ABSTRAK
Irwansyah. (2015). Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Mulyasa (2010:11). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu, Klaten tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif diskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 54,71 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 62,46 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 76,96 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (80) sebesar 32,14% (9) orang, pada akhir siklus I meningkat menjadi 57,14% (16) orang dan pada akhir II meningkat menjadi 85,76% (24) orang.
ABSTRACT
Irwansyah. (2015). Raising interest and ability to listen children stories Using Cooperative Learning Model Jigsaw Type II in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Education Courses Elementary School Teacher,Majoring in Science Education, Teacher and Science Education Faculty of Sanata Dharma University
The Purpose of this research is aimed (1) could the mehode of cooperative learning of Jigsaw tipe II raise the interest to listen to children stories in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School semester of 2014/2015 period? (2) could the methode of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen children stories in grade III Tlogowatu 3 Elementary School semeser of 2014/2015 period?
This research employed Classroom Action Research (CAR). The subjects was students of grade III, Tlogowatu 3 Elementary School 2014/2015 learning year, with 28 students. The object of this study is increasing student interest and ability to listen children stories. Analysis of the data used in this study is a quantitative and qualitative descriptive.
i
PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK
CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA
KELAS III SD NEGERI TLOGOWATU
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Irwansyah NIM: 111134101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mendapat hikmah itu
Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak.
Dan tiadalah yang menerima peringatan
melainkan orang-orang yang berakal”.
(Q.S. Al-Baqarah: 269)
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Kupersembahkan karya ini untuk:
Ibuku tersayang Ngatini yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam
segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak
mungkin bisa ku balas dengan apapun.
Bapakku tersayang Gunawan, S.E yang telah mendukungku, menasehati,
memberiku semangat, dan motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih
sayang yang teramat besar.
Saudaraku Prima Simpati Ajiterima kasih tiada tara
atas segala dukungan yang telah diberikan selama ini dan
semoga Adikku tercinta dapat menggapai keberhasilan juga di kemudian hari.
v
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 29 Juli 2015 Penulis
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Irwansyah
NIM : 111134101
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TLOGOWATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 29 Juli 2015
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Irwansyah. (2015). Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Mulyasa (2010:11). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu, Klaten tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif diskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 54,71 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 62,46 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 76,96 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (80) sebesar 32,14% (9) orang, pada akhir siklus I meningkat menjadi 57,14% (16) orang dan pada akhir II meningkat menjadi 85,76% (24) orang.
ix
ABSTRACT
Irwansyah. (2015). Raising interest and ability to listen children stories Using Cooperative Learning Model Jigsaw Type II in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Education Courses Elementary School Teacher,Majoring in Science Education, Teacher and Science Education Faculty of Sanata Dharma University The Purpose of this research is aimed (1) could the mehode of cooperative learning of Jigsaw tipe II raise the interest to listen to children stories in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School semester of 2014/2015 period? (2) could the methode of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen children stories in grade III Tlogowatu 3 Elementary School semeser of 2014/2015 period?
This research employed Classroom Action Research (CAR). The subjects was students of grade III, Tlogowatu 3 Elementary School 2014/2015 learning year, with 28 students. The object of this study is increasing student interest and ability to listen children stories. Analysis of the data used in this study is a quantitative and qualitative descriptive.
The results showed that: (1) The application of cooperative methode of Jigsaw II can encourage the interest to listening the children stories on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. It can be seen from the initial conditions an average score of 54.71 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 62.46 (enough), and at the end of the second cycle increased to 76.96 (high). (2) The application of cooperative methode of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School semester 2014/2015 period. It can be seen in the initial conditions the number of students who reach KKM (80) amounted to 32.14% (9) students, at the end of the first cycle increased to 57.14% (16) students and at the end of the second increased to 85.76% (24) students.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
dengan judul skripsi.
“PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TLOGOWATU
TAHUN PELAJARAN 2014/2015”
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua
Program Studi PGSD.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selaku Wakaprodi PGSD.
4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang
xi
5. Apri Damai Sagita K, S.S., M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kartini Sunarwati,S.Pd.,SD, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 3
Tlogowatu yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.
7. Sujiharno., A.MA.Pd, selaku guru kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu
yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.
8. Para guru SD Negeri 3 Tlogowatu yang telah meluangkan waktu dan
membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.
9. Siswa/siswi SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015 yang telah
memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian
berlangsung.
10. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh
kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh
kuliah.
11. Sahabat (Adinta, Linggaristi, Mitha, Flo, Rita, Anggun, Arifka, Arif)
yang telah berproses dan menjadi keluarga keduaku selama menjalani
studi di USD.
12. Sahabat-sahabat Kos Ijo (Reza, Adjik, Cristian, Teguh, Makmur,
Bondan, Triman, Alvin, Sugeng, Tian, Bintang, Irawan)
13. Sahabat-sahabat (Andri, Yerico, Ari, Thomas, Yoyok, Hadi, Yoha,
xii
14. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B, berjuang dalam
suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.
