KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2
DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP
Mardiana Wahyuni , Hasan Basri Lubis
1Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian produksi dan kesenjangan atau selisih Produksi antara realisasi dengan potensi produksi di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP. Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group Kabupaten Serdang Bedagai, yang berlangsung mulai bulan April sampai dengan Mei 2012.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif, dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperoleh langsung dari Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GAP (kesenjangan) produktivitas kelapa sawit yang terjadi pada Afdeling I kebun Paya Pinang tersebut adalah karena pemeliharaan yang kurang optimum seperti pemupukan dan rendahnya intensitas curah hujan yang mengakibatkan realisasi produksi lebih rendah dibandingkan dengan Standart potensi produksi PPKS.
Kata Kunci : kajian GAP (kesnjangan), produktivitas, kesesuaian lahan S2
A. PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah sejenis tanaman palma.
Bagian tanaman yang bernilai ekonomis adalah buah yang tersusun dalam sebuah tandan dan disebut dengan tandan buah segar atau TBS (Anonim, 2007).
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada saat ini luasnya mencapai lebih dari 7 juta hektar, sehingga merupakan komoditi perkebunan yang s a n g a t p e n t i n g . N a m u n s a n g a t disayangkan produktivitasnya masih rendah dan penyebarannya di tanah air tidak merata. Lahan perkebunan paling luas berada di pulau Sumatera dan Kalimantan (Sunarko, 2009).
Kelapa Sawit adalah salah satu komoditi perkebunan yang cukup sangat p e n t i n g d a n m e m i l i k i p r o s p e k pengembangan yang cerah, baik dalam memenuhi konsumsi dalam negeri maupun peluang ekspor yang cukup besar.
Pada budidaya kelapa sawit, kondisi iklim, bentuk wilayah serta kondisi tanah dan lahan, merupakan faktor utama disamping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dan lain-lain.
Kelas kesesuaian lahan menurut
FAO (1976) dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
sesuai (S) dan tidak sesuai(N). Kelas
sesuai dibagi menjadi 3 (tiga ) sub kelas,
yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), agak
sesuai (S3). Kelas tidak sesuai
B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kelas Kesesuaian Lahan
Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatas dari karakteristik lahan. Kelas lahan menurut FAO (1976) dibagi menjadi sesuai/suitable (S) dan tidak sesuai/ no suitable (N). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 (tiga ) sub kelas, yaitu (S1) sangat sesuai, (S2) sesuai, (S3) agak sesuai. Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 (dua) sub kelas , yaitu (N1) tidak sesuai bersyarat dan (N2) tidak sesuai permanen. Kelas kesesuaian lahan dinilai dari karkteristik lahan yang ada di lapangan.
Untuk mengklsifikasi kelas kesesuaian lahan dapat ditentukan dengan sistem pencocokan (Matching) pada karakteristik kesesuaian lahan yang ada disuatu daerah dengan tabel kriteria kesesuaian lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit diatas. Adapun dasar pencocokan kelas kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
dibagimenjadi 2 (dua) sub kelas , yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Setiap sub-kelas terdiri dari satu atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah dan intensitas faktor pembatas. (Ditjebun, 2007).
Produktivitas tandan buah segar kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh karakteristik faktor pembatas dalam setiap kelas kesesuaian lahan.Pada kelas keesuaian lahan untuk tanah mineral terdapat beberapa karakter yang meliputi curah hujan, bulan kering, ketinggian dari permukaan laut, bentuk wilayah, kedalaman efektif, kandungan bahan kasar, tekstur, drainase, dan pH tanah.
Faktor pembatas kelas kesesuaian lahan dapat menghasilkan produktivitas tandan buah segar kelapa sawit yang beragam.
Pada penelitiaan ini akan dikaji kesenjangan produktivitas kelapa sawit yaitu perbedaan antara potensi produksi dan realisasi produksi kelapa sawit pada kelas kesesuaian lahan S2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian produksi dan kesenjangan atau selisih produksi antara realisasi dengan potensi produksi di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP
Hasil penelitian ini diharapkan
d a p a t m e n j a d i i n f o r m a s i k e p a d a
Perusahaan mengenai kesenjangan
produktivitas tanaman kelapa sawit di
Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA
PINANG GROUP.
1. Potensi Produksi
Potensi produksi berhubungan dengan kesesuaian lahan, setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai.
K e b e r h a s i l a n s u a t u u s a h a perkebunan ditentukan oleh kemampuan pengusaha dalam mengelola atau melaksanakan manajemen sumber daya manusia.
