• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI METODEPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI METODEPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i

KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

YOGA ADHI BASKORO 092110117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016

(2)
(3)
(4)

iv

1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(QSAl-insyiraah:

005).

2. Mengangkat kepala tegak adalahp enawar kegagalanp aling mujarab. (John Savique Capone).

3. Visi tanpa tindakan adalah lamunan. Tindakan tanpa visi adalah mimpi buruk. (Peribahasa Jepang).

4. Jika anda tak pernah memutuskan berhenti, anda tak akan pernah terkalahkan. (Ted Tuner).

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayahku Nurohman dan Ibuku Siti Fatimahyang sangat aku cintai, terima kasih atas cinta, doa, serta dukungan baik secara moral maupun material, sehingga memotivasi untuk terselesaikannya skripsi ini.

2. Kakakku, Mas Taufan Wahyu Wijanarko dan adikku, Ilham Setya Darmawan yang aku sayangi, yang selalu mendoakan, mendukung, dan menanti keberhasilanku.

3. Untuk yang pernah mengisi hatiku selama aku kuliah di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

(5)
(6)

vi

telah melimpahkan rahmat, berkah, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul“Peningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VIII B Di SMP Negri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo.

4. Bapak Drs. H. Bagiya, M. Hum selaku pembimbing I serta Ibu Umi Faizah, M. Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan dan dukungan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan berlimpah dari Allah Swt. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan

(7)

vii

Penulis

Yoga Adhi Baskoro

(8)

viii

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) keterampilan menyimak cerita Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2014/2015, (2) pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015., dan (3) pengaruh positif dan signifikan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015.

Subjek penelitian ini adalah kelas VIII yang keseluruhan kelasnya berjumlah dua kelas. Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu Siklus I dan Siklus II. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara. Dalam pengumpulan data penelitian ini digunakan teknik tes dan nontes. Instrumen berupa tes dan lembar pengamatan. Dalam analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik. Dalam penyajian data penelitian ini digunakan penyajian informal maupun formal.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015 memiliki tingkat kemampuan masih rendah. Beberapa masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya yaitu kesulitan siswa dalam menerima maupun menguasai materi menyimak cerita, (2) adanya penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015 mengalami pengaruh yang baik, yaitu: (1) pada tahap prasiklus nilai rata-rata 70.82 yaitu 13 siswa mendapat nilai di atas KKM atau 38.23%. Pada tindakan siklus I terjadi peningkatan dibandingkan prasiklus. Pada siklus perolehan nilai siswa pada kompetensi dasar Menyimak Cerita cukup baik. Dari 34 siswa kelas VIII B yang mendapatkan nilai di atas KKM sejumlah 20 siswa dengan ketuntasan 58.82% dengan nilai rata-rata 76.35 dan (2) pada siklus II, perolehan nilai siswa meningkat dari siklus sebelumnya. Jika pada siklus I jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 20 siswa, pada siklus II jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM sebanyak 28 siswa dengan ketuntasan 82.35% dengan nilai rata-rata 82.70, dan (3) dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015 terdapat pengaruh positif dan signifikan.

Dikatakan positif, sebab pada prasiklus, siklus pertama dan kedua, penggunaan metode ini selalu memberikan peningkatan nilai.

Kata Kunci : Peningkatan kemampuan menyimak cerita, Think Pair Share (TPS).

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN ...v

PRAKATA... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Batasan Masalah ...4

D. Rumusan Masalah ...4

E. Tujuan Penelitian...5

F. Manfaat Penelitian ...6

G. Sistematika Penulisan ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KAJIAN TEORETIS,DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ...8

B. Kajian Teoretis ... 10

C. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Subjek Penelitian ... 25

C. Data dan Sumber Data ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Prosedur Penelitian... 28

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. DeskripsiKondisi Awal (Pre-Test) ... 31

B. Deskripsi Siklus I ... 33

C. Deskripsi Siklus II ... 42

(10)

x

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN ... 59

(11)

xi

Tabel 2. Hasil Post-test (Siklus I) ... 39 Tabel 3. Hasil Post-test (Siklus II) ... 47 Tabel 4. Perbandingan Pre-test, Siklus I, dan Siklus II... 49

(12)

xii

Gambar 2. Nilai Rata-Rata Pre-test, Siklus I, dan Siklus II ... 50 Gambar 3. Kriteria Ketuntasan Minimal ... 85

(13)

xiii Telah Melakukan Penelitian Lampiran 3. RPP

Lampiran 4. Nilai Sikap

Lampiran 5 Nilai Akademik Pre-Test

Lampiran 6 Nilai Akademik Post-Test (Siklus I) Lampiran 7 Nilai Akademik Post-Test (Siklus II)

Lampiran 8 Nilai Perbandingan Pre-Test, Siklus I, Siklus II Lampiran 9 Lembar Jawab

Lampiran 10 Tabel Pengamatan Kegiatan Lampiran 11 Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 12 Cerpen Tempat yang Bersih dan Lampunya Terang Lampiran 13 Cerpen Kacamata Persahabatan

Lampiran 14 Warung Sayur di Dekat Rumahku Lampiran 15 Kartu Bimbingan Skripsi

(14)

1

Pada bagian ini penulis memaparkan enam poin yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan menyimak adalah salah satu kegiatan yang memiliki tujuan untuk memperoleh informasi. Sering kali orang beranggapan bahwa orang yang sedikit memperoleh informasi maka sedikit pula wawasannya. Hal tersebut memang benar, salah satu kegiatan memperoleh informasi yaitu dengan menyimak, seperti dalam kehidupan sehari-hari menyimak juga terjadi pada saat kita bercakap-cakap dengan teman. Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar juga terdapat kegiatan menyimak.

Telah diketahui bahwa keterampilan berbahasa terdiri dari empat segi yang secara keseluruhan saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Hal tersebut menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan menyimak yang baik.

Tarigan (1994:2) mengatakan “Keterampilan berbahasa tersebut mencakup empat segi yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing)”. Menyimak adalah keterampilan berbahasa yang pertama yang dikuasai oleh manusia dan merupakan dasar dalam keterampilan berbahasa yang lain.

