• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas dan mutu perkebunan serta juga ketersediaan input sarana dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. produktivitas dan mutu perkebunan serta juga ketersediaan input sarana dan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

produktivitas dan mutu perkebunan serta juga ketersediaan input sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat terwujud berkembangnya penguatan di hilir untuk kemajuan pengembangan perkebunan ke depan.

Meskipun kinerja pembangunan perkebunan belum eksis di penguatan di hilir dengan basis di hulu, namun peranan dan kontribusinya selama ini telah memberikan hasil yang nyata terhadap perekonomian secara luas dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat. Untuk itu peran dan kontribusi perkebunan akan terus dipacu sejalan dengan tuntutan dan perkembangan iptek serta perubahan dalam tatanan nilai baik ekonomi, politik dan lingkungan hidup. Hal itu dapat dilakukan apabila potensi dan karakteristik perkebunan yang dimiliki dioptimalkan seperti dari jenis komoditi, hasil produksi Pembangunan perkebunan ke depan diarahkan pada upaya penguatan di hilir, yaitu pengembangan industri yang maju yang didukung sumberdaya perkebunan yang kuat melalui pemberdayaan di hulu dalam rangka meningkatkan nilai tambah, kualitas dan daya saing, pemasaran serta ekspor. Dukungan basis di hulu dilakukan untuk peningkatan produksi,

(3)

3

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

dan bentuk pengusahaannya, karena dapat menjadi kekuatan dan peluang yang baik untuk dikembangkan agar lebih maju, produktif dan berkelanjutan.

Potensi dan keunggulan lokal yang dimiliki terus dioptimalkan seperti komoditi kakao Sulawesi Selatan yang sudah memberikan kontribusi secara nyata terhadap perekonomian dan peningkatah kesejahteraan masyarakat mendapat perhatian dan prioritas, sehinngga menjadi harapan untuk diwujudkan sebagai wilayah perkebunan terkemuka berbasis kakao.

Dalam rangka mewujudkan arah pembangunan perkebunan dan memperhatikan potensi keunggulan lokal, maka ditetapkan Rencana Strategis (Renstra) selama 5 tahun ke depan yang bernuansa pada penerapan sistem pembangunan yang cerdas, kreatif dan inovatif sejalan dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008-2013 merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan. Dokumen ini disusun melalui telaahan dan analisis yang mendalam tentang strategi, potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dihadapi pembangunan perkebunan selama lima tahun ke depan.

Oleh karena dalam pelaksanaan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008-2013 banyak dipengaruhi perkembangan dan perubahan lingkungan strategis serta dinamisasi yang berubah cepat yang mempe-

(4)

4

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

ngaruhi internal kinerja organisasi, maka dipandang perlu dilakukan Revisi Renstra untuk penyesuaian,perbaikan dan penyempurnaan agar lebih terukur dan tepat sasaran dalam pencapaian arah pembangunan perkebunan ke depan.

Dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan kinerja organisasi dalam menghadapi perkembangan perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis serta faktor-faktor berpengaruh yang berubah dengan cepat dan sering tidak terduga, maka dikembangkan model perencanaan strategis pada analisis lingkungan strategis.

Memperhatikan peranan Sub Sektor Perkebunan baik tantangan maupun peluang yang dihadapi serta tuntutan pembangunan, maka arah strategi dan kebijakan pengembangan Sub Sektor Perkebunan dititik beratkan pada kebijakan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan yaitu peningkatan &

pemerataan kesejahteraan, perwujudan keunggulan lokal, penguatan kelembagaan masyarakat dan penguatan kelembagaan pemerintah, dan kebijakan pemerintah pusat. Untuk kebijakan ini diimplementasi pada program peningkatan produksi,produktivitas dan mutu tanaman perkebunan,peningkatan nilai tambah,daya saing,industry hilir,pemasaran dan ekspor, serta peningkatan

penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana perkebunan.

Secara nasional sub sektor perkebunan memberikan kontribusi peningkatan Devisa Negara dan PDRB terbesar

(5)

5

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

di luar minyak dan gas bumi serta penyerap tenaga kerja yang cukup besar.

Sehubungan dengan strategi dan kebijakan pembangunan perkebunan provinsi sulawesi selatan, maka sasaran pembangunan perkebunan ke depan adalah memulihkan produksi dan kualitas kakao 300.000 ton, hingga tahun 2013.

Untuk perkebunan kedepan adalah memulihkan produksi dan kualitas mencapai sasaran tersebut, maka diperlukan program-program yang dapat mendukung tercapainya sasaran yang terlah ditetapkan termasuk dukungan adanya Gerakan Nasional Kakao dari pemerintah pusat. Diharapkan dengan melalui Gernas kakao yang memperoleh dukungan pembiayaan dari pusat yang cukup besar dapat terwujud pemulihan dan peningkatan produksi dan kualitas kakao di Sulawesi Selatan.

