2008) Berdasarkan hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat Masa Kehamilan (BMK) dan dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan saja bayi-bayi dapat digolongkan menjadi:
1. bayi kurang bulan yaitu Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu ( < 259 hari)
2. cukup bulan yaitu Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 – 42 minggu ( 259-293 hari)
3. lebih bulan yaitu Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (>
293 hari )
klasifikasi berdasarkan berat lahir yaitu:
1. Bayi Berat Lahir Cuku/Normal yaitu Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500-4000 gram
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu Bayi yang dilahirkan ddengan berat lahir < 2500 gram tama memandang masa gestasi
3. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu Bayi yang lahir dengan badan lahir antara 1000-1500 gram
4. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) yaitu Bayi yang lahir dengan berat badanlahir kurang dari 1000 gram
5. Bayi Berat Lahir Lebih yaitu Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >
4000 gram
Dari pengertian tersebut BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilannya.Dismatur dapatt terjadi padabayi preterm,term, dan post-term. Dismatur sering disebut juga dengan neonates kurang bulan kecil masa kehamilan ( NKB-KMK), neonates cukup bulan-kecil masa kehamilan(NCB-KMK), neonates lebih bulan- kecil masa kehamilan(NLB-KMK).
2.5 Masalah pada BBLR
Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada system pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
2.5.1 Sistem pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian dalam alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah yang imatur. Hal-hal inilah yang mengganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
2.5.2 Sistem neurologi (susunan saraf pusat)
Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain, perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi/iskemia.
2.5.3 Sistem kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu Patent Ductus Arteriosus, yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat
penutupan ductus arteriosus, antara lain berupa kurangnya otot polos pembuluh darah, dan rendahnya kadar oksigen pada bayi BBLR.
2.5.4 Sistem gastrointestinal
Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran pencernaannya belum berfungsi seperti pada bayi cukup bulan. Hal ini diakibatkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33-34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum mencukupi, waktu pengosongan lambung yang lambat dan penurunan/ tidak adanya motilitas, dan meningkatkan resiko NEC (Netrikans Entero Colitis).
2.5.5 Sistem termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain:
a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )
b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ) c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit
d. Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalori e. Tidak memadainya aktivitas otot
f. Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu di otak
g. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit
2.5.6 Sistem hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain karena bayi BBLR terutama yang kurang bulan, adalah:
1. Usia sel darah merahnya lebih pendek 2. Pembentukan sel darah merah yang lambat 3. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
4. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering
5. Deposit vitamin E yang rendah
2.5.7 Sistem imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi cukup bulan.
2.5.8 Sistem perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air, elektrolit dan asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.
2.5.9 Sistem integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
2.5.10 Sistem penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
Dan masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) antara lain (saifuddin, 2006)
1. Gangguan perkembangan 2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati) 4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit 7. Kenaikan frekuensi bawaan
2.6 Faktor Faktor Mempengaruhi BBLR 1.Faktor Ibu
a. Umur b. Paritas c. Ras d. Infertilitas
e. Riwayat kehamilan tidak baik f. Lahir abnormal
g. Jarak kelahiran terlalu dekat h. BBLR pada anak sebelumnya i. Penyakit akut dan kronik
j. Kebiasaan tidak baik seperti merokok dan minum alcohol k. Preeklamsi
2.Faktor plasenta tumor, kehamilan ganda
3.Faktor janin infeksi bawaan, kelainan kromosom ( Sudarti, Fauziah 2013)
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009) penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan antara lain disebabkan oleh:
a. Berat badan ibu rendah b. Ibu hamil yang masih remaja c. Kehamilan kembar
d. Ibu pernah melahirkan bayi prematur/ berat badan lahir rendah sebelumnya
e. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim)
f. Ibu hamil yang sedang sakit
Pada bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang antara lain disebabkan oleh:
a. Ibu hamil dengan gizi buruk/kekurangan nutrisi
b. Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, preeklampsia, anemia
c. Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi (infeksi saluran kemih), malaria kronik.
d. Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi kejadian BBLR, yaitu:
1.Umur Ibu
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahirhingga waktu umur itu dihitung (Wikipedia, 2010).
