• Tidak ada hasil yang ditemukan

HJ.HUSNAH Nomor Induk Mahasiswa :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HJ.HUSNAH Nomor Induk Mahasiswa :"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i

THE INFLUENCING OF SCIENTIFIC APPROACH TO BAHASA INDONESIA SUBJECT OF GRADE VIII STUDENTS OF SMPN 4

SUNGGUMINASA GOWA REGENCY

TESIS

TESIS

HJ.HUSNAH

Nomor Induk Mahasiswa : 04. 07. 798. 2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

(2)

ii TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

Hj.HUSNAH

Nomor Induk Mahasiswa :

04-07- 798- 2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

subhanahu wataala berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar magister pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar. Tesis ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam analisis kepada guru-guru untuk menggunakan pendekatan saintifik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dalam bentuk bimbingan, petunjuk, dan dorongan, dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah membantu penulis.penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr. H.M.Ide Said, D.M., M.Pd., komisi pembimbing I dan Dr.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., komisi pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesian tesis ini.

Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Rektor Universitas Muhamamadiyah Makassar dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Prof.Dr.H.M.Ide Said D.M., M.Pd komisi pembimbing, I atas bimbingannya dan arahannya, Dr.Andi Sukri

(7)

vii

Mahasiswa Angkatan ke- 7 yang telah bersama-sama penulis menempuh suka dan duka selama kuliah, dan Kepala SMP Negeri 4 sungguminasa dan teman-teman yang telah membantu pada saat peneltian ini dilaksanakan.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada suami tercinta Muhammad Hamzah,S.Pd., yang senantiasa membantu penulis sampai tahap penyelesaian.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan saintifik. Semoga bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak mendapatkan pahala dari Allah Swt.

Makassar, Oktober2015

(8)

viii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ... III

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

HALAMAN PERBAIKAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ...viii

DAFTAR TABEL ... vix

DAFTAR LAMPIRAN ... vxi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 10

A. TinjauanPustaka ... 10

(9)

ix

5. Model PembelajaranPenemuan (Discovery Learning) ... 36

6. Pengertian Hasil Belajar ... 39

7. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... ... 41

B. KerangkaPikir... 43

C. HipotesisPenelitian ... 47

BAB III MetodePenelitian ... 48

A. Desain dan Jenis Penelitian ... 48

B. Definisi Operasional ... 50

C. PopulasidanSampel ... 51

D. Metode Pengumpulan Data ... 52

E. TeknikAnalisisData ... 55

BAB IV Hasil Penelitian ... 57

A. Penyajian Hasil Analisis Data ... 57

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

BAB V Simpulan dan Saran ... 84

A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 85

(10)
(11)

xi Syamsuri.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengaruh pendekatan saintifik terhadap keberhasilan belajar bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa yang berjumlah 488 orang yang terbagi ke dalam 13 kelas. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling, artinya penentuan sampel dilakukan secara sengaja dengan jumlah yang refresentatif pada kelas penelitian. Hal ini dadasarkan atas pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan karakteristik penelitian. Sampel penelitian ditetapkan kelas VIII D berjumlah 40 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebanyak 40 orang sebagai kelas kontrol. Teknik yang digunakan mengumpulkan data penelitian adalah teknik tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik inferensial statistik deskriptif dan statistik inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika guru menerapkan pendekatan saintifik, maka pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa meningkat. Hal ini tampak berdasarkan temuan bahwa pendekatan saintifik dapat memengaruhi keberhasilan belajar bahasa Indonesia peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Hal ini tampak pula pada nilai yang diperoleh peserta didik, yakni kemampuan peserta didik pada kelas kontrol belum memadai dengan tingkat ketuntasan hanya mencapai 57,5% yang mampu memperoleh nilai 70 ke atas. Hal ini berbeda dengan kemampuan peserta didik meningkat pada kelas eksperimen dengan kategori mampu dengan tingkat ketuntasan mencapai 92,5% yang memperoleh nilai 70 ke atas. Keefektifan pendekatan ini diketahui pula berdasarkan hasil perthitungan nilai t (tes signifikansi untuk desain 2). Perbandingan hasil kemampuan kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai t hitung sebanyak 4,29› nilai t Tabel 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, yaitu pendekatan saintifik efektif diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa (H1)

Sesuai dengan hasil penelitian ini diajukan saran, yaitu guru hendaknya menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, karena teknik ini efektif diterapkan dalam meningkatkan kemapuan peserta didik belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

(12)

xii

The study aims to describe the influence of scientific approach towards students’ performance bahasa Indonesia. Respondents of this

study are class VIII students studying at SMP Negeri 4

SungguminasaKabupatenGowa.

