• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Ibu dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSU Sundari Medan Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Ibu dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSU Sundari Medan Tahun 2012."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK IBU DAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RSU SUNDARI MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

FATHIA AMANDA NIM. 091000011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK IBU DAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RSU SUNDARI MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FATHIA AMANDA NIM. 091000011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Bayi dengan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram. WHO memperkirakan lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia (15,5% dari seluruh kelahiran bayi di dunia) setiap tahunnya lahir bayi dengan BBLR dan mempengaruhi sekitar 16 % BBLR di negara berkembang.Data Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2012 diperoleh 188 kasus BBLR (8,6%) dari 2170 persalinan.

Untuk mengetahui karakteristik ibu dan bayi BBLR dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sample berjumlah 188 orang. Analisa statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, t-independent dan Anova.

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi ibu bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi, faktor risiko medis dan status pasien yaitu umur 20-35 tahun 79,8%, agama Islam 84%, Ibu Rumah Tangga 54,3%, paritas 0 atau kehamilan pertama 52,7%, umur kehamilan 37-42 minggu 67%, jarak kehamilan < 2 tahun 55,1%, kadar

Hb ≥ 11 gr% 35,6%, riwayat kehamilan baik 67%, tidak ada komplikasi kehamilan

66%, pasien bukan rujukan 88,3%. Proporsi bayi BBLR berdasarkan klasifikasi 1500 - <2500 gram 76,6%, tidak ada komplikasi BBLR 85,6%. Lama rawatan rata-rata ibu 2,3 hari, lama rawatan rata-rata bayi 2,4 hari, keadaan ibu sewaktu pulang sehat 83%, keadaan bayi sewaktu pulang sehat 50,5%.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jarak kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR (p= 0,614), kadar Hb berdasarkan klasifikasi BBLR (p= 0,399), lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan status komplikasi BBLR (p= 0,878), lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang (p= 0,377), lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan keadaan bayi sewaktu pulang (p= 0,421). Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara umur ibu berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 9,873; p= 0,007), paritas berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 10,009; p= 0,002), umur kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 10,033; p=0,007), riwayat kehamilan terdahulu berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 14,770; p= 0,000).

Kepada pihak rumah sakit agar melengkapi pencatatan kartu status khususnya kadar Hb dan pencacatan mengenai pemeriksaan antenatal untuk mengetahui riwayat hamil ibu. Bagi bayi lahir hidup untuk ditingkatkan kualitas hidupnya dan kepada pihak Dinas Kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai gizi ibu hamil dan jarak kehamilan yang ideal.

(5)

ABSTRACT

Infants with Low Birth Weight (LBW) are infants which borned with a birth weight under 2500 grams. According to WHO estimation, more than 20 million infants in the world (15,5% from newborn infants in the world) every years borned with LBW and influenced about 16% LBW in developing countries. Datas of General Hospital Sundari Medan in 2012, there are 188 cases of LBW (8,6%) from 2170 birth.

To know the characteristics of mothers and infants with LBW in General Hospital Sundari Medan in 2012,it is conducted a descriptive research by case series

design.Population and sample totaled as 188 people.Data’s been analyzed by using

Chi-Square test, t-independent and Anova test.

From the results, it was obtained that proportion of mothers with LBW infants based on sociodemographic, medical risk factors and patient records aged 20-35 years 79,8%, Islam 84%, housewifes 54,3%, first pregnancy 52,7%, gestational age 37-42 weeks 54,8%, spacing pregnancy < 2 years 55,1%, hemoglobin concentration

≥11 gr% 35,6%, good pregnancy history 67%, no complication of pregnancy 66%,

patient comes itself 88,3%. Proportion of infants with LBW based on 1500-<2500 grams 76,6%, no complication of LBW 85,6% . Mothers treatment on average 2,3 days, infants treatment of average 2,4 days, mothers circumstances when to go home healthy 83%, infants circumstances when to go home healthy 50,5%.

There is no significant differences between spacing pregnancy (p= 0,614),hemoglobin concentration (p= 0,399), infants treatment of average based on complication of LBW (p= 0,878), mothers treatment on average based on circumstances when to go home (p= 0,377), infants treatment of average based on circumstances when to go home (p = 0,421). There is significant differences between mothers aged based on classification of LBW (X2= 9,873; p=0,007), parity based on classification of LBW (X2= 10,009; p= 0,002), gestational age based on classification of LBW (X2= 10,033; p=0,007), pregnancy history based on classification of LBW (X2= 14,770; p=0,000).

The hospital is expected to complete the recording of status card especially hemoglobin concentration as well as the recording of antenatal care to know preganancy history. The hospital must increase quality of life for the infants and for the health department to give an information of nutrient for pregnancy women and ideal spacing pregnancy.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama : Fathia Amanda

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Padang/ 09 Oktober 1990

3. Agama : Islam

4. Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara

5. Status Pernikahan : Belum menikah

6. Nama Ayah : Amrizal Arsyad, S.E.

7. Nama Ibu : Asmaini Said, Amd.

8. Alamat : Perumahan Bumi Sunggal Permai Blok B4 No.3

Medan Sunggal - Medan

9. Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1996 – 1997 : TK Bungong Kapula Lhokseumawe

b. Tahun 1997 – 2003 : SD Percobaan Negeri Medan

c. Tahun 2003 – 2006 : SMP N 1 Medan

d. Tahun 2006 – 2009 : SMA N 1 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik

Ibu dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSU Sundari Medan Tahun

2012.”

Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan banyak

masukan dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji Skripsi I

yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji Skripsi II yang telah banyak

(8)

6. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Wali/ Penasehat Akademik

yang telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

8. Direktur Utama, Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan dan Kepala

Instalasi Rekam Medik RSU Sundari Medan yang telah membantu penulis

dalam memperoleh data penelitian.

9. Kepada keluargaku tercinta : ayahanda Amrizal Arsyad dan ibunda Asmaini

Said, adikku tersayang Rizky Widia Amanda yang telah memberikan cinta,

kasih sayang, doa dan dorongan semangat yang tiada henti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan veni, christna, agsa, puput, atina, fina, cahya

terima kasih telah mau mendengar keluh kesah penulis serta doa dan

dukungannya.

11. Teman-teman SMA: aci, aya, indy, rahmi, indah, beben, ijad, ferdian, baqir, dll

terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan saat penulis

menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi.

12. Teman-teman Peminatan Epidemiologi stambuk 2009 yang telah membantu

(9)

13. Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerja

sama dan doanya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini

dapat berguna bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti

selanjutnya.

