• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN. IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENGABDIAN. IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN

IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

ITGbM PELATIHAN PENGELOLAAN KEUANGAN BAGI USAHA KONVEKSI JAKET RUMAHAN BERBAHAN KAIN DI KELURAHAN

MUGARSARI, KECAMATAN TAMANSARI, KOTA TASIMALAYA

Ketua/Anggota Tim:

H. Mumu, Drs. M.Pd./NIP 195908021985031002 H. A. Madjid, Drs., M.Pd./NIP 195403141985031001

UNIVERSITAS SILIWANGI NOVEMBER 2016

(3)
(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

RINGKASAN ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Analisis Situasi ... 1

1.2. Permasalahan Mitra . ... 3

1.3. Permasalahan dan Solusi yang Disepakati ... 5

BAB II. TARGET, DAN LUARAN ... 6

2.1. Target ... 6

2.2. Luaran ... 6

BAB III. METODE PELAKSANAAN ... 7

3.1. Metode Pendekatan Masalah ... 7

3.2. Rencana Kegiatan ... 8

3.3. Kontribusi dan Partisipasi Mitra ... 9

BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ... 10

4.1. Kinerja PT dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ... 10

4.2. Kepakaran tim pengusul ... 11

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

5.1. Deskripsi Awal ... 13

5.2. Hasil Kegiatan ... 14

BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 16

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

7.1. Kesimpulan ... 17

7.2. Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua Peneliti dan Anggota Tim Pengusul (1 ) dan (2) Lampiran 2. Gambaran IPTekS yang akan ditransfer.

Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah.

Lampiran 4. Pernyataan Kesediaan Mitra (1) dan (2) . Lampiran 5. Biaya Dan Jadwal Kegiatan

Lampiran 6: Contoh Format Pembujuan Lampiran 7: Contoh Format Pembujuan

iii

(5)

RINGKASAN

ITGbM Pelatihan Pegelolaan Keuangan Usaha Rumahan (Home Industry) Konveksi Jaket

Oleh :

Mumu, Adjid Madjid

Bidang usaha konveksi rumahan produksi jaket dari bahan kain katun dan kaos merupakan usaha mikro yaitu suatu jenis usaha yang cukup populer khususnya di wilayah Tasikmalaya dan rersebar hampir di setiap peloksok daerah. Kepopuleran usaha konveksi utamanya adalah karena disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena produk yang dihasilkan oleh industri konveksi, yaitu pakaian yang di dalamnya salah satunya adalah produk jaket yang merupakan kebutuhan dasar manusia, maka market untuk usaha konveksi akan selalu ada. Kedua, usaha konveksi menjadi populer karena entry barrier untuk bias memulai usaha ini tidak terlalu besar. Seseorang bisa memulai usaha ini hanya dengan bermodalkan dua atau tiga buah mesin jahit, dan terjangkau harganya oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil survey, kami bermaksud mengadakan program pengabdian Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) tentang: Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Rumahan (Home Industry) Jaket yang dibuat dari bahan kain katun dan kaos, yang menekankan pada aspek pengelolaan keuangan yang benar. Kegiatan ini bekerja sama dengan 2 (dua) orang pengrajin sebagai mitra di wilayah Kelurahan Mugarsari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Hasil konsultasi dengan kedua mitra tersebut, maka kami fokus pada upaya mengatasi permasalahan ITGbM pada keterbatasan pengetahun para pelaku usaha konveksi jaket rumahan mengenai pengelolaan keuangan secara benar yang meliputi: (1) Perencanaan keuangan bagi usaha rumahan; (2) Penggunaan anggaran bagi modal usaha; (3) Pencatatan dan neraca keuangan usaha rumahan; dan (4) Pembukuan keuangan usaha rumahan meliputi: buku arus kas atau buku kas, buku persediaan barang, buku pembelian dan penjualan, buku hutang piutang, serta buku biaya dan pendapatan lain selain dari penjualan barang atau jasa. Karena ketidakjelasan sistem pencatatan keuangan, maka sulit untuk mengontrol dan melakukan perhitungan antara modal dengan keuntungan termasuk penggunaan keuangan.

Untuk memecahkan permasalahan di atas maka kami mengusulkan ITGbM Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Jaket Rumahan dari bahan kain katun dan kaos (aspek pengelolaan keuangan) dengan 2 mitra pelaku usaha konveksi jaket rumahan, dan kegiatan yang disepakati adalah: (1) Penyuluhan dan pendampingan dalam perencanaan keuangan usaha rumahan; (2) Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan aplikasi pengelolaan keuangan pada usaha konveksi jaket rumahan. Dengan luaran yang diharapkan: SOP pengelolaan keuangan yang benar bagi usaha konveksi jaket rumahan.

