PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL, ASIMETRI INFORMASI DAN IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD) AKUNTANSI
(STUDI EMPIRIS PADA SKPD DI KABUPATEN BANGLI)
1Putu Rita Saftarini, 2Gede Adi Yuniarta, 3Ni Kadek Sinarwati
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia.
e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas pengendalian internal, asimetri informasi dan implementasi good governance terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) secara parsial maupun simultan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian ini menggunakan jenis data data primer.
Penelitian dilakukan di 13 Dinas pada SKPD Kabupaten Bangli. Obyek penelitian adalah pada persepsi pegawai bagian akuntansi/keuangan pada setiap SKPD mengenai efektivitas pengendalian internal, asimetri informasi dan implementasi good governance terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 64 orang.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda yang diolah dengan menggunakan program SPSS 19.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara parsial efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud, (2) asimetri informasi secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap fraud, (3) implementasi good governance secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud dan (4) secara simultan efektivitas sistem pengendalian internal, asimetri informasi dan implementasi good governance berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.
Kata kunci: pengendalian internal, asimetri informasi, good governance, fraud
Abstract
This present study was aimed at identifying the partial and simultaneous impact of the effectiveness of the internal control, informational asymmetry and implementation of the good governance on the tendency of accounting fraud. This study used the quantitative approach. The data were collected using questionnaire. The data used were the primary data. The study was conducted in 13 Departments (SKPD) in Bangli Regency. The object of the study was the perception of the employees employed at the accounting division in each department (SKPD) of the effectiveness of the internal control, informational asymmetry and implementation of the good governance on the tendency of the accounting fraud. The sample was determined using the purposive sampling technique and included 64 employees. The data were analyzed using the multiple linear analysis method processed using the SPSS program 19.0 for Windows.
The result of the study showed that (1) partially the effectiveness of the internal control significantly negatively affected the accounting fraud, (2) partially the informational asymmetrical significantly positively affected the accounting fraud, (3) partially the implementation of the good governance significantly negatively contributed to the
accounting fraud, and (4) simultaneously the effectiveness of the internal control system, the informational asymmetry, and the implementation good governance significantly affected the tendency of the accounting fraud.
Keywords: internal control, informational asymmetry, good governance, fraud PENDAHULUAN
Bastian (2010) menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami perubahan yang cukup mendasar dan besar mengenai meningkatnya keinginan akan akuntabilitas dan transparansi kinerja terhadap pengelolaan sektor publik.
Perlawanan terhadap budaya manipulasi baru saja dimulai dengan berakhirnya era pemerintahan yang mengutamakan stabiltas. Istilah reformasi adalah cetusan untuk mendudukkan kembali keseimbangan pembangunan fisik dan pembangunan nilai. Akibatnya, reformasi menjadi lebih menekankan pembangunan nilai yang diungkap dalam good governance. Ungkapan pemerintah yang bersih dapat diinterpretasikan sebagai perwujudan indikator kejujuran pemerintah. Selama dua puluh tahun yang lalu, kejujuran pemerintah lebih diartikan sebagai stabilitas pemerintah sedangkan di masa reformasi, kejujuran diartikan sebagai pemerintah yang bersih.
Akibatnya mekanisme manipulasi yang dipraktekkan di masa lalu harus diganti dengan mekanisme transparansi Bastian (2010).
James A. Hall (2009) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai suatu tindakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya. Menurut teori Fraud Triangle yang dikutip dalam Najahningrum (2013) menyatakan bahwa pada dasarnya kecurangan atau fraud terjadi karena adanya tekanan (pressure), peluang (opportunity) serta rasionalitas (razionalization). Sementara itu, terdapat tiga jenis kecurangan (fraud) sebagaimana dikutip dari Amrizal (2004) yakni penyalah gunaan asset (assets misappropriation), kecurangan laporan keuangan (fraud statement) dan korupsi (corruption).