Menurut Ruswana (2006) usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi.
Menurut Sukrisno (2010) wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin. Para ilmuwan dari Royal College of Obstetricians dan Gynecologists, dilansir Genius Beauty (2009) mengatakan bahwa usia terbaik untuk kehamilan adalah 20 hingga 35 tahun.
Kehamilan pada masa remaja (umur <20 tahun) menimbulkan tantangan bagi remaja itu sendiri dan bagi janin yang dikandungnya yang berhubungan dengan meningkatnya risiko terhadap komplikasi kehamilan dan luaran perinatal yang
buruk seperti preeklamsi, berat lahir janin rendah dan prematuritas. Kehamilan pada umur remaja berdampak pada pertumbuhan yang kurang optimal karena kebutuhan gizi pada masa tumbuh kembang remaja sangat dibutuhkan oleh tubuhnya sendiri (Simbolon & Aini, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Henny Juria dalam (Desi,2014) Menunjukkan bahwa Angka kejadian BBLR lebih tinggi pada ibu usia resiko tinggi dibandingkan pada ibu usia resiko rendah. Usia ibu berpengaruh sebesar 42% terhadap terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Menurut asumsi peneliti, usia < 20 tahun atau > 35 tahun mempunyai peluang untuk melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
2.Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi diri, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2004).
Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh kuat pada perilaku reprodukdi, kelahiran, kematian anak dan bayi, kesakitan dan sikap serta kesadaran atas kesehatan keluarga. Latar belakang pendidikan ibu mempengaruhi sikapnya dalam memilih pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga peningkatan berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima inovasi dan
sebagian besar kurang mengetahui pentingnya perawatan pra kelahiran.
Disamping itu juga mempunyai keterbatasan mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, keterbatasan mengkonsumsi makanan yang bergizi selama hamil.
Kesemuanya ini akan mengganggu kesehatan ibu dan janin, bahkan sering mengalami keguguran atau lahir mati (fazriyah n, 2008 dalam Hendry mulyawan, 2009 dalam cendekia)
3.Pekerjaan
Pekerjaan yang ditanggung ibu hamil dapat memberikan peluang besar untuk terjadinya persalinan dengan BBLR. Keadaan yang demikian yang terutama terjadi pada social ekonomi yang rendah. Mengajarkan aktivitas fisik beberapa jam tampa istirahat dapat menyebabkan kelahiran BBLR.
Penelitian Ferrer (2009) menyatakan bahwa persalinan premature dan BBLR dapat terjadi pada wanita yang bekerja terus menerus selama kehamilan, terutama bila pekerjaan tersebut memerlukan kerja fisik atau waktu yang lama.
Keadaan ini dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kesejahteraan janin yang dikandungnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuliva, dkk (2009) (dalam cendekia) menunjukkan bahwa rata-rata berat lahir bayi berdasarkan jenis pekerjaan dengan aktivitas berat pada kelompok ibu pekerja lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat lahir bayi ibu tidak bekerja dengan aktivitas berat. Seorang wanita yang bekerja apabila mengalami stress terutama pada saat hamil secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku wanita tersebut terhadap
kehamilannya, misalnya dalam melakukan perawatan kehamilan. Wanita hamil yang berada dalam keadaan stres akan mempengaruhi perilakunya dalam hal pemenuhan intake nutrisi untuk diri dan janin yang dikandungnya. Nafsu makan yang berkurang menyebabkan intake nutrisi juga berkurang sehingga terjadi gangguan pada sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui plasenta. Hal ini dapat mempengaruhi berat lahir bayi yang akan dilahirkan.