Pada dasarnya manusia belajar bahasa berawal dari menyimak, kemudian berbicara, dan diikuti membaca dan menulis. Kemampuan menguasai keterampilan menyimak

(15)

sangat berpengaruh terhadap kemampuan penguasaan keterampilan berbahasa yang lain. Hal tersebut dibuktikan bahwa dalam proses menyimak seseorang dapat menguasai kata dan kalimat yang pastinya sangat membantu seseorang dalam berbicara, membaca, maupun menulis. Hampir setiap pembelajaran baik belajar berbicara, membaca, maupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan.

Kenyataan itu menunjukkan bahwa menyimak sangat menunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan menyimak siswa, antara lain kurangnya perhatian siswa, kurang antusias dengan proses pembelajaran, guru yang kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, waktu yang terbatas, suasana belajar yang tidak kondusif, serta sarana dan lingkungan yang tidak mendukung. Metode pembelajaran juga sangat berperan penting dalam proses peningkatan pembelajaran.

Keterampilan menyimak juga telah diajarkan di SMP Negeri 1 Susukan.

Terkait dengan pembelajaran menyimak, menurut hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa keterampilan menyimak cerita siswa kelas VIII B masih rendah.

Masalah tersebut semakin nampak setelah peneliti mendapat kesempatan untuk mengajar di SMP Negeri 1 Susukan. Bermula dari hal tersebut peneliti memahami beberapa masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya yaitu kesulitan siswa dalam menerima maupun menguasai materi menyimak cerita. Hal tersebut di atas yang akhirnya mendorong peneliti untuk mengangkat permasalahan menyimak tersebut untuk diteliti. Di SMP Negeri 1 Susukan, Kriteria Ketuntasan

(16)

Minimal (KKM) untuk materi Menyimak Cerita yaitu 68, sementara nilai rata-rata keterampilan Menyimak Cerita siswa kelas VIII B masih di bawah KKM yaitu 60,65.

Rendahnya prestasi belajar siswa ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang selama ini dilakukan kurang berhasil. Kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran tersebut yaitu karena pembelajarannya yang masih monoton, sehingga siswa kurang memahami keterampilan menyimak dan kurang termotivasi untuk belajar.

Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran Menyimak Cerita diharapkan mampu membangkitkan minat siswa untuk belajar dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dalam Silabus Bahasa Indonesia SMP Semester 2, terdapat standar kompetensi mendengarkan yaitu memahami unsure instrinsik novel remaja.

Dalam karya fiksi dapat berupa novel, dongeng, cerita, dan film. Penyampaian cerita yang mengandung nilai-nilai positif dalam pembelajaran, diharapkan mampu memberikan manfaat bagi siswa, untuk itu dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam menyimak. Melihat kemampuan siswa terhadap materi kemampuan menyimak cerita yang masih rendah, maka dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Dengan model pembelajaran ini siswa menempati posisi yang sangat dominan dalam proses pembelajaran, dimana siswa dituntut untuk berfikir, berpasangan, dan berbagi dengan teman satu kelasnya. Dengan pemilihan model ini diharapkan pembelajaran yang

(17)

terjadi nanti dapat lebih bermakna dan member kesan yang kuat pada siswa sehingga siswa akan lebih cepat memahami materi.

Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Keterampilanan Menyimak Cerita dengan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIII B di SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang ada, yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015”.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian hanya terbatas pada metode pembelajaran kooperatiftipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar balakang dan batasan masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015?

(18)

2. Adakah pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015?

3. Adakah pengaruh positif dan signifikan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan :

1. Keterampilan menyimak cerita Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015.

2. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilan menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015.

3. Pengaruh positif dan signifikan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam peningkatkan keterampilann menyimak cerita pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014/2015.

(19)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dikemukakan secara teoretis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoretis bagi Keilmuan

Manfaat secara teoretis bagi keilmuan yaitu memberkan kontribusi kepada siswa tentang bagaimana cara peningkatkan kemampuannya dalam menyimak cerita melalui metode Think Pair Share (TPS), selain itu juga memberikan kontribusi kepada seluruh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang bagaimana meningkatkan kemampuan menyimak cerita melalui metode Think Pair Share (TPS).

2. Manfaat Praktis bagi Peneliti

a. Sebagai pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi dasar menyimak cerita.

b. Sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan kegiatan belajar dan mengajar yang menarik dan tidak membosankan.

c. Menambah pengetahuan dalam materi menyimak cerita.

d. Meningkatkan minat siswa dalam materi menyimak cerita.

e. Sebagai acuan untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar menyimak cerita.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bagian ini penulis memaparkan enam poin yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan

(20)

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Pada bagian ini penulis memaparkan Kajian Teori, Tinjauan Pustaka, dan Rumusan Hipotesis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian Metodologi Penelitian penulis memaparkan Setting Penelitian, Subjek Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Prosedur Penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis memaparkan Deskripsi Data, Analisis Data, dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V : PENUTUP

Pada bagian Penutup penulis menutup penelitian ini dengan Kesimpulan yang mengacu kepada isi penelitian, serta menuliskan Saran untuk seluruh pihak terkait.

(21)

8

Pada bagian ini penulis memaparkan tiga poin yang berisi Tinjauan Pustaka, Kajian Teoretis, dan Rumusan Hipotesis.

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian tindakan kelas saat ini berkembang begitu pesat. Untuk materi Bahasa Indonesia sendiri banyak penelitian yang mengangkat judul upaya peningkatan keterampilan menyimak. Telah diketahui bahwa keterampilan menyimak yang dimiliki setiap orang akan sangat bermanfaat dalam kehidupan. Oleh karena itu penelitian ini masih menarik untuk diteliti.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian yang lain sangat penting dilakukan untuk mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan datang. Penelitian menggunakan media telah dilakukan sebelumnya, penelitian tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Mardiana Rahayu (2009)

Dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita Pendek Bahasa Jawa (Cerkak) Melalui Media Rekaman pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Kroya Kabupaten Cilacap”.

(22)

Hal tersebut menunjukkan hasil yang serupa yaitu peningkatan hasil tes.