This is an experimental research using the whole class VIII students of SMP Negeri 4 SungguminasaKabupatenGowa (N 488) as the population. The study uses purposive random sampling, mearning that the samples are decided purposively by considering the amount of sample that could represent the total population. This sampling prosedure is patricularly due the lmited time and funding offered to the researcher and this prosedure is suitable with the research characteristics. Total samples of this study are 80 students and are grouped into experimental class (class VIII D students; 40) and control class (students of VIII C n 40). Data is collected through test and was analyzed using both descriptive and inferential statistics

The study reveals that scientifik approach is affective for teaching. The performance and achievement of class VIII students of SMP Negeri 4 Sungguminasa in studying bahasa Indonesia shows an improvement. This can be seen from students, scures and their overall acievement. For control class, only 57,5% of students scored 70 abd/or above. On the contrary, in the experiment class, 92,5% students scored 70 and/or above. The affecacy of this approach is also shown from the t test (significant test for design 2). The comparison between and experiment class in t test indicates the value is 4,29 higher than the value of t table 2.02. This finding signifies that the research hypothesis is accepted, mearning that the scientific approach is effective in improving students’ achievement in learning bahasa Indonesia particularly for class VIII students of SMP Negeri 4 Sungguminasa (HI).

Based on this finding, it is suggested that teachers should use scientific approach in learning in order to improve students’ achievement and performance in studying bahasa Indonesia

(13)

xiii

Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran ... 32

Tabel 1.2 Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 49

Tabel 1.3. Keadaan Populasi ... 51

Tabel 1.4. Sampel Penelitian ... 52

Tabel 2.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kelas Kontrol .. 58

Tabel 2.2. Konversi Angka ke dalam Nilai Berkala 1-100 ... 62

Tabel 2.3. Frekuensi dan Persentase Nilai Kelas Kontrol ... 62

Tabel 2.4. Klasifikasi Nilai Kelas Kontrol ... 64

Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Adakah Pengaruh Pendekatan Saintifik ... 66

Tabel 2.6 Konversi Angka ke dalam Nilai Berskala 1-100 ... 69

Tabel 2.7. Frekuensi dan Persentase Nilai Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Adakah Pengaruh Pendekatan Saintifik ... 70

Tabel 2.8. Klasifikasi Nilai Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Adakah Pengaruh Pendekatan Saintifik ... 72

Tabel 2.9. Nilai Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen dalam Pembelajaran Bahasa Indonesian ... 73

(14)

xiv

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 92

Lampiran 3. Instrumen Penelitian Kelas Kontrol ... 111

Lampiran 4. Instrumen Penelitian Kelas Eksperimen ... 117

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Kontrol .. 130

Lampiran 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dengan Pendekatan Saintifik ... 133

Lampiran 7. Nilai Peserta Didik Kelas Kontrol ... 136

Lampiran 8. Nilai Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 137

Lampiran 10. Poto-poto Kegiatan ... 139

Lampiran 9. Izin Penelitian ... 142

Lampiran 11. Hasil Kerja Kerja Peserta Didik ... 146

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu persoalan utama dalam dunia pendidikan adalah rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa. Indikator paling jelas dapat dilihat dari rendahnya nilai Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia. Padahal, dalam pelaksanaan konsep dan standar Kurikulum Pendidikan, peran bahasa Indonesia sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat bergantung pada kemampuan berbahasa yang efektif. Bahkan seluruh proses adiministrasi dan implementasi pendidikan terkait dengan penggunaan media berbahasa, baik lisan maupun tertulis. Ironisnya, kemampuan dan hasil ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik mengalami penurunan.

Maka dengan adanya pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum 2013. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah dan sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para

(16)

ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif dibandingkan dengan penalaran deduktif (Daryanto, 2014: 51)

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang spesifik. Sebaiknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide lebih luas. Metode ilmiah umunya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya ( Ridwan Abdullah, 2014: 50).

Dalam menyajikan pembelajaran pengaruh santifik salah satu pendekatan yang mampu meningkatkan keberhasilan belajar bahasa Indonesia, setiap orang memiliki jaringan, walaupun tidak disadari oleh yang bersangkutan. Jaringan sangat dibutuhkan dalam belajar dari aneka sumber, mengembangkan diri, dan memperoleh pekerjaan. Seorang siswa memiliki jaringan pribadi yang terdiri dari keluarga, teman, teman dari keluarga, teman dari teman, tetangga, guru dan lain-lain.

Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh peserta didik karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerjasama dalam kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa

(17)

untuk dapat membangun jaringan dan berkomunikasi (Ridwan Abdullah, 2014: 32)

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen (Daryanto, 2014: 56).

Pembelajaran saintifik dikatakan sebagai pendekatan ilmiah karena memiliki kriteria sebagai berikut: Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi idukatif guru siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran yang subjektif, atau penalaranyang menyimpang dari alur berpikir logis.Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analisis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Mendorong dan mengispirasi siswa mampu memahami berpikir hipoterik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

(18)

merespons materi pembelajaran.Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. (Aris Shoimin, 2013 : 164).