4.Paritas
Paritas yang tinggi menimbulkan berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang dapat timbul adalah Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%) melahirkan bayi dengan berat lahir yang rendah.(sri handayani, 2008) Bila seorang wanita terlalu sering melahirkan, rahimnya akan menjadi semakin melemah karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini akan menyebabkan kekurangan persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang mencukupi untuk menyalurkan nutrisi ke janin, dan sebagai akibatnya, pertumbuhan janin bisa terganggu (Depkes RI, 2004 dalam Cendekia, 2012).
Paritas dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu (Manuaba, 2007):
a. Primipara, golongan ibu dengan paritas 1 (ibu yang telah pernah melahirkan bayi sebanyak 1 kali)
b. Multipara, golongan ibu dengan paritas 2-5 (ibu yang telah pernah
c. Grade Multipara, golongan ibu dengan paritas >5 (ibu yang telah pernah melahirkan bayi sebanyak lebih dari 5 kali).
Hasil penelitian Ismi (2011) Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,043 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian BBLR (RR=5,3; CI 95%=1,244-22,563). Hal ini menunjukkan bahwa subyek dengan paritas lebih dari sama dengan empat kali mempunyai risiko 5,3 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan subyek dengan paritas kurang dari empat kali.
5.Status Gizi Ibu
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Zulhaida,2003)
Wanita hamil dikatakan anemia bila kadar Hb pada trimester I < 11 gr/dl, trimester II < 10 gr/dl dan trimester III < 10 gr/dl (Bobak, 2004).
Penelitian Labir 2013 menunjukkan bahwa kejadian BBLR pada ibu yang mengalami anemia trimester I adalah 10 kali lebih besar dibandingkan ibu yang
tidak anemia. Sedangkan pada Pada trimester II, terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia dengan organ–organ tubuh yang mulai berfungsi. Pada masa ini zat besi yang diperlukan paling besar karena mulai terjadi hemodilusi pada darah. Kebutuhan zat besi pada keadaan ini adalah 5 mg/hr dengan kebutuhan basal 0,8 mg/hari. Akibat anemia akan dapat menimbulkan hipoksia dan bekurangnya aliran darah ke uterus yang akan menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin terganggu sehingga dapat menimbulkan asfiksia sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan janin lahir dengan berat badan lahir rendah dan prematur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia selama trimester II memiliki risiko 16 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan responden yang tidak anemia (Najelina,2014).
6. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya (Depkes RI,2000)
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun berpengaruh pada hehamilan berikutnya karena kondisi rahim ibu unutk hamil kembali sebelum jarak kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun. Selain itu ibu juga secara psiklogis belum siap untuk hamil kembali karena anak yang sebelumnya masih memerlukan perhatian dari ibu, sehingga jika ibu hamil kembali perhatian ibu tidak lagi fokus kepada anak namun juga pada kehamilan. Oleh sebab itu kehamilan berikutnya lebih baik dilakukan setelah jarak kelahiran sebelumnya
lebih dari 2 tahun. Ibu yang baru melahirkan memerlukan waktu 2 sampai 3 tahun untuk hamil kembali agar pulih secara fisiologik dari kehamilan dan persalinan. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi kehamilan berikutnya. Semakain kecil jarak antara kedua kelahiran, semakin besar risiko untuk melahirkan BBLR. Kejadian tersebut disebabkan oleh komlikasi pendarahan pada waktu hamil dan melahirkan, partus prematur dan anemia berat.( Wibowo, 1992 dalam Merzalia).
7.Pelayanan ANC
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis obgyn, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toxoid(TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayan K1 dan K4. Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standard serta paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.(Depkes, 2014)
Berdasarkan Depkes (2008), tujuan pemeriksaan kehamilan adalah,Sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
c. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
d. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran.
e. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik, bedah, atau obstetric selama kehamilan.
f. Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan menghadapi komplikas
g. Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.
Menurut Vivian dan Tri sunarsih(2011) Tujuan Kunjungan Antenatal adalah a. Mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil untuk membantu bidan dan
membangun hubungan kepercayaan dengan ibu tersebut b. Mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
c. Menggunakan data untuk menghitung usia kehamilan dan tanggal persalinan.
Merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu
8.Merokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap. Baik menggunakan rokok maupun pipa.
Komponen yang terdapat pada asap rokok ternyata mampu melintasi barrier plasenta, sehingga dengan bebas masuk ke tubuh janin. Nikotin dan CO akan menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah di plasenta dan pada tali pusat bayi, dengan demikian akan mengurangi aliran darah dari ibu ke janin.
Fungsi plasenta juga akan terganggu, sehingga fungsi nutrisi ke janin juga akan mengalami gangguan, dengan demikian berbagai risiko dapat terjadi. Ketika ibu hamil terpapar asap rokok, nikotin yang ia hirup juga berpengaruh terhadap jabang bayi yang dikandungnya. Perempuan yang merokok atau terpapar asap rokok selama kehamilan beresiko mengalami:
keguguran atau bayi meninggal waktu dilahirkan
melahirkan bayi dengan berat badan sangat rendah
melahirkan bayi yang nantinya mengalami gangguan fungsi pernafasan
mempunyai anak-anak dengan resiko Sindrom Kematian Mendadak (SIDS) (TheAsianparent, 2014).
Menurut Indah (2009) dalam penelitiannya dengan judul “pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil (perokok pasif) terhadap terjadinya BBLR”
Menunjukkan bahwa pengaruh paparan asap rokok pada ibu hamil ( perokok pasif) terhadap BBLR yang signifikan dengan OR-7,36 (2,93<OR<18,84), lama
paparan asap rokok <15 menit/hari OR=6,12 (2,08-18,28), lama paparan asap rokok > 15 menit/hari OR =12,00 ( 3,50<OR<42,85), jumlah rokok suami 1-5 batang/hari OR= 7,14 (2,73<OR<18,96), mulai paparan asap rokok trimester I OR=8,70 (3,28<OR<23,63) disimpulkan bahwa paparan asap rokok pada ibu hamil (perokok pasif) dapat mennyebabkan terjadinya BBLR dan lamanya paparan berpengaruh terhadap meningkatnya resiko.
9.Riwayat Penyakit Ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu.. Bila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun terancam. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kehamilan yaitu penyakit jantung, anemia berat, TBC, malaria, HIV dan infeksi. Ibu dengan keadaan tersebut harus diperiksa dan mendapat pengobatan secara teratur oleh dokter (Kemenkes RI, 2011).
Penyakit dalam kehamilan terdiri dari riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit hati, penyakit ginjal dan toksemia, penyakit infeksi seperti malaria kongenital, penyakit kelamin, kandung kemih, infeksi vagina dan rubella. Penyebab lainnya adalah ketidakseimbangan hormonal pada ibu hamil. Selain dapat mengakibatkan keguguran setelah hamil besar, ketidak seimbangan hormonal juga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan BBLR (Maryunani, 2013).
BBLR juga terjadi jika Ibu menderita pre eklampsia dan eklampsia. Pre eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan / nifas yang ditandai dengan kejang dan koma. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga mudah terjadi partus prematur.
Penelitian (colti,2008) dengan nilai p = 0,03 , berarti pada α = 5% dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan persentase BBLR antara ibu yang mempunyai penyakit selama kehamilan dengan ibu yang tidak mempunyai penyakit selama kehamilan. Analisis factor risiko penyakit selama hamil didapatkan OR = 2,91 (95% CI:1,1 - 8,2) artinya ibu yang mengalami penyakit selama kehamilan mempunyai peluang melahirkan BBLR 2,91 kali dibandingkan ibu yang tidak mengalami penyakit selama kehamilan.