Dari hasil penelitian diperoleh data hasil nilai rata-rata pratindakan 59,90, pada siklus I rata-rata 63,88, dan siklus II 69,90.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika Mardiana Rahayu tersebut di atas yaitu pada upaya penulis untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada siswa. Sedangkan perbedaan penelitian terletak pada media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita, pada penelitian ini yaitu menggunakan media TPS (Think Pair Share) sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ika Mardiana Rahayu media yang digunakan adalah melalui media rekaman.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2010)

Dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita melalui Media Audio Visual Siswa Kelas VIII C SMP Sokaraja”. Hasil tersebut mununjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menyimak setelah diterapkan pembelajaran dengan berbagai teknik dan media.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni tersebut di atas yaitu pada upaya penulis untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada siswa. Sedangkan perbedaan penelitian terletak pada media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita, pada penelitian ini yaitu menggunakan media TPS (Think Pair Share) sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ika Mardiana Rahayu media yang digunakan adalah melalui media audio visual.

(23)

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, penelitian terhadap keterampilan menyimak masih perlu untuk dilakukan. Penelitian ini mempunyai kedudukan sebagai pelengkap terhadap penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif, sehingga yang membedakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak, yaitu metode Think Pair Share (TPS).

B. Kajian Teoretis

Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul “Peningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIII B di SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara 2014/2015”, peneliti menggunakan sejumlah rujukan sebagai bahan referensi.

Referensi tersebut meliputi:

1. Menyimak

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak ini berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para siswa.

Pembelajaran menyimak pada dasarnya bukan hanya merupakan penyajian materi dengan mendengarkan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.

(24)

a. Pengertian Menyimak

Pengertian menyimak dipaparkan oleh Tarigan, yang menjelaskan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang- lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apersepsi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Seseorang dapat melakukan kegiatan menyimak melalui bunyi bahasa atau lambang-lambang lisan yang didengar.

Kegiatan menyimak dilakukan manusia apabila ada penutur dan lawan tutur (Tarigan, 1994:28).

Hermawan (2012:30) menyatakan bahwa pengertian menyimak adalah merupakan sebuah keterampilan yang kompleks yang memerlukan ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif, dan kecerdasan dalam mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan.

Keterangan tersebut menunjukkan bahwa menyimak tidak hanya mendengar bunyi-bunyi bahasa dan lambang-lambang lisan. Menyimak juga menuntut seorang penyimak mendengarkan dengan pemahaman sehingga pesan atau maksud yang disampaikan oleh pembicara dapat ditangkap secara baik dan benar, untuk itu diperlukan perhatian dari seorang penyimak.

Menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian, serta apresiasi.

Tarigan (1994:2-3) mendeskripsikan bahwa keterampilan bahasa mencakup empat segi yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai manusia.

(25)

Keterampilan menyimak sebagai dasar bagi keterampilan berbahasa lain.

Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, setelah itu berbicara, kemudian membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan bahasa lain, khususnya keterampilan berbicara. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

Keterampilan menyimak sangatlah berarti bagi seseorang, terutama yang berkaitan dengan profesinya dan bagi siswa. Keterampilan menyimak juga dapat menentukan keberhasilan dalam belajarnya. Menyimak merupakan awal dari manusia memperoleh bahasa. Di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat diperlukan keterampilan menyimak sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi. Seorang penyimak tidak hanya mengerti, namun juga menyusun penafsiran dan juga berusaha melakukan apa yang dimaksudkan oleh pembicara itu.

Russell & Russell menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Tarigan, 1994:28). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Anderson, yakni menyimak merupakan proses besar mendengarkan, mengenal serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan (Tarigan, 1994:28).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh penghayatan untukmemahami maksud serta menangkap informasi.

(26)

b. Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak dikemukakan oleh Logan, antara lain sebagai berikut:

1) menyimak bertujuan agar penyimak memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.

2) menyimak untuk menikmati keindahan audial dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).

3) menyimak untuk mengevaluasi agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, logis-tidak logis, dan lain- lain).

4) menyimak untuk mengapresiasi materi simakan agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan).

5) menyimak agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

6) menyimak untuk dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti (distingtit) mana bunyi tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli.

7) menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analitis, sebab dari sang pembicara, penyimak mungkin memperoleh banyak masukkan berharga.

(27)

8) menyimak untuk dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yangselama ini diragukan, dengan perkataan lain menyimak secara persuasif (Tarigan, 1994:56).

Secara keseluruhan tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat pada bahan simakan. Hal tersebut dapat diperoleh melalui media baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembelajaran menyimak cerita dalam penelitian ini memiliki tujuan agar siswa dapat belajar memperoleh nilai-nilai yang terkandung dari dalam cerita yang disimak.

c. Tahap-Tahap Menyimak

Logan mengemukakan bahwa tahap-tahap menyimak meliputi:

1) Tahap Mendengar

Tahap mendengar merupakan tahap awal dalam menyimak.

Dalam tahap ini kita hanya mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau dalam pembicaraannya, sehingga kita masih berada dalam tahap hearing. Dalam tahap ini kita masih belum memahami maksud yang dikemukakan pembicara.

2) Tahap Memahami

Usai kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara. Maka dari itu, tahap selanjutnya adalah tahap understanding. Tahap memahami yaitu tahap dimana penyimak mengulas makna atau maksud yang disampaikan oleh pembaca.

(28)

3) Tahap Menginterpretasi

Seorang penyimak yang baik, cermat dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara.

Seseorang tersebut ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir- butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu. Dengan demikian sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.

4) Tahap Mengevaluasi

Setelah penyimak, memahami, serta dapat menafsirkan atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mulai menilai dan mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara, dimana letak keunggulan dan kelemahan, serta kebaikan dan kekurangan pembicara.

Dengan demikian, dia sudah sampai pada tahap evaluating.

5) Tahap Menanggapi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.

Penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya, maka penyimak sampai pada tahap menanggapi.

Penyimak dalam mendapatkan bahan simakan harus melakukan tahapan menyimak. Jika tahapan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh maka akan didapatkan bahan simakan yang baik. Dalam penelitian ini tahapan menyimak yang digunakan yaitu tahapan mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi (Tarigan, 1994:58-58).