B. Maksud dan Tujuan

Tujuan Revisi Penyusunan RENSTRA Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah merumuskan kebijakan dan Program Strategis yang yang disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan strategis serta faktor internal agar dalam pelaksanaannya lebih terarah, terukur, dan tepat sasaran, serta efisien dan efektif berdasarkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.

C. Landasan Hukum

a. Undang-undang R.I Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

(6)

6

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara R.I Tahun 2004 Nomor 125. Tamabahan Lembaran Negara No. 9437).

c. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN.

d. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

g. Undang-undang Nomor : 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

h. Undang-undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan

i. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan.

j. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah.

k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 108 Tahun 2000 tentang tata cara Pertanggung jawaban kepada Daerah.

l. Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang tata cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

(7)

7

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

m. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang tata cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan RI.

n. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Industri Pemerintah.

0. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 2002 tentang pelaksanaan kebijakan dan strategis Nasional Percepatan Pembangunan kawasan timur Indonesia.

p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

q. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

r. Peraturan Daerah 12 / Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan 2008 – 2013.

s. Peraturan Daerah 10 / Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sulawesi Selatan 2020.

t. Peraturan Daerah Nomor 44 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Propinsi Sulawesi Selatan.

u. Keputusan Menteri Dalam Negara Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pelimpahan Pengawasan Fungsional kepada Gubernur.

(8)

8

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

v. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah.

w. Keputusan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Nomor : 133 / A.3 / KPTS / V / 2008 tanggal 5 Mei 2008 tentang Penunjukan Tim Penyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008.

D. Hubungan Renstra SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya.

Rencana Strategi Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan 2008 – 2013 disusun berdasarkan hasil analisis lingkungan strategi Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan serta memperhatikan Undang-undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Sebagai Daerah Otonomi terutama menyangkut tugas pokok dan Fungsi Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 08 Tahun 2008 Tanggal, 21 Juli 2008, namun demikian RENSTRA Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan tidak terlepas dari arah dan kebijakan nasional serta kebijakan strategi Kementerian Pertanian RI yaitu Pengembangan Agribisnis berbasis Perkebunan, Pengembangan Pangan pada areal Perkebunan, dan Peningkatan Kesejahteraan Petani.

(9)

9

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

Selanjutnya Rencana Strategi (RENSTRA) Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan dijabarkan ke dalam rencana Pembangunan Tahunan Daerah melalui dukungan dana yang dimuat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sulawesi Selatan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara “ APBN Dekonsentrasi / Tugas Pembantuan” dalam rangka mewujudkan visi, misi dan strategis yang telah ditetapkan.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan renstra ini disusun secara sistematis dengan mengkaji berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pencapain visi dan misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut :

1. Mempelajari dampak Visi, Misi dan Program Gubernur Sulawesi Selatan dimana Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan mengkaji implikasi Visi, Misi, dan Program Gubernur Sulawesi Selatan terhadap tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dengan memberikan penilaian keterkaitan Visi, MIsi dan program dalam renstra Dinas priode lalu.

2. Mengidentifikasi program Gubernur Sulawesi Selatan terhadap capaian kinerja program Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan priode sebelumnya.

3. Hasil identifikasi perubahan program dan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai akibat Visi, Misi dan program

(10)

10

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

Gubernur Sulawesi Selatan adalah menjaga kelanjutan capaian kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah baik, serta merumuskan kegiatan penting yang belum terlaksana pada priode sebelumnya.

4. Penulisan ini juga menjelaskan program dan yang bersinerjik dengan stakeholders / SKPD lainnya dengan memperhatikan arah rencana tata ruang Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

5. Merumuskan Visi & Misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan jabaran Visi & Misi Gubernur Sulawesi Selatan 2008 - 2013

6. Melakukan kajian strategis untuk menetapkan strategi dalam merumuskan kelompok tujuan dan kebijakan dalam pencapaian Visi dan Misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Kajian tersebut menggunakan metode analisis yang mempertimbangkan lingkungan eksternal program Gubernur Sulawesi Selatan terhadap kondisi objek urusan / kewenangan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, dan lingkungan internal (kondisi internal Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan; SDM, peralatan, kebijakan, dll). Kajian tersebut dilengkapi dengan hasil evaluasi Restra Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan periode sebelumnya.

(11)

11

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

7. Menyusun program sebagai penjabaran kebijakan ke dalam kelompok tujuan, dalam bentuk program-program sesuai kewenangan lokalitas SKPD, lintas SKPD, sebagai pelaksanaan tugas dan fungsinya.

