• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING DENGAN METODE ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA PADA MATERI PENGUKURAN KELAS X DI MAN PADANG JAPANG

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Fisika

Oleh

OKTAVIANDA 11 107 037

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

OKTAVIANDA. NIM. 11 107 037. Judul Skripsi “Penerapan strategi Active Learning dengan metode Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar fisika pada materi pengukuran kelas X di MAN Padang Japang”, Jurusan Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2018.

Hasil belajar fisika peserta didik khususnya kelas X MAN Padang Japang masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan dari Nilai tes awal kelas X MAN Padang Japang tahun pelajaran 2018/2019.

Rendahnya hasil belajar fisika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya guru hanya menggunakan strategi dan metode yang konvensional, sehingga ini menjadikan pembelajaran kurang menarik dan membosankan bagi siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa dengan penerapan strategi active learning dengan metode active knowledge sharing terhadap hasil belajar pada materi pengukuran kelas X MAN Padang Japang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan rancangan Postest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MAN Padang Japang yang terdiri atas 2 kelas yang jumlah totalnya 34 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling, sampel yang terpilih adalah kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPA 2 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes hasil belajar untuk ranah kognitif yang terdiri dari tes objektif sebanyak 10 soal.

Sementara data ranah afektif dan psikomotor peserta didik didapat menggunakan lembar observasi aktivitas peserta didik yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Dari hasil tes akhir yang dilakukan hasil belajar fisika peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Rata-rata nilai akhir siswa untuk ranah kognitif pada kelas eksperimen yaitu 80,59 dengan persentase ketuntasan 76% sedangkan kelas kontrol nilai rata-ratanya yaitu 70,59 dengan persentase ketuntasan 47%. Untuk ranah afektif, nilai rata-ratanya 73,897 untuk kelas eksperimen dan 70,098 untuk kelas kontrol. Sedangkan untuk ranah psikomotor nilai rata-rata untuk kelas eksperimen 73,529 dan untuk kelas kontrol 67,647. Uji hipotesis yang dilakukan dengan uji-t didapat harga thitung untuk ranah kognitif = 2,383 sedangkan ttabel = 1,69 (pada taraf nyata α = 0,05). Dari semua data di dapatkan thitung>ttabel sehingga H0 ditolak, maka data signifikan dan dapat disimpukan bahwa: “terdapat pengaruh yang berarti pada penerapan strategi Active Learning dengan metode Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar fisika pada materi pengukuran kelas X MAN Padang Japang”.

(6)

ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9

1. Strategi Pembelajaran ... 9

2. Strategi Active Learning ... 10

3. Metode Active Knowledge Sharing... 11

4. Hasil Belajar ... 15

5. Pembelajaran konvensional ... 19

6. Pembelajaran fisika ... 20

B. Penelitian Terdahulu yang relevan ... 24

C. Kerangka Berfikir ... 25

D. Perumusan Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Rancangan Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

D. Variabel, Data dan Sumber Data ... 34

1. Variabel ... 34

2. Data ... 34

E. Prosedur Penelitian ... 35

(7)

iii

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Teknik Analisa Data ... 49

1. Ranah Kognitif ... 49

2. Ranah Afektif dan Psikomotor ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data...55

1. Data Hasil Belajar Fisika Ranah Kognitif...55

2. Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif...56

3. Data Hasil Belajar Fisika Ranah Psikomotor...56

B. Analisis Data...57

1. Uji Normalitas...57

2. Uji Homogenitas...58

3. Uji Hipotesis...58

C. Pembahasan...59

1. Hasil Belajar Fisika Siswa Ranah Kognitif...59

2. Hasil Belajar Fisika Siswa Ranah Afektif...61

3. Hasil Belajar Fisika Siswa Ranah Psikomotor...64

D. Kendala Yang Dihadapi...66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...67

B. Saran...67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase ketuntasan tes awal peseta didik kelas X MIPA MAN

PadangJapang...3

Tabel 2.1 indikator penilaian afektif...17

Tabel 2.2 Rubrik penilaian psikomotor...19

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian...26

Tabel 3.2 Jumlah Peserta didik Kelas populasi di MAN Padang Japang Tahun Ajaran 2018/2019...27

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Kelas X MIPA MAN Padang Japang...29

Tabel 3.4 Daftar Analisis Variansi untuk Menguji...31

Tabel 3.5 Analisis Variansi Satu Arah...31

Tabel 3.6 Jadwal Penelitian di MAN Padang Japang...33

Tabel 3.7 Tahap Pelaksanaan Penelitian...34

Tabel 3.8 Klasifikasi daya pembeda ...41

Tabel 3.9 Klasifikasi indeks kesukaran...42

Tabel 3.10 Klasifikasi Reliabilitas Soal...43

Tabel 3.11 Lembar Obervasi Penilaian Afektif...44

Tabel 3.12 Lembar Observasi Penilaian Psikomotor...46

Tabel 3.13 Kriteria Penskoran Afektif dan Psikomotor...52

Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata, Nilai Terendah dan Nilai Tertinggi Kelas Sampel...54

Tabel 4.2 Frekuensi Nilai Ranah Afektif...54

Tabel 4.3 Nilai Fisika Siswa Penilaian Ranah Psikomotor...55

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sampel...55

Tabel 4.5 Uji Homogenitas Sampel...56

Tabel 4.6 Uji Coba Hipotesis...56

(9)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Nilai Ujian Nasional Peserta Didik SMA N Batusangkar...92