(29)

d. Jenis-Jenis Menyimak

Menyimak memiliki jenis yang dapat diklasifikasikan. Klasifikasi menyimak dijelaskan oleh Tarigan, yaitu sebagai berikut :

1) Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Dalam pelaksanaannya siswa tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat yaitu:

a) Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. Dalam menyimak sekunder penyimak tidak hanya melakukan kegiatan menyimak, tetapi juga sambil melakukan aktivitas yang lain, sehingga penyimak dapat melakukan dua kegiatan sekaligus.

b) Menyimak Estetik

Menyimak estetik yaitu penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan, misalnya lakon drama, cerita, dongeng baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami dan merasakan karakter dari setiap pelaku.

(30)

c) Menyimak Pasif

Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya ditandai dengan upaya penyimak pada saat belajar dengan tidak teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.

d) Menyimak Sosial

Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.

2) Menyimak Intensif

Menyimak intensif mengharuskan penyimak memahami secara rinci, serta diteliti lebih mendalam setiap bahan-bahan simakannya. Oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan dan bimbingan dari guru. Adapun jenis menyimak intensif ada enam yaitu:

a) Menyimak Kritis

Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembaca. Dalam menyimak kritis, penyimak mencoba memahami maksud atau informasi secara rinci sesuai dengan yang terkandung dalam simakan yang disampaikan oleh pembaca.

(31)

b) Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan kegiatan menyimak untuk menelaah pembicaraan atau hal yang disimaknya, maka dari itu dibutuhkan kosentrasi yang penuh dari penyimak agar ide dari pembicaraan dapat diterima dengan baik.

c) Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menerima makna yang terkandung dalam simakan dengan baik karena penyimak berimajinasi dan berapresiasi terhadap simakan tadi.

d) Menyimak Eksplorasif

Menyimak eksplorasif sama halnya dengan menyimak penyelidikan yaitu sejenis menyimak dengan tujuan menemukan hal–hal baru yang menarik, informasi tambahan mengenai suatu topik, isu, perguncingan atau buah bibir yang menarik.

e) Menyimak Interogatif

Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektifitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak.

Dalam menyimak ini penyimak mencari sesuatu yang kurang dipahami untuk ditanyakan.

f) Menyimak Selektif

Menyimak selektif merupakan kegiatan menyimak untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengar dengan

(32)

bantuan bahasa yang telah kita kuasai. Pembelajaran menyimak di sekolah memang harus ada pengawasan dan bimbingan dari guru (Tarigan, 1994:35).

Setelah kita mengetahui jenis-jenis menyimak yang ada, maka pembelajaran menyimak di sekolah tergolong ke dalam jenis menyimak intensif, karena perlu adanya bimbingan dari guru. Pembelajaran menyimak cerita bisa juga masuk dalam menyimak ekstensif jenis estetik, dengan demikian pembelajaran menyimak cerita secara ekstensif maka siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam belajar menyimak.

2. Cerita

Bahasa Indonesia memegang peranan sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, begitu pula dalam pendidikan anak. Pada umumnya, anak memperoleh masukan bahasa Indonesia dengan dikenalkan melalui karya dalam bentuk cerita, baik itu cerita dongeng, cerita daerah, dan jenis certa lainnya.

a. Pengertian Cerita

“Cerita merupakan bagian dari hidup. Setiap orang adalah bagian dari cerita. Kelahiran, kesehatan, keberhasilan, kematian, dimana, kapan, dan seterusnya, semuanya adalah sebuah rentetan kejadian dari kisah kemanusiaan yang amat menarik” (Sarumpaet, 2002:155).

Cerita juga bisa dikatakan sebagai narasi pribadi setiap orang. Otak manusia adalah alat narasi yang bergerak dalam dunia cerita. Dengan otak, manusia mampu merekam berbagai peristiwa yang kemudian mampu dikeluarkan dalam bentuk cerita.

(33)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa cerita adalah karangan sederhana yang ditulis oleh seseorang tentang suatu peristiwa yang dialami pengarang maupun hasil karya imajinasi yang mampu dipahami oleh pembaca.

b. Unsur-Unsur Cerita

Unsur-unsur instrinsik yang membangun cerita terdiri dari, tema, alur, penokohan, dan latar.

1) Tema

Tema adalah satu unsur dari sejumlah unsur pembangun ceritayang secara bersama membentuk sebuah makna dalam cerita (Nurgiyantoro, 1998:74). Tema di dalam cerita tidak disampaikan secara langsung tetapi secara implisit melalui cerita.

Menurut Stanton dan Kenny tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita (Nurgiyantoro, 1998:67).

Dari penjelasan tentang tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah inti sari sebuah cerita yang berada dalam cerita itu sendiri.

2) Plot atau Alur

Menurut Stanton, plot atau alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab- akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 1998:113).

(34)

Sayuti (2000:30) mengemukakan bahwa alur merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya mengenai peristiwa- peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan-hubungan kausalitasnya.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan peristiwa yang terjadi dalam cerita.

3) Penokohan (Karakter Tokoh)

Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1998:165).

Dalam cerita, setiap tokoh memiliki karakter sesuai dengan penggambaran pengarang, karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan.

Menurut Abrams, dalam buku karya Nurgiyantoro, mengatakan bahwa “Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan” (Nurgiyantoro, 1998:165).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah penggambaran watak tokoh dalam cerita.

(35)

4) Latar atau Setting

Menurut Abrams latar atau setting yang disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998:216).

Pendapat lain dikemukakan oleh Sayuti, yaitu latar merupakan penggambaran keadaan tokoh dalam cerita. Latar fiksi dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat, waktu, dan latar social (Sayuti, 2000:126).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah penggambaran tempat, waktu, dan keadaan sosial dalam cerita.

3. Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS ) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran yang beraneka ragam merupakan upaya pendidik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu dari sekian banyak upaya yang dilakukan pendidik, dimana dalam pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok, seperti yang dikemukakan Eggen and Kauchak bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2010:58).

