• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: zulcha17@gmail.com

ABSTRACT

Mukhlas Halim Al-Amin. IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF THINK PAIR SHARE (TPS) TYPE TO IMPROVE THE STUDENT LEARNING RESULT IN THE SUBJECT OF COMMUNICATION IN GRADE X CLASS OF OFFICE ADMINISTRATION 1 IN PUBLIC VOCATIONAL HIGH SCHOOL 4 KLATEN IN ACADEMIC YEAR 2014/2015. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta. January 2016.

The objective of this research was to improve the student learning result in the subject of communication in grade x class of Office Administration 1 in Public Vocational High School 4 Klaten using Cooperative Learning model of Think Pair Share (TPS) type.

This research is Classroom Action Research (CAR). The research consists in two cycles, each cycles consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subject of this research were 34 students in grade X of Office Administration 1 in Public Vocational High School 4 in Klaten. The sources of data were the teacher and students. The data of this research collected through in-depth observation, interview, test, and document analysis. Data were validated using data and method triangulation, then analyzed using the descriptive-comparative analysis technique.

Considering the result of research, it could be concluded that the application of Think Pair Share (TPS) type of cooperative learning model could improve the student learning result. It could be seen from the improved the student learning result in cycle I and cycle II. In pre cycle, before applying cooperative learning model Think Pair Share (TPS) type, the mean class value was 72.15 or 39%. In cycle I, the student learning result improved with the mean value of 76.26 or 64.71%. In cycle II, the student learning result improved with the mean class value of 89.85 or 92.05%.

The conclusion of research was that the application of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) type can improve the student learning result in the subject matter communication subject in grade x of Office Administration 1 in Public Vocational High School 4 Klaten.

Key Word: Think Pair Share and learning outcome

1. Latar Belakang

Untuk mencetak generasi penerus bangsa yang dapat mengikuti

perkembangan zaman dan mampu menyesuaikan serta mempertahankan

(2)

diri terhadap tuntutan masyarakat modern diperlukan adanya pendidikan yang layak, karena pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa serta menghindarkan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan. Selain itu pendidikan merupakan bekal yang penting bagi seseorang yang ingin memasuki dunia kerja.

Pendidikan sangat berperan dalam kehidupan manusia, sebab dalam pendidikan dilaksanakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisasi. Kegiatan ini bertujuan menghasilkan perubahan positif dalam diri anak. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya ke arah yang lebih baik baik secara fisik maupun psikis.

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia, pemerintah Indonesia harus merancang sistem pendidikan yang baik dan layak dengan tujuan bahwa pendidikan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan kualitas generasi muda yang mampu bersaing secara kompetitif di dunia pendidikan nasional maupun internasional. Pemerintah Indonesia telah berupaya mencetak kualitas generasi penerus bangsa dengan program pendidikan nasional itu

sendiri. Salah satu peran pemerintah dalam hal pendidikan yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang dapat membangun kualitas pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami banyak perubahan, mulai dari kurikulum yang digunakan di dalam dunia pendidikan Indonesia yang terus disempurnakan sampai model-model pembelajaran yang digunakan pun terus mengalami perubahan. Dengan melakukan perubahan-perubahan ini, pemerintah Indonesia berharap dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa dan

mengembangkan kualitas generasi muda Indonesia.

Untuk mewujudkan keinginan pemerintah dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia tidak dapat terwujud tanpa adanya campur tangan dari seorang pendidik yang mendukung melalui proses belajar mengajar dibangku sekolah. Seorang guru tidak hanya dituntut harus dapat memberikan materi pelajaran saja, akan tetapi juga dituntut dapat menjadi seorang pendidik yang dapat mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan hanya menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran melainkan menjadikan siswa itu sebagai subyek pembelajaran sehingga siswa

(3)

dapat lebih aktif dan mampu mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki.

Komunikasi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah menengah kejuruan di bidang administrasi perkantoran.

Pelajaran komunikasi penting diberikan kepada siswa administrasi perkantoran agar nanti setelah lulus siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.

