• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2

DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP

Mardiana Wahyuni , Hasan Basri Lubis

1

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian produksi dan kesenjangan atau selisih Produksi antara realisasi dengan potensi produksi di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP. Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group Kabupaten Serdang Bedagai, yang berlangsung mulai bulan April sampai dengan Mei 2012.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif, dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperoleh langsung dari Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GAP (kesenjangan) produktivitas kelapa sawit yang terjadi pada Afdeling I kebun Paya Pinang tersebut adalah karena pemeliharaan yang kurang optimum seperti pemupukan dan rendahnya intensitas curah hujan yang mengakibatkan realisasi produksi lebih rendah dibandingkan dengan Standart potensi produksi PPKS.

Kata Kunci : kajian GAP (kesnjangan), produktivitas, kesesuaian lahan S2

A. PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah sejenis tanaman palma.

Bagian tanaman yang bernilai ekonomis adalah buah yang tersusun dalam sebuah tandan dan disebut dengan tandan buah segar atau TBS (Anonim, 2007).

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada saat ini luasnya mencapai lebih dari 7 juta hektar, sehingga merupakan komoditi perkebunan yang s a n g a t p e n t i n g . N a m u n s a n g a t disayangkan produktivitasnya masih rendah dan penyebarannya di tanah air tidak merata. Lahan perkebunan paling luas berada di pulau Sumatera dan Kalimantan (Sunarko, 2009).

Kelapa Sawit adalah salah satu komoditi perkebunan yang cukup sangat p e n t i n g d a n m e m i l i k i p r o s p e k pengembangan yang cerah, baik dalam memenuhi konsumsi dalam negeri maupun peluang ekspor yang cukup besar.

Pada budidaya kelapa sawit, kondisi iklim, bentuk wilayah serta kondisi tanah dan lahan, merupakan faktor utama disamping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dan lain-lain.

Kelas kesesuaian lahan menurut

FAO (1976) dibagi menjadi 2 (dua), yaitu

sesuai (S) dan tidak sesuai(N). Kelas

sesuai dibagi menjadi 3 (tiga ) sub kelas,

yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), agak

sesuai (S3). Kelas tidak sesuai

(2)

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kelas Kesesuaian Lahan

Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatas dari karakteristik lahan. Kelas lahan menurut FAO (1976) dibagi menjadi sesuai/suitable (S) dan tidak sesuai/ no suitable (N). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 (tiga ) sub kelas, yaitu (S1) sangat sesuai, (S2) sesuai, (S3) agak sesuai. Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 (dua) sub kelas , yaitu (N1) tidak sesuai bersyarat dan (N2) tidak sesuai permanen. Kelas kesesuaian lahan dinilai dari karkteristik lahan yang ada di lapangan.

Untuk mengklsifikasi kelas kesesuaian lahan dapat ditentukan dengan sistem pencocokan (Matching) pada karakteristik kesesuaian lahan yang ada disuatu daerah dengan tabel kriteria kesesuaian lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit diatas. Adapun dasar pencocokan kelas kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

dibagimenjadi 2 (dua) sub kelas , yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Setiap sub-kelas terdiri dari satu atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah dan intensitas faktor pembatas. (Ditjebun, 2007).

Produktivitas tandan buah segar kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh karakteristik faktor pembatas dalam setiap kelas kesesuaian lahan.Pada kelas keesuaian lahan untuk tanah mineral terdapat beberapa karakter yang meliputi curah hujan, bulan kering, ketinggian dari permukaan laut, bentuk wilayah, kedalaman efektif, kandungan bahan kasar, tekstur, drainase, dan pH tanah.

Faktor pembatas kelas kesesuaian lahan dapat menghasilkan produktivitas tandan buah segar kelapa sawit yang beragam.

Pada penelitiaan ini akan dikaji kesenjangan produktivitas kelapa sawit yaitu perbedaan antara potensi produksi dan realisasi produksi kelapa sawit pada kelas kesesuaian lahan S2.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian produksi dan kesenjangan atau selisih produksi antara realisasi dengan potensi produksi di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP

Hasil penelitian ini diharapkan

d a p a t m e n j a d i i n f o r m a s i k e p a d a

Perusahaan mengenai kesenjangan

produktivitas tanaman kelapa sawit di

Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA

PINANG GROUP.