(36)

Tujuan pembelajaran kooperatif pada dasarnya agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok sehingga dalam belajar peserta didik dapat saling menghargai teman satu sama lainya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara berkelompok yang diupayakan pendidik guna mencetak suasana belajar yang menarik sehingga pembelajaran akan tercapai dengan baik.

b. Kooperatif Tipe Think Pair Share

Model pembelajaran think pair share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif sederhana.

Menurut Trianto strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto 2010:81).

Langkah-langkah metode Think Pair Share menurut Trianto adalah sebagai berikut:

1) Langkah 1: Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

2) Langkah 2: Berpasangan (Pairing)

(37)

Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan telah diajukan atau gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Langkah 3: Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas mengenai hal yang telah mereka bicarakan. Guru berkeliling ruangan dari pasangan satu ke pasangan lainnya, dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Langkah selanjutnya, guru membacakan cerita yang berbeda, kemudian meminta seluruh siswa untuk menyimak dengan baik serta menemukan unsur instrinsik dalam cerita. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaanya untuk dikoreksi.

Hasil nilai tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penggunaan metode Think Pair Share dalam pembelajaran menyimak cerita (Trianto, 2010:81-82).

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah metode Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara 2014/2015.

(38)

25 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua setting, setting tempat dan setting waktu.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Susukan, Kabupaten Banjarnegara. SMP Negeri 1 Susukan terletak di Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII. Peneliti memilih subjek seluruh siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara 2014/2015. Hal itu disebabkan munculnya fenomena dan permasalahan pada kelas VIII B. Siswa kelas VIII B berjumlah 34 siswa yang terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

C. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil menyimak siswa, sedangkan data sekunder berupa hasil observasi kegiatan siswa dan guru. Dalam penelitian ini, siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara 2014/2015 adalah sebagai

20

(39)

sumber data primer. Data tersebut diperoleh dari hasil nilai kemampuan siswa dalam menyimak cerita. Dalam penelitian ini selain memperoleh data dari subjek penelitian, peneliti juga memperoleh data sekunder yang berasal dari observer atas hasil observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru serta dokumentasi penting selama proses pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes (observasi).

1. Teknik Tes (Ujian)

Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur pemahaman, keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan aatau bakat yang dimiliki oleh individu.

(Arikunto, 2002:157)

Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data atau mengukur kemampuan siswa dalam menyimak cerita. Tes berupa soal esai yang harus diisi oleh siswa setelah mereka menyimak cerita.

Teknik yang digunakan peneliti dalam mendapatkan data yaitu siswa diberi soal untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap isi cerita yang telah diperdengarkan. Soal yang diberikan disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai, mencakup kemampuan menemukan tokoh utama dan tokoh sampingan dalam cerita, mengidentifikasi karakter tokoh cerita, menentukan alur, tema, serta pesan dalam cerita. Hasil tes tersebut digunakan sebagai data hasil menyimak siswa. Dalam hal ini soal berikut pedoman penilaian keterampilan menyimak dapat dilihat dalam lampiran.

(40)

2. Teknik Non Tes

Secara umum, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Observasi merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. (Ruswandi, 2007:151).

Keterangan lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 5 pada lampiran 4.

3. Analisis Data

Supardi (2008:131) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu, data kuantitatif dan kualitatif. Peneliti menggunakan taknik analisis statistik sederhana dengan mencari nilai rata-rata dan persentase keberhasilan belajar siswa, sedangkan data kuantitatif yang dianalisis dalam penelitian tindakan ini adalah hasil Pre-Test dan Post-Test. Hasil analisis nilai pre-test digunakan sebagai dasar kegiatan pada siklus satu dan hasil analisis pada siklus satu digunakan sebagai dasar pada siklus dua. Dengan pre-test dan pots-test, maka akan diketahui ketuntasan siswa dalam menyimak cerita.

Menurut Sudijono (2009:43) untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Persentase (%) =

× 100%

Keterangan:

F = Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar n = Jumlah siswa seluruhnya

P = Angka Persentase

(41)

Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang aktivitas guru dan ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran menyimak cerita, dan pandangan atau sikap siswa terhadap pendekatan belajar yang baru. Dalam penelitian ini data diperoleh dari observasi, dan dokumentasi selama pembelajaran menyimak cerita.

4. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan sikap, nilai rata-rata, dan persentase ketuntasan belajar siswa berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi menyimak cerita pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 4 Susukan 2014- 2015 dengan nilai 68. Apabila ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 75% dari seluruh siswa, maka penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran menyimak cerita telah berhasil.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, prosedur penelitian meliputi empat tahapan (Arikunto, 2008:16), yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan tersebut dilaksanakan dalam setiap siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Keempat tahapan penelitian tindakan kelas tersebut terinci sebagai berikut:

(42)

Berdasarkan alur pikir tersebut, langkah-langkah penelitian ini akan berlangsung dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan awal dalam penelitian ini menggunakan rencana pembelajaran dan lembar pengamatan. Dalam perencanaan ini peneliti mencoba merencanakan satu siklus terlebih dahulu, setelah hasil siklus satu direfleksikan peneliti baru merencanakan tindakan selanjutnya atau siklus berikutnya.

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

?

SIKLUS I

SIKLUS II

(43)

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang akan dilaksananakan dalam penelitian ini berupa:

a. penyajian materi pembelajaran sesuai dengan pedoman rencana pembelajaran,

b. mengadakan penilaian terhadap hasil pembelajaran, c. mengadakan refleksi,

d. memberikan tugas terstruktur.

3. Pengamatan

Pada penelitian tindakan kelas ini, guru kelas bertindak sebagai pengamat, sedangkan peneliti bertindak sebagai guru. Pengamat mencatat seluruh aktivitas siswa. Selain itu pengamat juga mengamati tindakan guru dalam menyajikan materi pelajaran.

4. Penyajian Hasil Analisis

Metode penyajian hasil analisis ini menggunakan penyajian informal maupun secara formal.

Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang sangat teknik sifatnya. Penyajian hasil analisis secara formal adalah perumusan hasil analisis dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. (Sudaryanto,1993: 145)

Teknik penyajian informal menyajikan hasil analisis dengan cara naratif. Teknik penyajian formal menyajikan hasil analisis dalam bentuk foto, gambar, bagan, peta, dan tabel. Pemuatan foto, gambar, bagan, peta, dan tabel bertujuan untuk memperkuat deskripsi atau narasi dari sajian informal.

(44)

31

Awal (Pre-Test), Deskripsi Siklus I, Deskripsi Siklus II, Perbandingan Pre-Test, Post-Test Siklus I, dan Post-Test Siklus II, serta Pembahasan.

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pre-Test)

Sebelum dilakukan pembelajaran menyimak cerita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, terlebih dahulu penulis memberikan pre-test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak cerita. Pre-test dilakukan sebelum siklus I dilaksanakan dalam bentuk tugas menyimak cerita dengan kemampuan masing-masing siswa. Pre-test dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2015.

Hasil pre-test dapat kita lihat pada tabel data hasil pre-test sebagai berikut:

(45)

Kelas : VIII B Mapel : Bahasa Indonesia

Sem : Genap KKM : 3,08

No. Nama Nilai Nilai (Skala 4)

35 Ades Ifadanissa Azzura 72 2,88

36 Anisa Setia Ningsih 64 2,56

37 Desi Putri Safitri 68 2,72

38 Hafidz Sheyela Al Fira 84 3,36

39 Indah Lestari 80 3,2

40 Kholifatusnisa Nur Afifah 68 2,72

41 Khomsyatun Nafi'ah 64 2,56

42 Lutfiana Nur Khamidah 80 3,2

43 Niken Marseli 80 3,2

44 Nur Arifah Utami 80 3,2

45 Puji Tiara Mukti Lestari 64 2,56

46 Runi Atsni Allathifa 80 3,2

47 Silvi Rahmadina Putri 68 2,72

48 Tiara Wulan Anggraeni 64 2,56

49 Wafiq Nur Azizah 60 2,4

50 Yonisca Kusdwiari 60 2,4

51 Afdilah Anggit Al Mufarif 56 2,24

52 Ahmad Zaenudin 72 2,88

53 Anbi Aziz 80 3,2

54 Bima Saputra 52 2,08

55 Dewa Setiawan 64 2,56

56 Eka Rahayu 80 3,2

57 Farhan Doni Nur Yuda 68 2,72

58 Febriansyah 64 2,56

59 Ihfan Dwi Pramudian 60 2,4

60 Jeky Helen Romansyah 68 2,72

61 Manshur Fauzi 80 3,2

62 Muhammad Farkhan Maulana 64 2,56

63 Reza Tri Yulianto 80 3,2

64 Rifki Ardiansyah 76 3,04

65 Rizal Efendi Saputra 68 2,72

66 Sakti Widadi 80 3,2

67 Wahyu Muchammad Ardianto 80 3,2

68 Wiwid Alma Suseno 80 3,2

Jumlah Nilai 2408 96,32

Rata-Rata 70,82352941 2,832941176

Nilai Tertinggi 84 3,36

Nilai Terendah 52 2,08

(46)

masih rendah dan masih banyak yang belum memenuhi nilai KKM yaitu 77.00, dari jumlah 34 siswa. Dari hasil analisis awal siklus diketahui nilai terendah 52.00, nilai tertinggi 84.00, dengan rata-rata kelas yaitu 70.82, dan pencapaian KKM sebanyak 13 siswa atau 38.23%. Pada saat pre-test, siswa masih kesulitan menentukan unsur instrinsik cerita karena pemahaman siswa yang masih rendah.

Selain itu siswa juga belum mendapat penjelasan mengenai materi menyimak cerita secara rinci. Masalah ini menjadi alasan peneliti untuk membantu meningkatkan ketuntasan siswa dalam menyimak cerita dengan menggunakan metode kooperatif Think Pair Share.

B. Deskripsi Siklus I

Tindakan pada siklus I merupakan tindak lanjut dan usaha dari penulis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Susukan Kabupaten Banjarnegara berkaitan dengan kemampuan menyimak cerita. Siklus I dilakukan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2×40 menit. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 April 2015. Kemudian langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I yaitu melalui perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi hasil tindakan, dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam perencanaan siklus I adalah sebagai berikut:

a. peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

(47)

c. peneliti menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan mengenai materi menyimak cerita melalui metode Think Pair Share.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dalam siklus I yaitu Pendahuluan, Kegiatan Inti, serta Penutup, dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan salam pembuka dan mendata daftar hadir siswa, kemudian guru melakukan apersepsi yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Selanjutnya, guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai agar siswa mengetahui materi yang akan dikuasai setelah pembelajaran selesai. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan materi menyimak cerita dan metode Think Pair Share. Untuk mengetahui pemahaman siswa, guru memberikan latihan yaitu tentang menyimak cerita dengan metode pembelajaran Think Pair Share. pada saat menyimak siswa berpikir (think) tentang unsur instrinsik yang ada dalam cerita, setelah selesai siswa berpasangan (pair) dengan teman sebangkunya untuk mendiskusikan hasil berpikir pada saat menyimak cerita. Setelah berdiskusi, siswa berbagi (share) dengan teman sekelasnya mengenai

(48)

sebangkunya. Guru kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk menyimak cerita yang berjudul “Kacamata Persahabatan” karya Heru Kurniawan melalui metode Think Pair Share, masing-masing siswa mencari unsur instrinsik yang ada dalam cerita. Hasil nilai menyimak cerita tersebut digunakan peneliti sebagai hasil post-test siklus I.

Keterangan nilai selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

c. Penutup

Pada akhir kegiatan guru memberikan apresiasi terhadap hasil menyimak cerita siswa. Selanjutnya, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan menyampaikan salam penutup. Setelah kegiatan pada siklus I selesai, dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil setelah dilakukan tindakan.

