• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ada. Selain itu, dengan strategi sistem proyek (software as a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ada. Selain itu, dengan strategi sistem proyek (software as a"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya dunia dan bisnis dalam industri Teknologi Informasi dan Komunikasi, PT Sangkuriang Internasional saat ini memiliki tantangan yaitu bagaimana cara mengatasi perubahan lingkungan dan peta persaingan yang ada. Selain itu, dengan strategi sistem proyek (software as a service) yang digunakan saat ini banyak kesulitan yang dialami perusahaan, salah satu yang terberat adalah ketidakpastian pekerjaan, sehingga kurangnya monetisasi dari bisnis akan memburuk ketika kita memasuki masa paceklik.

Inilah keadaan atau iklim komunikasi yang terjadi di PT Sangkuriang Internasional semua karyawan diharapkan dapat bekerja secara maksimal ditengah ketidakpastian pekerjaan, perusahaan akan terus berusaha mencari konsumen untuk menggunakan berbagai macam pelayanan jasa teknologi informasi dan komunikasi yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga tidak terjadi ke-vacum-an dalam pekerjaan. Cukup sering perusahaan mengalami ke-vacum-an ketika tidak ada pesanan dari para pelanggan untuk jasa layanan yang ditawarkan, dikarenakan jasa yang ditawarkan biasanya bersifat jual lepas atau ketika sebuah aplikasi software layanan diciptakan sesuai dengan permintaan pelanggan, setelah aplikasi tersebut digunakan, biasanya perusahaan pelanggan melakukan pemeliharaan secara berkala oleh perusahaannya sendiri terhadap layanan jasa tersebut.

(2)

Ketika perusahaan mengalami ketidakpastiian dalam pekerjaan, perusahaan berusaha menjaga kepercayaan karyawan bahwa perusahaan akan tetap bertahan ditengah ketatnya persaingan dan perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan. Semua karyawan di harapakan sadar akan kebutuhan masyarakat terhadap jasa teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memudahkan mereka dalam berkomunikasi, keadaan inilah yang nantinya dapat memelihara suatu iklim komunikasi yang terjadi dalam organisasi atau di dalam PT SI itu sendiri, yang mana akan membuat seluruh lapisan karyawan dari bawah ke atas berjalan selaras dan pada akhirnya akan membuahkan sebuah prestasi yang membanggakan dari kinerja karyawan.

Dalam upaya memberdayakan dan mengembangkan sumber daya manusia, manajemen PT SI telah banyak membekali karyawannya dengan menyelenggarakan program-program pelatihan setiap tahunnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan meningkatkan kecerdasan emosional karyawan. Ini adalah bentuk dari sebuah iklim komunikasi yang baik yang sudah di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan perusahaan. Dengan meningkatnya kompetensi khususnya kompetensi komunikasi diharapkan karyawan dapat mengkomunikasikan ide-ide atau gagasannya kepada atasan, rekan sekerja maupun bawahannya dengan lebih baik, mampu memotivasi untuk bekerja lebih baik, mampu menjalankan peran dalam suatu posisi sejalan dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai sasaran perusahaan. Dengan meningkatnya kecerdasan emosional diharapkan karyawan mampu mengelola emosinya dengan lebih baik, menunjukkan perilaku kerja yang

(3)

baik terutama saat menghadapi situasi atau permasalahan yang sulit, mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, yang berdampak pada kinerja karyawan. Perusahaan setiap bulannya pun tidak lupa selalu melakukan konseling antara karyawan dengan divisi Human Resource and Development untuk menampung berbagai macam keluhan mengenai upah gaji, kebutuhan yang harus segera karyawan penuhi dan permasalahan yang dialami oleh setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Kemudian perusahaan pun mengadakan Gathering dengan keluarga karyawan sebagai wujud pengakuan bahwa mereka merupakan keluarga besar dari PT SI juga.1.

Dalam kinerjanya, PT. SI terbagi dalam beberapa divisi di dalamnya, hal ini sangat memungkinkan untuk terjadinya kekeliruan dan terjadinya konflik sesama karyawan. Untuk mengatasi hal tersebut maka solusi terbaiknya adalah membentuk sebuah iklim komunikasi organisasi yang baik antar karyawan dengan karyawan, serta karyawan kepada atasan, dan atasan terhadap rekan sesama manajemen. Ini di lakukan untuk meminimalisir terjadinya kesalahaan koordinasi antara bagian perdivisi dikantor. Bias dibayangkan bila terjadi kekeliruan di anatara divisi maka akan terjadi kesalahaan koordinasi maka pelayanaan akan menjadi sangat buruk, dan ini akan mengurangi kepercayaan konsumen terhadap kualitas jasa dari PT SI.

Langkah yang telah diambil dalam mengantisipasi persaingan PT SI telah memperkuat posisi dan mengembangkan berbagai macam jasa layanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi

(4)

PT SI terus menciptakan kemutahiran dalam keamanan, kecepatan dan efisiensi dalam jasa yang ditawarkannya. Berbagai inovasi dalam upaya peningkatan pelayanan kepada pelanggan tersebut diatas ditandai dengan diterimanya berbagai macam anugrah dan pengakuan dari Presiden RI Bambang Susilo Yudhoyono sebagai panitia penyelenggara Presidential Lecture pada tahun 2008 yang dihadiri oleh pendiri Microsoft Crp. Bill Gates. Disisi lain PT SI telah menyempurnakan proses bisnis yang berbasis pada kebutuhan, keinginan dan kepuasaan pelangan dengan kualitas IT standrt internasional, dengan dukungan sumber daya manusia yang professional karena selalu dibekali pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan yang dalam hal ini adalah bentuk dari sebuah iklim komunikasi yang terjadi selama ini.