8. Menyusun rencana kegiatan yang merupakan penjabaran dari program lokalitas SKPD (Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan), lintas SKPD, yang dilengkapi indikasi pendanaan, serta dilampiri rencana kerangka regulasi dan kerangka pendanaan bersifat indikatif.

9. Menetapkan lokasi rancangan kegiatan dengan memperhatikan rencana tata ruang.

10. Muatan butir tersebut diatas menjadi muatan dalam rancangan Restra Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, disampaikan kepada Kepala Bappeda sebagai masukan untuk menyusun Rancangan RPJM Daerah 2008-2013 sebagai bahan utama dalam Musrenbang.

(12)

12

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

BAB II

TUGAS DAN FUNGSI SKPD

A. Tugas dan Fungsi

Tugas Pokok Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan perda No. 08/Tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 adalah melaksanakan kewenangan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas Pembantuan serta urusan/kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten / Kota di bidang Perkebunan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Perkebunan mempunyai fungsi :

a. Penyusunan kebijaksanaan tehnis di bidang Perkebunan.

b. Pelaksanaan pelayanan umum lintas Kabupaten/Kota di bidang Perkebunan.

c. Penyelenggaraan perizinan usaha Perkebunan lintas Perkebunan/Kota.

d. Pembinaan teknis di bidang Perkebunan.

e. Pembinaan unit pelaksana teknis Dinas.

f. Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.

(13)

13

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

B. Struktur Organisasi

KEPALA DINAS

KELOMPAOK JABATAN

FUNGSIONAL SEKRETARIAT

SUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIA

SUBAG PROGRAM

SUBAG KEUANGAN

BID. PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN USAHA

PERKEBUNAN

BID. SARANA PRASARANA PERKEBUNAN

BID. PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

BID. PASCA PANEN & SISTEM INFORMASI PERKEBUNAN

SEKSI PEMBINAAN

TANAMAN

SEKSI PERBENIHAN

SEKSI PEMBINAAN TANAMAN SEMUSIM

SEKSI KERJASAMA DAN

KELEMBAGAAN

SEKSI ALAT DAN MESIN

SEKSI PUPUK & PESTISIDA

SEKSI PENGAMATAN DAN

PERAMALAM OPT

SEKSI PENGENDALIAN OPT

&

U P T D

SEKSI KONSERVASI

LAHAN &

PEMANFAATAN AIR

SEKSI PENGOLAHAN HASIL

SEKSI PEMASARAN HASIL

SEKSI STATISTIK & SISTEM

INFORMASI

(14)

14

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

BAB III

KONDISI UMUM PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

mewujudkan fungsi dalam aspek ekonomi,ekologi dan sosial budaya. Kondisi pembangunan perkebunan dapat tercermin dari indikator berikut:

A. Indikator Makro

1. Pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Pada kondisi makro, indikator yang dapat dilihat adalah nilai PDB yang peranannya amat penting dalam pembangunan ekonomi terhadap perolehan PDB dari sub sektor perkebunan tahun 2009 cukup besar yaitu Rp 7,011 Triliun (harga berlaku), nilai besaran ini cukup berarti bagi pembangunan di Sulawesi Selatan. PDB tersebut cenderung terus meningkat pada setiap tahunnya dan apabila dibandingkan tahun 2008 mencapai Rp. 5,354 Triliun (harga berlaku) atau naik sebesar 30,94%.

2. Keterlibatan Tenaga Kerja

Jumlah petani perkebunan pada tahun 2009 sebanyak 1.003.745 KK atau setara dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.018.725 Orang.

Pembangunan perkebunan yang dilaksanakan didasarkan atas asas manfaat, berkelanjutan, ketepaduan, kebersamaan, keterbukaan dan

(15)

15

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

Kecenderungan keterlibatan tenaga kerja terus meningkat pada setiap tahunnya. Bila dibandingkan pada tahun 2008 jumlah petani perkebunan sebanyak 993.050 KK atau setara dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4.965.250 Orang atau naik sebesar 1,07%. Dengan meningkatnya keterlibatan tenaga kerja akan mendorong dan memicu peningkatan pengelolaan usaha perkebunan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui subsektor perkebunan.

3. Kesejahteraan Petani Pekebun

juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Nilai dari indeks NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani.

Produktivitas tenaga kerja adalah perkembangan pendapatan tenaga kerja yang diukur dari nilai PDB pertenaga kerja di sektor bersangkutan. Pada tahun 2009 pendapatan petani pekebun mencapai Rp. 6.985.504 naik bila Indikator yang biasanya dipergunakan untuk mengukur kesejahteraan petani adalah indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dan produktivitas tenaga kerja. NTP dipergunakan untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP

(16)

16

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

dibandingkan pendapatan tahun 2008 yang hanya mencapai Rp.