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) mendefinisikan kecurangan sebagai: (1) salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Menurut Suprajadi (2009) dalam Najahningrum (2013), kecurangan (fraud) akan dilakukan jika ada kesempatan dimana seseorang harus memiliki akses terhadap aset atau memiliki wewenang untuk mengatur prosedur pengendalian yang memperkenankan dilakukannya skema kecurangan. Jabatan, tanggung jawab, maupun otorisasi memberikan peluang untuk terlaksananya kecurangan.
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) dalam Wilopo (2006) menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
Agar pengendalian internal dapat berfungsi dengan baik maka diperlukan elemen pengendalian internal. Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif efisien, transparan, dan akuntabel, wajib dilakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan menerapkan elemen-elemen pengendalian internal.
Selain peningkatan efektivitas sistem pengendalian faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya kecurangan (fraud) adalah asimetri informasi. Menurut Martono dan Agus (2008) dalam Faramita (2011) asimetri informasi, yaitu kondisi
dimana salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibanding pihak lainnya.
Najahningrum (2013) menyatakan bahwa apabila terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengguna dan pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan. Demikian pula, bila terjadi asimetri informasi, agen bisa membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasinya, serta rasio- rasio keuangan.
Selain faktor asimetri informasi, faktor lain yang dapat memicu terjadinya kecurangan adalah implementasi good governance. Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI) mendefinisikan Good Governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak – hak dan kewajiban mereka, atau dapat dikatakan sebagai suatu sitem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Ratnayani, 2014).
Berdasarkan hasil audit BPK, banyak pemerintahan daerah yang belum menyajikan laporan keuangan secara wajar. Berdasarkan ikhtisar hasil pemeriksaan semester I tahun 2013, BPK memberikan WTP atas 113 entitas, opini WDP atas 267 entitas, serta 31 entitas mendapat opini TMP (bpk.go.id: 2013).
Berdasarkan fakta tersebut, maka diketahui masih terdapat kelemahan dalam kinerja pemerintah daerah serta penyusunan laporan keuangan tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada SKPD di Kabupaten Bangli karena masih terdapat kelemahan-kelemahan pada organisasi ini. BPK menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer) terhadap laporan keuangan Kabupaten Bangli karena BPK menemukan adanya keetidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan daerah seperti ditemukan adanya penerimaan kembali dana bergulir pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Perhutanan
sebesar Rp. 369,69 juta yang tidak melalui mekanisme pembiayaan daerah. Terdapat pula kasus korupsi yang menimpa mantan Bupati Bangli yaitu I Nengah Arnawa berserta mantan sekretaris pribadinya (sekpri) sekaligus sebagai bendahara pribadi Mantan Bupati, Cokorda Istri Tresna Dewi yang menjabat selama dua periode. Arnawa dan mantan sekretaris pribadinya itu diduga melakukan korupsi dana bansos senilai Rp 1,395 miliar dari total dana bansos sebesar Rp 17 miliar pada tahun 2010 (infokorupsi.com: 2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat judul Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri Informasi dan Implementasi Good Governance Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi (Studi Empiris Pada SKPD di Kabupaten Bangli).
AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) dalam Wilopo (2006) menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
Agar pengendalian internal dapat berfungsi dengan baik maka diperlukan elemen pengendalian internal. Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif efisien, transparan, dan akuntabel, wajib dilakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan menerapkan elemen-elemen pengendalian internal. Hal ini di dukung oleh penelitian Artini (2014) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang negatif dan nyata (signifikan) secara parsial antara efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi yang berarti dengan peningkatan efektivitas pengendalian internal akan menurunkan kecenderungan kecurangan (fraud). Sehingga ditarik hipotesis sebagai berikut:
H1 : Efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan.
