• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut semua aspek kehidupan manusia, baik dalam pemikiran atau pengalaman.

Oleh karena itu, pembahasan pendidikan tidak cukup berdasarkan pengalaman saja, melainkan dibutuhkan suatu pemikiran yang sangat luas dan mendalam. Pengkajian pendidikan tidak cukup hanya dengan hasil penelitian secara ilmiah, namun dibutuhkan pengkajian yang lainya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian ilmiah merupakan suatu keharusan karena akan mengungkapkan fakta-fakta yang berkaitan dengan pengalaman manusia yang berkaitan dengan pendidikan.

Manusia adalah makhluk yang memiliki unsur rohani yang mencakup dua segi kejiwaan, yaitu hakikat sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.

Dan satu hakekat lagi, yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain adalah hakekat sebagai makhluk sosial dan makhluk berketuhanan.

Berdasarkan hakekat manusia itu, didapati berbagai segi atau aspek pendidikan. Diantara aspek-aspek pendidikan tersebut adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan kecerdasan, pendidikan sosial, pendidikan jasmani, pendidikan seksual, pendidikan agama, dan lain-lain.

Dalam skripsi ini penulis akan membahas salah satu aspek pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu pendidikan seksual.

Seks tidak akan pernah kering untuk dibicarakan, banyak sisi yang dapat diambil dari tema tersebut. Seksolog, psikolog, dokter serta masyarakat awam pun tidak akan canggung untuk membicarakan persoalan tentang seks, dari pembahasan ilmiah sampai yang vulgar dan erotis sekalipun.

Fenomena ini muncul, dikarenakan seks itu adalah suatu yang urgen,

yaitu sebagai kebutuhan fisiologis manusia. Tanpa belajar pun manusia akan

mengerti tentang seks, yang salah satu tujuanya adalah untuk reproduksi,

(2)

2

yaitu mempertahankan keberadaan manusia dan keturunan agar tetap berkelanjutan, akan tetapi kebutuhan terpenting dari kehidupan manusia tersebut, seringkali mendapat kecaman apabila diangkat kepermukaan.

Banyak pihak yang tidak sepakat apabila seks diperbincangkan secara umum, karena mereka memandang bahwa seks adalah urusan rumah tangga, bahkan lebih sempit lagi, seks adalah “urusan kamar”. Sehingga dikatakan tabu, tidak sopan, jorok, melanggar norma dan etika sosial serta predikat tidak normal, bagi phak yang membicarakan seks dimuka umum.

1

Di masyarakat saat ini, ada semacam stigma dan anggapan bahwa anak-anak tidak perlu diberikan pendidikan dan pembelajaran masalah seks, karena setelah ia menginjak remaja atau dewasa akan tahu dengan sendirinya.

Sebagian besar orang tua merasa riskan untuk membicarakan dan menyampaikan masalah seks pada anak-anaknya. Selain itu, juga karena memang para orang tua tidak mempunyai bekal atau pengetahuan tentang masalah seks. Barangkali inilah mengapa pendidikan seks kurang mendapat tempat dan perhatian di dalam pola pengasuhan anak. Ada sebagian orang berpendapat dan beranggapan bahwa peningkatan pengetahuan seks akan menambah jumlah penyelewengan. Anggapan ini jelas keliru dan salah.

Kalau pendidikan seks hanya mengajarkan teknik-teknik bersenggama, fungsi-fungsi organ kelamin dan kesehatan reproduksi tanpa memberikan muatan agama, jelas hanya akan mengakibatkan anak coba-coba.

2

Islam memandang anak mencakup beberapa aspek dari kehidupannya:

fisik, intelektual, psikis, sosial, dan kesehatan, bahkan jauh sebelum terjadinya pertemuan sang ayah dengan ibu”.

3

Menurut Ali Akbar, bahwa seks sama dengan nafsu syahwat, ialah suatu kekuatan pendorong hidup, yang dalam istilah lain juga disebut instink atau naluri yang dimiliki manusia.”

4

1 Michel Faucault, “Histoire De La Seksualite 1: La Volonte De Savior”, terj. Rahayu S Hidayat, Seks Dan Kekuasaan Sejarah Seksualitas, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1997), hlm.

2. 2

Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi, (Solo, Pustaka Iltizam, 2009), cet. 1, hlm. 14.