Kata kunci : “Pengelolaan Keuangan, Usaha Rumahan (Home Industry)”

iv

(6)

ITGbM PELATIHAN PEGELOLAAN KEUANGAN USAHA RUMAHAN (HOME INDUSTRY) KONVEKSI JAKET

I. PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi

Bidang usaha konveksi rumahan merupakan usaha mikro yaitu suatu jenis usaha yang cukup populer di Indonesia dan rersebar hampir di setiap daerah. Kepopuleran usaha konveksi utamanya adalah karena disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena produk yang dihasilkan oleh industri konveksi, yaitu pakaian yang merupakan kebutuhan dasar manusia, maka market untuk usaha konveksi akan selalu ada. Pangsa pasar yang jelas, membuat banyak orang yang bermintat mengadu peruntungan dalam bidang usaha ini.

Kedua, usaha konveksi menjadi populer karena entry barrier untuk bias memulai usaha ini tidak terlalu besar. Seseorang bisa memulai usaha ini hanya dengan bermodalkan dua atau tiga buah mesin jahit. Dan mesin jahit, adalah satu mesin produksi yang cukup terjangkau harganya oleh masyarakat. Dengan usaha ini seseorang dapat menjalankan usahanya dari garasi rumah atau ruangan kecil yang memiliki luas hanya beberapa meter persegi saja.

Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, meningkatkan volume penjualan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan maka diperlukan perencanaan strategi bisnis, dengan memperhatikan misi perusahaan. Banyak yang berpendapat bahwa rendahnya produktivitas industri kecil rumahan disebabkan oleh kurang pengetahuan dalam teknologi produksi, kendala dalam ketercukupan sumber daya (manusia dan finansial), serta lemahnya kemampuan manajemen (Chrismardani, dkk, 2008:1).

Salah satu masalah utama dalam pengembangan industri kecil rumahan yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usaha tersebut, karena pengelolaan yang baik memerlukan keterampilan akuntansi yang baik yang dimiliki oleh pelaku bisnis industri kecil rumahan. Adanya laporan keuangan yang baik dan benar akan memungkinkan pemilik memperoleh data dan informasi yang tersusun secara sistematis. Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi industri kecil rumahan. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang handal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan industri kecil rumahan antara lain keputusan pengembangan pasar, pengembangan harga dan lain-lain.

1

(7)

2 Kenyataannya, kebanyakan pengusaha kecil rumahan tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya. Pinasti (2007: 322), menyatakan bahwa banyak para pengusaha tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Padahal adanya laporan keuangan, pemilik dapat memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa tambahan modal yang dicapai, dan juga dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban yang dimiliki. Sehingga setiap keputusan yang diambil oleh pemilik dalam mengembangkan usahanya akan didasarkan pada kondisi konkret keuangan yang dilaporkan secara lengkap bukan hanya didasarkan pada asumsi semata.

Kelurahan Mugarsari yang berada di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, merupakan sentra daerah pengrajin konveksi rumahan yang memproduksi jaket, training pack, kaos, dan sebagainya. Hampir semua anggota masyarakat memiliki ketergantungan dengan usaha tersebut dalam hubungan juragan dengan buruh, karena usaha konveksi rumahan ini menjadi pekerjaan pokok dan dijadikan penghasilan utama bagi warganya.

Usaha konveksi rumahan produksi jaket dari bahan kain katun dan kaos ini sudah berkembang di Kalurahan Mugarsari mulai tahun 1970-an yang secara turun temurun diwariskan kepada sanak saudaranya. Bahkan puncak kejayaan usaha konveksi rumahan ini sangat dirasakan pada tahun 1990 sampai 2000 dengan jumlah pengusaha mikro ini sampai puluhan orang.

Pelaku usaha industri kecil jaket rumahan berbahan katun itu diproduksi oleh warga masyarakat, yang sebagian besar kurang mengetahui ketrampilan akuntansi dengan baik dan benar. Mereka kurang dapat mengontrol alur keuangan dengan baik sehingga tidak sedikit dari pelaku usaha rumahan ini menjadi bangkrut karena alasan pengelolaan keuangan yang tidak benar. Sutojo (1994:20), mengatakan bahwa industri kecil masih menghadapi berbagai masalah antara lain: (a) tidak ada atau kurang akuratnya perencanaan penganggaran tahunan, terutama kas; (b) tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki catatan harga pokok produksi yang baik; (c) perhitungan yang dilakukan secara kasar dalam penentuan harga jual, misalnya hanya mencatat pengeluaran untuk bahan baku dan tenaga kerja; dan (d) banyak diantara mereka yang tidak atau belum mengerti pencatatan keuangan yang mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil.