Suasana proses pembelajaran komunikasi di kelas X AP 1 SMK N 4 Klaten saat ini terasa membosankan karena proses pembelajarannya masih monoton dengan didominasi metode ceramah, dimana guru terlalu sering menjelaskan panjang lebar didepan kelas dengan hanya menggunakan buku pegangan guru tanpa menggunakan media lainnya sehingga siswa banyak yang mengantuk saat proses pembelajaran dan merasa jenuh berada didalam kelas yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran komunikasi bukan hanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam pelajaran komunikasi dan kurang berminat dalam mempelajarinya, namun ada faktor lain seperti metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan. Proses

belajar mengajar adalah suatu proses dimana guru menyampaikan ilmu pengetahuan yang dia miliki, yang meliputi segala usaha untuk membantu dan membimbing siswa kearah perubahan yang positif. Perubahan dari hasil proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan aspek – aspek yang lain yang terjadi pada seorang siswa. Perubahan tidak akan berhasil apabila kegiatan belajar mengajar tidak berjalan optimal.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak bisa lepas dari peran guru dalam memberikan informasi kepada peserta didik. Apabila metode mengajar yang digunakan oleh guru menyenangkan, maka peserta didik akan rajin, tekun dan antusias dalam menerima pelajaran sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh guru dapat tercapai. Metode mengajar guru merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka guru harus menguasai dan selalu mengembangkan berbagai metode pembelajaran agar dapat memilih dan menetapkan berbagai metode pembelajaran yang relevan sehingga proses belajar dapat berlangsung secara efektif..

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, metode pembelajaran juga mengalami perkembangan yaitu metode pembelajaran yang bersifat konvensional seperti ceramah,

(4)

demonstrasi, dan mencongak dan metode pembelajaran yang bersifat kooperatif seperti jigsaw, group investigation, teams games tournament, dan think pair share.

Pemilihan metode

pembelajaran harus menyesuaikan dengan kondisi siswa, bahan materi dan jumlah waktu yang tersedia agar metode pembelajaran yang digunakan dapat diserap dan dipahami oleh siswa.

Dengan adanya metode pembelajaran kooperatif dalam suatu kegiatan belajar mengajar, siswa didorong untuk aktif berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa yang lainnya agar tujuan belajar dapat tercapai dan siswapun dapat lebih mudah memahami dan menyerap materi yang mereka pelajari. Kemudian dalam model kooperatif sendiri, seorang guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator siswa. Oleh karena itu, dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat aktif berpartisipasi, mengeluarkan pendapat, menanggapi dan berperan aktif dalam jalannya diskusi dengan siswa yang lain.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 4 Klaten ditemukan permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung khususnya pada mata pelajaran komunikasi.

Observasi tersebut dilakukan pada bulan Maret 2015, dari hasil awal pra

siklus oleh peneliti, guru dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode ceramah yaitu menjelaskan materi secara panjang lebar dengan selalu menggunakan buku pegangan tanpa menggunakan media lain seperti power point, video, gambar, dan media lainnya. Hal tersebut mengakibatkan siswa merasa jenuh dan bosan sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada pelajaran komunikasi.

Berdasarkan observasi awal peneliti menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menyerap dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dapat diketahui dari capaian hasil belajar siswa yang masih di bawah KKM, yaitu 76 dengan jumlah siswa 34 orang. Dari hasil ujian tengah semester menunjukkan bahwa 39%

siswa atau sekitar 13 siswa dari 34 jumlah siswa dinyatakan sudah mencapai KKM yaitu dengan nilai 76-79 (5 siswa), 80-85 (6 siswa), 86-90 (2 siswa), dan sisanya 61% siswa atau 21 siswa masih belum mencapai KKM yaitu dengan nilai dibawah 75. Untuk tugas rumah yang diberikan oleh guru, masih ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas tersebut di kelas sebelum pelajaran Komunikasi dimulai. Ini menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, disini peneliti hendak melakukan penelitian tindakan kelas tentang :

(5)

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

KOMUNIKASI KELAS X

ADMINISTRASI PERKANTORAN 1 DI SMK NEGERI 4 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”

2. Kajian Pustaka

Model Pembelajaran Kooperatif Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan inovasi-inovasi yang baru untuk membuat pembelajaran menjadi lebih bervariatif. Oleh karena itu diperlukan strategi pembelajaran.