3 Hamdan Rajiih, Cerdas Akal, Cerdas Hati, (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm, 51.

(3)

3

Lebih lanjut Ali Akbar memaparkan, Islam mengatur seksualitas mulai dari aurat, pakaian, penglihatan dan seks, nafsu syahwat itu sendiri, yang membagi dalam dua kelompok, yaitu yang diberi Allah rahmat dan yang tidak diberi Allah rahmat. Pada halaman lain beliau mengatakan pendidikan seks dimulai sejak bayi lahir dengan mengadzankan, mengaqiqahkan, khitan buat remaja laki-laki dan cara pendidikan yang terbaik adalah memerintahkan shalat sewaktu remaja-remaja berumur tujuh tahun tempat tumbuhnya iman.

Seksualitas Islam adalah seksualitas yang dibimbing oleh ajaran Allah dan Rasulnya, bukanlah seksualitas bebas, free sex. Seksualitas Islam sesuai dengan Islam sendiri akan membawa manusia kepada kebahagiaan diri, rumah tangga, masyarakat dan negara, kebahagiaan dunia dan akhirat.

5

Pendidikan seks menurut tokoh pendidikan Nasional Arif Rahman Hakim adalah perlakuan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah ditetapkan oleh masyarakat. Dengan demkian pendidikan ini bukanlah pendidikan tentang how to do (bagaimana melakukan hubungan seks), atau tentang hubungan seks aman, tidak hamil dan lain sebagainya, tetapi intinya pendidikan seks diberikan sebagai upaya preventif dalam kerangka moralitas agama. Ia tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama, jika tidak maka apa yang dikhawatirkan kelompok anti pendidikan seks akan terjadi. Ketika seks terlepas dari kerangka moral agama, maka kebobrokan moral kaum terpelajar justru akan semakin mewabah, sebagaimana yang ditenggarai Iip Wijayanto.

6

Sejarah manusia yang berhubungan dengan kehidupan seksual di abadikan dalam al Qur'an di antaranya riwayat Nabi Yusuf as. Yusuf adalah seorang pria yang tampan rupawan. Ia mengabdikan diri pada seorang pejabat tinggi di kerajaan Mesir. Istri pejabat tinggi yang bernama Zulaikha itu tergila-gila melihat ketampanan Yusuf. Pada sebuah kesempatan, dirayunya

4 Ali Akbar, Seksualita Ditinjau Dari Hukum Islam, (Jakarta: Ghalia, 1983), hlm. 34.

5 Ali Akbar, Seksualitas Di Tinjau Dari Hukum Islam, hlm. 94 – 95.

6 Nalul Umam Wibowo, “Kurikulum Pendidikan Seks”, dalam http://re- searchengines.com, diakses 5 Oktober 2011.

(4)

4

Yusuf untuk melayani nafsu birahinya. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Yusuf (12/ 23):

ִ

ִ 

! "# $%&

'()%*ִ+

,- . /

0'( (֠

2' 3ִ

,4(

5

6 (֠

(7 ִ 8 9:

;

< %& )

=> ?@

A 2#0 B

ִC D 8

;

< %& ) EF

G⌧ * $ I

,J G☺ *L M NOPQ

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu- pintu seraya berkata: “marilah kesini.” Yusuf berkata: aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku (suami Zulaikha) telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tidak akan beruntung.

7

Yusuf yang lebih takut kepada Allah daripada majikannya itu jelas menolak ajakan Zulaikha. Ketika meninggalkan kamar, baju belakang Yusuf sempat ditarik Zulaikha hingga sobek. Pada saat itu, tepat di depan pintu muncul tuannya. Zulaikha kemudian memfitnah Yusuf bahwa Yusuflah yang berusaha memperkosanya. Walaupun sudah berargumen dengan menunjukkan baju belakangnya yang sobek (suatu tanda bahwa Zulaikha yang menginginkan perbuatan itu), Yusuf tetap dijebloskan ke dalam penjara.

Kisah ini merupakan contoh pengaruh nafsu seksual yang bisa membuat seseorang lupa diri dan mencelakakan orang lain.