Selain tujuan umum pembelajaran sebuah bahasa adalah memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik yang merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan pelajaran bahasa Indonesia memungkinkan manusia saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan sarana untuk menuju pemahaman yang ada dalam dirinya.

Namun, kenyataannya masih banyak guru yang menyelenggarakan pengajaran yang kurang menarik sehingga tidak tercapai sasaran yang diharapkan. Penggunaan metode ceramah, masih mendominasi kegiatan guru sehari-sehari. Sementara itu, peserta didik hanya sebagai pendengar, memperhatikan penjelasan, mencatat yang dipentaskan oleh guru. Di samping itu, kegiatan belajar telah menjadi sesuatu yang rutin, menoton, dan membosankan, bukan lagi sebagai kegiatan menarik, menantang, menuntut, partisifasi aktif dari peserta didik. Begitu pula sarana dan prasarana di sekolah yang kurang terpenuhi, dan peran orang tua yang tidak memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengulang kembali pelajaran di rumah. Hal Inilah yang menyebabkan

(19)

nilai akhir peserta didik tidak tercapai sesuai dengan nilai KKM yang sudah ditentukan yaitu nilai 75. (pengamatan peneliti tahun 2013/2014).

Hasil pengamatan sebagai asumsi awal peneliti untuk memahami masalah pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa bahwa metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar, khususnya palajaran bahasa Indonesia menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan peserta didik dalam balajar.

Untuk menciptakan dan mengopitmalkan keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar maka perlu dirancang suatu strategi belajar mengajar sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berlaku saat ini. Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan ilmiah yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik dalam kondisi yang efektif dan menyenangkan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sesuai dengan yang seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenali kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan Kurikulum 2013 mengacu pada pasal 36 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlaq mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntunan pembangunan daerah dan nasional, tuntunan dunia kerja,

(20)

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003. yakni “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, berlandaskan pada landasan yuridis.

Pada isi Kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia tercantum Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yaitu teks cerita fabel, teks biografi, teks prosedur, teks diskusi, teks ulasan, dan teks cerita pendek, yang mana setiap peserta didik harus mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki berdasarkan struktur teks yang telah ditentukan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014: 1).

Pembelajaran saintifik dianggap sebagai pendekatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menarik

(21)

kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. .

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengkaji lebih dalam tentang metode pembelajaran sainfifik pada pelajaran bahasa Indonesia, dan mengangkat judul “Pengaruh Pendekatan Saintifik terhadap

Keberhasilan Belajar Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Dipilihnya topik ini sebagai

objek penelitian karena ingin mengetahui apakah dengan adanya pendekatan saintifik mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik dan melalui penelitian ini diharapkan semakin meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar di kelas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah penelitian ini, yakni;

1. Bagaimanakah pengaruh pendekatan saintifik tehadap keberhasilan belajar Bahasa Indonesia peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa?

2. Adakah pengaruh pendekatan saintifik tehadap keberhasilan belajar bahasa Indonesia pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa?

3. Apakah pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap keberhasilan belajar bahasa Indonesia pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar bahasa Indonesia peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa setelah menerapkan pendekatan saintifik. 3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar bahasa

Indonesia pada peserta didik dengan menggunakan pendekatan saintifik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pengaruh pendekatan saintifik terhadap keberhasilan belajarbahasa Indonesia peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

b. Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman, serta memiliki kesadaran bagi guru tentang pengaruh pendekatan

(23)

saintifik terhadap keberhasilan belajarbahasa Indonesia peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. c. Menambah khazanah tentang teori metode pembelajaran saintifk

dan keberhasilan belajar siswa. 2.Manfaat Praktis

a. Bagi Pembaca/Penikmat

1) Menimbulkan motivasi kepada pembaca untuk senantiasa aktif berinovasi dan berkreasi dalam mengajar

.2) Memberikan gambaran cara yang efektif dalam memahami model pembelajaran sainfitik.

b. Bagi Siswa

1) Memberikan pemahaman dan langkah-langkah metode pembelajaran saintifik kepada siswa.

2) Memudahkan siswa dalam menerima metode pembelajaran saintifik.

c. Bagi Peneliti Lebih Lanjut

1) Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti pada metode yang lain

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengembangkan penelitian yang relevan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Yang Relevan

Penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran sudah pernah dilakukan. Namun, khusus pada model pembelajaran saintifik masih kurang dilakukan. Penelitian sebelumnya yang relevan dilakukan oleh Darsinah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Murid Kelas V SD Inpres Bertingkat Melayu Kota Makassar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model berbasis masalah dapat meningkatkan pembelajaran mengapresiasi puisi murid kelas V SD Inpres Bertingkat Melayu Kota Makassar. Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 63,17 dan dikategorikan tinggi, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II adalah 84,92 dan dikategorikan sangat tinggi. Persentase ketuntasan siklus I adalah 15% dan dikategorikan belum tuntas, sedangkan pada siklus II mencapai 95% dan dikategorikan tuntas.