15. Keluargaku tercinta, Bapak Gunawan., S.E, Ibu Ngatini, dan Adikku
Prima Simpati Aji, yang telah menyayangi dan mendukungku tanpa
lelah.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk
semuanya.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, peneliti berharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini.Semoga karya ini
bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Yogyakarta, 29 Juli 2015
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
1. Minat ... 9
2. Menyimak ... 12
3. Pembelajaran Kooperatif ... 17
4. Cerita Anak ... 24
B.Penelitian Yang Relevan ... 28
xiv
Halaman
D. Kerangka Berpikir ... 31
E. HipotesisTindakan ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Setting Penelitian ... 36
C. Rencana Tindakan ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 49
E. Instrumen Penelitian ... 50
F. Validitas ... 56
G. Reliabilitas ... 60
H. Teknik Analisis Data ... 61
1. Analisis Data Minat Menyimak ... 61
2. Analisis Kemampuan Menyimak Siswa ... 63
I. Kriteria Keberhasilan ... 64
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 66
A. Hasil Penelitian ... 66
1. Kondisi Awal ... 67
2. Siklus I ... 70
3. Siklus II ... 81
B. Pembahasan ... 92
1. Minat Belajar ... 92
2. Kemampuan Menyimak ... 95
BAB V Kesimpulan dan Saran ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Keterbatasan Penelitian ... 102
C. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw I dan II...21
Tabel 3.1 Peubah, Indikator, Data, Teknik Pengumpulan Data ... 52
Tabel 3.2 Rubrik Observasi Minat Belajar Siswa ... 53
Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Kelas ... 55
Tabel 3.4 Kisi-kisi Panduan Wawancara Siswa ... 55
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Minat Menyimak ... 56
Tabel 3.6 Penskoran Lembar Angket ... 56
Tabel 3.7 Penilaian Skor Minat Siswa Menggunakan PAP II ... 57
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 60
Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas ... 62
Tabel 3.10 Kriteria Rata-rata Skor Menyimak ... 65
Tabel 3.11 Kriteria Keberhasilan Minat dan Kemampuan Menyimak ... 65
Tabel 4.1 Data Kuesioner Kondisi Awal ... 69
Tabel 4.2 Kemampuan Menyimak Kondisi Awal... 70
Tabel 4.3 Minat Belajar Siswa Siklus I ... 77
Tabel 4.4 Kemampuan Menyimak Siklus I... 78
Tabel 4.5 Perbandingan Siklus I, Kondisi Awal dan Hasil Siklus I ... 81
Tabel 4.6 Minat Belajar Siklus II ... 87
Tabel 4.7 Kemampuan Menyimak Siklus II ... 88
Tabel 4.8 Perbandingan Siklus I, Kondisi Awal dan Hasil Siklus II ... 91
Tabel 4.9 Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 94
Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Menyimak Siswa ... 96
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 30
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 33
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Menurut Mulyasa ... 35
Gambar 3.2 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus I Pertemuan I...39
Gambar 3.3 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus I Pertemuan I...40
Gambar 3.4 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus I Pertemuan II...41
Gambar 3.5 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus I Pertemuan II...42
Gambar 3.6 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus II Pertemuan I...45
Gambar 3.7 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus II Pertemuan I...46
Gambar 3.8 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus II Pertemuan II...47
Gambar 3.9 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus II Pertemuan II...47
Gambar 4.1 Peningkatan Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 95
Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak ... 97
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 107
LAMPIRAN 2 Validasi Instrumen Observasi dan Kuesioner ... 110
LAMPIRAN 3 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 115
LAMPIRAN 4 Data Kuesioner dan Observasi Kondisi Awal ... 129
LAMPIRAN 5 Presentase Nilai Menyimak Kondisi Awal ... 142
LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 144
LAMPIRAN 7 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 173
LAMPIRAN 8 Soal Evaluasi ... 199
LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus I dan II ... 204
LAMPIRAN 10 Hasil Evaluasi Siklus I dan II ... 212
LAMPIRAN 11 Hasil Observasi Minat Menyimak Siswa ... 216
LAMPIRAN 12 Validitas dan Reliabilias Soal Evaluasi ... 223
LAMPIRAN 13 Foto-foto Kegiatan ... 244
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Pentingnya bahasa tersebut dapat dilihat pada setiap aktivitas
manusia yang selalu menggunakan bahasa sebagai wahana pokok untuk saling
berinteraksi. Selain itu, bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam pembelajaran bidang studi lainnya (Matematika,
Sains, IPS, PKn) (KTSP, 2006:13). Bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia
adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia (Rahayu,
2007:14)
Dunia pendidikan di Indonesia mewajibkan setiap siswa mendapatkan mata
pelajaran bahasa Indonesia. Peranan bahasa sangat penting, artinya sebagai alat
komunikasi dalam kehidupan manusia. Proses komunikasi mempunyai empat
keterampilan yang berbeda, namun saling berhubungan yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek itu perlu mendapat perhatian
Keterampilan bahasa yang akan dibahas peneliti yaitu keterampilan
menyimak. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan (Tarigan, 2008:31). Menyimak merupakan kemampuan suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan,
2008:31). Para ahli menemukan bahwa aktivitas keterampilan menyimak lebih
sering dilakukan dalam berkomunikasi dibandingkan aktivitas keterampilan
yang lain.