Lampiran II Hasil Validasi RPP...93

Lampiran III Hasil Validasi Angket Respon Guru...94

Lampiran IV Hasil Validasi Anget Respon Peserta Didik...95

Lampiran V Hasil Validasi Instrumen Tes...96

Lampiran VI Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal...97

Lampiran VII Indek Kesukaran Soal...98

Lampiran VIII Daya Pembeda Soal...99

Lampiran IX Reliabilitas Soal...100

Lampiran X Klasifikasi Soal...101

Lampiran XI Hasil Validasi LKPD...102

Lampiran XII Nama Peserta Didik...103

Lampiran XIII Hasil Praktikalisasi Guru...104

Lampiran XIV Lembar Observasi Guru...105

Lampiran XV Hasil Praktikalitas peserta Didik...106

Lampiran XVI Hasil Efektivitas...107

Lampiran XVII Hasil Penilaian Afektif dan Psikomotor...108

Lampiran XVIII RPP Kesetimbangan dan Dinamika Rotasi...109

Lampiran XIX Surat Izin Penelitian dari LP2M...110

Lampiran XX Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi...111

Lampiran XXI Surat Keterangan Penelitian dari SMA N 1 Batusangkar..112

Lampiran XXII Dokumentasi Kegiatan Penelitian...113

(10)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS...21

Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Kognitif...57

Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-Rata Afektif...59

Gambar 4.3 Grafik Nilai Rata-Rata Psikomotor...62

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Untuk menghadapi perkembangan globalisasi maka mutu pendidikan haruslah dapat ditingkatkan. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu dalam menghasilkan sumber daya yang kompeten. Pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa. Gagalnya suatu pendidikan tentu akan berdampak pada gagalnya suatu bangsa begitu pun sebaliknya. Tujuan yang diharapkan dari pendidikan nasional bersumber dari sistem nilai pancasila yang dirumuskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, pasal 3, yang merumuskan bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2008:123).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar menghasilkan manusia yang hanya pintar otaknya saja, tetapi juga harus memiliki kecakapan hidup dan watak yang baik, agar dapat melahirkan sumber daya yang siap pakai dan mampu bersaing di era globalisasi ini. Tuhan telah menciptakan alam seisinya lengkap dengan hukum-hukum-Nya. Fenomena alam seperti perputaran benda-benda langit, pergantian musim yang berlangsung secara periodik, senantiasa tunduk kepada hukum alam. Hukum alam yang berlaku untuk semua benda disebut dengan hukum fisika (Jati, 2008:2).

(12)

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu sains atau Ilmu Pengetahuan Alam yang berperan penting dalam pendidikan, karena ilmu fisika mempelajari peristiwa alam semesta dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan teknologi. Fisika adalah ilmu pengetahuan alam yang dituangkan ke dalam konsep, fakta, prinsip, dan hukum yang dibuktikan dan diujikan dalam suatu rangkaian kegiatan dan metode ilmiah. Pembelajaran fisika seharusnya dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa sehingga dapat menambah kemampuan siswa dalam mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, sumber belajar serta faktor lingkungan (Sanjaya, 2008:197).

Untuk itu seorang guru dituntut agar mampu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran agar apa yang telah diajarkan tersimpan baik dalam memori siswa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan menggunakan strategi.

Suherman mengatakan strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal (Suherman, 2003:5).

Tercapai tidaknya suatu tujuan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran. Hal ini erat kaitannya dengan hasil belajar siswa yang merupakan salah satu indikator dalam mengukur sejauh mana tujuan pendidikan itu telah dicapai dengan maksimal. Namun pada kenyataannya masih ada sebagian siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah.

(13)

Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan nilai UH siswa pada materi pengukuran kelas X MAN Padang Japang seperti pada tabel 1.1:

Tabel 1. 1 Persentase ketuntasan nilai UH siswa pada materi pengukuran kelas X MIPA MAN Padang Japang tahun ajaran 2017/2018 No Kelas

Jumlah peserta didik

Persentase Ketuntasan (%)

Rata-rata KKM Tuntas Tidak Tuntas

66,17 75

1 X

MIPA

17 36.36 63.64

(Sumber : Guru mata pelajaran Fisika MAN Padang Japang)

Berdasarkan tabel 1.1, terlihat bahwa tidak sampai sebagian dari jumlah siswa yang nilai tes awalnya pada mata pelajaran Fisika di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang menguasai dan memahami materi fisika yang diajarkan guru. Berdasarkan hasil observasi peneliti, baik melalui wawancara dengan siswa maupun guru mata pelajaran fisika yang mengajar di kelas X MAN Padang Japang, didapatkan informasi bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika, yaitu guru hanya menggunakan strategi dan metode yang konvensional, sehingga ini menjadikan pembelajaran kurang menarik dan membosankan bagi siswa. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru belum mampu mengaktifkan siswa secara keseluruhan. Guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran, padahal yang dituntut lebih banyak aktif dalam pembelajaran adalah siswa.

Kenyataannya, siswa kurang aktif dalam pembelajaran, lebih banyak menerima saja ketimbang menemukan sendiri.

Pembelajaran konvensional merupakan suatu istilah dalam pembelajaran yang lazim diterapkan dalam proses pembelajaran sehari- hari. Dalam pembelajaran konvensional ini siswa tidak banyak ikut serta.

Artinya siswa hanya sebagai objek yang tidak harus menanggapi ataupun bertanya tentang apa yang disampaikan guru. Pembelajaran konvensional masih didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.

(14)

Dalam pembelajaran konvensional metode pembelajaran yang paling dominan digunakan oleh guru adalah metode ceramah dimana pembelajaran berpusat pada guru, siswa hanya mencatat dan menghafalkan konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Penggunaan metode ceramah sebenarnya bisa dijadikan sebagai metode yang baik untuk memicu keaktifan keaktifan siswa namun harus dibarengi dengan metode lain.