3. Pengamatan Tindakan

Pengamatan dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa melalui perilaku mereka dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru melalui metode TPS. Selain itu, pengamatan ini juga bertujuan untuk mengetahui perilaku guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Pada kegiatan ini peneliti dibantu guru mapel yang bertindak sebagai pengamat, sedangkan peneliti bertindak sebagai guru. Pada saat siklus I suasana kelas relatif kondusif, siswa tampak sudah siap mengikuti kegiatan

(49)

sementara pengamat duduk di belakang untuk mengamati kegiatan siswa dan guru. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sesekali pengamat berkeliling untuk melakukan pengamatan dan mendokumentasikan proses kegiatan belajar mengajar dengan melakukan pemotretan. Dokumentasi dapat dilihat pada lampiran.

a. Pengamatan Kegiatan Guru

Berdasarkan data diketahui pada kegiatan awal, inti, dan penutup, guru sudah menyampaikan secara runtut dan jelas kepada siswa sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai guru juga memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Hal ini dilakukan guru agar siswa mengetahui materi yang akan dipelajari. Dalam kegiatan pembelajaran menyimak cerita melalui metode Think Pair Share (TPS) ini, guru masih kesulitan menerapkannya. Kekurangan ini terjadi karena guru belum pernah menggunakan metode tersebut sebelumnya, sehingga ada kendala kecil dalam proses kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga belum membimbing siswa yang mengalami kesulitan sehingga masih banyak siswa yang bingung dalam menyelesaikan tugasnya.

Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Selain itu, dalam menjelaskan langkah- langkah dengan metode Think Pair Share kepada siswa guru terlihat

(50)

Think Pair Share merupakan hal baru yang dilakukan guru dalam mengajar tentang materi menyimak cerita. Keadaan ini merupakan masalah bagi peneliti dan guru yang harus dipecahkan. Kekurangan- kekurangan yang terjadi pada siklus I, harus diperbaiki pada siklus berikutnya agar kegiatan pembelajaran menyimak cerita melalui metode pembelajaran Think Pair Share akan tercapai hasil yang maksimal sesuai yang diharapkan guru dan peneliti.

b. Pengamatan Kegiatan Siswa

Berdasarkan hasil observasi, pada siklus I terlihat bahwa sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran masih kurang.

Melalui kegiatan observasi dapat dideskripsikan beberapa perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita.

Selama melakukan kegiatan pembelajaran menyimak cerita dengan metode Think Pair Share, tidak semua siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan baik. Terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Kebanyakan dari mereka masih bingung dan asing dengan metode tersebut, mereka cenderung lebih suka berbicara sendiri dengan teman sebangkunya atau teman di depan dan di belakangnya. Hal itu dilakukan kebanyakan oleh siswa yang berada pada barisan belakang. Meskipun masih terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan guru, hal tersebut tidak menjadikan penghambat berlangsungnya proses belajar karena peneliti dapat

(51)

dikondisikan, ternyata masih banyak siswa yang cenderung pasif selama pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan yang terjadi, yang dapat mengganggu berlangsungnya proses pembelajaran. Keadaan ini merupakan masalah besar yang harus dipecahkan peneliti. Rencana pembelajaran pada siklus berikutnya tentunya harus lebih dimatangkan lagi agar perilaku belajar yang negatif bergeser menjadi perilaku belajar yang positif, dan siswa lebih aktif lagi pada saat menerima pelajaran sehingga pembelajaran pada tahap selanjutnya lebih baik lagi.

4. Refleksi Hasil Tindakan

Refleksi hasil tindakan pada siklus I merupakan sebuah usaha untuk memperbaiki dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada tahap pre-test. Pada saat pre-test siswa masih kesulitan dalam menemukan unsur instrinsik dalam cerita. Pada siklus I, secara keseluruhan siswa sudah cukup merasa senang mengikuti pembelajaran dengan adanya metode pembelajaran Think Pair Share. Namun, masih ada kendala baru dalam siklus ini, yaitu siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita melalui metode Think Pair Share.

Di bawah ini dipaparkan tabel dan deskripsi dari hasil menyimak cerita pada siklus I, yaitu sebagai berikut:

(52)

Kelas : VIII B Mapel : Bahasa Indonesia

Sem : Genap KKM : 3,08

No Nama Nilai Nilai (Skala 4)

35 Ades Ifadanissa Azzura 76 3,04

36 Anisa Setia Ningsih 68 2,72

37 Desi Putri Safitri 80 3,2

38 Hafidz Sheyela Al Fira 88 3,52

39 Indah Lestari 84 3,36

40 Kholifatusnisa Nur Afifah 72 2,88

41 Khomsyatun Nafi'ah 80 3,2

42 Lutfiana Nur Khamidah 84 3,36

43 Niken Marseli 84 3,36

44 Nur Arifah Utami 84 3,36

45 Puji Tiara Mukti Lestari 84 3,36

46 Runi Atsni Allathifa 84 3,36

47 Silvi Rahmadina Putri 64 2,56

48 Tiara Wulan Anggraeni 68 2,72

49 Wafiq Nur Azizah 64 2,56

50 Yonisca Kusdwiari 80 3,2

51 Afdilah Anggit Al Mufarif 60 2,4

52 Ahmad Zaenudin 80 3,2

53 Anbi Aziz 84 3,36

54 Bima Saputra 52 2,08

55 Dewa Setiawan 60 2,4

56 Eka Rahayu 84 3,36

57 Farhan Doni Nur Yuda 72 2,88

58 Febriansyah 68 2,72

59 Ihfan Dwi Pramudian 80 3,2

60 Jeky Helen Romansyah 72 2,88

61 Manshur Fauzi 84 3,36

62 Muhammad Farkhan Maulana 68 2,72

63 Reza Tri Yulianto 92 3,68

64 Rifki Ardiansyah 80 3,2

65 Rizal Efendi Saputra 64 2,56

66 Sakti Widadi 84 3,36

67 Wahyu Muchammad Ardianto 84 3,36

68 Wiwid Alma Suseno 84 3,36

Jumlah Nilai 2596 103,84

Rata-Rata 76,35294118 3,054117647

Nilai Tertinggi 92 3,68

Nilai Terendah 52 2,08

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, hasil post-test kemampuan menyimak cerita yang berjudul “Kacamata Persahabatan”

(53)

VIII B SMP Negeri 1 Susukan dengan jumlah 34 siswa mencapai nilai rata- rata 76,35 dan yang mencapai tuntas belajar sebanyak 20 siswa atau 58.82%.