Hasil observasi penulis menyimpulkan tanggapan dari karyawan PT.Sangkuriang Internasional bervariasi, satu pihak mengatakan bahwa iklim komunikasi telah terjadi dengan baik karena koordinasi yang teratur, terarah, dan fokus pada tujuan dari PT Sangkuriang Internasional. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa iklim komunikasi yang terjadi selama ini masih sangat dirasakan kurang atau tidak baik karena kurangnya koordinasi yang baik sesama karyawan sehingga dapat menghambat kelancaran kerja dan hasil yang di capai kurang maksimal2.

Maka iklim komunikasi organisasi tersebut dapat di klasifikasikan berdasarkan faktor penunjangnya yang pertama adalah faktor kepercayaan, yang diindikasikan oleh kepercayaan atasan dalam memberikan penegasan kepada

2

Hasil observasi penulis terhadap beberapa karyawan PT Sangkuriang Internasional, pada tanggal 23 Desember 2012

(5)

bawahannya. Kedua pembuatan keputusan bersama, hal ini ditunjukkan melalui adanya koordinasi di setiap kantor cabang dan di setiap divisi di dalamnya. Ketiga kejujuran, faktor yang sudah lama menjadi sebuah fenomena, mudah di ucapkan akan tetapi sulit untuk di realisasikan. Padahal inilah faktor penting dalam berorganisasi. Keempat keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah, setiap atasan di harapkan mampu berkomunikasi secara terbuka terhadap bawahannya. Kelima mendengarkan dalam komunikasi ke atas, yaitu karyawan dituntut mampu untuk menerima saran dari siapa pun dan dalam bentuk apapun. Dan yang terakhir, Keenam perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

Berdasarakan dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti iklim komunikasi organisasi PT. Sangkuriang Internasional. Agar dapat diketahui aspek-aspek apa saja yang perlu di tingkatkan agar dapat meningkatkan kinerja pegawai PT. Sangkuriang Internasional. Sehingga dalam pelaksanaan kerjanya nanti dapat lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan sebagai perusahaan jasa terbaik. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan tema “Hubungan

Iklim Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Karyawan PT Sangkuriang Internasional”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Sejauhmana hubungan antara Iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional?”

(6)

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas serta rumusan masalah, maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sejauhmana hubungan antara faktor kepercayaan dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional?

2. Sejauhmana hubungan antara faktor pembuatan keputusan bersama dengan kinerja karyawan PT . Sangkuriang Internasional?

3. Sejauhmana hubungan antara faktor kejujuran dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional?

4. Sejauhmana hubungan antara faktor keterbukaan dalam komunikasi kebawah dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional? 5. Sejauhmana hubungan antara faktor mendengarkan dalam komunikasi

keatas dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional?

6. Sejauhmana hubungan antara faktor perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini memiliki tujuan:

(7)

1. Menganalisis hubungan antara faktor kepercayaan dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional

2. Menganalisis hubungan antara faktor pembuatan keputusan bersama dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional

3. Menganalisis hubungan antara faktor kejujuran dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional

4. Menganalisis hubungan antara faktor keterbukaan dalam komunikasi kebawah dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional 5. Menganalisis hubungan antara faktor mendengarkan dalam

komunikasi keatas terhadap kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional

6. Menganalisis hubungan antara faktor perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi dengan kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis.

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pada kajian ilmu komunikasi mengenai bagaimana iklim komunikasi organisasi antara atasan dan karyawan dalam meningkatkan kinerja karyawan terhadap perusahaan.

(8)

1.5.2 Kegunaan Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan, dan memberikan sumbangan pada organisasi dalam menjaga iklim komunikasi organisasi serta dapat mengukur kinerja karyawan.

1.6 Kerangka Pemikiran 1.6.1 Kerangka Teoritis

Teori Iklim Komunikasi Organisasi

Penelitian ini didasarkan pada pendekatan pemikiran Kopelman, Brief, dan Guzzo (1989) membuat hipotesis dan menyatakan bahwa organisasi yang melipui iklim komunikasi penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan produktivitas sehingga mempengaruhi kinerja karyawan (Pace&Faules, 2006:148).

Teori ini menganggap komunikasi sebagai penghubung yang utama dalam organisasi dengan sejumlah proses muncul sebagai akibat dari berkomunikasi yang terjadi dalam organisasi.

Katz dan Kahn menerangkan bahwa:

“ Kebanyakan interaksi kita dengan orang merupakan tindakan komunikatif (verbal dan nonverbal, berbicara atau tidak berbicara). “komunikasi, pertukaran informasi dan transmisi makna, adalah inti suatu sistem sosial atau suatu organisasi. “ ( Katz dan Khan, 1966:224)

Mereka menyatakan bahwa adalah mungkin untuk menggolongkan bentuk-bentuk interaksi sosial seperti “penggunaan pengaruh, kerja sama, penularan sosial atau peniruan, dan kepemimpinan” ke dalam konsep komunikasi. Faktor terpenting dalam perkembangan iklim komunikasi adalah interaksi.