Medan, Agustus 2013

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.1 Definisi Berat Badan lahir Rendah (BBLR) ... 8

2.1.1 Prematuritas Murni ... 9

2.1.2 Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK) ... 9

2.2 Neonatus dengan Resiko Tinggi ... 10

2.3 Epidemiologi BBLR ... 12

2.3.1 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Orang ... 12

2.3.2 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Tempat ... 12

2.3.3 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Waktu ... 12

(11)

3.4 Pengumpulan Data ... 27

4.3.1 Umur Ibu Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 39

4.3.2 Paritas Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 40

4.3.3 Umur Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR 40 4.3.4 Jarak Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR 41 4.3.5 Kadar Hb Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 42

4.3.6 Riwayat Kehamilan Terdahulu Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 42

4.3.7 Jenis Komplikasi Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 43

4.3.8 Komplikasi BBLR Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 43

4.3.9 Lama Rawatan Rata-rata Bayi Berdasarkan Status Komplikasi BBLR ... 44

4.3.10 Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang ... 44

4.3.11 Lama Rawatan Rata-rata Bayi Berdasarkan Keadaan Bayi Sewaktu Pulang ... 45

BAB V PEMBAHASAN ... 46

5.1 Sosiodemografi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR 46

5.1.1 Umur ... 46

(12)

5.1.3 Pekerjaan... 48

5.2 Risiko Medis Kehamilan Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR ... 49

5.2.1 Paritas ... 49

5.2.2 Umur Kehamilan ... 50

5.2.3 Jarak Kehamilan ... 51

5.2.4 Kadar Hb ... 52

5.2.5 Riwayat Kehamilan Terdahulu ... 53

5.2.6 Jenis Komplikasi Kehamilan ... 54

5.10.1 Umur Ibu Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 61

5.10.2 Paritas Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 62

5.10.3 Umur Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR 63 5.10.4 Jarak Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR 64 5.10.5 Kadar Hb Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 65

5.10.6 Riwayat Kehamilan Terdahulu Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 66

5.10.7 Jenis Komplikasi Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 67

5.10.8 Komplikasi BBLR Berdasarkan Klasifikasi BBLR ... 68

5.10.9 Lama Rawatan Rata-rata Bayi Berdasarkan Status Komplikasi BBLR ... 69

5.10.10 Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang ... 70

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribus Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Sundari Medan Tahun

2012 ... 34

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Risiko Medis Kehamilan di RSU Sundari Medan

Tahun 2012 ... 35

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR

Berdasarkan Status Pasien di RSU Sundari Medan Tahun 2012 .. 36

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun

2012 ... 36

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Komplikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun

2012 ... 37

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Klasifikasi BBLR di

RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 39

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Klasifikasi BBLR di

RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 40

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Umur Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi

(14)

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jarak Kehamilan Berdasarkan Klasifikas

BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 41

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Kadar Hb Berdasarkan Klasifikasi BBLR di

RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 42

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Riwayat Kehamilan Terdahulu Berdasarkan

Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 42

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi Kehamilan Berdasarkan

Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 43

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Komplikasi BBLR Berdasarkan Klasifikasi

BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 43

Tabel 4.18 Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Bayi Berdasarkan Status

Komplikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012... 44

Tabel 4.19 Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan

Ibu Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 44

Tabel 4.20 Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Bayi Berdasarkan Keadaan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribus Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Umur di RSU Sundari Medan

Tahun 2012 ... 46

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Agama di RSU Sundari Medan

Tahun 2012 ... 47

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Pekerjaan di RSU Sundari Medan

Tahun 2012 ... 48

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Paritas di RSU Sundari Medan

Tahun 2012 ... 49

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Umur Kehamilan di RSU Sundari

Medan Tahun 2012 ... 50

Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Jarak Kehamilan di RSU Sundari

Medan Tahun 2012 ... 51

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Kadar Hb di RSU Sundari Medan

Tahun 2012 ... 52

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Riwayat Kehamilan Terdahulu di

RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 53

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Jenis Komplikasi Kehamilan di

RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 54

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Status Pasien di RSU Sundari

Medan Tahun 2012 ... 55

Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan BBLR Berdasarkan Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun

(16)

Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan BBLR Berdasarkan Komplikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun

2012 ... 57

Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang di

RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 59

Gambar 5.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan BBLR Berdasarkan Keadaan Bayi Sewaktu Pulang di RSU Sundari

Medan Tahun 2012 ... 60

Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan

Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 61

Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan

Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 62

Gambar 5.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun

2012 ... 63

Gambar 5.18 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jarak Kehamilan Berdasarkan

Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 64

Gambar 5.19 Diagram Bar Distribusi Proporsi Kadar Hb Berdasarkan

Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun 2012 ... 65

Gambar 5.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Riwayat Kehamilan Terdahulu Berdasarkan Klasifikasi BBLR di RSU Sundari

Medan Tahun 2012 ... 66

Gambar 5.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi Kehamilan Berdasarkan Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun

2012 ... 67

Gambar 5.22 Diagram Bar Distribusi Proporsi Komplikasi BBLR Berdasarkan Klasifikasi BBLR di RSU Sundari Medan Tahun

2012 ... 68

Gambar 5.23Diagram Bar Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Bayi Berdasarkan Status Komplikasi BBLR di RSU Sundari Medan

(17)

Gambar 5.24 Diagram Bar Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang di RSU Sundari

Medan Tahun 2012 ... 70

Gambar 5.25 Diagram Bar Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Bayi Berdasarkan Keadaan Bayi Sewaktu Pulang di RSU Sundari

(18)

ABSTRAK

Bayi dengan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram. WHO memperkirakan lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia (15,5% dari seluruh kelahiran bayi di dunia) setiap tahunnya lahir bayi dengan BBLR dan mempengaruhi sekitar 16 % BBLR di negara berkembang.Data Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2012 diperoleh 188 kasus BBLR (8,6%) dari 2170 persalinan.

Untuk mengetahui karakteristik ibu dan bayi BBLR dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sample berjumlah 188 orang. Analisa statistik dilakukan dengan uji Chi-Square, t-independent dan Anova.

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi ibu bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi, faktor risiko medis dan status pasien yaitu umur 20-35 tahun 79,8%, agama Islam 84%, Ibu Rumah Tangga 54,3%, paritas 0 atau kehamilan pertama 52,7%, umur kehamilan 37-42 minggu 67%, jarak kehamilan < 2 tahun 55,1%, kadar

Hb ≥ 11 gr% 35,6%, riwayat kehamilan baik 67%, tidak ada komplikasi kehamilan

66%, pasien bukan rujukan 88,3%. Proporsi bayi BBLR berdasarkan klasifikasi 1500 - <2500 gram 76,6%, tidak ada komplikasi BBLR 85,6%. Lama rawatan rata-rata ibu 2,3 hari, lama rawatan rata-rata bayi 2,4 hari, keadaan ibu sewaktu pulang sehat 83%, keadaan bayi sewaktu pulang sehat 50,5%.

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jarak kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR (p= 0,614), kadar Hb berdasarkan klasifikasi BBLR (p= 0,399), lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan status komplikasi BBLR (p= 0,878), lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang (p= 0,377), lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan keadaan bayi sewaktu pulang (p= 0,421). Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara umur ibu berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 9,873; p= 0,007), paritas berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 10,009; p= 0,002), umur kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 10,033; p=0,007), riwayat kehamilan terdahulu berdasarkan klasifikasi BBLR (X2= 14,770; p= 0,000).