(8)

3 Melalui survey pendahuluan dengan para mitra, diperoleh informasi bahwa terdapat berbagai permasalahan berkaitannya dengan pengelolaan keuangan usaha rumahan sebagai berikut: (a) kesulitan memisahkan antara uang pribadi dengan laba pendapatan usaha; (b) tidak melakukan pembukuan yang baik dan benar; (c) tidak cermat dalam merencanakan keuangan; (d) tidak membuat catatan anggaran bulanan dengan benar; dan (e) belum terbiasa menyimpan uang untuk menabung.

Semua permasalahan tersebut terus berlanjut dan belum ada upaya untuk membantu mengatasinya, termasuk belum ada transfer pengetahuan tentang bagaimana pengelolaan keuangan usaha konveksi jaket rumahan (Home Convection Industry) ber bahan katun dapat dilakukan dengan baik dan benar. Bahkan seingat kami para pelaku usaha konveksi jaket di Kelurahan Mugarsari selama ini belum tersentuh program pemerintah atau lembaga yang membantu mengatasi permasalahannya, dan sebagaian besar diperparah lagi dengan rendahnya tingkat pendidikan di kalangan para pelaku usaha.

Sehubungan hal di atas, penulis berusaha membantu mitra dalam memecahkan masalah pengelolaan keuangan melalui: ITGbM Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Jaket Rumahan di Kalurahan Mugarsari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.

1.2. Permasalahan Mitra

Bidang usaha konveksi rumahan yang dikerjakan oleh mitra 1 dan mitra 2 bergerak dalam produksi jaket berbahan kain atau kaos, dan telah berjalan selama kurang lebih 20 tahun. Perannya telah dirasakan tidak hanya oleh mitra itu sendiri tetapi oleh masyarakat sekitar karena berhasil dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya.

Berdasarkan hasil survey terhadap mitra, kami memperoleh informasi melalui pengakuan mereka tentang perkembangan usahanya. Selama ini mereka mengakui: (a) bahwa barang dan jasa yang diproduksinya begitu laku di pasaran namun mengapa selalu tekor dari sisi keuntungan atau laba, padahal mereka merasa bahwa usaha mereka tidak pernah sepi dan selalu laris dari pembeli; dan (b) mereka berfikir karena apa yang dilakukan adalah termasuk bisnis sederhana yang dikerjakan sendiri atau dengan bantuan keluarga sehingga pengaturan kas atau keuangan adalah hal yang tidak penting.

(9)

4

Dari pengalaman tersebut ternyata mereka para mitra kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan keuangan usahanya secara benar, sehingga uang yang ada di perusahaan sulit dibedakan mana uang pribadi dan mana uang perusahaan. Permasalahan dalam pengelolaan keuangan berkaitan dengan ketidakmampuan melakukan pencatatan-pencatatan keuangan melalui: (a) buku arus kas atau buku kas; (b) buku persediaan barang; (c) buku pembelian dan penjualan; (d) buku hutang piutang; dan (e) buku biaya dan pendapatan lain selain dari penjualan barang atau jasa. Selain itu, terdapat ketidakjelasan sistem pencatatan keuangan sehingga sulit untuk mengontrol dan melakukan perhitungan antara modal dengan keuntungan termasuk penggunaan keuangan. Setelah berkonsultasi dengan mitra 1 dan mitra 2, maka kami merencanakan pendampingan dan aplikasi pada upaya mengatasi permasalahan tersebut dengan fokus mengadakan pelatihan pengelolaan keuangan bagi usaha konveksi jaket rumahan di Kalurahan Mugarsari, Kecamatan Tamanasari, Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan analisis masalah di atas, maka tujuan pelaksanaaan ITGbM adalah meningkatkan pemahaman mitra tentang manajemen keuangan melalui pelatihan pengelolaan usaha kecil konveksi rumahan yang bentuk keluarannya adalah laporan keuangan usaha yang lengkap dalam kurun waktu 8 bulan masa kerjasama kegiatan ITGbM.