Keterampilan menyimak mempunyai peran yang penting, namun pada
pelaksanaannya masih kurang mendapat perhatian oleh guru sekolah. Peneliti
melakukan wawancara terhadap guru kelas Bahasa Indonesia SD Negeri 3
Tlogowatu pada Senin, 3 Mei 2015 pukul 09:05 WIB. Berdasarkan wawancara
dengan guru kelas 3, memperoleh hasil bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam aspek menyimak, dalam proses pembelajaran sebagian siswa kurang
mendengarkan guru bercerita, sebagian siswa malah bercerita dengan teman
satu mejanya, dan hanya sedikit siswa yang memperhatikan guru bercerita.
Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat dilihat dari
terhadap obyek tertentu yang dirasa menarik bagi siswa, oleh karena itu jika
minat terhadap menyimak tinggi, maka diharapkan hasil belajar dalam aspek
menyimak akan lebih baik.
Peneliti melakukan pengamatan di kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu
sebanyak 2 kali yaitu pada hari Senin, 4 Mei 2015 dan Selasa, 5 Mei 2015
untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengamatan pada hari
Senin dilakukan pukul 07:35 dengan materi menuliskan puisi. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan penjelasan kemudian
bertanya jawab tentang materi pelajaran, tetapi hanya beberapa siswa yang
aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setelah siswa disuruh
untuk bertanya tentang materi yang sudah diajarkan, siswa tidak ada yang
bertanya, tetapi setelah siswa disuruh menjelaskan kembali materi yang sudah
diajarkan sebagian besar siswa tidak mampu untuk menjelaskannya.
Pengamatan kedua dilakukan pada hari Selasa, 5 Mei 2015 dan dilakukan
pada jam 09:30 WIB dengan materi memahami cerita drama yang dilisankan.
Hasil dari pengamatan tersebut menunjukkan hanya beberapa siswa saja yang
aktif menjawab pertanyaan dari guru. Guru harus menunjuk siswa untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap guru kelas saat pelajaran bahasa Indonesia, peneliti menyimpulkan
bahwa dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menyimak di kelas III
SD Negeri 3 Tlogowatu masih menggunakan metode ceramah dan murid
pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran
menyimak.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang minat dan kemampuan menyimak cerita anak
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II karena tipe ini
dianggap dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak. Lie (dalam
rusmawan 2010:218) mengatakan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II menunjukan siswa memperoleh prestasi yang lebih
baik, selain itu siswa juga memiliki sikap yang lebih baik saat mengikuti
pembelajaran. Jigsaw I dan Jigsaw II hampir sama, namun yang membedakan
adalah pada Jigsaw II, siswa memperoleh kesempatan belajar secara
keseluruhan konsep sebelum belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran menyelutuh dari konsep yang akan
dibicarakan.
Penelitian ini hanya dibatasi pada siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu
semester gasal tahun ajaran 2014/2015 pada mata pelajaran bahasa Indonesia
dengan standar kompetensi memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita
anak yang dilisankan. Kompetensi dasarnya adalah melakukan sesuatu
berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan dan mengomentari
tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan. Penelitian ini hanya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan dibahas
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3
Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri
3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri
3 Tlogowatu kelas tahun ajaran 2014/2015 melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
2. Meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD
Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015 melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut ini.
1. Bagi Siswa
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam
menyimak cerita anak.
2. Bagi sekolah
a. Dapat menambah dokumen hasil penelitian untuk selanjutnya
dapat menjadi bahan di perpustakaan.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
yang positif dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Bagi Guru
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
digunakan sebagai salah satu model mengajar yang dapat digunakan
pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan
menyimak cerita anak supaya dapat meningkatkan minat dan
kemampuan menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
dalam menyimak cerita anak.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang
peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan
E. Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang dijelaskan sebagai
berikut.
1. Minat
Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau
aktivitas berdasarkan kemauan sendiri tanpa ada paksaan maupun
dorongan.
2. Menyimak
Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh
informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan
sang pembicara melalui alat dan bahasa.
3. Cerita anak
Cerita anak adalah cerita yang ditunjukkan untuk anak dan bukan
cerita tentang anak.
4. Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran melalui
kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
5. Jigsaw II
Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif. Tipe ini, siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok, dan setiap anggota kelompok
mendapat tugas berlainan. Siswa dalam kelompok yang mendapat
kelompok ahli untuk berdiskusi tentang materi yang mereka dapatkan
9 BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab II ini peneliti akan membahas tentang kajian pustaka atau
teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang mendukung, kerangka berpikir, dan
hipotesis tindakan.
A. Kajian Pustaka 1. Minat
a. Pengertian Minat
Minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas (Djamarah,
2011:166). Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Slamento
(2010:57) yang mengemukakan bahwa minat merupakan suatu rasa
lebih suka dan rasa tertarik pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang di luar diri. Semakin
dekat hubungan tesebut, maka semakin kuat pula minat yang muncul.