Menurut Martono dan Agus (2008) dalam Farahmita (2011), manajer sebagai pengelola yang mengetahui informasi
perusahaan terkadang tidak memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya kepada pemilik. Sementara pemilik atau para pemegang saham mempunyai informasi yang lebih sedikit dibandingkan manajer karena tidak mempunyai kontak langsung dengan perusahaan, sehingga mereka tidak mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi, yaitu kondisi dimana salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibanding pihak lainnya. Penelitian Anik Fatun Najahningrum (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif dan nyata (signifikan) secara parsial antara asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi yang berarti dengan adanya peningkatan asimetri informasi maka akan meningkatkan pula kecenderungan kecurangan (fraud). Sehingga ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2 : Asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.
Menurut Bank Dunia (1992) dalam Rosjidi (2010), Good Governance adalah sistem pemerintahan yang handal, pelayanan publik yang efesien, serta pemerintah yang akuntabel terhadap publik. Good Governance merupakan penyelenggaraan pemerintah yang dicita- citakan oleh setiap Negara.
Penyelenggaraan good governance berlandaskan pada tiga prinsip dasar yaitu Transparansi, Akuntanbilitas dan Partisipasi. Transparansi menyangkut keterbukaan dalam manajemen pemerintahan, manajemen lingkungan, ekonomi, sosial dan politik. Partisipasi berkaitan dengan pengambilan keputusan yang demokratis, pengakuan HAM, kebebasan mengemukakan pendapat dan mengakomodasi aspirasi masyarakat.
Sementara akuntabilitas berkaitan dengan pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan kepada pemberi amanah terkait kinerja pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Dengan diterapkannya ketiga prinsip good governance secara optimal maka peluang dapat meminimalisir peluang terjadinya
fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ratnayani (2014) yang menyatakan bahwa implementasi good governance berpengaruh negatif terhadap fraud yang berarti dengan adanya peningkatan good governance akan menurunkan kecenderungan kecurangan (fraud).
Sehingga ditarik hipotesis sebagai berikut:
H3 : Implementasi Good Governance berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) dalam Wilopo (2006), untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif efisien, transparan, dan akuntabel, wajib dilakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan
menerapkan elemen-elemen
pengendalian internal. Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan yang dimiliki oleh agen dan principal yang disebabkan karena distribusi informasi yang tidak sama antara kedua belah pihak (Kurniawan, 2012). Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia), Good governance lebih menekankan kepada proses, sistem, prosedur, peraturan yang formal ataupun informal yang menata suatu organisasi dimana aturan main yang ada harus diterapkan dan ditaati.
H4 : Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri Informasi dan Implementasi Good Governance berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan akan dianalisis menggunakan bantuan program SPSS.
Penelitian ini menggunakan jenis data primer yang bersumber dari jawaban responden yang dikumpulkan oleh peneliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah 13 Dinas pada SKPD di Kabupaten Bangli.
Sementara responden penelitian adalah kepala sub bagian keuangan dan pegawai
bagian keuangan/akuntansi pada 13 Dinas pada SKPD di Kabupaten Bangli. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Jumlah populasi yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 94 orang dan jumlah sampel adalah sebanyak 76 orang.
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang akan disebar kepada responden. Setiap pertanyaan pada kuesioner akan disediakan lima alternatif jawaban yaitu (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) kurang setuju, (2) tidak setuju dan (1) sangat tidak setuju. Butir pernyataan kuesioner untuk variabel efektivitas pengendalian internal dan fraud menggunakan instrument penelitian yang dikembangkan oleh Artini (2014), variabel asimetri informasi menggunakan instrument penelitian yang dikembangkan oleh Najahningrum (2013) sementara untuk variabel implementasi good governance menggunakan instrument penelitian yang dikembangkan oleh Ratnayani (2014).
Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas.
Sebelum data dianalisis lebih lanjut dengan analisis linear berganda, terlebih dahulu data akan diuji dengan uji asumsi klasik yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.
Metode analisis menggunakan analisis regresi linear berganda yaitu uji t dan koefisien determinasi (R2). Uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah kuesioner yang disebar dalam penelitian ini adalah sebanyak 76 buah yang merupakan sampel pada penelitian ini, Sedangkan kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat untuk diolah adalah sebanyak 64 buah.