Kemapuan mitra dalam merancang laporan keuangan sangat diperlukan agar proses pelaksanaan usaha bisa berjalan dengan efektif. Laporan keuangan dengan standar akuntansi mungkin tidak terlalu mendesak diperlukan bagi wirausahawaan pemula. Tetapi kemampuan pengelolaan keuangan sangat diperlukan dalam kegiatan usaha, paling tidak dapat mencata arus kas dari proses usaha. Kegiatan ini dilaksanakan secara khusus untuk membina dan membekali kelompok usaha agar mampu mengelola keuangan.

(10)

5 1.3. Permasalahan dan Solusi yang Disepakati

Permasalahan pada mitra 1 dan mitra 2 memiliki kesamaan sehingga solusi yang disepakatipun (Pengusul dan Mitra) sama.

No. Permasalahan Akar Masalah Solusi yang disepakati 1. Pengelolaan keuang-

an belum dilakukan dengan benar

Terbatasnya pengetahu- an mengenai pencatatan laporan keuangan dengan benar

1. Penyuluhan pengelolaan ke uangan usaha kecil yang benar

2. Penyuluhan perencanaan keuanagan usaha kecil 3. Penyuluhan dan pelatihan

pencatatan keuangan usa- ha kecil

4. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan transaksi ke- uangan

5. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan neraca keuang- an

6. Pelatihan membuat buku ke uangan tentang:

a. buku arus kas atau buku kas

b. buku persediaan barang c. buku pembelian dan pen-

jualan

d. buku hutang piutang e. buku biaya dan penda-

dapatan lain selain dari penjualan barang atau jasa

7. Penyuluhan tentang bagai- mana mengevalusi penge- lolaan keuangan usaha kecil

II. TARGET DAN LUARAN 2.1. Target

Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Jaket Rumahan (Home Convection Industry) memiliki target sebagai berikut:

(11)

6 a. Mitra mampu mengelola keuangan usaha dengan benar

b. Mitra mampu merencanakan keuangan bagi pembiayaan atau permodalan usaha c. Mitra mampu menyusun pencatatan arus keuangan usaha

d. Mitra mampu menyusun pencatatan transaksi keuangan

e. Mitra mampu menyusun pencatatan neraca keuanga secara benar f. Mitra mampu membuat atau menyusun:

1) buku arus kas atau buku kas 2) buku persediaan barang

3) buku pembelian dan pen jualan 4) buku hutang piutang

5) buku biaya dan penda-dapatan lain selain dari penjualan barang atau jasa g. Mitra mampu mengevaluai pengelolaan keuangan dengan benar

2.2. Luaran

a. Standar operasional pengelolaan keuangan usaha kecil b. Keterampilan pencatatan arus kas (cash flow) keuangan c. Buku-buku catatan keuangan perusahaan

2.3. Publikasi Hasil Kegiatan

Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Jaket Rumahan (Home Industry) di Kelurahan Mugarsari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya diharapkan dapat dipublikasikan melalui publikasi ilmiah di jurnal nasional tentang pelatihan dan pendampingan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Jaket Rumahan (Home Industry) di Kelurahan Mugrsari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.

Publikasi media massa yaitu yaitu media cetak, yang saat ini masih dalam penyusunan materi berita dan akan dikirimkan ke redaktur Tasik Plus, dan sebagainya.

III. METODE KEGIATAN 3.1. Metode Pendekatan Masalah

Kegiatan transfer Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) oleh Tim Pelaksana dilakukan dalam kurun waktu selama 8 (delapan) bulan, dari Mei sampai Desember 2016 di Kelurahan Mugarsari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.

(12)

7 Pelaksanaannya transfer Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) dilakukan dengan menggunakan prinsip learning by doing dengan tahapan-tahapan melalui mendengar, memahami, mencoba mempraktikkan, evalauasi, perbaikan, melaksanakan, membiasakan dengan bahasa sederhana.

Melalui proses tersebut diharapkan terjadi inovasi yang dapat diadopsi secara berkesinambungan, sehingga mitra Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis terhadap perkembangan usahanya, serta mampu mengembangkan inovasi yang telah dikuasainya. Semua itu bertujuan supaya setiap proses berlangsung dengan baik sehingga penyampaian inovasi kepada mitra ditempuh melalui tahapan: penjelasan, diskusi, praktik melalui pelatihan, serta dilakukan tahapan pendampingan.

Secara umum proses pendekatan untuk membantu Mitra 1 dan Mitra 2 digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1.

Gambaran Ipteks Tepat Guna Yang Akan Ditransfer Kepada Mitra (ITGbM)

Transfer ITGbM dalam Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Jaket Pengelolaan

Keuangan Usaha Konveksi Jaket

Rumahan

MASALAH MITRA

SOLUSI YANG DITAWARKAN

TARGET LUARAN

SOLUSI MELALUI:

1. Penyuluhan 2. Pelatihan 3. Pendampingan

OUT PUT

Peningkatan Usaha Konveksi Jaket Rumahan

(13)

8 3.2. Rencana Kegiatan

1. Survey pendahuluan

2. Sosialisai program dan penyusunan rencana kegiatan

3. Penyuluhan dan pendampingan pengelolaan usaha konveksi jaket rumahan

4. Penyuluhan dan pelatihan serta pendampingan aplikasi pengelolaan keuangan pada usaha konveksi jaket rumahan

5. Pelatihan pencatatan neraca keuangan perusahaan 6. Pelatihan membuat pembukuan catatan keuangan

7. Evaluasi pelatihan pengelolaan keuangan usaha konveksi jaket rumahan pada kedua mitra.

3.3. Kontribusi dan Partisipasi Mitra

Kedua mitra saat ini masih aktif melakukan usaha konveksi jaket rumahan berbahan kain katun dan kaos, sehingga fasilitas/sarana/prasarana usaha sebenarnya sudah tersedia, seperti tempat produksi, peralatan produksi, dan tenaga kerja. Modal operasional antara lain untuk pengadaan bahan baku, upah tenaga kerja, dan biaya distribusi sebagian sudah tersedia, namun saat ini yang menjadi kendala dalah pengelolaan keuangan belum optimal sehingga belum mampu meningkatkan produk yang berkualitas serta pendapatan yang maksimal.

IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1. Kinerja LPPPMP Universitas Siliwangi dalam PPM

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) sebagai salah satu bagian dari roda penggerak keilmuan pada Universitas Siliwangi berkewajiban melaksanakan, memperkaya khazanah keilmuan dan meningkatkan kualitas dharma perguruan tinggi dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. LPPM Universitas Siliwangi telah berhasil meningkatkan kinerjanya yang dibuktikan dengan bertambah dan semakin beragamnya judul penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi kampus. Dalam kurun waktu 2013-2014, LPPM Universitas Siliwangi telah mengelola 15 judul pengabdian masyarakat; dimana 10 judul didanai oleh Universitas Siliwangi dan selebihnya didanai oleh DIKTI.

(14)

9 Hal ini menunjukkan keseriusan LPPM dalam mengakselerasi dan mendorong para akademisi untuk terus melakukan sumbang karya bagi masyarakat. Selain itu, peran dan bantuan yang diberikan DIKTI kepada para akademisi Universitas Siliwangi menunjukkan pengakuan atas karya pengabdian masyarakat yang diusulkan oleh LPPM Universitas Siliwangi. Berikut ini disajikan sebagian kinerja LPPM Universitas Siliwangi dalam satu tahun terakhir.

Tabel 4.1. Kinerja periode 2013-2014

No. Kinerja Sumber Dana

1. Pembinaan tentang Model-Model Pembelajaran dan

Kurikulum 2013 bagi Guru –Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Tasikmalaya

UNSIL

2.

Peningkatan Kompetisi dan Kinerja Guru melalui Sosialisasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ( PKM di Kabupaten Pangandaran )

UNSIL

3. Peningkatan Kualitas SDM melalui Pelatihan ManajemenUsaha mikro di Desa Wonoharjo Kec.

Pangandaran Kab. Pangandaran

UNSIL

4. Sosialisasi Kurikulum 2013 ( Mata pelajaran Penjasorkes ) UNSIL

5. Sosialisasi Kurikulum 2013 bagi Guru-guru SMP/MTs se- Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya

UNSIL

6. Peningkatan Kualitas SDM melalui Pemberdayaan Usaha Mikro di Desa Margalaksana Kec. Salawu Kab.

Tasikmalaya

UNSIL

7.

Penyuluhan Entrepreneurship terhadap Kelompok Usaha Komoditas Ikan Segar “KUB MARGA MINA” di dusun Bojong Salawe Desa Karang Jagladri Kec. Parigi Kab.