(3)

1. Potensi Produksi

Potensi produksi berhubungan dengan kesesuaian lahan, setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai.

K e b e r h a s i l a n s u a t u u s a h a perkebunan ditentukan oleh kemampuan pengusaha dalam mengelola atau melaksanakan manajemen sumber daya manusia.

Faktor-faktor lingkungan sumber daya alam (iklim, tanah, dan topografi)

bahan tanam, tindakan kultur teknis dan sebagainya

Pengaruh kondisi ekonomi yang sedang berkembang pada waktu usaha itu dilakukan, antara lain: fluktasi harga jual komoditas yang berlaku di pasar dan kenaikan harga sarana produksi, kenaikan upah dan sebagainya.(Risza dan Suyanto, 1993).

Potensi produksi tanaman kelapa sawit disajikan pada tabel 2.

Tabel 1. Kelasifikasi kelas kesesuaian lahan.

Klasifikasi kelas kesesuaian

lahan Kriteria

Kelas S1

(Sangat Sesuai = “Highly Suitable”)

Unit lahan mempunyai tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal)

Kelas S2

(Sesuai = “Moderatelly Suitable”)

Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas ringan dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas sedang

Kelas S3

(Agak Sesuai = “Marginally Suitable”)

Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas sedang dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas berat

Kelas N1

(Tidak Sesuai Bersyarat =

“Conditionally Not Suitable”)

Unit lahan mempunyai dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki

Kelas N2

(Tidak Sesuai Permanen =

“Permanently Not Suitable”)

Unit lahan mempunyai pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.

Sumber : Adiwiganda, R.1999. Gambaran Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan

Perkebunan Kampus Medan.

(4)

Tabel 2. Produktivitas tanaman kelapa sawit varietas Tenera (128 pohon/ha) secara umum pada lahan kelas S1, S2, dan S3.

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Rata-rata

22 19 19 16 16 15 14 13 12 12 11 10 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 11

3,2 6,0 7,5 10,0 12,5 15,0 17,0 18,5 19,6 20,5 21,0 22,5 23,0 24,0 25,0 26,0 27,5 28,5 29,0 30,0 30,5 32,0 32,5 21

9 15 18 21 26 30 31 31 31 31 31 30 28 27 26 25 24 23 22 20 19 18 17 24

18 17 17 15 15 15 13 12 12 11 10 9 8 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 10

3,0 6,0 7,0 9,4 12,0 13,0 16,5 17,5 18,0 19,5 20,5 22,0 23,0 23,0 23,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 31,0 31,0 20

7 14 16 19 23 26 28 28 28 28 28 28 26 27 25 24 22 22 22 19 18 17 17 22

16 17 16 15 15 15 13 12 12 11 10 9 8 8 7 7 6 5 5 4 4 4 4 10

3,0 5,0 7,0 8,5 10,0 13,0 15,5 17,0 17,0 18,5 20,0 21,0 22,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 30,0 19

6 12 14 17 22 25 26 26 26 26 25 25 24 24 22 21 21 19 18 17 16 15 15 20 T

Umur (Tahun)

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

T T

RBT TBS RBT TBS RBT TBS

Sumber : Publikasi PPKS dan LPP Keterangan:

T = Jumlah Tandan/ph/th, RBT = Rata-rata Berat Tandan (Kg), TBS = Ton TBS/ha/th

(5)

C. METODOLOGI

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP. Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.

2. Metode Penelitian

P e n e l i t i a n i n i d i l a k u k a n d e n g a n menggunakan metode analisa deskriptif.

P e l a k s a n a a n d i l a k u k a n d e n g a n mengumpulkan data produktivitas kelapa sawit di Afdeling I kebun Paya Pinang PT.

PAYA PINANG GROUP.

3. Pengamatan

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skunder :

a. Luas Areal kebun b. Deskripsi kondisi areal.

c. Iklim 3 tahun terakhir, tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

d. Produksi 5 tahun terakhir, mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011.

e. Gap yang terjadi antara taksasi dan realisasi.

f. Faktor yang menyebabkan tidak tercapainya produksi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Informasi Kebun

Kebun Paya Pinang merupakan salah satu unit yang dimiliki dari perusahaan Swasta yang di kelola oleh PT. PD Paya Pinang

Group. Paya Pinang terdiri dari 4 (empat) Afdeling dan 1 (satu) Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kebun Paya Pinangterletak di desa P a y a P i n a n g , K e c a m a t a n Te b i n g Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari keempat Afdeling yang dikelola Kebun Paya Pinang masing- masingAfdeling memiliki luas yang beragam. Afdeling I sebagai lokasi pengamatan memiliki luas 407.43 Ha (Sumber. Data Inventaris Afd. I).