3.591.293 atau naik rata-rata sebesar 94,51%.

4. Investasi

telah mengembangkan berbagai skim kredit program yang terdiri dari skim kredit program dengan fasilitas sub sidi bunga dan skim kredit program dengan fasilitas penjaminan. Pada saat ini petani telah mendapatkan kepercayaan untuk memanfaatkan fasilitas skim kredit dengan fasilitas bunga sub sidi seperti revitalisasi perkebunan. Sedangkan kelompok yang lainnya yang dimungkinkan untuk memanfaatkan skim kredit program dengan fasilitas penjaminan yaitu adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan besaran kredit maksimum Rp.

500 juta per debitur dengan kisaran suku bunga 14% untuk kredit Rp. 5 juta s/d 500 juta dan suku bunga sampai dengan 22% untuk kredit sampai dengan Rp. 5 juta.

Salah satu keterbatasan petani dalam pengembangan usaha perkebunan adalah modal. Dalam membantu petani mengatasi keterbatasan modal, pemerintah

(17)

17

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

5. Neraca Perdagangan

Volume dan nilai eksport produk hasil perkebunan yang dicapai pada tahun 2009 sebesar 214.264,90 ton dengan nilai US$ 425.746.609,09.

Bila dibandingkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan yaitu untuk volume eksport sebesar 277.233,82 ton dengan nilai US$ 383.579.576,20 atau naik sebesar 10,99% untuk nilai eksport.

B. Indikator Mikro

1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas

diberikan oleh Kementerian Pertanian RI. Berdasarkan kondisi agroklimat Sulawesi Selatan dan kajian teknologi pengembangan pembangunan perkebunan, Sulawesi Selatan ditetapkan 10 komoditas unggulan yaitu Kakao, Kelapa Sawit, Kelapa, Kopi, Jambu Mete, Lada, Cengkeh, Tebu, Kapas dan Jarak Pagar.

Dari 10 komoditi tersebut, satu komoditi diantaranya menjadi prioritas pembangunan perkebunan di Sulawesi Selatan yaitu komoditas Kakao.

Komoditi ini dapat meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan devisa negara.

Berdasarkan statistik perkebunan, jumlah komoditi yang dibina hingga saat ini sebanyak 37 komoditi dari 124 komoditi sesuai kewenangan yang

(18)

18

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

Luas areal dan produksi perkebunan yang dicapai pada tahun 2009 adalah seluas 656.228,59 ha dengan produksi sebesar 441.773,04 ton dengan tingkat produktivitas 903,39 Kg/Ha. Bila dibandingkan pada tahun 2008 produksi yang dicapai 393.202,42 ton atau naik rata-rata sebesar 12,35% dan tingkat produktivitas 798,45 kg/ha atau naik rata-rata 13,14%.

2. Mutu Perkebunan

Pasar tidak hanya menuntut terpenuhinya standar produk dari aspek jumlah saja tetapi juga dari aspek mutu termasuk mutu pertanaman yang mendukung terpenuhinya berbagai atribut produk yang lebih detail, seperti : atribut keamanan produk, atribut nutrisi, atribut nilai, atribut pengepakan, atribut lingkungan, dan atribut kemanusiaan.

Banyak parameter yang dapat dijadikan ukuran untuk mutu pertanama.

Namun, tidak semua parameter tersebut dapat diukur kinerjanya secara kuantitatif sebagaimana dipersyaratkan dalam reformasi perencanaan dan penganggaran. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tiga parameter untuk mengukur secara kuantitatif kinerja pembangunan perkebunan dari aspek mutu pertanaman yang meliputi jumlah populasi tanaman, luas serangan OPT dan penggunaan benih bersertifikat.

Perubahan perilaku konsumen dan liberalisasi perdagangan berimplikasi pada semakin ketatnya persaingan produk-produk perkebunan di pasar

(19)

19

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

BAB IV

POTENSI DAN PERMASALAHAN

A. Potensi

1. Lahan dan Agroekosistem

Ketersediaan lahan menjadi salah satu keunggulan komperatif dalam pengembangan perkebunan. Apabila dikelola dengan baik keunggulan komperatif ini dapat mendukung keunggulan kompetitif. Saat ini masih tersedia lahan potensial untuk pengembangan perkebunan seluas 587.234,63 ha. Potensi lainnya dalam pembangunan perkebunan adalah kondisi agroekosistem.