10.Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi kualitas dan kuantitas gizi ibu selama bulan–bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu semakin kurang berat dan panjang bayinya. Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gzi ibu selama hamil yang berperan dalam pertumbuhan janin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan keadaan gizi yang kurang baik dan periksa hamil (Colti, 2008)
Hasil penelitian Sandra ( 2015) Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan Kejadian BBLR dengan OR = 4.930 95% IK = 1.496 – 16.255 X2 = 7.798 df = 1 p = 0.005 menunjukkan ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi rendah (memiliki penghasilan <Rp 1.230.000,00) memiliki risiko 4.930 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi tinggi (≥Rp 1.230.000,00).
11. Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999). Beberapa jenis komplikasi yang umum menyertai kehamilan seperti pra eklampsia, kehamilan ektopik, perdarahan, plasenta previa dan diabetes gestasional (Parenting Indonesia, 2014). Menurut penelitia setyo pramono (2013) pola kejadian dan determinan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia dengan kesimpulan Ibu yang mengalami komplikasi selama kehamilan mempunyai risiko 1,74 kali dibandingkan ibu yangn tidak mengalami komplikasi untuk terjadi BBLR.
12.Umur Kehamilan
Usia kehamilan atau usia gestasi (gestational age) adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim. Usia janin dihitung dalam minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (HPMT) ibu sampai hari kelahiran( kamus kesehatan)
Umur kehamilan normal adalah 40 minggu atau 280 hari seperti kebiasaan orang awam 9 bulan 10 hari. Disebut matur atau cukup bulan adalah rentang 37- 42 minggu, bila kurang dari 37 minggu disebut prematur atau kurang bulan, bila lebih dari 42 minggu disebut post-matur atau serotinus.
Penggolongan Umur Kehamilan Ibu Umur kehamilan digolongkan menjadi :
a. Persalinan preterm ialah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan ibu antara 20-37 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir.
b. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan ibu antara 38-42 minggu.
c. Kehamilan postterm ialah kehamilan serotinus kehamilan atau kehamilan ibu > 42 minggu atau 294 hari.
Dalam WHO 1979, umur kehamilan di bagi sebagai berikut :
a. Preterm adalah umur kehamilan ibu < 37 minggu atau 259 hari.
b. Aterm adalah umur kehamilan ibu antara 38-42 minggu (259 sampai 293 hari).
c. Post-term adalah umur kehamilan ibu > 42 minggu atau 294 hari.
Berat badan bayi semakin bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Faktor usia kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubunya sehingga akan turut mempengaruhi berat badan bayi.sehingga dapat dikatakan bahwa umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR (Manuaba, 2010).(dalam Merzalia 2012)
2.8 Epidemiologi BBLR
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh bayi berat lahir rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR (Depkes RI, 2008).
Data WHO 2008 menyebutkan dari kematian periode neonatal , 70%
terjadi pada BBLR sampai umur 1 tahun, kematian BBLR 20 kali bayi normal (perinasia, 2011)
Sebuah laporan oleh UNICEF menyebutkan angka BBLR di Indonesia adalah sekitar 11,1 % pada tahun 2011, termasuk tunggi dibandingkan angka BBLR di Negara tetangga seperti Vietnam (5,3%) dan Thailand (6,6%).
(theasiaparent).
Angka kejadianBBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah.
Kota Medan dari 284.524 bayi yang lahir hidup terdapat sebanyak 573 bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau 0,23%. Jumlah kasus BBLR menunjukkan trend penurunan dimana pada tahun 2010 tercatat sebanyak 773 bayi, tahun 2011 yaitu 743 dan tahun 2012 yaitu 733 bayi (Depkes, 2014)
2.9 Pencegahan BBLR
2.9.1 Pencegahan primordial
Pencegahan tingkat awal (primodial prevention). Upaya pencegahan tingkat awal ini adalah usaha mencegah terjadinya resiko atau mempertahankan keadaan resiko rendah kepada masyarakat terhadap penyakit secara umum. Mengkondisikan masyarakat agar penyakit tersebut tidak mendapat dukungan dari masyarakat. Upaya ini tidak hanya dari pihak petugas kesehatan saja namun dari seluruh masyarakat. Yang terlebih sasarannya adalah kelompok remaja dan usia muda,salah satu pencegahan terhadap BBLR adalah:
mendorong perawatan kesehatan remaja putri.