Tanaman yang dikelolaoleh Afdeling I kebun Paya Pinang adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 2000, 2001, 2003 dan 2005.

jumlah blok pada Afdeling I tersebut sebanyak 18 blok dengan luas blok yang beragam dengan SPH mulai dari 104 pohon sampai dengan 130 pohon. Untuk komposisi tanaman pada Afdeling I sebagian jenis bahan tanam yang di gunakan adalah jenis bahan tanam D x P (tenera) benih Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan benih dari PT. Socfindo.

Paya Pinang mempunyai bentuk daerah yaitu datar – bergelombang dengan tekstur tanah yaitu lempung berpasir dan kelas drainase yang agak cepat. Paya P i n a n g t e r m a s u k k e d a l a m k e l a s kesesuaian lahan S2

U n t u k m e n g e t a h u i l e b i h

jelasnyaluas afdeling I kebun Paya Pinang

dapat dilihat pada tabel 3.

(6)

dan keragaman produktivitas adalah dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas yaitu iklim (curah hujan). Untuk data iklim lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

Deskripsi kondisi areal di afdeling I kebun Paya Pinang tersebut terdiri dari 90 % bertofografi datar dan 10 % bergelombang.

Hal yang dapat mengakibatkan adanya perbedaan pada masing kelas lahan

Tabel 3. Informasi luas areal kebun

Tahun Tanam Blok Luas (Ha)

SPH Jlh. Pohon

2000

5 33,70 124 4183

6 22,00 119 2620

13 24,90 124 3087

14 19,40 124 2404

15 23,50 125 2947

Jumlah 123,50 123 15241

2001

4 15,00 125 1875

7 18,55 124 2300

10 21,65 125 2707

11 25,00 124 3112

12 22,60 125 2826

16 23,80 125 2978

18 16,60 125 2075

51 2,50 104 259

Jumlah 145,70 124 18132

2003

8 20,05 128 2566

9 25,68 128 3294

17 30,00 128 3840

Jumlah 75,73 128 9700

2005

22 30,00 130 3900

23 32,50 130 4225

Jumlah 62,50 130 8125

TOTAL 407,43 126,00 51198

(7)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa curah hujan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 berkisar antara >1700 mm per tahun, Jika di sesuaikan dengan kriteria karakteristik lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit maka curah hujan tersebut termasuk dalam intensitas pembatas tanpa (0) atau sesuai untuk tanaman kelapa sawit.

2. Produktivitas Kelapa Sawit di Afdeling I Kebun Paya Pinang

Faktor – faktor atau unsur – unsur dalam taksasi sehingga realisasi dapat tercapai diantaranya Kreteria kelas kesesuaian lahan, iklim, bahan tanam, umur tanaman yang sesuai, pemeliharaan tanaman yang baik. (Sastrasayono dan Salardi. 2003)

Tabel 4. Data curah hujan afdeling I kebun Paya Pinang

Bulan 2009 2010 2011 Rata-rata

Hh Ch Hh Ch Hh Ch Hh Ch

Januari 9 207 7 128 12 124 9 153

Februari 6 73 5 56 8 68 6 66

Maret 12 297 8 85 14 233 11 205

April 11 135 5 66 8 81 8 94

Mei 10 291 7 55 9 90 9 145

Juni 1 6 11 196 15 147 9 116

Juli 8 179 12 258 8 86 9 174

Agustus 8 67 12 164 14 214 11 148

September 12 204 12 178 11 204 12 195

Oktober 9 219 9 149 14 230 11 199

Nopember 11 156 17 182 9 130 12 156

Desember 9 88 11 139 9 133 10 120

TOTAL 106 1922 116 1656 131 1740 118 1773

Ket : - ch : Curah Hujan (mm)- hh : Hari Hujan

(8)

a. h Tandan

Dari tabel 11 tersebut di atas terdapat data produksi, jumlah tandan secara total dan rata – rata per ha dengan ringkasan sebagai berikut.