Faktor-faktor lingkungan sumber daya alam (iklim, tanah, dan topografi)
bahan tanam, tindakan kultur teknis dan sebagainya
Pengaruh kondisi ekonomi yang sedang berkembang pada waktu usaha itu dilakukan, antara lain: fluktasi harga jual komoditas yang berlaku di pasar dan kenaikan harga sarana produksi, kenaikan upah dan sebagainya.(Risza dan Suyanto, 1993).
Potensi produksi tanaman kelapa sawit disajikan pada tabel 2.
Tabel 1. Kelasifikasi kelas kesesuaian lahan.
Klasifikasi kelas kesesuaian
lahan Kriteria
Kelas S1
(Sangat Sesuai = “Highly Suitable”)
Unit lahan mempunyai tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal)
Kelas S2
(Sesuai = “Moderatelly Suitable”)
Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas ringan dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas sedang
Kelas S3
(Agak Sesuai = “Marginally Suitable”)
Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas sedang dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas berat
Kelas N1
(Tidak Sesuai Bersyarat =
“Conditionally Not Suitable”)
Unit lahan mempunyai dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki
Kelas N2
(Tidak Sesuai Permanen =
“Permanently Not Suitable”)
Unit lahan mempunyai pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.
Sumber : Adiwiganda, R.1999. Gambaran Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan
Perkebunan Kampus Medan.
Tabel 2. Produktivitas tanaman kelapa sawit varietas Tenera (128 pohon/ha) secara umum pada lahan kelas S1, S2, dan S3.
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Rata-rata
22 19 19 16 16 15 14 13 12 12 11 10 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 11
3,2 6,0 7,5 10,0 12,5 15,0 17,0 18,5 19,6 20,5 21,0 22,5 23,0 24,0 25,0 26,0 27,5 28,5 29,0 30,0 30,5 32,0 32,5 21
9 15 18 21 26 30 31 31 31 31 31 30 28 27 26 25 24 23 22 20 19 18 17 24
18 17 17 15 15 15 13 12 12 11 10 9 8 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 10
3,0 6,0 7,0 9,4 12,0 13,0 16,5 17,5 18,0 19,5 20,5 22,0 23,0 23,0 23,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 31,0 31,0 20
7 14 16 19 23 26 28 28 28 28 28 28 26 27 25 24 22 22 22 19 18 17 17 22
16 17 16 15 15 15 13 12 12 11 10 9 8 8 7 7 6 5 5 4 4 4 4 10
3,0 5,0 7,0 8,5 10,0 13,0 15,5 17,0 17,0 18,5 20,0 21,0 22,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 30,0 19
6 12 14 17 22 25 26 26 26 26 25 25 24 24 22 21 21 19 18 17 16 15 15 20 T
Umur (Tahun)
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
T T
RBT TBS RBT TBS RBT TBS
Sumber : Publikasi PPKS dan LPP Keterangan:
T = Jumlah Tandan/ph/th, RBT = Rata-rata Berat Tandan (Kg), TBS = Ton TBS/ha/th
C. METODOLOGI
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP. Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei 2012.
2. Metode Penelitian
P e n e l i t i a n i n i d i l a k u k a n d e n g a n menggunakan metode analisa deskriptif.
P e l a k s a n a a n d i l a k u k a n d e n g a n mengumpulkan data produktivitas kelapa sawit di Afdeling I kebun Paya Pinang PT.
PAYA PINANG GROUP.
3. Pengamatan
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skunder :
a. Luas Areal kebun b. Deskripsi kondisi areal.
c. Iklim 3 tahun terakhir, tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
d. Produksi 5 tahun terakhir, mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011.
e. Gap yang terjadi antara taksasi dan realisasi.
f. Faktor yang menyebabkan tidak tercapainya produksi.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Informasi Kebun
Kebun Paya Pinang merupakan salah satu unit yang dimiliki dari perusahaan Swasta yang di kelola oleh PT. PD Paya Pinang
Group. Paya Pinang terdiri dari 4 (empat) Afdeling dan 1 (satu) Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kebun Paya Pinangterletak di desa P a y a P i n a n g , K e c a m a t a n Te b i n g Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai.
Dari keempat Afdeling yang dikelola Kebun Paya Pinang masing- masingAfdeling memiliki luas yang beragam. Afdeling I sebagai lokasi pengamatan memiliki luas 407.43 Ha (Sumber. Data Inventaris Afd. I).