Hamzah (2011) dengan judul “Keefektifan Model Saling Mengungjungi (Two Stay Two Stray) dalam Pembelajaran Menulis

(25)

Paragraf Siswa Kelas XII SMK Negeri 6 Takalar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model saling mengungjungi (stay two two stray) efektif diterapkan dan dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf pada sisiwa kelas XII SMK Negeri 6 Takalar. Dengan kata lain, jika guru menerapkan model saling mengungjungi (stay two two stray), maka kemampuan menulis paragrafsiswa kelas XII SMK Negeri 6 Takalar lebih meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil tindakan penelitian bahwa hasil pembelajaran menulis paragraf siswa kelas XII SMK Negeri 6 Takalar tanpa menggunakan model saling mengungjungi (stay two two stray) dikategorikan sedang sedangkan hasil pembelajaran dengan menggunakan model saling mengungjungi (stay two two stray) dikategorikan tinggi.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka penelitian ini tidak mengembangkan penelitian sebelumnya. Namun, ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah terletak pada materi yang dikaji yaitu peningkatan keberhasilan belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan model, sedangkan perbedaannya adalah metode yang digunakan dalam meningkatkan keberhasilan belajar peserta didik. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan model terbaru yaitu Kurikulum 2013 pendekatan “Saintifik”.

(26)

2. Pengertian Pendekatan dan Strategi

Sanjaya (2010: 127) menyatakan bahwa pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung kepada pendekatan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Iskandarwassid dan Dadang (2009:40) bahwa pendekatan adalah proses, pembuatan, atau cara mendekati.Dikatakan pula bahwa pendekatan merupakan sikap atau pendangan tentang sesuatu berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Pendekatan bersifat aksiomatis, tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Di dalam pengajaran atau pembelajaran bahasa, pendekatan merupakan pandangan, filsafat, atau kepercayaan tentang hakikat pembelajaran atau pengajaran bahasa yang diyakini dan tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya.

Strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves aparticular educational goal. Dengan demikian,

strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2010: 26). Kemp (dalam Sanjaya, 2010: 126) menyatakan bahwa;

(27)

“ strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”.

Senada dengan pendapat tersebut, Dick and Carey (dalam Sanjaya, 2010: 126) juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Metode adalah upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode cermah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran Iskandarwassid dan Sunandar, (2009:56) menyatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa strategi berbeda dengan metode. Strategi merujuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat

(28)

digunakan untuk melaksanakan strategi, dengan kata lain strategi adalah perencanaan untuk melaksanakan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara untuk mencapai sesuatu.

Jadi, strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan bergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain (Sanjaya, 2010: 128).

Hubungannya dengan penelitian ini yang menekankan pada strategi pembelajaran, diuraikan lebih rinci tentang strategi. Strategi pembelajaran, yaitu keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks strategi pengajaran, tersusun hambatan-hambatan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai, meteri yang hendak dipelajari, pengalaman-pengalaman belajar, dan prosedur evaluasi (Hamalik, 2001: 201).

Strategi belajar-mengajar secara umum mempunyai pengertian suatu garis besar haluan dalam bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dalam belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Hastuti, 1995: 5).

(29)

Lebih lanjut dinyatakan oleh Hastuti (1995:6) bahwa ada empat strategi dalam belajar-mengajar, antara lain:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kulaifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar-mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar-mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menciptakan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar-mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Pencapaian tujuan proses belajar mengajar yang maksimal tidak terlepas dari strategi mengajar yang tepat. Strategi mengajar merupakan seperangkat komponen yang harus diikuti oleh seorang pengajar dalam menyajikan materi di kelas. Adapun prosedur strategi belajar-mengajar yang dikemukakan oleh Hastuti (1995:24) sebagai berikut:

(30)

a. Persiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa.

b. Materi/bahan, alat pelajaran dan alat bantu mengajar telah dipersiapkan.

c. Masukan dan karakteristik pembelajar telah diidentifikasikan. d. Bahan pengait telah direncanakan

e. Metode dan teknik penyajian telah dipilih seperti cermah, diskusi, dan bermain peran.

3. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (dalam Andarjaya, 2008: 10). Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar,

Ariends (1977: 7) dalam ( Shoimin, 2014:23) menyatakan;

“The term teaching model refers to a particular to intriction that

includes its goals, syntax, inveronmint, and management system”

Artinya, istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan system pengelolaannya”.

Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk

(31)

memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu. Pengembangan model pembelajaran sangat bergantung dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model pembelajaran tertentu yang diyakini sebagai pembelajaran yang paling baik, semua bergantung pada situasi dan kondisinya.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih baik (Aunurrahman, 2012: 143).