Banyak kisah para penguasa yang terjadi dari zaman kuno, pertengahan, hingga zaman modern yang selalu menampilkan tokoh wanitanya. Para penguasa zaman dahulu, baik kaisar, raja, bupati maupun kepala suku tidak ada yang hanya mempunyai satu istri. Jika tidak berpoligami, para penguasa ini pasti mengambil selir-selir yang barangkali sering tidak tampak di istananya. Peperangan, permusuhan dan intrik politik tidak lepas dari masalah seks dengan wanita sebagai pemegang peranan penting, walaupun kadang-kadang berada di belakang layar..

7 Departemen Agama RI, al Qur'an dan Terjemahannya, (Depok: Sabiq, 2009).

(5)

5

Betapa pun banyak pihak yang beranggapan bahwa seks adalah tabu untuk dibicarakan, akan tetapi dalam realitas sehari-hari tema tersebut akan tetap hidup. Seks akan selalu hadir dalam kehidupan manusia, baik diforum ilmiyah (diskusi, seminar, sarasehan dan lokakarya), maupun dalam obrolan ringan. Dan pihak inilah yang pro dengan diinformasikanya persoalan seks, mereka memandang, bahwa persoalan seks tidaklah pantas untuk ditutup- tutupi, tetapi seksualitas itu perlu dibeberkan dan diinformasikan. Dalam pengertian ini, bukan berarti bahwa seks diangkat sebebas-bebasnya dalam kehidupan sehari-hari, dipertontonkan bahkan dilegal-formalkan prakteknya tanpa adanya ikatan yang sah seperti pernikahan.

Kebanyakan orang tua selalu menunda-nunda untuk membicarakan tentang seks dengan anak remaja mereka. Ketika orang tua mulai membicarakannya dengan anak remaja mereka, sering sudah terlambat.

Menurut penelitian, sebagian remaja sudah pernah berhubungan seks pada saat orang tua mereka mencoba untuk membicarakan seks dengan mereka.

Memang penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat, tapi remaja-remaja di Indonesia juga mempunyai perilaku yang sangat memprihatinkan.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Pediatrics, 114 keluarga yang diwawancarai pada masalah-masalah mulai dari perubahan tubuh pada masa pubertas sampai dengan kondom dan kehamilan. Dalam satu sesi, peneliti menanyakan kepada para remaja dan orang tua mereka secara terpisah, tentang kapan topik ini dibahas oleh mereka. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan jawaban para remaja tentang aktivitas seks pertama mereka.

Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata, remaja telah berhubungan seks sebelum orang tua mereka mulai mendiskusikannya dengan mereka. Menurut salah satu peneliti, Dr. Mark Schuster, kepala pediatri umum di Children's Hospital Boston, hasil penelitian ini seharusnya mendorong orang tua untuk berbicara dengan anak remaja mereka tentang pendidikan seks lebih awal.

Dengan harapan perilaku seks bebas pada remaja bisa dikendalikan. Di

Indonesia sendiri penelitian tentang perilaku seks bebas remaja

(6)

6

perkotaan pernah dilakukan dengan hasil bahwa ketika informasi yang diterima remaja bukan informasi yang transparan maka kecenderungan untuk melakukan seks bebas makin tinggi karena ketidak-tahuannya akan informasi seks yang baik dan benar. Makin beragamnya sumber-sumber informasi seks tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks remaja menurun.

Berdasar hasil penelitian tersebut di atas, maka pemecahan masalah yang relevan adalah keterbukaan dan transparansi dalam proses pendidikan seks.

Bukan saja pendidikan seks yang disampaikan melalui sekolah, media massa, saluran komunikasi publik dan lain-lain, tetapi yang paling penting pendidikan seks dari orang tua. Karena orang tua dan keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling utama sebelum remaja melakukan sosialisasi dengan institusi lainnya.

8

Maraknya kekerasan seks di tempat umum terjadi karena pelaku tidak bisa mengontrol rangsang dan gairah seksual. Menurut Kepala BKKBN Sugiri Syarief, rangsangan ini bisa dikendalikan dengan cara-cara yang diajarkan dalam pendidikan seks. Dari masa ke masa, gagasan untuk memberikan pendidikan seks selalu menjadi perdebatan. Pihak yang menolak selalu mengaitkannya dengan keterbukaan informasi tentang seks, yang dikhawatirkan justru memicu pergaulan bebas dan bahkan tindak kekerasan seksual. Namun dalam kaitannya dengan kasus pemerkosaan di tempat- tempat umum yang belakangan sedang hangat dibicarakan, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Sugiri Syarief punya pandangan berbeda. Menurutnya, pendidikan seks tetap dibutuhkan.