Pangandaran

UNSIL

8. Meningkatkan Peran Pemilih Pemula pada Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Miftahul Khoer Cintapada Tasikmalaya

UNSIL

9. Pemanfaatan Alam dan Lingkungan Sekitar sebagai Media Pengajaran Biologi untuk Guru-Guru SMP Kec. Cipatujah Kab. Tasikmalaya

UNSIL

(15)

10

10. Progam Pembelajaran dan Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Konsep Sekolah Berwawasan Lingkungan di SMAN 2 Cipatujah (Boarding School Nernasis Kelautan)

UNSIL

11. IbM ( Ipteks bagi Masyarakat ) DIKTI

12. IbM ( Ipteks bagi Masyarakat ) DIKTI

13. Pendampingan PKBM (LPPM-DIRJEN PAUD) DIRJEN PAUD 14. IbM untuk Pengrajin Mendong di Kecamatan Manonjaya

Kabupaten Tasikmalaya

IbM DIKTI (pendanaan 2014)

15. Ib-IKK Agribisnis Tanaman Hias

IbIKK DIKTI (pendanaan 2014)

4.2. Kepakaran Pengusul

Pengalaman ketua tim dan anggotanya cukup baik dalam kualifikasinya, Ketua Tim (H. Mumu, Drs. M.Pd.) aktif dalam pengembangan usaha konveksi jaket rumahan berbahan kain katun dan kaos dan menjadi pengrajin pada bidang tersebut sejak tahun 1990 sampai sekarang, selain itu, Ketua Tim juga lahir dan besarkan di daerah tersebut.

Adapun kualifikasi keilmuan Ketua Tim adalah bidang Manajemen Pendidikan dengan mengadopsi keilmuannya kedalam bidang usaha.

Sedangkan Anggota Tim (H. A. Madjid, Drs., M.Pd.) merupakan dosen yang aktif dalam mata kuliah: (a) Kewirausahaan; (b) Ekonomi Kerakyatan dan Koperasi; dan (c) Pengembangan Sosial dan Pembangunan Masyarakat.

Kemudian kami Tim pelaksana ITGbM ini membagi tugas sesuai dengan kualifikasi masing-masing, pembagian tugas tersebut disajikan pada tabel 4.2 berikut ini:

(16)

11 Tabel 4.2. Rincian Tugas Tim Pelaksana ITGbM

No Nama Pelaksana Keahlian Tugas yang ditangani

1. H. Mumu, Drs., M.Pd.

(Ketua Pelaksana)

Pengelolaan Keuangan

Penyuluhan pengelolaan keuangan usaha kecil Penyuluhan perencanaan keuangan bagi usaha kecil Penyuluhan dan pelatihan pencatatan keuangan usaha kecil

Penyuluhan dan pelatihan pencatatan transaksi ke- uangan

Penyuluhan dan pelatihan pencatatan neraca keuang- an

2. H. A. Madjid, Drs.,M.Pd.

(Anggota Pelaksana)

Pelatihan Kewirausahaan

Pelatihan membuat neraca keuangan perusahaan Pelatihan pencatatan tran- saksi keuangan

Pelatihan membuat buku pencatatan keuangan

BAB. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Awal

Sebagian besar para pelaku usaha rumahan (home industry) yang memproduksi jaket di Kelurahan Mugasari sebagian besar berada di Kampung Nangela, bahkan di wilayah tersebut usaha tersebut menjadi penghasilan utama bagi warganya. Para pelaku usaha tersebut ada yang berperan sebagai pemilik sekaligus penjual produknya, ada yang menjadi buruh, dan juga sebagai reseller produknya.

Usaha rumahan (home industry) yang memproduksi jaket ini sudah dikenal masyarakat di sekitarnya sejak tahun 1970-an dan usaha ini dilanjutkan oleh keturunan berikutnya secara turun temurun. Bahkan mencapai puncak produksinya sekitar tahun 1990-2000 dengan jumlah pelaku usaha rumahan (home industry) ini meningkat, bahkan hampir semua warga terlibat dalam kegiatan usaha tersebut secara langsung maupun tidak langsung.

(17)