(9)

Melalui interaksi antara anggota organisasi, iklim komunikasi organisasi terbentuk.

Menurut Pace dan Faules :

“ Melalui proses interaksi, para anggota organisasi memeriksa eksistensi kepercayaan, dukungan keterbukaan, penyuluhan, perhatian, dan ketersuterangan. Dengan demikian, pengaruh komunikasi dapat bermacam-macam dan berubah menurut cara-cara pengaruh komunikasi ini ditentukan dan diteguhkan melalui interaksi di antara para anggota organisasi. “ ( Pace dan Faules, 2010:154)

Interaksi yang terjadi di dalam suatu organisasi bisa terjadi bila orang-orang yang terlibat didalmnya melakukan proses komunikasi. Proses komunikasi diantara orang-orang yang berlangsung sekian lama akan membentuk iklim komunikasi dari organisasi tersebut.

Iklim komunikasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap organisasi, pengaruh ini di definisikan disepakati, dikembangkan, dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya (Pace dan Faules, 2010:149). Interaksi yang terjadi diharapkan dapat membentuk sikap positif dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Perusahaan seperti PT. Sangkuriang Internasional akan lebih bertahan apabila bagian-bagian di dalamnya saling berkomunikasi dengan baik. Bagian marketing, public relation atau para manajer sekalipun harus berintegrasi secara emosional, bukan hanya structural semata agar tujuan bersama menjaga branding dapat terwujud. Hubungan orang-orang di perusahaan ini akan membentuk komunikasi yang terpola.

(10)

Teori Iklim Komunikasi Organisasi menyadari bahwa suatu keadaan yang terorganisasi perlu mengenal berbagai hambatan untuk mengurangi komunikasi acak ke saluran-saluran yang sesuai untuk pencapaian tujuan organisasi. Pengembangan organisasi, misalnya, mungkin perlu menciptakan saluran-saluran komunikasi baru.

Penerapan penelitian ini pada teori tersebut, berupa gambaran iklim komunikasi organisasi dalam meningkatkan kinerja yang baik pada karyawan PT. Sangkuriang Internasional Bandung. Faktor terpenting dalam perkembangan iklim komunikasi organisasi adalah interaksi. Melalui interaksi antara anggota-anggota organisasi, iklim komunikasi organisasi terbentuk (Pace dan Faules 1998 : 165). Menurut Pace dan Faules melalui proses interaksi, para anggota organisasi memelihara eksistensi kepercayaan, penyuluhan, perhatianm dan keterusterangan. Pengaruh komunikasi dapat bermacam-macam dan berubah menurut cara-cara pengaruh komunikasi ditentukan dan diteguhkan melalui interaksi dianatar para anggota organisasi.

Evert M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya Communication in organization (Effendy, 2007:114) mendefinisikan bahwa “suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas”. Kedua pengarang tersebut dalam bukunya membahas organisasi dengan pendekatan sistem. Penggunaan sistem untuk menghampiri pengertian organisasi itu dapat dinilai tepat sebab pengertian sistem adalah suatu totalitas himpunan bagian yang terpadu untuk mencapai tujuan tertentu.

(11)

Sistem menunjukan bahwa bagian-bagian (subsistem-subsistem) yang di cakupnya berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dalam keteraturan yang pasti. Jadi, Rogers dan Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan di mana operasi dan interaksi di antara bagian yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis, dan pasti.

Interaksi yang terjadi didalam PT. Sangkuriang Internasional berlangsung kurang lebih selama limat tahun, setiap anggota organisasi melalukan proses komunikasi, dengan adanya proses komunikasi maka terbentuk sebuah iklim komunikasi dari organisasi tersebut.

Sebagai sebuah organisasi PT. Sangkuriang Internasional pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, dengan adanya para anggota organisasi dengan seluruh sarana dan prasaran pendukung, maka PT. Sangkuriang Internasional harus memperhatikan kinerja karyawan.

1.6.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka teoritis diatas, sesuai dengan teori sistem sosial yang dikemukakan oleh Katz and Khan, dalam bukunya Pace and Faules mengambil suatu perspektif yang konsisten dengan pandangan teori tersebut, bahwa komunikasi dianggap sebagia proses pengembangan yang utama dalam organisasi dengan sejumlah proses muncul sebagai akibat dari “berkomunikasi” yang terjadi dalam organisasi ( Pace and Faules, 2010:66). Salah satu hasil dari berkomunikasi adalah terbentuknya sebuah iklim komunikasi organisasi, untuk

(12)

menguji kebenaran teori tersebut maka, dari teori tersebut dilakukan penurunan menjadi variabel sebab (X) dan variabel akibat Y sebagai variabel bebas. Suatu orgnanisasi jika ingin mencapai tujuannya maka diperlukan kerja sama antara manusia, kinerja karyawan yang sesuai dengan tugas dan struktur organisasi. Iklim komunikasi organisasi dipilih menjadi variabel sebab (X) dan kinerja karyawan sebagai variabel akibat (Y), karena kinerja karyawan merupakan hasil keluaran dari suatu proses, dalam hal ini merupakan hasil dari proses yang terjadi didalam suatu iklim komunikasi organisasi.

