• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

23 PENGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK

MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TANTA TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Misbah

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanta Tabalong Kalimantan Selatan

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMPN 1 Tanta yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes dan observasi. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I di peroleh 63,1 dengan ketuntasan klasikal 52.38, meningkat pada pertemuan ke dua rata-rata nilai siswa 70,95 dengan ketuntasan kalsikal mencapai 71.43, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata 86,67 dengan ketuntasan klasikal 80,95%, Pada pertemuan kedua di siklus II diperoleh rata-rata nilai menjadi 90,5 dan ketuntasan sebesar 100%. aktivitas siswa dilihat pertemuan ke 1 di peroleh rata-rata nilai 57,62% yang berarti dalam kategori Kurang, pada pertemuan ke 2 diperoleh nilai 66,19% yang beratri dalam Kurang, dan pada pertemuan ke 3 diperoleh nilai 77.86% yang berarti dalam kategori baik dan pada pertemuan ke 4 diperoleh nilai 83,57% diman nilai ini sudah masuk dalam kategori baik. Kesimpulan hasil penelitian ini, ada peningkatan pada hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas kelas VIII SMPN 1 Tanta. Saran dari penelitian ini adalah agar hasil belajar siswa meningkat sebaiknya diterapkan model pembelajaran yang dapat memberi kesempatan siswa agar lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Kata kunci: keaktifan siswa, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah integrasi dari proses dan produk. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang baik akan berdampak baik pula pada produk atau hasil dari pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran pendidik dan perseta didik. Komunikasi yang lancar antar keduanya akan membuat pembelajaran lebih hidup. Salah satu hal yang berpengaruh pada proses pembelajaran adalah aktifitas belajar peserta didik. Aktivitas belajar peserta didik adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental (Sardiman, 2005). Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik” (Rifa’i, 2012). Menurut Suprijono (2011) “Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja”.

Dalam proses belajar mengajar tugas guru adalah mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Menurut Nasution (2000), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua

aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berfikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berfikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran ini merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas. Wahyuni (2012) menyatakan “Pelaksanaan pembelajaran model Cooperatif learning tipe Think Pair Share mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi secara keseluruhan dapat meningkatkan semangat siswa selama mengikuti pembelajaran IPS”. Penggunaan model pembelajaran ini memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, merespon dan saling membantu dalam kelompok. Model ini melatih siswa bagaimana mengutarakan pendapat, belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi pembelajaran. Model ini dirancang agar siswa saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil. Penerapan model pembelajaran ini apabila siswa ingin agar kelompoknya berhasil, mereka akan mendorong anggota kelompoknya untuk lebih baik dan membantu mereka melakukannya. Siswa yang

(2)

24

bekerjasama dalam suatu kelompok bertanggungjawab atas teman satu timnya. Hal ini akan membuat siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah sama-sama dituntut untuk melakukan yang terbaik dan kontribusi dari setiap anggota kelompok memiliki nilai. “Kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas pada mata pelajaran IPS Terpadu merupakan materi yang menjelaskan tentang kebutuhan manusia yang tidak pernah ada habisnya dan keterbatasan sumberdaya sebagai alat pemenuh kebutuhan mengakibatkan terjadinya kelangkaan. Kelangkaan adalah keadaan dimana jumlah sumber daya yang ada dirasakan kurang atau bahkan tidak cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Kelangkaan menuntut manusia untuk mengatur penggunaan sumber daya dengan sebaik mungkin sehingga manusia dapat bertahan hidup. Manusia membuat skala prioritas untuk mengatur penggunaan sumber daya tersebut barang yang paling dibutuhkan manusia itulah yang harus dipenuhi terlebih dahulu kemudian memenuhi kebutuhan lainnya.

Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

Tabel 1. Langkah Pembelajaran Think Pair Share

No Langkah Keterangan

1. Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah

2. Berpasangan (pairing)

guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3. Berbagi (sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan

Penelitian tindakan ini dilakukan pada kelas VIII karena kelas ini memiliki nilai ketuntsan yang rendah dibanding kelas lain di SMPN 1 Tanta. Hal ini dapat dilihat dari 25 siswa yang memenuhi KKM hanya 57%. Sehinga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berpikir, memahami konsep-konsep sulit dengan bantuan anggota kelompoknya, bertukar pendapat dan pemikiran dalam menyelesaikan permasalahan serta mempresentasikan pemikirannya ke seluruh kelas. Model pembelajaran ini membantu siswa dalam meningkatkan kepercayaan dirinya untuk menyampaikan pendapat melalui interaksi diskusi yang dilakukan siswa dengan teman satu kelompoknya yang memungkinkan siswa untuk bebas berpendapat.

Penerapan model ini pada kelas VIII diharapkan dapat membantu siswa agar lebih memahami materi yang diajarkan serta meningkatkan peran aktif peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai dan hasil belajar siswa akan meningkat.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas VIII SMPN 1 Tanta

(3)

25

METODOLOGI

Metodologi merupakan pemandu peneliti untuk mencapai tujuan penelitian (Dalle, 2017; Dalle et al., 2017). Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas terdiri atas tiga kata, yaitu Penelitian, tindakan dan kelas. Berdasarkan tiga kata yang membentuk pengertiantersebut, maka Penelitian tindakan dapat dijabarkan menjadi pengertian berikut ini. Penelitian yaitu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan yaitu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran dari guru yang sama. (Arikunto, 2009)

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan oleh guru dalam sebuah kelas sehingga dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru untuk menghadapi masalah aktual dalam pembelajaran dikelas dan dapat meningkatkan praktik belajar dikelas secara berkesinambungan. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam serangkaian siklus pembelajaran yang dicobakan secara berulang-ulang hingga memperoleh informasi yang mantap tentang pelaksanaan metode tertentu. Guru dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut.

Dalam rancangan penelitian ini, kelas yang diamati adalah Kelas VIII SMPN 1 Tanta karena kelas ini merupakan kelas pilihan dimana keduanya memiliki fasilitas belajar yang tidak dimiliki oleh kelas lain serta mendapat tambahan jam pelajaran seusai sekolahdengan biaya sekolah yang lebih mahal dibanding kelas lainnya. Kelas VIII adalah kelas yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode think pair share karena kelas ini memiliki angka ketuntasan yang lebih rendah sebanyak 57% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 21 orang,.Kelas VIII dipilih untuk pelaksanaan penelitian karena diharapkan penerapan metode think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahapan perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan ketika penelitian berlangsung, meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, daftar hadir siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar aktivitas guru dan lembar evaluasi siswa. Guru dan peneliti melakukan koordinasi terkait pelaksanaan

model pembelajaran think pair share yang akan dilaksanakan ketika proses pembelajaran berlangsung.

Pada tahapan pelaksanaan tindakan kelas yang telah disusun oleh peneliti. Guru mitra harus mengikuti apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, tapi harus tetap berlaku wajar tanpa dibuat-buat.

Tabel 2. Langkah pelaksanaan tindakan kelas

No Langkah Keterangan

1. Berpikir

(thinking)

Guru memberi soal diskusi yang harus dikerjakan oleh siswa. Tahap ini mengharuskan siswa berpikir secara individu untuk memecahkan masalah yang telah diberikan.

2. Berpasangan

(pairing)

guru menginstruksikan agar siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Tahap ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bebas mengutarakan pendapatnya kepada teman satu kelompok untuk mencapai kesepakatan dalam memecahkan masalah serta mematangkan pendapat kelompoknya. 3. Berpasangan

(Pairing) Berbagi

(sharing)

siswa menyampaikan hasil diskusi satu kelompoknya kepada seluruh kelompok dikelas. Tahap ini diharapkan dapat terjadi tanya jawab yang dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan memperdalam pemahaman serta pengetahuan siswa terhadap materi yang diajarkan. Evaluasi dilakukan setelah pembelajaran dengan model think pair share berlangsung.

Tindakan selanjutnya yaitu tindakan pengamatan dilakukan oleh penulis sebagai pengamat. Penulis mengamati apa yang terjadi ketika tindakan dilaksanakan oleh guru mitra. Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa serta guru ketika terjadi proses pembelajaran dengan model pembelajaran think pair share. Pengamat mencatat hasil pengamatannya ketika tindakan berlangsung.