12 Namun dalam perkembangan berikutnya dan sampai saat ini terjadi penurunan pelaku usaha rumahan (home industry) tersebut, bahkan beberapa pelaku usaha mengalami kebangkrutan. Permasalahan pokok yang menyebabkan kebangrutan usaha rumahan (home industry) jaket di Kalurahan Mugarsari Kecamaan Tamansari Kota Tasikmalaya terkait dengan pengelolaan keuangan yang meliputi: (1) pengelolaan keuangan usaha rumahan (home industry) belum menggunakan ketentuan-ketentuan yang benar ; (2) perencanaan keuangan bagi pembiayaan atau permodalan usaha rumahan (home industry) belum dilakukan dengan baik; (3) penyusunan pencatatan arus keuangan usaha belum menggunakan sistem pembukuan yang benar; (4) penyusunan pencatatan transaksi keuangan belum dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pembukuan yang benar; (5) menyusun pencatatan keuangan belum menggunakan neraca keuanga secara benar; (6) pencatatan keuangan usaha rumahan (home industry) belum menggunakan sistem pembukuan secara benar; dan (7) sirkulasi sistem keuangan belum dilakukan evaluasi secara benar untuk mengontrol keuangan yang dijadikan modal dengan keuntungan yang diperoleh. Semua permasalahan terus berlanjut dan belum ada upaya untuk merubah pola pikir (mindset) bagaimana pengelolaan keuangan dilakukan secara benar. Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya tingkat pendidikan mayoritas para pelaku usaha rumahan (home industry) yang memproduksi jaket.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami mengadakan program pengabdian Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Rumahan (Home Industry) Konveksi Jaket di Kelurahan Mugarsari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, bekerja sama dengan 2 (dua) orang pelaku usaha rumahan (home industry) konveksi jaket sebag mitra. Kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat (ITGbM) yang dilaksanakan adalah dengan memberikan pelatihan dan pendampingan pengelolaan keuangan bagi usaha rumahan (home industry) konveksi jaket melalui kegiatan penyuluhan pengelolaan ke uangan usaha kecil yang benar, penyuluhan perencanaan keuanagan usaha kecil, penyuluhan dan pelatihan pencatatan keuangan usaha kecil, penyuluhan dan pelatihan pencatatan transaksi keuangan, penyuluhan dan pelatihan pencatatan neraca keuangan, pelatihan membuat buku ke uangan (buku arus kas atau buku kas, buku persediaan barang, buku pembelian dan penjualan, buku hutang piutang, buku biaya dan penda-dapatan lain selain dari penjualan barang atau jasa); dan penyuluhan tentang bagaimana mengevalusi pengelolaan keuangan usaha kecil.

(18)

13 5.2. Hasil Kegiatan

Kegiatan ITGbM Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Rumahan (Home Industry) Konveksi Jaket, Kota Tasikmalayayang sudah dilaksanakan dengan mitra adalah:

1. Penyuluhan pengelolaan ke uangan usaha kecil yang benar 2. Penyuluhan perencanaan keuanagan usaha kecil

3. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan keuangan usaha kecil 4. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan transaksi keuangan 5. Penyuluhan dan pelatihan pencatatan neraca keuangan 6. Pelatihan membuat buku ke uangan tentang:

a. buku arus kas atau buku kas b. buku persediaan barang

c. buku pembelian dan pen- jualan d. buku hutang piutang

e. buku biaya dan penda-dapatan lain selain dari penjualan barang atau jasa 7. Penyuluhan tentang bagaimana mengevalusi pengelolaan keuangan usaha kecil.

Kegiatan dilaksanakan dengan rincian dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1

Hasil kegiatan yang telah dicapai

No. Waktu Uraian Kegiatan Capaian

1. 20-082016 Penyuluhan pengelolaan dan perencanaan keuangan usaha kecil yang benar

Pemahaman tentang pentingnya pengelolaan dan perencanaan keuangan usaha kecil

2. 03-09-2016 Pelatihan pencatatan dan transaksi keuangan keuangan usaha kecil

Keterampilan membuat penca- tatan dan dan transaksi keuangan 3. 17-09-2016 Pelatihan pencatatan neraca

dan membuat buku keuangan

Keterampilan membuat penca- tatan neraca dan pembukuan 4. 01-10-2016 Penyuluhan tentang bagaimana

mengevalusi pengelolaan ke- uangan usaha kecil

Masih terdapat kegiatan yang belum dilaksanakan termasuk luaran yang masih dalam proses. Materi penyuluhan dan pelatihan, dokumen dan luaran yang sudah tercapai terlampir.

(19)

14 VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Setelah kegiatan pelatihan tentang pengelolaan keuangan bagi usaha konveksi jaket rumahan (home industry) di Kelurahan Mugarsari, Tamansari, Kota Tasikmalaya dilakukan, maka tahapan yang selanjutnya adalah pemantauan kegiatan pencatatan dan pembukuan keuangan yang dilakukan oleh para pelaku usaha konveksi jaket rumahan (home industry), setelah penyuluhan dan pelatihan membuat buku pencatatan sederhana tentang pengelolaan keuangan kepada mitra:

6.1. Apakah mitra pengabdian semakin bersemangat dalan menjalankan kegiatan usaha konveksi jaken rumahan (home industry)

6.2. Apakah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki seperti: membuat buku arus kas atau buku kas, buku persediaan barang, buku pembelian dan penjualan, buku penjualan, buku utang piutang, dan buku biaya dan pendapatan lain selain dari penjualan barang atau jasa, telah digunakan dalam membantu pencatatan transaksi keuangan pelaku usaha konveksi jaket rumahan (home industry) sebagai mitra.