Teori yang akan diuji dalam metode penelitian ini, berasal dari perspekti objektif yang memandang perilaku organisasi merupakan model sebab-akibat, oleh sebab itu untuk menguji kebeneran teori tersebut, maka dibagi menjadi dua variabel: variabel X dan variabel Y.

Dalam penelitian ini dua variable tersebut, sebagai berikut:

1). variabel X, yaitu iklim komunikasi PT Sangkuriang Internasional,

yang terdiri dari enam sub variabel yaitu, factor kepercayaan, pembutan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan terhadap komunikasi kebawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi (Pace dan Faules, 2002:148).

Iklim komunikasi organisasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap lainnya, harapan-harapan, konflik antar persona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan yang

(13)

terjadi dalam organisasi, iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsure-unsur organisasi dan pengaruh unsure-unsur tersebut terhadap komunikasi. (Pace dan Faules, 2002:149).

Hillreiger dan Slocum mengatakan Iklim Komunikasi Organisasi adalah suatu set atribut organisasi, yang menyebabkan bagaimana berjalannya subsistem organisasi terhadap anggota dan lingkungannya. (Soemirat, Ardianto, Suminar,1999: 69).

Menurut Redding, yang dikutip oleh Pace dan Faules menyatakan bahwa ”iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif“. (Pace dan Faules, 2002:149)

Iklim di pandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atau karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi. (Falcione dalam Pace dan Faules, 1998 : 149).

Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang di ambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, (Guzley dalam Pace dan Faules, 1998:155)

Ada enam dimensi yang menjadi faktor besar dalam mempengaruhi iklim komunikasi organisasi menurut Pace dan Faules dalam bukunya Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (2002:159-160):

1. Kepercayaan

(14)

dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan. Para pemimpin hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan. (Arni, 2004:112) Haney (1973) menemukan bahwa makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja makin tinggi. (Arni, 2004:174)

2. Pembuatan keputusan bersama

Para karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatanberkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.Tetapi umumnya pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan itu tetap dipegangnya. (Arni,2004:111)

3. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai

(15)

mampu mengatakan ”apa yang ada dalam pikiran mereka“ tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.

4. Keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Menurut Lewis(1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.(Arni,2004:108) Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana. 5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepeda tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukanpertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada

(16)

penyempurnaan moral dan sikap karyawan (Arni,2004:117) ada pun hambatan dalam Komunikasi ke atas seperti Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya, Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka, Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas, Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan berespon terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. (Arni,2004:119)

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah-demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Pada intinya iklim komunikasi dibentuk melalui interaksi antara anggota-anggota organisasi. Interaksi dan proses-proses yang membentuk, menciptakan kembali, mengubah dan memelihara iklim adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian.

2). Variabel Y, adalah kinerja karyawan PT Sangkuriang Internasional.

Pengertian dari kinerja menurut Soeryadi Prawirosentono adalah “hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang dalam satu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka

(17)

upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hak dan sesuai dengan moral maupun etika”.

Kinerja memiliki dua sub variabel, yaitu tugas fungsional dan tugas perilaku (Pace dan Faules, 2010: 134) :

1. Tugas fungsional

Berkaitan dengan seberapa baik karyawan menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, termasuk terutama penyelesaian aspek-aspek teknis pekerjaan tersebut.

2. Tugas perilaku

Berkaitan dengan seberapa baik karyawan menangani kegiatan antar persona dengan anggota lain organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, bekerja dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.

1.6.3 Kerangka Operasional

Variabel X : Iklim komunikasi organisasi PT. Pos Indonesia

Sub Variabel X1 : Faktor kepercayaan

Indikator - Intensistas penugasan kepada para karyawan Sub Variabel X2 : Faktor pembuatan keputusan bersama

Indikator - Intensitas pelaksanaan konsultasi antara karyawan dan atasan

(18)

Indikator - Kesesuaian antara ucapan dan tindakan melandasi hubungan baik

Sub Variabel X4 : Faktor keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah

indikator - Kemudahan mendapatkan informasi mengenai kebijakan dan tugas yang di berikan atasan

- Kejelasan mengenai informasi yang di berikan atasan Sub Variabel X5 : Faktor mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Indikator - Atasan mendengarkan saran karyawan secara berkesinambungan

- Respon atasan kepada karyawan atas saran yang diberikan

Sub Variabel X6 : Faktor perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi Indikator - Kesuksesan program

- Produktivitas tinggi - Kualitas tinggi - Kedisiplinan

Variabel Y : Kinerja Karyawan

Sub Variabel Y1 : Tugas Fungsional Indikator - Terampil Sub Variabel Y2 : Tugas Perilaku Indikator - Pengendali konflik

(19)

- Team Work (kerjasama Tim) - Mandiri

(20)

1.6.4 Kerangka Penelitian

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORI SISTEM SOSIAL

Perumusan Masalah :

Sejauhmana klim komunikasi dalam meningkatkan kinerja karyawan PT Sangkuriang Internasional

Teori Iklim Komunikasi Organisasi

Kopelman, Brief, dan Guzzo (1989) membuat hipotesis dan menyatakan bahwa organisasi yang meliputi iklim komunikasi penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber

daya manusia dengan produktivitas sehingga mempengaruhi kinerja karyawan (Pace&Faules, 2006:148)

(Variabel X)