Kepada pihak rumah sakit agar melengkapi pencatatan kartu status khususnya kadar Hb dan pencacatan mengenai pemeriksaan antenatal untuk mengetahui riwayat hamil ibu. Bagi bayi lahir hidup untuk ditingkatkan kualitas hidupnya dan kepada pihak Dinas Kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai gizi ibu hamil dan jarak kehamilan yang ideal.

(19)

ABSTRACT

Infants with Low Birth Weight (LBW) are infants which borned with a birth weight under 2500 grams. According to WHO estimation, more than 20 million infants in the world (15,5% from newborn infants in the world) every years borned with LBW and influenced about 16% LBW in developing countries. Datas of General Hospital Sundari Medan in 2012, there are 188 cases of LBW (8,6%) from 2170 birth.

To know the characteristics of mothers and infants with LBW in General Hospital Sundari Medan in 2012,it is conducted a descriptive research by case series

design.Population and sample totaled as 188 people.Data’s been analyzed by using

Chi-Square test, t-independent and Anova test.

From the results, it was obtained that proportion of mothers with LBW infants based on sociodemographic, medical risk factors and patient records aged 20-35 years 79,8%, Islam 84%, housewifes 54,3%, first pregnancy 52,7%, gestational age 37-42 weeks 54,8%, spacing pregnancy < 2 years 55,1%, hemoglobin concentration

≥11 gr% 35,6%, good pregnancy history 67%, no complication of pregnancy 66%,

patient comes itself 88,3%. Proportion of infants with LBW based on 1500-<2500 grams 76,6%, no complication of LBW 85,6% . Mothers treatment on average 2,3 days, infants treatment of average 2,4 days, mothers circumstances when to go home healthy 83%, infants circumstances when to go home healthy 50,5%.

There is no significant differences between spacing pregnancy (p= 0,614),hemoglobin concentration (p= 0,399), infants treatment of average based on complication of LBW (p= 0,878), mothers treatment on average based on circumstances when to go home (p= 0,377), infants treatment of average based on circumstances when to go home (p = 0,421). There is significant differences between mothers aged based on classification of LBW (X2= 9,873; p=0,007), parity based on classification of LBW (X2= 10,009; p= 0,002), gestational age based on classification of LBW (X2= 10,033; p=0,007), pregnancy history based on classification of LBW (X2= 14,770; p=0,000).

The hospital is expected to complete the recording of status card especially hemoglobin concentration as well as the recording of antenatal care to know preganancy history. The hospital must increase quality of life for the infants and for the health department to give an information of nutrient for pregnancy women and ideal spacing pregnancy.

(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tujuan pembangunan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan

derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya dapat terwujud, melalui

terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh

penduduknya yang hidup perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik

Indonesia.1

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan sebagai

indikator kesehatan suatu bangsa, salah satunya masih dilihat dari tinggi atau

rendahnya angka kematian bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu

indikator status kesehatan masyarakat.2 AKB adalah jumlah kematian bayi (0-12

bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Mayoritas kematian

bayi terjadi pada masa neonatus (0-28 hari).3 Menurut World Health Organization

(WHO) pada tahun 2000 di seluruh dunia terdapat 4 juta bayi meninggal dalam bulan

pertama kehidupan dan 3,3 juta bayi meninggal segera setelah dilahirkan. Angka ini

lebih banyak berasal dari negara-negara yang sedang berkembang.4

Besaran AKB di dunia pada rentang tahun 1990-2010 adalah sebesar 61-40

(21)

antara 2-68 per 1.000 kelahiran hidup AKB terendah di Singapura dan yang tertinggi

ada di Kamboja. AKB di Indonesia sebesar 30 per 1.000 kelahiran hidup dan berada

di peringkat 10 di antara 18 negara tersebut.6 Pada tahun 2010 terjadi penurunan dan

pergesaran peringkat AKB yang berkisar 2-50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB

terendah masih dipegang oleh Singapura dan yang tertinggi di negara Myanmar. Di

Indonesia juga terjadi penurunan yaitu sebesar 27 per 1.000 kelahiran hidup namun

tetap berada di peringkat 10.5

Kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGS, 2000) pada tahun

2015 diharapkan AKB menurun dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal

tersebut, untuk mencapai sasaran MDGs, Indonesia mempunyai komitmen untuk

menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.2

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,

AKB tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran

hidup disusul Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per 1.000 kelahiran hidup

dan Sulawesi Tengah sebesar 60 per 1.000 kelahiran hidup.7

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, AKB pada tahun

2007 sebesar 26,9 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan

AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup. AKB terendah

dimiliki oleh Kabupaten Karo sebesar 11,5 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Kota

Pematang Siantar sebesar 13,7 per 1.000 kelahiran hidup dan Kota Medan sebesar

13,8 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh Kabupaten

(22)

Batu sebesar 35,1 per 1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten Asahan sebesar 34,7 per

1.000 kelahiran hidup.8

Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak

disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus, seperti bayi

BBLR, asfiksia, tetanus neonatorum, sindrom gangguan pernapasan, sepsis, trauma

lahir, dan kelainan neonatal.9 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa

penyebab kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi oleh

gangguan/kelainan pernapasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%).8

BBLR adalah bayi yang lahir berat badan kurang dari 2500 gram. Berat lahir

adalah berat bayi yang ditimbang pada saat lahir sampai 24 jam pertama setelah lahir.

BBLR bisa disebabkan oleh 2 hal yaitu, Prematuritas Murni (kehamilan kurang

bulan) dan Dismaturitas/KMK (Kecil Masa Kehamilan).10

Masalah BBLR sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus suatu

bangsa. Menurut WHO, angka kejadian BBLR yang lebih dari 10% merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian. Karena itu, banyak

negara di dunia menggunakan angka BBLR sebagai indikator tingkat kesehatan

masyarakat. WHO memperkirakan lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia (15,5%

dari seluruh kelahiran bayi di dunia) setiap tahunnya lahir bayi BBLR dan

mempengaruhi sekitar 16 % BBLR di negara berkembang.4

Pada tahun 2012, WHO melaporkan kejadian BBLR di dunia pada rentang

(23)

mencapai 24% dan yang tertinggi ada pada negara India persentase 28%. Sedangkan

di Indonesia terdapat 9% bayi baru lahir BBLR.5

Angka kejadian BBLR di Sulawesi Barat pada tahun 2007 adalah 445 dari

18.970 kelahiran hidup (2,35%) dan tertinggi ada pada Kabupaten Polewali Mandar

yaitu sebesar 178 per 6.985 kelahiran hidup (2,47%).11 Berdasarkan Profil Kesehatan

Sumatera Utara pada tahun 2008, angka kejadian BBLR di Sumatera Utara adalah

sebesar 1.315 dari 260.991 kelahiran hidup (0,50%) dan angka kejadian BBLR

tertinggi ada pada Kabupaten Deli Serdang yaitu 375 dari 40.472 kelahiran hidup

(0,93%).8

Bayi BBLR umumnya akan mengalami kesulitan beradaptasi lingkungan yang

baru.9 Hal tersebut akan berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan bayi, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya serta akan

meningkatkan morbiditas dan mortalitas.12 Beberapa efek BBLR adalah

menyebabkan anak pendek 3 kali lebih besar dibanding non BBLR, pertumbuhan

terganggu dan risiko malnutrisi.13

Penelitian dilakukan di RSU Sundari yang merupakan Rumah Sakit Umum

swasta yang bergerak di bidang perawatan medis dan berdiri sejak tahun 1987 yang

terletak di jalan Pinang Baris Medan. Dari hasil survei pendahuluan di RSU Sundari

Medan pada tahun 2012 didapati angka kejadian BBLR sebanyak 188 kasus dari

2170 persalinan (8,6%).

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perlu

dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu dan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik ibu dan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan pada tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik ibu dan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Sundari

Medan pada tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan

faktor sosiodemografi (umur, agama, pekerjaan)

b. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan

faktor risiko medis kehamilan (paritas, umur kehamilan, jarak kehamilan, kadar

Hb, riwayat kehamilan terdahulu, jenis komplikasi kehamilan)

c. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan status

pasien

d. Mengetahui distribusi proporsi bayi BBLR berdasarkan klasifikasi BBLR

e. Mengetahui distribusi proporsi bayi BBLR berdasarkan komplikasi BBLR

f. Mengetahui lama rawatan rata-rata ibu yang melahirkan bayi BBLR

g. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi BBLR

h. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan

(25)

i. Mengetahui distribusi proporsi bayi BBLR berdasarkan keadaan bayi sewaktu

pulang

j. Mengetahui distribusi proporsi umur ibu berdasarkan klasifikasi BBLR

k. Mengetahui distribusi proporsi paritas berdasarkan klasifikasi BBLR

l. Mengetahui distribusi proporsi umur kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR

m.Mengetahui distribusi proporsi jarak kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR

n. Mengetahui distribusi proporsi kadar Hb ibu berdasarkan klasifikasi BBLR

o. Mengetahui distribusi proporsi riwayat kehamilan terdahulu berdasarkan

klasifikasi BBLR

p. Mengetahui distribusi proporsi jenis komplikasi kehamilan berdasarkan klasifikasi

BBLR

q. Mengetahui distribusi proporsi komplikasi BBLR berdasarkan klasifikasi BBLR

r. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan status komplikasi BBLR

s. Mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang

t. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan keadaan bayi sewaktu pulang

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSU Sundari Medan dalam upaya peningkatan

pelayanan kesehatan.

b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya

(26)

c. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai

BBLR dan merupakan kesempatan bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR masih merupakan penyebab utama kematian neonatus. BBLR dapat

terjadi karena berbagai sebab sehingga terkadang agak sulit dilakukan pencegahan.

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Berat lahir

adalah berat bayi yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama

setelah lahir.10

BBLR dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :

a. Berat bayi lahir rendah, dengan berat kurang dari 2500 gram

b. Berat bayi lahir sangat rendah, dengan berat 1000-1500 gram

c. Berat bayi lahir amat sangat rendah, dengan berat kurang dari 1000 gram.14

Sejak tahun 1961, WHO mengganti istilah Premature dengan Low Birth

Weights Infants (bayi dengan berat badan lahir rendah). Hal ini dikarenakan tidak

semua bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram merupakan bayi

prematur.15

Untuk mendapatkan keseragaman, pada Kongres European Perinatal

Medicine ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut :

a. Bayi kurang bulan atau preterm ialah bayi dengan kehamilan kurang dari 37

minggu (< 259 hari)

b. Bayi cukup bulan atau aterm ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37

(28)

c. Bayi lebih bulan atau postterm ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42

minggu atau lebih (294 hari atau lebih)16

Berdasarkan alasan di atas, maka bayi dengan BBLR dapat dikategorikan

menjadi dua yaitu prematuritas murni dan dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan

(KMK).

2.1.1 Prematuritas Murni

Prematuritas murni yaitu neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu dan mempunyai berat badan sesuai untuk masa kehamilannya atau biasa

disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).16

2.1.2 Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Yaitu berat bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya untuk

masa gestasi, dengan batasan yang diajukan oleh Battaglia dan Lubhenco (1967)

yakni dibawah percentil ke 10 dilihat dari kurva pertumbuhan dan perkembangan

yang dapat merupakan bayi preterm, aterm, atau postterm. Istilah lain yang

digunakan adalah Small for Gestational Age (SGA). Penyebab dismaturitas ialah

janin mengalami gangguan pertumbuhan didalam uterus atau Intra Uterine Growth

Retardation (IUGR) sehingga pertumbuhan janin mengalami hambatan.KMK dibagi

atas :

a. Simetri, adalah janin yang menderita distres yang lama, dimana gangguan

pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir

sehingga tampak pertumbuhan otak dan tulang rangka terganggu dan

(29)

b. Asimetri, terjadi akibat distres sub-akut. Gangguan terjadi beberapa minggu

sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pertumbuhan jantung, otak dan

tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati,

limpa, timus sangat berkurang dan berat tidak sesuai dengan masa gestasi. 17

Pertumbuhan alat-alat dalam tubuh bayi prematur kurang sempurna, karena

itu bayi sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi, trauma kelahiran,

hipotermi dan sebagainya. Sedangkan bayi dismatur dapat lebih mudah hidup setelah

berada di luar rahim karena alat-alat tubuh lebih berkembang dibandingkan bayi

prematur dengan berat badan yang sama. Dalam jangka panjang bayi BBLR dapat

mengalami gangguan pertumbuhan, perkembangan, penglihatan, pendengaran serta

penyakit paru kronik.14

2.2 Neonatus dengan Risiko Tinggi

Pengertian neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang berusia 0-28 hari.

Sedangkan pengertian neonatus dengan risiko tinggi adalah neonatus yang memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mengalami kematian atau menjadi sakit berat dalam

masa neonatal. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian neonatus, maka

perlu sekali mengenali neonatus dengan risiko tinggi sedini mungkin. Istilah neonatus

risiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus mendapatkan pengawasan ketat oleh para

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai

standar pada kunjungan bayi baru lahir. Lama pengawasan dapat berkisar dari

(30)

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, sebagian besar (78,5%) kematian terjadi

pada minggu pertama kehidupan (0-6 hari). Mengingat besarnya risiko kematian pada

minggu pertama, setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai

standar lebih sering dalam minggu pertama untuk mendeteksi adanya penyakit atau

tanda bahaya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah

kematian.6

Beberapa keadaan neonatus yang termasuk kategori risiko tinggi :

a. Lahir sebelum minggu ke-37 atau sesudah minggu ke-42 kehamilan.

b. Mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram.

c. Dilahirkan dari ibu yang mengalami berbagai penyakit infeksi, ketuban pecah

dini, permasalahan sosial yang berat misalnya kehamilan usia muda,

kecanduan obat dan lain-lain.

d. Kehamilan kembar dan kehamilan yang terjadi lagi setelah tiga bulan

kehamilan sebelumnya.

e. Persalinan melalui tindakan pembedahan atau kelahiran yang disertai dengan

suatu penyakit misalnya hidramnion, solusio plasenta, plasenta previa dan

lain-lain.

f. Dilahirkan dari ibu yang mengalami stres berat selama kehamilan.

g. Kehamilan dimana ibu mengalami anemia dan adanya ketidakcocokan

(31)

2.3 Epidemiologi BBLR

2.3.1 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Orang

Tinggi rendahnya risiko dalam proses kehamilan dan persalinan sangat

bergantung pada faktor usia ibu. Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu

adalah usia 20-35 tahun, di bawah dan di atas usia tersebut akan terjadi peningkatan

risiko kehamilan dan persalinan. Menurut Manik yang dikutip oleh Jumirah, dkk

(2001) usia ibu < 20 tahun berisiko 14 kali lebih besar dan usia ≥ 35 tahun berisiko 4

kali lebih besar melahirkan bayi BBLR dibandingkan usia 20-34 tahun.19

Penelitian Purmono dan Putro (2009), menunjukkan bahwa kejadian BBLR

lebih sering dijumpai pada ibu dengan pendidikan yang rendah (6,4%) disusul dengan

ibu dengan pendidikan sedang (4,8%). Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi lebih mudah menyerap informasi yang diberikan sehingga dapat melahirkan

bayi dengan berat badan yang normal.20

2.3.2 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Tempat

Kejadian BBLR di beberapa Provinsi bervariasi pada 5 tahun terakhir dari

tahun 2006-2010, yang tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara (11,3%),

sedangkan di Provinsi Sumatera Utara (3,3%) dan yang terendah terdapat di Provinsi

Bengkulu (2,5%).20

Di Kota Medan, angka kejadian BBLR pada tahun 2008 adalah sebesar 0,14%

(64 dari 41.623 kelahiran hidup).8

2.3.3 Distribusi Frekuensi BBLR Menurut Waktu8

Di Sumatera Utara, angka kejadian BBLR pada tahun 2003 adalah sebesar

(32)

dengan BBLR dari 264.896 jumlah kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008

terdapat 0,50% kasus BBLR dari 260.991 jumlah kelahiran hidup.

2.3.4 Faktor Risiko BBLR a. Paritas

Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum

kehamilan/persalinan tersebut. Pengelompokan paritas terdiri dari 4 kelompok, yaitu

golongan nullipara (ibu dengan paritas 0), primipara (ibu dengan paritas 1), multipara

(ibu dengan paritas 2-3) dan grandemultipara (ibu dengan paritas ≥ 4).21

Kejadian BBLR yang tinggi pada kelompok ibu dengan paritas rendah

dihubungkan dengan faktor umur ibu yang masih terlalu muda, dimana organ-organ

reproduksi ibu belum tumbuh secara sempurna dan kondisi psikis ibu yang belum

siap. Sementara pada paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi adalah gangguan

kesehatan seperti anemia, kurang gizi ataupun gangguan pada rahim. Hal-hal tersebut

dapat mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga meningkatkan risiko terjadinya

BBLR.13

Banyak studi menunjukkan bahwa kehamilan kedua dan ketiga adalah paling

tidak menyulitkan, sedangkan komplikasi meningkat setelah anak ketiga. Dari hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, persentase kematian neonatal tinggi

pada anak pertama dan pada ibu dengan jumlah paritas 3 atau lebih.22

Menurut penelitian Cipta (2002) di RSU Pirngadi Medan, kejadian BBLR

lebih tinggi ditemukan pada ibu dengan paritas nullipara (paritas 0) yaitu sebesar

(33)

b. Umur Kehamilan

Semakin pendek umur kehamilan maka pertumbuhan janin semakin belum

sempurna, baik itu organ reproduksi dan organ pernapasan oleh karena itu mengalami

kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Teori Beck dan Roshental menyatakan

bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan masa kehamilan. Apabila bayi lahir

pada umur kehamilan yang pendek, maka berat bayi belum mencapai berat badan

normal dan pertumbuhannya belum sempurna.24

Dari hasil penelitian Marbun (2005) di RSU Pirngadi Medan, ibu yang

melahirkan bayi dengan BBLR lebih tinggi dijumpai pada ibu dengan umur

kehamilan 28-36 minggu (61,8%) dibandingkan dengan umur kehamilan ≥ 37

minggu (38,2%).25

c. Jarak Kehamilan

Ibu hamil dengan jarak kehamilan dari anak terkecil kurang dari 2 tahun akan

meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun.

Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang singkat

untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.26

Pernyataan di atas sesuai dengan penelitian Kasim, dkk (2008) di RS

Immanuel Bandung yang mengemukakan bahwa kejadian BBLR lebih tinggi

ditemukan pada ibu dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun yaitu sebanyak 69

kasus dari 112 kelahiran (61,6%).27

d. Riwayat Kehamilan Terdahulu

Riwayat kehamilan dan persalinan seorang ibu memberikan gambaran

(34)

BBLR cenderung meningkat pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat kehamilan buruk.

Ibu dengan riwayat obstetrik yang buruk (BBLR, abortus, kelainan genetik, lahir

mati) sebelumnya cenderung akan berulang pada kehamilan berikutnya.30

Dari hasil penelitan Ginting (2002) di RSU Pirngadi Medan, kejadian BBLR

lebih sering dialami oleh ibu dengan riwayat obstetrik yang buruk (86,8%).23

e. Komplikasi Kehamilan

Beberapa komplikasi dari kehamilan yaitu hiperemis gravidarum, preeklamsi

dan eklamsi, kehamilan ektopik, kelainan plasenta previa, solusio plasenta,

oligohidromnion, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, anemia.

