• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KESADARAN KESEHATAN TERHADAPSUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA SELAMA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KESADARAN KESEHATAN TERHADAPSUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA SELAMA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KESADARAN KESEHATAN TERHADAPSUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA SELAMA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

OLEH:

ADITYA PUTRA RIANDIONO 201610230311199

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Aditya Putra Riandiono

NIM : 201610230311199

Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :

“Pengaruh Kesadaran Kesehatan Terhadap Subjective Well-being Pada Remaja Selama Pandemi Covid-19”

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 24 November 2020 Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang Menyatakan

Susanti Prasetyaningrum, S.Psi., M.Psi Aditya Putra Riandiono

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi pada waktunya. Penelitian skripsi ini berjudul “Pengaruh Kesadaran Kesahatan terhadap Subjective Well-being pada Remaja selama Pandemi Covid- 19”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Keterlibatan dari berbagai pihak ini sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak M. Salis Yuniardi M.Psi, Ph.D selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Tulus Winarsunu, M.Si dan Ibu Devina Andriany, M.Psi selaku dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dengan sabra, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu RR Siti Sumiarti Fasikhah selaku dosen wali kelas C yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

4. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

5. Bapak Septyono Hariawan dan Ibu Erawati Wulandari selaku orang tua kandung peneliti yang selalu memberikan do’a, semangat, serta kebutuhan logistic selama penulisan skripsi ini.

6. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini hingga skripsi ini dapat selesa Peneliti menyadari bahwa dalam peulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 23 November 2020

Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... 1

Pendahuluan ... 2

Kesadaran Kesehatan ... 4

Subjective well-being ... 5

Pengaruh Kesadaran Kesehatan Dengan Subjective Well-being ... 7

Kerangka Berpikir ... 8

Hipotesa ... 9

METODE PENELITIAN ... 9

Rancangan Penelitian ... 9

Subjek Penelitian ... 9

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 9

Prosedur dan Analisa Data ... 10

Hasil Penelitian ... 10

DISKUSI ... 11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 13

REFRENSI ... 13

(8)

DAFTAR TABEL

Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian... 9

Deskripsi Subjek... 10

Deskripsi Data... 11

Uji Regresi... 11

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Blueprint Penelitian Variabel Kesadaran Kesehatan dan Subjective Well-being... 18

Kuisioner Penelitian... 18

Data Input... 23

Tabel Reliabilitas dan Validitas Variabel X... 28

Tabel Reliabilitas dan Validitas Variabel Y... 29

Tabel Uji Normalitas... 30

Tabel Uji Regresi... 30

(10)

PENGARUH KESADARAN KESEHATAN TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA SELAMA PANDEMIK COVID-19

Aditya Putra Riandiono

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang adityaputra.dion@gmail.com

ABSTRAK

Kesehatan merupakan komponen penting dalam hidup manusia. Selama pandemik covid-19, masyarakat dianjurkan untuk lebih peduli terhadap kesadaran kesehatan terutama pada remaja.

Remaja yang memiliki kesedaran kesehatan yang baik, maka subjective well-being (SWB) yang dimiliki juga baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesadaran kesehatan terhadap subjective well-being pada remaja selama pandemik covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Subjek penelitian merupakan 100 remaja yang berdomisili di Malang. Teknik pengambilan subjek menggunakan non probability sampling pada remaja yang berdomisili Malang. Data dikumpulkan menggunakan skala kesadaran kesehatan dan skala SWB. Hasil uji analisis data dengan regresi sederhana menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kesadaran kesehatan dengan subjective well- being. Kesadaran kesehatan berkontribusi sebesar 4.5% terhadap subjective well-being, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.

Kata Kunci : Kesadaran kesehatan, Remaja, Subjective well-being

Health is an important component in human life. During the Covid-19 pandemic, the public is encouraged to be more concerned about health awareness, especially for adolescents. By having good health awareness, one's subjective well-being (SWB) is also good. This study aims to determine the effect of health awareness on subjective well-being in adolescents during the Covid-19 pandemic. This research is a correlation quantitative. The research subjects were 100 teenagers who live in Malang. The technique of taking the subject used non probability sampling on adolescents who live in Malang. Data were collected using the health awareness scale and the SWB scale. The results of the data analysis test with simple regression showed that there was a significant positive effect between health awareness and subjective well-being.

Health awareness contributed 4.5% to subjective well- being, while the rest was influenced by other variables.

Keywords: Adolescents, Health awareness, Subjective well-being,

(11)

2

Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) merupakan virus yang mulai menyerang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Covid-19 pertama kali muncul pada Desember 2019 tepatnya di Kota Wuhan, China. Dilansir dari merdeka.com beberapa orang yang terinfeksi virus ini memiliki riwayat mengunjungi pasar basah makanan dan hewan local di Wuhan. Dilihat dari sejarahnya, Covid-19 pertama kali diidentifikai sebagai flu biasa pada tahun 1960, hingga sampai tahun 2002 virus masih belum dianggap fatal. Namun, pasca adanya Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS Cov) di china, para pakar mulai berfokus pada penyebab dan menemukan hasil apabila wabah ini diakibatkan oleh bentuk baru corona. Pada tahun 2012, terjadi pula wabah yang mirip yakni Middle East Respiratory Syndrome (MERS-Cov) di timur tengah. Dari kedua peristiwa itulah diketahui corona bukan virus yang stabil serta mampu beradaptasi menjadi lebih ganas, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sejak itulah penelitian terhadap virus corona semakin berkembang. World Health Organization (WHO) mengumumkan nama resmi untuk penyakit yang disebabkan oleh virus baru adalah Covid-19, dimana CO adalah singkatan dari corona, VI adalah singkatan dari virus, dan D adalah untuk deasese (penyakit) dan angka 19 mewakili tahun 2019 dimana virus ini pertama kali menyebar dan menular ke manusia. Dilansir dari Kompas.com (2019) Italia dan Spanyol mengalami hari- hari terburuk ketika wabah virus corona semakin menjangkiti dua negara tersebut. Italia melaporkan bahwa terdapat 969 kematian dalam sehari, sedangkan Spanyol terdapat 769 warganya meninggal dunia akibat Covid-19. Dengan demikian jumlah kematian akibat Covid- 19 di Italia menjadi 9.313 orang dan Spanyol menjadi 4.858 orang.

Pendahuluan

Indonesia merupakan peringkat kedua negara yang jumlah kasus Covid-19-nya terus meningkat.