Asmani (2013:27) menjelaskan bahwa,

“jika dihubungkan dengan strategi belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudan kegiatan belajar mengajar”.Kemudian menurut Majid (2013:13) menjelaskan bahwa “model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya”.Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi suatu kegiatan belajar mengajar.Model pembelajaran itu ada berbagai macam bentuk dan variasinya.Pemilihan model pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi siswa, materi, besar kelas dan lainnya.

Menurut Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 241), “Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok- kelompok”.Sedangkan menurut Sugiyanto (2009:37) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana yang diutamakan adalah adanya kelompok-kelompok kecil siswa untuk melakukan kerjasama supaya siswa

dapat aktif dan memaksimalkan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Majid (2013:174) berpendapat bahwa “ pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Kemudian Suprijono (2013:54) mengemukakan bahwa ”pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.

Metode Pembelajaran Role Playing Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk di Universitas Maryland pad tahun 1985.

Think Pair Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lenih banya kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Majid (2013:191)

Think Paire Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

Keunggulan model pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa (Lie, 2008:57).

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Suprijono (2013: 91):

1) Tahap 1. Thinking (berpikir) Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk difikirkan oleh peserta didik. Guru memberikan kesempatan pada mereka untuk memikirkan jawabannya.

2) Tahap 2. Pairing (berpasangan)

Guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan pada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya

3) Tahap 3. Sharing (berbagi)

(6)

Pada tahap akhir, hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan secara integrative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.

Lie (2008:86) menyatakan kelebihan dan kekurangan metode Think Pair Share [TPS] adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan

a) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran b) Cocok digunakan untuk

tugas yang sederhana.

c) Memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.

d) Interaksi antar pasangan lebih muda.

e) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.

2) Kekurangan

a) Lebih banyak kelompok yang akan lapor dan perlu dimonitor.

b) Lebih sedikit ide yang muncul.

c) Jika ada masalah tidak ada penengah

Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran evaluasi memanglah sangat diperlukan, evaluasi mengambarkan hasil dari sebuah kegiatan pembelajaran.

Kunandar (2013:68) menjelaskan bahwa

“fungsi dari penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan guru adalah menggambarkan seberapa dalam peserta didik telah menguasai suatu kompetensi tertentu.” Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan tes yang akan menunjukkan nilai hasil belajar siswa yang diberikan guru dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai kompentensi tertentu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian tersebut adalah:

1) Soal-soal atau pertanyaan harus berhubungan langsung dengan rumusan tujuan pelajaran.

2) Murid-murid harus diberikan dengan jelas hasil apa yang diharapkan dari mereka pada akhir pelajaran.

Kunandar (2013:62) menegaskan bahwa “hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.” Jihad dan Haris (2012:14) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap di ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.”

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian perubahan perilaku siswa yang disebabkan oleh penguasaan atas sejumlah pengetahuan yang diberikan guru dalam proses belajar mengajar yang cenderung mengarah pada aspek kognitif, afektif dan pskomotorik.

Hipotesis Tindakan

Dari tinjauan pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran komunikasi kelas X administrasi perkantoran 1 SMK Negeri 4 Klaten tahun ajaran 2014/2015.

3. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 4 Klaten pada kelas X Administrasi Perkantoran 1. Alasan pemilihan tempat penelitian di SMK Negeri 4 Klaten.

Penelitian akan dilaksanakan selama 11 bulan terhitung dari bulan Januari 2015 sampai november 2015.

Subjek dan Objek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X jurusan

(7)

Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 4 Klaten semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

Obyek penelitian meerupakan kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas dengan menerapkan model pembelajaran, diantaranya:

a. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share .

b. Hasil belajar siswa.

Data dan Sumber Data

Data yang dijadikan fokus penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh saat siswa menerima pelajaran dari guru. Hasil belajar ini ditunjukan dengan nilai angka yang telah memenuhi KKM yaitu 76.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil nilai akhir pra siklus, siklus 1 dan siklus 2, data ini didukung pula dengan hasil observasi, dokumentasi, wawancara pada guru komunikasi dan beberapa siswa kelas X AP 1 SMK N 4 Klaten.