9

Untuk menyelesaikan permasalahan seks pada generasi muslim, maka dibutuhkan tanggung jawab dari berbagai pihak dalam pendidikan seks. Salah satu tokoh atau sarjana muslim yang telah banyak berbicara tentang pendidikan seks adalah Abdullah Nasih Ulwan. Beliau dikenal sebagai sarjana yang banyak berkecimpung dalam menyampaikan presentasinya

8 http://abidinblog.blogspot.com/2009/12/pendidikan-seks-remaja-dan-orangtua. diakses 5 Oktober 2011.

9 http://www.detikhealth.com/read/2011/09/16/145059/1724201/763/pendidikan-seks- bisa-kurangi-kasus-perkosaan. diakses 5 Oktober 2011.

(7)

7

dalam dunia pendidikan Islam. Pemikiranya yang begitu tajam dengan analisisnya yang mendalam dari berbagai rujukan terutama sumber hukum Islam, patut untuk dikembangkan sampai sekarang.

Pernikahan dan hubungan seksual di dalam buku Tarbiyyatul Aulad Fil Islam dijelaskan bahwa, Islam mengharamkan upaya menghindarkan diri

dari perkawinan dan zuhud di dalamnya dengan niat mengosongkan diri untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Terutama sekali jka mampu untuk menikah dan segala sarananya sudah ia dapatkan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa syariat menentang secara keras setiap penyeruan rabbaniyyah yang dibenci dan dihina itu, karena bertentangan dengan fitrah, naluri dan kecenderungan manusia.

10

B. Rumusan Masalah

Dari uraian masalah latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep pendidikan seks bagi remaja menurut Abdullah Nasih Ulwan dan Ali Akbar?

2. Bagaimana perbedaan dan persamaan konsep pendidikan seks bagi remaja menurut Abdullah Nasih Ulwan dan Ali Akbar?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan seks bagi remaja menurut pandangan Abdullah Nasih Ulwan dan Ali Akbar.

b. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan dan persamaan dalam pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Ali Akbar.

10 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyyatul Aulad Fil Islam, Juz. 2, (Beirut: Darussalam Lithoba’i Wa Nasyiri Wa Tawazi, t.th ), hlm. 527.

(8)

8 2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

1) Dapat menambah wawasan pemikiran atau wacana tentang pendidikan.

2) Dapat menambah hazanah keilmuan terutama dalam bidang pendidikan.

3) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

b. Secara Praktis

1) Memberikan masukan kepada orang tua, pengajar dan pendidik dalam memberikan pendidikan seks yang ditetapkan Islam untuk mengatur perilaku seks pada anak didik.

2) Memberikan pengetahuan dan penerangan tentang masalah- masalah seksual pada anak sejak usia dini sampai dewasa.

D. Kajian Pustaka

Untuk menghindari terjadinya duplikasi-duplikasi yang tidak diinginkan, maka peneliti menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu yang berhubungan atau yang pernah digunakan oleh peneliti- peneliti terdahulu.

11

Kajian pustaka ini berfungsi sebagai data otentik orisinalitas. Diantara penelitian sejenis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Madani dalam bukunya At Tarbiyyah al Jinsiyyah Lil Athfal wa al Ballighin. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam:

Panduan Bagi Orang Tua, Guru, Ulama Dan Kalangan Lainya. Tema besar yang diangkat penulis buku tersebut adalah, pendidikan seks yang perlu

11 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), cet.3, hlm.111.

(9)

9

diberikan tetapi yang sesuai dengan kaidah agama Islam, bukan berkiblat pada Barat.

12

Secara umum buku tersebut menjelaskan bahwa, problem-problem perilaku seks muncul akibat situasi keterbalakangan budaya (takhalluf hadhariyah).

13

Ia juga menjelaskan ada beberapa faktor yang melahirkan penyimpangan seksual pada remaja puber dan kaum muda yang saling berinteraksi yaitu, gangguan hormon, pengaruh kecenderungan genetika melalui hubungan seks dan penyusuan serta faktor lingkungan yang bersifat kompleks.