Komponen aagroekosistem yang meliputi kondisi geografis, penyinaran matahari, intensitas curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun dibeberapa wilayah dan keanekaragaman jenis tanah menjadi faktor yang sangat mendukung dan potensial untuk pengembangan perkebunan.

2. Teknologi

Teknologi budidaya terapan, baik yang dihasilkan oleh lembaga penyedia teknologi maupun individu praktisi perkebunan, telah tersedia untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi, produktifitas, dan mutu tanaman perkebunan, antara lain teknologi somatic embryogenesis/kultur jaringan, rekayasa genetik, sambung samping, sambung pucuk, pengendalian OPT secara terpadu, pengolahan limbah kebun sebagai pupuk organik dan teknologi budidaya yang adaptif terhadap perubahan iklim. Selain berperan meningkatkan

(20)

20

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan, teknologi terapan tersebut juga bersifat ramah lingkungan.

Disamping teknologi budidaya terapan, teknologi pemuliaan tanaman juga telah dihasilkan antara lain melalui rekayasa genetika dalam rangka mendukung pengadaan varietas unggul guna menciptakan komoditas perkebunan berdaya saing tinggi.

3. Pasar

Pasar dalam negri merupakan pasar yag sangat potensial terkait dengan besarnya jumlah penduduk dan adanya berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk. Pasar internasional juga menjadi sangat potensial seiring dengan liberalisasi perdagangan dunia.

Potensi pasar komoditas perkebunan juga semakin tinggi mengingat semakin berangamnya sumber bahan baku dan derivatif produk perkebunan, antara lain bio-fuel yang memiliki potensi besar untuk mengganti energi fosil yang semakin lagkah dan jumlahnya semakin menipis. Selain itu semakin meningkatnya permintaan produk specialty dan organik perkebunan di pasar internasional manambah tingginya potensi pasar komoditas perkebunan di masa depan.

4. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan perkebunan. Melalui pendekatan yang tepat, besarnya jumlah anggakatan kerja tersebut merupakan potensi untuk mengembangkan

(21)

21

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

perkebunan. Dengan adanya lembaga pendidikan yang kompeten, peningkatan kualitas dan kapabilitas SDM perkebunan bukan merupakan suatu hal yang sulit untuk diwujudkan. Tidak kalah pentingnya dalam hal potensi SDM adalah petugas terampil, terlatih dan berdedikasi tinggi jumlahnya dapat ditingkatkan secara signifikan yang siap dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan perkebunan.

B. Permasalahan

Berbagai kegiatan pembangunan perkebunan selama ini telah berhasil meningkatkan produksi dan mutu sebagaian besar komoditi perkebunan.

Meskipun demikian, secara umum produktivitas dan mutu komoditi perkebunan tersebut masih dibawah potensi dan rata-rata hanya mencapai 903,39 kg/ha pada tahun 2009.

Pada umumnya produktivitas tanaman yang dicapai masih sangat rendah bila dibandingkan potensi produksi. Hal ini disebabkan antara lain sebagian tanaman sudah tua dan tidak produktif, terserang hama dan penyakit serta sumber bahan tanaman dari asalan. Selanjutnya pemeliharaan tanaman belum dilaksanakan secara intensif mengingat sarana produksi masih sangat terbatas, belum optimalnya kualitas hasil produk perkebunan. Disamping itu masih lemahnya kelembagaan petani/kelompok tani sehingga akses dalam pengembangan usaha sepenuhnya belum kuat terutama dalam mengakses permodalan dan pasar serta dalam menjalin kemitraan usaha.

(22)

22

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

BAB V

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN 2008-2013

A. Visi dan Misi SKPD

Rumusan Visi Pembangunan Perkebunan di Sulawesi Selatan didasarkan atas beberapa Kriteria Pembangunan dan mengacu pada aspek/

ruang lingkup kebijakan pengembangan Sub Sektor Perkebunan yang dititik beratkan pada kebijakan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan yaitu peningkatan & pemerataan kesejahteraan, perwujudan keunggulan local, penguatan kelembagaan masyarakat dan penguatan kelembagaan pemerintah, dan kebijakan pemerintah pusat yaitu peningkatan produksi/produktivitas,mutu perkebunan dan nilai tambah/industri hilir, pemasaran,ekspor serta penyediaan sarana dan prasarana perkebunan yang memadai.