Manurut data pada website detik.com, jumlah kasus ini terus meningkat hingga pada tanggal 7 April 2020 jumlah pasien positif Covid-19 mencapai 2.738 pasien dimana angka ini merupakan angka tertinggi sejak tanggal 2 Maret yang lalu. Meski bertambah jumlah pasien yang sembuh masih berada dibawah rata-rata. Jumlah pasien yang sembuh sekitar 204 pasien, angka yang masih dibawah dari jumlah kematian yang mencapai 221 jiwa, sedangkan yang dirawat mencapai 2.313 pasien. Walaupun sudah maraknya berita mengenai penyebaran Covid-19 ini, namun masih banyak masyarakat yang kurang dalam memahami kesehatan mereka. Hal ini dapat dicontohkan dengan banyaknya masyarakat yang masih keluar rumah untuk nongkrong, ke tempat yang ramai, bahkan sampai pulang ke kampung halaman masing-masing atau mudik. Padahal pemerintah sudah berupaya untuk menghimbau kepada masyarakat untuk tetap dirumah, hindari ke tempat yang ramai dan hindari pulang ke kampung halaman karena memang beresiko akan penyebaran Covid-19 ini. Pemerintah di Indonesia sudah berupaya untuk melakukan berbagai macam cara dalam pencegahan penyebaran Covid-19 ini, seperti pemberlakuan physical distancing, aturan wajib menggunakan masker, serta membuat program work from home (WFH). Namun upaya ini masih dilanggar oleh masyarakat karena kurangnya kesadaran yang dimiliki. Terutama remaja, masih banyak remaja yang melalaikan kesadaran kesehatan mereka dalam Pandemic covid-19 ini, seperti masih sering baermain di tempat keramaian, nongkrong, dan rekreasi. Aparat yng bertugas sudah berupaya memberikan himbauan atau tindakan tegas terhadap masyarakat yang melanggar ketentuan pemerintah, namun hal ini masih kurang efektif karena masih banyak masyarakat terutama remaja yang melanggar.

Keadaan dimana individu merasa puas ataumerasa bahagia dalam hidupnya dapat dikatakan sebagai subjective well-being (SWB). Subjective well-being ini merupakan suatu bentuk evaluasi megenai kehidupan individu melalui penilaian secara kognitif (kepuasan hidup) dan respon emosional (Diener, dalam Nisfiannor & Rostiana (2004)). Individu akan mampu menggontrol emosi dan menghadapi berbagai peristiwa dengan baik apabila memiliki kepuasan hidup yang baik. Namun individu akan memiliki emosi yang kurang menyenangkan, seperti keemasan, depresi dan kemarahan, dan menganggap peristiwa yang terjadi merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila memiliki kepuasan hidup yang kurang baik.

(12)

Kesadaran kesehatan merupakan (health awareness) merupakan suatu kepedulian dan perhatian untuk menjadi lebih baik dan termotivasi dalam memperbaiki, mempertahankan, menjaga kesehatan dan kualitas hidup dengan menerapkan pola hidup sehat. (Michaelidou and Hassan, dalam Kutresnaningdian 2012). Konsep kesehatan memang penting untuk membantu memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan yang menyeluruh.

Menurut Atkinson (dalam Wati 2013) kesadaran sering digunakan sebagai istilah yang mencakup pengertian, persepsi, pemikiran, perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif pada saat tertentu.

Sementara hidup sehat merupakan tindakan atau dapat disebut dengan perilaku sehat. Jadi kesadaran hidup sehat merupakan persepsi, pengertian, perasaan, dan ingatan yang berkaitan dengan hidup sehat . Menurut Gould (dalam Muammar 2015) mennyatakan bahwa kesadaran kesehatan kesadaran individu tentang kondisi kesehatan fisiknya seperti pola hidup sehat, aktivitas keseharian dan rutinitas individu dalam memonitor kondisi kesehatannya. Pada penelitian Rahmayanti dkk (2020) menjelaskan selama pandemi covid-19 menyebabkan kelengahan remaja dalam menjaga kondisi kebersihan. Pada penelitian tersebut melaksanakan kegiatan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan berfikir kritis tentang kebersihan dan kesehatan.

Pada jurnal penelitian Priyanto (2014) yang berjudul “subjective well-being pada remaja ditinjau dari kesadaran lingkungan” juga meneliti tentang korelasi antara kesadaran lingkungan dengan subjective well-being pada remaja. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kesadaran lingkungan maka semakin tinggi pula subjective well-being. Menurut penelitian Perwira (2020) menyatakan bahwa dalam penelitiannya, selama pandemi covid-19 individu harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Keadaan tersebut membuat tingkat kepuasan hidup individu dan kesenangan ataupun keceriaan yang awalnya tinggi menjadi rendah. Alhasil kebahagiaan yang dimiliki individu tersebut menjadi rendah karena tingkat kepuasan hidup dan afeksi positif subjek yang rendah, yang membuat subjek kurang memiliki kebahagiaan subjektifnya atau dalam psikologi bisa disebut subjective well-being (SWB). Pada penelitian tersebut menunjukan kondisi subjective well-being pada remaja di Surabaya yang tinggi apabila memiliki kecemasan yang rendah. Remaja yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah akan memiliki tingkat subjective well-being yang tinggi.

Pada penelitian Hasanah dkk (2020) menjelaskan bahwa remaja mengalami stress selama pandemi covid-19. Selama pandemi, remaja diharuskan untuk menyesuaikan diri agar dapat menjalani hidupnya, yang mana perubahan perilaku seperti kegiatan pendidikan yang harus menyesuaikan masa pandemi ini membuat remaja rentan akan stres Ada pula menurut hasil pada penelitian Dyla (2020) menunjukan bahwa selama pandemi covid-19, remaja yang melaksanakan kegiatan daring memiliki kepuasan hidup yang rendah, karena tidak mendapatkan informasi dan manfaat yang dibutuhkan selama kegiatan daring tersebut. Menurut Ananda (2020) selama pandemi berlangsung, kehidupan remaja juga ikut terpengaruh seiring dengan dilakukannya berbagai kebijakan untuk mengurangi dampak dari pandemi. kondisi mental para remaja juga diuji dan tidak sedikit yang pada akhirnya mengalami stress. Data pada penelitian tersebut juga menunjukan bahwa kondisi remaja selama pandemi cenderung mengalami stress karena harus mengalami perubahan-perubahan perilaku dan pada akhirnya mengalami perubahan pada kondisi psikologisnya

(13)

4

Penelitian tentang subjective well-being merupakan penelitian yang penting. Hal ini dikarenakan individu yang bahagia memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak bahagia. Pada penelitian Diener E, dkk (1999) menyebutkan bahwa mayoritas mahasiswa di seluruh dunia menyadari bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup sangatlah penting. Bahkan responde pada penelitian tersebut menyatakan bahwa kebahagiaan lebih penting daripada uang.

Pada penelitian Diener, Oishi, dan Lucas (2003) tentang personality, culture, and subjective well- being: emotional and cognitive evaluations juga menjelaskan pentingnya penelitian well-being.