Oleh karena itu, Yusuf Madani mengajukan sebuah konsep tentang pendidikan seks dalam pandangan Islam yang melibatkan beberapa aspek yaitu ketuhanan, kemanusiaan, pendidikan seks yang integral, kesinambungan pendidikan seksual dan tahapan dalam pendidikan seks. Di samping itu, usaha yang perlu dilakukan adalah memecahkan karang penyebab penyimpangan seksual, baik dari penanaman kesadaran orang tua untuk berjalan sesuai rambu agama Islam maupun pembenahan lingkungan yang lebih baik.

Kedua, buku tulisan Akhmad Azhar Abu Miqdad yang diberi judul Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam, dengan inti persoalan adalah memberikan pendidikan seks kepada anak dengan menggunakan pendekatan agama Islam murni, yaitu menitik beratkan pada fiqh-oriented.

14

Konsep pendidikan seks yang dibicarakan dalam buku tersebut adalah memberikan pendidikan seks pada remaja menurut syari’at Islam dalam kacamata fiqh. Materi yang dikemukakan dalam pendidikan seks adalah seputar pendidikan aqidah, akhlak, ibadah serta materi khusus yaitu menetapkan syari’at khitan, perkawinan, serta syari’at yang melarang dan menghukum pelanggaran kesusilaan seksual.

12 Yusuf Madani, At Tarbiyyah al Jinsiyyah Lil Athfal wa al Balighin, terj. Ija Sujana, (Jakarta: Hikmah, 2004), hlm. 10.

13 Yusuf Madani, At Tarbiyyah al Jinsiyyah Lil Athfal wa al balighin, terj. Ija Sujana, hlm. 11.

14 Akhmad Azhar Abu Miqdad, Pendidikan Seks Bagi Remaja, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), hlm. 3.

(10)

10

Ketiga, Pendidikan Seks Remaja Aqil Baliqh Tinjauan Psikologi Islami yang ditulis oleh A. Zainal Muttaqin. Titik tekan penelitian ini adalah bagaimana pendidikan seks remaja aqil baliqh dalam tinjauan psikologi Islami.

15

Untuk mengatasi berbagai persoalan penyimpangan seks remaja aqil baligh, dalam penelitian tersebut ditawarkan beberapa alternatif dan metode, seperti metode ceramah, tanya jawab, keteladanan, mauidhah hasanah, dan melatih diri untuk mengamalkan ajaran agama. Hasil penelitian tersebut juga memberikan bentuk pendidikan seks remaja aqil baliqh yaitu untuk mengenal mahram, tidak melakukan ikhtilat (campur baur lawan jenis), tidak melakukan khalwat (menyepi dengan lawan jenis ditempat sunyi) dan mendidik untuk selalu berpakaian menutup aurat.

Pada penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Yusuf Madani, ia tidak melibatkan perkembangan psikologis anak dalam analisisnya.

Sementara, penelitian yang ditulis oleh Akhmad Azhar Abu Miqdad dalam bukunya Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam, dalam pandangan penulis terlalu normatif, sehingga terkesan kurang menyentuh akar persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sekarang. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh A. Zainal Muttaqin, hanya membatasi diri pada pendidikan seks remaja aqil baliqh. Dengan suatu konsekwensi ia tidak membicarakan pendidikan seks untuk anak (usia 0,0-15 tahun).

Penulis tahu bahwa penelitian tentang pendidikan seks bukan hal yang baru, tetapi penelitian yang khusus menggabungkan konsep pendidikan seks Islam dengan perubahan dan perkembangan, baik itu perubahan zaman maupun perkembangan psikologis remaja, setahu penulis belum secara serius diteliti. Untuk itu, dengan keyakinan ini penulis mengajukan judul “Studi Komparasi Konsep Pendidikan Seks bagi Remaja menurut Abdullah Nasih Ulwan dan Ali Akbar”.

15 A. Zainal Muttaqin, “Pendidikan Seks Remaja Aqil Baliqh Tinjauan Psikologi Islami”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2003), hlm. 3.

(11)

11 E. Kerangka Teoritik

“Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakan dari pengertian yang kongret.”

16

Pendidikan seks sebenarnya mempunyai ruang lingkup yang luas. Di dalamnya tidak terbatas pada perilaku hubungan seks semata tetapi menyangkut pula hal-hal lain seperti peran pria dan wanita dalam masyarakat, hubungan pria dan wanita dalam pergaulan, peran ayah ibu dan anak-anak dalam keluarga dan sebagainya. Jadi pendidikan seks bukan hanya mengenai bagaimana cara berhubungan seks (sexual intercourse) saja, seperti anggapan orang.