Penggunaan metode ceramah oleh guru dalam pembelajaran konvensional biasanya, digunakan hanya dengan mempertimbangkan keadaan guru saja, sedangkan kebutuhan siswa kurang diperhatikan. Biasanya penggunaan metode ceramah memudahkan guru dalam mempersiapkan materi pelajaran karena tidak perlu menggunakan alat dan media tertentu yang merepotkan guru.

Menurut salah satu jurnal pendidikan matematika Vol 4 No 1 Maret 2016 oleh Rina Apriliyana dan Benedictus Kusmanto tentang penerapan strategi active knowledge sharing untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa kelas XA SMA PIRI Yogyakarta menjelaskan bahwa, proses pembelajaran disekolah tersebut masih menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan proses pembelajaran monoton dan membuat siswa malas mengikuti pembelajaran. Hal ini mengakibatkan nilai ujian siswa disekolah tersebut rendah, yang mana hanya 23,08% yang nilainya tuntas.

Jadi dengan permasalahan dan berdasar pada jurnal di atas, metode yang digunakan oleh guru berarti belum cukup untuk dapat meransang siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, supaya proses pembelajaran siswa tidak monoton, siswa tidak hanya menerima penyampaian dari guru saja, siswa termotivasi dalam mengerjakan tugas atau latihan dan tingkat kreativitas menjadi tinggi, dan hasil belajar diharapkan dapat memuaskan. Maka menurut penulis hendaknya metode ceramah dan tanya jawab dikombinasikan dengan metode yang lain, seperti dengan metode kerja kelompok dan berbagi pengetahuan secara aktif. Sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri, memberdayakan kemampuan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik yang

(15)

dimiliki secara maksimal. Salah satu strategi yang dapat digunakan agar siswa terlibat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan stategi active learning dengan metode active knowledge sharing.

Pembelajaran aktif ini untuk mengoptimalkan penggunaan potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karekteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi aktif dan bisa mengeluarkan potensi yang ada pada dirinya. Mereka tidak hanya mendengarkan tetapi mereka dapat ikut aktif. Melvin L. Silberman dalam bukunya yang berjudul Active Learning 101 cara belajar siswa aktif, menjelaskan bahwa banyak stategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah strategi active learning dengan metode berbagi pengetahuan secara aktif (active knowledge sharing) (Silberman M. L., 2004).

Metode active knowledge sharing ini merupakan cara bagus untuk mengenalkan siswa pada materi pelajaran yang diajarkan dan juga dapat digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan siswa. Metode ini adalah salah satu metode yang dapat membawa siswa untuk siap mempelajari materi dengan cepat dan cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan maateri pelajaran apapun. Dengan strategi active learning dengan metode active knowledge sharing diharapkan dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian kepada pembelajaran, meningkatkan aktivitas bagi masing-masing siswa dan dapat pula menimbulkan motivasi siswa dalam pembelajaran tersebut.

Berdasarkan gejala-gejala yang peneliti temui dilapangan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Penerapan Strategi Active Learning dengan Metode Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Materi Pengukuran Kelas X Di MAN Padang Japang”

(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih banyak yang di bawah KKM

2. Strategi dan metode yang digunakan tidak mampu mengaktifkan siswa secara keseluruhan

3. Pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru 4. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang 5. Guru jarang menggunakan media dalam proses pembelajaran C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada penerapan strategi active learning dengan metode active knowledge sharing dalam mata pelajaran fisika pada siswa kelas X MAN Padang Japang pada materi pengukuran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah diberikan pada bagian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini yaitu: Apakah terdapat pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa dengan penerapan strategi active learning dengan metode active knowledge sharing terhadap hasil belajar fisika pada materi pengukuran kelas X MAN Padang Japang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa dengan penerapan strategi active learning dengan metode active knowledge sharing terhadap hasil belajar fisika pada materi pengukuran kelas X MAN Padang Japang.

(17)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya :

1. Bagi peneliti, sebagai sarana berlatih menulis karya ilmiah dan guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan Fisika.

2. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar Fisika.

3. Bagi siswa, sebagai daya penggerak bagi siswa untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan cara belajarnya guna memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

4. Bagi rekan-rekan mahasiswa, sebagai masukan atau sumbangan pemikiran bagi mahasiswa pendidikan tadris fisika yang ingin membahas masalah penelitian ini lebih lanjut.

G. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami penulisan ini, maka penulis mencoba menjelaskan istilah-istilah berikut :

1. Penerapan adalah hal, cara, hasil kerja. Yaitu suatu kegiatan yang dipraktekkan oleh seorang guru pada waktu proses pembelajaran berlansung.

2. Strategi active learning (pembelajaran aktif) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.

Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata.

3. Metode active knowledge sharing adalah metode saling tukar pengetahuan secara aktif yang merupakan cara bagus untuk mengenalkan siswa pada materi pelajaran yang diajarkan, dan juga dapat digunakan untuk menilai tingkat kemampuan siswa.

(18)

Pembelajaran konvensional, Model pembelajaran konvensional merupakan model yang digunakan guru dalam pembelajaran sehari-hari dengan menggunakan model yang bersifat umum, bahkan tanpa menyesuaikan model yang tepat berdasarkan sifat dan karakteristik dari materi pembelajaran yang dipelajari.