Selanjutnya peneliti mengemukakan kembali apa yang telah diperoleh saat pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan pada saat guru telah melakukan tindakannya kemudian bersama penulis mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Reflaksi dilakukan untuk mempertahankan kelebihan yang dicapai dan memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ditemukan. Apabila pelaksanaan tindakan belum sesuai yang diharapkan maka guru dan penulis harus membuat perencanaan untukmelakukan siklus kedua.

Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara membandingkan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan.

(4)

26

Data dihitung dengan menghitung nilai ulangan harian sebelum dilakukan tindakan dan nilai tes siklus I dan siklus II. Kemudia menghitung nilai rerata/presentasi rerata hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Langkah pertama mengetahui nilai rata-rata siswa, sebagai berikut:

Keterangan

= Nilai Rata-rata = jumlah seluruh nilai

= jumlah siswa (Sudjana, 2009)

Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 70. Hal ini sesuai dengan batas ketuntasan yang ditentukan oleh sekolah. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan rumus berikut ini.

Uji ketuntasan belajar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu metode pengajaran berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran secara tuntas, sehingga metode tersebut dikatakan efektif. “Keberhasilan proses mengajar dikatakan berada pada tingkat baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan 75% dikuasai oleh siswa” (Djamarah, 2010).

Keterangan.

NP = nilai persen yang dicari R = Skor/nilai yang diperoleh siswa

SM = Skor/nilai maksimum (Purwanto, 2009) Tabel 3. Kriteria Persentase Ketuntasan Belajar

84%-100% Sangat Tinggi 68%-83% Tinggi 52%-67% Sedang 36%-51% Rendah 20%-35% Sangat Rendah

Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur tingkat keaktifan siswa selama pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berlangsung di kelas. Dengan menghitung persentase skor perolehan:

(Arikunto, 2010)

Menghitung interval persentase kriteria penilaian keaktifan siswa:

(Nurgiyantoro, 2012) keterangan

Indikator Keberhasilan

Menurut Mulyasa (2009) Dari segi proses, Aktivitas belajar dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran. Dari segi hasil, proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan kompetensi dan perilaku yang positif pada iri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4. Hasil pembelajaran pada siklus I dan II

No Pertemuan ke Siklus I Siklus II

1. 1 63.1 86,67

2. 2 70,95 90,5

Gambar 1. Grafik Hasil Pembelajaran

Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan II dengan menggunakan model Think Pair Share dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 5. Persentase ketuntasan pembelajaran.

No Pertemuan ke Siklus I Siklus II

1. 1 52,38% 80,95%

2. 2 71,43% 100%

Gambar 2. Persentase ketuntasan pembelajaran

Model pembelajaran Think Pair Share memang sangat berperan dalam mencapai kemajuan hasil belajar siswa yang seperti disebutkan pada kemajuan aktifitas siswa, sehingga terdapat adanya hubungan antara motivasi siswa dengan hasil belajar yang dicapai. Seperti pada penelitian ini, siswa selalu berusaha keras untuk menjadi yang terbaik, baik secara kelompok maupun individu mereka selalu berusaha karena setiap pemenang akan mendapatkan penghargaan baik itu berupa hadiah ataupun pujian sehingga

(5)

27 mereka akan belajar dengan giat untuk memperoleh

tujuan yang mereka ingin capai yaitu menjadi sang juara.

Model TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

Karena hal itulah peneliti banyak melakukan perbaikan pada siklus II ini sehingga penulis memperoleh nilai yang memuaskan yaitu rata-rata siswa yang mencapai 85,48 dengan ketuntasan klasikal 85,71% pada pertemuan pertama dan ada beberapa orang siswa yang nilainya dibawah 70. Pada pertemuan kedua di siklus II guru lebih menekankan lagi tentang pemberian materi pelajaran dan memberikan bimbingan kepada siswa yang masih belum memahami materi pelajaran dengan baik serta membiasakan siswa untuk bertanya dengan guru maupun siswa lain yang lebih pandai apabila mengalami kesulitan dalam pembelajaran sehingga rata-rata nilai meningkat menjadi 93,10 dan ketuntasan sebesar 95,24% hal ini menunjukkan model Think Pair Share dapat membantu siswa dalam mencapai kemajuan hasil belajar dengan memotivasi mereka agar para siswa merasa semangat, senang dan bergairah dalam belajar sehingga dapat melebihi dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu ≥70.