Pengumpulan data

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut digunakan beberapa teknik pengumpulan data sehingga data yang diperoleh benar-benar valid dan dapat dipercaya. Adapun pengumpulan data dalam penelitian dapat menggunakan beberapa teknik antara lain observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

Uji Validitas Data

Untuk menjamin validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Menurut Patton (dalam Sutopo, 2006: 92-98) terdapat empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu:

1. Triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang

dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Triangulasi pengamat

Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data.

3. Triangulasi teori

Penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

4. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi data dan metode. Menggunakan triangulasi data karena dalam penelitian ini menggunakan sumber data yaitu guru dan beberapa siswa yang dianggap memiliki pandangan yang berbeda. Pemeriksaan data dapat dilakukan dengan menggunakan data hasil wawancara dari guru dan peserta didik serta hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan mencatat segala data kegiatan selama pelaksanaan penelitian. Sedangkan triangulasi metode digunakan peneliti untuk membandingkan data antara hasil wawancara dengan hasil observasi langsung dan dokumentasi.

Analisis data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknis analisis data deskriptif komparatif. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus.

Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan membandingkan hasil pada akhir setiap siklus (Suwandi, 2008:70).

Teknik komparatif dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian siklus pertama dan kedua. Indikator yang belum tercapai pada siklus pertama akan diperbaiki pada siklus berikutnya sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik.

(8)

4. Hasil Tindakan dan Pembahasan Pra Siklus Tindakan

Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti melakukan kegiatan observasi awal pada saat pelajaran komunikasi berlangsung dikelas X AP 1 yang bertujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Observasi mendalam dilakukan pada tanggal 20 Maret 2015 di SMK Negeri 4 Klaten. Dari observasi awal diketahui bahwa proses pembelajaran yang digunakan masih cenderung menggunakan model pembelajaran ceramah yang cenderung didominasi oleh guru (teacher centered) dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang ada tersebut tidak salah tetapi terlalu monoton dan kurang menarik dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan peneliti, terdapat 21 siswa dari 34 peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 76 pada mata pelajaran Komunikasi.

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan grafik sebagai berikut:

Siklus 1

Berdasarkan hasil pengamatan siklus I oleh peneliti dan observer tentang model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diperoleh hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa ini diambil dari nilai 3 aspek yaitu kognitif (40%), afektif (20%) dan psikomotorik (20%). Dari 3 aspek tersebut didapakan hasil belajar siswa pada siklus I yaitu terdapat 12 siswa dari 34 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 76 pada mata pelajaran Komunikasi. Adapun data pengolahan ranah hasil belajar siswa dapat disajikan melalui tabel di bawah ini :

Siklus 2

Berdasarkan hasil pengamatan siklus I oleh peneliti dan observer tentang model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diperoleh hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa pada siklus II yaitu terdapat 33 peserta didik dari 34 peserta didik yang

mendapatkan nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 76 pada mata pelajaran Komunikasi. Dalam siklus II ini hanya terdapat satu siswa dengan nilai dibawah KKM, hal ini disebabkan karena siswa itu jarang masuk. Adapun data pengolahan ranah hasil belajar siswa dapat disajikan melalui tabel di bawah ini :

Perbandingan Antar Siklus

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, maka dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa (kognitif 60%, afektif 20% dan psikomotorik 20%) pada mata pelajaran komunikasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

5. Simpulan dan Saran Simpulan

Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa pada siklus I meningkat dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa mencapai 75,30 dengan persentase capaian 64,71%, sedangkan hasil belajar peserta didik pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh peserta didik mencapai 87,00 dengan persentase capaian 97,05%.

Peningkatan hasil belajar siswa pun dapat dilihat pada setiap aspek sebagai berikut:

(9)

1. Pada aspek kognitif hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 76,18 dan pada siklus II meningkat menjadi 88,09.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sebanyak 11,91 pada aspek kognitif siswa.

2. Pada aspek afektif juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 73,24 dan pada siklus II meningkat menjadi 85,00.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sebanyak 11,76 pada aspek afektif siswa.