Pencapaian jumlah tandan yang melebihi jumlah taksasi terjadi pada

Tabel 5. Rekapitulasi data produktivitas tandan buah segar Afdeling I kebun Paya Pinang.

Tahun T/R ΣTandan % Kg TBS %

2008

Taksasi 739.657 100 7.380.269 100

Per ha 1.185 100 18.114 100

Realisasi 727.971 98,4 6.965.230 94,4

Per ha 1.787 150,8 17.096 94,4

2009

Taksasi 710.037 100 9.017.420 100

Per ha 1.743 100 22.132 100

Realisasi 696.801 98,1 7.838.590 86,9

Per ha 1710 98,1 19.239 86,9

2010

Taksasi 909.869 100 9.602.760 100

Per ha 2.233 100 23.569 100

Realisasi 667.626 73,4 8.260.840 86

Per ha 1.639 73,4 20.275 86

2011

Taksasi 688.580 100 9.917.100 100

Per ha 1.690 100 24.341 100

Realisasi 624.192 90,6 10.011.800 101

Per ha 1.532 90,7 24.573 101

Total

Taksasi 3.048.143 100 35.917.549 100

Per ha 6.851 100 88.156 100

Realisasi 2.716.590 89,1 33.076.460 92,1

Per ha 6.668 97,3 81.183 92,1

(9)

tahun 2008 yaitu mengalami surplus sebanyak 50%, selanjutnya mulaihun 2009 sampai dengan 2011 mengalami minus berupa realisasi capaian jumlah tandan tidak mencapai taksasi. GAP tertinggi atauterjadi pada tahun 2010 yaitu minus sebanyak 26,6%.

R e n d a h n y a j u m l a h t a n d a n tersebut dapat di akibatkan oleh

pemupukan yang tidak optimum dan r e n d a h n y a c u r a h h u j a n , S e c a r a keseluruhan GAP yang terjadi pada komponen jumlah tandan adalah minus sebanyak 2,7% (produksi jumlah tandan hanya mencapai 89%) dari yang di harapkan.

Tabel 6. Jumlah tandan per Ha kebun Paya Pinang.

Tahun Taksasi % Realisasi %

2008 1.185 100 1.787 150

2009 1.743 100 1.710 98,1

2010 2.233 100 1.639 73,4

2011 1.690 100 1.532 90,7

TOTAL 6851 100 6668 97,3

Keterangan: Angka taksasi sebagai standard dengan index 100%

Hasil pengamatan tersebut juga tersaji pada gambar di bawah ini.

Gambar 3: Grafik Jumlah tandan per ha Afdeling I kebun Paya Pinang

(10)

kilogramtandan buah segar secara total dan rata – rata per ha dengan ringkasan sebagai berikut.

b. Produksi Tandan Buah Segar

Dari tabel 6 tersebut di atas t e r d a p a t d a t a p r o d u k s i b e r u p a

Tabel 7. Data produksi TBS per ha Afdeling I kebun Paya Pinang Tahun Taksasi

(Kg/Ha)

% Realisasi (Kg/Ha) %

2008 18.114 100 17.096 94,4

2009 22.132 100 19.239 86,9

2010 23.569 100 20.275 86,0

2011 24.341 100 24.573 101,0

Total 88.156 100 81.183 92,1

Rata– rata 22.039 100 20.296 92,1

Keterangan : Angka taksasi sebagai standard dengan index 100%

Rendahnya kilogram TBS tersebut dapat di akibatkan oleh pemupukan yang tidak optimum dan rendahnya curah hujan, Secara keseluruhan GAP yang terjadi pada komponen ton TBS adalah minus sebanyak 7,9%, produksi jumlah tandan hanya mencapai 92,1% dari yang di harapkan.

Pencapaian kilogram tandan buah segar yang melebihi jumlah taksasi terjadi pada tahun 2010 yaitu mengalami surplus sebanyak 1%, selanjutnya mulai tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami minus berupa realisasi capaian jumlah tandan tidak mencapai taksasi. GAP tertinggi atau terbanyak terjadi pada tahun 2010 yaitu minus sebanyak 26,0%.

Hasil pengamatan tersebut juga tersaji pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Tonase TBS Afdeling I kebun Paya Pinang.