Iklim komunikasi organisasi PT. Sangkuriang Internasional

(Variabel Y)

Kinerja karyawan PT. Sangkuriang Internasional

Sub Variabel X : X1. Kepercayaan Indikator :

1.Intensitas penugasan kepada para karyawan X2. Pembuatan keputusan bersama Indikator :

1.Intensitas pelaksanaan konsultasi antara karyawan dan atasan

X3. Kejujuran Indikator :

1.Kesesuaian antara ucapan dan tindakan melandasi hubungan baik

X4. Keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah Indikator :

1.Kemudahan mendapatkan informasi mengenai kebijakan dan tugas

2.Kejelasan mengenai informasi yang diberikan atasan X5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas Indikator :

1.Atasan mendengarkan saran karyawan secara berkesinambungan

2.Respon atasan kepada karyawan atas saranyang di berikan X6. Perhatian terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi Indikator : 1.Kesuksesan program 2.Produktivitas tinggi 3.Kualitas tinggi 4.Kedisiplinan Sub Variabel Y : Y1. Tugas Fungsional Indikator :

1.Terampil

Y2. Tugas Perilaku Indikator :

1. Pengendali Konflik 2.Efisien

3.Team Work (kerjasama tim)

4.Mandiri

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian dan Modifikasi Penulis

(21)

1.7 Hipotesis 1.7 Hipotesis

Hipotesis adalah pertanyaan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih (Singarimbun, 1995:43). Berdasarkan uraian kerangka di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah apakah iklim komunikasi organisasi PT Sangkuriang Internasioanl memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja karyawan PT Sangkuriang Internasional. Maka penulis mengajukan uji hipotesis hubungan antara variabel, sebagai berikut :

1. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Iklim Komunikasi (X) dengan Kinerja Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y)

H1 : Terdapat Hubungan Yang signifikan antara Iklim Komunikasi (X) dengan Kinerja Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y)

2. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kepercayaan (XI) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI) H1 : Terdapat Hubungan Yang Signifikan antara Kepercayaan (XI) dengan

Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

3. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kepercayaan (XI) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2) H1 : Terdapat Hubungan Yang Signifikan antara Kepercayaan (XI) dengan

(22)

4. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Pembuatan keputusan bersama (X2) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

H1 : Terdapat Hubungan Yang Signifikan antara Pembuatan keputusan bersama (X2) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

5. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Pembuatan keputusan bersama (X2) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

H1 : Terdapat Hubungan Yang Signifikan antara Pembuatan keputusan bersama (X2) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

6. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kejujuran (X3) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Kejujuran (X3) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

7. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kejujuran (X3) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Kejujuran (X3) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

8. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Keterbukaan Terhadap Komunikasi ke Bawah (X4) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

(23)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Keterbukaan Terhadap Komunikasi ke Bawah (X4) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

9. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Keterbukaan Terhadap Komunikasi ke Bawah (X4) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Keterbukaan Terhadap Komunikasi ke Bawah (X4) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

10. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas (X5) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas (X5) dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

11. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas (X5) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas (X5) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

(24)

12. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Perhatian pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi (X6) dengan dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Perhatian pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi (X6) dengan dengan Tugas Fungsional Karyawan PT Sangkuriang Internasional (YI)

13. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Perhatian pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi (X6) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Perhatian pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi (X6) dengan Tugas Perilaku Karyawan PT Sangkuriang Internasional (Y2)

1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu penelitian yang sarat dengan nuansa angka-angka dalam teknik pengumpulan data di lapangan. Dalam analisis data, metode penelitian kuantitatif memerlukan bantuan perhitungan ilmu statistik, baik statistik deskriptif maupun inferensial (yang menggunakan rumus-rumus statistik non-parametrik). Kesimpulan penelitian pun berupa hasil perhitungan yang bersifat penggambaran atau jalinan variabel (Ardianto, 2010:47).

(25)

Ketika menyimpulkan hasil penelitiannya, peneliti ilmu komunikasi dan manajemen komunikasi tidak cukup hanya dari hasil statistik tetapi harus ditambah dengan interpretasi atau penafsiran peneliti.

Menurut Singarimbun, hubungan yang paling dasar adalah mencari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Usaha untuk mencari hubungan antara variabel yang sesungguhnya mempunyai tujuan akhir untuk melihat kaitan hubungan antara variabel. (Singarimbun dan Effendi, 1989:3)

Penelitian ini tidak bisa mempengaruhi variabel-variabel yang diteliti, maka peneliti tidak bisa melihat sebab-akibat. Kita tidak bisa mengatakan kalau variabel pertama dipengaruhi oleh variabel kedua atau sebaliknya. Yang bisa kita katakan bahwa setiap kali variabel pertama berubah, variabel kedua juga berubah. Hal ini disebabkan tidak hanya perubahan variabel pertama, tapi faktor-faktor lain yang menyebabkannya berubah, yang kebetulan muncul setiap kali variabel pertama berubah (Kountur, 2003: 108).

Secara garis besar, metode ini digunakan untuk : 1. Mengukur hubungan di antara berbagai variabel

2. Meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan dari pengetahuan kita tentang variabel bebas.

3. Meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental (Rakhmat, 1998: 31).

(26)

1.8.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 :90). Sedangkan sampel bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di Kantor PT Sangkuriang Internasional sebanyak 60 Orang. Berikut adalah jumlah karyawan per divisi : Tabel 1.1 Jumlah Karyawan Divisi Jumlah Operasional 43 Finance 3 Human Partner 4 Commercial 6 Support 4 Jumlah 60

Sumber : Kantor Divisi Human Resource and Development (PT Sangkuriang Internasional)

1.8.2.2 Sample

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memeiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Hasan, 2002:58).