Namun lebih dari itu dalam pendidikan seks termuat banyak sekali materi yang meliputi: Identifikasi baligh, kesehatan seksual dalam islam, khitan, pernikahan, kehamilan, penyimpangan seks dan dampaknya serta segala sesuatu yang berhubungan dengan seks.

17

Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan memberikan menanamkan moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi. Jadi pendidikan seks tidak mengajarkan bersenggama, fungsi organ-organ kelamin dan kesehatan reproduksi saja, tetapi disertai fungsi muatan agama, agar tidak terjadi penyimpangan seksual.

Abdullah Nasih Ulwan adalah seorang pemerhati anak dalam Islam dan salah satu pemikir dalam dunia pendidikan. Yang kemampuannya diakui oleh pakar pendidikan yang lain. Sebagaimana pengakuan Syeikh Wahbi Sulaiman al-Ghawaji al-Albani yang mengatakan saya belum pernah menemui seorang penulis yang mandiri di dalam pembahasan-pembahasan pendidikan yang penting ini dengan refrensi pada tulisan-tulisan kaum

16 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 456.

17

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198183-materi-pendidikan-

seks-bagi-remaja, diakses 5 Oktober 2011.

(12)

12

muslimin secara murni, tanpa mengambil refrensi dari pendapat-pendapat mereka kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa untuk maksud tertentu.

18

Ali Akbar adalah seorang ilmuwan muslim, ia dikenal sebagai dokter pertama di Indonesia yang banyak membahas tentang problem seksual dalam perkawinan dan rumah tangga yang dikaitkan dengan tuntunan ajaran agama Islam.

F. Metode Penelitian

“Dalam penelitian nantinya peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.”

19

“Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamani.”

20

analisis, sumber data yang digunakan adalah dumber data primer dan sumber data sekunder.

Penulisan skripsi ini dimaksudnya sebagai upaya penelitian yang dilakukan di perpustakaan, sehingga dapat digolongkan dalam kajian riset kepustakaan atau library research, yaitu dengan cara membaca dan memahami, menelaah bahan- bahan yang ada kaitanya dengan permasalahan diatas.

21

Dengan kata lain bahwa, riset pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

22

Adapun metode dalam skripsi ini sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Seperti yang dikatakan diatas bahwa penelitian ini adalah penelitian perpustakaan (library reseach) yang berarti bahwa bahan-bahan

18 Ahmad Mazani, Metode Pendidikan Anak Dalam Islam menurut Abdullah Nasih Ulwan dalam kitab Tarbiyah Al- Aulad fi Al- Islam, Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang 2001/ 2002, hlm. 1.

19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2008), hlm, 1.

20 Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm, 4.

21 Kartini Kartono, Pengantar Metode Riset Sosial, (Bandung: Mundar Maju, 2004), hlm.

32. 22

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm. 3.

(13)

13

atau data- data penulisan skripsi ini diperoleh dengan mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat diruang kepustakaan, misalnya berupa buku- buku, majalah, naskah- naskah, catatan, kisah, sejarah, dokumen- dokumen, dan lain- lain dari buku-buku, surat kabar, majalah dan catatan lainya yang dinilai mempunyai hubungan dengan topik yang sedang dibahas.

23

2. Fokus penelitian

Menurut Ali Akbar, Islam mengatur seksualitas mulai dari aurat, pakaian, penglihatan dan seks, nafsu sahwat itu sendiri, yang membagi dalam dua kelompok, yaitu yang diberi Allah rahmat dan yang tidak diberi Allah rahmat. Pendidikan seks hendaknya dimulai sejak bayi lahir dengan mengadzankan, mengaqiqahkan, khitan untuk anak laki-laki dan cara pendidikan yang terbaik memerintahkan shalat sewaktu anak berumur tujuh tahun.

Menurut Abdullah Nasih Ulwan, secara garis besar, konsep pendidikan seks untuk masa tamyiz sampai masa pemuda dalam lima perkara, yaitu etika meminta izin, etika melihat, menghindarkan anak dari rangsangan-rangsangan seksual, pernikahan dan hubungan seksual, isti’faf (menjaga kehormatan diri) bagi yang belum mampu menikah, serta menjelaskan masalah seksual kepada anak secara terbuka.