Penerapan model kooperatif learning tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk menyelesaikan materi dalam pembelajaran IPS. Menggunakan Model Think Pair Share (TPS) di Kelas VIII SMPN 1 Tanta ini berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga melebihi dari indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil pengamatan Aktivitas Siswa Pada Proses Belajar Mengajar setiap Siklus. obeserver terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar IPS dengan mengunakan model TPS Gambar 3. Pengamatan Aktivitas siswa pada

pembelajaran setiap Pertemuan

Berdasarkan grafik diatas aktivitas siswa dilihat pertemuan ke 1 di peroleh rata-rata nilai 57,62% yang berarti dalam kategori Kurang, pada pertemuan ke 2 diperoleh nilai 66,19% yang beratri dalam Kurang, dan pada pertemuan ke 3 diperoleh nilai 77.86% yang berarti dalam kategori baik dan pada pertemuan ke 4 diperoleh nilai 83,57% diman nilai ini sudah masuk dalam kategori baik. Di mana siswa dalam pembelajaran aktivitas siswa sudah mengalami peningkatan tiap pertemuanya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian tentang Upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya manusia dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMPN 1 Tanta, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pengunaan model model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pengunaan model model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arends. (1997). Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta

Arikunto, S. (2009). Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi aksara.

Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia.Grinder. (2001). Cara belajar yang efektive. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N. (2017). The Development of Interactive Multimedia Learning Pyramid and Prism for Junior High School Using Macromedia Authorware. The Turkish Online Journal of Educational Technology, November. 714-721.

Djamarah, S.B. (2010). Strategi BelajarMengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Mulyasa, (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B. (2012). Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Yogyakarta. BPFE. Purwanto, N. (2009). Prinsip-Prinsip dan

Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya.

(6)

28

Rifa’i, A. (2012). Psikologi Pendidikan. Semarang. Universitas Negeri Semarang Press. Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisser.

Wahyuni, T. (2012). “Implementasi Cooperative Learning Tipe Think Pair Share pada pembelajaran IPS”. Dalam Journal of Education Social Studies, Volume 1 No. 2. UNY. Universitas Negeri Yogyakarta

Gambar

Tabel 1. Langkah Pembelajaran Think Pair Share
Tabel 2. Langkah pelaksanaan tindakan kelas
Tabel 4. Hasil pembelajaran pada siklus I dan II

Referensi

Dokumen terkait

kedudukannya setara; 2) Salah satu kriteria umum yang digunakan dalam menentukan status jabatan adalah “Jika dipilih oleh rakyat dan mewakili rakyat dan oleh

Peningkatan pemupukan P tidak meningkatkan nilai efisiensi penggunaan cahaya tanaman tebu namun demikian berpengaruh pada bobot kering batang tebu fase anakan

Keluhan - keluhan tersebut muncul akibat dari kurangnya layanan kualitas yang diberikan oleh KFC dari segi kualitas layanan yang akan berpengaruh pada emosi penilaian

Indonesia adalah strategi yang digunakan eksternal relations agar informasi dapat. disebarkan seluas-luasnya agar masyarakat Luwu Timur maupun

Hasil penelitian ini adalah: (1) rata- rata nilai kevalidan instrumen penilaian aspek psikomotorik adalah 1,00 dengan kriteria sangat tinggi, (2) kepraktisan instrumen penilaian

While the second part of questionnaire assessed project success that was influenced by stakeholder impact, stakeholder engagement, and stakeholder psychological

menguasainya. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa dengan menguasai bahasa. Mentawai seseorang akan lebih mudah memahami tata nilai dan berc bagai aspek

Selain itu terdapat beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam melakukan umpan yaitu kecepatan bola, sasaran umpan, ketepatan waktu melakukan umpan, teknik