(27)

Dalam penelitian ini peneliti memilih teknik nonprobability sampling, adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample. Teknik sample ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball. (Sugiyono, 2002:12)

Sesuai dengan jumlah karyawan yang terdapat di dalam perusahaan PT Sangkuriang Internasioanl, maka peneliti memilih teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sample jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sample.

1.8.3 Data yang Diperlukan

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara, observasi, penyebaran angket dan penyebaran kuesioner kepada informan maupun responden.

2. Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan obyek penelitian baik berupa laporan, catatan – catatan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan keadaan umum organisasi dan manajemen menyangkut permasalahan yang diteliti.

(28)

1.8.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:

a. Angket, daftar pertanyaan terstruktur yang mencakup pertanyaan-pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti Yaitu dengan cara penyebaran kuesioner atau angket yang berisi daftar pertanyaan terperinci tentang hal-hal yang ingin diteliti penulis untuk mendapatkan data kuantitatif tentang variabel-variabel penelitian yang ditujukan kepada responden, yaitu karyawan PT Sangkuriang Internasional.

b. Observasi, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku dan suasana yang berkenaan dengan masalah penelitian ini;

c. Wawancara, dilakukan kepada pihak-pihak terkait dengan permasalahan yang diteliti, yaitu karyawan PT Sangkuriang Internasional.

d. Studi Pustaka, mencari data-data penunjang melalui buku-buku dan referensi lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

(29)

Data dari responden dikumpulkan dengan memberikan skor untuk alternatif jawaban. Penilaian seluruh variabel akan menggunakan skala Likert yaitu banyaknya alternatif jawaban biasanya 3,5,7,9, dan 11. (Sedarmayanti, Syarofuddin Hidayat, 2002:96).

Untuk itu penulis memberi 5 buah alternatif jawaban dengan skor dalam angket yang akan digunakan pada penelitian ini adapun dengan ketentuan bobot penilaian dengan berdasarkan pengumpulan data ordinal / skala likert, adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Jawaban pernyataan Positif dalam Skala Likert's

No Jawaban Responden Skor Jawaban

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Agak Setuju 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Tabel 1.3 Jawaban pernyataan Negatif dalam Skala Likert's

No Jawaban Responden Skor Jawaban

1 Sangat Setuju 1

2 Setuju 2

3 Agak Setuju 3

4 Tidak Setuju 4

5 Sangat Tidak Setuju 5

1.8.5 Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu valid dan reliabel. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas penelitian ( kuesioner ), perlu dilakukan pengujian atas instrumen ( kuesioner ) yang akan digunakan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diakumulasi dan

(30)

disusun secara sistematis untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

1.8.5.1 Uji Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu alat ukur atau instrumen penelitian. Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang akan diukur dalam suatu penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995:124).

Untuk memperoleh validitas pada penelitian ini, maka validitas instrumen menggunakan validitas konstruk, yaitu validitas yang mengukur sejauh mana alat yang digunakan mampu mengemukakan seluruh aspek yang mengembangkan kerangka dari konsep yang diteliti.

Uji validitas untuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran instrumenya. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur” atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2005: 45).

Bukti dari validitas isi ini diperoleh dengan cara menyusun angket berdasarkan kisi-kisi yang dikembangkan dari kajian teoritis, dengan demikian cara ini diharapkan dapat mewakili butir-butir instrumen penelitian yang telah mencakup seluruh kawasan isi objek yang hendak diukur. Dalam penelitian ini digunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman karena skala pengukuran variabelnya adalah ordinal.

(31)

Dengan : ∑ x2 = - ∑ Tx dan ∑ Tx = ∑ y2 = - ∑ Ty dan ∑ Ty = Keterangan :

rs : Koefisien korelasi rank spearman

d i : Selisih ranking variabel pertama dan kedua t : Frekuensi nilai yang sama

N : Jumlah sampel

Interprestasi terhadap hasil uji validitas selanjutnya diamati pada nilai butir, setelah data ditabulasikan, pengujian validitas setiap butir dilakukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total.

Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0.300 (Kaplan, 1993:141).

(32)

Reliabilitas artinya memiliki sifat yang dapat dipercaya, adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. “Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama”. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relative konsisten, maka alat ukur tersebut reabel. Dengan kata lain reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1989 : 140).

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial.

Disamping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda (+) atau negative (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif.

Menurut Rakhmat, reliabilitas berarti memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila digunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama (Rakhmat, 1997:17)

(33)

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat konsistensi pengukuran dari suatu responden ke responden lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan perbedaan interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih atau sama dengan 0,700 (Robert M. Kaplan & Dennis Saccuzo, 1993 : 123).