Kedua penelitian memiliki penryataan yang kuat mengenai pentingnya penelitian tentag subjective well-being dikarenakan pada penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan Adanya kepuasan dan kebahagiaan yang dimiliki oleh individu, dapat membuat kehidupan individu tersebut menjadi lebih baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin meneliti apakah terdapat pengaruh kesadaran kesehatan dengan subjetive well-being pada remaja dan bagaimana kontribusi kesadaran kesehatan terhadap subjective well-being pada remaja. Jumlah pasien positif terus meningkat setiap harinya. Pemerintah sudah berupaya untuk mengurangi kenaikan angka positif covid-19 dan melakukan pencegahan dari penyebaran covid-19. Namun penyebaran virus ini masih sangat cepat yang berdampak meningkatnya angka positif covid-19. Penelitian ini memiliki manfaat sabagai refrensi data yang mana nantinya akan digunakan sebagai salah satu bentuk pencegahan penyebaran pandemi covid-19 ini. Remaja yang memiliki kesadaran kesehatan juga tentunya memiliki subjective well-being yang mana dapat menjadi gagasan untuk memiliki kepuasan hidup selama pandemiccovid-19.

Kesadaran Kesehatan

Kesadaran menurut kamus bahasa Indonesia memiliki arti dimana individu mengerti terhadap keadaan sesuatu. Abraham Maslow dalam teori Humanistik mengemukakan tentang kesadaran diri adalah mengerti dan memahami ssemua tentang diri kita, seperti potensi, kondisi , dan perasaan. Menurut Atkinson (dalam Wati 2013) kata kesadaran sering digunakan sebagai istilah persepsi, pemikiran, pengertian dan ingatan seseorang yang aktif pada saat tertentu. Kesadaran juga dianggap sebagai kepemilikan pengetahuan atau menjadi sadar akan seseorang, sesuatu atau situasi. (Kainth, dalam Sakinah 2014). Murphy (dalam Priyanyo 2014) menjelaskan bahwa kesadaran sebagai keadaan sadar akan tingkah laku individu tersebut, yaitu pikiran sadar yang mengatur akal dan dapat menentukan pilihannya mengenai apa yang diinginakan. Sedangkan kesehatan merupakan suatu kondisi tubuh individu dalam keadaan prima. Menurut Efendi (2009) kesehatan merupakan keadaan dimana fisik dalam kondisi baik secara fisik, mental, dan social serta tidak sedang menderita atau kesakitan. Achman mendatu (dalam Dafid 2012) mengemukakan kesadaran adalah keadaan dimana seseorang bisa memahami dirinya, seperti emosi dan mood, serta informasi mengenai dirinya. Dari pernyataan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kesadaran kesehatan merupakan dimana individu secara sadar memahami kondisi tubuhnya dalam menghadapi berbagai macam situasi.

Kesadaran kesehatan merupakan penilaian kesiapan untuk melakukan tindakan kesehatan (Michaelidou, 2008). Tindakan kesehatan dalam bentuk kepedulian dan perhatian untuk menjadi lebih baik dam termotivasi dalam memperbaiki, mempertahankan dan menjaga kesehatan serta kualitas hidup dengan menerapkan pola hidup yang sehat. Kesadaran Kesehatan merupakan suatu konsep atau frasa yang digunakan dalam penelitian untuk mempromosikan kesehatan (Bennet et al, 2018). Individu akan merasa sadar akan hidup sehat apabila ia memiliki persepsi tentang aspek hidup sehat yang mendukungnya yang membuat kesadaran tersebut meningkat sejalan dengan meningkatnya informasi yang diterima. Oleh sebab itu, setiap individu perlu adanya binaan secara luas agar dapat membetuk budaya hidup sehat (Lestari 2010). Dalam penelitian ini, kesadaran kesehatan adalah ketika individu bersikap sesuai dengan informasi tentang kesehatan.

(14)

Soekidjo Notoatmodjo (dalam Lestari 2010) berpendapat bahwa untuk melihat indikator kesadaran kesehatan, terdapat beberapa dimensi, yaitu pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap kesehatan, dan Praktik kesehatan. Pengetahuan kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan kesehatan mencakup tentang informasi bagaimana mencegah timbulnya berbagai penyakit dalam tubuh setiap individu. Sikap terhadap kesehatan merupakan suatu penilaian individu tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Sikap terhadap kesehatan mencakup bagaimana sikap individu dalam memilih, merencanakan dan menilai, kemudian direalisasikan melalui tindakan untuk memelihara kesehatannya. Praktik kesehatan adalah aktivitas individu dalam memelihara kesehatanya. Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan memelihara kesehatan, seperti bersepeda, berenang, maupun makan makanan yang bergizi.

Subjective well-being

Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being sebagai istilah kebahagiaan. Menurut Pasha (dalam Wildani, 2014) menyebutkan bahwa well-being merupakan kemampuan individu dalam merasakan, menikmati, dan menggunakan apa yang dimiliki dengan mengutamakan sesuatu yang indah dan berpaling pada sesuatu yang menyuramkan. Menurut Ryan dan Deci (dalam Wildai 2014) terdapat dua pendekatan mengenai well-being, pendekatan eudaimonic dan hedonic.

Pendekatan eudaimonic memandang well-being tidak hanya mencapai kesenangan, tetapi juga realisasi potensi diri seseorang dalam mencapai tujuannya yang melibatkan pengidentifikasian diri yang sebenarnya. Konsep yang digunakan dalam pendekatan ini menggunakan konsep psychological well-being (PWB). Pendekatan hedonic memandang well- being sebagai bentuk kebahagiaan subjektif dan berfokus pada pengalaman yang mendatangkan kenikmatan.

Pengalaman yang diperhatikan adalah pengalaman menyenangkan dengan tidak menyenangkan yang didapatkan dari penilaian baik buruknya hal-hal yang ada dalam kehidupan individu.

Konsep yang dipakai adalah subjective well-being. Pada penelitian ini lebih berfokus pada subjective well-being.

Kesejahteraan subjektif (subjective well-being) adalah persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis (Ariati, 2010). Ada pula menurut penelitian Dewi (2008) mengatakan bahwa subjective well-being adalah evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap kehidupannya yang bersifat kognitif dan afektif. Evaluasi kognitif mengenai bagaimana seseorang atau individu tersebut merasakan kepuasan hidupnya, sedangkan evaluasi afektif mengenai bagaimana atau seberapa sering seseorang merasakan emosi, baik positif (seperti gembira dan kasih sayang) maupun negative (seperti marah dan sedih). Pada jurnal Priyanto (2014) juga menjelaskan bahwa subjective well-being adalah kondisi psikologis positif yang khas dengan tingginya tingkat kepuasan hidup, tingginya tingkat afeksi positif, serta rendahnya tingkat afeksi negative. Kepuasan hidup yang dimaksud adalah hasil evaluasi kognitif yang dilakukan oleh seseorang mengenai seberapa memuaskan kehidupan mereka secara keseluruhan.

