• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015."

Copied!
295
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK

CERITA ANAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS 3B SDN 1

KEBONDALEM LOR KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Satria Anggara, 111134230, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya minat dan kemampuan menyimak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015. (2) apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak.

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, kuesioner dan tes pilihan ganda.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa. Hal ini terbukti dari minat belajar siswa yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Kondisi awal rata-rata minat belajar siswa 59 dan termasuk kategori rendah. Pada siklus I rata-rata minat belajar sebesar 71,15 dan termasuk dalam kategori tinggi. Pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 81,65 dan termasuk dalam kategor sangat tinggi. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata kemampuan menyimak cerita anak sebesar 68,85 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 42,31%, pada siklus I menjadi 74,23 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 65,38%, kemudian pada siklus II menjadi 85,38 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 92,31%.

(2)

ix ABSTRACT

INTEREST AND IMPROVEMENT LISTENING SKILLS STORIES OF CHILDREN WITH LEARNING MODEL

COOPERATIVE JIGSAW TYPE II CLASS 3B SDN 1 KEBONDALEM LOR KLATEN LESSONS YEAR 2014/2015

Satria Anggara, 111134230, Course Study Education of Primary School Teachers, Teacher College and Science Education, Sanata Dharma University.

This research is motivated by the low interest and listening skills 3B grade students at SDN 1 Kebondalem Lor. The research aims to determine (1) whether the cooperative learning model jigsaw II can increase student interest SDN 1 and ability to listen to children's stories on the subjects of Indonesian. Instruments used in this research are observation, interviews, questionnaires and multiple-choice tests. Data collection techniques used in this research is quantitative descriptive analysis.

The results showed that: (1) The application of jigsaw cooperative learning model type II can increase student interest. This was evident from the students' interest has increased from the initial conditions, the first cycle and the second cycle. Conditions average initial student interest 59 and includes a lower category. In the first cycle the average interest in learning at 71.15 and is included in the high category. In the second cycle the average score of 81.65 and learning interest included in very high category. (2) The application of jigsaw cooperative learning model type II can improve the child's ability to listen to the story. It can be seen from the initial score of the average child's ability to listen to stories at 68.85 with the percentage achieved KKM amounted to 42.31%, in the first cycle to 74.23 with the percentage achieved KKM amounted to 65.38%, then the second cycle be 85.38 with a percentage of 92.31% KKM achievement.

(3)

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK

CERITA ANAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS 3B SDN 1

KEBONDALEM LOR KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Satria Anggara

111134230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK

CERITA ANAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS 3B SDN 1

KEBONDALEM LOR KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Satria Anggara

111134230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

ii

(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan

melainkan orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269)

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ibuku tersayang Widarti yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku balas

dengan apapun.

Bapakku tersayang Sutaryo yang telah mendukungku, menasehati, memberiku semangat, dan motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar.

Kakakku Denie Purwani dan Fitra Kurnia Widyani

(8)

v

MOTTO

Realisasikan Ucapan Lewat Perbuatan

Pagi Bukan Berarti Awal, Tetapi Lanjutan Dari Hari Sebelumnya

Maka Jangan Memulai Semua Dari Awal, Tetapi Teruskanlah Langkah-langkahmu

Ketika anda tidak pernah melakukan kesalahan, itu artinya anda tidak pernah berani untuk mencoba

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MENYIMAK

CERITA ANAK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II SISWA KELAS 3B SDN 1

KEBONDALEM LOR KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Satria Anggara, 111134230, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya minat dan kemampuan menyimak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015. (2) apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak.

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, kuesioner dan tes pilihan ganda.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa. Hal ini terbukti dari minat belajar siswa yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Kondisi awal rata-rata minat belajar siswa 59 dan termasuk kategori rendah. Pada siklus I rata-rata minat belajar sebesar 71,15 dan termasuk dalam kategori tinggi. Pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 81,65 dan termasuk dalam kategor sangat tinggi. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal skor rata-rata kemampuan menyimak cerita anak sebesar 68,85 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 42,31%, pada siklus I menjadi 74,23 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 65,38%, kemudian pada siklus II menjadi 85,38 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 92,31%.

(12)

ix ABSTRACT

INTEREST AND IMPROVEMENT LISTENING SKILLS STORIES OF CHILDREN WITH LEARNING MODEL

COOPERATIVE JIGSAW TYPE II CLASS 3B SDN 1 KEBONDALEM LOR KLATEN LESSONS YEAR 2014/2015

Satria Anggara, 111134230, Course Study Education of Primary School Teachers, Teacher College and Science Education, Sanata Dharma University.

This research is motivated by the low interest and listening skills 3B grade students at SDN 1 Kebondalem Lor. The research aims to determine (1) whether the cooperative learning model jigsaw II can increase student interest SDN 1 and ability to listen to children's stories on the subjects of Indonesian. Instruments used in this research are observation, interviews, questionnaires and multiple-choice tests. Data collection techniques used in this research is quantitative descriptive analysis.