Minat mampu mempengaruhi siswa baik itu dalam aspek kognitif,
afektif ataupun psikomotoriknya. Dalam belajar perlu adanya suatu
pemusatan perhatian supaya apa yang dipelajari dapat dipahami.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah kekuatan pendorong untuk memperhatikan pada suatu
hal atau aktivitas yang akan memunculkan rasa lebih suka atau
b. Ciri-ciri Minat
Seseorang mempunyai ciri-ciri minat adalah cenderung tertarik
dan senang pada materi atau topik yang telah dipelajarinya (Winkel,
2004:212). Minat yang dimiliki siswa akan berpengaruh besar
terhadap kemauan siswa untuk belajar, maka akan berpengaruh pula
pada kemampuan belajar siswa. Pendapat yang serupa dikemukakan
juga oleh Slamento (2010:57) yang berpendapat bahwa siswa yang
berminat mempunyai kecenderung yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang berupa kegiatan.
Iskandar (2012:14-15) menyebutkan ada empat indikator minat.
1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: siswa mengikuti
pembelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh jika
mendapatkan tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum
pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum
pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang untuk belajar.
2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: siswa aktif
bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa
menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun
di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman
lain ketika belajar.
3) Ketertarikan siswa pada materi yang meliputi: siswa giat membaca
buku pelajaran, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum
diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, siswa serius
4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: siswa
menanyakan kesulitan yang dialami guru, siswa antusias dengan
metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan
saat guru menjelaskan pelajaran di dalam kelas, siswa
memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
disampaikan guru.
Djamarah (2008:166) mengungkapkan bahwa minat dapat
diekspresikan anak didik melalui kegiatan sebagai berikut.
1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,
2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan, dan
3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang
diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peneliti
akan menggunakan indikator dalam penelitian sebagai berikut.
1) Perasaan senang mengikuti pembelajaran.
2) Perhatian dalam mengikuti pembelajaran.
3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
c. Cara Mengukur Minat
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi,
angket dan wawancara yang dilakukan kepada guru kelas III SD
Negeri 3 Tlogowatu. Minat tersebut akan penulis teliti dengan non tes
seperti yang tertulis di atas. Observasi merupakan metode atau cara
menganalisis dan melakukan pencatatan yang sistematis terhadap
mengamatinya (Purwanto, 2009:149). Pencatatan dilakukan
menggunakan daftar cek (cheklist) sebagai pedoman. Angket adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah bentuk
campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran
(Arifin, 2013:158). Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas peneliti
akan menggunakan observasi, angket dan wawancara sebagai alat
pengukur minat.
2. Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak lebih mengarah pada komunikasi lisan
yang pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi dari yang
mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu bahasa dengan jalan
mendengarkan atau menyimak, meniru atau mempraktekannya
(Herry, 2012:29). Menyimak merupakan tahap pertama yang dalam
berbahasa yang harus dihubungkan dengan makna. Tarigan (2008:31)
berpendapat bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh
informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
bahwa menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan untuk
memperoleh informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah
disampaikan sang pembicara melalui alat dan bahasa.
b. Jenis-jenis Menyimak
Herry (2012:43) mengatakan ada dua belas jenis menyimak yaitu
menyimak ekstensif, menyimak intensif, menyimak sosial/
konversional, menyimak sekunder, menyimak ekstetik/apresiatif
kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak
interogatif, menyimak eksploratif, menyimak pasif, menyimak
selektif.
1) Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal yang umum. Dalam menyimak ekstensif,
guru tidak secara langsung memberikan bimbingan kepada siswa,
tetapi siswa diberi kebebasan untuk mencerna dan memahami hal
yang disimak.
2) Menyimak intensif
Menyimak intensif merupakan kegiatan meyimak yang lebih
diarahkan pada menyimak bahasa alamiah secara lebih bebas dan
lebih umum serta tidak perlu adanya bimbingan langsung dari
guru. Menyimak intensif dibagi dalam dua pembagian penting
yaitu menyimak intensif yang diarahkan pada butir-butir bahasa
sebagai bagian dari program pengajaran dan menyimak intensif
3) Menyimak sosial
Menyimak sosial merupakan kegiatan menyimak yang meliputi
dua hal, yaitu menyimak secara sopan dan menyimak penuh
perhatian. Hal ini biasanya dilakukan dalam situasi-situasi sosial,
misalnya ketika orang berbicara informal mengenai topik tertentu
yang menarik perhatian orang banyak.
4) Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah jenis menyimak secara kebetulan saja.
5) Menyimak ekstetik
Menyimak ekstetik merupakan fase terakhir dari kegiatan
menyimak secara kebetulan dan termasuk dalam kegiatan
ekstensif. Menyimak ekstentif bisa disebut juga menyimak
apresiatif.
6) Menyimak kritis
Menyimak kritis merupakan jenis kegiatan menyimak yang di
dalamnya sudah terlihat kurangnya keaslian serta ketidaktelitian
yang akan diamati.
7) Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan sejenis telaah untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas,
tempat kualitas, waktu, urutan, dan sebab akibat.