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam melakukan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain: 1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran akan tercapai). 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

(32)

dengan berhasil. 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Aris Shoimin, 2013: 23)

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran melibatkan siswa, guru, serta komponen pendukung lain. Dalam pelaksanaannya di sekolah proses pembelajaran harus dijalankan secara terencana dan sesuai dengan kondisi serta tujuannya. Pengertian pembelajaran menurut Syafaruddin dan Nasution (2005: 76) bahwa: “Suatu proses mengarahkan anak didik untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka perubahan tingkah laku (kognitif, efektif, dan psikomotor) menuju kedewasaan.

Selanjutnya, “Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan” (Sanjaya memberi kebebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajarannya, 2010:198). (Aris Shoimin, 2013: 43) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah, yang dalam pelaksanaannya seolah-olah diberi kebebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, guru, serta kondisi nyata sumber daya yang tersedia dan siap didayagunakan di sekolah. Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran hendaknya berpusat pada karakteristik peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam

(33)

pembelajaran. Pembelajaran harus menekankan pada praktik, dengan pendayagunaan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.

Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu mengelola sumber belajar, dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi umum yaitu: 1) merencanakan tujuan belajar, 2) mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, 3) memimpin yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa, dan 4) mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan (Sanjaya, 2010: 23).

Pembelajaran diartikan sebagai berikut: 1) Pembelajaran adalah suatu yang dilaksanakan secara sistematik yang setiap komponen yang saling berpengaruh. 2) Pembelajaran adalah suatu usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa belajar, dimana pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang memengaruhi terjadinya belajar siswa. 3) Pembelajaran adalah suatu lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya belajar siswa. 4) Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang dengan optimal (Aunurrahman, 2012: 9).

(34)

Menurut Kamus Populer Bahasa Indonesia (Sutrisno, 2010:493) pembelajaran merupakan jalannya kegiatan belajar siswa dan mengajar guru. Suatu pembelajaran akan berdaya guna apabila guru menggunakan berbagai prinsip termasuk menumbuhkan adanya saling percaya antar guru dan anak didik, terutama memperhatikan kebutuhan individu anak didik agar tidak menggannggu belajarnya. Pada dasarnya pembelajaran dilangsungkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan hal ini bisa terlaksana dengan baik jika didukung oleh empat unsur yaitu: tujuan, bahan pelajaran, metode, alat (media) dan penilaian.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru, siswa dan lingkungan yang bertujuan pada perubahan tingkah laku siswa. Dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki otoritas untuk menentukan strategi yang tepat.

4. Pengertian Saintifik

Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan menjadi proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengetahuan sikap, ketermpilan dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif ketimbang penalaran deduktif. Penalaran deduktif melihat fenomena

(35)

umum untuk kemudian menarik simpulan spesifik. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan.

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik kesimpulan yang spesifik. Sebaiknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide lebih luas. Metode ilmiah umunya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.

Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian harus berbasis bukti-buktidari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengelola informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis (Daryanto, 2013: 30).

A. Tujuan Pembelajaran Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik (ilmiah). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

(36)

pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “Tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “Tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “Tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Daryanto, 2014: 54-55).

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

b. Untuk membentuk kemampuan sisiwa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematis.

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide,khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

(37)

f. Untuk mengembangkan karakter peserta didik.

B. Konsep Pembelajaran Saintifik

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasiyang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber. Aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah pada umumnya adalah sebagai berikut: 1) observasi, 2) teori dan model, dan 3) eksperimen.

Pembelajaran dengan integrasi kegiatan ilmiah pada umumnya merupakan kegiatan inkuiri. Inkuiri adalah porses berpikir untuk memahami tentang sesuatu dengan mengajukan pertanyaan. Galileo

Educational Network (2004) dalam Daryanto, 2014:59memberikan defenisi

lebih luas tentang inkuiri.

“Inquiry is the dynamic process of being open to wonder and puzzlements and coming to know and understand the world”.

Inkuiri dapat dijadikan sebagai pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, atau metode pembelajaran. Jenis inkuiri yang umum digunakan telah dibicarakan dalam buku sebelumnya (Budimansyah Dasim, 2008:39), namun, perbedaan dapat ditinjau dari peran guru dan

(38)

siswa dalam mengajukan pertanyaan, memilih metode, dan menemukan solusi dari permasalahan. Secara umum, ada tiga jenis inkuiri yaitu: permasalahan, metode dan solusi.

