• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN

TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000273 SUCI HERAYANI HRP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN

TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000273 SUCI HERAYANI HRP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l:

KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN

TAHUN 2008

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:

NIM. 061000273 SUCI HERAYANI HRP

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH

NIP. 194508171973022001 NIP. 196404041992031005 Drs. Jemadi, M. Kes

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

NIP. 194904171979021001 NIP. 195908181985032002 drh. Rasmaliah, M. Kes

Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui dokter dalam praktek sehari-hari. Prevalens rate dispepsia di Amerika Serikat tahun 1994 mencapai 26% sedangkan di Inggris 41%. Di Indonesia pada tahun 1998 proporsi dispepsia pada klinik kesehatan sehari-hari 20%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita dispepsia yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008, bersifat Deskriptif dengan desain Case Series. Populasi 342 data penderita dan sampel 205 yang diambil secara Simple Random Sampling.

Proporsi tertinggi pasien dispepsia adalah kelompok umur 25 - 33 tahun (22,4%), suku Batak (39,5%), agama Islam (80,5%), SLTA (47,32%), IRT (32,2 dispepsia fungsional (58,5%), tidak ada riwayat penyakit sebelumnya (74,63), tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs (76,1%), tingkat keparahan akut (73,7%) biaya sendiri (91,7%), lama rawatan rata-rata 3,03 hari, penderita yang Pulang Berobat Jalan (85,9%), CFR = 1%.

Proporsi penderita umur > 40 tahun secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (90,6% vs 15,0% ; X2 = 114,326 ; p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (60,0% vs 2,5% ; X2 = 84,785 ; p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna lebih besar yang ada riwayat pemakaian NSAIDs daripada yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs (79,6% vs 9,6% ; X2 = 94,104 ; p=0,000), Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,872), penderita dispepsia yang kronis lebih lama dirawat dari penderita yang akut (t = -3,394 ; p=0,018 ; 3,78 hari vs 2,77 hari), penderita dispepsia yang sembuh secara bermakna lebih lama dari yang meninggal, PBJ dan PAPS (F = 15, 778 ; p=0,000 ; 5,73 hari vs 2,91 hari vs 1,42 hari).

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk pasien yang pulang berobat jalan, dan memberikan pemahaman atau informasi kepada pasien dan keluarganya dalam penatalaksanaan medis.

(5)

ABSTRACT

Dyspepsia is one of the most common health problems doctors in everyday practice. Prevalence rate of dyspepsia in the United States in 1994 reached 26% while in England 41%. In Indonesia in 1998 the proportion of dyspepsia on daily health clinics 20%.

This study aimed to investigate the characteristics of hospitalized patients with dyspepsia at the General Hospital in Medan Sundari Year 2008, the character designs Descriptive Case Series. Population data 342 patients and 205 samples taken in Simple Random Sampling.

The highest proportion of dyspeptic patients is the age group 25-33 years (22.4%), Batak (39.5%), Islam (80.5%), schools (47.32%), IRT (32.2 dyspepsia functional (58.5%), no previous disease history (74.63), there is no history of use of NSAIDs (76.1%), the severity of acute (73.7%) own costs (91.7%), long maintainability average 3.03 days, patients who Returning Treated Roads (85.9%), CFR = 1%.

The proportion of patients aged > 40 years were significantly greater in organic rather than functional dyspepsia dyspepsia (90.6% vs. 15.0%, X2 = 114.326, p = 0.000), proportion of patients with chronic severity was significantly greater for organic dyspepsia than functional dyspepsia (60.0% vs 2.5%, X2 = 84.785, p = 0.000), proportion of patients with chronic severity was significantly greater usage of existing history of NSAIDs than those without a history of use of NSAIDs (79.6% vs. 9.6%, X2 = 94.104, p = 0.000), no significant difference in average nursing time based on sources of costs (p = 0.872), chronic dyspepsia patients hospitalized longer than patients with acute (t = -3.394; p = 0.018; 3.78 days vs. 2.77 days), dyspeptic patients who recovered was significantly longer than the deceased, PBJ and PAPS (F = 15, 778, p = 0.000; 5.73 days vs. 2.91 days vs. 1.42 days).

Hospitals are expected to further improve the quality of health services for patients who go home outpatient, and provide insight or information to patients and their families in medical treatment.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suci Herayani Harahap

Tempat/ Tanggal Lahir : Sei Baruhur(Labuhan Batu Selatan), 27 Februari 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara Jumlah Saudara : 4 (Empat ) bersaudara

Alamat Rumah : Jln Imam Bonjol no 30,Rt 002/Rw 004 kec. Bagan sinembah kab. Rokan Hilir Propinsi RIAU

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1990-1996 : SD Negeri 052 Bagan Batu

2. Tahun 1996-1999 : Tsanawiyah Daar Al-Uluum Asahan Kisaran

3. Tahun 1999-2002 : SMU Al – Azhar Medan

4. Tahun 2002-2005 : DIII Akademi Keperawatan Flora Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Karakteristik Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tulisan ini penulis persembahkan kepada Ayahanda H. Syamsul Bahri Hrp dan Ibunda Hj. Syaida yang selalu memberi dukungan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.

3. Ibu Irnawati Marsaulina s, Dra, Ms, Dr selaku dosen pembimbing akademik. 4. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen

(8)

5. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi.

6. Bapak dr. H. Faisal Balatif M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Sundari Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

7. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat kedua orang tua dan suamiku yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan materil serta kasih sayang kepada penulis.

9. Saudara-saudaraku tersayang yang begitu banyak memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan FKM USU. 10.Rekan-rekan peminatan Epidemiologi seperjuangan: kak Rita, Vivi, dan anak

reguler stambuk 05, stambuk 06 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya yang tidak bisa dilupakan. 11.Semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010 Penulis

(9)
(10)

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

5.1.3. Riwayat penyakit Sebelumnya ... 32

5.1.4. Riwayat Pemakaian NSAIDs ... 33

5.1.5. Tingkat Keparahan ... 34

5.1.6. Sumber Biaya... 34

5.1.7. Lama Rawatan rata-rata... 35

5.1.8. Keadaan Sewaktu Pulang ... 35

5.2. Analisa Statistik ... 36

5.2.1. Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia... 36

5.2.2. Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 36

5.2.3. Riwayat Pemakaian NSAIDs Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 38

5.2.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 38

5.2.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tingkat Keparahan... 38

5.2.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 40

(11)

6.12. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 56 6.13. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 58 6.14. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang .... 59 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

7.1. Kesimpulan ... 61 7.2. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi proporsi jenis kelamin penderita dispepsia yang rawat inap

berdsarkan umur di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 30 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

sosiodemografi di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 31 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan jenis

dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 32 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

riwayat penyakit sebelumnyadi RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 32 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan Ada

riwayat penyakit sebelumnya di RSU Sundari Medan Tahun 2008... 33 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan riwat

pemakaian NSAIDs di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 33 Tabel 5.7.Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan tingkat

keparahan diRSU sundari Medan Tahun 2008 ... 34 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

sumber biaya di RSU sundari Medan Tahun 2008 ... 34 Tabel 5.9. Lama rawatan rata-rata (hari) penderita dispepsia yang rawat inap di RSU

Sundari Medan Tahun 2008 ... 35 Tabel5.10.Distribusi proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

keadaan sewaktu pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 36 Tabel 5.11. Distribusi proporsi umur berdasarkan jenis Dispensia Penderita Dispepsia

di RSU Sundari Medan Tahun 2008... 37 Tabel 5.12. Distribusi proporsi jenis dispepsia berdasarkan tingkat keparahan

penderita dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 37 Tabel 5.13.Distribusi proporsi Riwayat Pemakaian NSAIDs berdasarkan tingkat

(13)

Tabel 5.14. lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita dispepsia

yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 39 Tabel 5.15.Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan

penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ... 39 Tabel 5.16. Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSU sundari Medan Tahun 2008...41 Gambar 6.2. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

Suku di RSU sundari Medan Tahun 2008...43 Gambar 6.3. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

Agama di RSU sundari Medan Tahun 2008...44 Gambar 6.4. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

Tingkat pendidikan di RSU sundari Medan Tahun 2008...45 Gambar 6.5. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

pekerjaan di RSU Sundari Medan Tahun 2008 ...46 Gambar 6.6. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

jenis dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008...47 Gambar 6.7. Distribusi Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

riwat penyakit sebelumnya di RSU sundari Medan tahun 2008...48 Gambar. 6.8. Distribusi proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

riwat pemakaian NSAIDs di RSU sundari Medan Tahun 2008...49 Gambar 6.9. Distribusi proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

tingkat keparahan di RSU Sundari Medan tahun 2008...50 Gambar 6.10. Distribusi proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan

sumber biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2008...51 Gambar 6.11. Distribusi proporsi penderita dispepsia yang rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU sundari Medan tahun 2008...52 Gambar 6.12. Distribusi proporsi umur berdasarkan jenis dispepsia pada penderita

dispepsia yng rawat inap di RSU sundari Medan tahun 2008...53 Gambar 6.13. Distribusi proporsi jenis dispepsia berdasarkan tingkat keparahan

(15)

Gambar 6.14.Distribusi proporsi riwat pemakaian NSAIDsberdasarkan tingkat keparahan penderita dispepsia yang rawat inap di RSU sundari Medan Tahun 2008...55 Gambar 6.15. Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita dispepsia

yang rawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2008...56 Gambar 6.16.Lama Rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan penderita

dispepsia yang rawat inap di RSU sundari Medan Tahun 2008...57 Gambar 6.17. Lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dispepsia yang rawat inap di RSU sundari Medan Tahun 2008...58

(16)

ABSTRAK

Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui dokter dalam praktek sehari-hari. Prevalens rate dispepsia di Amerika Serikat tahun 1994 mencapai 26% sedangkan di Inggris 41%. Di Indonesia pada tahun 1998 proporsi dispepsia pada klinik kesehatan sehari-hari 20%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita dispepsia yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008, bersifat Deskriptif dengan desain Case Series. Populasi 342 data penderita dan sampel 205 yang diambil secara Simple Random Sampling.

Proporsi tertinggi pasien dispepsia adalah kelompok umur 25 - 33 tahun (22,4%), suku Batak (39,5%), agama Islam (80,5%), SLTA (47,32%), IRT (32,2 dispepsia fungsional (58,5%), tidak ada riwayat penyakit sebelumnya (74,63), tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs (76,1%), tingkat keparahan akut (73,7%) biaya sendiri (91,7%), lama rawatan rata-rata 3,03 hari, penderita yang Pulang Berobat Jalan (85,9%), CFR = 1%.

Proporsi penderita umur > 40 tahun secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (90,6% vs 15,0% ; X2 = 114,326 ; p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (60,0% vs 2,5% ; X2 = 84,785 ; p=0,000), Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna lebih besar yang ada riwayat pemakaian NSAIDs daripada yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs (79,6% vs 9,6% ; X2 = 94,104 ; p=0,000), Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,872), penderita dispepsia yang kronis lebih lama dirawat dari penderita yang akut (t = -3,394 ; p=0,018 ; 3,78 hari vs 2,77 hari), penderita dispepsia yang sembuh secara bermakna lebih lama dari yang meninggal, PBJ dan PAPS (F = 15, 778 ; p=0,000 ; 5,73 hari vs 2,91 hari vs 1,42 hari).

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk pasien yang pulang berobat jalan, dan memberikan pemahaman atau informasi kepada pasien dan keluarganya dalam penatalaksanaan medis.

(17)

ABSTRACT

Dyspepsia is one of the most common health problems doctors in everyday practice. Prevalence rate of dyspepsia in the United States in 1994 reached 26% while in England 41%. In Indonesia in 1998 the proportion of dyspepsia on daily health clinics 20%.

This study aimed to investigate the characteristics of hospitalized patients with dyspepsia at the General Hospital in Medan Sundari Year 2008, the character designs Descriptive Case Series. Population data 342 patients and 205 samples taken in Simple Random Sampling.

The highest proportion of dyspeptic patients is the age group 25-33 years (22.4%), Batak (39.5%), Islam (80.5%), schools (47.32%), IRT (32.2 dyspepsia functional (58.5%), no previous disease history (74.63), there is no history of use of NSAIDs (76.1%), the severity of acute (73.7%) own costs (91.7%), long maintainability average 3.03 days, patients who Returning Treated Roads (85.9%), CFR = 1%.