8) Menyimak kreatif
Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang
terhadap kesenangan-kesenangan akan bunyi, penglihatan,
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atas
apa yang didengarkan seseorang.
9) Menyimak penyelidikan
Meyimak penyelidikan adalah jenis menyimak intensif dengan
maksud dan tujuan yang agak lebih sempit.
10)Menyimak interogatif
Menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang menuntut
lebih banyak konsentrasi dan seleksi.
11)Menyimak pasif
Menyimak pasif merupakan jenis menyimak dalam penyerapan
suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai
upaya-upaya kita pada saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal
luar kepala, dan berlatih serta menguasai suatu bahasa.
12)Menyimak selektif
Menyimak selektif merupakan jenis kegiatan menyimak yang
mempunyai keuntungan pada struktur tata bahasa, struktur yang
diserap oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan
c. Tujuan Menyimak
Tarigan (2008:60) mengemukakan tujuan menyimak sebagai
berikut.
1) Menyimak dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan dari
bahan ujaran pembicara dengan kata lain menyimak bertujuan
untuk belajar.
2) Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu
dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau
dipagelarkan (terutama dalam bidang seni) dengan kata lain
menyimak bertujuan untuk menikmati keindahan audial.
3) Menyimak dengan maksud agar mampu menilai sesuatu yang
disimak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan
lain-lain) dengan kata lain menyimak bertujuan untuk
mengevaluasi.
4) Menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang
disimak (misalnya pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan
lagu, dialog, perdebatan) dengan kata lain menyimak bertujuan
untuk mengapresiasi materi simakan.
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri yaitu
menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak
bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti
(distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya
ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing
yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis,
sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak
masukan berharga.
8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan kata lain, dia
menyimak secara persuasif.
Berdasarkan tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menyimak cerita rakyat dalam penelitian ini mempunyai
tujuan supaya siswa dapat meningkatkan kemampuan menyimak.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin
oleh guru ataupun diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009:54). Tujuan
dari pembelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial. Model pembalajaran kooperatif
mempunyai manfaat-manfaat yang positif jika dilaksanakan di dalam
percaya diri, memancing rasa ingin tahu siswa, belajar menghargai
perbedaan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya.
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah
ketergantungan positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan
bersosialisasi, tatap muka dan evaluasi kelompok Nurulhayanti dalam
(Rusman, 2011:4). Pendapat di atas didukung oleh teori dari Roger
dan David Johnson (dalam Suprijono 2009:58) yang berpendapat
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur yaitu positive
interdependence (saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggungjawab perseorangan), face to face promotive interaction (interaksi promotif), interpersonal skill ( komunikasi antar
anggota), dan group processing (pemrosesan kelompok).
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah positive independence
(saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung
jawab perseorangan atau individual), face to face promotive (interaksi
promotif), interpersonal skill (komunikasi antar anggota) dan evaluasi
antar anggota.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan untuk meningkatkan
prestasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto,
2009:58). Tujuan pembelajaran kooperatif juga disampaikan oleh
Majid (2013:175). Tujuan pertama adalah meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas akademik, hal ini terjadi karena dalam pembelajaran
kooperatif terdapat bantuan dari teman lain dalam satu kelompok
sehingga apabila ada kesulitan akan saling membantu. Tujuan
selanjutnya adalah untuk melatih siswa untuk belajar menerima dan
menghargai perbedaan latar belakang dari teman-temannya dalam
kelompok. Tujuan terakhir adalah adanya kesempatan bagi siswa
untuk melatih keterampilan sosial selama berproses dalam kelompok,
misalnya ketika mau bertanya, menjawab pertanyaan teman,
menyampaikan ide dalam kelompok dan sebagainya.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan prestasi
akademik, melatih pola interaksi siswa dan menerima perbedaan latar
belakang.
d. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II
Pembelajaran Jigsaw adalah pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Model
pembelajaran Jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu Jigsaw
tipe I dan Jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010: 75) model
pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin.
adalah pada Jigsaw II diawali dengan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan, sehingga siswa
sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari. Kegiatan
ini bisa guru lakukan dengan cara memberikan penjelasan garis besar
materi yang akan dipelajari, kemudian baru dilakukan dengan
mempelajari sub bab materi yang akan didalami pada kelompok ahli.
Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih
mudah dalam memahami dan menyatukan potongan bab materi yang
akan mereka dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal. Jigsaw I
siswa akan mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan teman
kelompk asal. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa saja siswa
tersebut belum memahami materi dengan baik.
Selain itu Jigsaw II terdapat kompetisi untuk memperoleh
pengakuan kelompok. Slavin (2008:237) mengatakan bahwa dalam
Jigsaw II siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri
dari 4 atau 5 anggota. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah
untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu
teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto,
2007:42). Menurut Huda (2012:118) dalam Jigsaw II, kelompok
berkompetisi untuk memperoleh penghargaan individu kelompok.
individu dalam anggota. Tujuan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw
II ini adalah untuk membentuk suatu pola kerja tim, keterampilan
belajar kooperatif dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin siswa mempelajarinya sendiri. Berikut tabel perbedaan
Jigsaw I dan Jigsaw II.