Tanaman yang dikelolaoleh Afdeling I kebun Paya Pinang adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 2000, 2001, 2003 dan 2005.
jumlah blok pada Afdeling I tersebut sebanyak 18 blok dengan luas blok yang beragam dengan SPH mulai dari 104 pohon sampai dengan 130 pohon. Untuk komposisi tanaman pada Afdeling I sebagian jenis bahan tanam yang di gunakan adalah jenis bahan tanam D x P (tenera) benih Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan benih dari PT. Socfindo.
Paya Pinang mempunyai bentuk daerah yaitu datar – bergelombang dengan tekstur tanah yaitu lempung berpasir dan kelas drainase yang agak cepat. Paya P i n a n g t e r m a s u k k e d a l a m k e l a s kesesuaian lahan S2
U n t u k m e n g e t a h u i l e b i h
jelasnyaluas afdeling I kebun Paya Pinang
dapat dilihat pada tabel 3.
dan keragaman produktivitas adalah dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas yaitu iklim (curah hujan). Untuk data iklim lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.
Deskripsi kondisi areal di afdeling I kebun Paya Pinang tersebut terdiri dari 90 % bertofografi datar dan 10 % bergelombang.
Hal yang dapat mengakibatkan adanya perbedaan pada masing kelas lahan
Tabel 3. Informasi luas areal kebun
Tahun Tanam Blok Luas (Ha)
SPH Jlh. Pohon
2000
5 33,70 124 4183
6 22,00 119 2620
13 24,90 124 3087
14 19,40 124 2404
15 23,50 125 2947
Jumlah 123,50 123 15241
2001
4 15,00 125 1875
7 18,55 124 2300
10 21,65 125 2707
11 25,00 124 3112
12 22,60 125 2826
16 23,80 125 2978
18 16,60 125 2075
51 2,50 104 259
Jumlah 145,70 124 18132
2003
8 20,05 128 2566
9 25,68 128 3294
17 30,00 128 3840
Jumlah 75,73 128 9700
2005
22 30,00 130 3900
23 32,50 130 4225
Jumlah 62,50 130 8125
TOTAL 407,43 126,00 51198
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa curah hujan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 berkisar antara >1700 mm per tahun, Jika di sesuaikan dengan kriteria karakteristik lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit maka curah hujan tersebut termasuk dalam intensitas pembatas tanpa (0) atau sesuai untuk tanaman kelapa sawit.
2. Produktivitas Kelapa Sawit di Afdeling I Kebun Paya Pinang
Faktor – faktor atau unsur – unsur dalam taksasi sehingga realisasi dapat tercapai diantaranya Kreteria kelas kesesuaian lahan, iklim, bahan tanam, umur tanaman yang sesuai, pemeliharaan tanaman yang baik. (Sastrasayono dan Salardi. 2003)
Tabel 4. Data curah hujan afdeling I kebun Paya Pinang
Bulan 2009 2010 2011 Rata-rata
Hh Ch Hh Ch Hh Ch Hh Ch
Januari 9 207 7 128 12 124 9 153
Februari 6 73 5 56 8 68 6 66
Maret 12 297 8 85 14 233 11 205
April 11 135 5 66 8 81 8 94
Mei 10 291 7 55 9 90 9 145
Juni 1 6 11 196 15 147 9 116
Juli 8 179 12 258 8 86 9 174
Agustus 8 67 12 164 14 214 11 148
September 12 204 12 178 11 204 12 195
Oktober 9 219 9 149 14 230 11 199
Nopember 11 156 17 182 9 130 12 156
Desember 9 88 11 139 9 133 10 120
TOTAL 106 1922 116 1656 131 1740 118 1773
Ket : - ch : Curah Hujan (mm)- hh : Hari Hujan
a. h Tandan
Dari tabel 11 tersebut di atas terdapat data produksi, jumlah tandan secara total dan rata – rata per ha dengan ringkasan sebagai berikut.
Pencapaian jumlah tandan yang melebihi jumlah taksasi terjadi pada
Tabel 5. Rekapitulasi data produktivitas tandan buah segar Afdeling I kebun Paya Pinang.