1. Visi.

Sejalan dengan visi Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 - 2028 yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD ) Provinsi Sulawesi selatan, yaitu :

“ SULAWESI SELATAN MENJADI WILAYAH TERKEMUKA DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KEMANDIRIAN LOKAL YANG BERNAFASKAN KEAGAMAAN “. Serta memperhatikan Visi Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan 2008-2013 yaitu “ SULAWESI SELATAN

(23)

23

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

SEBAGAI PROVINSI SEPULUH TERBAIK DALAM PELAYANAN HAK DASAR YANG DIDUKUNG KELEMBAGAAN PEMERINTAH YANG TERPERCAYA “ , maka Visi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 2008-2013 dirumuskan sebagai berikut :

“ TERWUJUDNYA SULAWESI SELATAN SEBAGAI WILAYAH PERKEBUNAN TERKEMUKA BERBASIS KAKAO “

Masyarakat Perkebunan adalah seluruh petani yang terlibat dalam pengelolaan usahatani Perkebunan baik Perkebunan Rakyat maupun Perkebunan Besar dan Stake Holder lainnya yang dibina melalui wadah kelompok tani, dimana diharapkan agar kelompok tani tersebut dapat bergabung bersama-sama kelompok tani lainnya, untuk membangun kelembagaan ekonomi kerakyatan secara komprehensip sehingga terbentuk apa yang disebut Koperasi (Primer / Sekunder).

Melalui koperasi ini dibina menjadi petani yang professional.

Petani yang profesional adalah petani yang memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan mengakses permodalan, mengelola usahataninya sendiri, sudah dapat menerapkan teknologi dengan baik serta mampu memasarkan sendiri hasil / produksinya tanpa bantuan dari pemerintah. Dengan demikian maka petani yang sudah dibina melalui kelompok dan telah menjadi anggota koperasi diharapkan telah mempunyai kemampuan untuk dapat bermitra dengan perusahaan (Industri) pada setiap kawasan sentra komoditas unggulan. Selanjutnya

(24)

24

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

petani dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam industri dan dapat memperoleh saham dari perusahaan Industri. Demikian pula sebaliknya perusahaan industri menanamkan sahamnya kepada petani sehingga keuntungan yang diperoleh dapat dibagi secara patungan. Sehingga terjadi Integrasi antara On Farm dengan Off Farm, sehingga pembangunan perkebunan berjalan lebih efisien dan efektif.

Olehnya itu dalam jangka pendek 1 – 5 tahun (Tahun 2008 – 2013) adalah tahap awal dengan memberdayakan melalui pendampingan hingga menjadi profesional melalui Pembinaan kelembagaannya, selanjutnya akan diintegrasikan dengan Industri melalui pola pengembangan Koperasi dengan Investor, maka petani akan dilibatkan di dalam Dewan Direksi atau Dewan Komisaris artinya tanaman petani merupakan asset Perusahaan dan sebaliknya Industri (Pabrik) merupakan milik petani.

Dengan demikian maka dikotomi yang selama ini berlangsung di PIR dapat dihindari, dan terjadi integrasi On Farm dan Off Farm dalam suatu kawasan sentra produksi komoditas unggulan.

2. Misi

Berdasarkan Visi Dinas Perkebunan Propinsi sulawesi Selatan tersebut di atas, maka hakikatnya misi yang akan di emban adalah mendukung terwujudnya visi tahun 2013, dengan rumusan misi sebagai berikut :

(25)

25

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

a. Mengembangkan perkebunan yang maju, produktif dan berkualitas melalui penguatan komoditi unggulan berbasis kakao.

b. Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh dari hulu sampai hilir untuk mendukung industri berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

c. Memberdayakan kelembagaan perkebunan untuk mendorong akses penguatan usaha perkebunan melalui kerjasama dan kemitraan usaha.

d. Mengembangkan teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari produk perkebunan yang berbasis keunggulan kompetitif.

B. Tujuan dan Sasaran

 Tujuan

Sejalan dengan Visi dan Misi Dinas, maka tujuan pembangunan perkebunan ke depan dirumuskan sebagai berikut :

1. Meningkatkan produksi,produktivitas dan kualitas komoditi perkebunan yang berbasis kakao dengan mengembangkan keunggulan kompetitif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

2. Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan input produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk perkebunan.

(26)

26

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

3. Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan dalam rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan memperluas jaringan pasar.

 Sasaran

Mengacu pada Visi, Misi dan tujuan Dinas serta memperhatikan potensi, kondisi lingkungan strategi, maka sasaran pembangunan perkebunan yang ingin di capai hingga tahun 2013 adalah :

1. Meningkatnya Produksi & Kualitas kakao 300.000 ton pada tahun 2013 2. Meningkatnya produksi komoditas unggulan perkebunan pada 9

komoditi 258.960 ton pada tahun 2013

3. Meningkatnya luas areal tanaman perkebunan 740.000 Ha 4. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja 1.049.800 KK

5. Meningkatnya perolehan devisa melalui peningkatan volume ekspor perkebunan 300 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar US 650.500.000,-

6. Meningkatnya pendapatan petani perkebunan berbasis kakao Rp.

50.000.000/Ha.