Tabel 2.1 Perbedaan model kooperatif tipe Jigsaw I dan Jigsaw II
No Perbedaan model Kooperatif
Tipe Jigsaw I Tipe Jigsaw II
Diawali dengan memberikan kesempatan untuk mempelajari konsep secara keseluruhan sebelum mendalami materi ahli.
Diawali dengan pembagia
Peneliti mengambil pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk
meningkatkan minat dan kemampuan menyimak karena Jigsaw II
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Siswa dituntut menjadi penyimak yang baik
karena dapat memperoleh informasi pengetahuan serta ilmu yang
sedang diajarkan. Menyimak mengajarkan siswa untuk menerima dan
menghargai pendapat orang lain sehingga dapat bekerjasama dengan
e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II
Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II yaitu orientasi,
pengelompokan, pembentukan, pembinaan kelompok ahli, diskusi
kelompok ahli dalam grup, tes, serta pengakuan kelompok (Trianto,
2009:75). Orientasi adalah langkah awal dimana guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Guru menjelaskan manfaat
dari penggunaan Jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Peserta
didik selalu diingatkan untuk selalu percaya diri, kritis, kooperatif
dalam pembelajaran. Peserta didik belajar konsep supaya dapat
menemukan gambaran keseluruhan konsep.
Pengelompokan dilakukan dengan bantuan guru untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Setelah
melakukan pengelompokan yang berdasarkan kemampuan siswa
(dilihat dari rangking siswa tiap mata pelajaran), pembentukkan
kelompok. Sebagai contoh satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok dan
setiap kelompok berisi 5-6 siswa dengan anggota kelompok yang
heterogen. Kelompok yang sudah terbentuk ini disebut juga kelompok
asal.
Pembinaan kelompok ahli yang mana kelompok asal tadi akan
dibagi untuk mempelajari sub bab yang akan diberikan supaya bisa
menjadi ahli. Selanjutnya siswa yang mendapat materi yang sama
akan berkumpul dalam satu kelompok yang baru yang mana setiap
kelompok baru ini beranggotakan ahli dari masing-masing kelompok
disebut dengan kelompok ahli. Mereka diharapkan untuk mempelajari
sub bab atau topik yang diberikan untuk selanjutnya kembali ke
kelompok asal.
Semua kelompok memiliki ahli dalam konsep tertentu. Guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menyampaikan apa yang
telah dipelajari dari kelompok ahli. Tes atau penilaian didapat dari
nilai tes tertulis yang diberikan oleh guru yang berisi soal mencakup
seluruh konsep yang telah didiskusikan bersama. Pengakuan
kelompok berdasarkan skor yang diperoleh oleh siswa atau skor
peningkatan individu berdasarkan seberapa jauh siswa tersebut
melampaui skor rata-rata sebelumnya. Setiap siswa memberikan
sumbangan poin maksimum kepada kelompok yang dapat diberikan
pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok yang didasarkan pada
skor kuis yang melampaui skor dasar mereka. Skor individual dalam
tim diberikan dan diperoleh dari skor kemajuan. Poin kemajuan
didapatkan dari skor kuis dibandingkan dengan skor awal. Skor tim
diperoleh dengan cara menjumlah total poin seluruh anggota tim
dengan jumlah anggota tim. Penghargaan diberikan berdasarkan
rata-rata tim. Rata-rata-rata yang memasuki kriteria tertentu akan mendapatkan
penghargaan yang terdiri dari tim baik, tim sangat baik dan tim super.
4. Cerita Anak
a. Pengertian Cerita Anak
Mustakhim (2005:12) menyatakan bahwa cerita merupakan
kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai pelambang
kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita
tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita
itu terjadi. Cerita sudah ada sejak dahulu dan penyampaiannya pun
disampaikan secara lisan, kemudian berkembang terus menjadi bahan
cetakan berupa buku, kaset video, film atau cinema. Demikian pula
bahan cerita ini berkembang terus sesuai dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi. Cerita berada
pada posisi pertama dalam mendidik etika kepada anak.
Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak, dan bukan
cerita tentang anak (Hardjana, 2006:2). Tokoh yang ada dalam cerita
tersebut tidak haruslah seorang anak, tetapi dapat berupa guru, murid,
binatang atau siapa saja. Cerita anak ini dapat ditulis dalam novel,
cerpen dll. Cerita anak berbentuk suatu prosa yang menceritakan suatu
peristiwa yang singkat dan padat, jumlah pengembangan pelaku
terbatas, keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal serta
mencerminkan perasaan pengalaman anak-anak, dan ditunjukan bagi
b. Struktur Cerita Anak
Cerita anak terdiri dari struktur yang membangunnya menjadi
satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah cerita, adapun unsur-unsur
tersebut antara lain.
1) Tema
Tema yaitu pokok pikiran yang mendasari sebuah cerita. Ada juga
yang menyebutnya gagasan, ide dasar, atau pikiran utama yang
melandasi sebuah cerita (Hardjana, 2006:18).