Subjective well-being merupakan suatu bentuk evaluasi mengenai kehidupan individu yang bersangkutan melalui penilaian secara kognitif dan respon secara emosional (Diener, dalam Nisfiannor, 2004). Wulandari (dalam Ariyanto 2019) menjelaskan pemaknaan hidup yang positif merupakan hal yang sangat penting agar manusia dengan berbagai latar belakang dapat meraih kebahagiaan dapat disebut dengan subjective well-being. Subejective well-being merupakan seseorang dimana memiliki penilaian kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih tinggi melalui beberapa variable seperti kepuasan hidup, suasana hati, serta emosi yang dimiliki.

Menurut Diener (dalam Wildani 2014) Subjective well-being mempunyaidua komponen, yaitu

(15)

6

reaksi yang dialami. Selanjutnya terdapat komponen kognitif. Komponen kognitif lebih kepada penilaian tentang kualitas hidup dan kondisi kehidupan, mempertimbangkan kondisi dan mengevaluasi kehidupan dari tidak puas hingga merasakan kepuasan hidup.

Carol Ryff (dalam Dewi 2018) menyatakan beberapa aspek dalam subjective well-being yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan sesame, autonomi (kemandirian), penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup, pertumbuhan pribadi. Penerimaan diri adalah keadaan dimana seorang individu menerima dan mengakui segala keterbatasan atau kelebihan yang dimilikinya.

Individu yang memiliki penerimaan diri yang baik tidak merasa mider atau bersalah akan apa yang dimilikinya. Individu yang memiliki subjective well-being yang tinggi akan memiliki hubungan sosial yang baik. Hubungan sosial memang sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia adalah mahkluk social. Individu mampu mengurus dirinya sendiri dalam semua aspek kehidupan, mampu mengambil keputusan tanpa ragu atau melibatkan orang lain, serta memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan social sehingga mampu mengevaluasi diri dengan personal secara umum. Individu mampu menempatkan dirinya pada lingkungan sehingga mampu mengendalikan aktifitas lingkungan dan bermanfaat bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Individu yang memiliki komitmen untuk menjalani kehidupannya merupakan salah satu ciri individu yang dapat mengatasi masalahnya.

Individu yang sadar akan jerih payahnya merupakan pengaruh dari besarnya pengorbanan selama proses kerja yang dilakukannya, mampu mengubah nasib sendiri merupakan arti bahwa pertumbuhan pribadinya dapat berfungsi dengan baik.

Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek subjective well-being adalah keadaan dimana individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, hubungan positif dengan sesama atau dapat dikatakan dengan hubungan social yang baik, memiliki kemandirian atau autonomi yang ditandai dengan ketahanan dalam menghadapi tekanan social, penguasaan lingkungan dimana mampu menempatkan dirinya pada lingkungan yang berdampak positif bagi dirinya maupun orang lain, memiliki tujuan atau komitmen dalam kehidupannya, serta pertumbuhan pribadinya yang ditandai dengan adanya kesadaran dalam pengorbanan untuk mencapai kesuksesan.

Menurut Compton (2014) subjective well-being terbagi atas beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya harga diri (self-esteem), arti kontrol kesadaran, ekstrovert, optimis, hubungan positif, dan makna dan tujuan hidup. Evaluasi terhadap diri sendiri akan mempengaruhi bagaimana individu menilai kepuasan dalam hidup yang mereka rasakan. Individu dengan self-esteem yang baik mampu berasosiasi dengan fungsi adaptif dalam setiap aspek kehidupan. Individu mampu mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, memilih hasil yang diinginkan, menghadapi konsekuensi dari pilihannya, dan memahami hasil dari pilihannya. Kontrol pribadi mampu membatu individu untuk mewujudkan apa yang diinginkannya yang dapat membawa kepuasan akan hidupnya. Individu dengan sifat terbukanya akan tertarik pada hal-hal yang diluar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya. Individu dengan sifaat terbuka atau ekstrovert umumnya memiliki teman dan relasi social yang lebih banyak, serta memiliki sensitifitas yang lebih besar mengenai pengaruh positif pada orang lain.

Individu yang mengevaluasi dirinya dengan cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya sehingga memiliki impian dan harapan yang positif tentang masa depan.

Namun sikap positif ini harus bersifat realistis. Hubungan yang terdapat dukungan dan keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis, adaptif dalam memecahkan masalah, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik. Memiliki makna dan tujuan dalam hidup merupakan faktor penting dalam subjective well- being karena individu akan merasakan kepuasan maupun kebahagian dalam hidupnya. Dengan adanya arahan dan makna dalam hidup akan menimbulkan kepuasan dan kebahagiaan dalam kehidupannya.

(16)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa individu dengan harga diri yang tinggi, adanya kontrol kesadaran diri, memiliki sifat yang terbuka, perasaan optimis akan hidupnya, memiliki hubungan yang positif dengan sekitarnya, serta memiliki tujuan hidup akan membentuk subjective well-being yang baik bagi dirinya. Subjective well-being merupakan ilmu dalam rana psikologi yang berupaya untuk memahami penilaian seseorang secara individu atau dapat dikatakan sebagai evaluasi diri dari kehidupan mereka. Kesadaran kesehatan pada remaja mungkin berbeda dengan orang tua, terutama pada Pandemic covid-19 ini. Hal ini dikarenakan pada masa remaaja merupakan periode perkembangan dimana cenderung mengarahkan kepada ketidakpuasan dan tindakan-tindakan yang mengkhawatirkan.

Lingkungan adalah faktor yang dominan dalam kehidupan setiap manusia. Dalam kesehariannya, setiap individu termasuk remaja tentu tidak pernah lepas dari interaksi dengan lingkungannya.

Soemarwoto (dalam Priyanto 2014) menjelaskan bahwa terjadi hubungan yang bersifat sirkuler antara manusia dan ingkungannya. Hal tersebut bermakna bahwa apapun yang dilakukan manusia pada lingkungannya, akan berdampak kembali pada manusia, baik keuntungan maupun kerugian.

Salah satu dampak dari lingkungan adalah kesehatan. Lingkungan yang baik akan memberikan dampak kesehatan yang baik, namun lingkungan yang buruk akab berdampak pada kesehatan yang buruk pula. Remaja biasanya terlena akan kesadaran kesehatan mereka. Oleh karena itu, pada penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengaruh kesadaran kesehatan pada remaha terhadap subjective well-being mereka selama Pandemic covid-19 ini.

Pengaruh Kesadaran Kesehatan Dengan Subjective Well-being

Manusia dengan lingkungan sekitarnya memiliki hubungan yang tiada ujungnya, yang artinya dampak yang terjadi pada lingkungan karena ulah manusia akan kembali pada manusia tersebut.