7. Meningkatnya simpanan petani perkebunan minimal Rp. 5.000.000/Ha Untuk mencapai sasaran makro dan mikro pembangunan perkebunan diletakkan indikator makro dan mikro sebagaimana uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka sasaran pembangunan perkebunan tahun 2008-2013 dapat diuraikan sebagai berikut :

(27)

27

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

Tabel 1. Sasaran indikator makro dan mikro pembangunan perkebunan tahun 2008-2013.

NO SASARAN KEGIATAN

PREDIKSI SASARAN KEGIATAN PER TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Produksi dan kualitas kakao (ton) Produksi komoditas unggulan perkebunan (ton)

Luas areal tanaman perkebunan (ha) Penyerapan tenaga kerja (KK) Pendapatan petani yang berbasis kakao (Rp/Ha)

Volume eksport (ton) Nilai eksport (US $) Simpanan petani (Rp/Ha)

112.500 227.251

696.634 993.254 7.167.700

277.300 385.579.000 2.500.000

163.727 231.861

696.711 1.004.663 14.341.637

278.100 450.863.660 3.000.000

171.549 237.091

718.778 1.015.872 17.950.997

279.500 526.147.744 3.500.000

198.414 242.790

724.274 1.027.181 26.312.871

280.200 580.329.885 4.000.000

268.041 249.615

730.054 1.038.490 37.314.834

285.500 600.045.758 4.500.000

325.921 258.960

740.000 1.049.800 50.000.000

300.000 650.500.000 5.000.000

Selanjutnya untuk sasaran produksi beberapa komoditas unggulan perkebunan selain kakao dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2. Sasaran produksi komoditi unggulan tahun 2008-2013.

NO KOMODITI

PRODUKSI (TON)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kopi

Jambu Mete Lada

Cengkeh Tebu Kapas

Kelapa Sawit Kelapa J U M L A H

34.297 24.766 6.700 21.704 29.210 1.416 28.007 81.151 227.251

34.655 25.014 6.765 21.978 29.500 1.735 28.820 83.394 231.861

36.152 25.264 6.802 22.155 30.650 1.820 29.135 85.113 237.091

38.290 25.960 6.880 22.420 30.850 1.860 29.330 87.200 242.790

41.390 26.720 7.120 22.650 31.200 1.875 29.550 89.110 249.615

44.510 27.490 7.550 23.210 31.485 1.885 29.870 92.960 258.960

(28)

28

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

C. Strategi

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pencapaian kinerja Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, maka dapat dicapai dengan cara/

asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas dan kualitas komoditas unggulan perkebunan berbasis kakao yang kompetitif.

2. Memanfaatkan kelembagaan perkebunan dalam mendorong peningkatan kerjasama dan pengembangan kemitraan usaha.

3. Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan untuk meningkatkan nilai tambah hasil produk perkebunan.

4. Memanfaatkan potensi sumber daya secara optimal dalam meningkatkan pengembangan usaha perkebunan yang produktif dan berkelanjutan.

D. Agenda dan Kebijakan

Dalam mewujudkan visi dan misi perkebunan, ditetapkan agenda utama sebagai berikut :

1. Agenda 2 : Peningkatan dan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat Kebijakan : Peningkatan Produksi Pertanian dan Pengembangan

Agribisnis Pedesaan

2. Agenda 3 : Perwujudan keunggulan lokal untuk memicu laju pertumbuhan perekonomian

Kebijakan : Pusat Pelayanan

(29)

29

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

3. Agenda 6 : Penguatan kelembagaan masyarakat

Kebijakan : Aktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai budaya lokal 4. Agenda 7 : Penguatan kelembagaan pemerintah

Kebijakan : - Peningkatan kinerja SKPD,

- Peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan dan aset daerah

(30)

30

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

B A B VI

PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Program dan Kegiatan yang terkait dengan Peningkatan & Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

1) Kegiatan pembangunan kebun bibit tebu berjenjang.