2) Penokohan
Cara melukiskan watak tokoh dapat ditentukan dengan
menyebutkan secara langsung watak atau kebiasaan tokoh, melukis
adat kebiasaan dan suasana kehidupan tokoh dan memberikan
gambaran melalui tokoh lain (Hardjana, 2006:19).
3) Plot/Alur
Plot atau alur adalah unsur struktur yang berwujud dalam jalinan
peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan (koheresi) yang
diwujudkan antara lain oleh sebab akibat atau kausalitas (Hardjana,
2006:21).
4) Latar/setting
Latar/setting adalah waktu tempat terjadinya peristiwa pada sebuah
cerita (Hardjana, 2006:23). Latar dibagi menjadi latar tempat,
5) Amanat
Amanat adalah pesan pengarang kepada pembaca baik tersurat
maupun tersirat (Hardjana, 2006:53). Amanat harus terselip dalam
sebuah cerita supaya pembaca bisa menjadikan bahan pembelajaran
agar selalu berbuat baik.
c. Manfaat Cerita Anak
Menurut Musfiroh (2005:95-115), dipandang dari berbagai aspek,
sebuah cerita mempunyai manfaat sebagai berikut.
1) Membantu pembentukan pribadi dan moral
Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan
perilaku anak. Anak yang sudah terbiasa menyimak cerita, dalam
jiwa mereka akan tumbuh pribadi yang hangat serta memiliki
kecerdasan interpersonal. Sebuah cerita biasanya mengandung
contoh perilaku baik maupun contoh perilaku buruk. Contoh
perilaku baik dimaksudkan agar dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Contoh perilaku buruk dimaksudkan agar dapat
dihindari dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi
Anak membutuhkan penyaluran imajinasi tentang berbagai hal
yang selalu muncul dalam pikiran mereka. Pada saat menyimak
cerita, imajinasi mereka mulai dirangsang. Mereka membayangkan
apa yang terjadi dan tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut.
pengaruh positif terhadap kemampuan mereka menyelesaikan
masalah secara kreatif.
3) Memacu kemampuan verbal
Selama menyimak cerita, anak dapat belajar bagaimana
bunyi-bunyi yang bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata
itu disusun secara logis dan mudah dipahami, bagaimana konteks
dan konteks berfungsi dalam makna. Cerita dapat juga mendorong
anak untuk senang bercerita ataupun berbicara. Mereka dapat
berlatih berdialog, berdiskusi antar teman untuk menuangkan
kembali gagasan yang disimaknya.
4) Merangsang minat baca
Membacakan cerita dapat menjadi contoh yang efektif untuk
menstimulus anak untuk gemar membaca. Seorang anak biasanya
suka meniru-niru perilaku orang dewasa. Dari kegiatan bercerita,
anak secara tidak langsung memperoleh contoh orang yang gemar
dan pintar membaca dari apa yang dilihatnya.
5) Membuka cakrawala pengetahuan
Manfaat cerita sebagai pengembang cakrawala pengetahuan
tampak pada cerita-cerita yang memiliki karakteristik budaya,
seperti mengenal nama-nama tempat cerita, bahasa-bahasa yang
digunakan dalam cerita atau ungkapan-ungkapan yang digunakan
dalam cerita tersebut. Hal itu tentu akan menambah pengetahuan
B. Penelitian yang Relevan
Pertiwi, (2011). Meneliti tentang penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa
kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada
siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami peningkatan
yaitu 86,09% (sangat baik) jadi aktivitas belajar siswa meningkat 15,21%.
Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I memperoleh hasil
rata 75,35 dengan presentase ketuntasan 65% dan silkus II nilai
rata-rata mencapai 85,5 dengan presentase 85%.
Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi
Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada
Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan prestasi belajar
siswa kelas IV SD Kalongan Depok dalam pelajaran IPS menggunakan
model pembelajaran Jigsaw. Desain penelitian menggunakan desain
penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I
dan siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan minat dan prestasi
belajar. Aspek prestasi belajar menunjukan kondisi awal siswa diperoleh
rata-rata 65,37. Setelah dikenai siklus I mengalami peningkatan menjadi
75,95. Hasil perhitungan prestasi belajar pada siklus II mengalami
peningkatan yang cukup baik yakni diperoleh rata-rata 83,05.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Pertiwi (2012) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan
Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”. Jenis penelitian
yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan
dengan dua siklus. Metode penelitian yang digunakan hasil tes menyimak
siswa, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukan bahwa rata-rata skor menyimak siswa pada kondisi awal
sebesar 62,18, pada akhir siklus I meningkat menjadi 73,33. Pada akhir
siklus II skor rata-rata menyimak siswa mengalami peningkatan menjadi
84,50.
Berdasarkan ketiga penelitian di atas, belum ditemukan penelitian
untuk mengetahui minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa
kelas III menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui
peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak melalui model
pembelajaran kooperatif Jigsaw II siswa kelas III di SD Negeri 3
C. Literature Map
Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan
Penelitian Rine Pertiwi, dkk. yang berjudul “Penerapan
model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru”.
