• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

Kapal laut yang berlayar melintasi samudera di berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu yang cukup, bergerak dengan adanya daya dorong pada kecepatan bervariasi. Dalam perjalanan dapat mengalami berbagai masalah yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain alam, manusia dan teknis yang tidak dapat di duga- duga oleh kemampuan manusia yang akhirnya akan mengganggu pelayaran dan dapat beresiko timbulnya korban jiwa.

Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat diatasi secara langsung, perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan seluruh awak kapal harus terlibat mengatasi gangguan tersebut atau bahkan meninggalkan kapal.

Keadaan darurat ini dapat merugikan semua pihak, baik awak kapal, pemilik kapal serta bahkan akan merusak lingkungan atau ekosistem dasar laut. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang kondisi keadaan darurat ini oleh awak kapal atau calon awak kapal sebaik mungkin agar mereka memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat dan mengatasi dari keadaan darurat terebut untuk meminimalkan korban jiwa.

Pembuatan denah keadaan darurat di atas kapal sangat diperlukan agar penanggulangan keadaan darurat dapat dilakukan dengan cepat dan baik. Untuk itu diperlukan perencanaan dan persiapan, pengorganisasian, serta tindakan pendahuluan untuk melakukan penanggulangan, dan penyediaan perlengkapan keadaan darurat adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan di dalam mengatasi keadaan darurat tersebut.

Keadaan darurat sering terjadi di kapal yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa maupun harta benda. Oleh karena itu setiap anak buah kapal (ABK) wajib mempelajari prosedur darurat dan SAR. Di dalam proses penyelamatan diri, baik para penolong maupun yang ditolong haruslah tahu dan paham benar tentang : 1. Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan teknik

pelaksanaannya.

2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan sebelum dan setelah terjun dari kapal ke laut.

3. Tindakan - tindakan selama terapung dan bertahan di laut.

4. Tindakan-tindakan pada waktu naik sekoci atau rakit penolong.

4.1. KEADAAN DARURAT

Keadaan darurat dapat diidentifikasi menjadi beberapa jenis keadaan antara lain : 4.1.1. Jenis keadaan darurat

Keadaan darurat di kapal adalah keadaan yang membutuhkan tindakan khusus dan cepat. Keadaan darurat umumnya disebabkan oleh :

(2)

1. Faktor alam: cuaca buruk, gempa bumi di laut dan keadaan lainnya yang umumnya tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

2. Faktor manusia: kelalaian, kelelahan fisik, ketidaktrampilan manusia yang dapat mengakibatkan kapal kandas, bocor, kebakaran dan meledak

3. Faktor teknis: kelelahan bahan, kurangnya perawatan peralatan dan perlengkapan yang ketinggalan zaman atau tidak layak laik.

Jenis keadaan darurat yang harus menyebabkan anak buah kapal (ABK) untuk meninggalkan kapal diantaranya:

1. Kapal terbakar dan meledak 2. Kapal tubrukan dengan kapal lain 3. Kapal kandas

4. Kapal terjadi kebocoran yang tidak dapat ditanggulangi 5. Kapal tenggelam karena muatan lebih

4.1.2. Sijil Darurat

Sijil darurat memberikan rincian prosedur-prosedur tindakan ABK/crew dalam keadaan darurat :

1. Sijil darurat harus dibuat oleh setiap kapal penumpang dan baik isi maupun bentuknya harus disetujui oleh pemerintah.

2. Sebelum kapal berangkat, salinan sijil darurat harus digantung pada beberapa tempat strategis di kapal, terutama di kamar ABK.

3. Tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh setiap ABK dalam keadaan darurat.

4. Sijil darurat selain menunjukan tugas khusus, harus pula menunjukan tempat berkumpul (kemana setiap ABK) harus pergi.

5. Sijil darurat harus menunjukan pembagian tugas bagi ABK, dalam hal :

a. Penutupan pintu kedap air, katup-katup penutup mekanis dan lubang-lubang pembuangan

b. Melengkapi sekoci penolong, termasuk portable radio, dan alat-alat penolong lainnya.

c. Peluncuran sekoci penolong.

d. Persiapan umum alat-alat lainnya.

e. Pemadaman kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran.

6. Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam hal terjadi kebakaran serta tuga-tugas khusus yang harus dilaksanakan sehubungan dengan operasi pemadaman kebakaran di kapal.

7. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan pemanggilan bagi ABK untuk berkumpul distasiun pesawat luput maut. Masing-

(3)

masing semboyan tersebut dapat diberikan di kapal penumpang untuk pelayaran international jarak pendek dan untuk kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45,7m), harus dilengkapi dengan semboyan-semboyan yang dijalankan secara elektronik. Semua semboyan ini dibunyikan dari anjungan

4.1.3. Isyarat Pada Keadaan Darurat

Isyarat bahaya adalah suatu isyarat atau tanda pengingat bagi anak buah kapal bila terjadi suatu keadaan darurat atau keadaan bahaya.

Isyarat bahaya yang dibunyikan apabila terjadi keadaan darurat di atas kapal adalah:

1. Isyarat kebakaran

2. Isyarat peran meninggalkan kapal 3. Isyarat orang jatuh ke laut

4. Isyarat pembatalan

Membunyikan alarm atau lonceng kapal secara terus menerus selama 10 detik.

Perwira kapal yang bertugas atas perintah nakhoda segera membunyikan alarm atau suling kapal dengan bunyi 7 tiupan pendek dan 1 tiupan panjang secara terus menerus.

ABK yang pertama melihat orang jatuh ke laut segera meneriakan: “ Orang jatuh ke laut ! . . . Orang jatuh ke laut ! Teriakan diarahkan ke anjungan

Perwira kapal yang bertugas atas perintah nakhoda untuk membatalkan isyarat segera meniupkan seruling dengan 3 tiupan seruling pendek atau dengan 3 bunyi bel pendek.

4.1.4. Prinsip Pencegahan Keadaan Darurat

Pencegahan terjadinya keadaan darurat merupakan kewajiban bagi setiap ABK atau personil yang ada di atas kapal. Apabila terjadi situasi keadaan darurat ABK harus segera bertindak sesuai dengan peran yang telah ditetapkan.

Tindakan untuk menghindari terjadinya keadaan darurat diantaranya ; 1. Kapal harus laik laut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Membuat rencana dan pelayaran yang benar.

3. Memantau dan menganalisa berita cuaca dan berita keamanan navigasi.

4. Melaksanakan pemeriksaan dan perawatan semua peralatan di kapal.

5. ABK harus mempunyai kemampuan fisik dan mental yang kuat serta terampil dalam melaksanakan tugasnya.

6. Buat daftar pembagian tugas keadaan darurat agar tercipta kerjasama yang baik 7. Tempatkan alat-alat pemadam kebakaran pemadam api ringan pada tempat-

tempat yang strategis dan mudah dijangkau. Serta seuai dengan kemungkinan penyebab/ media mudah terbakar.

Setiap anak buah kapal yang ada di kapal harus mengetahui :

(4)

1. Lokasi dan cara menggunakan peralatan pemadam kebakaran 2. Lokasi dan cara menggunakan peralatan penolong

3. Prosedur keadaan darurat yang harus dilaksanakan

Jika di kapal terjadi keadaan darurat maka orang yang pertama mengetahui segera melakukan prosedur sebagai berikut :

1. Membunyikan alarm

2. Melaporkan keadaan darurat kepada perwira jaga.

3. Melakukan tindakan pencegahan terjadinya keadaan darurat

4.2. ALAT – ALAT ISYARAT

Isyarat semboyan atau secara visual dengan menggunakan pantulan sinar matahari melalui cermin (phyrotecchnique) adalah cara lain yang dapat berfungsi sebagai isyarat tanda bahaya. Jenis-jenis Isyarat visual untuk di kapal terdiri dari :

1. Cerawat tangan (rand hard flare)

Cerawat tangan digunakan sebagai alat isyarat bahaya dengan nyala warna merah terang dengan lama menyala 10 detik, dan digunakan pada malam hari.

2. Cerawat parasut (parachute signal)

Cerawat parasut berfungsi sebagai alat isyarat visual yang dapat dilontarkan secara vertikal sejauh 300 m dengan lama menyala 40 detik, dan digunakan malam hari.

3. Isyarat asap apung (buoyant smoke signal)

Isyarat asap apung digunakan sebagai alat isyarat visual yang dapat mengeluarkan asap jingga selama 10 detik di atas air dan digunakan pada siang hari.

Alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal biasanya harus;

1. Mudah terlihat 2. Mudah dijangkau

3. Dapat diluncurkan paling lama 30 menit.

Perawatan terhadap alat keselamatan tersebut harus dilakukan secara periodik, agar anak buah kapal terlatih mengenal arti dan pentingnya keselamatan.