The proportion of patients aged > 40 years were significantly greater in organic rather than functional dyspepsia dyspepsia (90.6% vs. 15.0%, X2 = 114.326, p = 0.000), proportion of patients with chronic severity was significantly greater for organic dyspepsia than functional dyspepsia (60.0% vs 2.5%, X2 = 84.785, p = 0.000), proportion of patients with chronic severity was significantly greater usage of existing history of NSAIDs than those without a history of use of NSAIDs (79.6% vs. 9.6%, X2 = 94.104, p = 0.000), no significant difference in average nursing time based on sources of costs (p = 0.872), chronic dyspepsia patients hospitalized longer than patients with acute (t = -3.394; p = 0.018; 3.78 days vs. 2.77 days), dyspeptic patients who recovered was significantly longer than the deceased, PBJ and PAPS (F = 15, 778, p = 0.000; 5.73 days vs. 2.91 days vs. 1.42 days).

Hospitals are expected to further improve the quality of health services for patients who go home outpatient, and provide insight or information to patients and their families in medical treatment.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari beberapa unsur kualitas hidup yaitu mortalitas, morbiditas dan status gizi. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat masih ditemukan berbagai masalah yang menghambat pembangunan kesehatan. Salah satu masalah dalam mencapai derajat kesehatan tersebut adalah tingginya angka kesakitan dan kematian di Indonesia setiap tahunnya.1

Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui dokter dalam praktek sehari-hari. Diperkirakan hampir 30% kasus yang dijumpai pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologi merupakan dispepsia.2 Prevalens terjadinya dispepsia di Amerika Serikat tahun 1994 mencapai 26% sedangkan di Inggris 41%.3 Di Inggris dan Skandinavia pada tahun 1999 dilaporkan angka prevalensi dispepsia berkisar 7 – 41%.4 Di Indonesia pada tahun 1998 proporsi dispepsia pada klinik kesehatan sehari-hari 20%.5

(19)

Salah satu infectious agent dispepsia adalah Helicobacter pylori. Penelitian Hegar di Indonesia tahun 1998 berdasarkan pemeriksaan serologi pada anak SD ditemukan prevalensnya 13,5% - 26,8%.7 Penelitian yang dilakukan Kandera tahun 1994, berdasarkan metode wawancara dan pemeriksaan anti Helicobacter pylori pada murid SD 17 Dauh Putri Kedoya Denpasar, mendapatkan proporsi responden positif anti Helicobacter pylori 35,3%. Djelantik, dkk tahun 2001 melaporkan bahwa 28% anak yang di rawat di ruang anak RSU Mataram memiliki anti Helicobacter pylori positif. Keluhan yang paling sering ditemukan pada anak yang terkena infeksi Helicobacter pylori adalah nyeri epigastrium, nyeri tekan pada epigastrium, nyeri

periumbikal dan muntah berat.8

Berdasarkan survei oleh Kaunang pada tahun 1998 dari seluruh dunia, infeksi Helicobacter pylori pada umumnya lebih banyak terjadi di negara berkembang, lebih

dari setengah penduduknya yang terinfeksi adalah umur dibawah 10 tahun dan pada usia muda prevalensi sekitar 80%. Sedangkan di negara maju infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak Sekolah Dasar (SD) prevalensinya 10%.7,8 Di Nakuru, Kenya tahun 2003 ditemukan proporsi penderita dispepsia organik yang terinfeksi Helicobacter pylori 68% pada usia 31 – 40 tahun.4

(20)

dispepsia organik 15%. Penelitian yang dilakukan oleh Syam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2003 dengan mengggunakan endoskopi, proporsi dispepsia organik 10%.3

Studi pendahuluan di RSU Sundari Medan ditemukan pada periode tahun 2004 -2008 proporsi penderita dispepsia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari seluruh pasien rawat inap pada tahun 2004 proporsi penderita dispepsia rawat inap 2,6% (116 orang), tahun 2005 sebesar 4,0% (123 orang), tahun 2006 sebesar 4,8% (140 orang), tahun 2007 sebesar 6,1% (220 orang) dan tahun 2008 sebesar 9,0% (342 orang). Uraian latar belakang di atas tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan penyakit dispepsia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik pasien dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita dispepsia yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui trend penderita dispepsia berdasarkan data perbulan tahun 2008.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia rawat inap berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan dan pekerjaan).

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia rawat inap berdasarkan jenis dispepsia.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia rawat inap berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia rawat inap berdasarkan riwayat pemakaian NSAIDs (Non Steroid Anti Inflamatory Drugs).

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia rawat inap berdasarkan tingkat keparahan.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia rawat inap berdasarkan sumber biaya.

h. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata penderita dispepsia rawat inap.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

(22)

k. Untuk mengetahui proporsi jenis dispepsia berdasarkan tingkat keparahan. l. Untuk mengetahui proporsi riwayat pemakaian NSAIDs (Non Steroid Anti

Inflamatory Drugs) berdasarkan tingkat keparahan.

m. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. n. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat

keparahan.

o. Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Sundari Medan dalam melakukan anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorik serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan lebih baik lagi bagi penderita dispepsia yang di rawat inap di RSU Sundari Medan.

1.4.2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.