Tahun T/R ΣTandan % Kg TBS %
2008
Taksasi 739.657 100 7.380.269 100
Per ha 1.185 100 18.114 100
Realisasi 727.971 98,4 6.965.230 94,4
Per ha 1.787 150,8 17.096 94,4
2009
Taksasi 710.037 100 9.017.420 100
Per ha 1.743 100 22.132 100
Realisasi 696.801 98,1 7.838.590 86,9
Per ha 1710 98,1 19.239 86,9
2010
Taksasi 909.869 100 9.602.760 100
Per ha 2.233 100 23.569 100
Realisasi 667.626 73,4 8.260.840 86
Per ha 1.639 73,4 20.275 86
2011
Taksasi 688.580 100 9.917.100 100
Per ha 1.690 100 24.341 100
Realisasi 624.192 90,6 10.011.800 101
Per ha 1.532 90,7 24.573 101
Total
Taksasi 3.048.143 100 35.917.549 100
Per ha 6.851 100 88.156 100
Realisasi 2.716.590 89,1 33.076.460 92,1
Per ha 6.668 97,3 81.183 92,1
tahun 2008 yaitu mengalami surplus sebanyak 50%, selanjutnya mulaihun 2009 sampai dengan 2011 mengalami minus berupa realisasi capaian jumlah tandan tidak mencapai taksasi. GAP tertinggi atauterjadi pada tahun 2010 yaitu minus sebanyak 26,6%.
R e n d a h n y a j u m l a h t a n d a n tersebut dapat di akibatkan oleh
pemupukan yang tidak optimum dan r e n d a h n y a c u r a h h u j a n , S e c a r a keseluruhan GAP yang terjadi pada komponen jumlah tandan adalah minus sebanyak 2,7% (produksi jumlah tandan hanya mencapai 89%) dari yang di harapkan.
Tabel 6. Jumlah tandan per Ha kebun Paya Pinang.
Tahun Taksasi % Realisasi %
2008 1.185 100 1.787 150
2009 1.743 100 1.710 98,1
2010 2.233 100 1.639 73,4
2011 1.690 100 1.532 90,7
TOTAL 6851 100 6668 97,3
Keterangan: Angka taksasi sebagai standard dengan index 100%
Hasil pengamatan tersebut juga tersaji pada gambar di bawah ini.
Gambar 3: Grafik Jumlah tandan per ha Afdeling I kebun Paya Pinang
kilogramtandan buah segar secara total dan rata – rata per ha dengan ringkasan sebagai berikut.
b. Produksi Tandan Buah Segar
Dari tabel 6 tersebut di atas t e r d a p a t d a t a p r o d u k s i b e r u p a
Tabel 7. Data produksi TBS per ha Afdeling I kebun Paya Pinang Tahun Taksasi
(Kg/Ha)
% Realisasi (Kg/Ha) %
2008 18.114 100 17.096 94,4
2009 22.132 100 19.239 86,9
2010 23.569 100 20.275 86,0
2011 24.341 100 24.573 101,0
Total 88.156 100 81.183 92,1
Rata– rata 22.039 100 20.296 92,1
Keterangan : Angka taksasi sebagai standard dengan index 100%
Rendahnya kilogram TBS tersebut dapat di akibatkan oleh pemupukan yang tidak optimum dan rendahnya curah hujan, Secara keseluruhan GAP yang terjadi pada komponen ton TBS adalah minus sebanyak 7,9%, produksi jumlah tandan hanya mencapai 92,1% dari yang di harapkan.
Pencapaian kilogram tandan buah segar yang melebihi jumlah taksasi terjadi pada tahun 2010 yaitu mengalami surplus sebanyak 1%, selanjutnya mulai tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami minus berupa realisasi capaian jumlah tandan tidak mencapai taksasi. GAP tertinggi atau terbanyak terjadi pada tahun 2010 yaitu minus sebanyak 26,0%.
Hasil pengamatan tersebut juga tersaji pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Grafik Tonase TBS Afdeling I kebun Paya Pinang.
3. Produksi dan Standard PPKS Hasil pengamatan tentang produksi akan dibandingkan dengan
standardPPKS sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Perbandingan Produksi Kebun dengan StandardPPKS Kelas
Lahan
Standard (Kg/Ha)
PPKS % Produksi
(Kg/Ha)
%
S2 25.000 100 20.296 81,1
Keterangan : Angka Standart PPKS sebagai standard dengan index 100%
(Rata – rata Umur 6 – 11 tahun)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Pencapaian produksi kebun lebih rendah dari standard PPKS. Untuk Standardadalah 25.000 Kg/Ha dengan indeks 100% sedangkan produksi
kebun per ha hanya mencapai 20.296 Kg/Ha dengan indeks 81,1% selesih produksi produksi sebesar 4.704 Kg dengan indeks 18,9 %.
Hasil pengamatan di atas tersaji pada gambar di bawah ini
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Standart PPKS Produksi Kebun
Standart PPKS Produksi Kebun