Dari kedua konsep tersebut, penulis mengambil suatu kesimpulan bahwasanya fokus konsep pendidikan seks yang akan penulis bahas adalah pendidikan seks yang dilandasi dengan agama, yaitu memberikan materi, metode, tujuan pendidikan seks.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah buku berjudul Tarbiyyatul Aulad Fil Islam, karya Abdullah Nasih Ulwan. Serta buku Ali Akbar yang berjudul Seksualita Ditinjau dari Hukum Islam, Merawat Cinta Kasih. Sedang sebagai sumber sekundernya, menggunakan beberapa karya ilmiyah yang berkaitan dengan pendidikan seks. Selain itu majalah

23 Kartini Kartono, Pengantar Metode Riset Sosial, hlm. 18.

(14)

14

dan beberapa surat kabar yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini, tidak luput dari penelitian penulis.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan studi kepustakaan atau Library Research yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni.

24

4. Teknik Pengumpulan Data

Karena jenis penelitian ini adalah perpustakaan, maka teknik pengumpulan data yang lebih tepat adalah menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal- hal atau variable berupa catatan, transkipsi, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya.

25

Tujuannya adalah untuk mendapatkan sumber-sumber data tertulis tentang pendidikan seks..

5. Teknik Analisis Data

“Analisis data merupakan upaya memilah dan memilih data yang mempunyai makna, penting dan dapat digunakan untuk dipelajari, kemudian disampaikan pada orang lain”.

26

Analisis data ialah suatu proses mencari da menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

27

“Menganalisis data bisa diartikan mengelompokkan data membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkat data sehingga mudah untuk dibaca”.

28

“Data analysis involves organizing what you have seen, heard, and read so that you can make sense of what you have learned”.

29

(Analisis data terkait secara sistematik terhadap apa dapat kamu lihat,

24 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm.

9 25

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Yogyakarta:

Rineka Cipta, 1993 ), hlm. 202.

26 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm, 248.

27 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm, 88.

28 Moh. Nazir, Ph.D., Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm, 358.

29 Corrine Glesne, Becoming Qualitative Researchers, (USA: Person Education, 2005), hlm, 147.

(15)

15

dengar, dan kamu baca sehingga dapat membuat pengertian dari apa yang kamu pelajari).

“Sesuai dengan sumber data yang digunakan dan jenis data yang diperoleh, maka analisis terhadap data yang telah terkumpul akan dilakukan dengan menggunakan content analisis yaitu analisis tentang isi pesan atau komunikasi”.

30

Untuk menerapkan metode ini teori dengan data kemudan analisis sesuai dengan isi materi yang dibahas.

Untuk mempertajam analisis maka disini digunakan metode diskriptif analisis dan metode komparatif.

a. Metode Diskriptif Analisis

Metode Diskriptif Analisis akan digunakam dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menfsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan pemikiran Ali Akbar dan Abdullah Nashih Ulwan tentang konsep pendidikan seks.

b. Komparatif

Yaitu membandingkan dua atau lebih pendapat yang ada dengan melihat argumentasinya. Dalam hal ini membandingkan pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Ali Akbar tentang konsep pendidikan seks, tentang bagaimana cara mengajarkan masalah seksual kepada remaja.

30 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), hlm. 27.

Referensi

Dokumen terkait

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Pada diagram di bawah ini dapat disimpulkan bahwa acuan berperan dalam membantu informan untuk memahami leksem berkonsep emosi sebagaimana terlihat bahwa sebesar 72 % (5

Menempatkan suatu merek untuk on-deal adalah tidak menguntungkan jika pasar terdiri dari konsumen yang tidak sensitif terhadap promosi atau loyalis penimbun barang.

From Incidental News Exposure to News Engagement: How Perceptions of the News Post and News Usage Patterns Influence Engagement with News Articles Encountered on

Ada 3 (Tiga) aspek yang diamati atau dinilai pada siswa dalam melakukan gerak dasar Tolak Peluru yaitu sikap permulaanatau awal gerakan Tolak Peluru, pelaksanaan gerakan

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Dan beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena dapat berupa jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui vena seksi, kateter yang terpasang

Hasil analisis pada hipotesis ketiga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan KPMM yang signifikan antara BPR Syariah dan Bank Umum Syariah selama periode