Kegiatan belajar secara inkuiri dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran menemukan (discovery), study kasus (case study), problem based learning (BBL), project

basedlearning (PjBL), dan sebagaimnya. Aktivitas belajar melalui inkuiri

tidak terlepas dari pengajuan pertanyaan yang terkait dengan permasalahan yang dikaji. Perumusan hipotesis (jika ada) terkait dengan pertanyaan yang diperlukan untuk melakukan percobaan dalam upaya menjawab pertanyaan yang diajukan. Upaya dalam mengelolah data yang diperoleh membutuhkan penalaran berdasarkan konsep yang ada. Pengolahan data dan pencapaian informasi juga membutuhkan kerja sama, baik sesama anggota kelompok maupun dengan anggota mayarakat. Aktivitas utama tersebut merupakan ciri pembelajaran saintifik, dan dapat digunakan untuk membentuk keterampilan inovatif yang dikemukakan oleh Dyer dkk, (dalam Ridwan Abdullah,2014: 15) yakni 1) observasi; 2) bertanya; 3) melakukan percobaan; 4) asosiasi; 5) membangun jaringan (networking).

Menurut Dyer dkk (dalam Ridwan Abdullah, 2014:45), seorang inovator adalah pengamat yang baik dan selalu mempertanyakan suatu kondisi yang ada dengan mengajukan ide yang baru. Inovator mengamati lingkungan sekitarnya untuk memperoleh ide dalam melakukan sesuatu

(39)

yang baru. Mereka juga aktif membangun jaringan untuk mencari ide baru, menyarankan ide baru, atau menguji pendapat mereka. Seorang inovator selalu mencoba hal baru berdasarkan pemikiran dan pengalamnnya. Seorang inovator akan berpeluang ke tempat yang baru untuk mencoba ide inovatifnya.

Berdasarkan teori Dyer tersebut (dalam Ridwan Abdullah, 2014:53) dapat dikembangkan pendekatan saintifk (sceintic approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi; 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi).

Tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari. Pada suatu pembelajaran mungkin dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum memunculkan pertanyaan, namun pada pelajaran yang lain mungkin siswa mengajukan pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan eksperimen dan observasi. Aktivitas membangun jaringan juga mungkin dilakukan dalam upaya melakukan ekperimen atau juga mungkin dibutuhkan ketika siswa mendesiminasikan hasil eksperimennya. Berikut ini dijabarkan masing-masing aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran saintifik.

(40)

a. Melakukan Pengamatan atau Observasi

Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Sebuah benda dapat diobservasi untuk mengetahui karakteristiknya, misalnya: warna, bentuk, suhu, volume, berat, bau, suara, dan teksturnya. Benda dapat menunjukkan karakteristik yang berbeda jika dikenai pengaruh lingkungan. Perilaku manusia juga dapat diobservasi untuk mengetahui sifat, kebiasaan, respons, pendapat, dan karakteristik lainnya. Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatifdan kuantitatif. Pengamatan kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda menggunakan alat ukur karena dideskripsikan menggunakan angka. Pengamatan kuantitatif untuk melihat perilaku manusia atau hewan dilakukan dengan menggunakan hitungan banyaknya kejadian.

Contoh Data Kulalitatif Contoh Data kuatitatif Warna benda putih

Bersuara nyaring ketika jatuh ke lantai

Tekstur permukaannya kasar

Panjang benda 20 cm Massa benda 2 kg Suhu benda 40o c

(41)

b. Mengajukan Pertanyaan

Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan meraka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu cara untuk melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah menggunakan metode inkuiri Suchman. Metode inkuri Suchman dapat dilakukan dengan menampilkan sebuah fenomena dan meminta siswa mengajukan pertanyaan terkait dengan hal tersebut, sedangkan guru hanya menjawab ya atau tidak. Contoh inkuiri Suchman sebagai berikut: Guru menunjukkan demonstrasi meniupkan bola pingpong dengan pengering rambut (hair dryer) dari arah bawah dan terlihat bahwa bola pingpong nampak melayang tidak jatuh ke bawah, juga tidak terbangke atas, kemudian, siswa dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan fenomena tersebut. (Ridwan Abdullah, 2014: 57) contoh:

Guru : “Coba ajukan pertanyaan yang terkait dengan fenomena yang kamu perhatikan ini, Bapak hanya menjawab Ya atau Tidak” Siswa : “Apakah ada udara di sekitar bola pimpong?”

(42)

Siswa : “:Apakah bola pimpong akan terpental jika tiupan hairdryer diperbesar.