3. Pada aspek psikomotorik pun mengalami peningkatan dari siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 78,56 dan pada siklus II meningkat menjadi 85,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sebanyak 5,44 pada aspek psikomotorik siswa.

Simpulan dari hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut, yaitu terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas X AP 1 tentang Kompetensi Dasar media komunikasi pada mata pelajaran komunikasi di SMK Negeri 4 Klaten Tahun Ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

Saran

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah hendaknya mengapresiasi dan memotivasi

guru untuk selalu

mengembangkan dan

menerapkan model

pembelajaran yang bervariasi untuk mendorong minat belajar siswa, dengan cara memberikan penyuluhan terkait model-model pembelajaran.

b. Kepala sekolah hendaknya dapat meningkatkan sarana dan prasarana dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas seperti buku, hotspot area dan

lain-lain, sehingga dapat

mendukung kegiatan

pembelajaran di kelas.

2. Bagi Guru

a. Guru harus lebih

mengembangkan

kemampuannya dalam

menyampaikan materi dan lebih tegas dalam membina dan mengelola siswa dalam kelas.

b. Guru harus lebih memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara memberikan contoh-contoh yang nyata.

c. Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan cara

menyesuaikan model

pembelajaran yang akan digunakan dengan materi pembelajaran sehingga proses kegiatan pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan dapat lebih menghargai guru dalam proses pembelajaran dengan cara siswa selalu aktif dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

b. Siswa harus lebih mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dengan cara melakukan latihan dalam mengemukakan pendapat dan idenya pada saat diskusi kelompok sehingga dalam kegiatan pembelajaran akan dapat lebih berpartisipasi aktif.

c. Siswa harus lebih konsentrasi dan fokus dalam proses pembelajaran agar hasil belajarnya melebihi batas KKM.

Daftar Pustaka

(10)

Anita, Lie. (2008). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.Gransindo.

Asmani, J.M. (2013). 7 Tips Aplikasi Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press.

Daryanto dan Rahardjo, Mulyo.(2012). Model Pembelajaran Inovatif. Malang:

Penerbit Gava Media.

Jihad & Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kunandar. (2013). Penilaian Auntentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. (2009). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Suprijono, Agus. (2013). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Kasus: Pasien dengan nyeri dan edema lengan kiri yang progresif pasca operasi mammae aberant kiri, tidak memberikan hasil memuaskan dengan terapi konservatif selama sepuluh

(46) Maha Benar Allah [Al-Furqan] -ﻢّﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰّﻠﺻ- ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺪﻬﻋ ﻲﻓ ﺲﻤﺸﻟﺍ ﻑﻮﺴﻛ ﺪﻌﺑ ﺖﻟﺰﻧ ﺔﻳﻵﺍ ﻩﺬﻫﻭ ٰﻰَﻟِﺇ ‌َﺮَﺗ ْﻢَﻟَﺃ} :ﻪﻴﺒﻧ ًﺎﺒﻃﺎﺨﻣ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻝﺎﻘﻓ

Pada proyek ini, CTQ adalah tingkat kerusakan suara yang rendah, karena masih kalah dibanding produk kompetitor, customer importance dan mean rank pada friedman test-nya paling

Panjang Arteri 26 Kedoya Jakarta Barat Cafe & Restoran - 96 Old Town White Coffee Emporium Mall Ground Floor G-07 Jakarta Utara Cafe & Restoran - 97 Ong Bistro Ruko

Diantara hal yang penting untuk dibahas adalah ratifikasi terhadap perjanjian perdagangan internasional, salah satunya adalah “ Upgrading Protocol to Amend ASEAN-China

dilakukan oleh kedua belah pihak harus dijelaskan dalam kontrak perjanjian yang disepakiti bersama. Tujuan disini masuk rukun keempat menurut para ahli kontenporer islam,

Setelah didapatkan jumlah/nilai kategori Kano tiap-tiap atribut terhadap semua responden maka dilakukan penetuan kategori Kano dengan menggunakan rumus Baluth’s Formula,

Pada tahap improve, dilakukan pembuatan alternatif- alternatif perbaikan yang sesuai dengan akar permasalahan kritis dari tiap jenis defect.. Diharapkan usulan