Komplikasi-komplikasi pada kehamilan ini dapat mengganggu kesehatan ibu dan pertumbuhan

janin dalam kandungan sehingga meningkatkan risiko bayi dengan BBLR.26

Pada penelitian Elizawarda (2003) di RSU Pirngadi Medan, didapatkan hasil

bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsi/eklamsi mempunyai risiko melahirkan

bayi BBLR sebesar 6,947 lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami

preeklamsi/eklamsi.31

f. Kadar Hb

Hendaknya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung jumlah dan

mutu gizi yang baik dan cukup. Bila makanan ibu sewaktu hamil tidak mencukupi

kebutuhannya baik secara kuantitas maupun kualitas, akan berakibat pada

kemunduran kesehatan janin. Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan

dapat mengakibatkan semakin tingginya kehamilan prematur atau BBLR dan cacat

(35)

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu

hamil, antara lain dengan mengukur kadar Hb. Pengukuran kadar Hb dimaksudkan

untuk mengetahui kondisi seorang ibu apakah mengalami anemia gizi.Batas ambang

kadar Hb normal adalah ≥ 11 gr%.18

Penelitan oleh Syarifuddin (2011) dengan menggunakan desain Case Control

menunjukkan bahwa ibu hamil yang anemia berisiko melahirkan bayi BBLR 3,21

kali lebih besar dengan ibu hamil yang tidak anemia.33

g. Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care (ANC))

Ibu hamil rentan terhadap risiko kehamilan. Pemeriksaan kehamilan atau

antenatal care (ANC) adalah salah satu cara untuk menyiapkan fisik maupun mental

ibu di dalam masa kehamilan sehingga mampu mehadapi persalinan, kala nifas,

persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

Pemeriksaan rutin saat hamil merupakan salah satu cara mencegah terjadinya bayi

lahir dengan BBLR. Kunjungan ANC dilakukan 4 kali selama masa kehamilan. Satu

kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali dalam trimester kedua

(antara minggu 14-28) dan dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu ke-36) dan

pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu. Pemeriksaan kehamilan

yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian baik

ibu maupun janin, juga memantau berat badan janin.34

Hasil penelitian Ernawati, dkk (2010) dengan menggunakan desain Case

Control, hasil analisis statatistik menunjukkan bahwa ibu yang melakukan

(36)

melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan ibu yang melakukan

ANC kurang dari 4 kali.35

Sejalan dengan penelitian Purmono dan Putro (2009), menunjukkan bahwa

ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya mempunyai persentase lebih tinggi

(9,1%) untuk terjadi BBLR dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan

kehamilannya (4,6%).20

h. Rokok

Merokok meningkatkan faktor risiko aborsi spontan, placental disorders,

kelainan kongenital, kematian janin dan BBLR. Carbon monoksida dan nikotin

adalah dua bahan kimia yang paling berpengaruh terhadap janin dan terdapat pada

rokok. CO menurunkan kemampuan membawa oksigen yang cukup pada jaringan

janin. Nikotin meningkatkan tekanan darah janin dan menurunkan angka pernapasan,

Nikotin berefek pada sistem syaraf pusat genitalia, saluran cerna, dan sistem urinari

janin. Dampak rokok bukan hanya dirasakan pada perokok aktif tetapi juga pada

perokok pasif. Orang yang tidak merokok atau perokok pasif yang terpapar asap

rokok akan mengirup dua kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif.36

Menurut penelitan dari Sirajuddin, dkk (2011) menunjukkan bahwa jika

seseorang merokok lebih dari 25 batang per hari atau lebih dari 1 bungkus per hari

maka sudah dapat menyebabkan berat bayi lahir < 2500 gram.37 Penelitian yang

dilakukan oleh Hegaard, dkk (2005) juga menunjukkan ibu hamil yang terpapar asap

rokok di rumah maupun diluar rumah lebih dari 2 jam per hari, akan melahirkan bayi

(37)

i. Alkohol

Konsumsi kronis alkohol dalam jumlah besar oleh ibu pada waktu hamil

menyebabkan hambatan pertumbuhan janin dan seringkali disertai malformasi fisik

dan gangguan intelektual di kemudian hari.39

Menurut penelitan yang dilakukan oleh Patra, dkk (2011) menyatakan bahwa

konsumsi alkohol rata-rata 1 kali sehari atau lebih akan meningkatkan risiko BBLR

dan mengonsumsi alkohol dengan rata-rata 3 kali sehari pada masa kehamilan akan

menaikkan risiko prematur sebesar 23% daripada ibu yang tidak meminum alkohol.40

2.4 Komplikasi BBLR14,16,17

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama

yang prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut.

Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernapasan,

susunan syaraf pusat, kardiovaskuler, gastrointestinal, hematologi, penglihatan,

perkemihan.

a. Sistem Pernapasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernapas segera

setelah lahir disebabkan oleh jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,

kekurangan surfaktan (zat di dalam paru yang melapisi bagian dalam alveoli,

sehingga alveoli tidak kolaps pada saat respirasi), lumen sistem pernapasan yang

kecil, kolaps atau obstruksi jalan napas, insufisiensi kalsifikasi dari tulang thoraks.

Hal-hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernapas dan sering mengakibatkan

(38)

Sindrom Gangguang Napas (SGN) dikenal juga sebagai penyakit Membran Hialin

dan Asfiksia. Membran Hialin dapat mengenai bayi dismatur yang preterm, terutama

bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.

b. Sistem Neurologi (Susunan Syaraf Pusat)

Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan syaraf

pusat yang disebabkan antara lain; perdarahan intracranial karena pembuluh darah

yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.

Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada

sistem susunan syaraf pusat yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan

kekurangan perfusi/iskemia.

c. Sistem Kardiovaskuler

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah masalah yang sering terjadi pada bayi

prematur. Sebelum lahir, arteri besar yang disebut ductus arteriosus memungkinkan

darah tidak mengaliri paru-paru bayi. Ductus biasanya menutup setelah lahir sehingga

darah dapat mengalir ke paru-paru dan mengambil oksigen. Ketika ductus tidak

menutup dengan benar dapat menyebabkan gagal jantung.

d. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran

pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan. Hal ini diakibatkan

antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi

33-34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap

(39)

pengosongan lambung yang lambat dan penurunan/tidak adanya motilitas dan

meningkatkan risiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans).

e. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi yaitu

gangguan pada sistem pembentukan darah. Penyebabnya terutama pada bayi

prematur adalah usia sel darah merahnya lebih pendek, pembentukan sel darah merah

yang lambat, pembuluh darah kapiler mudah rapuh yang dapat menyebabkan

terjadinya anemia, hiperbilirubinemia, Hemmoragic Disease of the Newborn (HDN).

f. Sistem Penglihatan

Sistem penglihatan bayi BBLR dapat terganggu karena ketidakmatangan

retina yang dapat menyebabkan Retinopathy Of Prematurity (ROP). ROP disebabkan

karena adanya pertumbuhan pembuluh darah retina abnormal yang dapat

menyebabkan perlukaan atau lepasnya retina. ROP dapat berlangsung ringan dan

membaik dengan sendirinya, tetapi bisa juga menjadi serius dan mengakibatkan

kebutaan. Semua bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram atau usia kehamilan

kurang dari 32 minggu berisiko mengalami ROP. Semakin rendah berat lahir atau

usia kehamilan maka semakin tinggi pula risiko terjadinya ROP. Bayi dengan ROP

berisiko besar terjadi strabismus (juling), katarak, kelainan refraksi (rabun jauh)

sampai kebutaan.

g. Sistem Perkemihan

Terdapatnya masalah pada sistem perkemihan, dimana ginjal bayi tersebut

(40)

mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta

tidak mampu memekatkan urin.

