5
LANDASAN TEORI
2.1 Perancangan Kerja
Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi.
(Sritomo, 2006, p.103).
Salah satu upaya perbaikan dalam perancangan kerja adalah penyederhanaan kerja yang merupakan landasan yang penting saat melakukan analisis desain kerja.
Penyederhanaan kerja bertujuan mencari cara kerja yang lebih mudah, lebih cepat, lebih efisien dan menghindari pemborosan-pemborosan material, waktu, tenaga dan lain-lain. (Sritomo, 2006, p.104) menjelaskan pelaksanaan penyederhanaan kerja dalam lima langkah sebagai berikut :
1. Pemilihan kegiatan kerja yang diperbaiki.
2. Pengumpulan dan pencatatan data atau fakta.
3. Analisa terhadap langkah-langkah kerja.
4. Usulan dan pengujian alternatif metoda kerja yang lebih baik.
5. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru.
2.2 Perencanaan Kerja
Untuk mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan maka perlu dibuat perencanaan dalam melakukan kerja. (Sritomo, 2006, p.334) mendefinisikan perencanaan yaitu “Perencanaan adalah proses untuk menetapkan kearah mana kegiatan harus ditujukan dengan mengidentifikasikan segala prasyarat dan kondisi agar bisa sampai ketempat tujuan tersebut dengan cara dan usaha yang paling efektif dan efisien”.
Agar perencanaan dapat efektif dan efisien, maka segala aktivitas kerja harus dikoordinasikan dalam sebuah manajemen yaitu proses pengorganisasian.
Proses pengorganisasian ini setiap aktivitas akan diatur dan dilaksanakan
berdasarkan pada fungsi-fungsi kerja yang diformulasikan dari deskripsi kerja
(job description). Tahap selanjutnya apabila pengorganisasian telah selesai adalah
tahap pelaksanaan kegiatan dan pengarahan. Tahapan ini berkaitan erat dengan
masalah-masalah komunikasi, koordinasi, motivasi dan sebagainya. Namun
dalam pelaksanaan kegiatan harus tetap terarah pada target sasaran yang akan
direncanakan walaupun selama pelaksanaan akan selalu ada hambatan-hambatan
yang mengarah kepada penyimpangan dari target sasaran yang ingin dicapai
sehingga fungsi pengawasan dan pengendalian penting untuk dilakukan secara
rutin sebagai langkah evaluasi apabila terjadi penyimpangan dari target yang telah
ditetapkan selama kegiatan kerja berlangsung.
2.3 Diagram Sebab Akibat (Cause Effect Diagram atau Fisbone Diagram) Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Diagram ini digunakan untuk menganalisa persoalan dan faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian diagram tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab persoalan. Berkaitan dengan proses secara statistik, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakter kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. (Iskandar, 2008)
Diagram sebab akibat sering juga disebut Ishikawa Diagram karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943 di pabrik Kawasaki Steel Works. Diagram sebab akibat sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan.
Pada dasarnya (Iskandar, 2008) juga menjelaskan diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:
• Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses.
• Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
• Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
• Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu dikumpulkan.
• Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Diagram sebab akibat terutama berguna dalam tahap perencanaan (plan) dari siklus PDCA karena dapat membantu mengidentifikasi sebab-sebab proses yang mempunyai peranan bagi timbulnya efek yang dikehendaki oleh pelanggan.
Diagram sebab akibat ini juga dapat diterapkan pada organisasi, baik manufaktur maupun jasa.
Gambar 2.1 Diagram Fishbone
Sumber: Sritomo, 2006, p.269
2.3.1 Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Sebab Akibat
(Iskandar, 2008) menerangkan langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat antara lain:
• Menentukan dahulu apa yang menjadi masalah atau penyimpangan yang penting dan mendesak untuk diselesaikan.
• Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat.
Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas, kemudian gambarkan tulang belakang (anak panah dari kiri ke kanan) dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak.
• Tuliskan faktor-faktor penyebab utama yang menimbulkan masalah sebagai tulang besar (yang ditulis hanyalah kemungkinan yang bersifat garis besar atau kelompok suatu sumber daya tertentu), juga tempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor yaitu: manusia, mesin atau alat, material, metode dan lingkungan.
• Dari penggolongan kemungkinan sebab secara garis besar, kemudian dijabarkan secara lebih rinci (penyebab sekunder) dinyatakan, dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. Lalu penyebab-penyebab tersier yang dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.
• Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor- faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap masalah utama.
• Langkah terakhir adalah memeriksa apakah setiap item dalam diagram mempunyai hubungan sebab akibat secara signifikan.
2.3.2 Manfaat Diagram Sebab Akibat
(Iskandar, 2008) juga menerangkan manfaat diagram sebab akibat yaitu:
• Membuat diagram sebab akibat merupakan suatu pendidikan dimana seseorang akan berlatih dan berpikir apa hubungan sebab dan akibat terhadap kualitas suatu proses atau kegiatan.
• Diagram ini adalah sebagai pembantu (guide) dari diskusi secara sistematik. Dan kesimpulan dari diskusi dengan cepat dapat ditarik.
• Diperolehnya suatu inventarisasi kemungkinan sebab yang menimbulkan suatu akibat.
• Diagram ini juga akan menunjukkan tingkat teknologi dari suatu organisasi atau pabrik. Hal ini terlihat dari sebab-sebab yang mungkin, misalnya tingkat presisi alat, tingkat keterampilan dan sebagainya.
• Diagram ini juga bisa dipakai untuk berbagai keperluan yang tidak hanya
untuk kualitas, namun juga kuantitas dan sebagainya.
2.4 Diagram Pareto
Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dari Italia bernama VILPREDO PARETO (1848-1923). Diagram pareto dibuat untuk menemukan masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap keseluruhan. Dengan mengetahui penyebab- penyebab yang dominan atau yang seharusnya pertama kali diatasi, maka kita akan bisa menetapkan prioritas perbaikan. Perbaikan atau tindakan koreksi pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa akibat atau pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti.
Kegunaan dari diagram pareto adalah:
• Menunjukkan persoalan utama yang dominan dan perlu segera diatasi.
• Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan yang ada dan kumulatif secara keseluruhan.
• Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan koreksi dilakukan pada daerah yang terbatas.
• Menunjukkan perbaikan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan. (Sritomo, 2006, p.272)
Sesuai dengan konsep Pareto (pembagian 80 : 20), berlaku hal-hal sebagai berikut:
• 80% dari sales dihasilkan oleh 20% jumlah salesman.
• 80% income RI dihasilkan oleh 20% jumlah jenis mata pencaharian produk.
• 80% dari kesalahan yang terjadi di organsasi dilakukan oleh 20% dari seluruh karyawan.
Dalam kehidupan sehari-hari, analisis dan diagram pareto atau yang biasa disebut dengan diagram prioritas, digunakan dalam memilih prioritas masalah yang dampaknya paling besar, yaitu lebih kurang 80%, yang disebabkan oleh lebih kurang 20% faktor penyebab, sesuai dengan hukum pareto. (Iskandar, 2008)
Gambar 2.2 Contoh Diagram Pareto
Sumber: Iskandar, 2008