Pada dasarnya manusia memang diwajibkan untuk memiliki kesadaran pada kesehatann agar memiliki hubungan mutualisme dengan lingkungannya. Remaja memiliki hubungan yang nampak dengan lingkungan. Apabila remaja memiliki kesadaran kesehatandan mampu untuk menjaga lingkungan sekitarnya, maka secara tidak langsung remaja tersebut akan mendapatkan dampak positif seperti terhindar dari berbagai penyakit. Begitpun sebaliknya, apabila remaja tidak memiliki kesadaran, bahkan merusak lingkungannya, maka lingkungan tersebut perlahan akan merusak kehidupan remaja, seperti munculnya berbagai macam penyakit. Hal ini juga membuktikan bahwa lingkungan juga merupakan salah satu faktor kesehatan. Pada penelitian Rahmayanti dkk (2020) menjelaskan bahwa selama pandemi, remaja sangat rentanterhadap kebersihan dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan perilaku serta kurangnya kesadaran yang dimiliki pada remaja. Pada penelitian Ananda (2020) menjelaskan bahwa selama pandemi remaja mengalami perubahan pada kondisi psikologisnya yang mana cenderung stress. Kondisi remaja saat ini memang mengalami perubahan-perubahan perilaku dan pada akhirnya mengalami perubahan pada kondisi psikologisnya. Rasa cemas dan gelisah karena pandemi membatasi mereka dalam melakukan aktivitas dan juga tugas-tugas pendidikannya. Adaptasi terhadap situasi yang baru ini mempengaruhi kesejahteraan subjektif (subjective well-being) mahasiswa itu sendiri.

Dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kesadaran kesehatan dengan subjective well-being memiliki korelasi positif dan saling mempengaruhi, sehingga pada peneiliti ini ingin menguji bagaimana pengaruh kesdaran kesehatan terhadap subjective well-being pada pendemic covid-19 ini. Peneliti ingin memfokuskan penelitian ini pada remaja, kerena pada masa remaja merupakan periode perkembangan dimana cenderung mengarahkan kepada ketidakpuasan dan tindakan-tindakan yang mengkhawatirkan. Erickson (dalam Santrock, 2002) menjelaskan bahwa remaja berada pada kondisi psychological mortotium, dimana remaja mengalami kesenjangan antara rasa aman pada masa kanak-kanan dan otonomi pada masa dewasa. Kondisi ini merupakan

(17)

8

sehingga meningkatkan subjective well-being. Perilaku dari kesadaran kesehatan pada remaja mampu mempengaruhi pada aspek-aspek subjective well- being, seperti meningkatnya kepuasan hidup pada individu. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kesadaran kesehatan dengan subjective well-being pada remaja, sehingga semakin tinggi kesadaran kesehatan maka semakin tinggi pula subjective well- beingnya.

Kerangka Berpikir

Kesadaran kesehatan

1. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan

2. Mampu menilai sikap dan rencana untuk menjaga kesehatan

3. Mampu melaksanakan kesadaran kesehatan

Subjective well-being

1. Kognitif (lebih kepada kepuasan hidup)

2. Afeksi

a. Penerimaan diri

b. Hubugan positif dengan sesama

c. Kemandirian

d. Penguasaan lingkungan

e. Tujuan hidup

f. Pertumbuhan pribadi REMAJA

(18)

Hipotesa

Pada penelitian ini memiliki hipotesa yaitu adanya pengaruh positif dari kesadaran kesehatan dengan subjective well-being pada remaja. Semakin tinggi kesadaran kesehatan yang dimiliki maka semakin tinggi pula subjective well-beingnya.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah kuantitatif Korelasional. Penelitian kuantitaif adalah penelitian yang menggunakan alat ukur dalam mengukur keadaan secara nyata dalam sistem numeric (Daniel, 2016). Kuantitatif Korelasional adalah penelitian yang berfungsi untuk mengukur hubungan dan pengaruh dari antar variable (Simon & Goes, 2011). Penelitian ini menggunakan dua variable, yaitu variable bebas dan variable terikat, dimana variable bebas (X) adalah kesadaran kesehatan, sedangkan variable terikat (Y) adalah subjective well-being.

Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, populasi yang diambil adalah masyarakat yang berada di Kota Malang karena Malang merupakan salah satu kota Wisata di Jawa Timur serta merupakan Kota yang berada pada Zona merah selama pandemic sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil sample. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 remaja, menggunakan teknik pengambilan sampling oleh Widyanto (2008) dengan rentan usia remaja 18 – 22 tahun (Sandtrock 2002).

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dikarenakan peneliti akan menyebarluaskan kuisioner skala melalui platform google form secara acak dan meluas, mengingat kondisi Pandemic yang terhambat untuk melakukan penelitian lapangan.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Kesadaran kesehatan yang dimaksud adalah ketika individu menyadari betul bagaimana kesehatan yang dimiliki, mulai dari pola hidup, pola akan, bagaimana beradaptasi dalam lingkungan, dan bagaimana individu tersebut melakukan bebagai macam cara agar dapat menjaga kesehatan tubuh mereka. Selanjutnya pada variabel subjective well-being menurut Diener (2003) adalah ketika individu mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, memenuhi aspek bahagia yang dimaksud serta mendapatkan kesejahteraan secara individu. Variable ini menggunakan komponen kognitif dan afeksi. Pada komponen kognitif terdiri dari 6 aspek yaitu harga diri, kontrol kesadaran, ekstrovert, optimis, hubungan positif, dan tujuan hidup.

Metode penelitian ini menggunakan 2 instrument yang diadaptasi oleh peneliti lain. Instrument yang pertama adalah Skala Subjective Well-being yang dikembangkan oleh Adani (2015) untuk mengukur subjective well-being (y) dan instrumen kesadaran kesehatan oleh Sukma (2012) untuk mengukur Kesadaran kesehatan (x). Instrumen-instrumen ini akan disebar luaskan kepada subjek sesuai kriteria yang ditentukan.

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur

Jumlah Item Valid

Korelasi Item Total Koefisien Reliabilitas

Kesadaran Kesehatan 16 item 0.315 – 0.651 0,858

Subjective Well-being 19 item 0.375 – 0.795 0,908

(19)

10

Berdasarkan hasil try out yang telah dilakukan pada 50 subjek, dilakukan dua kali uji reliabilitas dan validitas serta pengurangan item pada setiap variabel sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

Prosedur dan Analisa Data

Peneliti beberapa tahapan dalam penelitian. Yang pertama adalah tahapan persiapan. Dalam tahapan ini dilakukannya proses pencarian fenomena yang akan dilakukan oleh peneliti, dilanjutkan dengan penentuan variabel pada penelitian serta mencari teori dari beberapa refrensi yang kemudian akan digunakan sebagai landasan atau dasar penelitian. Kemudian peniliti melakukan adaptasi instrumen penelitian yaitu skala Kesadaran kesehatan dan subjective well- being. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba atau try out skala kesadaran kesehatan dan subjective well-being yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2020. Tujuan diadakannya uji coba ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas agar skala dapat digunakan dengan layak. Uji coba ini dilaksanakan kepada 50 responden yang memenuhi kriteria dengan cara mengisi google form yang telah disediakan. Hasil dari uji coba ini akan diuji menggunakan SPSS untuk mendapatkan item yang valid dari skala yang digunakan.

Tahap kedua dari prosedur ini yaitu pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan pada bulan September 2020. Peneliti mulai mengambil data penelitian dengan menyebarkan skala menggunakan googlel form melalui beberapa platform social media kepada remaja yang berada di Kota Malang. Kemudian hasil dari skala yang telah disebarkan akan diinput dalam Ms.

Excel. Kemudian tahap akhir yaitu anlisis data. Data-data yang telah terkumpul, dan telah diinput ke dalam ms. Excel akan diinput dan dianlisiskedalam SPSS. Hasil dari instrument tersebut akan di analisis menggunakan SPSS Regresi linier, dimana perubahan pada variable x akan diikuti oleh perubahan variable y secara tetap. Jumlah subjek yang didapatkan 108, namun dikarenakan peneliti mengamati hasil googleform tepat pada jumlah 100 sehingga peneliti langsung input data dan mengabaikan yang sisanya.

HASIL PENELITIAN

Tabel 2. Deskripsi Subjek

Jenis Kelamin Persentase

Laki-laki 37 %

Perempuan 63 %

Usia (Tahun) Persentase

18 tahun 3.7 %

19 tahun 8.4 %

20 tahun 23.1 %

21 tahun 27.8 %

22 tahun 28.7%

23 tahun 7.4 %

24 tahun 0.9 %

Hasil penelitian ini merupakan hasil dari analisa yang telah dilakukan dengan subjek sebanyak 100 orang remaja di Kota Malang. Dari tabel 2, dapat dijelaskan bahwa perempuan yang memiliki presentase 63% merupakan populasi yang dominan daripada laki- laki yang memiliki presentase 37%. Pada rentan usia, populasi yang dominan adalah populasi pada rentan usia 22 tahun dengan presentase 28.7 %.

(20)

Tabel 3. Deskripsi Data

Mean

Kategori

Variabel S

D

Rendah Sedang Tinggi

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Kesadaran

Kesehatan 51 5 13 13% 71 71% 16 16%

Subjective Well-

being 55 8 15 15% 71 71% 14 14%

Berdasarkan tabel 3, dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki kesadaran kesehatan yang cukup baik atau sedang, yang mana subjek memiliki beberapa dimensi dari kesadaran kesehatanb yang cukup mendominasi. Selain itu subjek juga memiliki subjective well-being yang cukup baik atau sedang, yang mana subjek memiliki beberapa aspek dan faktor dari subjective well-being yang cukup mendominasi selama pandemi covid-19.

Peneliti melakukan uji normalitas data untuk mengetahui sebaran dari hasil penelitian sebelum uji regresi linear. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov karena jumlah sampel yang kurang dari 200. Berdasarkan Uji Normalitas tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kesadaran kesehatan memeiliki signifikasi sebesar 0.262 dan variabel subjective well- being sebesar 0.582. Data dapat dikatakan normal apabila memiliki nilai signifikasi lebih dari 0.05 sehingga kedua variabel tersebut dapat dikatakan sebagai data normal.

Tabel 4. Uji Regresi

Regresi Linier Sederhana Indeks Analisis

R 0,213

R2 0,045

Sig. 0,033

b 0,335

Berdasarkan hasil uji regresi dapat disimpulkan bahwa hasil koefisien R sebesar 0.213 dan R2 sebesar 0.045. Kesadaran kesehatan berkontribusi sebesar 4.5% terhadap subjecrive well-being pada remaja. Nilai signifikasi sebesar 0.033 dimana lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel independent dengan variabel dependent. Nilai koefisien regresi sebesar 0.335, dimana setiap penambahan 1% tingkat kesadaran kesehatan dapat meningkatkan subjective well-being sebesar 0.335 dan bersifat positif. Hasil dari uji regresi ini juga dapat disimpulkan bahwa kesadaran kesehatan yang dimiliki kurang cukup untuk membuat subjek memiliki kepuasan hidup selama pandemi covid-19.

DISKUSI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kesadaran kesehatan terhadap subjective well-being pada remaja selama pandemi covid-19 di Kota Malang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan pada kesadaran kesehatan dengan subjective well-being pada remaja. Semakin tinggi kesadaran kesehatan yang dimiliki maka semakin tinggi pula subjective well-beingnya. Begitupun sebaliknya, semakin rendah kesadaran kesehatan yang dimiliki makan semakin rendah pula subjective well-beingnya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesa yang menyatakan adanya pengaruh positif pada kesadaran kesehatan dengan subjective well-

(21)

12

Penelitian ini pernah dilakukan oleh Mei-Ying dkk (2018) tentang Relationships Between Self- Perseptions of Health Awareness, Body Image, and Well-being Among Adolescents in Kaohsiung. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi perbedaan kesadaran kesehatan, citra tubuh dan kesejahteraan pada remaja. Penelitian tersebut menggunakan 1,129 siswa SMP dan SMA. Hasil dari penelitian tersebut meunjukan bahwa terdapat nilai signifikan kesadaran kesehatan dan citra tubuh yang tinggi pada remaja kelas tujuh dibandingkan dengan seniornya.

Selain itu, kesadaran kesehatan dan citra tubuh memiliki nilai yang signifikan tinggi pada laki- laki daripada perempuan dan nilai rasa kesejahteraan yang tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Penelitian tersebut akhirnya mengusulkan untuk mengintegrasikan teori dan praktik pendidikan kesehatan ke dalam kurikulum pengajaran serta berbagai jenis kegiatan dalam disiplin ilmu untuk membimbing kaum muda membangun konsep citra tubuh yang benar dan meningkatkan tingakat kesejahteraan mereka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja memiliki kesadaran kesehatan dalam kategori sedang, sisanya berada pada kategori tinggi dan rendah. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Priyanto (2014) yang menyatakan bahwa remaja memiliki tingkat kesadaran pada lingkungan yang cukup tinggi, dimana lingkungan merupakan salah satu faktor kesehatan. Namun memang tidak setinggi dengan orang dewasa, yang mana orang dewasa lebih tinggi kesadaran akan kesehatannya daripada remaja (Kutresningdian, 2012).

Kesadaran kesehatan merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang berkaitan dengan pola hidup sehat. Individu dapat dikatakan memiliki kesadaran kesehatan yang tinggi ketika individu tersebut memahami atau mampu untuk bertindak sesuai dengan dukungan dukungan dari informasi kesadaran kesehatan yang didapatkan. Remaja marupakan masa transisi dari kanak- kanak menuju masa dewasa (Sandtrock, 2007). Secara kognitif, remaja memiliki kemampuan berpikir yang abstrak, idealistik, dan logis. Sementara secara sosioemosional, masa remaja merupakan masa perubahan, dimana individu mulai untuk belajar mandiri, keinginan untuk meluangkan waktu bersama teman atau rekannya, serta mulai adanya konflik dengan orang tuanya. Individu akan merasa puas dalam hidupnya apabila mendapatkan apa yang individu tersebut butuhkan, salah satunya adalah kesehatan. Ketika individu memiliki kesadaran kesehatan yang tinggi, secara tidak langsung akan mendapatkan hal positif dalam hidupnya sehingga membuat individu tersebut merasakan kepuasan dalam hidupnya atau dapat dikatakan sejahtera dalam hidupnya.