(11)

3. Produksi dan Standard PPKS Hasil pengamatan tentang produksi akan dibandingkan dengan

standardPPKS sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 14. Perbandingan Produksi Kebun dengan StandardPPKS Kelas

Lahan

Standard (Kg/Ha)

PPKS % Produksi

(Kg/Ha)

%

S2 25.000 100 20.296 81,1

Keterangan : Angka Standart PPKS sebagai standard dengan index 100%

(Rata – rata Umur 6 – 11 tahun)

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Pencapaian produksi kebun lebih rendah dari standard PPKS. Untuk Standardadalah 25.000 Kg/Ha dengan indeks 100% sedangkan produksi

kebun per ha hanya mencapai 20.296 Kg/Ha dengan indeks 81,1% selesih produksi produksi sebesar 4.704 Kg dengan indeks 18,9 %.

Hasil pengamatan di atas tersaji pada gambar di bawah ini

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000

Standart PPKS Produksi Kebun

Standart PPKS Produksi Kebun

Gambar 5. Grafik perbandingan produksi kebun dengan PPKS

C. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. Realisasi jumlah tandan Afdeling I

kebun Paya Pinang selama 4 tahun

yaitu mulai 2008 sampai dengan 2011

mengalami minus sebesar 183 tandan

dengan indeks 2,7% dibandingkan

dengan taksasi produksi.

(12)

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991.

Budidaya Kelapa sawit.Kanisius.

Yogyakarta.

Sayono Sastro,Selardi.2003. Budi Daya Kelapa Sawit.Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Sukamto, H. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas Dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.Jakarta.

Sunarko.2009.Budidaya Dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Tim Pengembangan Materi LPP. 2007.

Buku Pintar Mandor, Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Lembaga P e n d i d i k a n P e r k e b u n a n . Yogyakarta.

Wahyuni, M. 2007. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit. Sekolah Tinggi Ilmu P e r t a n i a n A g r o b i s n i s Perkebunan.Medan

b. Realisasi kilogram TBS Afdeling I kebun Paya Pinang selama 4 tahun yaitu mulai 2008 sampai dengan 2011 mengalami GAP berupa minus produksi sebesar 6.973 Kg TBS dengan indeks 7,9% dibandingkan dengan taksasi produksi.

c. Realisasi total produksi Afdeling I kebun Paya Pinang per ha mengalami minus sebesar 4.704 Kg dengan indeks 118,9% dibandingkan dengan standard PPKS.

2. Saran

Untuk menghindari kesenjangan antara taksasi dan realisasi, harus melakukan perawatan secara optimal terutama pada pemupukan.

D. DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda, R. 1999. Gambaran Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus

Anonim. 2007. Jurnal Kelapa Sawit.

Vol.15 no.1. PPKS. PPKS :Medan.

Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan.

2007.Budidaya Kelapa Sawit.

(http://detjenbun.deptan.go.id/tahu nanbun/tahunanpoweredbyjoomla) Fauji, Y, dkk. 2008. Kelapa Sawit. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Risza, Suyanto. 1993. Seri Budi Daya

K e l a p a S a w i t . K a n i s i u s .

Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Kelasifikasi kelas kesesuaian lahan.
Tabel 2. Produktivitas tanaman kelapa sawit varietas Tenera (128 pohon/ha) secara umum               pada lahan kelas S1, S2, dan S3
Tabel 3. Informasi luas areal kebun
Tabel 4. Data curah hujan afdeling I kebun Paya Pinang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit di perkebunan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, Afdeling (AFD) II Toge, Kebun

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahapan, pada tahap pertama bertujuan untuk mengetahui produktivitas hijauan pada lahan perkebunan kelapa sawit di berbagai tingkat umur

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahapan, pada tahap pertama bertujuan untuk mengetahui produktivitas hijauan pada lahan perkebunan kelapa sawit di berbagai tingkat umur

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit pada PTPN IV kebun Dolok Sinumbah pada tahun yang akan datang sehingga hasil prediksi akan menjadi

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq ) DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH RICHAD ELVIAN NAINGGOLAN

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations adalah curah hujan,

Uji korelasi dan regresi antara keragaan dan teknis pengelolaan kebun dengan produksi TBS memperlihatkan bahwa produktivitas kebun kelapa sawit rakyat di Lampung berpeluang

Nusaina Agro Kobi Manise Afdeling V dapat simpulkan bahwa: 1 karakteristik PHL di perkebunan kelapa sawit berdasarkan jenis kelamin, usia dan masa kerja dapat mempengaruhi produktivitas