Untuk memenuhi validitas, maka syarat minimum suatu kuesioner dikatan valid adalah jika korelasi antara butir dengan skor totalnya positif dan lebih besar dari Rtabel (R hitung>0,2108). Hasil
dari uji instrument validitas diperoleh bahwa nilai Pearson Correlation untuk setiap butir pernyataan lebih besar dari 0,2108 sehingga dapat dinyatakan valid.
Hasil dari uji instrument realibilitas dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha masing-masing variabel. Nilai Cronbach’s Alpha yang diperoleh untuk variabel efektivitas pengendalian intern adalah 0,779, untuk Asimetri informasi 0,613, untuk variabel good governance 0,765, dan untuk variabel fraud 0,715. Karena seluruh variabel mempunyai nilai Cronbach’s Alpha>0,60 maka data dinyatakan reliable.
Normalitas data dilihat dari uji plot pada gambar 1.
Gambar 1 uji normalitas data Sumber: data diolah, 2015.
Dari hasil uji normalitas diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Nilai signifikansi untuk masing- masing variabel pada uji Heteroskedastiditas adalah 0,472 untuk variabel pengendalian internal, o,935 untuk variabel asimetri informasi, dan 0,433 untuk variabel good governance.
Karena nilai signifikan untuk masing- masing variabel lebih besar dari alpha 5%
(α>0,05) maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi klasik untuk uji multikolonieritas ditunjukkan pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model Unstandardi
zed Coefficients
Standardi zed Coefficients
t
S ig.
Collinearity Statistics B
Std
. Error Beta
Tol erance
V IF
1 (Constant) 6
,116
3,0 05
2 ,036
, 046 Efektivitas
Pengendalian Internal
- ,085
,04 0
-,168 -
2,104 , 040
,99 7
1 ,003 Asimetri
Informasi
, 818
,08 9
,735 9
,167
, 000
,99 0
1 ,011 Implementasi
Good Governance
- ,041
,01 9
-,170 -
2,121 , 038
,98 8
1 ,012 a. Dependent Variable: Fraud
Sumber : data diolah,2015
Dari hasil uji yang dalam tabel 1 menunjukkan bahwa masih-masing variabel memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10 sehingga dapat disimpulkan regresi terbebas dari gejala multikolonieritas. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Dimana dalam analisis melibatkan lebih dari satu variabel bebas.
Hasil analisis ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil uji koefisien determinasi (R2) Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate dimensio
n0
1 ,78
6a
,61 8
,599 ,974
a. Predictors: (Constant), Implementasi Good Governance , Efektivitas Pengendalian Internal , Asimetri Informasi
Sumber : data diolah, 2015
Berdasarkan data tersebut diperoleh R sebesar 0,786. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan X terhadap Y mempunyai hubungan yang signifikan.
Dalam penelitian ini karena variabel bebas yang digunakan lebih dari dua variabel, maka digunakan R square sebesar 0,349 yang menjabarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 61,8% dan sisanya (100%-61,8% = 38,9%) dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini nilai Standar Error of the Estimate (SEE) diperoleh sebesar 0,974. Nilai ini lebih kecil dari standar deviasi variabel Y yaitu
1,537 maka model regresi layak digunakan.
Dari tabel 3 diketahui persamaan regresi linear berganda adalah Y = 6,116 - 0,085X1 + 0,818X2 – 0,041X3. Dari persamaan tersebut diperoleh bahwa koefisien variabel independen yaitu variabel pengendalian intern dan good governance benilai negatif yang berarti ada pengaruh negatif variabel independen pengendalian intern dan good governance terhadap variabel dependen (kecurangan).
Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pada tabel 3 diperoleh nilai signifikansi 0,040 lebih kecil dari 0,05 dan
nilai thitung untuk variabel efektivitas pengendalian intern sebesar adalah 2,104 lebih besar dari ttabel yaitu 1,671 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Dari persamaan regresi menunjukkan koefisien efektifitas sistem pengendalian intern bernilai negatif yang berarti ada pengaruh negatif (berlawanan arah) antara efektifitas sistem pengendalian intern dengan fraud. Variabel asimetri informasi menunjukkan nilai signifikasi 0,00 lebih kecil dari 0,05 dengan nilai thitung sebesar 9,167 lebih besar dari ttabel yaitu 1,671 yang artinya H0 ditolak dan H2 diterima.
Dari persamaan regresi menunjukkan koefisien asimetri informasi bernilai positif yang berarti terdapat pengaruh positif antara ketaatan aturan akuntansi terhadap fraud. Hasil uji t untuk variabel good governance diperoleh nilai signifikansi 0,038 lebih kecil dari 0,05 dengan nilai thitung 2,121 lebih besar dari 0,671 yang artinya H0 ditolak dan H3 diterima. Dari persamaan regresi menunjukkan koefisien persepsi good governace bernilai negatif yang berarti ada pengaruh negatif antara good governance terhadap fraud.
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil uji F menunjukan nilai Fhitung sebesar 32,340 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,75 dengan signifikansi = 0,000<α = 0,05. Hal ini berarti efektivitas pengendalian internal, asimetri informasi dan implementasi good
governance berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada SKPD Kabupaten Bangli. Hasil uji F ditunjukkan oleh tabel 4 di atas.
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 6,116 3,005 2,036 ,046
Efektivitas
Pengendalian Internal
-,085 ,040 -,168 -2,104 ,040
Asimetri Informasi ,818 ,089 ,735 9,167 ,000
Implementasi Good Governance
-,041 ,019 -,170 -2,121 ,038
a. Dependent Variable: Fraud Sumber: data diolah, 2015
Tabel 4. Hasil Uji F ANOVAb
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regre
ssion
91,977 3 30,659 32,
340
,000a Resid
ual
56,882 60
,948
Total 148,859 63
a. Predictors: (Constant), Implementasi Good Governance , Efektivitas Pengendalian Internal , Asimetri Informasi
b. Dependent Variable: Fraud Sumber: data diolah 2015
PEMBAHASAN
Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Terhadap Fraud
Hasil uji statistik pada tabel 3 menunjukkan hasil bahwa H0 ditolak dan hipotesis pertama (H1) diterima yaitu efektifitas pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung untuk variabel efektifitas pengendalian internal (X1) adalah (2,104>1,671) dan signifikansi (0,040<0,05). Nilai negatif menunjukkan pengaruh yang berlawanan arah yang artinya bahwa semakin tinggi efektiktifitas sistem pengendalian intern maka semakin rendah fraud (kecurangan) pada SKPD di Kabupaten Bangli. AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) dalam Wilopo (2006) menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
Agar pengendalian internal dapat berfungsi dengan baik maka diperlukan elemen pengendalian internal. Hal ini didukung dengan teori yang dikemukan James A. Hall (2009) yang menyatakan bahwa pada dasarnya pengendalian internal dalam suatu organisasi bertujuan untuk memastikan seluruh elemen dalam organisasi bekerja sesuai dengan aturan dan tanggungjawabnya yang sesuai.
Pengendalian internal juga bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan organisasi bisa dicapai secara tepat.
Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Najahningrum (2013) yang menyatakan bahwa efektifitas sistem pengendalian intern berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya semakin tinggi efektivitas sistem pengendalian internal maka semakin rendah kecurangan (fraud) yang terjadi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauwzi (2011) juga memperoleh hasil yang sama bahwa pengendalian intern berpengaruh negative terhadap kecurangan. Pengendalian intern merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi guna memberikan keyakinan yang cukup akan tercapainya tujuan perusahaan (Ratnayani, 2014). Meskipun terdapat perbedaan unsure pengendalian intern yang diterapkan pada setiap organisasi, namun pada dasarnya pengendalian intern diberlakukan dengan tujuan yang sama yaitu untuk melindungi kekayaan perusahaan. Teori Tunggal sebagaimana dikutip dalam Ratnayani (2014) menyatakan bahwa perusahaan- perusahaan yang melaksanakan pengendalian intern dalam perusahaan tentu akan membantu mereka dengan mudah mengecek kecurangan yang terjadi, dan pada akhirnya akan mudah mendeteksi kecurangan secara dini.