The results showed that: (1) The application of jigsaw cooperative learning model type II can increase student interest. This was evident from the students' interest has increased from the initial conditions, the first cycle and the second cycle. Conditions average initial student interest 59 and includes a lower category. In the first cycle the average interest in learning at 71.15 and is included in the high category. In the second cycle the average score of 81.65 and learning interest included in very high category. (2) The application of jigsaw cooperative learning model type II can improve the child's ability to listen to the story. It can be seen from the initial score of the average child's ability to listen to stories at 68.85 with the percentage achieved KKM amounted to 42.31%, in the first cycle to 74.23 with the percentage achieved KKM amounted to 65.38%, then the second cycle be 85.38 with a percentage of 92.31% KKM achievement.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul skripsi. “Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Siswa Kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten Tahun Pelajaran 2014/2015”

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Kaprodi PGSD. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

(14)

xi

7. Tri Suhartini, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 1 Kebondalem Lor yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.

8. Rudy Nurhadi W, S.Pd., selaku guru kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor yang telah membantu peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini.

9. Siswa/siswi SDN 1 Kebondalem Lor tahun ajaran 2014/2015 yang telah memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung. 10. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang penuh kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh kuliah.

11. Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas F, yang telah berjuang dalam suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.

12. Keluargaku tercinta, Bapak Sutaryo, Ibu Widarti, kakakku Denie Purwani dan Fitra Kurnia Widyani.

13. Yoha, Ribon, Yerico, Kejat, Thomas yang sudah mensuport agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.

14. Angelycha Dhenis yang telah menyemangati dari puncak gunung merbabu agar penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(15)
(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

(17)

xiv

E. Batasan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Minat ... 8

2. Menyimak ... 12

3. Cerita Anak ... 19

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II... 21

B. Penelitian Yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Tindakan... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 40

C. Rencana Tindakan ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Instrumen Penelitian... 53

F. Validitas ... 60

G. Reliabilitas ... 65

H. Teknik Analisis Data ... 65

1. Kriteria Keberhasilan ... 66

(18)

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Hasil Penelitian ... 71

1. Kondisi Awal ... 71

2. Siklus I ... 75

3. Siklus II ... 86

B. Pembahasan ... 97

1. Minat Belajar ... 98

2. Kemampuan Menyimak ... 101

BAB V PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Keterbatasan Penelitian ... 107

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Peubah dalam Penelitian ... 54

Tabel 3.2 Kisi-kisi Panduan Pengamatan Minat Siswa ... 55

Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Kelas ... 56

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Panduan Wawancara Siswa ... 57

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.6 Penskoran Lembar Angket ... 58

Tabel 3.7 Kisi-kisi Panduan Kuesioner Minat Siswa... 58

Tabel 3.8 Penilaian Skor Minat Siswa Menggunakan PAP II ... 63

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 63

Tabel 3.10 Koefisien Reliabilitas ... 65

Tabel 3.11 Kriteria Keberhasilan Minat Siswa dan Kemampuan Menyimak . 66 Tabel 4.1 Data Kuesioner Kondisi Awal ... 73

Tabel 4.2 Kemampuan Menyimak Kondisi Awal ... 74

Tabel 4.3 Minat Belajar Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4.4 Kemampuan Menyimak Siswa Siklus I ... 82

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Siklus I dengan Kondisi Awal dan Target Keberhasilan Siklus I ... 84

Tabel 4.6 Minat Belajar Siswa Siklus II ... 91

Tabel 4.7 Kemampuan Menyimak Siswa Siklus II ... 93

(20)

xvii

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penelitian-penelitian Sebelumnya ... 35

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 3.1 Bagan Langkah PTK Menurut Kemmis ... 39

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Skor Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 99

Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak ... 102

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan operasional.

A. Latar Belakang

Tugas utama seorang siswa adalah belajar dengan tekun, tidak terkecuali siswa sekolah dasar (SD). Siswa SD masih termasuk dalam kategori anak-anak, sehingga selain belajar, mereka juga masih perlu bimbingan dari guru. Melalui pendidikan yang dilaksanakan di tingkat SD, siswa diharapkan memiliki keterampilan bahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa merupakan sarana komunikasi penting bagi manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Bahasa dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan ide dan gagasan pikirannya kepada orang lain.

(24)

mendapatkan pengajaran keterampilan menyimak secara memadai. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai di SD yaitu keterampilan menyimak cerita anak. Cerita anak mengandung banyak nilai kehidupan sehingga pembelajaran menyimak cerita anak dapat membangun kepribadian baik bagi siswa. (Tarigan, 2008:31). Menyimak menempati bagian paling besar dalam komunikasi. Berdasarkan penelitian para ahli ditemukan bahwa aktivitas menyimak lebih sering dilakukan dibanding aktivitas keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.

(25)

Peneliti melakukan pengamatan di kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor sebanyak 2 kali yaitu pada hari Kamis, 7 Mei 2015 dan Sabtu, 9 Mei 2015 untuk mengetahui pembelajaran dikelas. Pengamatan pada hari Kamis, 7 Mei 2015 dilakukan pada pukul 09.00 - 10.10 WIB dengan materi “Cerita Pengalaman” kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu guru melakukan tanya jawab namun hanya beberapa siswa saja yang aktif menjawab. Kemudian guru memberikan soal latihan namun hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan tugas dari guru.

Pengamatan kedua dilakukan pada hari Sabtu, 9 Mei 2015 dilakukan pada pukul 07.00 - 08.10 WIB dengan materi “Puisi Anak” hasilnya hanya beberapa siswa saja yang aktif mengikuti pelajaran. Ketika guru bertanya, siswa hanya diam dan guru harus menunjuk siswa terlebih dahulu untuk menjawab pertanyaan.

(26)

2014/2015 hanya 11 siswa yang nilainya di atas KKM, dan 15 siswa nilainya masih dibawah KKM dengan nilai rata-rata 68,85.

Dari masalah yang terjadi, perlu adanya penggunaan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat membangkitkan minat belajar siswa. Model pembelajaran dapat berguna sebagai perantara menyampaikan materi. Salah satu model yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran menyimak yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajarannya dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari temannya dibandingkan penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran merasa lebih sejalan dan sepadan.

Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah jigsaw II. Dalam pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen yang diberi nama kelompok asal, untuk kemudian siswa dapat menempatkan diri pada kelompok ahli yang akan mengerjakan tugas yang harus dibahas. Setelah itu, siswa kembali ke kelompok asal dan bertanggung jawab kepada kelompok akan tugas yang dikerjakan sehingga kelompok menjadi mengerti dan siswa yang tidak tahu menjadi tahu.

(27)

tema, latar, amanat) siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Oleh karena itu, peneliti merumuskan judul

penelitian “Peningkatan Minat dan Kemampuan Menyimak Cerita Anak

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merumuskan masalah yaitu: 1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat

meningkatkan minat belajar siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan minat belajar siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.

(28)

D. Manfaat Penelitian

Ada sejumlah manfaat dari penelitian ini. Manfaat itu adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan minat belajar dan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat memperoleh inspirasi dalam melakukan penelitian tindakan kelas khususnya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan kemampuan menyimak pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan kajian untuk menumbuhkan minat dan kemampuan menyimak pada siswa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada kepala sekolah atau lembaga pendidikan di SD tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat belajar dan kemampuan menyimak pada siswa. 4. Bagi Peneliti

(29)

E. Batasan Masalah

Adapun batasan pengertian dalam penelitian ini, untuk mencegah penelitian yang meluas. Batasan tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Minat adalah suatu perasaan suka dan tertarik pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang memaksa.

2. Menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan informasi secara lisan dengan penuh perhatian untuk menangkap serta memahami isi pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan. Kegiatan menyimak dalam penelitian ini yaitu siswa mendengarkan cerita anak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.

3. Cerita anak adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya, yang merupakan rekaan belaka, bersifat imajinatif dan fiktif (Sugihastuti, 1999:6).

4. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II adalah suatu teknik mengajar yang melibatkan siswa untuk saling bekerja sama dalam suatu kelompok. Dalam proses bekerja sama terdapat tiga kali diskusi yaitu diskusi kelompok asal, diskusi kelompok ahli, dan kembali lagi diskusi pada kelompok asal, yang ketiganya di tekankan pada tanggung jawab setiap anggota kelompok terhadap penguasaan materi.

(30)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini peneliti akan membahas tentang teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang mendukung, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Teori-Teori yang Mendukung

1. Minat

a. Pengertian Minat

minat sebagai kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang Menurut Slameto (2010:57), minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Djamarah (2011:166) yang mengemukakan beberapa aktivitas. Suatu minat dapat dilihat dari partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang mempunyai minat terhadap subjek tertentu cenderung akan memberikan perhatian lebih pada subjek tersebut.

(31)

yang dikhususkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia KD. 2.2 Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan.

b. Ciri – Ciri Minat

Menurut Winkel (2004:212), seseorang mempunyai cirri-ciri minat adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang dipelajarinya. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar, karena jika siswa tidak berminat terhadap bahan pelajaran maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dari ciri-ciri minat yang telah dijelaskan, peneliti menyimpulkan minat belajar dapat dibagi ke dalam empat indikator utama yaitu perasaan senang, kemauan untuk mengembangkan diri, sikap perhatian, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Pada penelitian ini, peneliti membagi minat belajar ke dalam lima indikator utama. Pertama yaitu ekspresi perasaan senang dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia. Kedua yaitu perhatian dalam mengikuti pelajaran. Ketiga yaitu ketertarikan siswa pada materi. Keempat yaitu ketertarikan siswa pada metode guru. Kelima keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Lima indikator utama minat belajar tersebut digunakan sebagai indikator pembuatan rubrik observasi dan angket minat belajar siswa.

(32)

beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus – menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu di ikuti dengan perasaan senang dan dari sinilah akan diperoleh suatu kepuasan pada sesuatu yang diminati tersebut.

Iskandar (2012:14-15) menyebutkan ada empat indikator minat, yaitu sebagai berikut.

1. Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh jika mendapatkan tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang untuk belajar 2. Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: siswa aktif

bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman lain ketika belajar.

(33)

4. Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: siswa menanyakan kesulitan yang dialami guru, siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan pelajaran di dalam kelas, siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru.

Dari ciri-ciri belajar yang telah dikemukakan minat memiliki arti bahwa siswa yang berminat dalam belajar akan memiliki perhatian, perasaan suka dan senang melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan apa yang telah dipelajari.

c. Cara Mengukur Minat

(34)

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas peneliti akan menggunakan observasi, angket dan wawancara sebagai alat pengukur minat.

2. Menyimak

a. Pengertian Menyimak

Tarigan (2008:31) menyimak sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sejalan dengam pemikiran Anderson (dalam Tarigan, 2008: 30) menyimak dibatasi sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Menyimak berhubungan dengan komunikasi secara lisan yang tujuannya untuk menangkap informasi, isi atau pesan, dan memahami makna dari komunikasi tersebut.

(35)

b. Jenis-jenis Menyimak

Herry (2012:43) mengatakan ada dua belas jenis menyimak yaitu menyimak ekstensif, menyimak intensif, menyimak sosial/konversional, menyimak sekunder, menyimak ekstetik/apresiatif kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak interogatif, menyimak eksploratif, menyimak pasif, menyimak selektif.

1. Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal yang umum. Dalam menyimak ekstensif, guru tidak secara langsung memberikan bimbingan kepada siswa, tetapi siswa diberi kebebasan untuk mencerna dan memahami hal yang disimak.

2. Menyimak intensif

(36)

3. Menyimak sosial

Menyimak sosial merupakan kegiatan menyimak yang meliputi dua hal, yang menyimak secara sopan dan menyimak penuh perhatian. Hal ini biasanya dilakukan dalam situasi-situasi sosial, misalnya ketika orang berbicara informal mengenai topik tertentu yang menarik perhatian orang banyak.

4. Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah jenis menyimak secara kebetulan saja.

5. Menyimak ekstetik

Menyimak ekstetik merupakan fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk dalam kegiatan ekstensif. Menyimak ekstentif bisa disebut juga menyimak apresiatif

6. Menyimak kritis

Menyimak kritis merupakan jenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya keaslian serta ketidaktelitian yang akan diamati.

7. Menyimak konsentratif

(37)

8. Menyimak kreatif

Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang mengakibatkan pembentukan atau rekonstruksi imaginatif terhadap kesenangan-kesenangan akan bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atas apa yang didengarkan seseorang

9. Menyimak penyelidikan

Meyimak penyelidikan adalah jenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan yang agak lebih sempit

10. Menyimak interogatif

Menyimak interogatif adalah kegiatan menyimak yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi

11. Menyimak pasif

Menyimak pasif merupakan jenis menyimak dalam penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, dan berlatih serta menguasai suatu bahasa.

12. Menyimak selektif

(38)

c. Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak setiap orang beraneka ragam. Tarigan (2008:60-61) mengemukakan delapan tujuan menyimak, yaitu sebagai berikut ini.

1) Menyimak dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara dengan kata lain menyimak bertujuan untuk belajar

2) Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni) dengan kata lain menyimak bertujuan untuk menikmati keindahan audial.

3) Menyimak dengan maksud agar mampu menilai sesuatu yang disimak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain). Dengan kata lain, menyimak bertujuan untuk mengevaluasi.

4) Menyimak agar dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimak (pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, perdebatan). Dengan kata lain menyimak bertujuan untuk mengapresiasi materi simakan.

(39)

6) Menyimak dengan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti (distingsi), bunyi yang tidak membedakan arti.

7) Menyimak dengan tujuan agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

8) Menyimak dengan tujuan untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan dengan kata lain menyimak secara persuasif.

(40)

berbahasa yaitu keterampilan menyimak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor.

d. Proses Menyimak

Tarigan (2008:63) menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak terdapat tahap-tahap, antara lain sebagai berikut.

1) Tahap mendengar atau tahap hearing. Tahap ini baru mendengar segala yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya.

2) Tahap memahami atau tahap understanding. Setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara.

3) Tahap menginterpretasi atau tahap interpreting. Menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran.

4) Tahap mengevaluasi atau tahap evaluating. Penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara.

(41)

Berdasarkan lima tahapan menyimak di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap tahapan dalam menyimak saling berurutan dan terkait satu sama lain. Penelitian ini diharapkan berjalan sesuai dengan kelima tahapan menyimak di atas serta mampu memaksimalkan keterampilan menyimak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor.

3. Cerita Anak

a. Pengertian Cerita Anak

Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak sebagai pembacanya, jadi bukan cerita tentang anak (Hardjana, 2006:8). Tokoh dalam cerita anak tidak harus seorang anak, tetapi bisa berupa orang tua, guru, nenek dan lain sebagainya. Cerita anak dapat ditulis dalam bentuk cerita pendek. Cerita pendek adalah kisahan yang memberikan kesan tunggal yang dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi dramatik.

b. Jenis – jenis Cerita Anak

Menurut Marion ( dalam Hardjana 2006:32), cerita anak dapat dikelompokkan sebagai berikut ini.

1) Fantasi atau karangan khayal

(42)

2) Fiksi

Cerita fiksi adalah cerita khayal tetapi mengandung unsur kenyataan.

3) Biografi atau riwayat hidup

Banyak orang-orang terkenal yang dibuat menjadi cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak, dengan bahasa sederhana dan isinya jelas, mudah dimengerti serta dapat dipakai sebagai suri tauladan.

4) Cerita rakyat

Cerita rakyat adalah suatu cerita yang berdasarkan pada budaya suatu masyarakat tertentu.

5) Cerita religi atau agama

Banyak cerita tentang nabi, orang-orang suci atau ajaran keagamaan yang diubah dalam bentuk cerita menarik dengan tujuan untuk membentuk budi pekerti anak.

c. Struktur Cerita Anak

Cerita anak terdiri dari unsur-unsur yang membangunnya menjadi satu kesatuan utuh. Unsur-unsur tersebut dapat dikaji sebagai satu struktur yang membangun cerita. Unsur-unsur tersebut dipaparkan sebagai berikut ini.

1. Tema

(43)

Misalnya, tema tentang kepahlawanan, peristiwa sehari-hari, atau kisah suka duka pengembara dan sebagainya.

2. Tokoh

Tokoh dalam cerita anak tidak harus manusia. Ia bisa siapa atau apa saja, bahkan juga dari golongan hewan, tumbuhan, dan benda mati sesuai dengan sifat anak yang antropomorfistis.

3. Latar

Latar dalam cerita anak bisa dilihat dari isi cerita anak itu sendiri. Misalnya, dalam cerita anak berupa dongeng binatang,biasanya menggunakan latar tempat hutan belantara dan menampilkan suasana kehidupan binatang.

4. Sudut pandang

Sudut pandang atau pusat pengisahan adalah sudut tinjau yang diambil pengarang dalam menuturkan kisahnya.

5. Alur

Dalam cerita anak, cenderung menggunakan alur yang datar dan tidak serumit cerita orang dewasa. Hal ini dikarenakan pengalaman dan daya pikir anak yang terbatas untuk memahami ide-ide yang rumit.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

a. Pembelajaran kooperatif

(44)

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Rusman (2011:202), pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang fokus pada kerja sama antar siswa di dalam kelompok untuk mencapai tujuan, menguasai bahan pelajaran dan dapat menyelesaikannya.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari prosesnya, di mana pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan utama yang ingin dicapai yaitu unsur-unsur utama kerja sama dalam penguasaan materi satu kelompok. Menurut Rusman (2010:207), terdapat karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1) Pembelajaran Secara Tim

(45)

itu, tim harus membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Manajemen Kooperatif

Manajemen kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai perencanaan, sebagai organisasi, dan sebagai kontrol. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses belajar berjalan secara efektif.

3) Kemauan Untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu prinsip kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(46)

dan saling keterlibatan antar anggota kelompok dengan tujuan mencapai hasil belajar yang optimal. Bentuk kerja kelompok ini dapat berupa masukan atau pendapat anggota kelompok saat berdiskusi dan memberikan pendapatnya kepada kelompok.

c. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya (2006:246-247) mengemukakan bahwa prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) Penjelasan Materi (2) Belajar dalam Kelompok; (3) Penilaian; dan (4) Pengakuan Tim.

1) Penjelasan Materi

Pada tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Guru memberikan gambaran umum tentang materi yang harus dikuasai dan selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran secara berkelompok. 2) Belajar dalam Kelompok

(47)

belakang agama, sosial ekonomi, perbedaan gender, etnik dan perbedaan kemampuan akademik.

3) Penilaian

Penilaian dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Tes individu digunakan untuk memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan tiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai kelompok setiap siswa sama, karena nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompok.

4) Pengakuan Tim

Pengakuan tim dalam penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Hal ini dimaksudkan agar dapat memotivasi kelompok agar terus berprestasi dan agar membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih meningkatkan prestasi mereka.

d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

(48)

1) Saling Ketergantungan Positif

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, dan saling ketergantungan peran.

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Pertanggung jawaban ini muncul ketika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

3) Interaksi Promotif

(49)

meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, serta saling memotivasi. Tujuannya adalah untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Komunikasi antar Anggota

Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, peserta didik harus saling mengenal dan saling percaya, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Pemprosesan Kelompok

Pemprosesan mengandung arti menilai. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemprosesan yaitu dengan kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang diarahkan oleh guru sebagai fasilitator dan berfokus pada penggunaan kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok dalam mencapai tujuan belajar.

e. Pengertian Jigsaw II

(50)

Perbedaan pembelajaran jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin yaitu setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Hal tersebut digunakan agar siswa memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.

Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw II , siswa dikelompokkan secara heterogen dalam berbagai kemampuan (Rusman, 2011:218). Di sini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari serta dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

(51)

mencakup seluruh topik dan skor kuis akan digunakan dalam skor tim untuk kelompok asal.

f. Langkah-langkah Pembelajaran Dalam Jigsaw II

Menurut Trianto (2009:75-78), terdapat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif learning teknik jigsaw II sebagai berikut ini. 1) Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan dengan memberikan penekanan manfaat penggunaan jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar kepada anak didik. Seorang guru senantiasa mengingatkan pada siswa untuk percaya diri, kritis, dan kooperatif selama kegiatan berlangsung. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan agar memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep yang akan dipelajari.

2) Pengelompokan

(52)

Group A {A1, A2, A3, A4} Group B {B1, B2, B3, B4} Group C {C1, C2, C3, C4} Group D {D1, D2, D3, D4} Group E {E1, E2, E3, E4}

3) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya group yang telah terbentuk tadi dipecah menjadi kelompok yang mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya adalah sebagai berikut.

Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1) Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2) Kelompok 3 (A3, B3, C3, D3, E3) Kelompok 4 (A4, B4, C4, D4, E4)

Setiap kelompok diharapkan dapat mempelajari topik yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum kembali ke dalam group sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran guru sangat

penting dalam fase ini.

4) Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group

(53)

mempresentasikan keahliannya dalam group masing-masing, satu persatu. Pada proses ini akan terjadi sharing pengetahuan antara tiap anggota group. Aturan dalam fase ini sebagai berikut. a) Siswa harus bertanggung jawab untuk memastikan setiap

anggota tim mempelajari materi yang telah diberikan. b) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab

bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasi konsep.

c) Apabila ada yang kurang dimengerti siswa, tanyakan pada anggota sebelum bertanya pada pendidik.

d) Pembicaraan dilakukan dengan suara pelan tujuannya agar tidak mengganggu grup lain.

e) Akhiri diskusi dengan “merayakan” agar siswa memperoleh kepuasan.

5) Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama.

6) Pengakuan kelompok

(54)

memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam system skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

(55)

siklus I prestasi belajar siswa adalah 86 dan sebanyak 95% sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II prestasi belajar siswa adalah 93 dan sebanyak 100% sudah mencapai ketuntasan belajar.

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya karena memberi gambaran dalam membuat skripsi. Peneliti sebelumnya menggunakan 3 variabel yaitu peningkatan minat, prestasi belajar, dan penerapan model kooperatif tipe jigsaw II sedangkan peneliti ini menggunakan minat belajar, kemampuan menyimak cerita anak, dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Perbedaan penelitian ini adalah adanya penelitian tentang variabel kemampuan menyimak cerita anak sedangkan penelitian sebelumnya tidak meneliti kemampuan menyimak cerita anak dan yang diteliti prestasi belajar.

(56)

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya karena memberi gambaran dalam pembuatan skripsi dan topik yang digunakan juga cocok dengan topik pembuatan skripsi. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu pada penelitian ini yang diteliti kemampuan menyimak cerita anak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II sedangkan penelitian sebelumnya tidak meneliti tentang kemampuan menyimak cerita anak dan yang diteliti prestasi belajar.

Penelitian Kuntari (2010) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas II SD Kanisius Bantul Semester2 Tahun Ajaran 2009/2010 melalui Pendekatan Berbasis Masalah”. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan alat ukur tes dan non tes untuk mengetahui jumlah siswa yang mencapai nilai KKM. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pendekatan berbasis masalah yang menggunakan media gambar dan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebelum tindakan adalah 45,2%. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM meningkat menjadi 61,3%, pada siklus 2 menjadi 87%.

(57)

penelitian sebelumnya kemampuan menyimak cerita anak melalui pendekatan berbasis masalah. Kelebihan penelitian ini terdapat penelitian minat sedangkan penelitian sebelumnya tidak ada penelitian minat.

Berbagai penelitian minat dan menyimak telah banyak dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat dan keterampilan menyimak setelah diterapkan model pembelajaran. Keistimewaan penelitian ini adalah belum ada yang meneliti tentang peningkatan minat dan kemampuan menyimak cerita anak dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Peneliti ingin membuktikan besarnya kenaikan minat dan kemampuan menyimak cerita anak siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.

Gambar 2.1 Penelitian-penelitian Sebelumnya

Kuntari (2010) jigsaw II, minat, dan Prestasi belajar

Lestari (2013) model kooperatif tipe jigsaw II, minat belajar, dan prestasi belajar

Yang perlu diteliti : Tipe jigsaw II, minat, dan kemampuan menyimak cerita anak

Kemampuan menyimak Cerita Anak Minat dan model

(58)

C. Kerangka Berpikir

Minat merupakan perasaan lebih suka dan perasaan tertarik pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada paksaan. Minat dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan siswa. Siswa yang mempunyai minat terhadap subjek tertentu cenderung akan memberikan perhatian lebih pada subjek tersebut.

Keterampilan menyimak merupakan suatu proses mendengarkan informasi secara lisan dengan penuh perhatian untuk menanggapi serta memahami isi pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan. Menyimak tidak datang secara alami, melainkan perlu usaha untuk mendapatkannya. Proses menyimak dituntut untuk memperoleh informasi, menangkap isi pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pengirim pesan melalui ujaran atau bahasa lisan.

(59)

peneliti berasumsi jika guru menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten tahun pelajaran 2014/2015 pada KD “2.2 Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan” dapat meningkatkan minat dan kemampuan menyimak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor Klaten.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian teori-teori yang mendukung dan kerangka berpikir yang telah penulis uraikan di atas, terdapat dua hipotesis yang mungkin dari penelitian ini.

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor tahun pelajaran 2014/2015.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor tahun pelajaran 2014/2015.

Kondisi awal Pembelajaran

konvensional

Siklus satu Siklus dua Model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II Tindakan

Kondisi akhir Minat dan kemampuanmenyimak meningkat

(60)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan analisis data. Uraian dari ketujuh bagian tersebut sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih dikenal dengan istilah PTK. Sanjaya (2011:26) mengartikan PTK sebagai “proses pengkajian masalah yang terjadi dalam pembelajaran di

kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan permasalahan tersebut dengan cara melakukan tindakan yang terencana dalam situasi nyata dan menganalisis pengaruh dari perilaku atas permasalahan tersebut”. Kusumah dan Dwitagama (2009:9) PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian “riset -tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan” yang dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah.

(61)

Salah satu ciri PTK adalah pelaksanaannya harus melalui siklus-siklus yang berurutan (siklus 1-siklus 2-siklus 3 dan seterusnya). Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Gambar 3.1 Bagan Langkah PTK Menurut Kemmis

Siklus 1 Siklus 2

Berikut penjabaran mengenai bagan di atas.

1. Perencanaan, yaitu merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah pembelajaran.

2. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan yang telah direncanakan. Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

3. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.

Perencanaan

Refleksi

Perencanaan

Tindakan Tindakan Refleksi

(62)

4. Refleksi, yaitu langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah terjadi baik yang dilakukan oleh guru maupun oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar menjadi bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SDN 1 Kebondalem Lor, Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3B SDN 1 Kebondalem Lor tahun pelajaran 2014/2015, siswa berjumlah 26 orang yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

3. Objek Penelitian

(63)

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan yang mengajarkan setiap siklusnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Materi yang akan disampaikan adalah mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan. Setiap akhir siklus diadakan evaluasi dengan menggunakan tes. Berikut penjabaran rencana tindakan.

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.

a. Melakukan perizinan dengan pihak sekolah SDN 1 Kebondalem Lor untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

b. Melakukan tanya jawab dengan guru terkait permasalahan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

c. Melakukan observasi pada saat pembelajaran bahasa Indonesia dan wawancara kepada guru kelas 3B.

d. Mempelajari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan materi yang diajarkan.

e. Menyusun proposal skripsi. f. Menyusun instrumen penelitian.

g. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, media dan bahan ajar.

(64)

2. Tindakan Setiap Siklus

Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, langkah yang dilakukan selanjutnya yaitu melakukan tindakan sebagai berikut.

Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, di mana setiap pertemuan dialokasikan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.

a. Perencanaan

Peneliti mempelajari SK, KD, menyusun rencana kegiatan pembelajaran (silabus, RPP, penilaian, media, materi).

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang akan dilakukan pada siklus 1 yaitu sebagai berikut.

Pertemuan Pertama

Kegitan awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka b) Guru mengajak siswa untuk berdoa

c) Siswa diberikan apersepsi pelajaran

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengomentari tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan

e) Siswa diberikan motivasi Kegiatan Inti

(65)

b) Guru membagi siswa menjadi lima kelompok untuk membuat kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang dikelompokkan secara heterogen.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

c) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang harus dilaksanakan.

d) Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no 1 mendapat cerita berbeda dengan no 2 atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.

e) Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu kelompok (kelompok ahli).

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2 Kelompok ahli 3

Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5

f) Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk berdiskusi atau memahami cerita anak.

g) Guru mengkondisikan kelas supaya siswa melakukan diskusi dengan pelan-pelan jangan sampai mengganggu kelompok lain.

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

4 4 4 4 4 5 5 5 5 5

(66)

h) Selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal) untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran dan anggota kelompok menyimak.

i) Guru mengkondisikan kelas supaya anggota kelompok dapat menyimak cerita yang disampaikan oleh temannya.

j) Siswa mengerjakan soal evaluasi. Kegiatan Akhir

a) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi kegiatan pembelajaran hari ini.

c) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa

Pertemuan Kedua

Kegitan awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka b) Guru mengajak siswa untuk berdoa

c) Siswa diberikan apersepsi pelajaran

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengomentari tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan

e) Siswa diberikan motivasi Kegiatan Inti

(67)

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2 Kelompok ahli 3

Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5

b) Guru membagikan teks cerita anak yang telah dipelajari sebelumnya.

c) Siswa diminta untuk belajar bersama kelompok ahli ± 15 menit. d) Setelah cukup mendapat informasi dari kelompok ahli, setiap

anggota kembali ke dalam kelompok asal.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

e) Siswa mengerjakan lks yang sudah disediakan oleh guru.

f) Kelompok satu persatu presentasi kedepan kelas untuk mengemukakan hasil diskusi yang didapat.

Kegiatan Akhir

a) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi kegiatan pembelajaran hari ini.

c) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

4 4 4 4 4 5 5 5 5 5

(68)

c. Observasi

Pengamatan dilakukan oleh peneliti yaitu pengamatan proses pembelajaran dan pengamatan kemampuan menyimak.

a) Pengamatan proses pembelajaran

Pengamatan proses pembelajaran dilakukan untuk mengamati penerapan pembelajaan menggunakan Jigsaw II di kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang di rencanakan.

b) Pengamatan hasil belajar

Pengamatan hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan minat belajar siswa dan kemampuan menyimak siswa.

(1) Pengamatan minat belajar siswa

Pengamatan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama mengumpulkan data dengan lembar pengamatan rubrik yang telah disiapkan dan dilakukan oleh pengamat. Kedua dengan membagikan angket yang akan diisi oleh siswa. Lembar angket diberikan pada kondisi awal, dan di akhir siklus. (2) Kemampuan menyimak siswa

(69)

menjadi pembanding tingkat kemampuan menyimak pada setiap siklus.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran, untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan baik kelebihan maupun kekurangannya. Refleksi yang dilakukan pada siklus membandingkan nilai tes dan observasi yang telah dicapai, dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, untuk memutuskan apakah akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya atau tidak.

Siklus II

Siklus 1 dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, di mana setiap pertemuan dialokasikan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.

a. Perencanaan

Peneliti mempelajari SK, KD, menyusun rencana kegiatan pembelajaran (silabus, RPP, penilaian, media, materi).

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang akan dilakukan pada siklus 1 yaitu sebagai berikut.

Pertemuan Pertama

Kegitan awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka b) Guru mengajak siswa untuk berdoa

(70)

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengomentari tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan

e) Siswa diberikan motivasi Kegiatan Inti

a) Guru menyiapkan lima cerita anak dengan judul yang berbeda. b) Guru membagi siswa menjadi lima kelompok untuk membuat

kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang dikelompokkan secara heterogen.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

c) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tugas kelompok yang harus dilaksanakan.

d) Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda. Contoh no. 1 mendapat cerita berbeda dengan no. 2 atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.

e) Siswa yang mendapatkan nomor soal sama berdiskusi dalam satu kelompok (kelompok ahli).

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2 Kelompok ahli 3

Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

4 4 4 4 4 5 5 5 5 5

(71)

f) Siswa dalam kelompok ahli mendapat waktu ± 20 menit untuk berdiskusi atau memahami cerita anak.

g) Guru mengkondisikan kelas supaya siswa melakukan diskusi dengan pelan-pelan jangan sampai mengganggu kelompok lain. h) Selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal)

untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran dan anggota kelompok menyimak.

i) Guru mengkondisikan kelas supaya anggota kelompok dapat menyimak cerita yang disampaikan oleh temannya.

j) Siswa mengerjakan soal evaluasi. Kegiatan Akhir

a) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi kegiatan pembelajaran hari ini.

c) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa

Pertemuan Kedua

Kegitan awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka b) Guru mengajak siswa untuk berdoa

c) Siswa diberikan apersepsi pelajaran

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengomentari tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan

(72)

Kegiatan Inti

a) Guru menyuruh siswa untuk kembali ke kelompok ahli yang sudah dibentuk dipertemuan pertama.

Kelompok ahli 1 Kelompok ahli 2 Kelompok ahli 3

Kelompok ahli 4 Kelompok ahli 5

b) Guru membagikan teks cerita anak yang telah dipelajari sebelumnya.

c) Siswa diminta untuk belajar bersama kelompok ahli ± 15 menit. d) Setelah cukup mendapat informasi dari kelompok ahli, setiap

anggota kembali ke dalam kelompok asal.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Kelompok 4 Kelompok 5

e) Siswa mengerjakan lks yang sudah disediakan oleh guru.

f) Kelompok satu persatu presentasi kedepan kelas untuk mengemukakan hasil diskusi yang didapat.

Kegiatan Akhir

a) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi.

b) Guru bersama siswa melakukan refleksi kegiatan pembelajaran hari ini.

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2

4 4 4 4 4 5 5 5 5 5

(73)

c) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan oleh peneliti yaitu pengamatan proses pembelajaran dan pengamatan kemampuan menyimak.

a) Pengamatan proses pembelajaran

Pengamatan proses pembelajaran dilakukan untuk mengamati penerapan pembelajaan menggunakan Jigsaw II di kelas. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang direcanakan.

b) Pengamatan hasil belajar

Pengamatan hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan minat belajar siswa dan kemampuan menyimak siswa. (1) Pengamatan minat belajar siswa

Pengamatan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama mengumpulkan data dengan lembar pengamatan rubrik yang telah disiapkan dan dilakukan oleh pengamat. Kedua dengan membagikan angket yang akan diisi oleh siswa. Lembar angket diberikan pada kondisi awal, dan di akhir siklus. (2) Kemampuan menyimak siswa

(74)

menjadi pembanding tingkat kemampuan menyimak pada setiap siklus.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran, untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan baik kelebihan maupun kekurangannya. Refleksi yang dilakukan pada siklus membandingkan nilai tes dan observasi yang telah dicapai, dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, untuk memutuskan apakah akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya atau tidak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, kuesioner, wawancara dan tes.

1. Observasi

Sanjaya (2011:86) menyatakan bahwa “Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti”. Observasi digunakan untuk mengamati minat

siswa dan interaksi antar siswa serta guru dalam proses belajar.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan

Gambar

Tabel 4.11 Keberhasilan Pelaksanaan Penelitian ............................................
Gambar 4.2 Peningkatan Skor Rata-rata Kemampuan Menyimak .................. 102
Gambar 2.1 Penelitian-penelitian Sebelumnya
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tidak termasuk objek Retribusi Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tempat usaha/ kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah..

Memang tidak terdapat dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menyuruh atau melarang eksistensi perceraian itu, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa

Sedangkan variabel lainnya yaitu kekayaan pemerintah daerah yang diukur berdasarkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD), tipe pemerintah daerah yang berupa Kabupaten atau Kota,

Berikut ini adalah daftar berbagai Peraturan Daerah (PERDA) bermuatan materi keagamaan yang berlaku di berbagai provinsi dan Kabupaten Kota di Indonesia dari

Sistem Saluran Pemasaran ( marketing channel system ) adalah sekelompok saluran pemasaran tertentu yang digunakan oleh sebuah perusahaan.. Peran saluran pemasaran

Faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi lanjutan antara lain faktor pengetahuan yang kurang tentang imunisasi, sehingga ibu tidak memberikan imunisasi pada

In the present of anhydrous calcium chloride / low humidity, the rate of transpiration / water loss / evaporation of water by leafy shoot / water absorps by roots is higher compare

adalah beban yang lebih besar daripada standar beban angin untuk bangunan gedung menurut PMI 1983 sehingga diharapkan struktur yang terjadi mempunyai kekuatan maksimum..