Pembelajaran konvensional pada penelitian ini menggunakan metode cooperatif learning

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Strategi Pembelajaran

Menurut Dick dan Caray, “Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu” (uno, 2008:1). Strategi merupakan suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan mengatur dan menetapkan suatu kegiatan agar proses yang dilalui bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan dan membawa hasil yang memuaskan sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi (Sanjaya, 2007:124-125). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, yang berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan sehingga pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya pun berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal.

Berdasarkan pendapat Syaiful Bahri Djamarah dikatakan bahwa ada empat strategi dasar dalam pembelajaran yaitu:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem

9

(20)

instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan (Djamarah, 2002:5-6)

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Strategi pembelajaran memiliki beberapa komponen. Menurut Dick dan Carey dalam Adripen dan Susi Herawati, ada beberapa komponen dalam strategi pembelajaran yaitu:

a. Kegiatan pra intruksional b. Penyajian informasi c. Partisipasi siswa d. Tes

e. Tindak lanjut (Herawati, 2008:57)

Dari uraian di atas komponen-komponen strategi dalam mengajar dapat dijadikan pedoman untuk proses pembelajaran agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Straregi Active Learning

Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikuti informasi. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpan dalam otak. Pembelajaran aktif juga merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. (Zaini, 2002:12-13) Jadi belajar aktif merupakan proses pembelajaran yang memberikan penekanan terhadap keterlibatan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, mental, intelektual dan emosional yang berusaha mengukur kognitif (kemampuan otak), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan siswa dalam pembelajaran).

Menurut Melvin L Silberman mengemukakan bahwa: agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka

(21)

pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah (Silberman M. L., 2004:1).

Dengan demikian strategi belajar aktif adalah suatu cara yang digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga siswa bisa terlibat secara aktif. Ketika siswa belajar aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Sehingga dengan demikian mereka akan lebih kreatif dalam mengembangkan informasi dan aktif dalam menggunakan otak untuk menimbulkan ide pokok dari materi pelajaran.

Jhon Dewey mengemukakan bahwa aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental siswa dapat digolongkan menjadi beberapa hal yaitu:

a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi.

b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi dan lain-lain.

c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis.

e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat (Usman, 2005:22).

Hal-hal di atas merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam rangka berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Namun semua aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik tersebut tidak akan efektif tanpa keterlibatan aktif dari guru. Guru tidak hanya terlibat aktif, guru harus bisa memilih penggunaan strategi yang cocok dengan tujuan pembelajaran.

3. Metode Active Knowledge Sharing

Metode berbagi pengetahuan secara aktif (active knowledge sharing) merupakan salah satu dari 101 metode yang digunakan dalam pembelajaran aktif yang diperkenalkan oleh Melvin L. Silberman dalam bukunya yang berjudul Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Metode active knowledge sharing adalah metode berbagi pengetahuan

(22)

secara aktif, yang nantinya siswa yang akan mencari jawaban dan saling berbagi pengetahuan dengan sesamanya. Metode ini merupakan cara bagus untuk mengenalkan siswa pada materi pelajaran yang diajarkan. Metode ini juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa disamping untuk membentuk kerja sama tim (Sabri, 2010:123-124). Dan metode ini adalah salah satu metode yang dapat membawa siswa untuk siap mempelajari materi dengan cepat.

Selama ini metode pembelajaran di kelas banyak didominasi oleh guru. Guru menjelaskan isi dari materi yang akan diajarkan dan siswanya merespon pembelajaran tersebut, sehingga siswa hanya dapat mendengarkan dan bertanya jika ada yang perlu dipertanyakan, maka terlihat guru banyak aktif dari siswa. Dan metode active knoledge sharing merupakan metode yang lebih menekankan keaktifan siswa, karena metode ini dapat melatih siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dengan bekerja sama, siswa dilatih untuk beraktivitas dalam menggali pengetahuan mereka, memahami konsep materi pelajaran, menggali dan mengembangkan sumber daya kelas, tugas guru memberikan langkah- langkah kerja siswa, memberikan pertanyaan-pertanyan sesuai dengan materi dan siswa nantinya yang akan berkeliling untuk mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga terbentuk suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan.

Adapun langkah-langkah dalam metode active knowledge sharing menurut Hisyam Zaini adalah:

a. Guru membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berupa:

1) Kata-kata untuk didefinisikan

2) Pertanyaan pilihan ganda mengenai fakta atau konsep 3) Orang yang hendak diidentifikasi

4) Pertanyaan-pertanyaan tentang tindakan yang bisa diambil oleh seseorang dalam situasi tertentu

5) Kalimat tidak lengkap (melengkapi kalimat)

b. Minta peserta didik untuk menjawab dengan sebaik-baiknya.

c. Minta semua peserta didik untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya. Tekankan pada mereka untuk saling membantu.

(23)

d. Minta peserta didik untuk kembali ke tempat duduk mereka kemudian memeriksa jawaban mereka secara bersama.

Mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat di jawab oleh peserta didik. Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang penting di kelas (Zaini, 2002:22-23).

Pendapat lain oleh Melvin L. Silberman mengenai langkah-langkah pada metode Active Knowledge Sharing dapat divariasikan seperti berikut:

a. Berikan satu lembar kartu indesk kepada siswa. Perintahkan mereka untuk menuliskan satu informasi yang menurut mereka akurat tentang materi yang diajarkan. Suruhlah mereka ntuk berpencar di dalam kelas, berbagi pendapat tentang apa yang mereka tuliskan pada kartu tersebut. Doronglah mereka untuk menuliskan informasi baru yang dikumpulkan oleh siswa lain. Bila mereka sudah kembali ke kelompok masing-masing, bahaslah informasi yang berhasil dikumpulkan.

b. Gunakan pertanyaan opini, bukannya pertanyaan faktual, atau gabungkan pertanyaan faktual dengan pertanyaan opini (Silberman, 2004:106-107).