Dalam organisasi sektor publik utamanya pemerintah, penegakan regulasi merupakan salah satu pilar yang penting.
Pengendalian internal selain untuk melindungi kekayaan organisasi juga bertujuan untuk memastikan tegaknya peraturan yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh negatif efektivitas pengendalian intern terhadap kecurangan (fraud) di Kabupaten Bangli.
Pengaruh Ketaatan Asimetri Informasi Terhadap Fraud
Hasil uji statistik pada tabel 3 menunjukkan hasil bahwa hipotesis kedua (H2) diterima yaitu simetri informasi berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung
untuk variabel asimetri informasi (X2) adalah 9,167 lebih besar dari ttabel yaitu 1,671. Selain itu, nilai signifikansi variabel asimetri informasi adalah sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini di terima. Nilai positif menunjukkan pengaruh yang searah artinya semakin tinggi tingkat asimetri informasi maka semakin tinggi pula fraud (kecurangan) pada SKPD di Kabupaten Bangli.
Menurut Najahningrum (2013), Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana pihak dalam perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibandingkan pihak luar perusahaan (stakeholder). Jika terjadi kesenjangan
informasi antara pihak pengguna dan pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan. Pada dasarnya kecurangan terjadi jika ada peluang bagi pihak-pihak yang ingin melakukan kecurangan.
Asimetri informasi terjadi ketika hanya pihak internal instansi yang mengerti lika-liku pembuatan laporan keuangan dan hanya pihak internal instansi yang mengetahui isi dan angka yang sebenarnya dari laporan keuangan yang disusun (Najahningrum,2013).
Kesenjangan informasi antara pihak pengelola dan pihak pemakai berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan instansi publik. Hal ini dikarenakan kurangnya transparansi atau keterbukaan antara pihak pengelola keuangan dan pihak masyarakat untuk memperoleh informasi tersebut.
Hal ini didukung dari hasil penelitian Aranta (2013) yang membuktikan bahwa asimetri informasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi serta penelitian Najahningrum (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Artinya semakin tinggi tingkat asimetri informasi maka akan semakin meningkat pula peluang untuk terjadinya tindak kecurangan (fraud).
Pengaruh Implementasi Good Governance Terhadap Fraud.
Hasil analisis statistik pada tabel 3 menunujukkan bahwa hipotesis keempat (H4) yaitu implementasi Good Governance berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud diterima. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung untuk variabel implementasi good governance (X4) adalah (2,121>1,671) dan signifikansi (0,038<0,05). Dengan demikian hipotesis keempat pada penelitian ini diterima. Semakin baik implementasi good governance maka semakin rendah fraud atau tindakan kecurangan pada SKPD di Kabupaten Bangli.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Najahningrum (2013) dan
Ratnayani (2013) yang menyatakan bahwa implementasi good governance berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud. Good governance merupakan pedoman pelaksanaan sistem organisasi ideal yang diidamkan oleh semua organisasi. Tujuan diterapkannya prinsip good governance menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/15/M.PAN/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara adalah birokrasi yang bersih, transparan, melayani masyarakat, akuntabel, efektif dan efesien. Hal ini karena semakin tinggi penerapan good governance pada SKPD maka akan menurunkan kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan. Khairandy (2007) yang dikutip dalam Ratnayani (2014) menyatakan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrument baru, yaitu Good Governance untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Hasil penelitian Fitriatil Husna (2008) menyatakan bahwa implementasi Good Corporate Governance berpengaruh terhadap fraud.
Hal ini karena penerapan good corporate governance menyebabkan manajemen perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas dalam pembagian tugas, tanggungjawab dan pengawasannya.
United Nation Development Program (UNDP) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dala Tata Kelola Pemerintah yang Baik (Good Government Governance) adalah partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi, berkeadilan, daya tanggap, berorientasi konsesus, efektivitas dan efesiensi, akuntabilitas, visi strategis dan saling keterkaitan. SKPD sebagai cermin kinerja pemerintah daerah dituntut untuk tetap menjalankan dan meningkatkan implementasi good governace untuk menekan sedini mungkin kecurangan- kecurangan yang terjadi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa good governance berpengaruh signifikan negatif terhadap
kecurangan akuntansi (fraud) di kabupaten Bangli.
Pengaruh Efektivitas Pengendalian intern, Asimetri Informasi dan Implementasi Good Governance Terhadap Fraud.
Berdasarkan hasil analisis statistik ditemukan bahwa hipotesis keempat (H4) yaitu pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri Informasi dan Implementasi Good Governance berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi yang ditunjukan dari hasil uji F.
Dari hasil uji F dapatdilihat bahwa Fhitung>Ftabel yaitu 32,340>2,75 dengan signifikansi lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,000<0,05), maka H4 diterima artinya Efektivitas Pengendalian Internal, Asimetri Informasi dan Implementasi Good Governance berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada SKPD di Kabupaten Bangli.
Teori Tunggal (2010) yang sebagaimana dikutip dalam Ratnayani (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat meminimalisir kecurangan yaitu membangun struktur pengendalian intern yang baik, mengefektifkan sistem pengendalian, meningkatkan kultur organisasi yang
dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, mengefektifkan fungsi internal audit.
Tingginya tingkat penerapan pengendalian intern dan implementasi good governance yang diikuti informasi yang transparan maka akan dapat mencegah terjadinya kecurangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Najahningrum (2013) yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh terhadap kacenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian Ratnayani (2014) juga menyatakan bahwa pengendalian intern dan implementasi good governance berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Selain faktor eksternal berupa
peningkatan efektivitas pengendalian dan implementasi good governance, faktor lainnya adalah asimetri informasi.
Agency Teory sebagaimana dikutip dalam Kusumastuti (2012) menyatakan bahwa pada dasarnya kontrak yang terjadi antara pemilik (Principal) dan Manajemen (agent) berkaitan dengan pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen. Terdapat tiga asumsi dalam teori agency yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self- interest), manusia pada hakikatnya memiliki daya fikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality) dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efesiensi sebagai kriteria efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Moralitas dari karyawan berpengaruh terhadap kecurangan dalam laporan keuangan.
Dengan menyalahgunakan jabatan yang telah diberikan (tidak berprilaku sesuai dengan pedomannya) dan keserakahan merupakan faktor pemicu kecurangan.
Menurut Najahningrum (2013), asimetri informasi merupakan keadaan dimana pihak dalam perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibanding pihak luar perusahaan (stakeholder). Jika terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengguna dan pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan. kecurangan akuntansi. Kecurangan akan dilakukan jika ada kesempatan dimana seseorang harus memiliki akses terhadap aset atau untuk meminimalisir peluang atau kesempatan seseorang untuk melakukan kecurangan maka diperlukan pengendalian internal yang efektif, menekan terjadinya asimetri informasi dan memaksimalkan implementasi good governance.Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan
kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi yang terjadi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya efektivitas pengendalian internal, asimetri informasi dan implementasi Good Governance.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan teori serta penilitian terdahulu yang telah dipaparkan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Efektivitas Pengendalian Internal secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada SKPD di Kabupaten Bangli. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat efektivitas sistem pengendalian intern maka semakin rendah (fraud) kecurangan yang terjadi. (2) Asimetri Informasi secara parsial berpengaruh signifikan positif. terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada SKPD di Kabupaten Bangli. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat asimetri informasi maka tinggi fraud (kecurangan ) yang terjadi. (3) Implementasi Good Governance secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada SKPD di Kabupaten Bangli. Hal ini berarti semakin tinggi penerapan good governance maka semakin rendah kecurangan akuntansi (fraud) yang terjadi. (4) Secara simultan efektivitas pengendalian internal, asimetri informasi dan good governance berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada SKPD Kabupaten Bangli.
Saran
Bagi SKPD di Kabupaten Bangli, peningkatan efektivitas sistem pengendalian Internal perlu dilakukan. Hal ini karena pengendalian internal merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa semua komponen organisasi telah bekerja sesuai tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Perlu ditingkatkan pemisahan tugas sehingga dapat mempermudah pengawasan.
Pemahaman dan implementasi prinsip- prisip good governance perlu ditingkatkan
agar kinerja pemerintah semakin baik serta transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dapat ditingkatkan.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan responden yang lebih banyak karena responden dalam penelitian ini baru mencakup dinas. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan menambah variabel lain seperti moralitas, kesesuaian kompensasi, penegakan peraturan, budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan audit internal.
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal, 2004. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor, tersedia di: http://
www.bpkp.go.id/unit/ investigasi / cegah_deteksi.pdf, [diakses pada15 Februari 2015].
Anonim. 2012. Koruptor Bansos Bangli Dihukum 6 Tahun, tersedia di:
http://infokorupsi.com/id/korupsi.php
?ac=10221&l=koruptor-bansos- bangli-dihukum-6-tahun, [diunduh tanggal 9 Desember 2014].
Aranta, Petra Zulia. 2013. Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri
Informasi terhadap
Kecederungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pemerintahan Kota Sawahlunto).
Skripsi. Universitas Negeri Padang, Padang.
Artini, Eka Ari. 2014. Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Jembrana. Skripsi.
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Badan Pemeriksa Keuangan. 2013.
Penyerahan Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2013 kepada DPD
RI, tersedia di:
http://www.bpk.go.id/news/penyerah an-hasil-pemeriksaan-bpk-semester- i-tahun-2013-kepada-dpd-ri, [diakses pada tanggal 9 Desember 2014].
Bastian, Indra, 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Edisi 3.
Yogyakarta: Erlangga.
Faramita, Desy. 2011. Analisis Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2009. Skripsi.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Fauwzi. Mohammad Glifandi Hari. 2011.
Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuain Kompensasi, Moralitas Manajem terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi.
Universitas Diponegoro, Semarang.
FCGI. 2006. Definition Of Good Corporate Governance, tersedia di:
http://www.fcgi.or.id, [diakses pada tanggal 5 Maret 2015].
Hall, James A. 2009. Sistem Informasi Akuntansi, Buku 1 Edisi 4. Jakarta:
Salemba Empat.
Husna, Fitriatil. 2008. Pengaruh Penerapan Pengendalian Intern Kas dan Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan (Studi Empiris Pada Perusahaan BUMN di Kota Padang). Skripsi.
Universitas Negeri Padang, Padang.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Kurniawan, Ardeno. 2012. Audit Internal, Nilai Tambah Bagi Organisasi.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Kusumastuti, Nur Ratri. Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening.
Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Najahningrum, Anik Fatun. 2013. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang
Ratnayani, Ayu. 2014. Pengaruh Pengendalian Intern Kas dan Implementasi Good Governance terhadap Fraud (Studi Empiris di SKPD Kabupaten Buleleng. Skripsi.
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Rosjidi. 2010. Akuntansi Sektor Publik Pemerintah (Kerangka, Standar dan Metode). Jakarta: Salemba Empat.
Suprajadi, Lusy. 2009. Teori Kecurangan, Fraud Awareness dan Metodologi untuk Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Bandung:
Jurnal Bina Ekonomi Vol. 12, Nomor 2. Universitas Katolik Parahyangan.
UNDP. 2008. Human Development Indices: A Statistical Update 2008, tersedia di: http://hdr.undp.org, [diakses tanggal 10 Februari 2015].
Wilopo 2006. Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.