2.5 Pemeriksaan Bayi Baru Lahir18

Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan segera setelah bayi lahir untuk melihat

kondisi bayi apakah menderita suatu kelainan atau tidak. Upaya yang dapat dilakukan

adalah :

a. Penilaian APGAR

Merupakan sebuah metode untuk menilai kondisi umum bayi sesaat setelah

kelahiran yang dilakukan pada menit pertama dan kelima pasca kelahiran dan untuk

mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Hal yang dinilai pada skor

APGAR adalah usaha napas, warna kulit, denyut jantung, tonus otot dan reaksi

terhadap rangsang. Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasi penilaian dapat

diketahui apakah bayi normal (7-10), asfiksia ringan (4-6) atau asfiksia berat (0-3).

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada bayi dengan BBLR yaitu dengan berat

badan bayi < 2500 gram. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai tanda-tanda

prematuritas seperti tulang rawan telinga belum terbentuk, refleks lemah, jaringan

lemak bawah kulit sedikit, kulit tipis, merah dan transparan atau terdapatnya

tanda-tanda bayi KMK seperti tengkorak kepala keras, gerakan cukup aktif dan tangisan

(41)

2.6 Pencegahan BBLR 2.6.1 Pencegahan Primer14,41

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat mencegah

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi. Upaya yang dapat dilakukan

untuk mencegah kejadian BBLR :

a. Meningkatkan pengetahuan calon ibu mengenai kehamilan yang sehat.

b. Makan-makanan yang bergizi guna menjaga gizi ibu maupun janin yang

dikandung.

c. Setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan antenatal minimal

sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali pada

trisemester II dan dua kali pada trisemester III. Dengan melakukan

pemeriksaan antenatal segala bentuk kelainan ataupun gangguan pada ibu dan

janin dapat dideteksi sedini mungkin.

d. Menghindari perilaku berisiko tinggi seperti merokok, minum-minuman

beralkohol karena dapat mengganggu pertumbuhan janin.

2.6.2 Pencegahan Sekunder

a. Menegakkan diagnosa pada bayi BBLR18

Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan dilakukan pemeriksaan

anamnesis untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR dan pemeriksaan penunjang.

a.1 Pemeriksaan anamnesis

Pada anamnesis dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, lahir

(42)

pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat, dijumpai

kehamilan dengan oligohidromnion, hipermesis gravidarum dan perdarahan

antepartum.

a.2 Pemeriksaan penunjang

a.2.1 Pemeriksaan skor ballard untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir

melalui penilaian neuromuskular dan fisik.

a.2.2 Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan untuk melihat ada

tidaknya sindrom gawat napas.

a.2.3 Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan kehamilan kurang bulan

dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan terjadi sindrom gawat

napas.

a.2.4 USG kepala terutama pada bayi dengan kehamilan kurang bulan dimulai pada

umur 2 hari unutk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan

intracranial.

b. Penatalaksanaan bayi BBLR34,42

b.1 Pengaturan suhu tubuh/Termoregulasi

Bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas badan atau suhu tubuh

dan dapat menjadi hipotermia atau hipertermia. Hal ini disebabkan oleh pusat

pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik atau sistem metabolisme yang

rendah. Hipotermia adalah penurunan suhu di bawah 36,50C sedangkan hipertermia

adalah peningkatan suhu tubuh > 37,50C. Suhu tubuh normal terjadi jika ada

(43)

Diperlukannya penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya hipotermia

atau hipertermia serta menjaga suhu tubuh tetap berada dalam keadaan normal, yaitu

dengan cara proteksi termal/warm chain. Jika sudah terjadi perubahan suhu badan

bayi, dilakukan penangan yang lebih khusus yakni dengan cara penggunaan

inkubator, radiant warmer atau dengan cara metode kangguru.

b.2 Pengaturan makanan/nutrisi

Pemberian makanan terbaik bagi bayi adalah ASI (Air Susu Ibu). Pemberian

makanan secara dini akan mengurangi risiko hipoglikemia, dehidrasi dan

hiperbilirubinemia. Pada bayi dengan masa gestasi 32 minggu atau kurang atau berat

badan kurang dari 1500 gram terlalu lemah untuk bisa mengisap secara efektif atau

tidak mempunyai refleks menelan yang memadai, ASI dapat diberikan dengan

menggunakan sonde lambung.

b.3 Mencegah infeksi

Bayi BBLR mempunyai daya tahan tubuh yang rendah dan sistem imun yang

belum matang menyebabkan bayi BBLR sangat rentan dengan infeksi. Hal ini dapat

dicegah dengan memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi pada bayi seperti

mencuci tangan sebelum memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi,

membersihkan kulit dan tali pusat bayi.

2.6.3 Pencegahan Tersier18

Pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya cacat, kematian, serta usaha

rehabilitasi pada bayi BBLR, yaitu dengan cara :

a. Pengawasan berat badan secara ketat untuk melihat perkembangan kenaikan

(44)

b. Pemberian imunisasi untuk meningkatkan kekebalan

c. Pemberian vitamin K untuk mencegah terjadinya pendarahan pada bayi baru

lahir

d. Menjaga tali pusar tetap bersih untuk mencegah terjadinya infeksi

2.7 Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu dan Bayi BBLR 1. Faktor Sosiodemografi Ibu :

Umur Agama Pekerjaan

2. Faktor Risiko Medis Ibu

Paritas

Umur kehamilan Jarak kehamilan Kadar Hb

Riwayat kehamilan terdahulu Jenis komplikasi dari kehamilan

3. Status Pasien

4. Klasifikasi Bayi BBLR 5. Komplikasi BBLR

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain case

series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Sundari Medan. Pemilihan lokasi ini dilakukan

atas pertimbangan bahwa RSU Sundari Medan merupakan salah satu rumah sakit

umum yang memiliki data ibu dan bayi BBLR yang dibutuhkan dan belum pernah

dilakukan penelitian di RSU Sundari Medan mengenai karakteristik ibu dan bayi

BBLR pada tahun 2012.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2012 - Agustus 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data semua ibu dan bayi BBLR di RSU

(46)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah data seluruh ibu dan bayi BBLR di RSU Sundari

Medan Tahun 2012. Besar sampel adalah sama dengan populasi (Total Sampling).

3.4 Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari berkas

rekam medis ibu dan bayi BBLR di bagian Rekam Medik RSU Sundari Medan tahun

2012 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti.