Kesejahteraan ini dapat dikatan sebagai subjective well-being. Subjective well-being merupakan suatu teori yang menjelaskan tentang kepuasan hidup pada individu. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa remaja memiliki subjective well-being dalam kategori sedang, artinya dalam penelitian ini, remaja dapat dikatakan mengalami kepuasan hidup dalam tingkatkata sedang.

Hasil ini juga sama dengan penelitian Puteri (2020) yang menjelaskan bahwa tingkat subjective well-being pada remaja sebesar 69.40% pada kategori sedang, 16.33% tinggi, serta 14.2%

rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa remaja selama pandemi covid-19 ini memiliki kepuasan hidup pada level sedang. Populasi yang mendominasi pada penelitian ini adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmayanti (2020) yang mana meneliti tentang kebersihan kesehatan pada perempuan selama masa pandemi covid-19. Penelitian ini membuktikan bahwa populasi perempuan merupakan individu yang rentan terhadap kesadaran kesehatannya, ditambah lagi pada masa pandemi yang mana memang diharuskan untuk lebih memerhatikan kondisi kesehatan setiap individu.

Subjective well-being memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya, dikarenakan subjective well-being merupakan hal yang wajib didapatkan dan dimiliki oleh individu untuk menjalani kehidupannya, contohnya remaja. Hal ini disebabkan karena subjective well-being mampu mencegah remaja dari psikopatologi selama masa penyesuian remaja tersebut (Eryilmaz, 2010).

Dengan begitu, subjective well-being merupakan hal yang sangat penting dan harus dimiliki

(22)

oleh setiap individu. Ketika individu memiliki subjective well-being atau dapat dikatakan memiliki kepuasan dalam hidupnya, maka dapat dipastikan kehidupan kedepannya akan jauh lebih baik dari sebelumnya.

Pada penelitian ini, didapatkan hasil dari pengaruh kesadaran kesehatan terhadap subjective well-being memilki pengaruh yang positif, sehingga hipotesa peneliti diterima. Adapula nilai dari pengaruh yang diberikan sebesar 4.5%, sehingga kesadaran kesehatan hanya memberikan pengaruh sebesar 4.5% terhadap subjective well-being pada remaja. Hal ini dapat diartikan bahwa masih banyak variabel yang mempengaruhi subjective well-being pada remaja, seperti self esteem yang merupakan penelitian dari Usborn, E. Taylor (2010). Ada pula citra tubuh yang mana mampu mempengaruhi subjetive well-being yang merupakan penelitian dari Mei-ying dkk (2018). Selain itu, terdapat rasa kebersyukuran (gratitude) yang juga mempengaruhi subjective well-being yang mana merupakan penelitian dari Arbiyah N, dkk (2008). Variabel forgiveness juga mempengaruhi subjective well-being pada penelitian Datu (2014), serta spiritualistas yang mana merupakan penelitian dari Kristiningtyas dkk (2020).

Pada penelitian ini tentunya terdapat kelebihan dan kelemahan penelitian. Kelebihan penelitian ini adalah adanya hubungan positif dari hasil penelitian yang membuktikan bahwa remaja di Kota Malang memiliki kesadaran kesehatan serta subjective well-being yang baik. Namun untuk kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya kendali peneliti dalam mengawasi pengisian skala penelitian dikarenakan penyebawan skala menggunakan metode daring.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara kesadaran kesehatan dengan subjective well-being pada remaja selama pandemi covid- 19. Hal ini membuktikan bahwa hipotesa peneliti diterima.

Implikasi dari penelitian ini adalah peneliti berharap agar remaja lebih memerhatikan kesadaran kesehatan mulai dari saling menjaga kebersihan untuk diri sendiri maupun lingkungannya agar terciptanya kepuasan hidup selama pandemi covid-19 ini. Peneliti juga berharap untuk penelitian selanjutnya agar lebih berfokus pada perkembangan kondisi kesadaran kesehatan dan subjective well-being selama pandemi covid-19 sehingga nantinya data dapat digunakan untuk menjadi gagasan dalam mencapai kepuasan hidup.

REFRENSI

Adani, A. F. Pengaruh kondisi kerja dan dukungan sosial terhadap subjective well-

being (Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Psikologi, 2015).

Ananda, S. S. D., & Apsari, N. C. (2020). MENGATASI STRESS PADA REMAJA SAAT PANDEMI COVID-19 DENGAN TEKNIK SELF TALK. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 7(2), 248-256.

Ariati, J. (2017). Subjective Well-Being (Kesejahteraan Subjektive) Dan Kepuasan Kerja Pada Staf Pengajar (Dosen) Di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip.

Arbiyah, N., Imelda, F. N., & Oriza, I. D. (2008). Hubungan bersyukur dan subjective well

(23)

14

Bennett, J. B., Lucas, G. M., Linde, B. D., Neeper, M. A., Hudson, M., & Gatchel, R. J. (2018).

A process model of health consciousness: Its application to the prevention of workplace prescription drug misuse. Journal of Applied Biobehavioral Research, 23(3), e12130.

Dafid, M. (2012). Hubungan Disiplin Kerja Dengan Kesadaran Dalam Menjalankan Tugas PT.

Semen Gresik (Persero) Tbk.

Datu, J. A. D. (2014). Forgiveness, gratitude and subjective well-being among Filipino adolescents. International Journal for the Advancement of Counselling, 36(3), 262-273.

Daniel, E. (2016). The usefulness of qualitative and quantitative approaches and methods in researching problem-solving ability in science education curriculum. Journal of Education and Practice. Vol. 7(15). ISSN 2222-288X (Online Copy)

Dewi, n. v. (2018). Subjective well being remaja binaan lapas yang melakukan rutinitas sholat dhuha (studi kasus di lapas kelas iib jombang).

Dewi, P. S., & Utami, M. S. (2008). Subjective well‐being anak dari orang tua yang bercerai. Jurnal Psikologi, 35(2), 194-212.

Detik news (2020, August). Data Corona Terkait Indonesia.Copy editor from

https://news.detik.com/berita/d-4968545/data-corona-terkait-indonesia, Diakses pada Desember 2020 pukul 20.30

Diener, E., & Scollon, C. (2003, October). Subjective well-being is desirable, but not the summum bonum. In University of Minnesota Interdisciplinary workshop on well- being (pp. 23-25).

Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2003). Personality, culture, and subjective well-being:

Emotional and cognitive evaluations of life. Annual review of psychology, 54(1), 403- 425.

Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective well-being: Three decades of progress. Psychological bulletin, 125(2), 276.

Dyla, D. F. N., Afni, A., & Rahmi, A. R. (2020). psychological well being mahasiswa dalam menjalani kuliah daring untuk mencegah penyebaran virus corona (Studi terhadap Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Imam Bonjol Padang). Al Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 11(1), 15-24.

Efendi, F., & Makhfudli, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktik dalam keperawatan.

Eryilmaz, A. 2011. The relationship between adolescents’ subjective well-being and positive expectations toward future. The Journal of Psychiatry and Neurological Sciences, 24, 209-215

Hasanah, U., Fitri, N. L., Supardi, S., & Livana, P. H. (2020). Depression Among College Students Due to the COVID-19 Pandemic. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(4), 421-424.

Khairat, M., & Adiyanti, M. G. (2015). Self-esteem dan prestasi akademik sebagai prediktor subjective well-being remaja awal. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 1(3).

(24)

Kristinigtyas, g. a. l. u. h., & ediati, a. (2020). Hubungan spiritualitas dengan subjective well- being pada mahasiswa tahun pertama departemen kedokteran umum universitas diponegoro (doctoral dissertation, undip).

Kutresnaningdian, F., & Albari, A. (2012). Peran Kesadaran Kesehatan dan Perhatian pada Keamanan Makanan terhadap Sikap dan Minat Konsumen dalam Membeli Makanan Organik. Jurnal Ilmu Manajemen, 2(1), 44-58.

Lestari, I. (2010). Pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

Mayasari, R. (2014). Religiusitas islam dan kebahagiaan (sebuah telaah dengan perspektif psikologi). Al-Munzir, 7(2), 81-100.

Mei-ying, W., Hsiang-ting, C., Ying-yen, l., & Hong, z. r. (2018). Relationships between the self- perceptions of health awareness, body image, and well-being among adolescents in kaohsiung. jiaoyu kexue yanjiu qikan, 63(1), 33.

Nopitasari, E. (2017). Pengaruh subjective well-being dan pola asuh orang tua terhadap perilaku prososial siswa kelas viii smp negeri 18

semarang (doctoral dissertation, universitas negeri semarang).

Perwira, A. Y. (2020). hubungan antara kecemasan menghadapi wabah covid19 dengan subjective well being pada mahasiswa lampung yang kuliah di surabaya (Doctoral dissertation, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya).

Priyanto, P. H. (2014). Subjective Well-Being Pada Remaja Ditinjau Dari Kesadaran Lingkungan. Psikodimensia, 13(1), 10.

Puteri, I. A. W. (2020). asertivitas dan subjective well-being pada mahasiswa di masa pandemi covid-19. Jurnal Psikologi Malahayati, 2(2).

Rahmayanti, R., Wahyuni, F., Yazia, V., Handayani, D., & Hasni, H. (2020). pentingnya menjaga kesehatan di masa pandemi covid-19 pada remaja di panti aisyiyah lubuk minturun. abdimas galuh, 2(2), 158-164.

Sakinah, U., Wijasa, I. G. K., & Wiharto, M. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesadaran Masyarakat Kelurahan Poris Gaga Tangerang dalam Berasuransi Kesehatan. In Forum Ilmiah (Vol. 11, No. 2, pp. 13-14).

Sukma. (2012). Kesadaran kesehatan dan gaya hidup sehat dengan sikap konsumen pada makanan organik . Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora > Psikologi

Santrock, J.W. (2002) Life-Span, Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Usborne, E., & Taylor, D. M. (2010). The role of cultural identity clarity for self-concept clarity, self-esteem, and subjective well-being. Personality and Social Psychology Bulletin, 36(7), 883-897.

Wati, D. I. (2013). Hubungan Antara Kesadaran Hidup Sehat dan Self Management dengan

(25)

16

Widiyanto.(2008). Metodologi penelitian. Semarang: BP Undip

Wijayanti, D. (2015). Subjective well-being dan penerimaan diri ibu yang memiliki anak down syndrome. Ejournal psikologi.

Wildani, I. (2014). Perbedaan Subjective Well-being Antara Wanita Karir dengan Ibu Rumah Tangga (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau

(26)

LAMPIRAN

(27)

18

*Lampiran 1 Blueprint Penelitian Variabel Kesadaran Kesehatan dan Subjective Well-being

BLUEPRINT PENELITIAN VARIABEL KESADARAN KESEHATAN

No Aspek Indikator No. Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Pengetahuan

Kesehatan

Mengetahui cara- cara mencegah timbulnya penyakit

12, 14, 20 - 3

Mengetahui cara menungkatkan kualitas hidup

3, 28 18 3

2 Sikap terhadap kesehatan

Merencanakan tindakan menjaga kesehatan

11 - 1

Memilih tindakan menjaga

kesehatan

6, 8, 25 24 4

Menilai tindakan menjaga kesehatan

7, 22, 27 - 3

3 Praktik

kesehatan

Mengikuti kegiatan memelihara kesehatan

5, 23 - 2

14 2 16

BLUEPRINT PENELITIAN VARIABEL SUBJECTIVE WELL-BEING

Dimensi Fav Unfav Jumlah

Afek Positif 3, 5, 9, 10, - 6

16, 17

Afek Negatif - 2, 4, 6, 7, 8, 11, 13, 10

15, 18,20

Kognitif 21, 22, 24 - 3

Jumlah 19

*Lampran 2 Kuisioner Penelitian

KUISIONER KESADARAN KESEHATAN Keterangan Jawaban

STS : Sangat tidak setuju S : Setuju

TS :Tidak Setuju SS : Sangat

Setuju

Referensi

Dokumen terkait

influences of love. S ince love takes big role in developing John’s characteristics, the contributions of love are the goal of this study. Related to the title of this thesis,

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat

Hal ini disebabkan jalur edge merupakan jalur persimpangan antara kawasan restorasi dan middle hutan, sehingga memungkinkan beberapa jenis burung yang dijumpai di

Pada tulisan ini akan dilakukan perbandingan analisis regresi logistik biner dan CART untuk analisis klasifikasi nasabah kredit di suatu bank.. TINJAUAN PUSTAKA

Maka hipotesis kesepuluh yang menyatakan bahwa ROA secara persial memiliki pengaruh positive yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Non

Translation is considered as a facilitator to make a communication between two people with different language understand well each other.. Understanding pragmatics

itu penulis membuat suatu program informasi dalam bentuk program berita televisi yang berjudul “NEWSLINE” untuk memberikan informasi dan ragam berita yang meliputi politik, sosial,

Sistem Pakar Identifikasi Dini Penyakit Leukemia dengan Metode Certainty Factor dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit leukemia dengan tingkat kepercayaan yang