• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ii siswa kelas III SD Negeri tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ii siswa kelas III SD Negeri tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015."

Copied!
272
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Irwansyah. (2015). Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Mulyasa (2010:11). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu, Klaten tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif diskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 54,71 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 62,46 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 76,96 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (80) sebesar 32,14% (9) orang, pada akhir siklus I meningkat menjadi 57,14% (16) orang dan pada akhir II meningkat menjadi 85,76% (24) orang.

(2)

ABSTRACT

Irwansyah. (2015). Raising interest and ability to listen children stories Using Cooperative Learning Model Jigsaw Type II in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Education Courses Elementary School Teacher,Majoring in Science Education, Teacher and Science Education Faculty of Sanata Dharma University

The Purpose of this research is aimed (1) could the mehode of cooperative learning of Jigsaw tipe II raise the interest to listen to children stories in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School semester of 2014/2015 period? (2) could the methode of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen children stories in grade III Tlogowatu 3 Elementary School semeser of 2014/2015 period?

This research employed Classroom Action Research (CAR). The subjects was students of grade III, Tlogowatu 3 Elementary School 2014/2015 learning year, with 28 students. The object of this study is increasing student interest and ability to listen children stories. Analysis of the data used in this study is a quantitative and qualitative descriptive.

(3)

i

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK

CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA

KELAS III SD NEGERI TLOGOWATU

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Irwansyah NIM: 111134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)

kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak.

Dan tiadalah yang menerima peringatan

melainkan orang-orang yang berakal”.

(Q.S. Al-Baqarah: 269)

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ibuku tersayang Ngatini yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam

segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak

mungkin bisa ku balas dengan apapun.

Bapakku tersayang Gunawan, S.E yang telah mendukungku, menasehati,

memberiku semangat, dan motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih

sayang yang teramat besar.

Saudaraku Prima Simpati Ajiterima kasih tiada tara

atas segala dukungan yang telah diberikan selama ini dan

semoga Adikku tercinta dapat menggapai keberhasilan juga di kemudian hari.

(7)

v

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya

ilmiah.

Yogyakarta, 29 Juli 2015 Penulis

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Irwansyah

NIM : 111134101

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TLOGOWATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media

lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 29 Juli 2015

Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Irwansyah. (2015). Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Mulyasa (2010:11). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu, Klaten tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif diskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu Tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata minat menyimak siswa sebesar 54,71 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 62,46 (cukup), dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 76,96 (tinggi). (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM (80) sebesar 32,14% (9) orang, pada akhir siklus I meningkat menjadi 57,14% (16) orang dan pada akhir II meningkat menjadi 85,76% (24) orang.

(11)

ix

ABSTRACT

Irwansyah. (2015). Raising interest and ability to listen children stories Using Cooperative Learning Model Jigsaw Type II in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Education Courses Elementary School Teacher,Majoring in Science Education, Teacher and Science Education Faculty of Sanata Dharma University The Purpose of this research is aimed (1) could the mehode of cooperative learning of Jigsaw tipe II raise the interest to listen to children stories in Grade III Tlogowatu 3 Elementary School semester of 2014/2015 period? (2) could the methode of cooperative learning model of Jigsaw II can improve the ability to listen children stories in grade III Tlogowatu 3 Elementary School semeser of 2014/2015 period?

This research employed Classroom Action Research (CAR). The subjects was students of grade III, Tlogowatu 3 Elementary School 2014/2015 learning year, with 28 students. The object of this study is increasing student interest and ability to listen children stories. Analysis of the data used in this study is a quantitative and qualitative descriptive.

The results showed that: (1) The application of cooperative methode of Jigsaw II can encourage the interest to listening the children stories on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School study year 2014/2015. It can be seen from the initial conditions an average score of 54.71 interest in listening to students (lower) in the first cycle increased to 62.46 (enough), and at the end of the second cycle increased to 76.96 (high). (2) The application of cooperative methode of Jigsaw II can improve the ability to listen story on the students grade III of Tlogowatu 3 Elementary School semester 2014/2015 period. It can be seen in the initial conditions the number of students who reach KKM (80) amounted to 32.14% (9) students, at the end of the first cycle increased to 57.14% (16) students and at the end of the second increased to 85.76% (24) students.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

dengan judul skripsi.

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TLOGOWATU

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan

baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua

Program Studi PGSD.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selaku Wakaprodi PGSD.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang

(13)

xi

5. Apri Damai Sagita K, S.S., M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang

telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kartini Sunarwati,S.Pd.,SD, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 3

Tlogowatu yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.

7. Sujiharno., A.MA.Pd, selaku guru kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu

yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.

8. Para guru SD Negeri 3 Tlogowatu yang telah meluangkan waktu dan

membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

9. Siswa/siswi SD Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015 yang telah

memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian

berlangsung.

10. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh

kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh

kuliah.

11. Sahabat (Adinta, Linggaristi, Mitha, Flo, Rita, Anggun, Arifka, Arif)

yang telah berproses dan menjadi keluarga keduaku selama menjalani

studi di USD.

12. Sahabat-sahabat Kos Ijo (Reza, Adjik, Cristian, Teguh, Makmur,

Bondan, Triman, Alvin, Sugeng, Tian, Bintang, Irawan)

13. Sahabat-sahabat (Andri, Yerico, Ari, Thomas, Yoyok, Hadi, Yoha,

(14)

xii

14. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B, berjuang dalam

suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.