1.4.3. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dispepsia

Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut. Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pencernaan yang jelek”.6

Menurut Konsensus Roma tahun 2000, dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas.2

Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut.2 Sindroma dispepsia ini biasanya diderita selama beberapa minggu /bulan yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus.10

(24)

2.2. Klasifikasi Dispepsia

Penyebab dispepsia pada anak-anak adalah memberi makan terlalu banyak atau susu kaleng yang tidak cocok. Namun kadang-kadang dapat pula timbul karena penyakit, misalnya tukak lambung.11

Penyebab timbulnya gejala dispepsia sangat banyak sehingga diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya penyebab dispepsia yaitu :12

2.2.1. Dispepsia Organik

Dispepsia organik adalah Dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.12 Dispepsia organik dapat digolongkan menjadi :10,13

a. Dispepsia Tukak

Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri ulu hati. Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya dengan makanan. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat menentukan adanya tukak di lambung atau duodenum.

b. Refluks Gastroesofageal

Gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal, yaitu rasa panas di dada dan regurgitasi asam terutama setelah makan.

c. Ulkus Peptik

(25)

asam terhadap epitel yang rentan. Penyebab yang tepat masih belum dapat dipastikan. Beberapa kelainan fisiologis yang timbul pada ulkus duodenum :

c.1. Jumlah sel parietal dan chief cells bertambah dengan produksi asam yang makin banyak.

c.2. Peningkatan kepekaan sel parietal terhadap stimulasi gastrin. c.3. Peningkatan respon gastrin terhadap makanan

c.4. Penurunan hambatan pelepasan gastrin dari mukosa antrum setelah pengasaman isi lambung.

c.5. Pengosongan lambung yang lebih cepat dengan berkurangnya hambatan pengosongan akibat masuknya asam ke duodenum.

Menurunnya resistensi mukosa duodenum terhadap asam lambung dan pepsin dapat berperan penting. Insiden ulkus peptik meningkat pada kegagalan ginjal kronik. Ulkus juga dapat berkaitan dengan hiperparatiroidisme, sirosis, penyakit paru dan jantung. Kortikosteroid meningkatkan resiko ulkus peptik dan perdarahan saluran pencernaan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ulkus peptik antara lain merokok, golongan darah O, penyakit hati kronik, penyakit paru kronik dan pankreatitis kronik. Gastritis atrofik kronik, refluks empedu dan golongan darah A merupakan predisposisi untuk ulkus lambung.

d. Penyakit Saluran Empedu

(26)

e. Karsinoma

Karsinoma dari saluran makan (esophagus, lambung, pancreas dan kolon) sering menimbulkan keluhan sindrom dispepsia. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri perut. Keluhan bertambah berkaitan dengan makanan, anoreksia dan berat badan menurun.

f. Pankreatitis

Rasa nyeri timbul mendadak yang menjalar ke punggung. Perut terasa makin tegang dan kembung.

g. Dispepsia pada sindrom malabsorbsi

Pada penderita ini di samping mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, sering flatus, kembung, keluhan utama lainnya ialah timbulnya diare yang berlendir. h. Dispepsia akibat obat-obatan

Banyak macam obat yang dapat menimbulkan rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu hati tanpa atau disertai rasa mual dan muntah, misalnya obat golongan NSAIDs, teofilin, digitalis, antibiotik oral (terutama ampisilin, eritromisin dan lain-lain).

i. Gangguan Metabolisme

(27)

j. Dispepsia akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah sejenis kuman yang terdapat dalam lambung dan

berkaitan dengan keganasan lambung. Hal penting dari Helicobacter pylori adalah sifatnya menetap seumur hidup, selalu aktif dan dapat menular bila tidak dieradikasi. Helicobacter ini diyakini merusak mekanisme pertahanan pejamu dan merusak jaringan. Helicobacter pylori dapat merangsang kelenjar mukosa lambung untuk lebih aktif menghasilkan gastrin sehingga terjadi hipergastrinemia.

Gambar 2.2.1. Helicobacter Pylori

2.2.2. Dispepsia Fungsional

(28)

bagian atas dan tidak ditemukan atau bukan kelainan organik (pada pemeriksaan endoskopi) yang mungkin menerangkan gejala-gejalanya.2

Gambaran klinis dari dispepsia fungsional adalah riwayat kronik, gejala yang berubah-ubah, riwayat gangguan psikiatrik, nyeri yang tidak responsive dengan obat-obatan dan dapat juga ditunjukkan letaknya oleh pasien, dimana secara klinis pasien tampak sehat. Beberapa hal yang dianggap menyebabkan dispepsia fungsional antara lain :2,10

a. Sekresi Asam Lambung

Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin dapat dijumpai kadarnya meninggi, normal atau hiposekresi.

b. Dismotilitas Gastrointestinal

Yaitu perlambatan dari masa pengosongan lambung dan gangguan motilitas lain. Pada berbagai studi dilaporkan dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung dan hipomotilitas antrum hingga 50% kasus.

c. Diet dan Faktor Lingkungan

(29)

d. Psikologik

Stress akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stress sentral.

2.3. Mekanisme Penularan14

Salah satu infectious agent dispepsia adalah Helicobacter pylori. Sebagian besar individu yang terinfeksi tetap asimptomatik sepanjang hidupnya dan sebagian berkembang menjadi tukak peptik atau keganasan. Pada tukak peptik/keganasan dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian.

Helicobacter pylori dalam tubuh akan timbul di dalam lambung, oleh karena

itu dianggap masuknya organisme ini dianggap dapat melalui air liur, muntahan atau melalui tinja. Cara penularan Helicobacter pylori masih belum diketahui secara pasti. Penularan kemungkinan melalui oral-oral, fecal-oral atau gastro-oral.

(30)

2.4. Epidemiologi Dispepsia 2.4.1. Distribusi Frekuensi a. Manusia

a.1. Umur

Dispepsia terdapat pada semua golongan umur dan yang paling beresiko adalah diatas umur 45 tahun. Penelitian yang dilakukan di Inggris ditemukan frekuensi anti Helicobacter pylori pada anak-anak di bawah 15 tahun kira-kira 5% dan meningkat bertahap antara 50%-75% pada populasi di atas umur 50 tahun. Di Indonesia, prevalensi Helicobacter pylori pada orang dewasa antara lain di Jakarta 40-57% dan di Mataram 51%-66%.3

a.2. Jenis Kelamin

Kejadian dispepsia lebih banyak diderita perempuan daripada laki-laki. Perbandingan insidennya 2 : 1.5 Penelitian yang dilakukan Tarigan di RSUP. Adam Malik tahun 2001, diperoleh penderita dispepsia fungsional laki-laki sebanyak 9 orang (40,9%) dan perempuan sebanyak 13 orang (59,1%).15

a.3. Etnik

(31)

(27,3%), Jawa 4 orang (18,2%), Mandailing 1 orang (4,5%) dan Melayu 1 orang (4,5%). Pada kelompok dispepsia organik, suku Batak 16 orang (72,7%), Karo 3 orang (13,6%), Nias 1 orang (4,5%) dan Cina 1 orang (4,5%).15

a.4. Golongan Darah

Golongan darah yang paling tinggi beresiko adalah golongan darah O yang berkaitan dengan terinfeksi bakteri Helicobacter pylori.13

b. Tempat

Penyebaran dispepsia pada umumnya pada lingkungan yang padat penduduknya, sosioekonomi yang rendah dan banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. Di negara berkembang diperkirakan 10% anak berusia 2-8 tahun terinfeksi setiaptahunnya sedangkan di negara maju kurang dari 1%.14

c. Waktu

(32)

2.4.2. Determinan a. Host/Penjamu

Penjamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya penyakit.

a.1. Umur dan Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eddy Bagus di Unit Endoskopi Gastroenterologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2001 diperoleh penderita dispepsia terbanyak pada usia 30 sampai 50 tahun.