4.3. MENCEGAH TERJADINYA KEADAAN DARURAT Upaya dalam mencegah terjadinya keadaan darurat antara lain : 1. Badan kapal dan mesin harus kuat dan memenuhi syarat.

2. Peralatan dan perlengkapan harus baik dan terpelihara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Berita cuaca harus dipantau setiap saat.

(5)

4. Anak buah kapal harus mempunyai kemampuan fisik dan mental, terdidik dan terampil.

5. Anak buah kapal harus mempunyai disiplin yang tinggi dan mampu bekerjasama antar mereka.

4.4. SAR DENGAN BANTUAN HELIKOPTER

Penyelamatan korban dari kapal dengan bantuan helikopter dapat dilaksanakan bila kondisi laut aman. Jenis peralatan yang digunakan untuk mengangkut korban dengan helikopter terdiri dari :

1. Pengangkat jenis tunggal (single lift) 2. Pengangkat jenis ganda (double lift) 3. Pengangkat jenis keranjang (basket lift) 4. Pengangkat tandu (stretcher lift) 5. Jaring penyelamat ( rescue net)

Faktor-faktor yang menghambat pertolongan korban dari atas kapal dengan helikopter antara lain :

1. Cuaca buruk 2. Malam hari

3. Keterampilan pilot dan awak pesawat 4. Kepanikan korban

5. Keterampilan memasang alat bantu pengangkat

4.5. PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat.

Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk : 1. Menghidupkan tanda bahaya

2. Menemukan dan menaksir besarnya kejadian 3. Kemungkinan bahayanya

4. Mengorganisasi tenaga dan peralatan.

4.5.1. Persiapan

Perencanaan dan persiapan ádalah syarat utama untuk mecapai keberhasilan dalam pelaksanaan menanggulangi keadaan darurat di kapal. Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang harus mereka lakukan pada keadaan darurat, misalnya kebakaran di tangki muatan, kamar mesin, kamar ABK, kapal lepas dari dermaga dan hanyut, cara lepas dari dermaga dan lain-lain, harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus dilakukan mengatasi segala keadaan darurat.

Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti dalam pengorganisasian keadaan darurat, antara lain :

(6)

1. Pusat Komando.

Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan nakhoda atau perwira senior serta dilengkapi perangkat komunikasi intern dan extern.

2. Satuan Keadaan Darurat.

Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor ke pusat komando, menyarankan tindakan apa yang harus diambil.

3. Satuan Pendukung.

Kelompok pendukung yang dipimpin oleh seorang perwira yang harus selalu siap untuk membantu kelompok induk dengan perintah pusat komando serta menyediakan bantuan pendukung seperti peralatan, perbekalan, bantuan medis, dll.

4. Kelompok Ahli Mesin.

Kelompok ini dipimpin oleh seorang masinis. Tanggung jawab utamanya adalah di kamar mesin dan bisa memberikan bantuan bila diperlukan.

4.5.2. Tindakan Pendahuluan

Seorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya, melaporkan kepada perwira jaga yang kemudian akan menyiapkan organisasi.

Sementara itu yang berada di lokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus tahu tempat tugas dan apa tugasya. Termasuk kelompok pendukung harus stand-by menunggu perintah selanjutnya.

4.5.3. Tata Cara Prosedur Keadaan Darurat

Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek yang diikuti dengan 1 tiupan panjang dengan menggunakan suling kapal atau sirine. Sebagai tambahan dapat dilengkapi dengan bunyi bel atau gong secara terus menerus. Jika semboyan ini berbunyi, berarti semua orang yang berada di atas kapal harus mengenakan pakaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat darurat.

ABK melakukan tugas di tempat darurat mereka sesuai dengan yang tertera di dalam sijil awak darurat dan selanjutnya menunggu perintah. Setiap juru mudi dan anak buah sekoci menuju ke sekoci dan mengerjakan :

1. Membuka tutup sekoci, melipat dan memasukkannya ke dalam sekoci.

2. Dua orang dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk memasang tali penahan sekoci yang berpasak dan seorang di belakang untuk memasang propeler sekoci.

3. Tali yang berpasak dipasang sejauh mungkin ke depan tetapi sebelah dalam dari lopor sekoci dan di sebelah luar tali-tali lainnya.

4. Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai rompi renang dengan benar atau tidak.

5. Selanjutnya menunggu perintah

(7)

Berikut ini akan dijelaskan prosedur atau tata cara dan tindakan yang perlu diambil dalam menghadapi beberapa situasi keadaan darurat.

4.5.3.1. Tubrukan

Apabila kapal terjadi tubrukan, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga laut sebagai berikut :

1. Bunyikan sirine bahaya

2. Menggerakan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan 3. Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup

4. Lampu-lampu dek dinyalakan 5. Nahkoda diberi tahu

6. Petugas kamar mesin diberi tahu 7. VHF dipindahkan ke chanel 16

8. Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat

9. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi.

10. Ketinggian air pada got-got dan tangki-tangki diukur.

11. Bertindak secara procedural atau mengikuti perintah penanggungjawab kapal.

Gambar. 4.1. Kapal Tubrukan

4.5.3.2. Kandas Atau Terdampar

Apabila kapal kandas atau terdampar, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga laut sebagai berikut :

1. Stop mesin

2. Bunyikan sirine bahaya 3. Pintu-pintu kedap air ditutup

(8)

4. Nahkoda diberi tahu

5. Petugas kamar mesin diberi tahu 6. VHF dipindahkan ke chanel 16

7. Tanda-tanda bunyi "kapal kandas" dibunyikan 8. Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan 9. Lampu dek dinyalakan

10. Ketinggian air pada got-got dan tangki-tangki diukur 11. Kedalaman laut di sekitar kapal diukur

12. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi.

Gambar. 4.2 Kapal Kandas 4.5.3.3. Kebakaran

Apabila terjadi kebakaran di kapal, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga sebagai berikut :

1. Sirine bahaya dibunyikan

2. Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran

3. Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup.

4. Lampu-lampu di dek dinyalakan 5. Nahkoda diberi tahu

6. Petugas di kamar mesin diberi tahu

7. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi.

(9)

Gambar 4.3. Kapal Terbakar 4.5.3.4. Air Masuk Ke Dalam Ruangan

1. Sirine bahaya dibunyikan 2. Siaga (dalam keadaan darurat) 3. Pintu-pintu kedap air ditutup 4. Nahkoda diberi tahu

5. Petugas di kamar mesin diberi tahu

6. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi

Suatu keadaan dapat diatasi secara tepat dan cepat sangat tergantung pada kerjasama antar penolong dan yang ditolong. Kapal lain atau tim SAR diharapkan dapat memberikan pertolongan dengan mencari lokasi kecelakaan. Untuk mempercepat ditemukannya lokasi kecelakaan diharapkan bantuan yang aktif dari awak kapal dan penumpang yang mendapat kecelakaan. Untuk itu buatlah tanda-tanda yang dapat diapungkan di air atau apa saja yang kiranya dapat menarik perhatian kapal lain atau tim SAR, misalnya menggunakan isyarat visual atau menggunakan cermin semboyan.

Gambar

Gambar 4.3. Kapal Terbakar  4.5.3.4.  Air Masuk Ke Dalam Ruangan

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan dalam hal ini tingkat pengembalian perlu memperhitungkan koefisien teknis sapi perah yaitu adanya grassperiod selama tiga tahun pertama, dimana produksi

*5 Pandan  andanus amarylli(olius oF4.. etum4ar dan ari angit.. $itetean 6ada hidung 6enderita.. =e4era6a miro4a "ang da6at diham4at oeh dauh irih

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indicator, serta skala dari variabel – variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian

Objek material penelitian ini adalah karya filsafat berupa konsep makana dalam Positivisme Logis Ayer. Oleh karenanya, sumber data penelitiannya berupa buku-buku

(1) Pedoman Retensi Arsip Sektor Politik, Hukum dan Keamanan Urusan Hubungan Luar Negeri dan Politik Luar Negeri ini disusun oleh Arsip Nasional Republik Indonesia bersama dengan

Tahapan ini diawali dengan pembentukan tim inti oleh pimpinan prodi dan berkoordinasi dengan pimpinan Pascasarjana UNG, yakni masing-masing komponen tim memiliki pembagian

BOGOR 2012.. Kajian terhadap Manajemen Risiko Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah, KBMT Wihdatul Ummah. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO dan R. Sebagai

Keterkaitan antar alat analisis pada penelitian ini adalah bahwa penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi sistem manajemen risiko pembiayaan di KBMT Wihdatul