Pembelajaran dengan menggunakan metode Active Knowledge Sharing dapat menciptakan aktivitas belajar. Aktivitas tersebut adalah aktivitas peserta didik dengan guru maupun aktivitas peserta didik dengan peserta didik. Maka suasana pembelajaran menjadi aktif, komunikatif, dan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dan hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan penjelasan di atas maka langkah-langkah yang akan penulis pakai dalam penelitian ini adalah :

1. Guru membagikan pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, semua siswa mendapatkan pertanyaan sama banyak, misalnya sepuluh pertanyaan satu siswa.

2. Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan baik dan benar, karena jawabannya bisa ditanyakan pada temannya yang lain.

3. bagi siswa yang tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut maka siswa disuruh berkeliling dan bertanya kepada teman yang lain untuk menemukan jawabannya. Guru menekankan kepada siswa untuk saling membantu.

(24)

4. Setelah waktunya habis, guru meminta semua siswa untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing, kemudian jawaban akan dibahas secara bersama-sama, mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa.

5. Guru menggunakan jawaban dari siswa tersebut sebagai jembatan dalam menyampaikan materi yang diajarkan.

Menurut Yulia Cendra dalam skripsinya yang berjudul penerapan strategi Active Learning dengan metode Active Knowledge Sharing menyatakan, metode Active Knowledge Sharing ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Di dalam metode Active Knowledge Sharing terdapat kelebihan-kelebihan, diantaranya:

a. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan, karena siswa tidak fakum mendengarkan saja

b. Penggunaan materi siswa lebih banyak karena siswa dapat lebih banyak berperan aktif

c. Membantu siswa memfokuskan pikiran dalam proses pembelajaran d. Menstimulasi diskusi

e. Membangkitkan semangat belajar

f. Siswa mendapatkan kesempatan baik secara individu maupun kelompok dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru

g. Suasana pembelajaran lebih menjadi aktif

h. Mendorong anak untuk berani mengajukan pendapatnya (Cendra, 2013:20-21).

Setelah melihat kelebihan di atas maka kelemahan pada metode Active Knowledge Sharing adalah:

a. Guru tidak mengetahui secara pasti apakah siswa secara individu telah memahami dan menguasai materi

b. Ada kemungkinan sebagian siswa hanya mengharapkan jawaban dari temannya

c. Kelas menjadi ribut karena siswa akan berkeliling untuk mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan

d. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya

e. Manakala siswa tidak memiliki minat belajar, maka mereka akan merasa enggan untuk menjawab pertanyaan tersebut (Cendra, 2013:2021)

Selama ini strategi pembelajaran fisika di kelas banyak didominasi oleh guru. Guru menjabarkan isi materi yang akan diajarkan dan siswanya menerima pembelajaran tersebut. Siswa lebih banyak menerima

(25)

pengetahuan dari guru dari pada mencari pengetahuan sendiri. Sehingga gambaran tentang materi pelajaran bukan dari dirinya sendiri.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasi Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya inout secara fungsional.

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar itu adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Purwanto, 2009:45).

b. Taksonomi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Ranah kogintif merupakan tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahakan masalah.

Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6) evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai- nilai dan apresiasi.

Ranah ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari ranah kognitif. Artinya seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.

(26)

Menurut Krathwohl dan kawan-kawan, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives: Affective Domain, ranah afektif memiliki lima tingkatan yaitu: 1) penerimaan, 2) respons, 3) menghargai, 4) mengorganisasi / mengatur diri dan 5) karakterisasi nilai atau pola hidup (Wina Sanjaya, 2011:131).

Dalam suatu penilaian ranah afektif di perlukan indikator yang perlu di amati dan rubrik penilaian yang digunakan untuk acuan bagi peneliti dalam menilai. Berikut penjelasan mengenai indikator yang akan diamati :

a. Kejujuran berhubungan dengan karakterisasi, dimana siswa mampu menerapkan sikap jujur dalam mengamalkan dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi.

b. Bertanggung jawab berhubungan dengan pemberian nilai, dimana siswa mampu menghargai suatu gagasan dan mampu mempertanggung jawabkan gagasan tersebut.

c. Toleransi/kepedulilan terhadap sesama berhubungan dengan aspek penerimaan, dimana siswa mampu menerima berbagai ragam pendapat dari temannya.

d. kerjasama dalam kelompok berhubungan dengan pengorganisasian, dimana siswa mampu bekerjasama dalam mengorganisasikan hubungan nilai-nilai tertentu dan akan menjadi prioritas daripada nilai-nilai yang lain.

e. Percaya diri berhubungan dengan diri pribadi siswa, kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu

Pada indikator penilaian afektif dan psikomotor, peneliti mengembangkan sendiri tiap-tiap aspek yang akan di nilai sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian. Dan dalam mengembangkan aspek dan indikator-indikator penilaian ini, peneliti merujuk kepada sebuah buku sumber yaitu pada buku Abdul Majid (2014)

(27)

Tabel 2.1 indikator penilaian afektif

No Aspek Sikap Indikator Penilaian 1. Jujur  Tidak melakukan plagiat

(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas

 Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa adanya

 Melaporkan data atau informasi apa adanya

 Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

2. Tanggung Jawab

 Melaksanakan tugas individu dengan baik

 Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan

 Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

3. Toleransi  Menghormati pendapat teman

 Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender

 Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya

 Mememaafkan kesalahan orang lain 4. Bekerja

Sama

 Aktif dalam kerja kelompok

 Suka menolong teman/orang lain

 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan

 Rela berkorban untuk orang lain 5. Percaya diri  Berani presentasi di depan kelas

 Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan

 Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu

 Tidak mudah putus asa/pantang menyerah

Rubrik penilaian afektif :

Skor 4 (Sangat Baik): apabila melakukan keseluruhan indikator yang diamati

Skor 3 (Baik) : apabila melakukan tiga indikator yang diamati Skor 2 (Cukup) : apabila melakukan dua indikator yang diamati Skor 1(Kurang) : apabila melakukan satu indikator yang diamati

(28)

c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Ranah ini sering berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan kepada gerak-gerakan atau keterampilan, misalnya seni lukis, musik, pendidikan jasmani dan olahraga, atau mungkin pendidikan agama yang berkaitan dengan bahasan tentang gerakan-gerakan tertentu, termasuk juga pelajaran bahasa. Berkaitan dengan psikomotor, bloom berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik (Majid, 2014:52).

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada lima tingkatan yang termasuk kedalam ranah ini yaitu 1) keterampilan meniru, 2) menggunakan, 3) ketepatan, 4) mengkaitkan, 5) keterampilan naturalisasi (Sanjaya, 2008:125-133).

Dalam suatu penilaian ranah psikomotor di perlukan indikator yang perlu di amati yang digunakan untuk acuan bagi peneliti dalam menilai. Berikut penjelasan mengenai indikator yang akan diamati : a. Menyiapkan, berkaitan dengan dengan kemampuan mengenali dan

menyiapkan alat yang digunakan sesuai dengan pedoman yang disediakan serta penentuan variabel pengamatan juga tepat.

b. Mengikuti prosedur berkaitan dengan kemampuan melakukan percobaan berdasarkan prosedur dengan teliti.

c. Mengolah berhubungan dengan kegiatan mampu mengolah suatu data sesuai dengan teori yang tepat dan dilakukan sebanyak tabel yang ada.

d. Menyaji berkaitan dengan mampu mempresentasi data hasil praktikum yang dilakukan dengan maksimal dan penyajian data dilampirkan secara lengkap.

(29)

Tabel 2.2 Rubrik penilaian psikomotor No Aspek yang

dinilai

Skor penilaian

1 (kurang) 2 (cukup) 3 (baik) 1. Menyiapkan Bahan dan

alat tidak ada

Bahan dan alat tidak lengkap

Bahan dan alat lengkap

2. Mengikuti prosedur

Tidak mengikuti prosedur

Mengikuti prosedur tetapi tidak

memperhatikan keselamatan kerja

Mengikuti prosedur dan memperhatikan keselamatan kerja

3. Mengolah Data tidak ada

Data kurang lengkap dan tidak

terorganisir, atau ada salah tulis

Data lengkap, terorganisir, dan ditulis dengan benar

4. Menyaji Tidak benar atau tidak sesuai dengan tujuan

Benar tetapi kurang mencapai tujuan

Semua benar sesuai dengan tujuan

Hasil belajar ranah Kognitif siswa diukur dengan tes hasil belajar.

Dengan adanya tes, siswa dituntut untuk menunjukkan prestasi-prestasi tertentu sesuai dengan indikator pembelajaran. Jadi jelaslah tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Pada ranah Kognitif ini tes yang dilakukan berupa tes objektif. Hasil belajar ranah Afektif diukur dengan lembar observasi dan hasil belajar ranah Psikomotor diukur dengan lembar observasi aktifitas siswa.

5. Pembelajaran Konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensionil yang artinya menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan. Menurut Ibrahim dan Nana Syaodih bahwa pembelajaran konvensional merupakan Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya diberikan secara klasik, siswa yang berjumlah kurang lebih 40 orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama. Umumnya kegiatan ini diberikan dalam

(30)

ceramah. Dalam mengikuti kegiatan belajar ini, murid-murid dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk di tempat masing-masing mengikuti uraian guru.

Belajar secara klasik cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar upaya mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui penggunaan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan lain- lain (2003, h.40). Menurut Depdiknas, ciri-ciri pembelajaran kovensional adalah: a) Siswa belajar secara individual, b) Siswa adalah penerima informasi secara pasif, c) Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa, d) Pembelajaran abstrak dan teoritis, e) Penilaian hanya ditentukan oleh hasil tes bukan penilaian pada proses belajar (2003, h.7)

6. Pembelajaran Fisika

a. Pengertian Mata Pelajaran Fisika

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Fisika adalah salah satu ilmu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan dibidang Fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari

(31)

fenomena alam, Fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang Fisika.

“Pada tingkat SMA/MA, Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memmecahkan masalah didalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup” (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:159).

b. Tujuan Mata Pelajaran Fisika

Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Membentuk sikap positif terhadap Fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4) Mengembangkan kemampuan bernalar dan berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan ma salah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

(32)

5) Menguasai konsep dan prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:159).

Walaupun Fisika sangat penting untuk dipelajari, namun sebagian besar orang beranggapan bahwa Fisika itu sulit. Fisika dikatakan pelajaran yang penuh dengan rumus dan hitungan Matematika tingkat tinggi, sehingga tidak semua orang dapat belajar Fisika dengan baik.