Kejadian dispepsia lebih banyak diderita perempuan daripada laki-laki. Perbandingan insidennya 2:1.5

a.2. Stress dan Faktor Psikososial

Stres dan faktor psikososial diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna menimbulkan perubahan sekresi dan vaskularisasi. Dispepsia non ulser sebagai suatu kelainan fungsional dapat dipengaruhi emosi sehingga dikenal dengan istilah dispepsia nervosa.16

Penelitian yang dilakukan Mudjadid dan Manan mendapatkan 40% kasus dispepsia disertai dengan gangguan kejiwaan dalam bentuk anxietas, depresi atau kombinasi keduanya.15

b. Agent

(33)

b.1. Helicobacter Pylori

Agent yang dapat menimbulkan dispepsia adalah Helicobacter pylori. Helicobacter pylori dapat menginfeksi dan merusak mukosa lambung. Kerusakan ini

disebabkan ammonia, cytotosin dan zat lain yang dihasilkan oleh bakteri ini dan bersifat merusak mukosa lambung.14,17

b.2. Obat-Obatan

Sejumlah obat-obatan dapat menyebabkan beberapa iritasi gastrointestinal sehingga mengakibatkan mual, mual dan nyeri di ulu hati. Misalnya NSAIDs, aspirin, potassium supplemen dan obat lainnya.16

b.3. Ketidaktoleransian Pada Makanan

Sejumlah makanan dapat menimbulkan dispepsia, diantaranya adalah jeruk, makanan pedas, alkohol, makanan berlemak dan kopi. Mekanisme oleh makanan yang menimbulkan dispepsia termasuk kelebihan makan, kegagalan pengosongan gastrik, iritasi dan muko sa lambung.16

b.4. Gaya Hidup

Pada umumnya pasien yang menderita dispepsia adalah pengkonsumsi rokok, minuman alkohol yang berlebihan, minum kopi dalam jumlah banyak dan makan makanan yang mengandung asam.10

c. Environment

(34)

c.1. Lingkungan Fisik

Penyebaran dispepsia pada umumnya terdapat di lingkungan yang padat penduduknya, soioekonomi yang rendah dan banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara maju.14

c.2. Lingkungan Sosial Ekonomi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hatono di PT. Kusumahadi Santosa Karanganyar tahun 2001-2002, diperoleh bahwa intensitas kebisingan di tempat kerja berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah penderita dispepsia pada tenaga kerja di PT tersebut, hal ini karena pengaruh bising yang dihasilkan mesin pabrik kepada stress pekerja.18

2.5. Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis praktis didasarkan atas keluhan/gejala yang dominant membagi dispepsia menjadi tiga tipe :12

2.5.1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (Ulkus-like dyspepsia) dengan gejala: nyeri epigastrium terlokalisasi, nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid, nyeri saat lapar dan nyeri episodic.

2.5.2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia) dengan gejala: mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah dan rasa tidak nyaman bertambah saat makan.

(35)

2.6. Pencegahan

Pencegahan terhadap penyakit dispepsia ini adalah sebagai berikut : 2.6.1. Pencegahan Primer (Primary Prevention)

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko dispepsia bagi individu yang belum ataupun mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat, promosi kesehatan (Health Promotion) kepada masyarakat mengenai :

a. Modifikasi pola hidup dimana perlu diberi penjelasan bagaimana mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan serangan dispepsia.16

b. Menjaga sanitasi lingkungan agar tetap bersih, perbaikan sosioekonomi dan gizi dan penyediaan air bersih.7

c. Khusus untuk bayi, perlu diperhatikan pemberian makanan. Makanan yang diberikan harus diperhatikan porsinya sesuai dengan umur bayi. Susu yang diberikan juga diperhatikan porsi pemberiannya.11

d. Mengurangi makan makanan yang pedas, asam dan minuman yang beralkohol, kopi serta merokok.10,13

2.6.2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagmosis and Prompt Treatment).

a. Diagnosis Dini (Early Diagnosis)

(36)

penderita baru datang, pemeriksaan lengkap dianjurkan bila terdapat keluhan yang berat, muntah-muntah telah berlangsung lebih dari 4 minggu, penurunan berat badan dan usia lebih dari 40 tahun. Untuk memastikan penyakitnya, disamping pengamatan fisik perlu dilakukan pemeriksaan yaitu :5,10,12,16

a.1. Laboratorium

Pemeriksaan labortorium perlu dilakukan, setidak-tidaknya perlu diperiksa darah, urine, tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorbsi. Dan pada pemeriksaan urine, jika ditemukan adanya perubahan warna normal urine maka dapat disimpulkan terjadi gangguan ginjal. Seorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambungnya.

a.2. Radiologis

Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dasarnya licin. Kanker di lambung secara radiologist akan tampak massa yang irregular, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah.

a.3. Endoskopi

(37)

Pada endoskopi ditemukan tukak baik di esophagus, lambung maupun duodenum maka dapat dibuat diagnosis dispepsia tukak. Sedangkan bila ditemukan tukak tetapi hanya ada peradangan maka dapat dibuat diagnosis dispepsia bukan tukak.

Pada pemeriksaan ini juga dapat mengidentifikasi ada tidaknya bakteri Helicobacter pylori, dimana cairan tersebut diambil dan ditumbuhkan dalam media

Helicobacter pylori. Pemeriksaan antibodi terhadap infeksi Helicobacter pylori

dikerjakan dengan metode Passive Haem Aglutination (PHA), dengan cara menempelkan antigen pada permukaan sel darah merah sehingga terjadi proses aglutinasi yang dapat diamati secara mikroskopik. Bila di dalam serum sampel terdapat anti Helicobacter pylori maka akan terjadi aglutinasi dan dinyatakan positif terinfeksi Helicobacter pylori.

a.4. Ultrasonografi (USG)

(38)

b. Pengobatan Segera (Prompt Treatment)

b.1. Diet mempunyai peranan yang sangat penting. Dasar diet tersebut adalah makan sedikit berulang kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi makanan yang dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan dalam lambung dan kemungkinan dapat menetralisir asam HCL. b.2. Perbaikan keadaan umum penderita

b.3. Pemasangan infus untuk pemberian cairan, elektrolit dan nutrisi. b.4. Penjelasan penyakit kepada penderita.

Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan penderita dispepsia adalah antasida, antikolinergik, sitoprotektif dan lain-lain.13

2.6.3. Pencegahan Tertier13

a. Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan mental akibat tekanan yang dialami penderita dispepsia terhadap masalah yang dihadapi.

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Dispepsia 1. Sosiodemografi, meliput i :

- Umur

- Jenis Kelamin - Suku

- Agama

- Tingkat Pendidikan - Pekerjaan

2. Jenis Dispepsia

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya 4. Riwayat Pemakaian NSAIDs 5. Tingkat Keparahan

6. Sumber Biaya 7. Lama Rawatan

8. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional

(40)

3.2.2. Umur adalah usia penderita dispepsia rawat inap di rumah sakit yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas :

Untuk uji statistik maka umur dikategorikan atas:

1. ≤ 40tahun

2. > 40 tahun.

3.2.3. Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh penderita dispepsia yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas :

1. Laki-Laki 2. Perempuan

3.2.4. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita dispepsia yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas :

1. Batak (Toba, Karo, Mandailing dan Simalungun) 2. Melayu

3. Aceh 4. Jawa 5. Tianghoa 6. Minang

3.2.5. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita dispepsia yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu

(41)

3.2.6. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh penderita dispepsia yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. Tidak Sekolah

2. SD 3. SLTP 4. SLTA

5. Akademik/PT

3.2.7. Pekerjaan adalah aktifitas rutin yang dilakukan oleh penderita dispepsia di luar atau di dalam rumah dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. PNS 2. Wiraswasta 3. Pegawai Swasta 4. Pelajar/Mahasiswa 5. Ibu Rumah Tangga (IRT) 6. Pengangguran

7. Ikut Anak

8. Dan Lain-Lain (Petani, buruh dan nelayan).

3.2.8. Jenis dispepsia adalah jenis penyakit dispepsia yang diderita pasien berdasarkan pemeriksaan dan diagnosa dokter dan tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Dispepsia Organik (Penyebabnya diketahui)

(42)

3.2.9. Riwayat penyakit sebelumnya adalah penyakit yang pernah diderita dan beresiko menyebabkan dispepsia dan tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Tidak Ada Penyakit

3.2.10.Riwayat pemakaian NSAIDs adalah penderita dispepsia mempunyai riwayat pemakaian NSAIDs yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. Ada

2. Tidak Ada

3.2.11.Tingkat keparahan adalah tingkat keluhan yang dirasakan oleh pendertia dispepsia yang menyebabkan datang berobat ke rumah sakit yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Akut (Gejala dispepsia diderita ≤ 3 bulan) 2. Kronik (Gejala dispepsia diderita > 3 bulan)

3.2.12.Sumber biaya adalah besarnya biaya perawatan yang akan ditanggung oleh pihak keluarga, perusahaan swasta dan instansi pemerintahan yang mengeluarkan asuransi kesehatan. Dikategorikan atas :

1. Biaya Sendiri 2. Askes

(43)

Untuk uji statistik maka sumber biaya dikategorikan menjadi : 1. Biaya Sendiri

2. Bukan Biya Sendiri (Askes, Jamsostek, Askeskin)

3.2.13.Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan penderita dispepsia rawat inap di RSU Sundari Medan terhitung mulai dari pertama masuk sampai keluar sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status.

3.2.14.Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita sewakatu meninggalkan rumah sakit yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Sembuh

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa di Rumah Sakit tersedia data penderita dispepsia dan terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya serta belum pernah dilakukannya penelitian tentang karakteristik penderita dispepsia rawat inap.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai Januari 2009 sampai dengan April 2010. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

(45)

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data sebagian penderita dengan besar sampel dihitung menggunakan rumus :19

N

n =

1 + N (d2) Keterangan:

N = Jumlah Populasi (342 data)

d := Penyimpangan terhadap populasi/ketepatan yang diinginkan = 0,05

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan.

Besar sampel yang diperlukan adalah :

342 n =

1 + 342 (0,052) 342 342 n = =

1 + 0,085 1,855

n = 184,3 ≈ 184 data penderita. Jumlah sampel minimal 184 data penderita + 10% = 205 data. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 205 data.

4.3.3. Metode Pengambilan Sampel

(46)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat kartu status penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan pada tahun 2008 yang diperoleh dari rekam medik dan dicatat sesuai dengan variabel yang ingin diteliti.

4.5. Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer program SPSS, data univariate dianalisa secara deskriptif dan bivariate dianalisa dengan uji chi-square, t-test dan anova. Hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Analisa Deskriptif 5.1.1. Sosiodemografi

Hasil penelitian penderita dispepsia yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan sosiodemografi yang meliputi : umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Jenis kelamin Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Umur di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

n % n % n % berdasarkan umur pada kelompok umur 25 – 33 tahun (22,4%) dan terendah pada kelompok umur 88-96 tahun (1,0 %).

(48)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Sosiodemografi n %

3. Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Pelajar / Mahasiswa IRT

Pengangguran Ikut Anak

Dll (petani, buruh, nelayan)

11

(49)

5.1.2. Jenis Dispepsia

Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan jenis dispepsia dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Jenis Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Jenis Dispepsia n %

1 Dispepsia Organik 85 41,5

2 Dispepsia Fungsional 120 58,5

Total 205 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia berdasarkan jenis dispepsia lebih banyak pada penderita dispepsia fungsional sebanyak 120 orang (58,5%), sedangkan penderita dispepsia organik sebanyak 85 orang (41,5%).