2) Pembinaan terhadap pengembangan tebu rakyat

3) Pengembangan tanaman pangan pada areal perkebunan

B. Program dan Kegiatan yang terkait dengan Perwujudan Keunggulan Lokal

1. Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sul-Sel 1) Intensifikasi tanaman kakao

2) Rehabilitasi tanaman kakao 3) Peremajaan tanaman kakao 4) Pembinaan kakao lestari

5) Pembinaan dan Pemeliharaan sumber-sumber bahan tanaman kakao

2. Program Pengembangan Agribisnis

1) Akselerasi pengembangan pengembangan kapas 2) Pengendalian organisme penggangu tanaman

3) Pengembangan statistik dan sistem informasi perkebunan 4) Promosi atas hasil produksi perkebunan unggulan daerah 5) Pengembangan pembibitan komoditi unggulan perkebunan

6) Pembinaan peningkatan mutu dan pengembangan pengolahan hasil perkebunan

7) Pembinaan dan penyediaan sarana dan prasarana perkebunan 8) Akselerasi komoditi unggulan

9) Pembangunan dan pemeliharaan kebun sumber bahan tanaman

(31)

31

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

C. Program dan Kegiatan yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Masyarakat

1. Program Pengembangan Kelembagaan Petani

1) Penumbuhan kelompok tani dan gabungan kelompok tani 2) Pendampingan kelompok tani dan gabungan kelompok tani 3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, kelompok

tani, gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta assosiasi petani &

assosiasi komoditi 4) Sekolah lapang

5) Pembinaan usaha perkebunan dan pengembagan kemitraan usaha

6) Penguatan kelembagaan perbenihan perkebunan dan introduksi bahan tanaman dalam mendukung ketahanan pangan

D. Program dan Kegiatan yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Pemerintah

1. Program Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

1) Pengelolaan Kebun Bibit Dinas

2) Pengawasan, pengujian dan sertifikasi benih

2. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1) Penyediaan jasa administrasi keuangan 2) Pelayanan barang dan jasa administrasi

3) Koordinasi penyelenggaraan perencanaan pembangunan perkebunan

4) Pembinaan aparatur dan pengembangan kehumasan

(32)

32

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

BAB VII PENUTUP

1. Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 2008 - 2013 ditetapkan dengan surat Keputusan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dan selanjutnya dilakukan review agar sejalan dengan perubahan dan perkembangan terhadap lingkungan strategis yang sering berubah secara cepat. Rencana strategis ini memuat kebijaksanaan dan pokok rencana pembanguan yang bersifat strategis untuk menjadi acuan penyusunan rencana kinerja tahunan, pelaksanaan dan pengendalian rencana pembangunan perkebunan di Provinsi Sulawesi Selatan yang dapat dipedomani bagi pengelola program aparat Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan maupun masyarakat dan pelaku sektor swasta di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk mewujudkan terciptanya visi dan misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka penjabaran Rencana Startegis secara operasional dituangkan dalam program dan kegiatan pembangunan perkebunan yang konkrit, terarah dan transparan dalam RKA-SKPD dan RKA-KL setiap tahun.

3. Berhasilnya pelaksanaan pembangunan perkebunan, tergantung dari peran aktif, sikap mental, tekad, semangat dan disiplin serta ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dari semua pihak baik lembaga eksekutif, lembaga legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat luas serta

(33)

33

REVISI RENCANA STRATEGIS DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

TAHUN 2008 – 2013

dunia usaha. Juga apabila para pemangku kepentingan dapat bekerja sama,bersinergis untuk mengatasi berbagai masalah dan hambatan yang ditemui,sehingga pelaksanaan pembangunan perkebunan dapat berjalan lancar dan memenuhi harapan yang diinginkan.

(PR/H23.6)

Gambar

Tabel 2. Sasaran produksi komoditi unggulan tahun 2008-2013.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2006 terdapat 62.621 ekor sapi potong yang dikeluarkan Balai Karantina Hewan Kupang dan populasi sapi bali meliputi sekitar 85% dari

Ketentuan dalam Undang Undang Perlindungan Varietas Tanaman masih sangat terbatas dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak petani (farmer’s rights), dan belum

Pos Indonesia (persero) penempatan pada bank lain, efek-efek, piutang, pinjaman Qord}, pembiayaan mudh{arabah, dan musya>rakah, penyertaan salam dan kewajiban komitmen

Sebagai Daerah Otonomi terutama menyangkut tugas pokok dan Fungsi Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan

Dalam rangka peningkatan kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Bali maka telah disusun Rencana Strategis (Renstra) yang memiliki visi dan misi sebagai berikut :d. 2.1 Visi

Skripsi yang berjudul ”PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP PEMBELIAN DAN PERILAKU PASCA PEMBELIAN PERUMAHAN NEW VILLA BUKIT SENGKALING” disusun untuk memenuhi serta melengkapi

Namun, audit CAO mengajukan pertanyaan yang Sah (legitimate) tentang kategorisasi resiko sosial dan lingkungan investasi Wilmar (kategori C dalam hal perusahaan

Kedua angka tersebut dapat dijadikan alternatif ketika melakukan generalisasi unsur transportasi peta RBI dari 1:25.000 menjadi 1:50.000, namun karena kerapatan