Guru : “Tidak”

Kemudian, guru mencoba mendemontrasikan fenomena yang terjadi denganmenaikkan tiupan anginhairdryer. Pertanyaan dilanjutkan sampai siswa memahami konsep yang akan dijelaskan. Pertanyaan yang diajukan dapat menggiring siswa untuk melakukan pengamatanyang lebih teliti.

c. Melakukan Eksperimen/Percobaan atau Memperoleh Informasi

Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber, misalnya dalam pelajaran bahasa dan kelompok pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Guru perlu mengarahkan siswa dlam merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan meloporkan aktivitas yang telah dilakukan. Pada tahap persiapan pembelajaran guru bertindak sebagai pengarah atau pengelola kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal berikut:

a. Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa dalam mempelajari topik kajian

(43)

b. Mengajukan pertanyaan dan membantu siswa mengembangkan pertanyaan yang relevan dengan topik yang harus dieselesaikan dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan. c. Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan atau

percobaan oleh siswa.

d. Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih atau mencari peralatan dan bahan yangdibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan

e. Menyatakan lamanya waktu dan hasil yang diharapakan dengan pelaksanaan kegiatan penyelidikan/percobaan.

Peran guru ketika siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan adalah:

a. Memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan.

b. Berdiskusi dengan siswa atau mengarahkan mereka dalam membuat kesimpulan atau “menemukan” konsep.

Metode yang digunakan dalam mengarahkan siswa adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapatmengembangkan ide mereka dan membantu siswa berpikir secara mendalam.

d. Mengasosiasikan/Menalar

Kemampuan mengeloh informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan

(44)

satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

C. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Penggunaan saintifik dalam pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pedekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Proses pembelajaran tersebut disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut: 1) substansi atau materi pembelajarn berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan denganlogika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata, 2) proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. (Daryanto’ 2014: 58).

D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Saintifik

Beberap prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

(45)

b) Pembelajaran membentuk students self conceft

c) Pembelajaran terhindar dari verbalisme

d) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi konsep, hukum, dan prinsip.

e) Pembelajaran mendorong terjadinyapeningkatan kemampuan berpikir siswa.

f) Pembelajaran meningkatkan motivasi siswa dan motivasi mengajar guru.

g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

E. Langkah-langkah Umum Pembelajaran Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian megolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 Lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

a. mengamati; b. menanya;

(46)

d. mengasosiasi; dan e. mengomunikasikan

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel No.1.1.

Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi Yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)

Melatih

kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Mengumpulkan informasi/eksperimen - Melakukan eksperimen - Membaca sumber lain selain buku teks - Mengamati objek/kejadian - Aktivitas - Wawancara dengan nara sumber Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan/men golah informasi.

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik

Mengembangkan sikap jujur, teliti,

(47)

terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperim en maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,

kemampuan

berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas. (Sumber Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 23-14).

F. Penilaian dalam Pendekatan Saintifik

Penilaian (assesment)adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pada Standar Pendidikan Nasional Pendidikan, penilaian pendidikan merupakan salah satu standar yang bertujuan untuk menjamin: perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Modul , 2013: 49).

(48)

1) Jenis-jenis Penilaian pada Kurikulum 2013

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian. Penilaian peserta didik yang dilakukan pada Kurikulum 2013 mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasisi portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:

a. Penilaian otentik merupakanpenilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (infut), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.

b. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan atau kelompok. d. Ulangan merupakan proses untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

(49)

e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatanpembelajaran. g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapain kompetensi peserta didik di akhir semester.

h. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilkukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi selanjutnya disebut UMTK

merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk pencapain tingkat kompetensi.

.

2) Teknik Penilaian Saintifik

Untuk mengukur kemampuan peserta didik pada akhir pembelajaran diadakanlah evaluasi. Penilaian memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Evaluasi didahului dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membendingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil

(50)

pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku (Eko Putro, 2009:4).

Penilaian dalam pembelajaran saintifik meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan aspek keterampilan yang saling terkait

a) Penilaian proses

1. Observasi saat peserta didik bekerja berkelompok 2. Bekerja individu

3. Berdiskusi

4. Presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja. b) Penilaian Produk

1. Penilaian produk dilakukan dengan teks tertulis 2. Pemahaman konsep

3. Prinsip 4. Hukum

c) Penilaian Sikap meliputi:

1. Observasi saat peserta didik bekerja kelompok 2. Bekerja individu

3. Berdiskusi

4. Saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi

sikap. (Modul, 2013 : 44)

5. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Metode discovery learning adalah teori belajar yang didefenisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disjikan materi

(51)

pelajaran dalam bentuk final, melainkan diharapkan mengorganisasi sendiri. Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan

Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah

ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan problem solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Pada discovery learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilajutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir (Materi Implementasi Kurikulum 2013, 2014:31)

Discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,

peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan (Implemetasi Kurikulum 2013, 2014: 31) Adapun langkah-langkah mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai berikut:

(52)

1) Perencanaan

a) Menentukan tujuan pembelajaran

b) Melakukan identifikasi siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebaginya)

c) Memilih materi pelajaran

d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif)

e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebaginya untuk dipelajari siswa. f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif , ekonik, sampai ke simbolik.

g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 2) Pelaksanaan

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan dengan mengajukan pertanyaan.

b) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah melakukan stimultion guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran

(53)

c) Data Collection (pengumpulan Data)

Pada saat peserta didik melakukan ekspremen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banykanya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

d) Data Processing ( Pengolahan Data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observsi lalu ditafsirkan.

e) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama.