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status sekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama kehamilan (Proverawati dan Sulistyorini,2010).
Meningkatkan penerimaan garakan Keluarga Berencana (KB), dengan mendorong penggunaan metode kontrasepsi yang modern dan sesuai untuk menjarangkan kehamilan.
2.9.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
Untuk menurunkan angka kejadian BBLR, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini akan lebih efisien apabila bumil yang mempuyai resiko melahirkan bayi BBLR dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya untuk mendeteksi risiko kelahiran BBLR.
Pemanntauan ini merupakan tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin meningkatkan kesehatan optimmum dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat (Winkjosastro,2002).
Menurut IDAI (2004) Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan yaitu:
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinan pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
Konseling pada suami dan istri untuk mengusahakan agar menjaga jarak antar kehamilan paling sedikit 2 tahun.
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
Meperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengonsumsi makanan yang lebih sering atau lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan yang mengandung nutrient yang memadai.
Mengonsumsi tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet per hari.
Lakukan minimal sebanyak 90 tablet. Mintalah tablet zat besi saat bekonsultasi dengan ahli.
Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat baring bila terjadi keadaan menyimpang dari kehamilan normal.
Kurangi kegiatan yang melelahkan secara fisik semasa kehamilan.
Beristirahatlah yang cukup dan tidur lebih awal dari biasanya.
2.9.3 Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk menemukan penyakit atau gangguan kesehatan setiap individu dalam populasi.
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda dan di usahakan medapat perawatan antennal yang konprehensif. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Memberikan pengarahan kepada ibu hamil dan kekurangannya untuk mengenali tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan mendapatkan pengobatan terhadap masalah-masalah selama kehamilan.
2.9.4 Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Karena jika dibadingkan dengan bayi berat badan normal, bayi yang dilahirkan dengan BBLR memiliki resiko tinggi untuk meninggal, mangalami hambatan pertumbuhan otak (berupa gangguan psikomotorik, retardasi mental dll).
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009) upaya ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat BBLR, yaitu:
a. Pengaturan suhu badan /thermoregulasi
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis dengan mengatur pembentukan atau pendistribusian panas, dan pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas. Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah yang sehat antara lain:
Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat
Pemeriksaan di kamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer (box bayi hangat)
Topi dipakaikan untuk mecegah kehilangan panas melalui kulit kepala
Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan diselimuti.
Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah kehilangan panas, antara lain:
Bayi harus segera dikeringkan
Untuk mentransportasi bayi, digunakan transport inkubator yang sudah hangat
Tindakan terhadap bayi dilakukan di bawah radiant warmer
Suhu lingkungan netral dipertahankan b. Metode kanguru
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau prematur. Prinsip dasar dari metode kanguru ini adalah mengganti perawatan bayi BBLR dalam inkubator dengan metode kanguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama inkubator dan tenaga kesehatan dalam perawatan bayi BBLR, penggunaan inkubator memiliki beberapa keterbatasan antara lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan ke rumah sakit untuk bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kanguru.
Berikut ini beberapa kriteria bayi yang dapat dilakukan metode kanguru, antara lain bayi dengan berat badan lahir kurang lebih 1.800 g atau antara 1.500-
2.500 g bayi prematur, bayi yang tidak terdapat kegawatan pernafasan dan sirkulasi, bayi mampu bernafas sendiri, bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan berat, dan suhu tubuh bayi stabil (36,5-37,5ᴼC).
c. Pemberian ASI
Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena:
ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida.
ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu motilitas usu dan perlindungan terhadap penyakit.
Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi.
Bayi kecil/ berat rendah rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.
d. Pemijatan bayi
Ternyata dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribbie, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang pernafasannya dan peredaran darah menjadi lebih baik.