5.1.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap

Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Riwayat Penyakit Sebelumnya n %

1 Tidak Ada 153 74,6

2 Ada 52 25,4

Total 205 100,0

(50)

penderita yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya sebanyak 52 orang (25,4%). Adapun penderita yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya dapat di lihat pada table 5.5. di bawah ini

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya yang Ada di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya terbanyak adalah panyakit DM yaitu sebanyak 29 orang (14,2%) dan yang paling sedikit adalah penyakit pankreatitis yaitu sebanyak 3 orang (1,5%).

5.1.4. Riwayat Pemakaian NSAIDs

Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan riwayat pemakaian NSAIDs dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap

Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Riwayat Pemakaian NSAIDs n %

1 Ada 49 23,9

2 Tidak ada 156 76,1

Total 205 100,0

(51)

ada riwayat pemakaian NSAIDs sebanyak 156 orang (76,1%), sedangkan penderita yang menggunakan NSAIDs sebanyak 49 orang (23,9%).

5.1.5. Tingkat Keparahan

Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan tingkat keparahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Tingkat Keparahan n %

1 Akut 151 73,7

2 Kronik 54 26,3

Total 205 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia berdasarkan tingkat keparahan lebih banyak pada penderita dengan tingkat keparahan akut sebanyak 151 orang (73,7%), sedangkan penderita dengan tingkat keparahan kronik sebanyak 54 orang (26,3%).

5.1.6. Sumber Biaya

Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Sumber Biaya n %

(52)

(91,7%) dan paling sedikit adalah penderita yang menggunakan askeskin sebanyak 4 orang (2,0%).

5.1.7. Lama Rawatan Rata-Rata

Lama rawatan rata-rata penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari) X = 3,03

SD = 1,923

95%CI = 2,77 – 3,30 Coef. of Variation = 63,46%

Minimum = 1

Maksimum = 16

(53)

5.1.8. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Keadaan Sewaktu Pulang n %

1 Sembuh 15 7,3

2 Pulang Berobat Jalan (PBJ) 176 85,9

3 Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 12 5,8

4 Meninggal 2 1,0

Total 205 100,0

(54)

5.2. Analisa Statistik

5.2.1. Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia

Distribusi proporsi Umur berdasarkan jenis dispepsia pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Penderita Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Jenis Dispepsia

Umur (Tahun)

Total

≤ 40 > 40

N % N % n %

1 Dispepsia Organik 8 9,4 77 90,6 85 100,0 2 Dispepsia Fungsional 102 85,0 18 15,0 120 100,0

X2 = 114,326 df = 1 ρ = 0,000

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat dari hasil aanalisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p <0,05 , artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis dispepsia.

(55)

5.2.2. Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan

Distribusi proporsi Jenis Dispepsia berdasarkan Tingkat Keparahan pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Jenis Dispepsia

Tingkat Keparahan

Jumlah

Akut Kronik

N % N % n %

1 Dispepsia Organik 34 40,0 51 60,0 65 100,0 2 Dispepsia Fungsional 117 97,5 3 2,5 120 100,0

X2 = 84,785 df = 1 ρ = 0,000

Berdasarkan table 5.12 dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p < 0,05, artinya ada perbedaan yang bermakna antara jenis dispepsia dengan tingkat keparahan.

(56)

5.2.3. Tingkat Keparahan Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs

Distribusi proporsi riwayat pemakaian NSAIDs berdasarkan tingkat keparahan pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs Penderita Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Riwayat Pemakaian NSAIDs

Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p < 0,05, artinya ada perbedaan yang bermakna antara riwayat pemakaian NSAIDs dengan tingkat keparahan akut secara bermakna lebih besar dari pada yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs.

5.2.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya

Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

F X SD

1. Biaya Sendiri 168 3,04 1,943

2. Bukan Biaya Sendiri 17 2,94 1,749

(57)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p > 0,05. Artinya berarti tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

5.2.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan

Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Tingkat Keparahan Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

F X SD

1. Akut 151 2,77 1,614

2. Kronik 54 3,78 2,470

t = - 3,394 df = 203 ρ = 0,018

(58)

5.2.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.16. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

No Keadaan Sewaktu Pulang

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

f X SD

1. Sembuh 15 5,73 2,120

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ) 176 2,91 1,764 3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 12 1,42 0,515

4. Meninggal 2 3,50 0,707

F= 15,778 df = 3 p = 0,000

(59)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Sosiodemografi 6.1.1. Umur

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan umur di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.1. Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia yang terbesar pada kelompok umur 25 – 33 tahun yang terdiri dari 21,9%, laki dan 22,7% perempuan. Sedangkan proporsi yang terendah pada kelompok umur 88 – 96 tahun yang terdiri dari 1,5% perempuan dan tidak terdapat pada laki – laki.

(60)

6.1.2. Suku

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan suku di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Suku di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan suku adalah Suku Batak sebesar 39,5% dan proporsi terendah pada Suku Tionghoa sebesar 0,5%.

(61)

6.1.3. Agama

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan agama di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Agama di RSU Sundari Medan Tahun 2008

(62)

6.1.4. Tingkat Pendidikan

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan tingkat pendidikan di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan tingkat pendidikan adalah SLTA sebesar 47,32% dan proporsi terendah adalah tidak sekolah sebesar 1,46%.

(63)

Sinaga F (2008) di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia tertinggi pada SLTA sebesar 51,2%.20

6.1.5. Pekerjaan

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan pekerjaan di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSU Sundari Medan Tahun 2008

(64)

Aktivitas yang monoton meningkatkan tingkat kejenuhan sehingga mengakibatkan stress dan mencetuskan terjadinya dispepsia. Demikian juga halnya dengan Ibu Rumah Tangga (IRT), setiap hari dengan aktivitas yang sama dan secara psikologis membutuhkan komunitas yang bisa berbagi tentang masalah yang dihadapi dalam rumah tangga.15

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sianturi C (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2001 - 2004 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia sebagian besar adalah IRT sebesar 34,7%.21

6.2. Jenis Dispepsia

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan jenis dispepsia di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(65)

Berdasarkan gambar 6.6 dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis dispepsia, proporsi penderita dispepsia fungsional lebih tinggi yaitu sebesar 57,5%, sedangkan dispepsia organik sebesar 41,5%. Menurut data terakhir yang diperoleh di RSCM tahun 1998 disebutkan dari 100 pasien dengan keluhan dispepsia, 80% mengalami dispepsia fungsional.24

(66)

6.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya adalah penderita yang tidak ada riwayat penyakit sebelumnya sebesar 74,63% dan proporsi terendah adalah penderita dispepsia yang mempunyai riwayat penyakit pankreatitis sebesar 25,4%.

(67)

terbanyak pada penderita yang tidak ada riwayat penyakit sebelumnya sebesar 58,4%.21

6.4. Riwayat Pemakaian NSAIDs

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan riwayat pemakaian NSAIDs di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs di RSU Sundari Medan Tahun 2008

(68)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sianturi C (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2001 - 2004 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia tertinggi pada penderita yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs yaitu sebesar 66,0%.21

6.5. Tingkat Keparahan

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan tingkat keparahan di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Sundari Medan Tahun 2008

(69)

penderita dispepsia kronis sebesar 26,3%. Tingkat keparahan ditentukan dari lama waktu penderita mengalami dispepsia. Penderita yang lama sakit kurang dari 12 minggu atau 3 bulan dinyatakan akut dan sebaliknya jika lebih dari waktu tersebut dinyatakan kronik.12

(70)

6.6. Sumber Biaya

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan sumber biaya di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2008

(71)

Hal ini dikarenakan sebagian besar penderita dispepsia yang berobat di RSU Sundari Medan adalah pasien umum dan di dukung juga dengan pendidikan tertinggi penderita adalah SLTP dan Akademik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sinaga F (2008) di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case series yang menemukan proporsi penderita dispepsia berdasarkan sumber biaya tertinggi pada penderita yang berobat dengan biaya sendiri sebesar 91,2%.20

6.7. Lama Rawatan Rata-Rata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia adalah 3,03 hari, SD = 1,923 hari dan nilai Coefficient Of Variation (COV) 63,46% (COV < 10%), artinya lama rawatan rata-rata penderita dispepsia bervariasi, lama rawatan tersingkat 1 hari sedangkan lama rawatan terlama adalah 16 hari. dengan CI 95% ( 2,77-3,30 ) artinya lama rawatan rata-rata penderita dispepsia.

(72)

6.8. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ) sebesar 85,85% dan proporsi terendah adalah penderita yang meninggal bukan karena dispepsia melainkan GGK sebesar 0,98%.

(73)

lebih banyak menggunakan biaya sendiri dan dianjurkan kepada setiap pasien untuk melakukan pengontrolan kembali ke bagian gastroenterologi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Harahap Y (2009) di RS Martha Friska Medan tahun 2007 dengan desain case series yang menemukan proporsi penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah penderita pulang berobat jalan sebesar 90,6%.22

6.9. Perbedaan Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia

Proporsi Umur berdasarkan jenis dispepsia pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

(74)

Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat bahwa pada proporsi dispepsia organik, lebih tinggi pada kelompok umur > 40 tahun sebesar 90,6%, sedangkan pada kelompok umur ≤ 40 tahun sebesar 9,4%. Pada penderita dispepsia fungsional, proporsi lebih tinggi pada kelompok umur ≤ 40 tahun sebesar, sedangkan pada kelompok umur > 40 tahun sebesar 15,0%.

Berdasarkan analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis dispepsia.

Dispepsia organik lebih banyak ditemukan pada kelompok umur > 40 tahun. Pada usia lanjut, ketahanan tubuh mengalami penurunan sehingga mudah terserang penyakit contohnya adanya tukak lambung, radang pankreas dan lain-lain. Dengan adanya penyakit tersebut maka dispepsia dapat diketahui penyebabnya.

6.10. Perbedaan Proporsi Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan

(75)

Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa pada proporsi dispepsia organik, lebih tinggi pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronik sebesar 60,0%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 40,0%. Pada penderita dispepsia fungsional, proporsi lebih tinggi pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 97,5%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronik sebesar 2,5%.

(76)

Bahwa proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronik secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik, sedangkan tingkat keparahan lebih besar menderita dispepsia fungsional.

6.11. Perbedaan Proporsi Riwayat Pemakaian NSAIDs Berdasarkan Tingkat Keparahan

Proporsi riwayat pemakaian NSAIDs berdasarkan tingkat keparahan penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Riwayat Pemakaian NSAIDs Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

(77)

dengan tingkat keparahan kronik sebesar 79,6%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 20,4%. Pada penderita dispepsia yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs, proporsi lebih tinggi pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 90,4%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronik sebesar 9,6%.

Berdasarkan analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara riwayat pemakaian NSAIDs dengan tingkat keparahan.

Gambar

Tabel 5.1.
Tabel 5.3.
Tabel 5.6.
Tabel 5.8.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada halaman pengujian data, User dapat menguji data pengujian dengan menggunakan bobot yang telah diperoleh dari hasil pelatihan sebelumnya untuk memperoleh hasil prediksi

Responden selalu mendengarkan dan peduli dengan kekawatiran yang di alami klien (62,5%).responden selalu memberikan motivasi dan dorongan semangat kepada klien (75%).responden

Dijumpai hubungan level parameter hematologi rutin dengan outcome , dimana level hemoglobin, hematokrit dan LED memiliki hubungan terbalik yang signifikan.. terhadap skor

Universitas Sumatera Utara... Universitas

The main purpose of this study is to analyse the sentences in Karonese especially in Imperative sentences. Imperative sentences are used when there is a different power

Konsekuensinya adalah, kematian bahasa secara khusus terjadi dalam ketidakstabilan masyarakat tutur yang dwibahasawan atau multibahasawan sebagai akibat pergeseran bahasa karena

Untuk respons adaptasi konsep diri sebanyak (50,0%) responden merasa kurang percaya diri bila berhadapan dengan orang lain, hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Stuart

This type of pain behavior is not controlled by antecedent stimuli and even the stimuli is not adequate any more, but when the patient receives effective reinforcement from