15. Keluargaku tercinta, Bapak Gunawan., S.E, Ibu Ngatini, dan Adikku

Prima Simpati Aji, yang telah menyayangi dan mendukungku tanpa

lelah.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk

semuanya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna.Oleh

karena itu, peneliti berharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai

pihak untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini.Semoga karya ini

bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, 29 Juli 2015

Penulis

(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Minat ... 9

2. Menyimak ... 12

3. Pembelajaran Kooperatif ... 17

4. Cerita Anak ... 24

B.Penelitian Yang Relevan ... 28

(16)

xiv

Halaman

D. Kerangka Berpikir ... 31

E. HipotesisTindakan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Setting Penelitian ... 36

C. Rencana Tindakan ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 50

F. Validitas ... 56

G. Reliabilitas ... 60

H. Teknik Analisis Data ... 61

1. Analisis Data Minat Menyimak ... 61

2. Analisis Kemampuan Menyimak Siswa ... 63

I. Kriteria Keberhasilan ... 64

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

1. Kondisi Awal ... 67

2. Siklus I ... 70

3. Siklus II ... 81

B. Pembahasan ... 92

1. Minat Belajar ... 92

2. Kemampuan Menyimak ... 95

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 102

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw I dan II...21

Tabel 3.1 Peubah, Indikator, Data, Teknik Pengumpulan Data ... 52

Tabel 3.2 Rubrik Observasi Minat Belajar Siswa ... 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Kelas ... 55

Tabel 3.4 Kisi-kisi Panduan Wawancara Siswa ... 55

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Minat Menyimak ... 56

Tabel 3.6 Penskoran Lembar Angket ... 56

Tabel 3.7 Penilaian Skor Minat Siswa Menggunakan PAP II ... 57

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 60

Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas ... 62

Tabel 3.10 Kriteria Rata-rata Skor Menyimak ... 65

Tabel 3.11 Kriteria Keberhasilan Minat dan Kemampuan Menyimak ... 65

Tabel 4.1 Data Kuesioner Kondisi Awal ... 69

Tabel 4.2 Kemampuan Menyimak Kondisi Awal... 70

Tabel 4.3 Minat Belajar Siswa Siklus I ... 77

Tabel 4.4 Kemampuan Menyimak Siklus I... 78

Tabel 4.5 Perbandingan Siklus I, Kondisi Awal dan Hasil Siklus I ... 81

Tabel 4.6 Minat Belajar Siklus II ... 87

Tabel 4.7 Kemampuan Menyimak Siklus II ... 88

Tabel 4.8 Perbandingan Siklus I, Kondisi Awal dan Hasil Siklus II ... 91

Tabel 4.9 Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 94

Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Menyimak Siswa ... 96

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 30

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 33

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Menurut Mulyasa ... 35

Gambar 3.2 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus I Pertemuan I...39

Gambar 3.3 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus I Pertemuan I...40

Gambar 3.4 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus I Pertemuan II...41

Gambar 3.5 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus I Pertemuan II...42

Gambar 3.6 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus II Pertemuan I...45

Gambar 3.7 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus II Pertemuan I...46

Gambar 3.8 Alur Pembagian Kelompok Ahli Siklus II Pertemuan II...47

Gambar 3.9 Alur Pembagian Kelompok Asal Siklus II Pertemuan II...47

Gambar 4.1 Peningkatan Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 95

Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak ... 97

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 107

LAMPIRAN 2 Validasi Instrumen Observasi dan Kuesioner ... 110

LAMPIRAN 3 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 115

LAMPIRAN 4 Data Kuesioner dan Observasi Kondisi Awal ... 129

LAMPIRAN 5 Presentase Nilai Menyimak Kondisi Awal ... 142

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 144

LAMPIRAN 7 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 173

LAMPIRAN 8 Soal Evaluasi ... 199

LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus I dan II ... 204

LAMPIRAN 10 Hasil Evaluasi Siklus I dan II ... 212

LAMPIRAN 11 Hasil Observasi Minat Menyimak Siswa ... 216

LAMPIRAN 12 Validitas dan Reliabilias Soal Evaluasi ... 223

LAMPIRAN 13 Foto-foto Kegiatan ... 244

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia dalam kehidupan

sehari-hari. Pentingnya bahasa tersebut dapat dilihat pada setiap aktivitas

manusia yang selalu menggunakan bahasa sebagai wahana pokok untuk saling

berinteraksi. Selain itu, bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam pembelajaran bidang studi lainnya (Matematika,

Sains, IPS, PKn) (KTSP, 2006:13). Bahasa Indonesia merupakan bahasa

persatuan bangsa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia

adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia (Rahayu,

2007:14)

Dunia pendidikan di Indonesia mewajibkan setiap siswa mendapatkan mata

pelajaran bahasa Indonesia. Peranan bahasa sangat penting, artinya sebagai alat

komunikasi dalam kehidupan manusia. Proses komunikasi mempunyai empat

keterampilan yang berbeda, namun saling berhubungan yaitu menyimak,

berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek itu perlu mendapat perhatian

(21)

Keterampilan bahasa yang akan dibahas peneliti yaitu keterampilan

menyimak. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan

lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi

untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami

makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau

bahasa lisan (Tarigan, 2008:31). Menyimak merupakan kemampuan suatu

proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh

perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh

informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang

telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan,

2008:31). Para ahli menemukan bahwa aktivitas keterampilan menyimak lebih

sering dilakukan dalam berkomunikasi dibandingkan aktivitas keterampilan

yang lain.

Keterampilan menyimak mempunyai peran yang penting, namun pada

pelaksanaannya masih kurang mendapat perhatian oleh guru sekolah. Peneliti

melakukan wawancara terhadap guru kelas Bahasa Indonesia SD Negeri 3

Tlogowatu pada Senin, 3 Mei 2015 pukul 09:05 WIB. Berdasarkan wawancara

dengan guru kelas 3, memperoleh hasil bahwa siswa mengalami kesulitan

dalam aspek menyimak, dalam proses pembelajaran sebagian siswa kurang

mendengarkan guru bercerita, sebagian siswa malah bercerita dengan teman

satu mejanya, dan hanya sedikit siswa yang memperhatikan guru bercerita.

Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Suatu minat dapat dilihat dari

(22)

terhadap obyek tertentu yang dirasa menarik bagi siswa, oleh karena itu jika

minat terhadap menyimak tinggi, maka diharapkan hasil belajar dalam aspek

menyimak akan lebih baik.

Peneliti melakukan pengamatan di kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu

sebanyak 2 kali yaitu pada hari Senin, 4 Mei 2015 dan Selasa, 5 Mei 2015

untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengamatan pada hari

Senin dilakukan pukul 07:35 dengan materi menuliskan puisi. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan penjelasan kemudian

bertanya jawab tentang materi pelajaran, tetapi hanya beberapa siswa yang

aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setelah siswa disuruh

untuk bertanya tentang materi yang sudah diajarkan, siswa tidak ada yang

bertanya, tetapi setelah siswa disuruh menjelaskan kembali materi yang sudah

diajarkan sebagian besar siswa tidak mampu untuk menjelaskannya.

Pengamatan kedua dilakukan pada hari Selasa, 5 Mei 2015 dan dilakukan

pada jam 09:30 WIB dengan materi memahami cerita drama yang dilisankan.

Hasil dari pengamatan tersebut menunjukkan hanya beberapa siswa saja yang

aktif menjawab pertanyaan dari guru. Guru harus menunjuk siswa untuk

menjawab pertanyaan yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap guru kelas saat pelajaran bahasa Indonesia, peneliti menyimpulkan

bahwa dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menyimak di kelas III

SD Negeri 3 Tlogowatu masih menggunakan metode ceramah dan murid

(23)

pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran

menyimak.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang minat dan kemampuan menyimak cerita anak

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Peneliti

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II karena tipe ini

dianggap dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak. Lie (dalam

rusmawan 2010:218) mengatakan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II menunjukan siswa memperoleh prestasi yang lebih

baik, selain itu siswa juga memiliki sikap yang lebih baik saat mengikuti

pembelajaran. Jigsaw I dan Jigsaw II hampir sama, namun yang membedakan

adalah pada Jigsaw II, siswa memperoleh kesempatan belajar secara

keseluruhan konsep sebelum belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran menyelutuh dari konsep yang akan

dibicarakan.

Penelitian ini hanya dibatasi pada siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu

semester gasal tahun ajaran 2014/2015 pada mata pelajaran bahasa Indonesia

dengan standar kompetensi memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita

anak yang dilisankan. Kompetensi dasarnya adalah melakukan sesuatu

berdasarkan penjelasan yang disampaikan secara lisan dan mengomentari

tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan. Penelitian ini hanya

(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan dibahas

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri 3

Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri

3 Tlogowatu Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan minat menyimak cerita anak siswa kelas III SD Negeri

3 Tlogowatu kelas tahun ajaran 2014/2015 melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

2. Meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas III SD

Negeri 3 Tlogowatu tahun ajaran 2014/2015 melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut ini.

1. Bagi Siswa

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

(25)

dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam

menyimak cerita anak.

2. Bagi sekolah

a. Dapat menambah dokumen hasil penelitian untuk selanjutnya

dapat menjadi bahan di perpustakaan.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

yang positif dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Bagi Guru

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

digunakan sebagai salah satu model mengajar yang dapat digunakan

pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan

menyimak cerita anak supaya dapat meningkatkan minat dan

kemampuan menyimak mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya

dalam menyimak cerita anak.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang

peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan

(26)

E. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang dijelaskan sebagai

berikut.

1. Minat

Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau

aktivitas berdasarkan kemauan sendiri tanpa ada paksaan maupun

dorongan.

2. Menyimak

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh

informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan

sang pembicara melalui alat dan bahasa.

3. Cerita anak

Cerita anak adalah cerita yang ditunjukkan untuk anak dan bukan

cerita tentang anak.

4. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran melalui

kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

5. Jigsaw II

Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif. Tipe ini, siswa

dibagi dalam kelompok-kelompok, dan setiap anggota kelompok

mendapat tugas berlainan. Siswa dalam kelompok yang mendapat

(27)

kelompok ahli untuk berdiskusi tentang materi yang mereka dapatkan

(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini peneliti akan membahas tentang kajian pustaka atau

teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang mendukung, kerangka berpikir, dan

hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka 1. Minat

a. Pengertian Minat

Minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas (Djamarah,

2011:166). Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Slamento

(2010:57) yang mengemukakan bahwa minat merupakan suatu rasa

lebih suka dan rasa tertarik pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada

yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang di luar diri. Semakin

dekat hubungan tesebut, maka semakin kuat pula minat yang muncul.

Minat mampu mempengaruhi siswa baik itu dalam aspek kognitif,

afektif ataupun psikomotoriknya. Dalam belajar perlu adanya suatu

pemusatan perhatian supaya apa yang dipelajari dapat dipahami.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

minat adalah kekuatan pendorong untuk memperhatikan pada suatu

hal atau aktivitas yang akan memunculkan rasa lebih suka atau

(29)

b. Ciri-ciri Minat

Seseorang mempunyai ciri-ciri minat adalah cenderung tertarik

dan senang pada materi atau topik yang telah dipelajarinya (Winkel,

2004:212). Minat yang dimiliki siswa akan berpengaruh besar

terhadap kemauan siswa untuk belajar, maka akan berpengaruh pula

pada kemampuan belajar siswa. Pendapat yang serupa dikemukakan

juga oleh Slamento (2010:57) yang berpendapat bahwa siswa yang

berminat mempunyai kecenderung yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang berupa kegiatan.

Iskandar (2012:14-15) menyebutkan ada empat indikator minat.

1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: siswa mengikuti

pembelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh jika

mendapatkan tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum

pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum

pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang untuk belajar.

2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: siswa aktif

bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa

menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun

di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman

lain ketika belajar.

3) Ketertarikan siswa pada materi yang meliputi: siswa giat membaca

buku pelajaran, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum

diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, siswa serius

(30)

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: siswa

menanyakan kesulitan yang dialami guru, siswa antusias dengan

metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan

saat guru menjelaskan pelajaran di dalam kelas, siswa

memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

disampaikan guru.

Djamarah (2008:166) mengungkapkan bahwa minat dapat

diekspresikan anak didik melalui kegiatan sebagai berikut.

1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,

2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan, dan

3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang

diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peneliti

akan menggunakan indikator dalam penelitian sebagai berikut.

1) Perasaan senang mengikuti pembelajaran.

2) Perhatian dalam mengikuti pembelajaran.

3) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

c. Cara Mengukur Minat

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi,

angket dan wawancara yang dilakukan kepada guru kelas III SD

Negeri 3 Tlogowatu. Minat tersebut akan penulis teliti dengan non tes

seperti yang tertulis di atas. Observasi merupakan metode atau cara

menganalisis dan melakukan pencatatan yang sistematis terhadap

(31)

mengamatinya (Purwanto, 2009:149). Pencatatan dilakukan

menggunakan daftar cek (cheklist) sebagai pedoman. Angket adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.

Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah bentuk

campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran

(Arifin, 2013:158). Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas peneliti

akan menggunakan observasi, angket dan wawancara sebagai alat

pengukur minat.

2. Menyimak

a. Pengertian Menyimak

Keterampilan menyimak lebih mengarah pada komunikasi lisan

yang pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh informasi,

menangkap isi, serta memahami makna komunikasi dari yang

mengkomunikasikan. Orang mempelajari suatu bahasa dengan jalan

mendengarkan atau menyimak, meniru atau mempraktekannya

(Herry, 2012:29). Menyimak merupakan tahap pertama yang dalam

berbahasa yang harus dihubungkan dengan makna. Tarigan (2008:31)

berpendapat bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh

informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi

yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa

(32)

bahwa menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan untuk

memperoleh informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah

disampaikan sang pembicara melalui alat dan bahasa.

b. Jenis-jenis Menyimak

Herry (2012:43) mengatakan ada dua belas jenis menyimak yaitu

menyimak ekstensif, menyimak intensif, menyimak sosial/

konversional, menyimak sekunder, menyimak ekstetik/apresiatif

kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak

interogatif, menyimak eksploratif, menyimak pasif, menyimak

selektif.

1) Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang

berhubungan dengan hal yang umum. Dalam menyimak ekstensif,

guru tidak secara langsung memberikan bimbingan kepada siswa,

tetapi siswa diberi kebebasan untuk mencerna dan memahami hal

yang disimak.

2) Menyimak intensif

Menyimak intensif merupakan kegiatan meyimak yang lebih

diarahkan pada menyimak bahasa alamiah secara lebih bebas dan

lebih umum serta tidak perlu adanya bimbingan langsung dari

guru. Menyimak intensif dibagi dalam dua pembagian penting

yaitu menyimak intensif yang diarahkan pada butir-butir bahasa

sebagai bagian dari program pengajaran dan menyimak intensif

(33)

3) Menyimak sosial

Menyimak sosial merupakan kegiatan menyimak yang meliputi

dua hal, yaitu menyimak secara sopan dan menyimak penuh

perhatian. Hal ini biasanya dilakukan dalam situasi-situasi sosial,

misalnya ketika orang berbicara informal mengenai topik tertentu

yang menarik perhatian orang banyak.

4) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah jenis menyimak secara kebetulan saja.

5) Menyimak ekstetik

Menyimak ekstetik merupakan fase terakhir dari kegiatan

menyimak secara kebetulan dan termasuk dalam kegiatan

ekstensif. Menyimak ekstentif bisa disebut juga menyimak

apresiatif.

6) Menyimak kritis

Menyimak kritis merupakan jenis kegiatan menyimak yang di

dalamnya sudah terlihat kurangnya keaslian serta ketidaktelitian

yang akan diamati.

7) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan sejenis telaah untuk mengikuti

petunjuk-petunjuk, merasakan hubungan-hubungan seperti kelas,

tempat kualitas, waktu, urutan, dan sebab akibat.

8) Menyimak kreatif

Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang

(34)

terhadap kesenangan-kesenangan akan bunyi, penglihatan,

gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atas

apa yang didengarkan seseorang.

9) Menyimak penyelidikan

Meyimak penyelidikan adalah jenis menyimak intensif dengan

maksud dan tujuan yang agak lebih sempit.

10)Menyimak interogatif

Menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang menuntut

lebih banyak konsentrasi dan seleksi.

11)Menyimak pasif

Menyimak pasif merupakan jenis menyimak dalam penyerapan

suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai

upaya-upaya kita pada saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal

luar kepala, dan berlatih serta menguasai suatu bahasa.

12)Menyimak selektif

Menyimak selektif merupakan jenis kegiatan menyimak yang

mempunyai keuntungan pada struktur tata bahasa, struktur yang

diserap oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan

(35)

c. Tujuan Menyimak

Tarigan (2008:60) mengemukakan tujuan menyimak sebagai

berikut.

1) Menyimak dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan dari

bahan ujaran pembicara dengan kata lain menyimak bertujuan

untuk belajar.

2) Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu

dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau

dipagelarkan (terutama dalam bidang seni) dengan kata lain

menyimak bertujuan untuk menikmati keindahan audial.

3) Menyimak dengan maksud agar mampu menilai sesuatu yang

disimak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan

lain-lain) dengan kata lain menyimak bertujuan untuk

mengevaluasi.

4) Menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang

disimak (misalnya pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan

lagu, dialog, perdebatan) dengan kata lain menyimak bertujuan

untuk mengapresiasi materi simakan.

5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri yaitu

menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat

mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun

perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak

(36)

bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti

(distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya

ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing

yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis,

sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak

masukan berharga.

8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan

dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini

diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan kata lain, dia

menyimak secara persuasif.

Berdasarkan tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menyimak cerita rakyat dalam penelitian ini mempunyai

tujuan supaya siswa dapat meningkatkan kemampuan menyimak.

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin

oleh guru ataupun diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009:54). Tujuan

dari pembelajaran kooperatif meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial. Model pembalajaran kooperatif

mempunyai manfaat-manfaat yang positif jika dilaksanakan di dalam

(37)

percaya diri, memancing rasa ingin tahu siswa, belajar menghargai

perbedaan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah

ketergantungan positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan

bersosialisasi, tatap muka dan evaluasi kelompok Nurulhayanti dalam

(Rusman, 2011:4). Pendapat di atas didukung oleh teori dari Roger

dan David Johnson (dalam Suprijono 2009:58) yang berpendapat

bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur yaitu positive

interdependence (saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggungjawab perseorangan), face to face promotive interaction (interaksi promotif), interpersonal skill ( komunikasi antar

anggota), dan group processing (pemrosesan kelompok).

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah positive independence

(saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung

jawab perseorangan atau individual), face to face promotive (interaksi

promotif), interpersonal skill (komunikasi antar anggota) dan evaluasi

antar anggota.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan untuk meningkatkan

prestasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta

(38)

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto,

2009:58). Tujuan pembelajaran kooperatif juga disampaikan oleh

Majid (2013:175). Tujuan pertama adalah meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas akademik, hal ini terjadi karena dalam pembelajaran

kooperatif terdapat bantuan dari teman lain dalam satu kelompok

sehingga apabila ada kesulitan akan saling membantu. Tujuan

selanjutnya adalah untuk melatih siswa untuk belajar menerima dan

menghargai perbedaan latar belakang dari teman-temannya dalam

kelompok. Tujuan terakhir adalah adanya kesempatan bagi siswa

untuk melatih keterampilan sosial selama berproses dalam kelompok,

misalnya ketika mau bertanya, menjawab pertanyaan teman,

menyampaikan ide dalam kelompok dan sebagainya.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan prestasi

akademik, melatih pola interaksi siswa dan menerima perbedaan latar

belakang.

d. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

Pembelajaran Jigsaw adalah pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Model

pembelajaran Jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu Jigsaw

tipe I dan Jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010: 75) model

pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin.

(39)

adalah pada Jigsaw II diawali dengan memberi kesempatan kepada

siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan, sehingga siswa

sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari. Kegiatan

ini bisa guru lakukan dengan cara memberikan penjelasan garis besar

materi yang akan dipelajari, kemudian baru dilakukan dengan

mempelajari sub bab materi yang akan didalami pada kelompok ahli.

Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih

mudah dalam memahami dan menyatukan potongan bab materi yang

akan mereka dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal. Jigsaw I

siswa akan mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan teman

kelompk asal. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa saja siswa

tersebut belum memahami materi dengan baik.

Selain itu Jigsaw II terdapat kompetisi untuk memperoleh

pengakuan kelompok. Slavin (2008:237) mengatakan bahwa dalam

Jigsaw II siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri

dari 4 atau 5 anggota. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah

untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat

terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama

bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu

teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto,

2007:42). Menurut Huda (2012:118) dalam Jigsaw II, kelompok

berkompetisi untuk memperoleh penghargaan individu kelompok.

(40)

individu dalam anggota. Tujuan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw

II ini adalah untuk membentuk suatu pola kerja tim, keterampilan

belajar kooperatif dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang

tidak mungkin siswa mempelajarinya sendiri. Berikut tabel perbedaan

Jigsaw I dan Jigsaw II.

Tabel 2.1 Perbedaan model kooperatif tipe Jigsaw I dan Jigsaw II

No Perbedaan model Kooperatif

Tipe Jigsaw I Tipe Jigsaw II

Diawali dengan memberikan kesempatan untuk mempelajari konsep secara keseluruhan sebelum mendalami materi ahli.

Diawali dengan pembagia

Peneliti mengambil pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II untuk

meningkatkan minat dan kemampuan menyimak karena Jigsaw II

didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga

harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota

kelompoknya yang lain. Siswa dituntut menjadi penyimak yang baik

karena dapat memperoleh informasi pengetahuan serta ilmu yang

sedang diajarkan. Menyimak mengajarkan siswa untuk menerima dan

menghargai pendapat orang lain sehingga dapat bekerjasama dengan

(41)

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

Langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II yaitu orientasi,

pengelompokan, pembentukan, pembinaan kelompok ahli, diskusi

kelompok ahli dalam grup, tes, serta pengakuan kelompok (Trianto,

2009:75). Orientasi adalah langkah awal dimana guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Guru menjelaskan manfaat

dari penggunaan Jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Peserta

didik selalu diingatkan untuk selalu percaya diri, kritis, kooperatif

dalam pembelajaran. Peserta didik belajar konsep supaya dapat

menemukan gambaran keseluruhan konsep.

Pengelompokan dilakukan dengan bantuan guru untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Setelah

melakukan pengelompokan yang berdasarkan kemampuan siswa

(dilihat dari rangking siswa tiap mata pelajaran), pembentukkan

kelompok. Sebagai contoh satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok dan

setiap kelompok berisi 5-6 siswa dengan anggota kelompok yang

heterogen. Kelompok yang sudah terbentuk ini disebut juga kelompok

asal.

Pembinaan kelompok ahli yang mana kelompok asal tadi akan

dibagi untuk mempelajari sub bab yang akan diberikan supaya bisa

menjadi ahli. Selanjutnya siswa yang mendapat materi yang sama

akan berkumpul dalam satu kelompok yang baru yang mana setiap

kelompok baru ini beranggotakan ahli dari masing-masing kelompok

(42)

disebut dengan kelompok ahli. Mereka diharapkan untuk mempelajari

sub bab atau topik yang diberikan untuk selanjutnya kembali ke

kelompok asal.

Semua kelompok memiliki ahli dalam konsep tertentu. Guru

mempersilahkan anggota kelompok untuk menyampaikan apa yang

telah dipelajari dari kelompok ahli. Tes atau penilaian didapat dari

nilai tes tertulis yang diberikan oleh guru yang berisi soal mencakup

seluruh konsep yang telah didiskusikan bersama. Pengakuan

kelompok berdasarkan skor yang diperoleh oleh siswa atau skor

peningkatan individu berdasarkan seberapa jauh siswa tersebut

melampaui skor rata-rata sebelumnya. Setiap siswa memberikan

sumbangan poin maksimum kepada kelompok yang dapat diberikan

pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok yang didasarkan pada

skor kuis yang melampaui skor dasar mereka. Skor individual dalam

tim diberikan dan diperoleh dari skor kemajuan. Poin kemajuan

didapatkan dari skor kuis dibandingkan dengan skor awal. Skor tim

diperoleh dengan cara menjumlah total poin seluruh anggota tim

dengan jumlah anggota tim. Penghargaan diberikan berdasarkan

rata-rata tim. Rata-rata-rata yang memasuki kriteria tertentu akan mendapatkan

penghargaan yang terdiri dari tim baik, tim sangat baik dan tim super.

(43)

4. Cerita Anak

a. Pengertian Cerita Anak

Mustakhim (2005:12) menyatakan bahwa cerita merupakan

kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai pelambang

kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita

tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita

itu terjadi. Cerita sudah ada sejak dahulu dan penyampaiannya pun

disampaikan secara lisan, kemudian berkembang terus menjadi bahan

cetakan berupa buku, kaset video, film atau cinema. Demikian pula

bahan cerita ini berkembang terus sesuai dengan perkembangan

zaman, ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi. Cerita berada

pada posisi pertama dalam mendidik etika kepada anak.

Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak, dan bukan

cerita tentang anak (Hardjana, 2006:2). Tokoh yang ada dalam cerita

tersebut tidak haruslah seorang anak, tetapi dapat berupa guru, murid,

binatang atau siapa saja. Cerita anak ini dapat ditulis dalam novel,

cerpen dll. Cerita anak berbentuk suatu prosa yang menceritakan suatu

peristiwa yang singkat dan padat, jumlah pengembangan pelaku

terbatas, keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal serta

mencerminkan perasaan pengalaman anak-anak, dan ditunjukan bagi

(44)

b. Struktur Cerita Anak

Cerita anak terdiri dari struktur yang membangunnya menjadi

satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah cerita, adapun unsur-unsur

tersebut antara lain.

1) Tema

Tema yaitu pokok pikiran yang mendasari sebuah cerita. Ada juga

yang menyebutnya gagasan, ide dasar, atau pikiran utama yang

melandasi sebuah cerita (Hardjana, 2006:18).

2) Penokohan

Cara melukiskan watak tokoh dapat ditentukan dengan

menyebutkan secara langsung watak atau kebiasaan tokoh, melukis

adat kebiasaan dan suasana kehidupan tokoh dan memberikan

gambaran melalui tokoh lain (Hardjana, 2006:19).

3) Plot/Alur

Plot atau alur adalah unsur struktur yang berwujud dalam jalinan

peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan (koheresi) yang

diwujudkan antara lain oleh sebab akibat atau kausalitas (Hardjana,

2006:21).

4) Latar/setting

Latar/setting adalah waktu tempat terjadinya peristiwa pada sebuah

cerita (Hardjana, 2006:23). Latar dibagi menjadi latar tempat,

(45)

5) Amanat

Amanat adalah pesan pengarang kepada pembaca baik tersurat

maupun tersirat (Hardjana, 2006:53). Amanat harus terselip dalam

sebuah cerita supaya pembaca bisa menjadikan bahan pembelajaran

agar selalu berbuat baik.

c. Manfaat Cerita Anak

Menurut Musfiroh (2005:95-115), dipandang dari berbagai aspek,

sebuah cerita mempunyai manfaat sebagai berikut.

1) Membantu pembentukan pribadi dan moral

Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan

perilaku anak. Anak yang sudah terbiasa menyimak cerita, dalam

jiwa mereka akan tumbuh pribadi yang hangat serta memiliki

kecerdasan interpersonal. Sebuah cerita biasanya mengandung

contoh perilaku baik maupun contoh perilaku buruk. Contoh

perilaku baik dimaksudkan agar dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Contoh perilaku buruk dimaksudkan agar dapat

dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi

Anak membutuhkan penyaluran imajinasi tentang berbagai hal

yang selalu muncul dalam pikiran mereka. Pada saat menyimak

cerita, imajinasi mereka mulai dirangsang. Mereka membayangkan

apa yang terjadi dan tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut.

(46)

pengaruh positif terhadap kemampuan mereka menyelesaikan

masalah secara kreatif.

3) Memacu kemampuan verbal

Selama menyimak cerita, anak dapat belajar bagaimana

bunyi-bunyi yang bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata

itu disusun secara logis dan mudah dipahami, bagaimana konteks

dan konteks berfungsi dalam makna. Cerita dapat juga mendorong

anak untuk senang bercerita ataupun berbicara. Mereka dapat

berlatih berdialog, berdiskusi antar teman untuk menuangkan

kembali gagasan yang disimaknya.

4) Merangsang minat baca

Membacakan cerita dapat menjadi contoh yang efektif untuk

menstimulus anak untuk gemar membaca. Seorang anak biasanya

suka meniru-niru perilaku orang dewasa. Dari kegiatan bercerita,

anak secara tidak langsung memperoleh contoh orang yang gemar

dan pintar membaca dari apa yang dilihatnya.

5) Membuka cakrawala pengetahuan

Manfaat cerita sebagai pengembang cakrawala pengetahuan

tampak pada cerita-cerita yang memiliki karakteristik budaya,

seperti mengenal nama-nama tempat cerita, bahasa-bahasa yang

digunakan dalam cerita atau ungkapan-ungkapan yang digunakan

dalam cerita tersebut. Hal itu tentu akan menambah pengetahuan

(47)

B. Penelitian yang Relevan

Pertiwi, (2011). Meneliti tentang penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa

kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada

siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami peningkatan

yaitu 86,09% (sangat baik) jadi aktivitas belajar siswa meningkat 15,21%.

Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I memperoleh hasil

rata 75,35 dengan presentase ketuntasan 65% dan silkus II nilai

rata-rata mencapai 85,5 dengan presentase 85%.

Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi

Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada

Kelas IV SD Kalongan Depok Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan prestasi belajar

siswa kelas IV SD Kalongan Depok dalam pelajaran IPS menggunakan

model pembelajaran Jigsaw. Desain penelitian menggunakan desain

penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I

dan siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan minat dan prestasi

belajar. Aspek prestasi belajar menunjukan kondisi awal siswa diperoleh

rata-rata 65,37. Setelah dikenai siklus I mengalami peningkatan menjadi

75,95. Hasil perhitungan prestasi belajar pada siklus II mengalami

peningkatan yang cukup baik yakni diperoleh rata-rata 83,05.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Pertiwi (2012) yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan

(48)

Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”. Jenis penelitian

yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan

dengan dua siklus. Metode penelitian yang digunakan hasil tes menyimak

siswa, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh

menunjukan bahwa rata-rata skor menyimak siswa pada kondisi awal

sebesar 62,18, pada akhir siklus I meningkat menjadi 73,33. Pada akhir

siklus II skor rata-rata menyimak siswa mengalami peningkatan menjadi

84,50.

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, belum ditemukan penelitian

untuk mengetahui minat dan kemampuan menyimak cerita rakyat siswa

kelas III menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui

peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak melalui model

pembelajaran kooperatif Jigsaw II siswa kelas III di SD Negeri 3

(49)

C. Literature Map

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan

Penelitian Rine Pertiwi, dkk. yang berjudul “Penerapan

model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru”.

Penelitian Fransisca Ajeng Lestari (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Melalui

Model Pembelajaran

Kooperatif Metode Jigsaw

Pada Kelas IV SD Kalongan

Depok Tahun Ajaran

2012/2013.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Intan Kartika Dewi Pertiwi

(2012) yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan

Menyimak cerita Anak dengan Menggunakan Media Audio visual dalam pembelajaran Menyimak Siswa Kelas V SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”.

Yang Diteliti

Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas III SD Negeri 3

(50)

D. Kerangka Berpikir

Minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik pada suatu hal atau

aktifitas berdasarkan kemauan sendiri, tanpa ada paksaan maupun

dorongan. Minat dapat dilihat dari aktivitas siswa yang dilakukan siswa.

Siswa yang mempunyai minat terhadap obyek tertentu akan memberikan

perhatian yang lebih.

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan untuk memperoleh

informasi secara lisan dengan penuh perhatian yang telah disampaikan

sang pembicara melalui alat dan bahasa. Menyimak tidak bisa datang

dengan alami, melainkan perlu adanya usaha untuk mendapatkannya.

Proses menyimak dituntut untuk mendapatkan informasi, menangkap isi

pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh

pengirim pesan melalui ujaran atau bahasa lisan.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

yang berarti siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dari 4 sampai 6 orang,

dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, model

pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong

royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam

pendidikan adalah fasafah. Proses pembelajaran tidak pernah lepas dari

penggunaan model pembelajaran. Berbagai macam model pembelajaran

salah satunya model Jigsaw. Metode Jigsaw tersebut masih digolongkan

dalam berbagai jenis yaitu Jigsaw I dan Jigsaw II. Hal yang membedakan

(51)

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari konsep secara keseluruhan,

sehingga siswa sudah mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajari.

Kegiatan ini bisa guru lakukan dengan cara memberikan penjelasan garis

besar materi yang akan dipelajari, kemudian baru dilakukan dengan

mempelajari sub bab materi yang akan didalami pada kelompok ahli.

Siswa yang sudah mengetahui garis besar materi maka akan lebih mudah

dalam memahami dan menyatukan potongan bab materi yang akan mereka

dapatkan saat berdiskusi dalam kelompok asal.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I, siswa akan

mendapatkan keseluruhan materi dari penjelasan teman kelompk asal. Hal

ini sangan mengkhawatirkan karena bisa saja siswa tersebut belum

memahami materi dengan baik. Jigsaw II merupakan model pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa beraktivitas dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Jigsaw

terdiri dari berbagai langkah pembelajaran antara lain orientasi,

pengelompokan, pembentukan kelompok ahli, pembinaan kelompok ahli,

diskusi kelompok ahli tes serta pengakuan kelompok. Model pembelajaran

ini dapat meningkatkan minat dalam belajar karena siswa dapat menyimak

teman yang sedang bercerita. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

II jika diterapkan di SD Negeri 3 Tlogowatu kelas III pada mata pelajaran

bahasa Indonesia dengan materi mengomentari tokoh-tokoh cerita anak

yang disampaikan secara lisan, maka minat dan kemampuan menyimak

(52)

Indonesia dengan materi mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang

disampaikan secara lisan akan meningkat.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang mendukung dan kerangka berpikir yang

peneliti tulis di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

meningkatkan minat menyimak siswa kelas III SD Negeri 3 Tlogowatu

tahun pelajaran 2014/2015.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat

meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas III SD Negeri 3

Tlogowatu tahun pelajaran 2014/2015.

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

Pelajaran Bahasa Indonesia

Minat

Cerita Anak

(53)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini peneliti akan membahas tentang jenis penelitian, setting

penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

validitas, teknik analisis data, dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas diartikan oleh Mulyasa (2010:11) sebagai suatu upaya untuk

mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan

sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Penelitian tindakan

kelas dilaksanakan dengan tahap-tahap umum yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2006:16). Pendapat tersebut

didukung oleh Kusumah (2009:2) yang menyatakan bahwa penelitian

tindakan kelas atau disebut juga PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan,

mengamati dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan

tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

menjadi lebih meningkat.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam melaksanakan PTK, guru dapat melakukan penelitian dalam kelas

sendiri dengan upaya untuk mencermati kegiatan belajar peserta didik

dengan memberikan sebuah tindakan dengan tahapan merencanakan,

(54)

memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Alur penelitian tindakan kelas dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas menurut Mulyasa (2011)

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu kegiatan merencanakan suatu tindakan yang

akan dilakukan pada pelaksanaan tindakan. Kegiatan perencanaan

mencakup beberapa hal, antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab

adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan yang akan dilakukan

sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas mengacu pada apa yang

direncanakan pada perencanaan. Pelaksanaan tindakan yang paling tepat

yaitu mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Langkah

selanjutnya adalah mengimplementasi tindakan dalam proses

pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah

(55)

3. Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui

dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan

proses pembelajaran. Pengamatan merupakan suatu pengaruh dari

pelaksanaan tindakan yang terpilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk

data atau dapat dikatakan sebagai kegiatan merekam informasi dampak

dari pelaksanaan tindakan dengan atau tanpa alat bantu. Data yang

dihimpun melalui pengamatan meliputi data kuantitatif dan kualitatif

sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

4. Refleksi

Refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi apa yang telah

dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.

Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang

muncul di dalam kelas. Berdasarkan masalah yang muncul pada refleksi

hasil perlakuan tindakan pada siklus pertama, maka akan ditentukan

apakah tindakan yang telah dilakukan sudah mencapai target atau belum.

Melalui refleksi inilah peneliti menentukan keputusan apakah siklus perlu

dilanjutkan atau dihentikan.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 3

Tlogowatu yang beralamat di dukuh Sumberejo, desa Tlogowatu,

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan model kooperatif  tipe Jigsaw I dan Jigsaw II
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas menurut Mulyasa (2011)
Gambar 3.2 Alur Pembagian Kelompok Asal Jigsaw II  Siklus I Pertemuan I
+7

Referensi

Dokumen terkait

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

We offer you lots of varieties of link to get guide Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan On is as you require this Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan You can

interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya maka dapat dikatakan bahwa siswa yang mampu berinteraksi dengan baik akan mudah diterima oleh

At the sample light beam, a cylindrical convex lens (focal distance 25.4 mm, Sugitoh, Tokyo, Japan) and a concave lens (focal distance –200 mm, Sugitoh) were placed

Berikut ini adalah daftar berbagai Peraturan Daerah (PERDA) bermuatan materi keagamaan yang berlaku di berbagai provinsi dan Kabupaten Kota di Indonesia dari

ditinjau dalam struktural rumah konstruksi kayu memakai kayu sebagai komponen utama rumah,ditinjau dari struktural rumah konstruksi beton bertulang yaitu pencucian

Berdasarkan Penetapan Pemenang Penyedia Jasa Konstruksi Nomor : 049 /7/POKJA I KONSTRUKSI/2013 Tanggal 16 Mei 2013 terhadap Calon Penyedia Jasa Pemborongan Pekerjaan Pembangunan

Ujian Akhir Nasional SMP/MTS/Program Paket B untuk 4 (empat) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan Nilai Piagam Prestasi