6.3. Apakah praktek pencatatan dalam berbagai buku transaksi keuangan telah diterapkan untuk lebih mengembangkan usaha dan menambah pendapatan bagi pelaku usaha konveksi jaket rumahan (home industry) di kedua mitra pengabdian.

VII . KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Pengabdian ITGbM Pelatihan Pengelolaan Keuangan bagi Usaha Konveksi Jaket Rumahan (Home Industry) di Kelurahan Mugarsari, Tamansari, Kota Tasikmalaya, telah dapat dijalankan dengan baik dan tanpa halangan yang berarti. Dengan kerjasama tim pengabdian yang baik dan peran serta aktif dari penyuluh atau narasumber dalam kegiatan pengabdian ini, maka semuanya telah berjalan sesuai yang diharapkan dan harapannya dapat memberikan manfaat bagi mitra pengabdian masyarakat dalam keberlanjutan usaha konveksi jaket rumahan (home industry) pada kedua kelompok mitra.

(20)

15 7.1.2. Kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan bagi pelaku usaha konveksi jaket rumahan (home industry) dalam rangka meningktakan kinerja keuangan perusahaan berjalan dengan lancar, semua peserta antusias mengikuti acara hingga selesai dan merasakan manfaat pelatihan bagi kemajuan usaha mitra.

7.2. Saran

Pelatihan pengelolaan keuangan bagi pelaku usaha konveksi jaket rumahan (home industry) dapat dilaksanakan kembali dengan peserta atau pelaku usaha yang lebih banyak dengan menggunakan strategi dan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi dan situasi para mitra.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Anak, Surya. (2006). Akuntansi untuk UKM; Metode Praktis dan Sederhana untuk UKM.

Yogyakarta: Media Presinda

Brigham & Houston, (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Fahmi, Irham. (2011). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Fandy Tjiptono, Anastasia Diana (2001). Total Quality Management, Andi Offset Yogyakarta

Hermawan Kartajaya, M.Syakir Syula. (2006). Syariah Marketing, Jakarta: MIZAN.

Kottler, Philip. dan Kevin Lane Keller. (2006). Manajemen Pemasaran, Jakarta:

ERLANGGA

Lubis, Nur Ahmad Fadhil dan Azhari Akmal Tarigan. (2001). Etika Bisni dalam Islam.

Jakarta: Hijri Pustaka Utama

Nasution (2001). Manajemen Mutu Terpadu (TQM), Jakarta: Ghalia Indonesia

Qardhawi, Yusuf. (1997). Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Sofjan Assauri. (2004). Manajemen Pemasaran, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Supranto, Nandan Limakrisna. (2011). Perilaku Konsumen Dan Strategi Pemasaran. Jakarta:

Mitra Wacana Media

Yayat M.Herujito, 2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta; Raja Grapindo Persada

Gambar

Tabel 4.1. Kinerja periode 2013-2014

Referensi

Dokumen terkait

Top notes: jeruk keprok, kumquat, pink pepper Heart notes: ketumbar, freesia, kapulaga Base notes: aroma kulit, pohon Jacaranda Wewangian dikategori yang

Tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah kunyit karena mengandung kurkumin yang bisa mencegah terjadinya kerusakan ginjal.Untuk mengetahui efek

Golongan etnik berhubungan dengan gaya hidup dan kebiasaan dalam masyarakat, yang dapat mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan (Notoatmodjo, 2011). Terdapat pola

Perbedaan penelitian pertama dan penelitian ini terdapat pada sekolah yang mana dari hasil penelitian oleh Salamah menempatkan lokasi pada sekolah inklusi sementara

Tujuan dari diadakannya ITGbM Pelatihan Penulisan Karya Tulis bagi Guru Sekolah Dasar di Kelompok Kerja Guru (KKG) se Kota Tasikmalaya adalah untuk melatihkan teknik

diungkapkan oleh Natalliasari (2015) yang telah melakukan penelitian terhadap peserta didik kelas VIII di salah satu SMP yang berada di Kota Tasikmalaya bahwa siswa

Tujuan dari diadakannya Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar guru dapat membuat PTK berkualitas secara berkesinambungan, dengan cara workshop yaitu pelatihan

Harjono (2008) menambahkan, pada kategori fixed line (PSTN) Telkom menguasai 90 persen pasar, sedangkan pasar telepon seluler dan broadband, persentase pasar Telkom mencapai