Penelitian Fransisca Ajeng Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui
Model Pembelajaran
Kooperatif Metode Jigsaw
Pada Kelas IV SD Kalongan
Depok Tahun Ajaran
2012/2013.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi
(2012) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan
Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”.
Yang Diteliti
Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3
D. Kerangka Berpikir
Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau
aktifitas berdasarkan kemauan sendiri, tanpa ada paksaan maupun
dorongan. Minat dapat dilihat dari aktivitas siswa yang dilakukan siswa.
Siswa yang mempunyai minat terhadap obyek tertentu akan memberikan
perhatian yang lebih.
Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh
informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan
sang pembicara melalui alat dan bahasa. Menyimak tidak bisa datang
dengan alami, melainkan perlu adanya usaha untuk mendapatkannya.
Proses menyimak dituntut untuk mendapatkan informasi, menangkap isi
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
pengirim pesan melalui ujaran atau bahasa lisan.
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
yang berarti siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dari 4 sampai 6 orang,
dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, model
pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong
royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam
pendidikan adalah fasafah. Proses pembelajaran tidak pernah lepas dari
penggunaan model pembelajaran. Berbagai macam model pembelajaran
salah satunya model Jigsaw. Metode Jigsaw tersebut masih digolongkan
dalam berbagai jenis yaitu Jigsaw I dan Jigsaw II. Hal yang membedakan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan,
sehingga siswa sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari.
Kegiatan ini bisa guru lakukan dengan cara memberikan penjelasan garis
besar materi yang akan dipelajari, kemudian baru dilakukan dengan
mempelajari sub bab materi yang akan didalami pada kelompok ahli.
Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih mudah
dalam memahami dan menyatukan potongan bab materi yang akan mereka
dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal.
Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I, siswa akan
mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan teman kelompk asal. Hal
ini sangan mengkhawatirkan karena bisa saja siswa tersebut belum
memahami materi dengan baik. Jigsaw II merupakan model pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa beraktivitas dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Jigsaw
terdiri dari berbagai langkah pembelajaran antara lain orientasi,
pengelompokan, pembentukan kelompok ahli, pembinaan kelompok ahli,
diskusi kelompok ahli tes serta pengakuan kelompok. Model pembelajaran
ini dapat meningkatkan minat dalam belajar karena siswa dapat menyimak
teman yang sedang bercerita. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
II jika diterapkan di SD Negeri 3 Tlogowatu kelas III pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dengan materi mengomentari tokoh-tokoh cerita anak
yang disampaikan secara lisan, maka minat dan kemampuan menyimak
Indonesia dengan materi mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang
disampaikan secara lisan akan meningkat.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori-teori yang mendukung dan kerangka berpikir yang
peneliti tulis di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut.
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan minat menyimak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu
tahun pelajaran 2014/2015.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas III SD Negeri 3
Tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015.
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II
Pelajaran Bahasa Indonesia
Minat
Cerita Anak
34 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab III ini peneliti akan membahas tentang jenis penelitian, setting
penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
validitas, teknik analisis data, dan kriteria keberhasilan.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas diartikan oleh Mulyasa (2010:11) sebagai suatu upaya untuk
mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan
sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan dengan tahap-tahap umum yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2006:16). Pendapat tersebut
didukung oleh Kusumah (2009:2) yang menyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas atau disebut juga PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan,
mengamati dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan
tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi lebih meningkat.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam melaksanakan PTK, guru dapat melakukan penelitian dalam kelas
sendiri dengan upaya untuk mencermati kegiatan belajar peserta didik
dengan memberikan sebuah tindakan dengan tahapan merencanakan,
memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Alur penelitian tindakan kelas dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas menurut Mulyasa (2011)
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu kegiatan merencanakan suatu tindakan yang
akan dilakukan pada pelaksanaan tindakan. Kegiatan perencanaan
mencakup beberapa hal, antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab
adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan yang akan dilakukan
sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas mengacu pada apa yang
direncanakan pada perencanaan. Pelaksanaan tindakan yang paling tepat
yaitu mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Langkah
selanjutnya adalah mengimplementasi tindakan dalam proses
pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah
3. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui
dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan
proses pembelajaran. Pengamatan merupakan suatu pengaruh dari
pelaksanaan tindakan yang terpilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk
data atau dapat dikatakan sebagai kegiatan merekam informasi dampak
dari pelaksanaan tindakan dengan atau tanpa alat bantu. Data yang
dihimpun melalui pengamatan meliputi data kuantitatif dan kualitatif
sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
4. Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi apa yang telah
dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.
Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang
muncul di dalam kelas. Berdasarkan masalah yang muncul pada refleksi
hasil perlakuan tindakan pada siklus pertama, maka akan ditentukan
apakah tindakan yang telah dilakukan sudah mencapai target atau belum.
Melalui refleksi inilah peneliti menentukan keputusan apakah siklus perlu
dilanjutkan atau dihentikan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 3
Tlogowatu yang beralamat di dukuh Sumberejo, desa Tlogowatu,