3.5 Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah menggunakan komputer. Data dianalisa

dengan menggunakan uji Chi Square, uji t-independent dan uji Anova dan disajikan

dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, tabel tabulasi silang, diagram batang

(47)

3.6 Definisi Operasional

3.6.1 Ibu yang melahirkan bayi lahir hidup dan lahir mati dengan BBLR di RSU

Sundari dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram

3.6.2 Umur ibu adalah umur ibu saat melahirkan, yang tercatat pada kartu status dan

dikategorikan menjadi :

1. < 20 tahun 2. 20-35 tahun 3. > 35 tahun

3.6.3 Agama adalah kepercayaan yang dianut ibu, yang tercatat pada kartu status

dan dikategorikan menjadi :

1. Islam 2. Kristen 3. Hindu 4. Budha

3.6.4 Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang sehari-hari dilakukan ibu, yang tercatat

pada kartu status dan dikategorikan menjadi :

1. Ibu Rumah Tangga (IRT) 2. Wiraswasta

3. Pegawai Swasta 4. Pegawai Negeri

3.6.5 Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum persalinan

saat ini, yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan menjadi :

1. Paritas 0 (nullipara) 2. Paritas ≥ 1

3.6.6 Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap terhitung dari hari pertama

mensturasi yang terakhir sampai anak lahir, yang tercatat pada kartu status

(48)

1. < 37 minggu 2. 37-42 minggu 3. > 42 minggu

3.6.7 Jarak kehamilan adalah tenggang waktu mulai kelahiran anak terakhir sampai

berhentinya menstruasi dari kehamilan berikutnya, yang tercatat pada kartu

status dan dikategorikan menjadi :

1. < 2 tahun 2. ≥ 2 tahun

3.6.8 Kadar Hb adalah kadar hemoglobin di dalam darah ibu sewaktu akan

melahirkan, yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan menjadi :

1. Tidak ada data 2. < 11 gr%

3. ≥ 11 gr%

3.6.9 Riwayat kehamilan terdahulu adalah ada tidaknya gangguan (abnormalitas)

yang pernah dialami ibu pada kehamilan sebelumnya, yang tercatat pada kartu

status dan dikategorikan menjadi :

1. Baik (tidak mengalami BBLR, abortus, lahir mati) 2. Buruk (mengalami BBLR, abortus, lahir mati)

3.6.12 Jenis komplikasi dari kehamilan adalah ada tidaknya ibu mengalami

komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, yang tercatat pada kartu

status dan dikategorikan menjadi :

1. Tidak ada komplikasi 2. Ketuban pecah dini 3. Anemia

4. Preeklamsi/eklamsi 5. Placenta previa

(49)

1. Pasien bukan rujukan 2. Pasien rujukan (bidan)

3.6.14 Klasifikasi bayi BBLR adalah berat bayi lahir <2500 gram, yang tercatat pada

kartu status dan dikategorikan menjadi :

1. Berat bayi lahir rendah (1500 - <2500 gram)

2. Berat bayi lahir sangat rendah (<1000 - <1500 gram)

3.6.15 Komplikasi BBLR adalah komplikasi yang dialami bayi BBLR, yang tercatat

pada kartu status dan dikategorikan menjadi :

1. Tidak ada komplikasi 2. Lahir mati/Abortus 3. Asfiksia

4. Hiperbilirubinemia

3.6.16 Lama rawatan rata-rata ibu adalah rata-rata lamanya ibu dirawat inap di rumah

sakit dimulai pada hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan

menurut catatan rekam medis tahun 2012.

3.6.17 Lama rawatan rata-rata bayi adalah rata-rata lamanya bayi dirawat inap di

rumah sakit dimulai pada hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan

menurut catatan rekam medis tahun 2012.

3.6.18 Keadaan ibu sewaktu pulang adalah kondisi ibu setelah mendapatkan

perawatan di rumah sakit yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan

menjadi :

1. Sehat

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(50)

3.6.19 Keadaan bayi sewaktu pulang adalah kondisi bayi setelah mendapatkan

perawatan di rumah sakit yang tercatat pada kartu status dan dikategorikan

menjadi :

1. Sehat

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Rumah Sakit Umum Sundari terletak di jalan T.B. Simatupang (Jalan Pinang

Baris No.31) Medan.Rumah Sakit ini berdiri pada tahun 1987 yang didirikan oleh

Bapak H. Usman.

4.1.2 Visi Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, bermutu, terjangkau dan

professional.

4.1.3 Misi Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Memberikan pelayanan dengan mutu yang terbaik, mengedepankan layanan

kesehatan dengan biaya yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat umumnya

dan membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan

masyarakat sehingga tercapai keluarga sehat sejahtera.

4.1.4 Pelayanan Medis

Rumah Sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Dokter

Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, Ruang Bersalin, Ruang Bayi, Unit Gawat

Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU). Masing-masing unit dilengkapi dengan

fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

UGD sebagai unit pelayanan kegawatdaruratan, dilengkapi dengan dokter jaga

24 jam. Ruang ICU memiliki 2 bed elektrik dan fasilitas lengkap untuk tiap bed-nya

(52)

spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan penyakit anak, bedah,

kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, syaraf, THT, paru, kulit dan kelamin,

radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, anestesi, bedah urologi, bedah

orthopedic, bedah syaraf, jantung.

4.1.5 Pelayanan Penunjang Medis

Rumah sakit memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium

patologi klinik, x-ray, USG, EKG, konsultasi gizi, farmasi, fisioterapi, 2 unit

Ambulans.

4.1.6 Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,

computer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengolahan air limbah, dapur umum

(53)

4.2 Analisa Deskriptif 4.2.1 Sosiodemografi

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Sundari Medan Tahun 2012

Umur(Tahun) f %

dengan BBLR berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga (IRT)

54,3% dan yang terendah adalah Pegawai Negeri 12%. Proporsi ibu yang melahirkan

bayi dengan BBLR berdasarkan umur tertinggi adalah kelompok umur 20-35 tahun

79,8% dan terendah adalah kelompok umur < 20 tahun 6,9%. Proporsi ibu yang

melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan agama tertinggi adalah agama Islam 84%

(54)

4.2.2 Risiko Medis Kehamilan

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Risiko Medis Kehamilan di RSU Sundari Medan Tahun 2012

dengan BBLR berdasarkan paritas tertinggi adalah paritas 0 (nullipara) 52,7% dan

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Bayi dengan BBLR Berdasarkan Keadaan Bayi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini

FAKTOR RISIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2012- 2014.. (xiv, 165 Halaman, 15 Tabel, 73 Gambar,

Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat LahirRendah (BBLR) dengan Perawatan Metode Kanguru di Rumah Sakit dan Jejaringnya.. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan BBLR dengan kenaikan berat badan bayi di RSUD Wates

pendidikan kesehatan bagi ibu usia remaja dalam merawat bayi berat lahir

Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Proverawati dan Sulistyorini (2010), bahwa kehamilan yang terjadi pada usia dibawah 20 atau diatas 35 tahun

Jarak kehamilan ibu yang tidak berisiko yaitu &lt; 2 tahun, lebih banyak tidak mengalami BBLR sebesar 89,5%, dikarenakan paritas yang &lt; 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan