• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 TELAGA BIRU

Soraya Abdul1, Maha Atma Kadji2, Roy Hasiru3

ABSTRAK

SORAYA ABDUL. NIM.911411184. 2015. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share(TPS) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Telaga Biru. Skripsi. Konsentrasi Perkantoran. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Drs.Maha Atma Kadji.,M.Si, dan Pembimbing II Roy Hasiru.,S.Pd.,M.Pd.

Pelaksanaan penelitian didasarkan pada identifikasi masalah yaitu Rendahnya hasil belajar siswa, Proses pembelajaran yang ada belum memberikan pengalaman bagi siswa, Guru belum berupaya menumbuh kembangkan Motivasi siswa, Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran belum efektif dan efisien.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI-IPS 1 di SMA Negeri 1 Telaga Biru?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (TPS) dengan penggunaan model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) yang dilaksanakan dalam II siklus . Dalam pelaksanaan tindakan peneliti dan guru mitra bermusyawarah agar penelitian ini berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak II siklus maka dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar siswa pada siklus I dari 31

(3)

3

siswa kelas XI IPS1 yang memperoleh nilai >75 sebanyak 17 siswa(54.83%) sedangkan yang meperoleh nilai <75 sebanyak 14 siswa(45.17%) . kemudian setelah dilanjutkan ke tahap selanjutnya yakni siklus II ternyata memperoleh peningkatan hasil belajar siswa ,yakni dari 31 siswa yang memperoleh nilai >75 sebanyak 27 siswa(87.10%), sedangkan yang memperoleh nilai <75 sebanyak 4 siswa(12.90%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peneliti telah mencapai target keberhasilan,tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Kata kunci: Hasil belajar siswa, Model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

1

Soraya Abdul Mahasiswa jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo.

2

Drs. Maha Atma Kadji, M.Si Dosen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo.

3

Roy Hasiru,S.Pd.,M.Pd Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo.

(4)

4

PENDAHULUAN

Pendidikan sangat penting bagi seseorang dalam kehidupan maupun dalam memacu peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Melalui kegiatan pendidikan yang diikuti atau ditekuni diharapkan terjadi perubahan kemampuan seseorang dari yang semula potensial menjadi kemampuan nyata yang diperlukan dalam meningkatkan taraf hidup lahir dan batin. Pendidikan membawa perubahan-perubahan dalam diri orang yang menekuninya,seperti peningkatan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan adanya perubahan sikap dan perilaku .

Pelaksanaan pendidikan di sekolah merupakan aktivitas yang membutuhkan proses yang terorganisir secara sistematis sistemik,terencana dan terprogram dengan tingkat elastisitas tinggi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak lepas dari berbagai komponen seperti guru,siswa,kurikulum dan sarana-prasarana untuk terjadinya sebuah interaksi edukatif. Pelajar atau peserta berfungsi dalam proses perubahan kualitas tingkah laku seperti yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan hal yang sangatlah penting,untuk itu pemerintah saat ini menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai penyepurnaan kurikulum. Tujuan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(5)

5

yakni memusatkan diri pada pengembangan seluruh kompetensi siswa yang dikembangkan melalui proses belajar mengajar.

Proses belajar Mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dan guru sebagai pemeran utama. Pembelajaran yang efektif dapat terjadfi apabila ada interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah. Kualitas dan keberhasilan.siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pengajaran. Guru sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran yang dapat melaksanakan tugasnya secara professional . Profesionalisme dimaksud bukan hanya membimbing, ataupun mendidik siswa serta menumbuhkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar tetapi lebih mengfokuskan pada kemampuan untuk merencanakan pembelajaran dan mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam kelas. Di samping itu rasa professionalisme yang di tumbuhkan oleh seorang guru dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa,apabila hanya mendengarkan informasi verbal dari guru,siswa mungkin kurang memahami pelajaran dengan baik.

Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas XI-IPS 1 SMA Negeri 1 Telaga Biru pada mata pelajaran Ekonomi dari jumlah siswa 31 orang terdiri 14 siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki. hanya terdapat 12 orang siswa atau (38,70%) yang mencapai nilai KKM 75,dan 19

(6)

6

orang siswa atau(61,30%) lainnya belum mencapai ketuntasan. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor seperti (a) Rendahnya Interaksi antara siswa, (b) Proses pembelajaran yang ada belum memberikan pengalaman bagi siswa, (c) Guru belum berupaya menumbuh kembangkan Motivasi siswa, (d) Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran belum efektif dan efisien.

Sehubungan dengan permasalahan diatas ,maka peneliti berpendapat untuk dapat mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih tepat dan kreatif,yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share.

Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode

diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.

Dalam penggunaan model pembelajaran Think Pair Share peneliti

memfokuskan pada materi Ketenagakerjaan yang akan menjadi materi yang akan diajarkan ,dengan kompetensi Dasar Menganalisis permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia,mendeskripsikan, pengertian angkatan kerja,

(7)

7

tenaga kerja dan kesempatan kerja serta Memahami upaya peningkatan kualitas kerja .

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti berinisiatif untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI-IPS 1 di SMA Negeri 1 Telaga Biru”.

Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian sebagai berikut : (a) Rendahnya Interaksi antara siswa, (b) Proses pembelajaran yang ada belum memberikan pengalaman bagi siswa, (c) Guru belum berupaya menumbuh kembangkan Motivasi siswa, (d) Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran belum efektif dan efisien. Dampak dari permasalahan tersebut telah mengakibatkan hasil belajar siswa kelas XI-IPS 1 pada mata pelajaran Ekonomi menurun dan perlu ditingkatkan.

Cara Pemecahan Masalah

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi di kelas XI IPS 1. Untuk menyelesaikan

(8)

8

permasalahan tersebut, peneliti dalam proses belajar mengajar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Think Pair Share menurut

Spencer yang di kutip Warsono(2012) adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Thinking (berpikir) :Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

berhubungan dengan pembelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2: Pairing (berpasangan) : Guru meminta siswa berpasangan dengan

siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap berpikir. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan Tahap 3: Sharing (berbagi) : Pada tahap akhir, guru meminta kepada

pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Kajian Teoritis

Pengertian Hasil Belajar

Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktifitas belajar.

(9)

9

Menurut Sudjana (2010:22) “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas,2006:125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang positif yang relative permanen pada diri orang yang belajar.

(Bloom,dkk dalam Aunurrahman 2011:26-54) mengatakan hasil belajar terbagi atas tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Ranah kognitif (Bloom,dkk) berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri enam aspek,yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif (Krathhwohl dan Bloom dkk) berkenaan dengan perilaku

yang terdiri dari lima jenis perilaku yakni penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

3) Ranah psikomotor (Simpson) berkenaan dengan perilaku atau

kemampuan motorik yaitu Persepsi, Kesiapan, Gerakan terbimbing, Gerakan terbiasa, Gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas

Dari ketiga ranah yang dikuemukakan diatas bukan merupakan bagian-bagian yang terpisah, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

(10)

10 Pengertian Belajar

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar,baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,maupun di dalam suatu kelompok tertentu.

Belajar merupakan interaksi individu dengan Lingkungannya.

Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau-obyek –obyek lain yang memungkinkan memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.

Belajar menurut teori behavioristik diartikan proses perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respons. Namun belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang sebuah obyek yang dilihat. Oleh sebab itu,belajar menurut teori ini lebih mementingkan proses daripada hasil. Sedangkan menurut pandagan teori konstruktivisme diartikan belajar adalah upaya untuk mempangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa.

Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang diamati (observabel) dan dapat diukur.

(11)

11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menyajikan materi mengenai Ketenagakerjaan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas XI IPS 1 yang mengacu pada

identifikasi masalah yang timbul dalam pembelajaran Ekonomi yang dilaksanakan dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II .Proses mengidentifikasi masalah yang dilakukan pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Telaga Biru antara lain:

a. Proses pembelajaran yang ada belum memberikan pengalaman bagi siswa

Hal ini dapat dilihat ketika siswa mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Kesiapan siswa adalah faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran,ada beberapa siswa sering keluar masuk ketika proses pembelajaran dimulai akibatnya konsentrasi siswa lain terganggu.Di samping itu, Pengalaman belajar siswa ditunjang dengan adanya teknologi. Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempermudah siswa mencapai pengalaman belajar yang optimal. Siswa-siswa sekarang menginginkan hal-hal yang baru yang menarik dan menantang.Demikian juga saat mengikuti pembelajaran mereka ingin pembaruan dalam pembelajaran. Dengan demikian seorang guru harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan memasukkan

(12)

12

pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin siswa terlibat aktif dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa. Jadi siswa tidak sekedar datang ke sekolah, duduk, mencatat, dan pulang tanpa ada pengalaman belajar.

b. Guru belum berupaya menumbuh kembangkan Motivasi siswa,

Hal ini dilihat ketika ada sebagian siswa tidak memusatkan segenap perhatian mereka pada suatu situasi belajar dalam kelas, seorang siswa ataupun pelajar akan berhasil dalam belajar jika pada diri mereka ada keinginan untuk belajar sebab tanpa motivasi mereka tidak akan mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami hal itu perlu dipelajari akibatnya kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil. Di samping itu ada juga beberapa siswa yang kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru ,motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian dalam belajar.

c. Hasil belajar siswa rendah.

Hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 berdasarkan nilai tes akhir semester pertama yaitu sebesar 38.70% siswa telah lulus dan 61.30% atau 19 orang siswa tidak lulus. Sebagian besar siswa belum memahami materi yang dijelaskan oleh guru .

(13)

13 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Telaga Biru,dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) pada mata

pelajaran Ekonomi ,yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Hasil pengamatan kegiatan guru dari 16 Aspek yang diamati yaitu 2 Aspek (12.5% ) mencapai kriteria sangat baik(SB), 10 Aspek(62.5%) mencapai kriteria baik dan 4 Aspek(25%) mencapai kriteria cukup. Sedangkan pada Hasil pengamatan kegiatan Siswa siklus Kegiatan ini diamati oleh peneliti

saat proses pembelajaran sebanyak 9 Aspek yaitu 2

Aspek(22.22%)memperoleh kriteria sangat baik(SB),2 Aspek (22.22%) memperoleh kriteria Baik(B) dan 5 Aspek (55.56%) memperoleh kriteria cukup(C). Sedangkan pada hasil belajar siswa dari 31 siswa yang dikenakan tindakan pada mata pelajaran ekonomi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang

memperoleh nilai >75 sebanyak 17 (58.83%) siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai <75 sebanyak 14 siswa (45.17%). Nilai rata-rata kelas mencapai (74.19%). Pada Hasil pengamatan kegiatan Guru pada siklus I masih terdapat beberapa aspek yang belum mencapai hasil yang maksimal diantaranya berupa media pembelajaran dalam hal ini penyediaan gambar berupa chart yang ditempel di papan tulis guna untuk

(14)

14

memberikan umpan kepada siswa tentang materi yang akan dibahas, kemudian guru juga belum maksimal dalam menyampaikan serta menerapkan strategi pembelajaran, serta membagi dan membimbing kelompok. Akibatnya hasil belajar siswa belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan. Di samping itu Hasil pengamatan kegiatan siswa belum mencapai hasil yang maksimal karena masih terdapat beberapa aspek di antaranya interaksi antara siswa masih rendah,

kemampuan berfikir siswa secara mandiri, kemampuan

mempersentasikan dan siswa belum dapat menarik kesimpulan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar, ada beberapa siswa sering keluar masuk ketika proses pembelajaran berlangsung akibatnya konsentrasi siswa lain terganggu . Untuk itu peneliti bersama guru mitra menyimpulkan hasil tindakan kelas ini belum mencapai hasil yang diharapkan sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya yakni SIKLUS 2. Pada tindakan siklus 2 dalam proses pembelajaran memperoleh gambaran peningkatan pada Pengamatan terhadap kegiatan guru dilakukan oleh guru mitra dengan menggunakan lembar kegiatan guru di kelas XI IPS 1 Dari 16 Aspek yang diamati yaitu 6 aspek(37.5%) memperoleh kriteria sangat baik(SB),9 aspek (56.25)% memperoleh kriteria Baik(B) (56.25)%,dan memperoleh kriteria Cukup(C) 1 aspek(6.25%). Sedangkan pada Hasil pengamatan kegiatan Siswa siklus 2

(15)

15

mengalami peningkatan yang diamati oleh peneliti dari 9 Aspek yaitu 3 aspek(33.33%) memperoleh kriteria sangat baik(SB) dan 6 aspek (66.67%) memperoleh kriteria Baik(B). Sedangkan pada hasil belajar siswa dari 31 siswa yang dikenakan tindakan pada mata pelajaran ekonomi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

yang memperoleh nilai >75 sebanyak 27 (87.10%) siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai <75 sebanyak 4 siswa (12.90%). Nilai rata-rata kelas mencapai (84.51%). Hal ini membuktikan bahwa siswa memiliki kesiapan belajar dalam mengikuti pelajaran, interaksi antara siswa juga sangat baik ,terutama siswa telah memiliki pengalaman belajar yang optimal. Untuk itu Hasil analisis dan refleksi dapat diperoleh kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan oleh peneliti telah berhasil mencapai kriteria keberhasilan. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share (TPS) dikelas XI IPS 1 SMAN 1 Telaga Biru dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan identifikasi masalah yang timbul di kelas XI IPS 1 yang mengacu pada identifikasi masalah yang timbul dalam pembelajaran Ekonomi yang dilaksanakan dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II dengan menyajikan materi ketenagakerjaan melalui penggunaan Model

(16)

16

pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) diperoleh simpulan

sebagai berikut:

a) Hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan bahwa menerima Hipotesis Tindakan yang dikemukakan pada Bab II di atas.

b) Alasan Penerimaan Hipotesis tersebut disebabkan oleh hasil analisis yang dilaksanakan melaluli siklus I dan Siklus 2 .

Setelah digunakan Model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair

Share (TPS) Hasil belajar siswa pada siklus I dari 31 siswa kelas XI

IPS1 yang memperoleh nilai >75 sebanyak 17 siswa(54.83%) sedangkan yang meperoleh nilai <75 sebanyak 14 siswa(45.17%) . Di samping itu Hasil pengamatan kegiatan siswa belum mencapai hasil yang maksimal karena masih terdapat beberapa aspek di antaranya interaksi antara siswa masih rendah, kemampuan berfikir siswa secara mandiri, kemampuan mempersentasikan dan siswa belum dapat menarik kesimpulan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar, ada beberapa siswa sering keluar masuk ketika proses pembelajaran berlangsung akibatnya konsentrasi siswa lain terganggu . Untuk itu peneliti bersama guru mitra menyimpulkan hasil tindakan kelas ini belum mencapai hasil yang diharapkan sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya yakni SIKLUS 2. kemudian setelah dilanjutkan ke tahap selanjutnya yakni siklus 2

(17)

17

ternyata memperoleh peningkatan hasil belajar siswa ,yakni dari 31 siswa yang memperoleh nilai >75 sebanyak 27 siswa(87.10%), sedangkan yang memperoleh nilai <75 sebanyak 4 siswa(12.90%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peneliti telah mencapai target keberhasilan,tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Saran

a) Bagi guru yang yang ingin memperhatikan hasil belajar siswa diharapkan melakukan penelitian tindakan kelas dan refleksi pada setiap mata pelajaran yang dilaksanakan.

b) Penggunaan metode dan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) kiranya selalu disesuaikan dengan materi

(18)

18

DAFTAR PUSTAKA

Abd.Kadim Masaong. 2013 Supervisi Pembelajaran dan Pengembanga

Kapasitas Guru,Bandung,Alfabeta

Zainal Aqib,2013 Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual(Inovatif),Bandung CV Yrama Widya

.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Rineka Cipta

Etin Solihatin.2008.Cooperative learing:analisis model pembelajaran IPS.

Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana.Nana.2010. Belajar dan Factor-factor yang mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta

Roestiyah.2012.Strategi belajar mengajar. Jakarta:Rineka cipta

Referensi

Dokumen terkait

3. Berdasarkan hasil analisis, faktor eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan agribisnis nenas di Kabupaten Kubu Raya adalah : Faktor Peluang berdasarkan urutan

pertumbuhan ekonomi hijau dan seterusnya mengekalkan kualiti alam sekitar, sumber tenaga kerja negara sewajarnya dilengkapi dengan kemahiran bukan teknikal atau

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor Pendidikan Agama adalah sesuatu yang ikut menentuksn keberhasilan Pendidikan Agama yang memiliki beberapa bagian

Kemudian dilakukan juga penerapan sistem cerdas logika fuzzy terhadap aksi pengaturan cahaya lampu ruangan yang disesuaiakan dengan intensitas cahaya eksternal dari matahari

Pernyataan tersebut berarti konversi atau pemindahan dari properti yang diketahui berasal dari indikasi kegiatan terlarang untuk orang yang diketahui berasal dari kegiatan

Ekstrak dari kulit jeruk purut memiliki kemampuan sebagai agen imunomodulator pada kemoterapi kanker.Kulit buah jeruk purut yang diketahui memiliki kandungan flavonoid,

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi, maka menimbulkan pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari

Diantara hal yang penting untuk dibahas adalah ratifikasi terhadap perjanjian perdagangan internasional, salah satunya adalah “ Upgrading Protocol to Amend ASEAN-China