6. Pengertian Hasil Belajar

Istilah hasil belajar tersusun dari dua kata yakni kata hasil dan belajar. Hasil adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan dengan menyenangkan hati yang diperoleh dengan kegiatan kerja, baik secara individual maupun kemlompok dalam bidang kegiatan tertentu.

(54)

Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahasan yang telah dipelajari atau suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu manuju seutuhnya (Puji Astuti, dan Deti2007: 38).

Dari dua pengertian di atas, maka dapat dsimpulkan bahwa keberhasilan belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setalah ia menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, alat ukur yang digunakan adalah dengan melakukan penilaian baik melalui tes maupun non tes. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita (Puji Astuti, dan Deti 2007: 10). Dalam sistem Pendidikan Nasional hasil belajar dikalsifikasi menjadi tiga ranah yakni; ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Jadi, pengertian hasil belajar adalah skor total yang dicapai peserta didik pada proses belajar yang mencakup aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi.

7. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia

(55)

yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa.

Tujuan pelajaran bahasa Indonesia bagi peserta didik adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia peserta didik serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah BSN (Akhdiat, 1991 :1 dalam www.informasi,Pendidikan .com. 2014, Jumat, 10 April 2015 pukul 20 00).

Selain tujuan umum pembelajaran sebuah bahasa adalah memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik yang merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan pelajaran bahasa Indonesia memungkinkan manusia saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan sarana untuk menuju pemahaman yang ada dalam dirinya.

Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pendidikan bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

(56)

berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusasteraan manusia Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a) Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien dan etika yang berlaku.

b) Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa pemersatu bangsa Indonesia.

c) Siswa mampu memahami bahasa Indonesia serta dapat menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. d) Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

e) Siswa dapat membaca dan memenfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f) Siswa diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia serta menghargai dan bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual. (www. Informasi Pendidikan, Com. 2014. Jumat, 10 April 2015).

Materi yang diajarkan dalam penelitian adalah teks ulasan yaitu menentukan struktur teks Novel Laskar Pelangi dan mendata jenis kata

(57)

kerja dan kata sifat yang terdapat dalam novel tersebut. Adapun defenisi teks ulasan adalah teks yang berisi tinjauan suatu karya sastra yang berupa puisi, buku, benda, dan sebainya untuk mengetahui kualitas, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki karya tersebut untuk pembaca atau pendengar khalayak ramai (Brainly, co.id/tugas. Sabtu, 18 April 2015 pukul 20.00).

Novel karya Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi yang terdiri atas 533 halaman. Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita, penulis novel disebut novelis, kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “Sebuah kisah atau sepotong berita” ( Sudjiman, 1984: 35). Dalam penelitian ini peserta didik akan menentukan stuktur kalimat dan mendata kata kerja dan kata sifat yang terdapat di dalamnya.

Kata Kerja merupakan kata yang menyatakan tindakan atau perilaku, sedangkan kata sifat adalah kata yang menerangkan keadaan, sifat khusus, atau watak suatu benda.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru, bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan dan pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah, yang dalam pelaksanaannya efektif, sesuai

Gambar

Tabel No.1.1.
Tabel 1.2.  Kelompok Eksperimen dan Kontrol  Kelompok
Tabel 1.3. Keadaan Populasi
Tabel 1.4.  Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 6 memperlihatkan tampilan permainan angklung dengan ditekan ( tap ). Terdapat tujuh karakter yang masing-masing karakter memegang angklung. Di atas dan di bawah

Spesifikasi IMO mensyaratkan bahwa pelaksanaan crude oil washing dan perlengkapan manual dipersiapkan dan disetujui. Setiap tangki harus di crude oil washing

).- Untuk hubungan ruang yang saling berkaitan, dapat diterapkan pada ruang kelas dengan ruang praktek serta dengan ruang pengelola, dimana ketiganya secara tidak langsung

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh bahwa rangka yang terjadi pada alat pembuat pelet dapat mempengaruhi kekuatan, deformasi dan faktor keamanan pada rangka,

Pola latihan : Pasien berdiri dan lakukan latihan dengan melangkah maju mundur secara bergantian. Berdiri dengan tungkai yang sakit berada didepan tungkai yang

Model pembelajaran discovery (penemuan) juga diharapkan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar pada peserta didik sehingga motivasi dan semangat belajar peserta

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pembelajaran jarimatika dapat membantu peserta didik menumbuhkan rasa senang dalam belajar matematika

Padahal menurut Rawa, dkk (2018:54) penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran di kelas dapat mendorong timbulnya rasa senang siswa