Dalam penelitian ini untuk uji reliabilitas instrument menggunakan metode koefisien reliabilitas Spearman Brown :

 

12 12 2 r i r rxxi  

Keterangan : r = koefisien reliabilitas Spearman-Brown xxi 12

r = koefisien antara dua belahan

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris, ditunjukan oleh suatu anggka yang disebut reliabilitas. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya, 0,7 (sugiyono, 2004 ;45)

1.8.5.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yang bukan merupakan responden penelitian. Dalam hal ini responden yang dimaksud adalah responden yang memiliki karakteristik yang mirip dengan responden penelitian yang sebenarnnya. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS

(34)

yaitu dengan membandingkan nilai korelasi masing-masing pertanyaan dengan 0,300. Jika nilai korelasi lebih besar dari 0,300, maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Kuisioner untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas disebarkan ke 20 responden. Berikut merupakan hasil dari perhitungan uji validitas dan reliabilitas :

Tabel 1.4

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Iklim Komunikasi Organisasi

Variabel Nilai Korelas i Kesimpula n Variabel Nilai Korelas i Kesimpula n

Pertanyaan 6 0,356 Valid Pertanyaan

16 0,356 Valid

Pertanyaan 7 0,319 Valid Pertanyaan

17 0,319 Valid

Pertanyaan 8 0,553 Valid Pertanyaan

18 0,553 Valid

Pertanyaan 9 0,418 Valid Pertanyaan

19 0,418 Valid Pertanyaan 10 0,653 Valid Pertanyaan 20 0,653 Valid Pertanyaan 11 0,325 Valid Pertanyaan 21 0,325 Valid Pertanyaan 12 0,493 Valid Pertanyaan 22 0,493 Valid Pertanyaan 13 0,367 Valid Pertanyaan 23 0,367 Valid Pertanyaan 14 0,660 Valid Pertanyaan 24 0,660 Valid Pertanyaan 15 0,718 Valid Pertanyaan 25 0,718 Valid Pertanyaan 26 0,585 Valid

(35)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Hasil pengujian validitas terhadap instrumen Iklim Komunikasi Organisasi dapat dilihat pada tabel 1.4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing pertanyaan instrumen kuesioner lebih besar dari 0,300, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner penilaian Iklim Komunikasi adalah valid atau layak dalam mendefinisikan variabel Iklim Komunikasi.

Tabel 1.5

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Kinerja Karyawan

Variabel Nilai Korelasi Kesimpulan Pertanyaan 27 0.678 Valid Pertanyaan 28 0.336 Valid Pertanyaan 29 0.615 Valid Pertanyaan 30 0.380 Valid Pertanyaan 31 0.441 Valid Pertanyaan 32 0.392 Valid Pertanyaan 33 0.633 Valid Pertanyaan 34 0.682 Valid Pertanyaan 35 0.700 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Hasil pengujian validitas terhadap instrumen Kinerja Karyawan dapat dilihat pada tabel 1.5. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing pertanyaan instrumen kuesioner lebih besar dari 0,300, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner penilaian Kinerja Karyawan adalah valid atau layak dalam mendefinisikan variabel Kinerja Karyawan.

(36)

Pengujian reliabilitas terhadap suatu instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui keterpercayaan, keterandalan, dan konsistensi dari instrumen atau alat ukur tersebut. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS yaitu dengan mencari nilai Split Half dari masing-masing instrumen.

Tabel 1.6

Hasil Pengujian Realibilitas Instrumen Penelitian

Variabel Nilai Split Half

Iklim Komunikasi 0,970

Kinerja Karyawan 0,933

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Hasil pengujian reliabilitas terhadap instrumen penilaian variabel Iklim Komunikasi dan Kinerja Karyawan dapat dilihat pada tabel 1.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai Split Half lebih besar dari 0,700 sehingga disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen tersebut reliabel atau memiliki keterpercayaan, keterandalan, dan konsistensi sebagai suatu alat ukur (instrumen). Hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS dapat dilihat selengkapnya pada lampiran skripsi ini.

1.8.6 Teknik Analisis Data

Analisis adalah pengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta meningkatkan data sehingga mudah untuk dibaca, serta menerangkan

(37)

sesuatu atau memberikan deskripsi terhadap sesuatu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diakumulasikan dan disusun secara sistematis untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan 2 teknik, yaitu :

1.8.6.1 Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis deskriptif memaparkan jawaban dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam angket ke dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang untuk memberikan gambaran situasi yang terjadi. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan data yang terkumpul untuk umum atau generalisasi. Perhitungan presentase dalam tabel frekuensi dihitung berdasarkan rumus :

% 100   n f P Dimana: P = Presentase frekuensi f = Frekuensi kelas n = Jumlah sampel.

1.8.6.3 Teknik Analisis Statistik Inferensial

Teknik statistik inferensial bertujuan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2006:12). Teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis tersebut adalah uji korelasi Rank Spearman (data penelitian berskala ordinal). Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa data ynag digunakan berupa data ordinal dan salah satu uji yang dapat digunakan untuk mengukur korelasi rank. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dengan uji statistik Spearman atau yang disebut juga dengan

(38)

xnn

Tx 12 3 2

  

Ty n n y 12 3 2

Rank Order Corelation. Setiap data yang diperoleh, baik variabel X dan variabel Y diurutkan masing-masing dari yang terbesar hingga yang terkecil, yaitu 1,2,3…n

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis statistik, di antaranya dengan mengunakan analisa korelasi rank Spearman yang digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel X (Iklim Komunikasi Organisasi) dengan varibel Y (Kinerja Karyawan), dengan rumus :

n n di rs n n   

 3 1 2 6 1

Rs = Koefisien korelasi rank Spearman

di2 = Jumlah hasil pengurangan anatara rangking yang terdapat pada variabel X dan variabel Y melalui pengkuadratan.

n = Jumlah sampel dalam penelitian.

Sedangkan jika data yang dianalisis memiliki rank kembar yang cukup banyak (lebih dari 20 %), maka digunakan rumus sebagai berikut :

   2 2 2 2 2 . . 2 X Y di Y X rs Keterangan :

rs = Koefisien korelasi rank Spearman ∑x2

= Jumlah rangking yang sama pada variabel X ∑y2

= Jumlah rangking yang sama pada variabel Y ∑di2

= Jumlah hasil pengurangan antara ranking yang terdapat pada variabel X dan variabel Y melalui pengkuadratan.

(39)

12

3

t

t

Tx

 12 3 t t Ty Keterangan : ∑x2

= Jumlah rangking yang sama pada variabel X ∑y2

= Jumlah rangking yang sama pada variabel Y ∑Tx = Faktor koreksi variabel X

∑Ty = Faktor koreksi variabel Y n = Jumlah sampel dalam penelitian

Sedangkan, untuk mencari ∑Tx dan ∑Ty, akan digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

∑Tx = Faktor koreksi variabel X ∑Ty = Faktor koreksi variabel Y t = Jumlah nilai atau angka kembar n = Jumlah sampel dalam penelitian

Kriteria untuk analisis korelasi Rank Spearman ini adalah :

1. Jika rs = 0 atau mendekati nol, maka pengaruh variabel X terhadap variabel Y sangat lemah atau tidak ada pengaruh sama sekali.

2. Jika rs = 1 atau mendekati satu, maka pengaruh variabel X terhadap variabel Y tinggi dan searah.

3. Jika rs = -1 atau mendekati -1, maka pengaruh variabel X terhadap variabel Y tinggi tapi tidak searah.

Langlah-langkah pengujian korelasi rank Spearman adalah:

1. Memberikan rangking pada variabel X dan variabel Y mulai dari ke-1 hingga ke-n.

(40)

2. Menentukan harga di untuk setiap subjek dengan mengurangkan rangking

x terhadap y, selanjutnya mengkuadratkan harga pada masing-masing subjek untuk mendapatkan nilai di2.

3. Menjumlahkan harga-harga di2 untuk mendapatkan ∑di2.

4. Mensubstitusikan harga-harga yang diperoleh ke dalam rumus rs.

1.8.7 Pengujian Hipotesis

Untuk melihat signifikasinya dilakukan dengan mendistribusikan rumus student t dengan rumus sebagai berikut:

√ n-2 √1-(rs)2

rs = Koefisien korelasi rank Spearman n = Jumlah sampel

Selanjutnya membandingkan nilai thitung terhadap ttabel dengan melihat

harga kritis t. Kriteria hasil pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara

statistik variabel X mempunyai hubungan terhadap variabel Y.

2) Jika nilai thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara

statistik variabel X tidak mempunyai hubungan terhadap variabel Y.

1.9 Waktu dan Lokasi Penelitian

(41)

1.9.1 Waktu Penelitian

NO. KEGIATAN WAKTU

1. Pra Penelitian Agustus 2011

2. Pencarian Data Agustus – Desember 2011 3. Pengolahan Data Januari 2012

4. Penyusunan Februari 2012 – Selesai

1.9.2 Lokasi Penelitian

Penulis melaksanakan Penelitian di PT Sangkuriang Internasional yang beralamat di Jalan Sempurna No. 9 Cipaganti Bandung 40123.

Gambar

Gambar  1.1 Kerangka Berpikir Penelitian dan Modifikasi Penulis
Tabel 1.3 Jawaban pernyataan Negatif dalam Skala Likert's

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 7 menunjukkan tampilan menu untuk petugas lapangan. Terdapat tombol-tombol untuk melakukan pencatatan barang sesuai transaksi yang akan dilakukan. Tombol

(Manfaat Asuransi, Frekuensi Pembayaran, Mata Uang Polis dan Jenis Dana Investasi tersebut di atas adalah bagian dari SPAJ yang akan digunakan sebagai acuan dalam proses

Karya tulis ini yang berjudul “Efek Infus Kulit Jeruk Purut (Citrus Hystrix Dc) terhadap Pertumbuhan Malassezia Furfur Secara In Vitro” merupakan salah satu syarat untuk

 Administrator melihat laporan (absensi) Menu laporan pada halaman registrasi Pilih menu dan klik laporan Aplikasi akan menampilkan

Pertama; Kawasan bernilai konservasi tinggi yang masuk dalam kategori dilindungi atau dikonservasi seluas 25,729 ha atau 19.72% dari total luas areal IUPHHK PT WS. Hal ini

Dan pada indikator kelima terlihat bahwa keterampilan mahasiswa dalam menggunakan media e-learning mendapat respon yang baik, terlihat hasil survey menunjukkan

Bahan –bahan yang digunakan untuk pembuatan mesin ini ada yang dibeli dan ada juga yang dibuat, beberapa contoh bahan yang dibeli seperti bantalan, sabuk, puli, motor

Hipotesis awal (H 0 ) dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pohon kelapa sawit yang diberi kompos dengan cara dibenamkan dengan