Anggapan ini hampir sama dengan bidang studi Matematika, sehingga perkembangan sains dan teknologi di Indonesia menghadapi permasalahan besar jika hal ini tidak teratasi.

c. Materi Pengukuran

Pengukuran merupakan salah satu materi pembelajaran kelas X semester I SMA/MA, adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar dari materi pengukuran ini adalah sebagai berikut:

Kompetensi Inti:

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, sopan, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusian, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

(33)

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangannya dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar:

3.2 Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian, dan angka penting, serta notasi ilmiah

4.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu penyelidikan ilmiah Indikator Pencapaian Materi

1. Menjelaskan tentang besaran dan satuan.

2. Menentukan dimensi besaran-besaran turunan.

3. Menjelaskan tentang notasi ilmiah.

4. Menjelaskan tentang pengoperasian angka penting.

5. Menjelaskan tentang macam-macam alat ukur.

6. Menjelaskan tentang ketidakpastian pengukuran.

7. Menyajikan hasil pengukuran panjang dan massa.

(34)

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Jurnal penelitian pendidikan kimia : kajian hasil penelitian pendidikan kimia 1 (2), 126-130, 2014 oleh Fefti Asnia, Jejem Mujamil, M Hadeli, dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA Melalui Strategi Pembelajaran Tipe Active Knowledge Sharing di SMA Negeri 2 Tanjung Raja. Hasilnya adalah penerapan strategi pembelajaran tipe active knowledge sharing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar kimia siswa. Persamaan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan strategi active knowledge sharing. Perbedaannya adalah pada mata pelajaran yang diajarkan, pada penelitian ini terhadap mata pelajaran kimia, sedangkan penulis akan meneliti pada mata pelajaran fisika.

2. Jurnal pendidikan matematika (Vol 4 No 1 Maret 2016) oleh Rina Apriliyana dan Benedictus Kusmanto, dengan judul Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing Untuk Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XA SMA Piri 1 Yogyakarta. Hasilnya adalah minat belajar dan prestasi belajar matematika siswa kelas XA SMA Piri 1 Yogyakarta melalui strategi pembelajaran active knowledge sharing mengalami peningkatan. Persamaan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan strategi active knowledge sharing, perbedaannya adalah pada mata pelajaran yang diajarkan, pada penelitian ini terhadap mata pelajaran matematika sedangkan penulis akan meneliti pada mata pelajaran fisika.

3. Skripsi Ewilla Fernandes 205 266, dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Berbagi Pengetahuan Secara Aktif Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VII MTSN Lawang Mandahiling. Dengan penelitian ini terbukti bahwa dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif tipe

(35)

berbagi pengetahuan secara aktif pada pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Persamaan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan strategi active knowledgw sharing, perbedaannya adalah pada mata pelajarannya dan tingkat sekolahnya, penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran matematika kelas VII MTSN, sedangkan penulis akan melakukan penelitian pada mata pelajaran fisika kelas X MAN.

4. Skripsi Yulia Cendra, dengan judul Penerapan Strategi Active Learning dengan metode Active Knowledge Sharing Dalam Mata Pelajaran PAI Bidang SKI Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Batipuh. Dengan penelitian ini terbukti bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan strategi active learning dengan metode active knowledge sharing lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan pembelajaran secara konvensional. Persamaan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan stategi active knowledge sharing, perbedaannya adalah penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran SKI pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Batipuh, sedangkan penulis akan melakukan penelitian pada mata pelajaran fisika kelas X MAN Padang Japang.

C. Kerangka Berfikir

Rendahnya hasil belajar Fisika siswa disebabkan oleh banyak faktor, baik yang berasal dari siswa itu sendiri maupun faktor yang mencakup proses pembelajaran. Faktor yang berasal dari siswa diantaranya adalah siswa tidak siap mengikuti pembelajaran sehingga tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Dalam belajar Fisika, siswa lebih senang belajar dan bisa memahami materi yang diberikan jika pembelajaran yang dilakukan itu menarik dan tidak membosankan.

Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan hendaklah lebih memberikan makna bagi siswa agar siswa cepat memahami materi pelajaran dengan baik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan strategi active learning dengan metode active knowledge sharing yang membuat pembelajaran Fisika lebih bermakna.

(36)

Metode ini menekankan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator yang mengajak siswa dalam mengkonstruksi sendiri pemahaman untuk memahami materi yang akan diberikan dengan berfikir. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan siswa lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dengan lebih banyaknya keterlibatan siswa diharapkan adanya suatu pemahaman yang lebih baik yang diperoleh siswa yang diikuti oleh hasil belajar yang lebih baik juga.

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat skema konseptual pada gambar seperti berikut:

Gambar 2.1

Hasil Belajar Hasil Belajar

Guru Siswa

PBM

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan menggunakan strategi active learning dengan metode active knowledge

sharing

Pembelajaran konvesional cooperatif learning

Dibandingkan

(37)

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka terdapat pengaruh yang berarti pada penerapan strategi Active Learning dengan metode Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar fisika pada materi pengukuran kelas X di MAN Padang Japang.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu merupakan keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin mengkontrol semua variable yang relevan kecuali beberapa dari variable tersebut. Tujuan rancangan eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variable yang relevan (Sugiyono, 2012:6)

B. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized control group only design. Dalam penelitian ini beberapa sampel yang diambil dari populasi dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perlakuan yang diberikan pada eksperimen adalah menerapkan strategi pembelajaran active learning dengan metode active knowledge sharing sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Rancangan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 : Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Test

kelompok eksperimen X T

kelompok control - T

keterangan :

X = Perlakuan dengan penerapan Strategi Active Learning dengan metode Active Knowledge Sharing

O = Perlakuan pembelajaran konvensional T = Tes akhir

Pada akhir penelitian ini kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi tes akhir yang sama yaitu membandingkan hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa kedua kelas tersebut.

28

(39)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki karakteristik atau ciri-cirinya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN Padang Japang.

Tabel 3.1 Jumlah Peserta didik Kelas populasi di MAN Padang Japang Tahun Ajaran 2018/2019

No Kelas Jumlah Peserta didik

1 X MIPA 1 17

2 X MIPA 2 17

Total 34

Sumber: Guru bidang studi fisika kelas X MAN Padang Japang 2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:117) sampel adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik total sampling.

Teknik total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007:82). Alasan mengambil Total Sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai tes awal Fisika siswa kelas X semester ganjil MAN Padang Japang Tahun Pelajaran 2018/2019, setelah itu dihitung rata-rata dan simpangan bakunya.

b. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors.

(40)

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas ini yaitu:

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: Populasi berdistribusi normal.

H1: Populasi tidak berdistribusi normal.

1) Data X1,X2,…Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga yang terbesar.

2) Data X1,X2,…Xn dijadikan bilangan Z1,Z2…Zn dengan rumus:

s x zi xi

keterangan:

xi = skor yang diperoleh siswa ke i x = skor rata-rata

s = simpangan baku

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi)= P(Z≤ Zi)

4) Dengan menggunakan proporsi yang lebih kecil atau sama dengan Z1, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka:

n

Z yang Z

Z banyaknyaZ Z

S ... i

)

( 1 1 2 3

5) Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya

6) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut yang disebut dengan Lo

7) Membandingkan nilai Lo dengan LTabel dengan taraf nyata α = 0,05 jika Lo < LTabel maka data berdistribusi normal (Sudjana, 2005:466) .

(41)

Setelah dilakukan uji normalitas populasi, diperoleh hasil bahwa seluruh populasi berdistribusi normal dengan taraf nyata α = 0,05.

Hasil uji normalitas kelas populasi dapat dlihat pada tabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Normalitas Kelas X MIPA MAN Padang Japang

No Kelas L0 Ltabel Hasil Keterangan 1 X MIPA 0,1470242 0,206 L0 < Ltabel Berdistribusi

normal Terlihat pada tabel di atas bahwa kedua kelas berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas ini dapat dilihat pada Lampiran II.

c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji Barlett Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi tersebut mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Hipotesis yang di ajukan yakni:

H0: 12 = 22

H1: Paling kurang ada satu pasang variansi yang tidak sama

Menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa langkah:

1) Hitung buah ragam contoh dari contoh-contoh berukuran n1,n2,...,nkdengan:

2) Gabungkan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan gabungan:

3) Dugaan gabungan di tentukan nilai peubah acak yang mempunyai sebaran Bartlett:

k s1,s2,...,sk

k

i

ni

N

1

 

k N

i s n s

k

i i

p

2

1 2

1

(42)

Kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika b ≥ bk ( ;n1,n2...nk), berarti data homogen Jika b < bk (( ;n1,n2...nk), berarti data tidak homogen (Nana Sudjana, 2005:261)

Berdasarkan uji homogenitas variansi yang telah dilakukan dengan menggunakan uji bartlett, dari kedua kelas populasi diperoleh hasil analisis bahwa b0,93750lebih besar dari bk 0,8836oleh sebab itu didapatkan kesimpulan bahwa b ≥ bk ( ;n1,n2...nk), maka hipotesis nolnya diterima. Jadi, populasi bersifat homogen. Untuk lebih jelasnya hasil uji bartlett ini dapat dilihat pada Lampiran III.

d. Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan teknik Anava Satu Arah digunakan rumus sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sudjana, 2005:304):

1) Menghitung kuadrat rata-rata dengan rumus:

Ry = J2 / ni dengan J = J1 + J2 + ….= Jk

2) Menghitung kuadrat antar kelompok, dengan rumus:

Ay =  ( Ji2

/ ni ) - Ry

3) Menghitung jumlah kuadrat dari semua nilai, dengan rumus:

Y2 = Ji2

4) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok, dengan rumus:

Dy = Y2 – Ry – Ay

5) Menyusun hasil perhitungan langkah di atas kedalam Tabel 3.4 analisis variansi, seperti pada Tabel berikut :

 

2

1 2 1

1 2 2 1

2) .( ) ...( )

( 2

p

k n N k n n

i

s s s

b s

k

i

k

k n n n

b

b; 1, 2...

         

N

n b n n

b n n b n n

n n

bk k k ; . k ; ... k k ; k

...

,

; 1 2 11 22

diterima H0

ditolak H0

Referensi

Dokumen terkait

Rene Descartes berpendapat bahwa tuhan berada diluar rasio manusia.hal itulah yang ditlak oleh Spinoza karena dia berfikir bahwa Tuhan berada dalam diri kita.. Hal itulah

Pengaruh Lama waktu fermentasi terhadap Kadar Protein Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu fermentasi maka kadar protein yang dihasilkan meningkat.. Hal

Silinder pneumatik seperti pada gambar 2.2 adalah aktuator atau perangkat mekanis yang menggunakan kekuatan udara bertekanan (udara yang terkompresi) untuk

Dalam perancangan permesinan salah satu hal yang penting adalah sampai sejauh mana mesin tersebut akan bertahan terhadap penggunaan yang berulang-ulang dalam kurun waktu

Akan tetapi pengaruh positif yang diberikan oleh kedua variabel tersebut terdapat perbedaan yakni apabila variabel kerjasama tim yang berdasarkan hasil pengujian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu prosedur pemecahan masalah karena setiap penelitian memerlukan metode untuk mencapai

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sebagai proses yang dilakukan seorang pimpinan untuk mempengaruhi orang lain, membimbing, membuat struktur,

Interpolirane vrijednosti i relativna interpolacijska odstupanja za polinome različitog stupnja za prijenosni etalon Z4/100 kN...47..