Dari deskripsi data tersebut di atas diketahui terjadi peningkatan yang cukup baik dibandingkan dengan hasil pre-test. Pada siklus I nilai terendah adalah Bima Saputra dengan nilai 52.00. Dari hasil pengamatan, siswa dengan nilai terendah tersebut tidak memperhatikan penjelasan guru dan tidak aktif bertanya ketika mengalami kesulitan.

Nilai tertinggi adalah Reza Tri Yulianto dengan nilai 92.00, nilai tertinggi dicapai karena siswa ini memperhatikan penjelasan guru meskipun belum aktif bertanya ketika pelajaran berlangsung. Adapun siswa yang mengalami penurunan pada saat siklus I adalah Silvi Rahmadina Putri pada saat pre-test mendapat nilai 68.00 sedangkan pada saat siklus I mendapat nilai 64.00, kemudian Dewa Setiawan pada saat pre-test mendapat nilai 64.00 sedangkan pada saat siklus I mendapat nilai 60.00, dan Rizal Efendi Saputra pada saat pre-test mendapat nilai 68.00 sedangkan pada saat siklus I mendapat nilai 64.00. Penurunan tersebut terjadi karena siswa masih merasa asing dan belum memahami metode Think Pair Share. Keterangan nilai lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran.

Pada saat masuk siklus I, guru menerapkan teknik menyimak cerita dengan menggunakan metode Think Pair Share dalam proses pembelajaran.

Siswa memberikan perhatian lebih terhadap materi yang disampaikan, tetapi

(54)

menggunakan Think Pair Share, sehingga banyak siswa yang nilainya meningkat akan tetapi belum mencapai KKM. Setelah guru menjelaskan mengenai menyimak cerita dengan metode Think Pair Share, sebagian besar siswa mulai tertarik dan paham. Dengan menggunakan metode Think Pair Share siswa mulai merasa lebih mudah dalam menemukan unsur-unsur dalam cerita.

Kemampuan guru dalam hal penyampaian materi juga menjadi faktor penting dalam proses pembelajaran. Pada siklus I guru dalam menyampaikan materi kurang menarik, masih terlalu cepat dan belum secara rinci sehingga siswa tidak maksimal menerima materi pelajaran, bahkan masih ada beberapa siswa yang tampak kurang antusias memperhatikan penjelasan guru.

Berdasarkan hasil analisis dan refleki siklus I, langkah selanjutnya pada siklus II guru lebih memotivasi siswa, guru lebih banyak berdialog dengan siswa, dan memberitahukan kekurangan dan kelebihan pada siklus I. Dengan demikian, diharapkan pada siklus II hasil pembelajaran akan lebih baik lagi dibandingkan dengan siklus I.

(55)

Tindakan pada siklus II merupakan tindak lanjut dan usaha dari peneliti untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II kegiatan juga dilakukan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 × 40 menit.

Siklus II dilaksanakan tanggal 13 April 2015.

1. Perencanaan Tindakan

Secara umum perencanaan siklus II ini dilakukan sama dengan siklus I yaitu:

a. peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

b. mempersiapkan lembar observasi yang berupa observasi guru dan observasi siswa,

c. peneliti menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan mengenai menyimak cerita dengan menggunakan metode Think Pair Share.

Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dalam siklus II yaitu Pendahuluan, Kegiatan Inti, serta Penutup, dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Prinsip dasar awal kegiatan pada siklus II ini sama dengan kegiatan pada siklus I yaitu, pada awal pembelajaran guru menyampaikan salam pembuka dan mendata daftar hadir siswa,

(56)

mengenai materi yang sudah dibahas pada pertemuan sebelumnya atau siklus I. Selanjutnya, guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai agar siswa mengetahui materi yang akan dikuasai setelah pembelajaran selesai. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan materi menyimak cerita dan metode Think Pair Share. Untuk mengetahui pemahaman siswa, guru memberikan latihan yaitu tentang menyimak cerita dengan metode pembelajaran Think Pair Share. Pada saat menyimak, siswa berpikir (think) tentang unsur instrinsik yang ada dalam cerita, setelah selesai siswa berpasangan (pair) dengan teman sebangkunya untuk mendiskusikan hasil berpikir pada saat menyimak cerita. Setelah berdiskusi, siswa berbagi (share) dengan teman sekelasnya mengenai hal yang telah mereka dapat dari hasil diskusi dengan teman sebangkunya. Guru kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk menyimak cerita rakyat Banjarnegara berjudul “Warung Sayur Di Dekat Rumahku”, masing-masing siswa mencari unsur instrinsik yang ada dalam cerita. Hasil nilai menyimak cerita siswa digunakan peneliti sebagai hasil post-test siklus II. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

(57)

Pada tahap penutup, peneliti melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan menyampaikan salam penutup.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, sama pada saat pengamatan pada siklus I. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa melalui perilaku siswa dalam menerima pembelajaran yang disampaikan yaitu mengenai menyimak cerita dengan metode Think Pair Share, selain itu pengamatan ini juga bertujuan untuk mengetahui perilaku guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

a. Pengamatan Kegiatan Guru

Berdasarkan data observasi tindakan guru secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran pada siklus I sudah terpecahkan pada siklus II.

Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada lampiran.

Proses pembelajaran dengan metode Think Pair Share pada siklus II, penguasaan guru sudah lebih baik jika dibandingkan pada siklus I. Guru sudah menguasai metode Think Pair Share dengan baik sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan lancar.

Gambar

Foto 1 dan 2.  Keadaan awal

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita rakyat dalam pelajaran bahasa Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembe- lajaran kooperatif tipe TPS untuk mening- katkan kemampuan mengapresiasi cerita pen- dek

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan keterampilan menyimak cerita rakyat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

a) Hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan bahwa menerima Hipotesis Tindakan yang dikemukakan pada Bab II di atas. b) Alasan Penerimaan Hipotesis tersebut

Dalam proses pembelajaran Biologi, salah satu faktor penting adalah bagaimana usaha guru Biologi semaksimal mungkin untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan